KELOMPOK 3 :
1. MAYASARI LINGGA
2. MAGHFIRAH
3. CAROLINA DACHI
4. YAHDINI
5. SARINDAH SIHALOHO
3.1 PSIK
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dalam bentuk Makalah
yang berjudul “asuhan keperawatan HIPERTENSI”. Makalah ini kami susun berdasarkan
data-data yang telah kami ambil dari Buku maupun internet.
Hambatan yang kami temui pada penyusunan Makalah ini adalah kurangnya waktu
penyusunan karena banyaknya tugas kami pada mata kuliah lain. Selesainya makalah ini
tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan tepat waktu.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, penulis
tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan kosa-kata,
tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
bermaksud untuk memberikan kritik dan saran bersifat membangun dengan maksud
meningkatkan pengetahuan penulis agar lebih baik dalam karya selanjutnya dan dapat
memperbaiki kualitas makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah kami yang berjudul " asuhan keperawatan
HIPERTENSI" ini bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dan yang terdapat
dalam makalah ini dapat menjadi pembelajaran dan ilmu yang berguna bagi para pembaca.
Penulis
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................
1.2 Tujuan.......................................................................................
Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya 4%,
yang merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%
diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung
untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor
resikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Hasil peneltian dari MONICA
(multinational monitoring kardiovascular diseases), angka kejadian di Indonesia berkisar
2-18% diberbagai daerah, jadi di Indonesia saat ini kira-kira terdapat 20 juta orang
penderita hipertensi.(Weblog, ririns)
Penyakit jantung hipertensi ditegakan bila dapat dideteksi hipertrofi ventrikel kiri sebagai
akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh ferifer dan beban aktif
ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan
lamanya peningkatan diastolik. Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas. (Mansjoer,
2001 : h 441)
Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30 tahun atau 40 tahun.
Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih awal. Pada tahap awal,
tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya pada situasi stress biasanya, ketika
mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau
tekanannya mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada
kasus-kasus seperti ini kita membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika angkanya terletak
diatas kesasaran normal, kita menyebutnya “hipertensi perbatasan” namun, jika angkanya
diatas normal secara konsisten, penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil” hipertensi
kronis bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak, bahkan setiap rumah
sakit mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah yang sangat tinggi, dari
200/120 samapi 250-140. (Hans p. wolf. 2006 : h 63)
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang lebih rendah diperoleh
pada saat jantung berelaksasi (diastolik) tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg di
defenisikan sebagai “normal” pada tekanan darah tinggi bisanya terjadi kenaikan tekanan
sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau
keatas, diukur kedua lengan iga dalam jangka beberapa minggu. (weblog, Wikipedia-
indonesia/)
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien penderita hipertensi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi ini terdapat sekitar 5% kasus dari semua prevalensi hipertensi. Penyebab
spesifiknya diketahui, misalnya; penyakit ginjal (glomerulonefritis akut, nefritis
kronis, penyakit poliartritis, diabetes nefropati), penyakit endokrin (hipotiroid,
hiperkalsemia, akromegali), koarktasioaorta, hipertensi pada kehamilan, kelainan
neurologi, obat-obat dan zat-zat lain (Lauralee, 2001; dalamRahmadani, 2011).
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10
% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder (Gunawan, 2001). Meskipun hipertensi
primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
2. Obesitas, terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan -
perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
2.3 Patofisiologi Hipertensi
Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada
medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut ke
bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia simpatis di torax dan
abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui sistem saraf simpatis . Pada titik ganglion ini neuron preganglion melepaskan
asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan melepaskannya norepinefrine mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang atau menurun dan berakibat
diproduksinya renin, renin akan merangsang pembentukan angiostensin I yang kemudian
diubah menjadi angiostensin II yang merupakan vasokonstriktor yang kuat yang merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal dimana hormon aldosteron ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra
vaskuler yang menyebabkan hipertensi. Terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor sebagai berikut :
1. Curah jantung dan tahanan perifer
Mempertahankan tekanan darah yang normal bergantung kepada keseimbangan antara
curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Sebagian terbesar pasien dengan hipertensi
esensial mempunyai curah jantung yang normal, namun tahanan perifernya meningkat.
