Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

KELOMPOK 3 :
1. MAYASARI LINGGA
2. MAGHFIRAH
3. CAROLINA DACHI
4. YAHDINI
5. SARINDAH SIHALOHO

3.1 PSIK

DOSEN PENGAMPU : Ns. Laura Siregar, M.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dalam bentuk Makalah
yang berjudul “asuhan keperawatan HIPERTENSI”. Makalah ini kami susun berdasarkan
data-data yang telah kami ambil dari Buku maupun internet.

Hambatan yang kami temui pada penyusunan Makalah ini adalah kurangnya waktu
penyusunan karena banyaknya tugas kami pada mata kuliah lain. Selesainya makalah ini
tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan tepat waktu.

Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, penulis
tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan kosa-kata,
tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya.

Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
bermaksud untuk memberikan kritik dan saran bersifat membangun dengan maksud
meningkatkan pengetahuan penulis agar lebih baik dalam karya selanjutnya dan dapat
memperbaiki kualitas makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah kami yang berjudul " asuhan keperawatan
HIPERTENSI" ini bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dan yang terdapat
dalam makalah ini dapat menjadi pembelajaran dan ilmu yang berguna bagi para pembaca.

Medan, 15 Februari 2018

Penulis

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................


DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................
1.2 Tujuan.......................................................................................

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS MEDIS


2.1 Definisi .....................................................................................
2.2 Etiologi ......................................................................................
2.3 Patofisiologi..............................................................................
2.4 Manifestasi Klinis ....................................................................
2.5 Pathway .....................................................................................
2.6 Pemeriksaan Diagnostik ...........................................................
2.7 Penatalaksanaan.........................................................................
2.8 Komplikasi ...............................................................................
2.9 Pencegahan ................................................................................
2.10 Asuhan Keperawatan ..............................................................

BAB 3 TINJAUAN KASUS


3.1 kasus ........................................................................................

BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................


BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN
5.1 Kesimpulan...............................................................................
5.2 Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di
Indonesia Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperbaikan oleh dokter
yang bekerja pada kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat
jangka panjang yang di timbulkannya. Berdasrkan penyebabnya hipertensi dibagi
menjadi 2 yaitu : Hipertensi primer, yang tidak di ketahui penyebabnya atau diopatik,
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.(Suyono, 2001,
h 453)

Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya 4%,
yang merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%
diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung
untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor
resikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Hasil peneltian dari MONICA
(multinational monitoring kardiovascular diseases), angka kejadian di Indonesia berkisar
2-18% diberbagai daerah, jadi di Indonesia saat ini kira-kira terdapat 20 juta orang
penderita hipertensi.(Weblog, ririns)

Perjalanan penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak


menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini menyelubungi perkembangan
penyakit, sampai terjadi kerusakan organ yang penting. Bila terdapat gejala maka
biasanya bersifat non-spesifik. Misalnya sakit kepala atau pusing, apabila hipertensi tetap
tidak diketahui dan tidak dirawat mengakibatkan kelemahan karena stroke atau gagal
ginjal mekanis.(Sylvia Anderson, 2006 : h 583)

Penyakit jantung hipertensi ditegakan bila dapat dideteksi hipertrofi ventrikel kiri sebagai
akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh ferifer dan beban aktif
ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan
lamanya peningkatan diastolik. Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas. (Mansjoer,
2001 : h 441)
Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30 tahun atau 40 tahun.
Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih awal. Pada tahap awal,
tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya pada situasi stress biasanya, ketika
mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau
tekanannya mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada
kasus-kasus seperti ini kita membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika angkanya terletak
diatas kesasaran normal, kita menyebutnya “hipertensi perbatasan” namun, jika angkanya
diatas normal secara konsisten, penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil” hipertensi
kronis bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak, bahkan setiap rumah
sakit mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah yang sangat tinggi, dari
200/120 samapi 250-140. (Hans p. wolf. 2006 : h 63)

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang lebih rendah diperoleh
pada saat jantung berelaksasi (diastolik) tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg di
defenisikan sebagai “normal” pada tekanan darah tinggi bisanya terjadi kenaikan tekanan
sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau
keatas, diukur kedua lengan iga dalam jangka beberapa minggu. (weblog, Wikipedia-
indonesia/)

1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien penderita hipertensi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Hipertensi


Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg.Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmhg(Smeltzer,
2002, hal 896).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg
dan tekanan diastole lebih dari 80 mmHg( Muttaqin,2009,hal 262 ).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal. Seseoarang dianggap
mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau 90
mmHg diastol (Corwin, hal 356).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan
diastolik lebih dari 90 mmHg.

2.2 Etiologi Hipertensi


Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Hipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui peyebabnya atau disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat 95% kasus (Smeltzer&Bare, 2001). Banyak faktor
yang mempengaruhinya, seperti jenis kelamin, genetik, usia, lingkungan, sistem
reninangiotensin dan sistem saraf otonom.Faktor-faktor lainya yaitu merokok,
konsumsi garam berlebih, alkohol, obesitas, stres dan kurang berolahraga/aktivitas
fisik. (Lauralee, 2001; dalam Rahmadani, 2011).

