Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Otitis eksterna adalah suatu inflamasi dari kulit pada liang telinga luar,
biasanya berhubungan dengan infeksi bakteri dan atau infeksi jamur dari kulit
yang lembab. Banyak faktor berperan, seperti trauma ketika mengorek telinga,
perubahan lapisan kulit superfisial, pintu masuk untuk infeksi dapat terjadi,
membuat bakteri otitis eksterna penyebab terbanyak penyakit pada liang
telinga luar. Kondisi sistemik seperti anemia dan kelainan endokrin terutama
diabetes dan banyak jenis dari dermatitis seperti seboroika, psoriasis dan
eksema kemungkinan mengurangi resistensi terhadap infeksi pada liang
telinga luar yang menyebabkan terjadinya otitis eksterna.
Perawatan otitis eksterna dapat dilakukan dengan pengobatan topikal
walaupun dapat juga menggunakan pengobatan secara sistemik untuk
mengobati pasien otitis eksterna. Pada keadaan khusus seperti pasien
immunocompromise, pemberian pengobatan berpotensi mencegah penyebaran
ke jaringan sekitar.
Otitis eksterna dapat di klasifikasikan dalam beberapa kategori seperti :
otitis eksterna yang terlokalisasi (sirkumskripta), otitis eksterna difusa, otitis
eksterna bagian generalisata dari kondisi kulit secara umum, otitis eksterna
invasif, otitis eksterna bentuk lain. Otitis eksterna difusa dibagi oleh dua
stadium yaitu otitis eksterna akut difusa dan otitis eksternakronik difusa. Otitis
eksterna akut difusa adalah proses infeksi pada liang telinga luar. Hiperestesia
regional adalah hasil dari inflamasi kulit pada daerah dengan sedikit jaringan
subkutan, glandula sebasea dan apokrin, terutama pada bagian dalam 2/3 dari
meatus. Masuknya air ke dalam liang telinga luar adalah penyebab terbanyak
terjadinya otitis eksterna yang berhubungan dengan insidensi dan kejadian
otitis eksterna, penyakit ini berkisar antara 5% - 10% pada penduduk, kasus
otitis eksterna tinggi pada daerah lembab dan musim panas. Otitis eksterna
kronik difusa memiliki gejala iritasi dan keluarnya cairan dari liang telinga.
Dapat terjadi tuli akibat akumulasi debris pada liang telinga luar.
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang otitis
eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga serta
mendapatkan gambaran teori dan Asuhan Keperawatan pada klien otitis
eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi otitis eksterna, otitis eksterna
maligna dan massa di luar telinga.
2. Untuk mengetahui etiologi otitis eksterna, otitis eksterna
maligna dan massa di luar telinga.
3. Untuk mengetahui patofisiologi otitis eksterna, otitis eksterna
maligna dan massa di luar teling.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis otitis eksterna, otitis
eksterna maligna dan massa di luar telinga.
5. Untuk mengetahui komplikasi otitis eksterna, otitis eksterna
maligna dan massa di luar telinga.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic otitis eksterna, otitis
eksterna maligna dan massa di luar telinga.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan otitis eksterna, otitis
eksterna maligna dan massa di luar telinga.
8. Untuk mengetahui prinsip etik keperawatan pada otitis
eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan otitis eksterna, otitis
eksterna maligna dan massa di luar telinga.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Otitis eksterna adalah infeksi folikel rambut, sehingga terjadi frunkel
(bisul). Penyebabnya biasanya karena sering mengorek liang telinga, sehingga