Tahanan perifer ditentukan bukan oleh arteri yang besar atau kapiler, melainkan oleh
arteriola kecil, yang dindingnya mengandung sel otot polos. Kontraksi sel otot polos
diduga berkaitan dengan peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler (Lumbantobing,
2008). Kontriksi otot polos berlangsung lama diduga menginduksi perubahan sruktural
dengan penebalan dinding pembuluh darah arteriola, mungkin dimediasi oleh
angiotensin, dan dapat mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang irreversible.
Pada hipertensi yang sangat dini, tahanan perifer tidak meningkat dan peningkatan
tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya curah jantung, yang berkaitan dengan
overaktivitas simpatis. Peningkatan tahanan peifer yang terjadi kemungkinan
merupakan kompensasi untuk mencegah agar peningkatan tekanan tidak disebarluaskan
ke jaringan pembuluh darah kapiler, yang akan dapat mengganggu homeostasis sel
secara substansial (Lumbantobing, 2008).
2. Sistem renin-angiotensin
Sistem renin-angiotensin mungkin merupakan sistem endokrin yang paling penting
dalam mengontrol tekanan darah. Renin disekresi dari aparat juxtaglomerular ginjal
sebagai jawaban terhadap kurang perfusi glomerular atau kurang asupan garam. Ia juga
dilepas sebagai jawaban terhadap stimulasi dan sistem saraf simpatis (Lumbantobing,
2008). Renin bertanggung jawab mengkonversi substrat renin (angiotensinogen)
menjadi angotensin II di paru-paru oleh angiotensin converting enzyme (ACE).
Angiotensin II merupakan vasokontriktor yang kuat dan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah (Lumbantobing, 2008).
3. Sistem saraf otonom
Stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi arteriola dan dilatasi
arteriola. Jadi sistem saraf otonom mempunyai peranan yang penting dalam
mempertahankan tekanan darah yang normal. Ia juga mempunyai peranan penting
dalam memediasi perubahan yang berlangsung singkat pada tekanan darah sebagai
jawaban terhadap stres dan kerja fisik (Lumbantobing, 2008).
4. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretic pept ide /ANP)
ANP merupakan hormon yang diproduksi oleh atrium jantung sebagai jawaban terhadap
peningkatan volum darah. Efeknya ialah meningkatkan ekskresi garam dan air dari
ginjal, jadi sebagai semacam diuretik alamiah. Gangguan pada sistem ini dapat
mengakibatkan retensi cairan dan hipertensi (Lumbantobing, 2008).
a) Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah
tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan
hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan
perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah
dapat terlihat pada tabel 4 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII. Disamping
menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya
hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-
pasien dengan tekanan darah prehipertensi.12 Modifikasi gaya hidup yang penting
yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk
individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach
to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium;
aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan
pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi;
mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan
obat. 10 Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan
berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai
pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke
pasien, dan dorongan moril. Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien
supaya pasien mengerti rasionalitas intervensi diet:
a. Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan
berat badan ideal
b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)
c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan
tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor
dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe
2, dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskular.
e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat
menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam,
kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan
pembatasan natrium.
JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan buah, sayur,
dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang.
Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari. Aktifitas fisik dapat
menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30
menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi
menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan
menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah.
Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien
harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik
terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target. Merokok merupakan faktor
resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang
merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan
oleh merokok.
b) Terapi Farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat enzim
konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan
antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini baik
sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien dengan
hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini. Beberapa
dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium) mempunyai subkelas
dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam mekanisme kerja,
penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa, agonis alfa 2 sentral,
penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat alternatif pada
pasien-pasien tertentu disamping obat utama.
Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti terbaik yang
ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas, dan bijak
terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktek evidence-based untuk
hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data yang menunjukkan
penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau kerusakan target organ
akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau sekadar menurunkan tekanan
darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalam seleksi obat hipertensi.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat yang paling berguna adalah
diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor
angiotensin (ARB), penyekat beta, dan antagonis kalsium (CCB).