2. Hipertensi sekunder
Hipertensi ini terdapat sekitar 5% kasus dari semua prevalensi hipertensi. Penyebab
spesifiknya diketahui, misalnya; penyakit ginjal (glomerulonefritis akut, nefritis
kronis, penyakit poliartritis, diabetes nefropati), penyakit endokrin (hipotiroid,
hiperkalsemia, akromegali), koarktasioaorta, hipertensi pada kehamilan, kelainan
neurologi, obat-obat dan zat-zat lain (Lauralee, 2001; dalamRahmadani, 2011).
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10
% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder (Gunawan, 2001). Meskipun hipertensi
primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
2. Obesitas, terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan -
perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
2.3 Patofisiologi Hipertensi
Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada
medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut ke
bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia simpatis di torax dan
abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui sistem saraf simpatis . Pada titik ganglion ini neuron preganglion melepaskan
asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan melepaskannya norepinefrine mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang atau menurun dan berakibat
diproduksinya renin, renin akan merangsang pembentukan angiostensin I yang kemudian
diubah menjadi angiostensin II yang merupakan vasokonstriktor yang kuat yang merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal dimana hormon aldosteron ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra
vaskuler yang menyebabkan hipertensi. Terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor sebagai berikut :
1. Curah jantung dan tahanan perifer
Mempertahankan tekanan darah yang normal bergantung kepada keseimbangan antara
curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Sebagian terbesar pasien dengan hipertensi
esensial mempunyai curah jantung yang normal, namun tahanan perifernya meningkat.
Tahanan perifer ditentukan bukan oleh arteri yang besar atau kapiler, melainkan oleh
arteriola kecil, yang dindingnya mengandung sel otot polos. Kontraksi sel otot polos
diduga berkaitan dengan peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler (Lumbantobing,
2008). Kontriksi otot polos berlangsung lama diduga menginduksi perubahan sruktural
dengan penebalan dinding pembuluh darah arteriola, mungkin dimediasi oleh
angiotensin, dan dapat mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang irreversible.
Pada hipertensi yang sangat dini, tahanan perifer tidak meningkat dan peningkatan
tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya curah jantung, yang berkaitan dengan
overaktivitas simpatis. Peningkatan tahanan peifer yang terjadi kemungkinan
merupakan kompensasi untuk mencegah agar peningkatan tekanan tidak disebarluaskan
ke jaringan pembuluh darah kapiler, yang akan dapat mengganggu homeostasis sel
secara substansial (Lumbantobing, 2008).
2. Sistem renin-angiotensin
Sistem renin-angiotensin mungkin merupakan sistem endokrin yang paling penting
dalam mengontrol tekanan darah. Renin disekresi dari aparat juxtaglomerular ginjal
sebagai jawaban terhadap kurang perfusi glomerular atau kurang asupan garam. Ia juga
dilepas sebagai jawaban terhadap stimulasi dan sistem saraf simpatis (Lumbantobing,
2008). Renin bertanggung jawab mengkonversi substrat renin (angiotensinogen)
menjadi angotensin II di paru-paru oleh angiotensin converting enzyme (ACE).
Angiotensin II merupakan vasokontriktor yang kuat dan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah (Lumbantobing, 2008).
3. Sistem saraf otonom
Stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi arteriola dan dilatasi
arteriola. Jadi sistem saraf otonom mempunyai peranan yang penting dalam
mempertahankan tekanan darah yang normal. Ia juga mempunyai peranan penting
dalam memediasi perubahan yang berlangsung singkat pada tekanan darah sebagai
jawaban terhadap stres dan kerja fisik (Lumbantobing, 2008).
4. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretic pept ide /ANP)
ANP merupakan hormon yang diproduksi oleh atrium jantung sebagai jawaban terhadap
peningkatan volum darah. Efeknya ialah meningkatkan ekskresi garam dan air dari
ginjal, jadi sebagai semacam diuretik alamiah. Gangguan pada sistem ini dapat
mengakibatkan retensi cairan dan hipertensi (Lumbantobing, 2008).

2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi


Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Sakit kepala
3. Epistaksis
4. Pusing / migrain
5. Rasa berat ditengkuk
6. Sukar tidur
7. Mata berkunang kunang
8. Lemah dan lelah
9. Muka pucat
10. Suhu tubuh rendah
Sebagian besar pasien dengan hipertensi biasanya tidak mempunyai gejala spesifik
yang menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya diidentifikasi dengan pemeriksaan
tekanan darah saja (Kurt, 2000; dalam Sari 2011). Seseorang dapat menganggap sakit
kepala, pusing atau hidung berdarah merupakantanda-tanda meningkatnya tekanan darah,
padahal gejala tersebut hanya sebagian kecil yangterjadi akibat hipertensi (Sheps, 2005;
dalam Sari, 2011).Sebuah penelitian menemukan tidak ada hubungan antara sakit
kepaladengan meningkatnya tekanan darah, bahkan sebagian orang tidak merasakan tanda
atau gejala apapun.
Tanda dan gejala lain yang sering dihubungkan dengan hipertensi seperti keringat
berlebihan, kejang otot, sering berkemih dan denyutjantung yang cepat dan tidak beraturan
atau palpitasi (Sheps, 2005; dalam Sari, 2011). Gejala lain yang umumnya terjadi pada
penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara
tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Wiryowidagdo,2002; dalam Sagala, 2010).
Kushartanti (2008) menyebutkan gejala hipertensi yakni meliputi pusing, kaku tengkuk,
kaku bahu, kesemutan, mual, lemas, sakit pinggang dan sesak nafas.Menurut
Smeltzer&Bare (2001) faktor yang mempengaruhi gejala hipertensi yaitu adanya
kerusakan/gangguan vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai dengan sistem organ
yang divaskularisasi.
Gejala hipertensi merupakan manifestasi klinis dari gangguan kenyamanan yang
dirasakan pasien. Pasien dapat menganggap sebuah gejala hipertensi sebagai sebuah
gangguan kenyamanan atau tidak bergantung dari beberapa faktor. Menurut Potter&Perry
(2005) beberapa faktor tersebut yaitu; usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri,
perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, koping dan dukungan sosial
keluarga.
2.5 Pathaway

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Hb atau Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti: hipokoagulabilitas
dan anemia
b. BUN atau kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjal
c. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin. Hipertensi yang disertai dengan diabetes ataupun
diabetes yang disertai hipertensi dapat menimbulkan risiko pada organ–organ
penting. Oleh karena itu diperlukan pemantauan untuk kadar glukosa dalam darah
d. Urinalisa: mengkaji pada darah, protein, glukosa, menunjukkan ada disfungsi
pada ginjal dan adanya DM
2. CT Scan: untuk mengkaji adanya tumor cerebral dan encelopati
3. EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana letak dan berapa luasnya,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi, seperti: batu ginjal dan perbaikan
ginjal
5. Foto Thorax: dapat menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup dan
pembesaran jantung

2.7 Penatalaksanaan Hipertensi


Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan:
a) Terapi nonfarmakologi
b) Terapi farmakologi

a) Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah
tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan
hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan
perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah
dapat terlihat pada tabel 4 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII. Disamping
menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya
hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-
pasien dengan tekanan darah prehipertensi.12 Modifikasi gaya hidup yang penting
yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk
individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach
to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium;
aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan
pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi;
mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan
obat. 10 Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan
berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai
pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke
pasien, dan dorongan moril. Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien
supaya pasien mengerti rasionalitas intervensi diet:
a. Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan
berat badan ideal
b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)
c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan
tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor
dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe
2, dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskular.
e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat
menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam,
kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan
pembatasan natrium.
JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan buah, sayur,
dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang.
Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari. Aktifitas fisik dapat
menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30
menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi
menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan
menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah.

Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien
harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik
terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target. Merokok merupakan faktor
resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang
merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan
oleh merokok.

b) Terapi Farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat enzim
konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan
antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini baik
sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien dengan
hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini. Beberapa
dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium) mempunyai subkelas
dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam mekanisme kerja,
penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa, agonis alfa 2 sentral,
penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat alternatif pada
pasien-pasien tertentu disamping obat utama.

Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti terbaik yang
ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas, dan bijak
terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktek evidence-based untuk
hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data yang menunjukkan
penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau kerusakan target organ
akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau sekadar menurunkan tekanan
darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalam seleksi obat hipertensi.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat yang paling berguna adalah
diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor
angiotensin (ARB), penyekat beta, dan antagonis kalsium (CCB).

Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi
untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari
kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim
gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg
diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Yang
harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasien-
pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik, dan lansia.
2.8 Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
Pemekaran pembuluh darah
Perdarahan
Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
Malam banyak kencing
Kerusakan sel ginjal
Gagal ginjal
c. Jantung
Membesar
Sesak nafas (dyspnoe)
Cepat lelah
Gagal jantung

2.9 Pencegahan
a. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
b. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat
mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan, dapat
membakar lemak yang berlebihan.
c. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di
kurangi)
d. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling
sedikit 7 kali dalam seminggu.
e. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
f. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorabg yang
memiliki riwayat penderita hipertensi.
g. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk mengendalikan
stress. (Bambang Sadewo, 2004)
2.10 Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional dan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan klien. (Iyert el, al, 1996)
a. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan
pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui
berbagai permasalahan yang ada. (Aziz Alimul. 2009 : h 85)

Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001) adalah


1. Aktivitas istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda : - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk
menaikkan diagnosis
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)
- Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
- Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat
- Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel
kiri / hipertrofi vertical kiri).

3. Integritas ego\
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis
(dapat mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan
keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan
yang meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata)
gerakkan fisik cepat, pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan
(meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.
Tanda : - Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).

6. Neurosensori
Gejala :- Keluhan pening/pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek,
proses fikir atau memori.

7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala : - Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
- Nyeri abdomen / massa
8. Pernapasan
Gejala : - Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
- Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda : - Distres respirasi
- Bunyi nafas tambahan
- Sianosis
9. Keamanan
Gejala : - Gangguan koordinas / cara berjalan
- Hipotesia pastural
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)

10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensial. (Aziz Alimul, 2009 : h 92)

Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon
individu. Keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial.
Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh
data. Dimana menurut Nanda diartikan sebagai defensial arakteristik definisi
karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala suatu yang dapat diobservasi dan
gejala sesuai yang dirasakan oleh klien.

Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada


pasien dengan hipertensi adalah :
1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-
tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis aktual
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan
tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi pada saat
bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh
5. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup
beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d
kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, meminta informasi.

c. Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang
dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien. (Aziz
Alimul. 2009 : h 106)
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes et al (2000)
adalah :

Diagnosa keperawatan I : Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d


peningkatan afterload, vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat
diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis actual.

Intervensi :
o Pantau TD
o Catat keberadaan
o Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
o Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan
lingkungan
o Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Rasionalisasi
o Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan/bidang masalah kaskuler
o Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan kongesti
vena)
o Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal
jantung kronik
o Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mungkin keterkaitan dengan kosokentreksi atau mencerminkan
kekomposisi/penurunan curah jantung
o Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler
o Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi
o Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan perjalanan
penyakit hipertensi
o Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek
tenang sehingga tak menurunkan TD
o Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat
dalam jumlah penting sedikit dan dosis paling rendah.

Diagnosa Keperawatan II :Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler
selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital.
Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu.

Intervensi :
· Kaji respon pasien terhadap aktivitas
· Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
· Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energi

Rasionalisasi :

· Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy, membantu


keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
· Kemajuan aktifitas berharap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba

Diagnosa keperawatan III : Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal
tentang kelebihan atau kelemahan.
Intervensi :
 Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam dan gula sesuai indikasi
 Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
 Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasionalisasi :
 Meminimalkan stimulus / meningkatkan relaksasi
 Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang
memperlambat / memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit
kepala dan komlikasinya
 Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya
peningkatan tekanan vaskuler serebral
 Pusing dan penglihatan kabur sehingga b/d sakit kepala
 Menurunkan / mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf
simfatis
 Dapat mengurangi tegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat.

Diagnosa IV : Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan
dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh.

Intervensi :
 Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku
 Saraf laporan gangguan tidur
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan startegi
untuk mengatasinya
 Dorong pasien untuk mengevaluasi prioitas tubuh.

Rasionalisasi :
 Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan
dengan peningkatan masa tubuh
 Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya ateroskelrosis dan
kegemukan yang merupakan preposisi untuk hipertensi dan komlikasinya
 Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama
sekali tidak berhasil
 Mengindikasikan kekuatan/kelemahan dalam menentukan kebutuhan individu
untuk penyesuaian / penyuluhan
 Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara teori
dapat menurunkan BB 0,5 kg/hari
 Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat
mengontrol perubahan
 Penting untuk mencegah perkembangan heterogenesis
 Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual.

Diagnosa V : Koping, individual, infektif b/d krisis situasional / maturasional, perubahan


hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta
bantuan.

Intervensi :
 Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
 Tetapkan dan nyatakan batas Hd normal
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular
 Bahan pentingnya menghentikan merokok

Rasionalisasi :
 Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi
hipertensi klanik menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan
sehari-hari
 Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang
ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik
 Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap
pandangan pasien tentang apa yang diinginkan
 Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari
rasa yang tidak menentu dan tidak berdaya.