terjadi trauma yang mengenai folikel rambut. Dirasakan sangat nyeri oleh
penderita, apalagi bila daun telinga tersentuh atau dipegang. Tampak
pembengkakan yang terlokalisasi di liang telinga
Di Amerika Serikat sekitar 98% otitis eksterna disebabkan oleh P.
Aeruginosa. Kasus sisanya mungkin disebabkan oleh Proteus vulgaris,
Escherichia coli, S. Aerus dan jamur seperti Candida albicans, Aspergillus sp
dan Mucor sp. Pada kasus otitis eksterna bakterialis, kulit liang telinga
berwarna merah dan biasanya edematosa, kadang – kadang sampai tingkat
yang menyumbat total liang tersebut. Biasanya terdapat eksudat purulen yang
sering hijau khas infeksi Pseudomonas. Otitis eksterna tersering disebabkan
air yang masuk ke dalam telinga selama berenang atau atau akibat abrasi di
kulit liang telinga yang terjadi pada waktu telinga dibersihkan dengan benda
logam. Tampak liang telinga sempit, dindingnya edema dan hiperemis. Sangat
dirasakan nyeri oleh penderita dan kadang – kadang terdapat demam. Bila
infeksi bersifat unilateral, ia mudah menyebar ke telinga lain melalui jari –
jari. Infeksi yang tidak diterapi bisa menyebar ke aurikula dan kemudian ke
wajah. Bila otitis esterna akibat jamur, sering nyeri terlihat tidak sesuai
dengan gambaran fisik. Kulit liang telinga berwarna merah, tetapi biasanya
edema lebih ringan dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi bakteri dan
mungkin terjadi eksudat jernih yang menimum. Mungkin terlihat miselia, dan
biasanya terlihat bila liang telinga diperiksa dengan pembesaran.
Radang telinga luar atau otitis eksterna dibagi atas :
a. Otitisksterna Akut terlokasi (Furunkel)
Merupakan infeksi folikel rambut, sehingga terjadi furunkel
(bisul). Penyebabnya biasanya karena sering mengorek liang telinga,
sehingga terjadi trauma yang mengenai folikel rambut. Dirasakan sangat
nyeri oleh penderita apalagi daun telinganya tersentuh atau dipegang.
Tampak pembengkakkan yang terlokalisasi di liang telinga.
b. Otitis Eksterna Difus Akut
Sering terjadi setelah berenang. Tampak liang telinga sempit,
dindingnya edema dan hiperemis. Sangat dirasakan nyeri oleh penderita,
dan kadang-kadang terdapat demam.
c. Otitis Eksterna Difus Kronis
Biasanya disebabkan oleh jamur, oleh karena itu disebut juga otomikosis.
Jamur yang menyerang liang telinga, biasanya apergilus miger, acetinomyces
atau ragi. Penderita mengeluh gatal diliang telinga dan rasa tersumbat. Pada
pemeriksaan liang telinga terisi oleh filamen jamur berwarna keputihan. Sering
kali terdapat juga infeksi oleh bakteri akibat trauma. Karena sangat gatal,
penderita sering mengorek liang telinga.
d. Otitis Eksterna Eksim
Terdapat reaksi kerentanan pada liang telinga, disebabkan oleh alergi dari
obat tetes telinga (kontak dermatitis), atau obat yang disemprotkan sekitar
telinga, seperti obat penyemprot rambut (hairspray). Kadang-kadang anting-
anting juga menyebabkan penyakit ini sekret pada otitis media dapat juga
menyebabkan otitis eksterna eksim. Pada pemeriksaan tampak liang telinga
(dan kadang-kadang juga daun telinga) edema, hiperemis, dan berair penderita
sering merasa nyeri dan gatal.
e. Otitis Eksterna Maligna
Penyakit ini sering terjadi pada orang tua yang menderita diabetes militus.
Biasanya unilateral mulanya rasakan gatal dan nyeri diliang telinga. Kemudian
terjadi pembengkakkan liang telinga, berair, dan dirasakan sangat nyeri.
Selanjutnya akan terbentuk jaringan granulasi diliang telinga, dan dirasakan
sangat nyeri. Nervus vaisal dapat juga terkena.