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi
untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari
kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim
gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg
diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Yang
harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasien-
pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik, dan lansia.
2.8 Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
Pemekaran pembuluh darah
Perdarahan
Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
Malam banyak kencing
Kerusakan sel ginjal
Gagal ginjal
c. Jantung
Membesar
Sesak nafas (dyspnoe)
Cepat lelah
Gagal jantung
2.9 Pencegahan
a. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
b. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat
mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan, dapat
membakar lemak yang berlebihan.
c. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di
kurangi)
d. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling
sedikit 7 kali dalam seminggu.
e. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
f. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorabg yang
memiliki riwayat penderita hipertensi.
g. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk mengendalikan
stress. (Bambang Sadewo, 2004)
2.10 Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional dan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan klien. (Iyert el, al, 1996)
a. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan
pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui
berbagai permasalahan yang ada. (Aziz Alimul. 2009 : h 85)
3. Integritas ego\
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis
(dapat mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan
keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan
yang meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata)
gerakkan fisik cepat, pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan
(meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.
Tanda : - Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
6. Neurosensori
Gejala :- Keluhan pening/pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek,
proses fikir atau memori.
7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala : - Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
- Nyeri abdomen / massa
8. Pernapasan
Gejala : - Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
- Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda : - Distres respirasi
- Bunyi nafas tambahan
- Sianosis
9. Keamanan
Gejala : - Gangguan koordinas / cara berjalan
- Hipotesia pastural
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensial. (Aziz Alimul, 2009 : h 92)
Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon
individu. Keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial.
Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh
data. Dimana menurut Nanda diartikan sebagai defensial arakteristik definisi
karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala suatu yang dapat diobservasi dan
gejala sesuai yang dirasakan oleh klien.
c. Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang
dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien. (Aziz
Alimul. 2009 : h 106)
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes et al (2000)
adalah :
Intervensi :
o Pantau TD
o Catat keberadaan
o Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
o Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan
lingkungan
o Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Rasionalisasi
o Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan/bidang masalah kaskuler
o Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan kongesti
vena)
o Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal
jantung kronik
o Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mungkin keterkaitan dengan kosokentreksi atau mencerminkan
kekomposisi/penurunan curah jantung
o Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler
o Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi
o Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan perjalanan
penyakit hipertensi
o Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek
tenang sehingga tak menurunkan TD
o Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat
dalam jumlah penting sedikit dan dosis paling rendah.
Diagnosa Keperawatan II :Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler
selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital.
Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu.
Intervensi :
· Kaji respon pasien terhadap aktivitas
· Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
· Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energi
Rasionalisasi :
Diagnosa keperawatan III : Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal
tentang kelebihan atau kelemahan.
Intervensi :
Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam dan gula sesuai indikasi
Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasionalisasi :
Meminimalkan stimulus / meningkatkan relaksasi
Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang
memperlambat / memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit
kepala dan komlikasinya
Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya
peningkatan tekanan vaskuler serebral
Pusing dan penglihatan kabur sehingga b/d sakit kepala
Menurunkan / mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf
simfatis
Dapat mengurangi tegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat.
Diagnosa IV : Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan
dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh.
Intervensi :
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku
Saraf laporan gangguan tidur
Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan startegi
untuk mengatasinya
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioitas tubuh.
Rasionalisasi :
Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan
dengan peningkatan masa tubuh
Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya ateroskelrosis dan
kegemukan yang merupakan preposisi untuk hipertensi dan komlikasinya
Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama
sekali tidak berhasil
Mengindikasikan kekuatan/kelemahan dalam menentukan kebutuhan individu
untuk penyesuaian / penyuluhan
Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara teori
dapat menurunkan BB 0,5 kg/hari
Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat
mengontrol perubahan
Penting untuk mencegah perkembangan heterogenesis
Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual.
Intervensi :
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
Tetapkan dan nyatakan batas Hd normal
Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular
Bahan pentingnya menghentikan merokok
Rasionalisasi :
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi
hipertensi klanik menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan
sehari-hari
Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang
ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik
Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap
pandangan pasien tentang apa yang diinginkan
Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari
rasa yang tidak menentu dan tidak berdaya.
