Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hormon tiroid adalah suatu hormone yang mengatur laju pertumbuhan dan metabolic
lewat kerjanya pada dua buah hormone yang penting yaitu tiroksin (T4) dan
triidotironin (T3). Defisiensi atau kelebihan relative hormone tiroid dapat memberikan
dapat memberikan manifestasi klinis melalui perubahan pada energy, berat badan,
toleransi suhu, fungsi GI, dan kualitas rambut atau kulit. Sel-sel parafolikular (C)
kelenjar tiroid memproduksi kalsitonin, suatu hormone yang menurunkan kadar
kalsium serum, namun demikian hormone ini tidak memainkan peranan yang
signifikan dalam metabolism kalsium pada manusia. (Tao. L dan Kendall. K, 2013)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum darilaporan kasus keperawatan ini adalah untuk memperoleh
pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan langsung pada
Ny. T diruang Wijaya Kusuma RSUD Ambarawa.
2. Tujuan Khusus
1. Memenuhi tugas.
2. Mengetahui definisi,etiologi,manifestasi klinis,patofisiologi,dan pemeriksaan
diagnostik hipertiroid.
3. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. KONSEP DASAR
A. Definisi
Hormon tiroid adalah suatu hormone yang mengatur laju pertumbuhan dan
metabolic lewat kerjanya pada dua buah hormone yang penting yaitu
tiroksin (T4) dan triidotironin (T3). Defisiensi atau kelebihan relative
hormone tiroid dapat memberikan dapat memberikan manifestasi klinis
melalui perubahan pada energy, berat badan, toleransi suhu, fungsi GI, dan
kualitas rambut atau kulit. Sel-sel parafolikular (C) kelenjar tiroid
memproduksi kalsitonin, suatu hormone yang menurunkan kadar kalsium
serum, namun demikian hormone ini tidak memainkan peranan yang
signifikan dalam metabolism kalsium pada manusia. (Tao. L dan Kendall.
K, 2013)
Hipertiroidisme adalah keadaa dimana terjadi peningkatan hormon tiroid
lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tiroksikosis merupakan istilah yang
digunakan dalam manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh
distimulasi oleh peningkatan hormon tiroid(Black,2009).
Hipertiroidisme adalah kadar hormon tiroid yang bersikulasi berlebiha
gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid hipofisis atau
hipotalamus(Elizabeth, J. Corwin, 2001).
B. Etiologi
Etiologi menurut Elizabeth, J Corwin beberapa penyakit yang
menyebabkan hipertiroid sebagai berikut:
a. Penyakit Gaves
Penyakit graves atau toksik goiter diffuse merupakan penyakit yang
disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibodi yang
disebut thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI) yang mendekati sel-
sel tiroid. TSI meniru tindakan TSH dan merangsang tiroid untuk
membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini dicirikan adanya
hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dan eksoftalmus
(mata melotot).
b. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau
biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid
yang berlebihan.
c. Produksi TSH yang abnormal
Kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebih, sehingga
merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
d. Tiroiditis (radang kelenjar tiroid)
e. Konsumsi yodium berlebih
f. Kanker pituitari
C. Klasifikasi
a. Penyakit plummer (penyakit goiter mutinodular toksik)
Daerah-daerah hiperfungsional yang menimbulkan kenaikan T3 atau
T4 dan disertai dengan aritmia dan gagal jantung konghestif yang
dapat membawa kematian, lebih sering ditemukan pada manula.
b. Tiroiditis subakut
c. Tiroiditis post partum
d. Tiroiditis tersembunyi
D. Pathway
E. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adlah penyakit graves,goiter toksik.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua
sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia
dan lipatan-lipatan sel-sel folikel kedalam folikel, sehingga jumlah sel-sel
ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran
kelenjar. Juga setiap sel meningkat kecepatan sekresinya beberapa kali
lipatan dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada normal. Pada
hipertiroidisme, konsentrasi plasma TSH menurun, karena ada sesuatu
yang menyerupai TSH, yaitu antibody immunoglobulin yang disebut TSI
(Thyroid Stimulating Hormon), yang barikatan dengan reseptor membran
yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. TSI tersebut merangsang
aktivitas CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSH menurun,
sedangkan konsentrasi TSI meningkat. TSI mempunyai efek perangsangan
yangpanjang pada elenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan
efek TSH yang hanya berlangsung sau jam. Tingginya sekresi hormon
tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan
TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori
kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkringat dan
suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang alorigenik,
akibat peningkatan laju metabolisme tubuh diatas normal. Bahkan akibat
proses metabolisme yang menyimang ini, terkadang penderita
hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps
saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menybabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali
perdetik, sehingga penderita mengalami gemeter tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek
hormon tiroid pada sistem kardiovaskule. Eksothalamus yang terjadi
merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan
pariorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
F. Manifestasi Klinis
a. Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya heart rate, kardiak output, peningkatan kebutuhan
oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan
darah sistole dan diastole meningkat 10-15 mmHg.
b. Sistem pernafasan: pernafasan cepat dan dalam, bernafas pendek,
penurunan kapasitas paru
c. Sistem perkemihan: retensi cairan, menurunnya output urin.
d. Sistem gastrointestinal:meningkatnya peristaltik usus, penurunan berat
badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adipose dan protein,
penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, muntah
dan kram abdomen.
e. Sistem integumen: berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah
hangat, tidak toleranterhadap panas.
f. Sistem endokrin: biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
g. Sistem saraf: meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup
gelisah, emosi tidak stabil seperti kecemasan, curiga tegang dan
emosional.
h. Sistem reproduksi: amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur.
i. Eksoftalmus: yaitu keadaan dimana bola mata menonjol ke depan
seperti mau keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan
karbohidrat kompleks yang menahan air dibelakang mata. Retensi
cairan ini mendorong bola mata kedepan sehingga bola mata nampak
menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan
dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering,
iritasi atau kelainan kornea
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
serumT3, terjadi ppeningkatan, serum T4 meningkat
b. TRH stimulating test menurun/tidak ada respon TSH
c. Tes ambilan iodium redioaktif: untuk mengukur kecepatan
pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid
d. CT-Scan tiroid, mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid
e. USG untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid
f. EKG untuk meniali kerja jantung, mengetahui adanya takhikardi dan
perubahan geombang P dan T.
H. Komplikasi
a. Eksoftalamus
Keadaan dimana bola mata menonjol keluar. Hal ini disebabkan karena
penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata.
b. Penyakit jantung
c. Stroma tiroid (tirotoksitosis)
Periode akut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat,
derilium dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrim.
I. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan konservatif
1. Obat anti tiroid : untuk menghambat produksi hormon tiroid
2. Beta adrenergic reseptor antagonist : untuk mengurangi gejala-
gejala hipertiroidisme
b. Surgical
1. Radioaktif iodine : untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang
hiperaktif
2. Tiroidektomi : untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar.
c. Terapi
1. Obat antitiroid : 18-24 bulan diberikan
2. Pemberian yodium radioaktif : pasca operasi
3. Operasi tiroidektomi subtotal : spontan dalam 1 tahun
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat penyakit
c. Pengkajian fisik
d. Aktivitas/istirahat
B. Diagnosa Keperawatan
a. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan mengabsorbsi nutrisi
c. Resiko penurunan curah jantung
d. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energi
e. Resiko kerusakan integritas jaringan
(T. Heather Herdman,2015)

