PENDAHULUAN
Patogenesis penyakit Graves sampai sejauh ini belum diketahui secara pasti.
Namun demikian, diduga faktor genetik dan lingkungan ikut berperan dalam
mekanisme -yang belum diketahui secara pasti- meningkatnya risiko menderita
penyakit Graves. Berdasarkan ciri-ciri penyakitnya, penyakit Graves
dikelompokkan ke dalam penyakit autoimun, antara lain dengan ditemukannya
antibodi terhadap reseptor TSH (Thyrotropin Stimulating Hormone – Receptor
Antibody /TSHR-Ab) dengan kadar bervariasi.
Pengobatan penyakit Graves idealnya ditujukan langsung pada
penyebabnya. Tetapi, mengingat dasar penyakit Graves adalah penyakit autoimun
yang belum diketahui pasti penyebabnya, maka pengobatan penyakit Graves
dilakukan melalui berbagai pendekatan, yaitu merusak/mengurangi massa
kelenjar tiroid, menghambat produksi dan pengeluaran hormon tiroid serta
mengeliminasi efek hormon tiroid di perifer, sekaligus menekan proses autoimun.
1.2. Tujuan
1. Mampu menjelaskan tentang konsep medis pada Penyakit Grave.
2. Mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada Penyakit Grave.
BAB II
A. Definisi
Hormon tiroid adalah suatu hormone yang mengatur laju pertumbuhan dan
metabolic lewat kerjanya pada dua buah hormone yang penting yaitu tiroksin (T4)
dan triidotironin (T3). Defisiensi atau kelebihan relative hormone tiroid dapat
memberikan dapat memberikan manifestasi klinis melalui perubahan pada energy,
berat badan, toleransi suhu, fungsi GI, dan kualitas rambut atau kulit. Sel-sel
parafolikular (C) kelenjar tiroid memproduksi kalsitonin, suatu hormone yang
menurunkan kadar kalsium serum, namun demikian hormone ini tidak
memainkan peranan yang signifikan dalam metabolism kalsium pada
manusia.(Tao. L dan Kendall. K, 2013)
B. Etiologi
a) Penyakit Graves
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu
tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
c) Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
C. Klasifikasi
1. Penyakit graves
Sejenis radang tiroid yang disertai rasa sakit akut sebagai kelainan terbatas
pada kelenjar tiroid oleh infeksi saluran napas atas atau sering dijumpai pada
wanita dengan simptoma berupa sakit leher yang mendadak dan tirotoksikosis,
secara klinis radang sub akut memiliki cirri serupa dengan infeksi viral lain
seperti malaise. Luka yang terjadi diperkirakan sebagai akibat dari aktivitas sel
TCD8 yang mengenali antigen virus atau sel hingga menyebabkan infiltrasi ke
dalam jaringan folikel kelenjar tiroid.
D. Manifestasi Klinis
1. Sistem kardiovaskuler
1. Penatalaksanaan konservatif
a. Obat anti tiroid: Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis
berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.
a) Thioamide
c) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000
mg/hari
d) Potassium Iodide
e) Sodium Ipodate
Indikasi:
c) Persiapan tiroidektomi
2. Surgical
a) Radioaktif iodine.
b) Tiroidektomi
3. Terapi
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak
bisa disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil
(trimester kedua), dan untuk pasien yang alergi terhadap obat/yodium radioaktif.
Sekitar 25% dari semua kasus terjadi penyembuhan spontan dalam waktu 1 tahun.
G. Komplikasi
1. Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan
karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata.
Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves
2. Penyakit jantung
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Serum T3, terjadi peningkatan (N: 70 – 250 ng/dl atau 1,2 – 3,4 SI unit)
h. Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang
terdapat dalam kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Tes
ambilan iodium-radioaktif merupakan pemeriksaan sederhana dan memberikan
hasil yang dapat diandalkan.Penderita hipertiroidisme akan mengalami
penumpukan dalam proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada sebagian pasien).