2. Etiologi
1. Idiopatik.
Otitis eksterna difusa disebabkan oleh kombinasi dari beberapa
faktor-faktor yang saling berkaitan hingga menimbulkan kerusakan, pada
beberapa penyebab yang tidak diketahui, mekanisme pertahanan kulit
secara alami dan pada keadaan tertentu kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen mensekresi lipid menutupi epitel skuamous dari meatus
2. Trauma.
Trauma merupakan penyebab umum disebabkan oleh garukan
karena gatal pada telinga dengan menggunakan ( kuku jari, batang korek
api, kertas, kep rambut dan pengorek telinga ). Meskipun memberikan
kepuasan pada penderita, yang dapat melukai kulit, misalnya terjadi
infeksi sekunder. Pada keadaan lain juga menyebabkan iritasi atau reaksi
alergi.
3. Iritasi.
Bahan kimia saat dipakai ke kulit menyebabkan iritasi yang
kemudian menimbulkan reaksi alergi. Perbedaan antara kedua reaksi ialah
terjadi jika pemakaian dari bahan iritan secara lama dan pada konsentrasi
yang cukup tinggi. Reaksi iritasi lebih berat pada permukaan kulit yang
lembab dan mekanisme pertahanan secara alami terganggu. Reaksi alergi
hanya terjadi pada beberapa individu dengan munculnya reaksi
hipersensitivitas tipe 4 setelah periode sensitisasi terhadap alergen. Zat
iritansering kali masuk ke dalam telinga setelah periode sensitisasi
terhadap alergen.
4. Alergi.
Pada kebanyakan alergi antibiotik (misalnya: neomisin, framisetin,
gentamisin, polimiksin), antibakterial (misalnya: clioquinol) dan anti
histamin. Bahan sensitif lainnya yang sering dipakai untuk menggaruk
telinga seperti bahan-bahan dari logam, kertas dan kep rambut. Sebagai
tambahan, reaksi alergi dapat disebabkan oleh kuku jari, kosmetik dan
ramuan obat-obatan rambut.
5. Bakteri.
Bakteri yang umumnya menyebabkan otitis eksterna akut difusa
adalah Pseudomonasaeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococc ,
Streptococci dan Bacillus Gramnegatif.
Untuk infeksi yang ringan atau tidak mengalami komplikasi, kultur
mikroorganisme pada liang telinga tidak dilakukan, karena biasanya
menunjukkan pertumbuhan pola kuman yang beragam. Untuk infeksi yang
berat, kultur diperlukan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang
dominan dan membantu dalam pemilihan terapi antibiotik.
6. Faktor iklim/lingkungan.
Faktor resiko yang paling sering menyebabkan terjadinya otitis
eksterna adalah yangbekerja pada daerah dengan iklim panas dan lembab
dibandingkan yang bekerja pada iklim yang dingin. Terdapat beberapa hal
yang berpotensi menyebabkan terjadinya otitis eksterna, seseorang yang
berenang pada cuaca yang panas, menyebabkan mekanisme pertahanan
kulit liang telinga terganggu, telinga menjadi basah yang dapat
menimbulkan iritasi dan erupsi disebabkan oleh adanya zat kimia didalam
kolam renang.
3. Manifestasi Klinis
1. Nyeri
2. Gangguan pendengaran
3. Rasa penuh pada telinga
4. Gatal-gatal
5. Terdapat secret/cairan yang berbau busuk
6. Liang telinga tampak bengkak
7. Hiperemis
8. Adanya edema (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
9. Jika saluran telinga membengkak atau terisi oleh nanah dan sel- sel
kulit yang mati, maka bisa terjadi gangguan pendengaran.
10. Biasanya jika daun telinga ditarik atau kulit didepan saluran
11. telinga ditekan akan timbul nyeri.
12. Dengan menggunakan otoskop, kulit pada saluran telinga tampak
merah, membengkak dan penuh dengan nanah dan sel-sel kulit
yang mati. (Anonymus, 2011)
13. Nyeri spontan timbul saat membuka mulut (sendi temporoman
dibularis) (Suparyanto, 2012)