Rasionalisasi :
Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan
kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan
Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk
memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa
sehat
Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi
dan penyakit kardiovaskular
Nikotin meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan
peningkatan frekwensi jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi
jaringan dan meningkatkan beban kerja miokardium. (Doengoes et al, 2001 :
41-49)
d. Implementasi
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis
keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. (Aziz Alimuml. 2001 : h
11)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan penyakit. Pemulihan
kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat
dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien tindakan.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana
tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009 : hi 12)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini
dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan:
1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai tujuan) (lyer, at al, 1996)
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Usia/ Tgl lahir : 40 Tahun/ 28 Februari 1978
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : jalan sukadono, medan sunggal
No. Telp : 085289768989
Suku/Bangsa : batak/Indonesia
Status pernikahan : menikah
Agama : kristen katolik
Pekerjaan/ sumber penghasilan : PNS
Diagnosa Medis : Hipertensi
No. MR : 22.23.24
Tanggal Masuk : 2 Februari 2018
Tanggal Pengkajian : 3 Februari 2018
Genogram
= laki- laki
= Perempuan
= laki-laki meninggal
= perempuan meninggal
= klien
b. Nutrisi :
Keadaan mulut :
1) Gigi : Caries Tidak Caries
2) Penggunaan gigi palsu : Ya Tidak
3) Stomatitis : Ya Tidak
4) Lidah kotor : Ya Tidak
5) Saliva : Normal Abnormal
6) Bising usus : 9 x / menit.
7) Hepar : Teraba Tak teraba
8) Abdomen : Lembek Kembung
Acites Distensi
9) Proses digestive:
Kesulitan mengunyah Kesulitan menelan Rasa penuh pada
lambung
Mual Muntah Nyeri lambung _____________
10) Pemeriksaan fisik
TB : 155 cm BB : 52 kg BBI :52 IMT : 21,6
(normal)
Bising usus :9 x/menit Hepatomegali : tidak ada Truncal obesity :tidak
Asites : tidak
Stimulus Fokal :
- Penurunan nutrisi sel (penurunan berat badan) : berat badan menurut 4 kg
- Hipermetabolisme/hipometabolisme: (Stress fisik, psikis ( gangrene, luka operasi, dll),
lipid profile, pembesaran kelenjar thyroid: CT scan thyroid, T3, T4, TSH
Masalah Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
c. Eliminasi :
1) Frekuensi BAB : dua x/hari
2) Warna feces : Kuning Putih seperti air cucian beras
Cokelat Hitam Dempul
3) Konsistensi faeces : Setengah padat Cair Berdarah
Terdapat lendir Tidak ada kelainan
4) Intake (ml/24 jam) : Minum: 2 liter Infus : 1.500 ml/24 jam
5) Output (ml/24 jam) : Urin : 1500 cc IWL : 780 ml/24 jam
Mual/muntah : 300 cc
6) Balance Cairan : 920 cc
7) Warna Urine : Kuning jernih Kuning kental/coklat
Merah Putih
Masalah Keperawatan :
Volume cairan kurang
Volume cairan berlebih
Resiko devisit volume cairan
Perubahan perfusi jaringan (renal, cerebral, cardiopulmonal, perifer,
gastrointestinal)
Diare
Inkontenensia alvi
Konstipasi
Persepsi konstipasi
Inkontenensia urine
MASALAH KEPERAWATAN
Kerusakan mobilitas fisik Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas, risiko Keletihan
Gangguan pola tidur
e. Proteksi/ perlindungan :
1) Turgor kulit : Elastis Tidak elastis
2) Temperatur kulit : Hangat Dingin
3) Warna kulit : Pucat Sianosis Kemerahan
4) Keadaan kulit : Baik Lesi Ulkus
Luka, Lokasi ______________________________