2. CT Scan tiroid, mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine
radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh
kelenjat tiroid. Normalnya tiroid akan mengambil iodine 5 – 35 % dari dosis yang
diberikan setelah 24 jam. Pada pasien hipertiroid akan meningkat
3. USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah
massa atau nodule. Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan kelainan kistik
atau solid pada tiroid. Kelainan solid lebih sering disebabkan keganasan
dibanding dengan kelainan kistik. Tetapi kelainan kistikpun dapat disebabkan
keganasan meskipun kemungkinannya lebih kecil.
KASUS :
Ny.S berusia 33 tahun datang kerumah sakit bersama keluarga dengan keluhan
Perasaan ketat atau sempit pada tenggorokan, Batuk, Suara serak, Kesulitan
menelan, Kesulitan bernapas, terlihat ada benjolan di bagian leher, badan tampak
kurus dan keluarga mengatakan pasien tidak bayak makan karena merasa sakit di
bagian tenggorokan, pasien mengatakan nyeri di bagian leher, setelah diperiksa
terdapat hasil TTV : TD 120/80 mmHg, HR 70x/i, RR 12x/i, suhu 37,50c skala
nyeri 7. Dari pemeriksaan foto ronteng terdapat benjolan di bagian leher. Setelah
dua hari di rawat pasien di lakukan tindakan operasi tiroidektomi (pengakatan
graves)
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny. Suryani
Usia : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Jl.Setia Luhur
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswasta
2. Keluhan utama
a. Perasaan ketat atau sempit pada tenggorokan
b. Batuk
c. Suara serak
d. Kesulitan menelan
e. Kesulitan bernapas
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien masuk RS dengan keluhan sejak sebelum masuk RS kilen mengeluh
batuk, sulit menelan, sulit bernafas, perasaan ketat atau sempit pada
tenggorokan sehingga klien mengalami penurunan berat badan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien tidak mempunyai riwayat masa lalu dan tidak ada alergi terhadap
makanan dan obat-obatan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Ayah klien menderita penyakit gondok atau goiter.
6. Riwayat psikososial
Klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya karena takut
tidak sembuh Klien dan keluarga banyak bertanya tentang proses dan
perawatan penyakit. Klien bituh dukungan dari perawat terutama keluarga
7. Pemeriksaan fisik
a. Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi dan
simetris tidaknya, apakah terasa nyeri pada saat dipalpasi.
b. Inspeksi bentuk leher simetris tidaknya.
c. Auskultasi bunyi pada arteri tyroidea,nilai kualitas suara
d. Palpasi apakah terjadi deviasi trachea
8. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan sidik tiroid, pemeriksaan dengan radiosotop untuk
mengetahui ukuran,lokasi dan fungsi tiroid, melalui hasil tangkapan
yodiun radioaktif oleh kelenjar tiroid
b. Pemeriksaan ultrasonografi(USG), mengetahui keadan nodul kelenjar
tiroid misalnya keadaan padat atau cair, adanya kista, tiroiditis.
c. Biopsi asporasi jarum halus (BAJAH) yaitu dengan melakukan aspirasi
menggunakan jarum suntik halus no.22-27, sehingga rasa nyeri dapat
dikurangi danrelatif lebih aman. Namun demikian kelemahan dari
pemeriksaan ini adalah menghasilkan negatif atau positif.
d. Pemeriksaan T3, T4, TSH, untuk mengetahui hiperfungsi atau
hipofungsi kelenjar tiroid atau hipofisis
e. Temografi, yaitu dengan mengukursuhu kulit pada daerah tertentu,
menggunakan alat yang disebut dinamic telethermografi. Hasilnya
keadaan panas apabila selisih suhu dengan daerah sekitarnya >0,90C
dan dingin papabila <0,90C. sebagian besar keganasan tiroid pada suhu
panas.
ANALISA DATA
RR 12x/i
Do : nyeri 7
Do : kurang pengetahuan
No Implementasi Evaluasi