4. Komplikasi
1. Perikondritis dan kondritis.
Perikondritis, inflamasi dari perikondrium, dan kondritis ,
inflamasi dari kartilago, merupakan komplikasi dari infeksi pada liang
telinga luar atau hasil dari trauma yang tidak disengaja atau trauma akibat
pembedahan pada daun telinga. Gambaran klinis rasa nyeri, dan penderita
sering mengeluhkan rasa gatal yang hebat di dalam liang telinga. Seiring
berjalannya waktu, kulit pada daerah yang terinfeksi menjadi krusta
dengan debris, dan melibatkan kartilago. Dapat menyebabkan
pembengkakan dan kemerahan pada liang telinga.
2. Selulitis.
Selulitis dari telinga secara khas merupakan hasil dari perluasan
otitis eksterna atau luka tusuk. Selulitis berbeda dengan perikondritis oleh
pembengkakan yang minimal. Manifestasi selulitis sebagai eritema pada
telinga. Pengobatan selulitis dengan antibiotik anti staphylococcal
sistemik.
3. Erisipelas.
Erisipelas adalah infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus pada
kulit yang menyebabkan kemerahan, edema dan erupsi dengan batas tepi
yang jelas. Daun telinga menjadi merah dan bengkak dan penyebaran
infeksi ke dalam kulit dari wajah yang biasanya ditandai oleh gejala
sistemik dengan temperatur yang tinggi dan nadi yang cepat.