Diagnosa keperawatan VI :Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi


rencana pengobatan b/d pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, menerima
informasi.
Intervensi :
 Bela penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan
mempertahankan perjanjian tindak lanjut
 Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
 Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

Rasionalisasi :
 Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan
kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan
 Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk
memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa
sehat
 Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi
dan penyakit kardiovaskular
 Nikotin meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan
peningkatan frekwensi jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi
jaringan dan meningkatkan beban kerja miokardium. (Doengoes et al, 2001 :
41-49)

d. Implementasi
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis
keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. (Aziz Alimuml. 2001 : h
11)

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan penyakit. Pemulihan
kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat
dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien tindakan.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana
tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009 : hi 12)

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini
dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan:
1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai tujuan) (lyer, at al, 1996)
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Usia/ Tgl lahir : 40 Tahun/ 28 Februari 1978
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : jalan sukadono, medan sunggal
No. Telp : 085289768989
Suku/Bangsa : batak/Indonesia
Status pernikahan : menikah
Agama : kristen katolik
Pekerjaan/ sumber penghasilan : PNS
Diagnosa Medis : Hipertensi
No. MR : 22.23.24
Tanggal Masuk : 2 Februari 2018
Tanggal Pengkajian : 3 Februari 2018

II. Keluhan Utama


Tn.A (40th) datang ke RS swasta Medan pada tanggal 2 Februari 2018 jam 09.20 WIB dengan
keluhan sakit kepala,disertai rasa berat di tengkuk dan sakit kepala berdenyut serta klien mengatakan
sulit beraktivitas.
III. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang
- Kapan timbulnya penyakit? Sejak 3 sebelum masuk RS Jam : 08.30
- Bagaimana awal munculnya? Tiba-tiba Berangsur-angsur
- Bagaiman keadaan penyakit sekarang?
Sudah membaik Parah Tetap sama dengan sebelumnya
- Kondisi saat dikaji :
P (Provokatif) : saat beraktivitas
Q (Qualitas) : berdenyut-denyut
R (Region/Radiasi) : Nyeri di bagian kepala
S (Skala Seviritis) : 7
T (Timing) : < 15 menit
B. Riwayat kesehatan lalu
Penyakit yang pernah diderita :
Tidak ada
Riwayat Imunisasi : Lengkap Tidak Lengkap
Riwayat Hospitalisasi :
1. Tidak ada
Riwayat alergi obat-obatan :
- Ada : Jenisnya/ Nama Obat : _____________
- Tidak ada :

C. Riwayat kesehatan keluarga


- Apakah ada anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit
jantung, stroke, anemia, hemopilia, arthritis, migrain, DM, kanker dan gangguan
emosional ? Ada, sebutkan: ayah Tidak ada

Genogram

= laki- laki
= Perempuan
= laki-laki meninggal
= perempuan meninggal
= klien

IV. Pengkajian Model Roy


Pengkajian perilaku dan stimulus merupakan langkah pertama dari proses keperawatan yang
terdiri dari empat adaptasi mode, yaitu :
1. Mode Fisiological
a. Oksigenasi dan ventilasi (Vairo,1984 dalam Roy 1991) :
1) Jalan nafas : Bersih Ada sumbatan: ____________
2) Pernafasan : Tidak Sesak Sesak
3) Menggunakan otot bantu pernafasan : Ya Tidak
4) Frekuensi pernafasan : 25 x / menit
5) Irama pernafasan : Teratur Tidak teratur
6) Jenis pernafasan : Spontan
7) Kedalaman : Dalam Dangkal
8) Palpasi dada : Massa Nyeri Tekan Lain-lain _______
9) Perkusi dada : Sonor Resonan Timpani Dullness
10) Suara nafas : Vesikuler Ronkhi Wheezing Rales
11) Penggunaan alat bantu nafas: Tidak Ya, sebutkan _________
Fokal :
- Infeksi pernafasan : Tidak ada
- Asidosis metabolic : Tidak ada
- Gangguan jantung : ada, tekanan darah meningkat menjadi 180/100 mmHg
- Gangguan sirkulasi perifer : Tidak ada
- Gangguan Hormon : T3,T4,TSH : Tidak ada

Kontektual & residual


- Riwayat keluarga : ayah menderita hipertensi
- Lingkungan : Kebersihan lingkungan (bersih)
- Riwayat pengobatan sebelumnya : mendapatkan terapi
Masalah keperawatan yang muncul :
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
Tidak efektifnya pola nafas
Gangguan pertukaran gas
Nyeri akut

b. Nutrisi :
Keadaan mulut :
1) Gigi : Caries Tidak Caries
2) Penggunaan gigi palsu : Ya Tidak
3) Stomatitis : Ya Tidak
4) Lidah kotor : Ya Tidak
5) Saliva : Normal Abnormal
6) Bising usus : 9 x / menit.
7) Hepar : Teraba Tak teraba
8) Abdomen : Lembek Kembung
Acites Distensi
9) Proses digestive:
Kesulitan mengunyah Kesulitan menelan Rasa penuh pada
lambung
Mual Muntah Nyeri lambung _____________
10) Pemeriksaan fisik
TB : 155 cm BB : 52 kg BBI :52 IMT : 21,6
(normal)
Bising usus :9 x/menit Hepatomegali : tidak ada Truncal obesity :tidak
Asites : tidak

Stimulus Fokal :
- Penurunan nutrisi sel (penurunan berat badan) : berat badan menurut 4 kg
- Hipermetabolisme/hipometabolisme: (Stress fisik, psikis ( gangrene, luka operasi, dll),
lipid profile, pembesaran kelenjar thyroid: CT scan thyroid, T3, T4, TSH

Kontektual & residual


- Riwayat kesehatan (Hipertensi tidak terkontrol)
- Riwayat pengobatan & penatalaksanaan (terapi obat)
- Riwayat diit : perubahan pola dan menu makan di rumah sakit

Masalah Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

c. Eliminasi :
1) Frekuensi BAB : dua x/hari
2) Warna feces : Kuning Putih seperti air cucian beras
Cokelat Hitam Dempul
3) Konsistensi faeces : Setengah padat Cair Berdarah
Terdapat lendir Tidak ada kelainan
4) Intake (ml/24 jam) : Minum: 2 liter Infus : 1.500 ml/24 jam
5) Output (ml/24 jam) : Urin : 1500 cc IWL : 780 ml/24 jam
Mual/muntah : 300 cc
6) Balance Cairan : 920 cc
7) Warna Urine : Kuning jernih Kuning kental/coklat
Merah Putih

Stimulus Fokal : Tidak ada semua dalam kondisi adaptif


- Poliuria _
- Nokturia ____________________________________________________________
- Dysuria ( pada wanita akibat vaginitis / candidiasis )___________________________
- Oligouria ( sudah terjadi komplikasi pada ginjal ) _____________________________

Masalah Keperawatan :
Volume cairan kurang
Volume cairan berlebih
Resiko devisit volume cairan
Perubahan perfusi jaringan (renal, cerebral, cardiopulmonal, perifer,
gastrointestinal)
Diare
Inkontenensia alvi
Konstipasi
Persepsi konstipasi
Inkontenensia urine

d. Aktivitas dan istirahat :


Pola Istirahat dan Tidur
Tidak ada keluhan, pada malam hari klien tidur 7 – 8 jam, sedangkan pada siang hari
klien tidur 1-2 jam.