Insisi operasi, Lokasi ________________________
5) Kondisi : Gatal-gatal Memar/lebam
Kelainan Pigmen
Dekubitus, Lokasi __________________________
6) Kelainan Kulit : Tidak Ya, Jenis ________________
7) Kondisi kulit daerah pemasangan Infus : tidak ada bengkak
8) Keadaan rambut : - Tekstur : Baik Tidak
Alopesia
9) Kebersihan : Ya Tidak ____________
Masalah Keperawatan :
Kerusakan integritas kulit Resiko infeksi
Cedera akibat posisi perioperasi, risiko Trauma, resiko
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
f. Sense / Indera :
1) Posisi mata : Simetris Asimetris
2) Kelopak mata : Normal Ptosis
3) Pergerakan bola mata : Normal Abnormal
4) Konjungtiva : Merah muda Anemis
Sangat Merah
5) Kornea : Normal Keruh/ berkabut
Terdapat Perdarahan
6) Sklera : Ikterik Anikterik
7) Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Miosis
8) Otot-otot mata : Tidak ada kelainan Juling keluar
Juling ke dalam Berada di atas
9) Fungsi penglihatan : Baik Kabur
Dua bentuk / diplopia
10) Lensa mata : Jernih Keruh
11) TIO : < 12 mmHG 12-25 mmHg
25 mmHg
12) Tanda-tanda radang : tidak ada
13) Pemakaian kaca mata : Tidak Ya, Jenis
_______________
14) Pemakaian lensa kontak : tidak
15) Reaksi terhadap cahaya : normal
Masalah Keperawatan :
Gangguan sensori primer Potensial gangguan berkomunikasi
Potensial injuri Kehilangan kemampuan merawat diri
Sensori monoton atau distorsi Sensori overload atau deprivasi
Nyeri akut Nyeri kronik Gangguan persepsi
g. Sistem Pendengaran
1) Daun telinga : Normal Tidak, Kanan/kiri ___________
2) Karakteristik serumen (warna, kosistensi, bau) : padat dengan warna hitam coklat
3) Kondisi telinga tengah : Normal Kemerahan
Bengkak Terdapat lesi
h. Fungsi syaraf/neurologis
1) Keluhan sakit kepala : nyeri pada bagian kepala
2) Tingkat kesadaran : Compos mentis Apatis
Somnolent Soporokoma
3) Glasgow coma scale(GCS) E :4 M:5 V:5
4) Tanda-tanda peningkatan TIK : Tidak Ya, ________
Muntah proyektil Nyeri Kepala hebat Papil Edema
5) Gangguan Sistem persyarafan : Kejang Pelo
Mulut mencong Disorientasi Polineuritis/
kesemutan
Kelumpuhan ekstremitas (kanan / kiri / atas / bawah)
6) Pemeriksaan Reflek :
a) Reflek fisiologis : Normal Tidak ____________
b) Reflek Patologis : Tidak Ya ______________
Masalah Keperawatan
Penurunan tingkat kesadaran Proses kognitif inefektif
Defisit memori Perilaku dan mood tidak stabil
Inefektif kompensasi defisit kognitif
Potensial kerusakan otak sekunder
2. Mode konsep diri
- Perubahan/penurunan fungsi sensori
Denyut-denyut Baal Nyeri Penurunan sensasi
- Keluhan
Penurunan BB Badan terasa lemas Cepat lelah
Mudah berdarah Nyeri sendi
- Perubahan/gangguan sexual
Impotensi Ejakulasi dini Penurunan libido
Vagina kering ______________
- Persepsi pasien terhadap adanya perubahan : saat ini klien berpikir tentang penyakitnya
dan klien selalu bertanyak mengenai penyakit yang dialaminya
Stimulus
1. The Physical Self :
Fokal : klien mengatakan sering merasa lemas
Contekstual : kurangnya dukungan dari keluarga
Interdependensi
Fokal : klien yang terlalu merasa tidak mampu melakukan hidupnya dengan
kemampuan dirinya ( self eficacy yg rendah )
Kontekstual : / tingkat pengetahuan Perawatan hipertensi pada pasien dan keluarga
yang kurang
Residual : kebiasaan kurang mandiri
Masalah Keperawatan :
Kesiapan meningkatkan konsep diri Gangguan fungsi seksual
Gangguan sensasi tubuh Disfungsi seksual
Ketidakefektifan pola seksualitas Gangguan citra tubuh
Harga diri rendah situasional Harga diri rendah kronik
Ketidakefektifan koping kurang pengetahuan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung
2. Intoleransi aktivitas
3. Nyeri akut
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
5. Kurang pengetahuan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Resiko tinggi NOC : NIC :