5. Patofisiologi dan Pathway


a. Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara
membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran
telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas
pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa
mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga
kotoran menumpuk disana. Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan
serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam saluran
ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut pada saluran
telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
Infeksi oleh kuman pada kulit disepertiga luar liang telinga yang
mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar serumen membentuk furunkel. Stadium prainflamasi timbul bila
lapisan lipid meatus akusticus eksternus terlepas karena lembab atau
trauma menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan
trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi,
berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan
rasa nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan
perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan
mengeluarkan cairan / nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga
(meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan
terjadilah penurunan pendengaran. Bakteri patogen yang sering
menyebabkan otitis eksterna yaitu Pseudomonas (41%), Streptokokus
(22%), Stafilokokus aureus (15%) dan Bakteroides (11%) (Oghalai, 2003).
Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, peri aurikuler dan
tulang temporal.
b. Pathway

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
 Jumlah leukosit
 Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi
b. Laju endap darah
Laju endap darah meningkat bervariasi dengan rata-rata 87 mm/jam.
Laju endap darah dapat digunakan untuk mendukung diagnosis klinik
dari otitis eksternal akut atau keganasan pada telinga yang tidak
menyebabkan peningkatan tes ini.
c. Kimia darah
Pasien yang diketahui dengan diabetik perlu pemeriksaan kimia darah
untuk menentukan intoleransi glukosa basal. Pasien tanpa riwayat
diabetes perlu diperiksa toleransi glukosanya
d. Kultur dan tes sensivitas dari liang telinga
Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan sebelum pemberian
antibiotic. Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah
P. Aeruginosa (95 %). Organisme ini anaerobik, gram negatif. Spesies
pseudomonas mempunyai lapisan mukoid untuk fagositosis.
Eksotoksin ( yaitu eksotoksin A, kolagenase, elastase) dapat
menyebabkan nekrosis jaringan, dan beberapa strain menghasilkan
neurotoksin yang menyebabkan neuropati kranial.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini penting untuk menentukan adanya osteomielitis,
perluasan penyaki, dan respond terapi,antara lain :
a. Technetium Tc 99 metylene diphosphonate bone scan
b. Gallium citrate Ga 67 scan
c. Indium In 111-labelled leucocyte scan
d. CT scan dan MRI keduanya berguna untuk memeriksa
perluasan inflamasi terhadap anatomi jaringan lunak,
pembentukan abses, komplikasi intracranial
7. Penatalaksaan Medis dan Keperawatan
a. Penatalaksanaan Medis
a) Penatalaksanaan Keperawatan
 Bersihkan semua debris dan nanah di dalam
telinga dengan menggunakan ujung pengisap
yang kecil.
 Liang telinga dioleskan aluminum subasetat
0,025% atau alkohol.
 Atur posisi pasien pada telinga yang sakit untuk
berbaring pada salah satu sisi tubuhnya.
Kemudian berikan beberapa tetes larutan
antibioka dimasukkan ke dalam liang telinga
dan dipasang sumbatan kapas ke dalam telinga.
Berikan sebanyak 4 atau 5 tetes kedalam telinga
setiap 4 jam untuk 48 jam pertama, setelah
telinga diperiksa kembali.
 Tetesan antibiotika diberikan selama 3 hari
selama 1 minggu.
 Apabila terdapat benjolan masukkan secara hati-
hati gumpalan kapas tipis 5 – 7,5 cm, dan
ditekan hati-hati kedalam liang telinga dengan
forseps bayonet atau forseps buaya. Ujung
dalam gumpalan ini harus sedikit mungkin ke
membran timpani dan ujung luarnya harus
menonjol keluar dari liang telinga. Gumpalan
tersebut harus dibasahi dengab larutan
antibiotika setiap 3- 4 jam, setelah kapas
tersebut dibasahi pasang sumbatan kapas
ditelinga
BAB 3
KASUS

“Tn.K mengatakan keluar cairan pada telinga sejak 2 minggu yang lalu disertai
dengan nyeri yang hilang timbul. Hal itu dialami karna telinga Tn.K kemasukan
air pada saat berenang dilaut. Tn.K senang berenang di laut pada saat subuh
menjelang pagi hari. Tn.K juga sering mengorek-ngorek telinganya sejak
telingnya kemasukan air laut. Tn.K juga mengeluh pada saat telinganya terasa
sangat gatal, kulit telinganya terkelupas. Tn.K melakukan hal tersebut karena
telinganya terasa penuh dan kadang terasa nyeri. Beberapa hari setelah telinganya
kemasukan air, Tn.K mengalami demam. Tn.K merasa cemas akan telinganya,
apakah dia bisa sembuh seperti semula atau akan ada perubahan pada
pendengarannya ”.

Tanggal Masuk RS : Kamis, 16 Juni 2016 Jam 09.15 WIB


Tanggal Pengkajian : Jum’at, 17 Juni 2016 Jam 10.00 WIB
Metode Pengkajian : Autoanamnesa

1. IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Umur/jenis kelamin : 21 tahun/Laki-laki
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : kristen
Alamat : Mojosongo, Surakarta
Dx Medis : Otitis Eksterna
2. IDENTITAS KELUARGA
Nama : Ny. C
Umur/jenis kelamin : 50 tahun/ Perempuan
Status : Ibu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Kristen
Alamat : medan sunggal

3. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama : Terasa nyeri dan gatal dibagian telinga kanan dalam.
Riwayat Kesehatan Sekarang : Klien mengatakan keluar cairan pada telinga
kanan 2 sejak minggu yang lalu disertai dengan nyeri yang hilang timbul.
Riwayat Kesehatan Dahulu : Pasien mengatakan belum pernah menderita
penyakit ini sebelumnya, dan belum pernah MRS.
Riwayat Kesehatan Keluarga :Tidak ada yang mengalami riwayat penyakit yang
sama dengan klien.
4.PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan tahu tentang pentingnya kesehatan sehingga apabila
ada salah satu keluarga yang sakit langsung dibawa kerumah sakit. Menurut
pasien sehat adalah ia dapat melakukan aktivitasnya dengan nyaman, dan sakit
adalah ketika pasien merasakan segala sesuatu yang membuat aktivitasnya tidak
nyaman.