C. Intervensi Keperawatan
a. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan pasien mengerti tentang proses penyakit dan
pengobatannya
KH :
- Berpatisipasi dalam tindakan pengobatan
- Mengidentifikasi hubungan antara tanda dan gejala pada proses
penyakit
NIC : pengajaran proses penyakit
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit
yang spesifik
2. Jelaskan mengenai proses penyakit sesuai kebutuhan
3. Edukasi pasien mengenai tanda dan gejala yang harus dilaporkan
kepada petugas kesehatan
4. Rujuk pasien kepada kelompok pendukung/agen komunitas lokal
b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan mengabsorbsi nutrisi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan nutrisi terpenuhi
KH :
- Nafsu makan meningkat
- Berat badan kembali normal sesuai IMT
- Tidak mengalami mual dan muntah
NIC : manajemen nutrisi
1. Monitor kalori dan asupan makanan
2. Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat
badan
3. Atur diet yang diperlukan
4. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
5. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit
6. Kolaborasi dengan medis dalam pemberian terapi
c. Resiko penurunan curah jantung
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan curah jantung dapat dipertahankan secara adekuat
KH :
- Tanda-tanda vital stabil
- Denyut nadi perifer normal
- Tidak ada disritmia
NIC :
1. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika
memungkinkan
2. Auskultasi curah jantung, perahatikan bunyi jantung tambahan
3. Pantau EKG catat atau perhatikan kecepatan atau irama jantung dan
adanya disritmia
4. Sarankan untuk tirah baring, batasi aktivitas yang tidak perlu
d. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energi
Tujuan : setelah ilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan energi meningkat
KH :
- Kelelahan berkurang
- Energi bertambah
NCI : terapi aktivitas
1. Pantau TTV sebelum dan sesudah aktivitas
2. Ciptakan lingkungan yang tenang
3. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
4. Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti massase
5. Kolaborasi dengan dokterdalam pemberian obat
e. Resiko kerusakan integritas jaringan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas jaringan
KH:
- Tidak tampak adanya pruritus
NIC :
1. Observasi periorbital, gangguan penutup mata, lapang pandang
penglihatan yang sempit, air mata berlebih
2. Evaluasi ketajaman mata laporkan adanya pandangan yang kabur
atau pandangan ganda
3. Anjurkan pasien menggunakan kacamata gelap ketika terbangun
dan penutup mata selama tidur
4. Berikan obat sesuai indikasi
(Gloria M. Bulechek,2012).
BAB III