terhadap penurunan o Cardiac Pump Cardiac Care
curah jantung b/d effectiveness Evaluasi adanya nyeri
peningkatan o Circulation dada (
afterload, Status intensitas,lokasi,
vasokonstriksi, o Vital Sign Status durasi
hipertrofi/rigiditas Catat adanya disritmia
ventrikuler, iskemia jantung
miokard Catat adanya tanda
dan gejala penurunan
cardiac putput
Monitor status
kardiovaskuler
Monitor status
pernafasan yang
menandakan gagal
jantung
Monitor abdomen
sebagai indicator
penurunan perfusi
Monitor balance
cairan
Monitor adanya
perubahan tekanan
darah
Monitor respon pasien
terhadap efek
pengobatan antiaritmia
Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
Monitor toleransi
aktivitas pasien
Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk
menurunkan stress
Fluid Management
o Timbang
popok/pembalut jika
diperlukan
o Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
o Pasang urin kateter
jika diperlukan
o Monitor status hidrasi
( kelembaban
membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ), jika
diperlukan
o Monitor hasil lAb
yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN ,
Hmt , osmolalitas
urin )
o Monitor status
hemodinamik
termasuk CVP, MAP,
PAP, dan PCWP
o Monitor vital sign
sesuai indikasi
penyakit
o Monitor indikasi
retensi / kelebihan
cairan (cracles, CVP ,
edema, distensi vena
leher, asites)
o Monitor berat pasien
sebelum dan setelah
dialisis
o Kaji lokasi dan luas
edema
o Monitor masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
o Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian terapi
cairan sesuai program
o Monitor status nutrisi
o Berikan cairan
o Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai
program
o Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
o Dorong masukan oral
o Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output
o Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
o Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
o Batasi masukan cairan
pada keadaan
hiponatrermi dilusi
dengan serum Na <
130 mEq/l
o Monitor respon pasien
terhadap terapi
elektrolit
o Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
o Atur kemungkinan
tranfusi
o Persiapan untuk
tranfusi
Fluid Monitoring
o Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminaSi
o Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari ketidak
seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan
renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi
hati, dll )
o Monitor berat badan
o Monitor serum dan
elektrolit urine
o Monitor serum dan
osmilalitas urine
o Monitor BP
o Monitor tekanan darah
orthostatik dan
perubahan irama
jantung
o Monitor parameter
hemodinamik infasif
o Catat secara akutar
intake dan output
o Monitor membran
mukosa dan turgor
kulit, serta rasa haus
o Catat monitor warna,
jumlah dan
o Monitor adanya
distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan
penambahan BB
o Monitor tanda dan
gejala dari odema
o Beri cairan sesuai
keperluan
o Kolaborasi pemberian
obat yang dapat
meningkatkan output
urin
o Lakukan hemodialisis
bila perlu dan catat
respons pasien
Vital Sign
Monitoring
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari
nadi
Monitor adanya pulsus
paradoksus
Monitor adanya pulsus
alterans
Monitor jumlah dan
irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola
pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
2 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
b/d kelemahan, Energy Activity Therapy
ketidakseimbangan conservation Kolaborasikan dengan
suplai dan Activity Tenaga Rehabilitasi
kebutuhan oksigen. tolerance Medik
Self Care : ADLs dalammerencanakan
progran terapi yang
Kriteria Hasil : tepat.