Pola Nutrisi dan Metabolik


Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi Klien makan sehari 3x Klien makan sehari 3x
sehari, minum 6-7 sehari, minum 6-7
gelas/hari gelas/hari
Jenis Makanan dan Minuman Makanan dan Minuman
Porsi 1 Porsi 1 Porsi
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Antropometri
BB :
TB :
IMT : BB

Pola Eliminasi
BAB
Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi Klien BAB normal 2x/hari Klien BAB normal
2x/hari
Kosentrasi Lembek, tidak ada darah Lembek, tidak ada darah
Jumlah 300gr 300gr
Warna Normal Normal
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

BAK
Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi Klien BAK normal 6x Klien BAK normal 6x
sehari sehari
Jumlah Urine 240cc/BAK 240cc/BAK
Warna Normal Normal
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

Pola Aktivitas dan Latihan


Sebelum Sakit Sesudah Sakit
Kemampuan 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Makan  
Mandi  
Toileting  
Berpakaian  
Mobilisasi  
Ambulasi  

Pola Istirahat dan Tidur


Sebelum Sakit : Pasien mengatakan biasanya tidur ± 7-8jam/hari, dan biasanya
tidur siang selama 2jam/hari, tidur nyenyak tidak ada gangguan.
Setelah Sakit : Pasien hanya tidur ± 3-5 jam/hari, tidak bisa tidur
nyenyak karna telinga gatal dan nyeri.

Pola Kognitif dan Perceptual


Sebelum sakit : Panca indra pasien masih baik dan masih berfungsi
dengan normal.
Setelah sakit : Panca indra pasien masih baik kecuali pendengaran
pasien kurang baik, karena telinga kanan pasien
mengalami nyeri.

1. Pola Persepsi dan Konsep Diri


a. Harga Diri
b. Pasien mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
c. Pasien biasa bersosialisasi setiap hari.
d. Tujuan pasien saat ini adalah ingin sembuh dan cepat beraktivitas.
e. Ideal diri
f. Pasien ingin sembuh.
g. Pasien ingin aktif kembali dengan lingkungan sekitar.
h. Gambaran diri
i. Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya secara proposional.
j. Pasien dapat beradaptasi dengan keadaan tubuhnya yang sekarang.
k. Citra diri
l. Pasien tidak ingin merubah bentuk tubuh.
m. Pasien tidak merasa berbeda dengan orang lain.
n. Pasien sangat percaya diri.

2. Pola Seksual dan Reproduksi


a. Pasien belum menikah dan belum pernah berhubungan seksual
sebelumnya.
3. Pola Peran dan Hubungan
Peran pasien dalam keluarga adalah sebagai anak pertama yang bekerja
wirawasta dan pasien selalu menurut dengan orang tua, sedangkan di masyarakat
pasien juga aktif dalam organisasi didesa, pasien juga dapat berkomuikasi yang
baik dengan masyarakat, sering membantu kegiatan didesa seperti kerja bakti.

4. Pola Manajemen Stress dan Koping


Sebelum Sakit : Pasien sering berinteraksi dengan orang sekitar, dan apabila
pasien merasa setres maka ia akan mendengarkan musik untuk menghilangkan
setresnya.
Selama sakit : Pasien merasa jenuh selama dirumah sakit.