RESUME

A. Pengkajian
Ny. T berumur 52 tahun, sudah menikah, beragama islam, WNI, pendidikan terakhir
Strata 1, beralamat rumah di kab. Semarang, pasien mengatakan sebelum dibawa
kerumah sakit pasien mengalami panas dengan suhu yang naik turun selama satu
minggu dan mengalami mua muntah, setelah itu pasien dibawa ke IGD dengan
keluhan kram diseluruh tubu, setelah itu dibawa keruang wijaya kusuma dengan terapi
RL 16 tpm, oksigen 3 liter dengan nasa kanul, injeksi ondansetron 1x1 ampil/4 mg,
TD: 148/86, Nadi : 99x/menit, RR : 22x/menit, suhu 37o C, SpO2 : 99%, dengan P:
saat bergerak, Q : senut-senut, R : area kepala, S: 5, T: terus menerus. Pasien
mengatakan memiliki riwayat sakit batu ginjal, maag dan anemia, dari pemeriksaan
fisik didapatkan adanya pembesaran tiroid dan suhu: 39,2oC dan pasien tidak dapat
tidur karena tidak nyaman dengan panas ditubuhnya,hasil laborat: trombosit : 80,4
ribu, TSH : 0,10 u/ml.
B. Analisa Data
Dari data pengkajian didapatkan analisa data sebagai berikut
a. DS : pasien mengatakan pusing dan demam
P: saat bergerak, Q : senut-senut, R : area kepala, S: 5, T: terus menerus
DO : pasien tampak lemas, TD : 120/70 mmHh, S: 37oC, RR: 20x/menit,
N: 78x/menit.
b. DS : pasien mengatakan tidak bisa tidur kerena kurang naman dengan suhu
tubuhnya
DO : pasien tampak lemas, TD : 120/70 mmHh, S: 37oC, RR: 20x/menit,
N: 78x/menit.
c. DS : pasien mengatakan mual dan muntah hanya memakan makanan rumah sakit
2 sendok saja
DO : pasien tampak pucat, pasien mengalami muntah sebanyak kurang lebih
300cc TD: 110/70mmHg, S: 39,2oC, N: 82x/menit, RR: 21x/menit
C. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cidera biologis(demam)
b. Gangguan pola tidur b.d hipertermi
c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan
mengabsorbsi nutrisi
D. Intervensi Keperawatan
a. DxI : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam diharapkan
nyeri pasien berkurang
KH : - skala nyeri berkurang
- Pasien tampak nyaman

NIC: Manajemen Nyeri


NA:

- Monitor TTV
- Pengkajian nyeri (PQRST)
- Bantu pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri dengan
tepat
- Ajarkan teknik relaksasi, bermain, musik, dll
- Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgesik
b. DX2: Gangguan pola tidur b.d hipertermi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
pola tidur pasien adekuat
KH :
- Kebutuhan tidur pasien terpenuhi 7-8 jam
- Pasien merasa nyaman
- Perasaan segar sesudah tidur/istirahat
- Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur
NIC : peningkatan tidur
- Monitor polatidur pasien dan catat kondisi fisik/psikologis
- Bantu meningkatkan jumlah jam tidur
- Ajarkan pasien dan orang terdekat mengenai faktor yang berkontribusi
terjadinya gangguan pola tidur
- Kolaborasi dengan tim medis mengenai terapi
c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak
mampuan mengabsorbsi nutrisi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
nutrisi terpenuhi
KH:
- Nafsu makan meningkat
- Berat badan kembali normal sesuai IMT
- Tidak megalami mual muntah
NIC : manajemen nutrisi
- Monitor kalori dan asupan makanan
- Atur diet yang diperlukan
- Ajarkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit
- Kolaborasi degan tim medis dalam pemberian terapi
E. Implementasi
Berdasarkan diagnosa dan intervensi diatas dilakukan tindakan keperawatan sebagai
berikut:
1. Memonitor TTV
2. Mengkaji nyeri (PQRST)
3. Membantu pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri dengan tepat
4. Mengajarkan teknik relaksasi, bermain, musik, dll
5. Mengkolaborasikan dengan dokter pemberian analgesik
6. Menganjurkan posisi nyaman
7. Mengatur lingkungan dan pencahayaan
8. Mencatat waktu tidur pasien
9. Monitor kalori dan asupan makanan
10. Atur diet yang diperlukan
11. Ajarkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit
12. Kolaborasi degan tim medis dalam pemberian terapi
F. Evaluasi
Setelah tindakan keperawatan didapatkan evaluasi sebgai berikut:
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis(demam)
S: pasien mengatakan pusing sedikit berkurang
P: saat bergerak
Q: senut-senut
R: diarea kepala
S: 3
T: hilang timbl
O: pasien tampak lemas dan pucat
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Ajarkan teknik relaksasi
2. Gangguan pola tidur b.d hipertermi
S: pasien mengatakan tidak bisa tidur
O: pasien tampak lemas
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Penkes gangguan tidur
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan
mengabsorbsi nutrisi
S: pasien mengatakan mual muntah berkurang
O: pasien tampak lebih segar
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Hipertiroidisme adalah keadaa dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari
yang dibutuhkan tubuh. Tiroksikosis merupakan istilah yang digunakan dalam
manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan
hormon tiroid(Black,2009).
2. Hormon tiroid adalah suatu hormone yang mengatur laju pertumbuhan dan metabolic
lewat kerjanya pada dua buah hormone yang penting yaitu tiroksin (T4) dan
triidotironin (T3). Defisiensi atau kelebihan relative hormone tiroid dapat memberikan
dapat memberikan manifestasi klinis melalui perubahan pada energy, berat badan,
toleransi suhu, fungsi GI, dan kualitas rambut atau kulit. Sel-sel parafolikular (C)
kelenjar tiroid memproduksi kalsitonin, suatu hormone yang menurunkan kadar
kalsium serum, namun demikian hormone ini tidak memainkan peranan yang
signifikan dalam metabolism kalsium pada manusia. (Tao. L dan Kendall. K, 2013)
3. Diagnosa keperawatan yang didapatkan yaitu nyeri akut b.d agen cidera
biologis(demam)(teratasi sebagian), gangguan pola tidur b.d hipertermi(teratasi),
ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan
mengabsorbsi nutrisi(masalah teratasi).
BAB V

PENUTUP

Hormon tiroid adalah suatu hormone yang mengatur laju pertumbuhan dan metabolic lewat
kerjanya pada dua buah hormone yang penting yaitu tiroksin (T4) dan triidotironin (T3).
Defisiensi atau kelebihan relative hormone tiroid dapat memberikan dapat memberikan
manifestasi klinis melalui perubahan pada energy, berat badan, toleransi suhu, fungsi GI, dan
kualitas rambut atau kulit. Sel-sel parafolikular (C) kelenjar tiroid memproduksi kalsitonin,
suatu hormone yang menurunkan kadar kalsium serum, namun demikian hormone ini tidak
memainkan peranan yang signifikan dalam metabolism kalsium pada manusia. (Tao. L dan
Kendall. K, 2013)

Hipertiroidisme adalah keadaa dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang
dibutuhkan tubuh. Tiroksikosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinis
yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormon tiroid(Black,2009).

Hipertiroidisme adalah kadar hormon tiroid yang bersikulasi berlebiha gangguan ini dapat
terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid hipofisis atau hipotalamus(Elizabeth, J. Corwin, 2001).
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria,M. 2012. Nursing Intervetions Classification(NIC). Singapore : ELSEVIER

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. jakarta :EGC

Corwin, E,J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Herdman, T. Heather. 2015. Diagnisa Keperawatan Definisi&Klasifikasi, edisi

10. Jakarta : EGC.

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuba Medika

Tao. L dan Kendall. K. 2013.Sinopsis Organ Sistem Endokrinologi. Tangerang

Selatan:Karisma Publishing Group

Anda mungkin juga menyukai