Berpartisipasi Bantu klien untuk
dalam aktivitas mengidentifikasi
fisik tanpa aktivitas yang mampu
disertai dilakukan
peningkatan Bantu untuk memilih
tekanan darah, aktivitas konsisten
nadi dan RR yangsesuai dengan
Mampu kemampuan fisik,
melakukan psikologi dan social
aktivitas sehari Bantu untuk
hari (ADLs) mengidentifikasi dan
secara mandiri mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik,
emoi, social dan
spiritual
Analgesic
Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
4 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi lebih dari Nutritional Status Weight
kebutuhan tubuh b/d : food and Fluid Management
masukan berlebihan Intake Diskusikan bersama
Nutritional Status pasien mengenai
: nutrient Intake hubungan antara
Weight control intake makanan,
Kriteria Hasil : latihan, peningkatan
Mengerti factor BB dan penurunan BB
yang Diskusikan bersama
meningkatkan pasien mengani
berat badan kondisi medis yang
Mengidentfifikasi dapat mempengaruhi
tingkah laku BB
dibawah kontrol Diskusikan bersama
klien pasien mengenai
Memodifikasi kebiasaan, gaya hidup
diet dalam waktu dan factor herediter
yang lama untuk yang dapat
mengontrol berat mempengaruhi BB
badan Diskusikan bersama
Penurunan berat pasien mengenai risiko
badan 1-2 yang berhubungan
pounds/mgg dengan BB berlebih
Menggunakan dan penurunan BB
energy untuk Dorong pasien untuk
aktivitas sehari merubah kebiasaan
hari makan
Perkirakan BB badan
ideal pasien
Nutrition
Management
Kaji adanya alergi
makanan
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
Fe
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein
dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan
harian.
Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Weight reduction
Assistance
Fasilitasi keinginan
pasien untuk
menurunkan BB
Perkirakan bersama
pasien mengenai
penurunan BB
Tentukan tujuan
penurunan BB
Beri pujian/reward
saat pasien berhasil
mencapai tujuan
Ajarkan pemilihan
makanan
5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan Kowlwdge : Teaching : disease
dengan kurangnya disease process Process
informasi tentang Kowledge : Berikan penilaian
proses penyakit health Behavior tentang tingkat
Kriteria Hasil : pengetahuan pasien
Pasien dan tentang proses
keluarga penyakit yang spesifik
menyatakan Jelaskan patofisiologi
pemahaman dari penyakit dan
tentang penyakit, bagaimana hal ini
kondisi, berhubungan dengan
prognosis dan anatomi dan fisiologi,
program dengan cara yang
pengobatan tepat.
Pasien dan Gambarkan tanda dan
keluarga mampu gejala ang biasa
melaksanakan muncul pada penyakit,
prosedur yang dengan cara yang tepat
dijelaskan secara Gambarkan proses
benar penyakit, dengan cara
Pasien dan yang tepat
keluarga mampu Identifikasi
menjelaskan kemungkinan
kembali apa yang penyebab, dengna cara
dijelaskan yang tepat
perawat/tim Sediakan informasi
kesehatan pada pasien tentang
lainnya. kondisi, dengan cara
yang tepat
Hindari harapan yang
kosong
Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat
melakukan
3 3 08. S: Pasien
pengkajian nyeri
. . 00 secara mengatakan
komprehensif
sedikit nyaman
termasuk lokasi,
karakteristik, dan nyeri sudah
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor berkurang
memberikan
5 5 08. S: Pasien
penilaian tentang
. 00 tingkat pengetahuan mengatakan
pasien tentang
sudah mengerti
proses penyakit
yang spesifik tentang
menjelaskan
penyakitnya
patofisiologi dari
08. penyakit dan O: Pasien sudah
bagaimana hal ini
30 mengetahui
berhubungan
H
A P
R A
N D
I/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI R
O x
T A
G F
L
dengan anatomi dan
fisiologi, dengan pengertian, tanda
cara yang tepat. dan gejala,
menggambarkan
penyebab dari
tanda dan gejala
yang biasa muncul hipertensi
pada penyakit,
09. dengan cara yang A: Masalah
00 tepat teratasi
menggambarkan
P: Intervensi
proses penyakit,
dengan cara yang diberhentikan
tepat
mengidentifikasi
kemungkinan
penyebab, dengna
09.
cara yang tepat
50 menyediakan
informasi pada
pasien tentang
kondisi, dengan
cara yang tepat
menghindari
harapan yang
kosong
menyediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
10.