Sistem Nilai dan Keyakinan


Sebelum sakit : Pasien beragama islam dan rajin beribadah ke masjid.
Setelah sakit : Pasien masih bisa beribadah seperti biasa.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran :
TTV : TD : 100/80 mmhg
RR : 52x/menit
T : 38,2˚C
N : 74x/menit
Pemeriksaan Head To Toe
Kepala
Bentuk Kepala : Bulat/Mesocephal, Simetris
Kulit kepala : Terlihat kotor, tidak ada luka
Rambut : Bersih, potongan pendek, tidak ada
kutu, rambut lurus, warna hitam, tidak ada uban.
Muka
Mata : Reflek terhadap cahaya baik, Ikterik (-),
warna mata coklat, diameter ka/ki sama,
konjungtiva pucat.
Hidung : Bersih, mukosa hidung tampak merah,
setretnya (+)
Mulut : Bersih, kemampuan berbicara baik, bibir
kering.
Gigi : Gigi berlubang (-), tidak ada karang gigi.
Telinga : Simetris, kotor, serumen (+), luka/iritasi
Leher : Tonsil tampak berwarna merah dan bengkak.
Dada
Paru –Paru
I : Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris,
Tidak nampak penggunaan alat bantu nafas, tidak
ada masa, pola nafas normal, tidak ada luka.
P : Vokal premitus normal, tidak ada nyeri tekan, tidak
teraba masa
P : Suara paru sonor
A : Suara paru vesikuler, tidak terdengar wheezing dan
ronkhi
Jantung
I : Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris,
tidak nampak otot bantu nafas, tidak ada masa,
ictus cordis tampak pada intercosta ke-5
P : Tidak ada nyeri tekanan, tidak teraba masa, pulse
terasa kuat
P : Batas-batas jantung normal, suara redup
A : Suara paru reguler, tidak terdengar gallop
Abdomen
I : Abdomen flat, Simetris, Pernapasan Perut, Tidak Ada
Pembersaran
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak terasa pembesaran hepar
P : Suara lambung timpani
A : Tidak ada bising usus
Genitalia : Bersih, tidak nampak terpasang DC, anus bersih
tidak ada feses, tidak ada hemoroid.
Ekstremitas
Atas
Kekuatan otot kanan dan kiri : Kekuatan otot lemah 3/3
ROM kanan dan kiri : Gerakan otot sedikit
lemas dan kaku,
tangan kanan
terpasang infus
RL 20 tpm.
Perubahan bentuk tulang : Tidak ada
Perabaan Akral : Akral terasa panas
Pitting Edema : Tidak ada
Bawah
Kekuatan otot kanan dan kiri : Kekuatan otot lemah
3/3
ROM kanan dan kiri : Gerakan otot sedikit
lemas dan kaku
Perubahan bentuk tulang : Tidak ada
Perabaan Akral : Akral terasa panas
Petting Edema : Tidak ada
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan THT
Pemeriksaan Telinga
a. Pemeriksaan telinga :
“Setelah dilakukan pemeriksaan menggunakan speculum telinga
terdapat granulasi jaringan didalam telinga”.
b. Uji Weber :
“Klien mengatakan suara yang didengan lebih keras di telinga yang sakit (Telinga
kanan) dibandingkan telinga yang sehat (Telinga kiri)”
c. Uji Rinne :
“Klien mengatakan Suara lebih besar saat ditempelkan di tulang mastoid
dibandingkan di depan telinga (Bone Conduction > Air Conduction = BC>AC)”
d. Uji Schwabach :
“Uji Schwabach memanjang (Hantaran tulang mastoid klienlebih lama
dibandingkan hantaran tulang mastoid pemeriksa)”
e. Inspeksi :
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada
MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.
Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke
membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.
f. Palpasi:
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien,
maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan Hidung :
Telinga simetris kiri dan kanan, Tidak ada nyeri tekan dan benjolan saat dipalpasi.
Pemeriksaan Rinoskopi menggunakan Spekulum Hidung :
Mukosa hidung berwarna merah dan nampak adanya sekret.
Pemeriksaan Tenggorokan : Tonsil nampak berwarna kemerahan
dan bengkak.
Hasil Laboratorium

TERAPI MEDIS
Akilen tetes Telinga 5ml : Akilen di indikasikan untuk OMSK dan Otitis
Eksterna biasanya efek samping yang dialami
pasien yaitu mual, berkurangnya
pendengaran, seborrhea, tinnitus.
Ambroxol (3 x 1) : Ambroxol yang berefek mukokinetik dan
sekretolitik, dapat mengeluarkan lendir yang
kental dan lengket dari saluran pernapasan dan
mengurangi staknasi cairan sekresi
Cetirizine (1 x 1) : Antihistamin potensial yang memiliki efek
sedasi (kantuk) ringan dengan sifat tembahan
anti alergi, khususnya alergi rhinitis. Cetirizine
di HCL mampu menurunkan gejala mayor
rinisits alergi seperti hidung berair, bersin dan
hidung gatal.
Paracetamol 500mg (3x1) :
Infus RL 20 tpm :

ANALISA DATA
Nama : Tn. K No. CM : 5076
Umur : 21 Tahun Dx. Medis : Otitis Eksterna
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1 DS : Nyeri Akut Proses
- Klien mengatakan nyeri Inflamasi
DO :
Klien nampak meringis
kesakitan
2 DS : Gangguan Penurunan
- - Klien mengatakan Persepsi Sensori Pendengaran
pendengarannya menurun : Pendengaran
- Klien mengatakan
telinganya terasa penuh
DO :
- - Uji Weber :
Lateralisasi ke telinga
yang
sakit
- - Uji Rinne : BC>AC
- Uji Schwabach :
Memanjang
3 DS : Hypertermi Proses Infeksi
- Klien mengeluh demam
beberapa hari setelah
telinganya kemasukan air
laut
D DO :
Klien nampak demam
TD: 100/80 mmhg
RR: 52x/menit
T: 38,2˚C
Akral teraba panas, pasien
lemah,bibir kering
4 DS : Cemas Koping Mal
- 1. Klien merasa cemas Adaptif
akan penyakit yang
dideritanya
2 2. Klien mengatakan
kulitnya terkelupas ketika
dikorek dengan cottonbud
DO :
1. Klien nampak
khawatir/cemas
2. Klien bertanya-tanya
mengapa kulit telinganya
terkelupas

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nyeri Akut b.d Proses Inflamasi
Gangguan Persepsi Sensori : Pendengaran b.d Penurunan pendengaran
Hipertermi b.d proses inflamasi
Cemas b.d koping mal adaptif
RENCANA KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI
Nama : Tn. K No. CM : 5076
Umur : 21 Tahun Dx. Medis : Otitis Eksterna
Hari/tgl/jam No Implementasi Respon Paraf
Dx
Jum,at I 1. Mengkaji sakit 1. S = Klien
17/06/16 nyeri mengatakan nyeri
09.00 O= Klien
meringis
kesakitan

II 2. Mengkaji 2. S = klien
gangguan mengatakan
pendengaran pendengarannya
menurut dan
telinganya terasa
penuh
O=

III 3. Monitoring TTV 3. S = Klien


mengatakan
badannya masih
demam
O=
T: 38,2˚C, TD:
100/80 mmhg
RR: 52x/menit
N : 74x/menit

IV 4. Manajemen koping 4. S = klien


mengatakan
cemas akan
penyakit yang
dirasakan dan
kulit telinganya
terkelupas ketika
dikorek
O = klien terlihat
cemas dan
bertanya-tanya
kenapa kulitnya
terkelupas

13.00 III 1. Memberikan 1. S = klien


kompres air hangat mengatakan
badannya masih
demam/panas
O = TTV
TD :
100/80mmhg,
T : 38,2˚C,
RR : 52x/menit,
N : 74x/menit

2. Menganjurkan 2. S = klien
klien untuk mengatakan
mengunakan pakaian sudah memakai
yang tipis baju tipis
O = klien sudah
menggunakan
pakaian yang
tipis tanpa lengan
dan menyerap
keringat

1. Memberikan S = pasien
I pengetahuan tentang mengatakan
rasa nyeri memahami apa
yang disampaikan
O = klien
mendengarkan
dengan baik dan
memahami
tentang
pengetahuan yang
disampaikan
Sabtu
18/06/16

Anda mungkin juga menyukai