Pola Aktivitas dan Latihan.

1) Kelemahan fisik, keluhan mudah lelah, lemas


2) Fungsi motorik :  Kontraktur  Keterbatasan/kesulitan bergerak
Pemeriksaan fisik
1) Kekuatan otot :4
2) Postur tubuh : membungkuk
3) Bentuk kaki : Kaki charcot  Hamer toe  Callus  Corn
 Kuku yang tumbuh didalam kulit  Bunion
 Clawfoot (kaki cakar)  Flatfoot

MASALAH KEPERAWATAN
Kerusakan mobilitas fisik Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas, risiko Keletihan
Gangguan pola tidur
e. Proteksi/ perlindungan :
1) Turgor kulit : Elastis Tidak elastis
2) Temperatur kulit : Hangat Dingin
3) Warna kulit : Pucat Sianosis Kemerahan
4) Keadaan kulit : Baik Lesi Ulkus
Luka, Lokasi ______________________________
Insisi operasi, Lokasi ________________________
5) Kondisi : Gatal-gatal Memar/lebam
Kelainan Pigmen
Dekubitus, Lokasi __________________________
6) Kelainan Kulit : Tidak Ya, Jenis ________________
7) Kondisi kulit daerah pemasangan Infus : tidak ada bengkak
8) Keadaan rambut : - Tekstur : Baik Tidak
Alopesia
9) Kebersihan : Ya Tidak ____________

Stimulus Fokal : Laboratorium


 Hasil Foto rongten : menunjukan pembesaran jantung,vaskularisasi atau aorta
yang lebar.
 Hasil EKG : menunjukkan adanya pembesaran ventrikel kiri,pembesaran
atrium kiri,dan adanya penyakit jantung koroner/aritmia
 Hasil Laboratorium : fungsi ginjal terdapat urine lengkap (urinalisa),dan asam
urat
 Echocardiogram : tampak adanya penebalan dinding ventrikel,dan terjadi
dilatasi dan gangguan fungsi sistolik dan diastolic

Masalah Keperawatan :
Kerusakan integritas kulit Resiko infeksi
Cedera akibat posisi perioperasi, risiko Trauma, resiko
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
f. Sense / Indera :
1) Posisi mata : Simetris Asimetris
2) Kelopak mata : Normal Ptosis
3) Pergerakan bola mata : Normal Abnormal
4) Konjungtiva : Merah muda Anemis
Sangat Merah
5) Kornea : Normal Keruh/ berkabut
Terdapat Perdarahan
6) Sklera : Ikterik Anikterik
7) Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Miosis
8) Otot-otot mata : Tidak ada kelainan Juling keluar
Juling ke dalam Berada di atas
9) Fungsi penglihatan : Baik Kabur
Dua bentuk / diplopia
10) Lensa mata : Jernih Keruh
11) TIO : < 12 mmHG 12-25 mmHg
 25 mmHg
12) Tanda-tanda radang : tidak ada
13) Pemakaian kaca mata : Tidak Ya, Jenis
_______________
14) Pemakaian lensa kontak : tidak
15) Reaksi terhadap cahaya : normal

Masalah Keperawatan :
Gangguan sensori primer Potensial gangguan berkomunikasi
Potensial injuri Kehilangan kemampuan merawat diri
Sensori monoton atau distorsi Sensori overload atau deprivasi
Nyeri akut Nyeri kronik Gangguan persepsi

g. Sistem Pendengaran
1) Daun telinga : Normal Tidak, Kanan/kiri ___________
2) Karakteristik serumen (warna, kosistensi, bau) : padat dengan warna hitam coklat
3) Kondisi telinga tengah : Normal Kemerahan
Bengkak Terdapat lesi

4) Cairan dari telinga : Tidak Ada, _____________________


Darah, nanah dll.

5) Perasaan penuh di telinga : Ya Tidak


6) Tinitus : Ya Tidak
7) Fungsi pendengaran : Normal Kurang
Tuli, kanan/kiri __________

8) Gangguan keseimbangan : Tidak Ya,………


9) Pemakaian alat bantu : Ya Tidak
Stimulus
1) Fokal : tidak ada gangguan pendengaran
2) Kontekstual : tidak ada
3) Residual : tidak ada

h. Fungsi syaraf/neurologis
1) Keluhan sakit kepala : nyeri pada bagian kepala
2) Tingkat kesadaran : Compos mentis Apatis
Somnolent Soporokoma
3) Glasgow coma scale(GCS) E :4 M:5 V:5
4) Tanda-tanda peningkatan TIK : Tidak Ya, ________
Muntah proyektil Nyeri Kepala hebat Papil Edema
5) Gangguan Sistem persyarafan : Kejang Pelo
Mulut mencong Disorientasi Polineuritis/
kesemutan
Kelumpuhan ekstremitas (kanan / kiri / atas / bawah)
6) Pemeriksaan Reflek :
a) Reflek fisiologis : Normal Tidak ____________
b) Reflek Patologis : Tidak Ya ______________

Masalah Keperawatan
Penurunan tingkat kesadaran Proses kognitif inefektif
Defisit memori Perilaku dan mood tidak stabil
Inefektif kompensasi defisit kognitif
Potensial kerusakan otak sekunder
2. Mode konsep diri
- Perubahan/penurunan fungsi sensori
Denyut-denyut Baal Nyeri Penurunan sensasi
- Keluhan
Penurunan BB Badan terasa lemas Cepat lelah
Mudah berdarah Nyeri sendi
- Perubahan/gangguan sexual
Impotensi Ejakulasi dini Penurunan libido
Vagina kering ______________
- Persepsi pasien terhadap adanya perubahan : saat ini klien berpikir tentang penyakitnya
dan klien selalu bertanyak mengenai penyakit yang dialaminya
Stimulus
1. The Physical Self :
Fokal : klien mengatakan sering merasa lemas
Contekstual : kurangnya dukungan dari keluarga

2. The personal self


Fokal : Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau adanya ketakutan
Kontekstual : hilangnya pekerjaan , impotensi , overprotective keluarga
Residual : Sistem nilai kepercayaan
a) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan : tidak ada
b) Aktivitas Agama/Kepercayaan yang dilakukan : rajin berdoa

3. Mode fungsi peran


Fokal : kehilangan peran sebagai istri
Kontekstual : dukungan dari keluarga / saudara yang kurang dari segi ekonomi
Residual : suami yang tidak bisa bekerja lagi, sehingga anak dan istri yang mencari
nafkah keluarga

Interdependensi
Fokal : klien yang terlalu merasa tidak mampu melakukan hidupnya dengan
kemampuan dirinya ( self eficacy yg rendah )
Kontekstual : / tingkat pengetahuan Perawatan hipertensi pada pasien dan keluarga
yang kurang
Residual : kebiasaan kurang mandiri

Masalah Keperawatan :
Kesiapan meningkatkan konsep diri Gangguan fungsi seksual
Gangguan sensasi tubuh Disfungsi seksual
Ketidakefektifan pola seksualitas Gangguan citra tubuh
Harga diri rendah situasional Harga diri rendah kronik
Ketidakefektifan koping kurang pengetahuan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung
2. Intoleransi aktivitas
3. Nyeri akut
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
5. Kurang pengetahuan

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Resiko tinggi NOC : NIC :
terhadap penurunan o Cardiac Pump Cardiac Care
curah jantung b/d effectiveness  Evaluasi adanya nyeri
peningkatan o Circulation dada (
afterload, Status intensitas,lokasi,
vasokonstriksi, o Vital Sign Status durasi
hipertrofi/rigiditas  Catat adanya disritmia
ventrikuler, iskemia jantung
miokard  Catat adanya tanda
dan gejala penurunan
cardiac putput
 Monitor status
kardiovaskuler
 Monitor status
pernafasan yang
menandakan gagal
jantung
 Monitor abdomen
sebagai indicator
penurunan perfusi
 Monitor balance
cairan
 Monitor adanya
perubahan tekanan
darah
 Monitor respon pasien
terhadap efek
pengobatan antiaritmia
 Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
 Monitor toleransi
aktivitas pasien
 Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
 Anjurkan untuk
menurunkan stress

Fluid Management
o Timbang
popok/pembalut jika
diperlukan
o Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
o Pasang urin kateter
jika diperlukan
o Monitor status hidrasi
( kelembaban
membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ), jika
diperlukan
o Monitor hasil lAb
yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN ,
Hmt , osmolalitas
urin )
o Monitor status
hemodinamik
termasuk CVP, MAP,
PAP, dan PCWP
o Monitor vital sign
sesuai indikasi
penyakit
o Monitor indikasi
retensi / kelebihan
cairan (cracles, CVP ,
edema, distensi vena
leher, asites)
o Monitor berat pasien
sebelum dan setelah
dialisis
o Kaji lokasi dan luas
edema
o Monitor masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
o Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian terapi
cairan sesuai program
o Monitor status nutrisi
o Berikan cairan
o Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai
program
o Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
o Dorong masukan oral
o Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output
o Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
o Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
o Batasi masukan cairan
pada keadaan
hiponatrermi dilusi
dengan serum Na <
130 mEq/l
o Monitor respon pasien
terhadap terapi
elektrolit
o Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
o Atur kemungkinan
tranfusi
o Persiapan untuk
tranfusi
Fluid Monitoring
o Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminaSi
o Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari ketidak
seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan
renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi
hati, dll )
o Monitor berat badan
o Monitor serum dan
elektrolit urine
o Monitor serum dan
osmilalitas urine
o Monitor BP
o Monitor tekanan darah
orthostatik dan
perubahan irama
jantung
o Monitor parameter
hemodinamik infasif
o Catat secara akutar
intake dan output
o Monitor membran
mukosa dan turgor
kulit, serta rasa haus
o Catat monitor warna,
jumlah dan
o Monitor adanya
distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan
penambahan BB
o Monitor tanda dan
gejala dari odema
o Beri cairan sesuai
keperluan
o Kolaborasi pemberian
obat yang dapat
meningkatkan output
urin
o Lakukan hemodialisis
bila perlu dan catat
respons pasien

Vital Sign
Monitoring
 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari
nadi
 Monitor adanya pulsus
paradoksus
 Monitor adanya pulsus
alterans
 Monitor jumlah dan
irama jantung
 Monitor bunyi jantung
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola
pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
2 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
b/d kelemahan,  Energy Activity Therapy
ketidakseimbangan conservation  Kolaborasikan dengan
suplai dan  Activity Tenaga Rehabilitasi
kebutuhan oksigen. tolerance Medik
 Self Care : ADLs dalammerencanakan
progran terapi yang
Kriteria Hasil : tepat.
 Berpartisipasi  Bantu klien untuk
dalam aktivitas mengidentifikasi
fisik tanpa aktivitas yang mampu
disertai dilakukan
peningkatan  Bantu untuk memilih
tekanan darah, aktivitas konsisten
nadi dan RR yangsesuai dengan
 Mampu kemampuan fisik,
melakukan psikologi dan social
aktivitas sehari  Bantu untuk
hari (ADLs) mengidentifikasi dan
secara mandiri mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
 Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik,
emoi, social dan
spiritual

3 Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan  Pain Level, Pain Management
dengan peningkatan  Pain control,  Lakukan pengkajian
tekanan vaskuler  Comfort level nyeri secara
serebral komprehensif
Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
 Mampu karakteristik, durasi,
mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan
(tahu penyebab faktor presipitasi
nyeri, mampu  Observasi reaksi
menggunakan nonverbal dari
tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi  Gunakan teknik
untuk komunikasi terapeutik
mengurangi untuk mengetahui
nyeri, mencari pengalaman nyeri
bantuan) pasien
 Melaporkan  Kaji kultur yang
bahwa nyeri mempengaruhi respon
berkurang nyeri
dengan  Evaluasi pengalaman
menggunakan nyeri masa lampau
manajemen nyeri  Evaluasi bersama
 Mampu pasien dan tim
mengenali nyeri kesehatan lain tentang
(skala, intensitas, ketidakefektifan
frekuensi dan kontrol nyeri masa
tanda nyeri) lampau
 Menyatakan rasa  Bantu pasien dan
nyaman setelah keluarga untuk
nyeri berkurang mencari dan
 Tanda vital menemukan dukungan
dalam rentang  Kontrol lingkungan
normal yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor
presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
 Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic
Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
4 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi lebih dari  Nutritional Status Weight
kebutuhan tubuh b/d : food and Fluid Management
masukan berlebihan Intake  Diskusikan bersama
 Nutritional Status pasien mengenai
: nutrient Intake hubungan antara
 Weight control intake makanan,
Kriteria Hasil : latihan, peningkatan
 Mengerti factor BB dan penurunan BB
yang  Diskusikan bersama
meningkatkan pasien mengani
berat badan kondisi medis yang
 Mengidentfifikasi dapat mempengaruhi
tingkah laku BB
dibawah kontrol  Diskusikan bersama
klien pasien mengenai
 Memodifikasi kebiasaan, gaya hidup
diet dalam waktu dan factor herediter
yang lama untuk yang dapat
mengontrol berat mempengaruhi BB
badan  Diskusikan bersama
 Penurunan berat pasien mengenai risiko
badan 1-2 yang berhubungan
pounds/mgg dengan BB berlebih
 Menggunakan dan penurunan BB
energy untuk  Dorong pasien untuk
aktivitas sehari merubah kebiasaan
hari makan
 Perkirakan BB badan
ideal pasien

Nutrition
Management
 Kaji adanya alergi
makanan
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
 Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
Fe
 Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein
dan vitamin C
 Berikan substansi gula
 Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
 Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan
harian.
 Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
 Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
 Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Weight reduction
Assistance
 Fasilitasi keinginan
pasien untuk
menurunkan BB
 Perkirakan bersama
pasien mengenai
penurunan BB
 Tentukan tujuan
penurunan BB
 Beri pujian/reward
saat pasien berhasil
mencapai tujuan
 Ajarkan pemilihan
makanan
5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan  Kowlwdge : Teaching : disease
dengan kurangnya disease process Process
informasi tentang  Kowledge :  Berikan penilaian
proses penyakit health Behavior tentang tingkat
Kriteria Hasil : pengetahuan pasien
 Pasien dan tentang proses
keluarga penyakit yang spesifik
menyatakan  Jelaskan patofisiologi
pemahaman dari penyakit dan
tentang penyakit, bagaimana hal ini
kondisi, berhubungan dengan
prognosis dan anatomi dan fisiologi,
program dengan cara yang
pengobatan tepat.
 Pasien dan  Gambarkan tanda dan
keluarga mampu gejala ang biasa
melaksanakan muncul pada penyakit,
prosedur yang dengan cara yang tepat
dijelaskan secara  Gambarkan proses
benar penyakit, dengan cara
 Pasien dan yang tepat
keluarga mampu  Identifikasi
menjelaskan kemungkinan
kembali apa yang penyebab, dengna cara
dijelaskan yang tepat
perawat/tim  Sediakan informasi
kesehatan pada pasien tentang
lainnya. kondisi, dengan cara
yang tepat
 Hindari harapan yang
kosong
 Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
 Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,
dengan cara yang tepat
 Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat

4. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


H
A P
R A
N D
I/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI R
O x
T A
G F
L
1 03-  mengevaluasi adanya S: pasien
. 02- 1. 08.00 mengatakan rasa
nyeri dada (
201 intensitas,lokasi, berat di tengkuk
8 semakin berkurang
durasi
 mencatat adanya O: Tekanan darah
disritmia jantung pasien menurun
 mencatat adanya walaupun belum
08.30 dibatas normal
tanda dan gejala
penurunan cardiac A: Masalah belum
putput teratasi
H
A P
R A
N D
I/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI R
O x
T A
G F
L
 memonitor status P: intervensi
kardiovaskuler dilanjutkan
 memonitor status
pernafasan yang
menandakan gagal
09.00 jantung
 memonitor abdomen
sebagai indicator
penurunan perfusi
 memonitor balance
cairan
 memonitor adanya
perubahan tekanan
darah
 memonitor respon
pasien terhadap efek
09.30
pengobatan
antiaritmia
 mengatur periode
latihan dan istirahat
untuk menghindari
kelelahan
 memonitor toleransi
aktivitas pasien
 memonitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
 menganjurkan untuk
menurunkan stress
 mengkolaborasikan
2 2 08. S: Pasien
dengan Tenaga
. . 00 Rehabilitasi Medik mengatakan
dalammerencanaka
sudah mulai
n progran terapi
yang tepat. mampu
 membantu klien
08. beraktivitas
untuk
30 mengidentifikasi O: pasien mampu
H
A P
R A
N D
I/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI R
O x
T A
G F
L
aktivitas yang
mampu dilakukan ke kamar mandi
 membantu untuk sendiri
memilih aktivitas
A: Masalah
konsisten
yangsesuai dengan teratasi sebagian
kemampuan fisik,
09. psikologi dan social P: Lanjutkan

00  membaantu untuk Intervensi


mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
 membantu untuk
09.
mendpatkan alat
50 bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
 membantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
 membantu klien
untuk membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
10.
 membantu
00 pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 menydiakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
H
A P
R A
N D
I/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI R
O x
T A
G F
L
 membantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
 memonitor respon
fisik, emoi, social
dan spiritual

 melakukan
3 3 08. S: Pasien
pengkajian nyeri
. . 00 secara mengatakan
komprehensif
sedikit nyaman
termasuk lokasi,
karakteristik, dan nyeri sudah
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor berkurang

08. presipitasi O: skala nyeri 5


 mengobservasi
30 A: Masalah
reaksi nonverbal
dari teratasi sebagian
ketidaknyamanan
P: Lanjutkan
 menggunakan
teknik komunikasi interensi
terapeutik untuk
mengetahui
09. pengalaman nyeri
pasien
00
 mengkaji kultur
yang
mempengaruhi
respon nyeri
 mengevaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
09.  mengevaluasi
bersama pasien dan
50
tim kesehatan lain
H
A P
R A
N D
I/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI R
O x
T A
G F
L
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
 membantu pasien
dan keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
 mengontrol
10.
lingkungan yang
00 dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
 mengurangi faktor
presipitasi nyeri
 memilih dan
lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
 mengkaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
 mengajarkan
tentang teknik non
farmakologi
 memberikan
analgetik untuk
mengurangi nyeri
 mengevaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
H
A P
R A
N D
I/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI R
O x
T A
G F
L
 meningkatkan
istirahat
 mengkolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
 memonitor
penerimaan pasien
tentang manajemen
nyeri
 mendiskusikan
4 4 08. S: Pasien
bersama pasien
. . 00 mengenai hubungan mengatakan
antara intake
selera makan
makanan, latihan,
peningkatan BB sudah meningkat
dan penurunan BB
O: Pasien sudah
 mendiskusikan
08. bersama pasien makan sedikit-
mengani kondisi
30 sedikit
medis yang dapat
mempengaruhi BB A: Masalah
 mendiskusikan
belum teratasi
bersama pasien
mengenai P: Lanjutkan
kebiasaan, gaya
intervensi
hidup dan factor
09. herediter yang
dapat
00 mempengaruhi BB
 mendiskusikan
bersama pasien
mengenai risiko
yang berhubungan
dengan BB berlebih
09. dan penurunan BB
50  mendorong pasien
H
A P
R A
N D
I/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI R
O x
T A
G F
L
untuk merubah
kebiasaan makan
 memperkirakan BB
badan ideal pasien

 memberikan
5 5 08. S: Pasien
penilaian tentang
. 00 tingkat pengetahuan mengatakan
pasien tentang
sudah mengerti
proses penyakit
yang spesifik tentang
 menjelaskan
penyakitnya
patofisiologi dari
08. penyakit dan O: Pasien sudah
bagaimana hal ini
30 mengetahui
berhubungan
H
A P
R A
N D
I/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI R
O x
T A
G F
L
dengan anatomi dan
fisiologi, dengan pengertian, tanda
cara yang tepat. dan gejala,
 menggambarkan
penyebab dari
tanda dan gejala
yang biasa muncul hipertensi
pada penyakit,
09. dengan cara yang A: Masalah

00 tepat teratasi
 menggambarkan
P: Intervensi
proses penyakit,
dengan cara yang diberhentikan
tepat
 mengidentifikasi
kemungkinan
penyebab, dengna
09.
cara yang tepat
50  menyediakan
informasi pada
pasien tentang
kondisi, dengan
cara yang tepat
 menghindari
harapan yang
kosong
 menyediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
10.
kemajuan pasien
00 dengan cara yang
tepat
 mendiskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang
H
A P
R A
N D
I/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI R
O x
T A
G F
L
dan atau proses
pengontrolan
penyakit
 mendiskusikan
pilihan terapi atau
penanganan
 mendukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan
 mengeksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat
 merujuk pasien
pada grup atau
agensi di komunitas
lokal, dengan cara
yang tepat
 menginstruksikan
pasien mengenai
tanda dan gejala
untuk melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis temukan dalam
praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus di Rumah
Sakit swasta Medan. Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan mulai dari tahap
pengkajian sampai dengan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pada tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh pengumpulan
data yang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini tidak ditemukan kesulitan,
karena px dalam sadar dan mau bekerja sama sehingga data dapat diperoleh dengan
mudah.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tahap pengkajian, maka ditemukan 5 diagnosa
keperawatan pada tinjauan kasus, sedangkan pada tinjauan teoritis ditemukan 6 diagnosa
keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan teoritis :
a. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan after lood
vasoontriksi, iskemia miokardia, hipertrapi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan
gejala yang menetapkan diagnosa
b. Nyeri (akut) sakit kepala b/d peningkatan tekanan paskuler serebral d/d melaporkan
tentang nyeri berdenyut yang teletak region selebral terjadi pada saat bangun tidur dan
tulangn secara spontan
c. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d laporan verbal tentang keletian dan
kelemahan
d. Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh d/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan matabolik d/d berat badan 10-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk
tubuh
e. Koping individual, infektif b/d krisis situasional imaturrasional, perubahan hidup
beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang
pengetahuan/daya ingat d/d menyatakan masalah meminta informasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus
6. Resiko tinggi penurunan curah jantung
7. Nyeri akut
8. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
9. Intoleransi aktivitas
10. Kurang pengetahuan

Adapun berbandingan antara diagnosa keperawatan menurut tinjauan teoritis yang tidak
terdapat pada tinjauan kasus

a. Mekanisme koping b/d krisis situasional d/d ketidak nyamanan untuk mengatasi atau
meminta bantuan. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px mempunyai
mekanisme koping yang baik

Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yang tidak ditemukan pada tinjauan
teoritis tidak ada

4.3 Perencanaan
Merupakan lanjutan dari diagnose keperawatan dalam rangka mengatasi permasalahan
yang timbul, penulis menyusun satu perencanaan tindakan keperawatan agar asuhan
keperawatan yang diberikan dapat dilaksanakan lebih rasional dan benar-benar
berkualitas sehingga kebutuhan px dapat terpenuhi dengan optimal.
4.4 Pelaksanaan
Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada perencanaan yang
disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan baik
tanpa adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal ini dapat terlaksana dengan baik
berkat adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan px, keluarga px dan tim medis
juga tersedianya fasilitas yang memadai.
4.5 Evaluasi
Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan keluarga px,
dokter dan perawat ruangan, sehinigga hasil yang ditetapkan dapat diamati dengan jelas,
disamping itu px memberikan respon yang positif terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan oleh perawat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan tentang proses keperawatan pada pasien hipertensi yang
dirawat di Rumah Sakit swasta di Medan. Selanjutnya penulis akan menguraikan
kesimpulan dan saran untuk menguraikan mutu asuahan keperawatan pada klien dengan
hiperetensi.
Kesimpulan
- Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan
distolik > 90 mmHg
- Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai pada orang
yang lanjut usia
- Pada penerapan asuhan keperawatan pada kenyataannya hampir seluruhnya ada pada
tinjauan kasus
- Pada tahap evaluasi dan diagnosa keperawatan tertentu memerlukan tindakan
keperawatan dalam proses penyembuhan.

5.2 Saran
- Pendekatan yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim kesehatan
terutama perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien agar pasien merasa
- Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan perawat,
berharap px agar keperawatan berjalan efektif dengan menggunakan tujuan
pelaksanaan dari tindakan yang dibuat seperti hasil dari tujuan yang diberikan dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
- Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi dan
tindakan tersebut
- Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan keluarga pasien,
tim medis dalam proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta. EGC
Dalmartha, Setiawan dan Nova Sutarina. 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta:
Penebar Plus
Dongoes,Marlynn.E.dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
NANDA. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Yoyakarta: Prima Medika
Rilantono, L dkk. 2002. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Universitas Indonesia
Dorgoes, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, BBC, Jakarta
Aziz alimul, 2009, konsep dasar manusia, penerbit salemba medika, Jakarta
Nursalam, 2000, proses dan dokumentasi keperawatan, penerbit salemba medika, Jakarta.
Suyono, 2001, ilmu penyakit dalam, penerbit FKUI
p.wolff,2006, hipertensi, penerbit PT BHUANA ILMU POPULER

Anda mungkin juga menyukai