kemajuan pasien
00 dengan cara yang
tepat
mendiskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang
H
A P
R A
N D
I/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI R
O x
T A
G F
L
dan atau proses
pengontrolan
penyakit
mendiskusikan
pilihan terapi atau
penanganan
mendukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan
mengeksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat
merujuk pasien
pada grup atau
agensi di komunitas
lokal, dengan cara
yang tepat
menginstruksikan
pasien mengenai
tanda dan gejala
untuk melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis temukan dalam
praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus di Rumah
Sakit swasta Medan. Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan mulai dari tahap
pengkajian sampai dengan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pada tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh pengumpulan
data yang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini tidak ditemukan kesulitan,
karena px dalam sadar dan mau bekerja sama sehingga data dapat diperoleh dengan
mudah.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tahap pengkajian, maka ditemukan 5 diagnosa
keperawatan pada tinjauan kasus, sedangkan pada tinjauan teoritis ditemukan 6 diagnosa
keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan teoritis :
a. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan after lood
vasoontriksi, iskemia miokardia, hipertrapi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan
gejala yang menetapkan diagnosa
b. Nyeri (akut) sakit kepala b/d peningkatan tekanan paskuler serebral d/d melaporkan
tentang nyeri berdenyut yang teletak region selebral terjadi pada saat bangun tidur dan
tulangn secara spontan
c. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d laporan verbal tentang keletian dan
kelemahan
d. Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh d/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan matabolik d/d berat badan 10-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk
tubuh
e. Koping individual, infektif b/d krisis situasional imaturrasional, perubahan hidup
beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang
pengetahuan/daya ingat d/d menyatakan masalah meminta informasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus
6. Resiko tinggi penurunan curah jantung
7. Nyeri akut
8. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
9. Intoleransi aktivitas
10. Kurang pengetahuan
Adapun berbandingan antara diagnosa keperawatan menurut tinjauan teoritis yang tidak
terdapat pada tinjauan kasus
a. Mekanisme koping b/d krisis situasional d/d ketidak nyamanan untuk mengatasi atau
meminta bantuan. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px mempunyai
mekanisme koping yang baik
Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yang tidak ditemukan pada tinjauan
teoritis tidak ada
4.3 Perencanaan
Merupakan lanjutan dari diagnose keperawatan dalam rangka mengatasi permasalahan
yang timbul, penulis menyusun satu perencanaan tindakan keperawatan agar asuhan
keperawatan yang diberikan dapat dilaksanakan lebih rasional dan benar-benar
berkualitas sehingga kebutuhan px dapat terpenuhi dengan optimal.
4.4 Pelaksanaan
Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada perencanaan yang
disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan baik
tanpa adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal ini dapat terlaksana dengan baik
berkat adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan px, keluarga px dan tim medis
juga tersedianya fasilitas yang memadai.
4.5 Evaluasi
Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan keluarga px,
dokter dan perawat ruangan, sehinigga hasil yang ditetapkan dapat diamati dengan jelas,
disamping itu px memberikan respon yang positif terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan oleh perawat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan tentang proses keperawatan pada pasien hipertensi yang
dirawat di Rumah Sakit swasta di Medan. Selanjutnya penulis akan menguraikan
kesimpulan dan saran untuk menguraikan mutu asuahan keperawatan pada klien dengan
hiperetensi.
Kesimpulan
- Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan
distolik > 90 mmHg
- Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai pada orang
yang lanjut usia
- Pada penerapan asuhan keperawatan pada kenyataannya hampir seluruhnya ada pada
tinjauan kasus
- Pada tahap evaluasi dan diagnosa keperawatan tertentu memerlukan tindakan
keperawatan dalam proses penyembuhan.
5.2 Saran
- Pendekatan yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim kesehatan
terutama perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien agar pasien merasa
- Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan perawat,
berharap px agar keperawatan berjalan efektif dengan menggunakan tujuan
pelaksanaan dari tindakan yang dibuat seperti hasil dari tujuan yang diberikan dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
- Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi dan
tindakan tersebut
- Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan keluarga pasien,
tim medis dalam proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA