Anda di halaman 1dari 32

TOMOR HIPOFISIS DAN HOPOFEKSITOMI

OLEH :
KELOMPOK VI

Nama Kelompok :
1. Dedi Saputra Sipayung
2. Helpianus S. Hondro
3. Putri Delima Perdana
4. Syamita Putri
5. Yusnita Adelia Saragih
Kelas : 3.3 PSIK
Dosen : Ns. Agnes Marbun, S.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisis
mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa
hormone hipofisis memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana
mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme
umpan balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya dalam
darah memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau
mempercepat pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior dan
posterior.
Kenjar hipofisis medula kelenjar yang sangat penting bagi tubuh manusia,
kelenjar ini mengatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium dan
testis, kontrol laktasi, kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan tumbuh kembang
yang linear, dan mengatur osmolalitas dan volume dari cairan intravascular
dengan memelihara resorpi cairan diginjal. Kelenjar hipofisis terdiri dari 2 lobus,
lobus anterior dan lobus posterior, pada lobus anterior kelenjar ini terdapat 5 tipe
sel yang memprosuksi 6 hormon peptida. Sedangkan pada lobus posterior
dilepaskan 2 macam hormon peptida.
Sebagian besar tomor hipofisis (adenomas) tidak menyebar diluar tengkorak
(nonmetastatic) dan biasanya masih terbatas pada kelenjar pituitari atau di
dekatnya jaringan otak. Putiitary tumor cukup umum dan sering didiagnosis
melalui scan MRI yang dilakukan untuk alasan lain.

1.2.` Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa sebagai
calon perawat dapat mengetahui dan mampu mengatasi klien dengan
“Tumor Hipofisis dan Hipifeksitomi”, dengan menggunakan standar asuhan
keperawatan yang sesuai.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu Mengetahui Definisi
2. Mampu Mengetahui Etiologi
3. Mampu Mengetahui Klasifikasi
4. Mampu Mengetahui Manifestasi Klinis
5. Mampu Mengetahui Pemeriksaan Penunjang
6. Mampu Melakukan Penatalaksanaan.
7. Mampu Melakukan Pengkajian Terhadap Pasien Tumor Hipofisis
8. Mampu Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Tumor Hipofisis
9. Mampu Merencanakan Tindakan Yang Akan Dilakukan Pada Pasien Tumor
Hipofisis
10. Mampu Melakukan Tindakan Keperawatan Pada Pasien Tumor Hipofisis
11. Mampu Mengevaluasi Tindakan Yang Telah Dilakukan Pada Pasien Tumor
Hipofisis
.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. KONSEP MEDIS


2.1.1. Pengertian
Kelenjar hipofisis medula kelenjar yang sangat penting bagi tubuh manusia,
kelenjar inimengatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium dan
testis, kontrol laktasi, kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan tumbuh kembang
yang linear, dan mengatur osmolalitas dan volume dari cairan intravascular
dengan memelihara resorpsi cairan diginjal. Kelenjar hipofisis terdiri dari 2 lobus,
lobus anterior dan lobus posterior, pada lobus anterior kelenjar ini terdapat 5 tipe
sel yang memproduksi 6 hormon peptida. Sedangkan pada lobus posterior
dilepaskan 2 macam hormon peptida.Pituitary tumor, pertumbuhan abnormal yang
berkembang di kelenjar hipofisis di otak, hampir selalu noncancerous (jinak).
Sebagian besar tumor hipofisis (adenomas) tidak menyebar di luar
tengkorak (nonmetastatic) dan biasanya masih terbatas pada kelenjar pituitari
atau di dekatnya jaringan otak. Pituitary tumor cukup umum dan
seringdidiagnosis melalui scan MRI yang dilakukan untuk alasan lain.
Hipofisektomi adalah operasi pengangkatan kelenjar pituitari.

2.1.2. Klasifikasi
Klasifikasi dibedakan berdasarkan hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis
dan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
a. Adenoma hipofisis non fungsional (tidak memproduksi hormon)
Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh tumor pada hipofisis.Biasanya
muncul pada dekade ke 4 dan ke 5 dari kehidupan, dan biasanya lebih sering
ditemukan pada laki-laki dari pada wanita. Nama lain dari tumor ini yaitu
Null cell tumor, Undifferentiated tumor dan non hormon producing
adenoma. Karena tumor ini tidak memproduksi hormon, maka pada tahap
dini seringkali tidak memberikan gejala apa-apa. Sehingga ketika diagnose
ditegakkan umumnya tumor sudah dalam ukuran yang sangat besar, atau
gejala yang timbul karena efek masanya. Tumor biasanya solid walaupun
biasa ditemukan tumor dengan campuran solid dan kistik.
b. Adenoma hipofisis fungsional yang terdiri dari :
1) Adenoma yang bersekresi prolaktin
2) Adenoma yang bersekresi growth hormon (GH)
3) Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
4) Adenoma yang bersekresi adrenokortikotropik hormon (ACTH)

2.1.3. Etiologi
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui.Sebagian besar diduga tumor
hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan
sel yang tidak terkendali.Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multipel tipe
I dikaitkan dengan tumor hipofisis.Namun, account cacat ini hanya sebagian kecil
dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari hasil
penyebaran (metastasis) dari kanker situs lain.
Kanker payudara pada wanita dan kanker paru-paru pada pria merupakan
kanker yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar pituitari.Kanker lainnya
yang menyebar kekelenjar pituitari termasuk kanker ginjal, kanker
prostat, melanoma, dan kanker pencernaan.
2.1.4. Patway
2.1.5. Tipe Tumor Kelenjar Hipofisis
1. Tumor Eosinofil
Jika tumbuh secara dini dalam kehidupan sesorang, akan menimbulkan
gigantisme. Orang yang terkena tumor ini dapat memiliki tinggi badan
sampai 7 kaki dan semua proporsi tubuhnya menjadi besar meskipun
tubuhnya begitu lemah serta letargik sehingga hampir tidak dapat
diatanggung oleh dirinya sendiri.
2. Tumor Basofil
Tumor ini akan menyebabkan sindrom cushing dengan gambaran yang
sebagian besar berkaitan dengan hiperadrenalisme, termasuk maskulinisasi
dan amenore pada wanita, obesitas batang tubuh, hipertensi, osteoporosis
serta polisitemia.
3. Tumor Kromofob
Tumor kromofob yang merupakan 90% dari seluruh tumor hipofisis,
biasanya tidak menghasilkan hormone tetapi menghancurkan sisa kelenjar
hipofise sehingga terjadi hipopituitarisme.Penderita penyakit ini sering
tampak obesitas dan somnolen dengan memperlihatkan rambut yang halus
serta jarang, kulit yang kering serta lunak, muka pucat.Pasien ini juga
mengeluhkan sakit kepala, kehilangan libido dan gangguan visual yang
berkembang menjadi kebutaan.Gejala lainnya mencakup poliuria, polifagia,
penurunan angka metabolism basal dan suhu tubuh yang abnormal.

2.1.6. Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis Adenoma Hipofisis non fungsional:
1. Nyeri kepala
2. Karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan
chiasma optikum, timbul gangguan lapang pandang bitemporal. Karena
serabut nasal inferior yang terletak pada aspek inferior dari chiasma
optikum melayani lapang pandang bagian temporal superior
(Wilbrand’s knee), maka yang pertama kali terkena adalah
lapang pandang quadrant bitemporal superior. Selanjutnya kedua papil
akan menjai atrophi.
3. Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi
hipofisis yang progressif dalam beberapa bulan atau beberapa tahun
berupa :
a. Hypotiroidism, tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang kasar
b. Hypoadrenalism, hipotensi ortostatik, cepat lelah
c. Hypogonadism, amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan
kesuburan

Manifestasi Klinis Adenoma Fungsional :


1. Adenoma yang bersekresi Prolaktin
a. Hyperprolactinemia pada wanita didahului amenorhoe, galactorhoe,
kemandulan dan osteoporosis.
b. Pada laki-laki biasanya asimptomatik atau timbul impotensi atau
daya sexual yang menurun.Karena perbedaan gejala tersebut maka
tumor ini pada laki-laki biasanya ditemukan jika sudah
menimbulkan efek kompresi pada struktur yang berdekatan.
2. Adenoma yang bersekresi growth hormone
Gejala timbul secara gradual karena pengaruh meningginya kadar GH
secara kronik. Dari sejumlah kasus menunjukkan bahwa gejala yang
timbul lebih karena efek kompresi lokal dari masa tumor, bukan karena
gangguan somatiknya. Gejala dini berupa :
a. Ukuran sepatu dan baju membesar
b. Lalu timbul visceromegali
c. Muka yang kasar dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan
jaringan subcutisyang lambat berupa fibrous hyperplasia terutama
ditemukan pada jari-jari, bibir,telinga dan lidah. Adanya skin tags
ini penting karena hubungannya dengankeganasan pada kolon.
3. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH) Kecuali untuk
tumor yang bersekresi TSH, yang menunjukkan gejala :
a. Hypertiroidism glycoprotein secreting adenoma tidak memberikan
gejala yang spesifik sehubungan dengan hipersekresinya, sehingga
adenoma ini biasanya baru ditemukan sesudah memberikan efek
kompresi pada struktur didekatnya seperti chiasma optikum atau
tangkai hipofisis.
b. Hipertiroid yang disebabkan oleh TSH adenoma berbeda dengan
Graves disease, graves disease merupakan penyakit yang
diturunkan, dimana terdapat resistensi yang efektif terhadap hormon
tiroid yang menyebabkan pengaruh umpan balik negatif dari
hormon tiroid atau TSH lemah, sehingga timbul hipersekresi TSH.
Kelainan ini sering bersamaan dengan bisu tuli, stipled epiphyse dan
goiter, iniyang membedakan dengan hipertiroid akibat adanya
adenoma.
c. Pada hipertiroid akibat TSH adenoma, biasanya lebih banyak
mengenai wanita, gejala lainnya yaitu gangguan lapang pandang,
pretibial edema dan kadar serum immunoglobulim stimulasi tiroid
jumlahnya sedikit.
4. Adenoma yang bersekresi ACTH
a. Biasanya menyerang wanita sekitar usia 40 tahun
b. Khas ditandai dengan truncal obesity, hipertensi, hirsutisme
(wanita), hyperpigmentasi, diabetes atau glukosa intoleran,
amenorrhea, acne, striaeabdominal, buffallo hump dan moon
facies.Kelainan endokrinologik yang berat ini sudah muncul pada
tahap sangat dini dari tumornya yang menyulitkan dalam
mendeteksi dan identifikasi sumbernya.

2.1.7. Komplikasi
1. Adenoma akan bermetastasi pada organ lain yang akan menimbulkan
kanker dan organ yang terdekat dapat diserang adalah otak yang
mengakibatkan menjadi tumor ataupun kanker otak.
2. Hypotiroidism.
3. Hypoadrenalism.
4. Hypogonadism.
5. Hyperprolactenemia.
2.1.8. Pemeiksaan Penunjang
1. Adenoma Hipofisis non fungsional :
a. Pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar,
lantai sella menipisdan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan
adenomanya asimetrik maka padalateral foto tengkorak akan
menunjukkan double floor. Normal diameter AP darikelenjar hipofisis
pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-masing, sedang pada
yanglainnya normal < 9 masing-masing.
b. MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambaran a.carotis dan chiasma
tampak lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus
sphenoid CT scan lebih baik.c. Test stimulasi fungsi endokrin
diperlukan untuk menentukan gangguan fungsi darikelenjar hipofisis.
2. Adenoma Fungsional
a. Adenoma yang bersekresi Prolaktin
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml
biasanya berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin
antara 25-150 ng/ml terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis
sehingga pengaruh inhibisi dopamin berkurang, juga pada stalk effect
(trauma hypothalamus, trauma tungkai hipofisis karena operasi).
b. Adenoma yang bersekresi growth hormone
Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini
yang berupa cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar
basal Gh <1 ng/ml, pada penderita acromegali bisa meningkat sampai >
5 ng/ml, walaupun pada penderita biasanya tetap normal. Pengukuran
kadar somatemedin C lebih bisa dipercaya, karenakadarnya yang
konstan dan meningkat pada acromegali. Normal kadarnya 0,67
U/ml, pada acromegali mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar
GH akan ditekan sampai < 2 ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100
gr), kegagalan penekanan ini menunjukkan adanya hpersekresi dari GH.
Pemberian GRF atau TRH perdarahan infusakan meningkatkan kadar
GH, pada keadaan normal tidak. Jika hipersekresi telah ditentukan maka
pastikan sumbernya dengan MRI, jika dengan MRI tidak terdapatsesuatu
adenoma hipofisis harus dicari sumber ektopik dari GH.
c. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta
subarakhnoidunit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga
hormon,sedangkan betasubarakhnoid unitnya berbeda. Dengan teknik
immunohistokimia yang spesfik bisa diukur kadar dari alpha
subarakhnoid unit atau kadar alpha dan beta subarakhnoid unit.Pada
tumor ini terdapat peninggian kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun
padaadenoma non fungsional 22% kadar alpha subarakhnoid unitnya
juga meningkat. MRIdengan gadolinium, pada pemeriksaan ini tidak
bisa dibedakan antara adenoma yangsatu dengan yang lainnya
d. Adenoma yang bersekresi ACTH
CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi ACTH
dari adenihipofisis, ACTH akan meningkatkan produksi dan sekresi
cortisol dari adrenalcortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif
akan menurunkan ACTH. Pada kondisi stres fisik dan metabolik kadar
cortisol meningkat, secara klinik sulit mengukur ACTH, maka cortisol
dalam sirkulasi dan metabolitnya dalam urine digunakan untuk status
diagnose dari keadaan kelebihan adrenal. Cushing’ssyndroma secara
klinik mudah dikenal tapi sulit untuk menentukan etiologinya.

2.1.9. Penatalaksanaan
1. Pengobatan :
Pengobatan adenoma hipofisis dimulai dengan koreksi elektrolit
disfungsidan penggantian hormon hipofisis, jika perlu, segera setelah
spesimen darah diagnostic telah terkirim. Penggantian hormon tiroid atau
adrenal adalah sangat penting.Steroid penggantian harus cukup untuk situasi
stres, termasuk periode perioperatif.Tujuan perawatan berbeda sesuai
dengan aktivitas fungsional tumor.Untuk tumor endokrinaktif, pendekatan
yang agresif terhadap normalisasi hipersekresi sangat penting sekaligus
mempertahankan fungsi hipofisis normal.
Hal ini biasanya dapat dicapai dengan bedaheksisi, tetapi beberapa
Prolaktinoma lebih baik dikontrol secara medis.Untuk nonsecreting tumor,
pengobatan diarahkan bedah pengurangan efek massa bertanggung jawab
atas gejala, dengan tetap menjaga fungsi hipofisis. Meskipun bedahreseksi
lengkap diinginkan, yang radiosensitivity tumor ini mengundang subtotal
debulkingdiikuti dengan terapi radiasi untuk mengurangi risiko kekambuhan
atau keganasan.Adenomas asimtomatik insidentil tidak memerlukan
intervensi tetapi harus diikuti dengan pemeriksaan secara berkala bidang
visual dan MRI. Timbulnya gejala atau MRI dokumentasi pertumbuhan
indikasi untuk perawatan.

2. Pembedahan :
Keberhasilan dan keselamatan pendekatan transsphenoidal membuat
prosedur pilihan untuk menghilangkan adenomas. Kebanyakan tumor lunak
dan gembur,dan transsphenoidal akses, meskipun terbatas, memungkinkan
untuk penghapusan lengkap bahkan jika ada suprasellar signifikan ekstensi
atau sella tidak diperbesar. Tingkat kematian kurang dari 1%. Mayor
morbiditas, termasuk stroke, kehilangan penglihatan, meningitis, CSF
bocor, atau cranial palsy, kurang dari 3,5%. Diabetes insipidus permanen
muncul setelah operasi dalam 2 sampai 5% dari pasien dan diperlakukan
oleh penggantinya.

Salah satu tindakan pembedahan untuk tumor hipofisis adalah


hipofisektomi. Hipofisektomi adalah tindakan pengangkatan adenoma
hipofise melalui pembedahan. Prosedur operasi tersebut mencakup tindakan
transpenoidal hipofisektomi dengan narkose. Insisi pada lapisan dalam bibir
atas dan masuk ke sella tursika melalui sinus speinoidalis. Yang kedua
adalah transfrontal kraniotomi yaitu dengan membuka rongga kranium
melalui tulang frontal.
Secara umum prinsio perawatan klien dengan hipofisektomi adalah sebagai
berikut :
1. Pantau status neurologi klien
2. Pantau keseimbangan cairan khususnya terhadap intake dan output
karena dapat terjadi diabetes insipidius trasien
3. Dorong klien untuk mempertahankan ventilasi paru dengan latihan
napas dalam
4. Anjurkan klien untuk tidak batuk, menggosok hidung atau bersin
5. Anjurkan klien untuk berkumur sampai bersih setiap kali selesai
makan karena tidak di perbolehkan

Pendidikkan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan


dilaksanakan setelah tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat
menjelaskan agar klien menghindari aktivitas yang dapat menghambat
penyembuhan seperti mengenjan, batuk, dll. Juga menjelaskan agar klien
mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti
makanan tinggi serat, minum air yang cukup, pelunak feses bila
diperlukan.

3. Terapi radiasi :
Terapi radiasi melengkapi operasi dalam mencegah perkembangan atau
kekambuhan. Standar teknik radiasi melibatkan penggunaan tiga bidang
(bidang menentangsejajar dengan bidang koronal) atau teknik rotasi untuk
menghindari dosis yang tidak perludi lobus temporal.Dosis 4.500-5.000 cGy
disampaikan dalam pecahan 180-cGydisarankan. Secara umum, pasien
dengan tumor subtotally resected diberikan terapi radiasi.
Walaupun radiasi mengurangi risiko kekambuhan atau penundaan
kambuhnya setelah brutototal reseksi, kita ikuti serial pasien dengan MRI
scan dan pemeriksaan bidang visual danmenahan radiasi kecuali ada tumor
didokumentasikan regrowth. Untuk tumor termasuk kelenjar pituitary
adenoma hipofisis, prolactinoma dan penyakit Cushings, keputusan yang
berkaitan dengan pengobatan untuk tumor kelenjar hipofisis bergantung
pada pemahaman lengkap tentang risiko bersaing vs manfaat untuk
pengobatanyang berbeda. Pilihan untuk perawatan tumor kelenjar pituitari
dapat mencakup operasi, Radiosurgery dan gamma pisau.
2.2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1.Penkajian
1. Pengkajian Sekunder
a. Identitas
Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi seimbang dan
mempunyai insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
b. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di
tengah dahi kabur atau penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer)
visi, ptosis yang disebabkan oleh tekanan pada saraf yang menuju ke
mata, perasaan mati rasa pada wajah, demensia, perasaan mengantuk,
kepala membesar, makan berlebih atau berkurang.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya,
dan pandangan kabur.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian
tubuh, Kaji apakah klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun
ringan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
- Klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh
bagian tubuh (jika timbul saat usia dini)
- Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang
abnormal pada ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung,
dagu (timbul pada saat usia dewasa)
- Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)
- Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna
- Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena
kelemahan otot
b. Palpasi :
- Terdapat nyeri kepala
- Terdapat kelemahan otot tonus otot

3. Pengkajian Data Dasar


a. Aktifitas /istirahat :
- Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
- Sakit kepala yang hebat saat aktivitas.
- Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
- Kelemahan otot.
b. Sirkulasi
- Edema pada ekstermitas kaki dan tangan.
- Takikardi.
c. Integritas ego
Ketidakberdayaan/putus asa sehubungan dengan perubahan penampilan
fisik.
d. Eliminasi.
- Perubahan pola berkemih.
- Perubahan warna urin contoh kuning pekat.
e. Makanan/cairan :
- Nafsu makan menurun
- Malnutrisi
- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot.
- Perubahan pada kelembababn/turgor kulit, edema.
f. Neurosensori.
- Pening, disorientasi (selama sakit kepala), tidak mampu
berkonsentrasi.
- Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas)
g. Nyeri/kenyamanan
Nyeri hebat, menetap, menyeluruh atau intermiten, sering sekali
membuat pasien terbangun. Mungkin terlokalisasi, pada posisi tertentu.
h. Keamanan
- Demam
- Suhu meningkat (37,950 C atau lebih)
- Menggigil
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus
2. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat
tumor hipofisis
3. GSP, Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan metabolic (hipermetabolik)
5. Kelemahan berhubungan dengan ketidakmampuan menyokong tubuh
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

2.2.3 Intervensi Keperawatan


NO DX. KEP NOC NIC
1. Nyeri akut Tujuan : 1. Kaji keluhan nyeri,
Nyeri dapat perhatiakan lokasi,
dihilangkan/ditangani itensitas, dan waktu nyeri.
2. Letakan kantung es pada
Kriteria Hasil : kepala klien.
- Melaporkan nyeri 3. Dorong pengungkapan
berkurang. perasaan klien
- Klien tampak tenang 4. Lakukan tindakan paliatif.
- Skala nyeri bahkan Misalnaya pengubahan
hilang posisi.
5. Kolaborasi :
Berikan
analgesik/antipiretik,
analgesic narkotik sesuai
dengan indikasi.
2. Hipertermi Tujuan : 1. Pantau suhu tubuh pasien
Perubahan suhu tubuh (derajat dan pola)
yang normal. perhatikan adanya
menggigil.
Kriteria hasil : 2. Pantau suhu lingkungan
Suhu tubuh klien dalam batasi penggunaan selimut
rentang normal (36,5 – 3. Berikan kompres hangat
0
37,50C), jika ada demam
4. Pantau masukan dan
haluaran. Catat
karakteristik urine, turgor
kulit, dan membrane
mukosa.
5. Kolaborasi
Berikan antipiretik,
misalnya ASA (aspirin),
asetaminofen (Tylenol).
3 Gangguan Tujuan : 1. Tentukan ketajaman
penglihatan Penglihatan klien penglihatan, catat satu
dipertahankan pada atau kedua mata terlibat.
tingkat sebaik mungkin. 2. Orientasikan pasien
terhadap lingkungan. Staf,
Kriteria Hasil : orang lain di areanya.
- Penurunan tajam 3. Gunakan obat tetes mata
dan lapang pandang dan pelindung.
klien semakin 4. Lakukan tindakan untuk
membaik. membantu pasien
- Klien mangatakan menangani keterbatasan
pandangan kabur penglihatan.
dan ganda mulai
berkurang bahkan
4 Gangguan Tujuan : 1. Pantau masukan makanan
pemenuhan nutrisi Nutrisi klien adekuat setiap hari.
2. Ukur tinggi, berat badan.
Kriteria hasil : Timbang berat badan
- Mendemonstrasikan setiap hari atu sesuai
berat badan yang indikasi.
stabil 3. Dorong pasien untuk
- Bebas tanda dari makan diet tinggi kalori
malnutrisi. kaya nutrient, dengan
masukan cairan adekuat.

Kolaborasi :
1. Tinjau ulang pemeriksaan
laboratorium sesuai
indikasi.
2. Berikan obat sesuai
indikasi, Vitamin
khususnya A, D, E, dan
B6
3. Rujuk pada ahli diet/tim
pendukung nutrisi.
5 Kelemahan Tujuan : 1. Evaluasi laporan
Menunjukan perbaikan kelemahan, kesulitan
kemampuan klien untuk menyelesaikan tugas.
beraktivitas. Perhatikan kemampuan
istrahat/tidur dengan
Kriteria hasil : tepat.
- Melaporkan 2. Kaji kemampuan untuk
perbaikan rasa berpatisipasi pada
berenergi. aktivitas yang
- Berpatisipasi pada dibutuhkan/diinginkan.
aktivitas yang 3. Rencanakan priode
diinginkan. istrahat adekuat.
4. Berikan bantuan dalam
aktivitas sehari-hari dan
ambulansi.
6 Gangguan citra Tujuan : 1. Diskusikan arti perubahan
tubuh Harga diri klien dengan pasien. Identifikasi
ditingkatkan. persepsi situasi/harapan
yang akan datang
Kriteria hasil : 2. Catat reaksi emosi, contoh
- Menunjukan kehilangan, depresi,
adaptasi awal pada marah.
terhadap perubahan 3. Susun batasan pada
tubuh. prilaku maladaptive,
- Mulai bantu pasien untuk
mengembangkan mengidentifikasi prilaku
rencana untuk positif yang akan
perubahan membaik.
4. Dorong orang terdekat
untuk mengobati pasien
secara normal dan tidak
sebagai orang cacat.
5. Kolaborasi
Rujuk pasien kesumber
pendukung. Contoh, ahli
terapi psikologis
BAB III
TINJAUAN KASUS

KASUS :
Tn.R berusia 29 tahun datang ke RSU Sari Mutiara medan dengan keluhan nyeri
pada kepala, demam, penglihatan kabur dan ganda, susah membedakan warna,
perasaan mati rasa pada daerah wajah, perasaan mengantuk. Tn.R mengatakan
tidak selera makan dan sering mengalami mual dan muntah, konjungtiva pucat,
turgor kulit jelek, susah tidur, terdapat kantung mata, Tn.R mengatakan susah
menggerakan organ tubuhnya dan nampak lemas, BB menurun, kulit tampak
kemerahan dan Tn.R mengatakan putus asa, edema pada kaki dan tangan, setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan suhu: 380C, RR:32 x/m. HR:84 x/m, skala
nyeri: 8.

3.1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn.R
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Binjai
2. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di tengah
dahi kabur atau penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis
yang disebabkan oleh tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan
mati rasa pada wajah, demensia, perasaan mengantuk, kepala membesar,
makan berlebih atau berkurang.
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan
pandangan kabur.
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian tubuh,
Kaji apakah klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun ringan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.
6. Pemeriksaan fisik
f. Inspeksi :
1) Klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh
bagian tubuh (jika timbul saat usia dini)
2) Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang
abnormal pada ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung,
dagu (timbul pada saat usia dewasa)
3) Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)
4) Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna
5) Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena
kelemahan otot
g. Palpasi :
1) Terdapat nyeri kepala
2) Terdapat kelemahan otot tonus otot
7. Pengkajian Data Dasar
a. Aktifitas /istirahat :
1) Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
2) Sakit kepala yang hebat saat aktivitas.
3) Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
4) Kelemahan otot.
b. Sirkulasi
1) Edema pada ekstermitas kaki dan tangan.
2) Takikardi.
c. Integritas ego
1) Ketidakberdayaan/putus asa sehubungan dengan perubahan
penampilan fisik.
d. Eliminasi.
1) Perubahan pola berkemih.
2) Perubahan warna urin contoh kuning pekat.
e. Makanan/cairan :
1) Nafsu makan menurun
2) Malnutrisi
3) Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot.
4) Perubahan pada kelembababn/turgor kulit, edema.
f. Neurosensori.
1) Pening, disorientasi (selama sakit kepala), tidak mampu
berkonsentrasi.
2) Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas)
g. Nyeri/kenyamanan
1) Nyeri hebat, menetap, menyeluruh atau intermiten, sering sekali
membuat pasien terbangun. Mungkin terlokalisasi, pada posisi
tertentu.
h. Keamanan
1) Demam
2) Suhu meningkat (37,950 C atau lebih)
3) Menggigil

ANALISA DATA
No S E P
1. DS : Penekanan korteks Nyeri akut
Tn.R mengatakan serebri di hipotalamus
nyeri pada kepala,
perasaaan mati rasa
pada daerah wajah.
DO :
Skala nyeri 8,
RR;24x/m,HR:80 x/m.
2. DS: Kerusakan control Hipertermi
Tn.R mengatakan sakit suhu sekunder akibat
kepala,susah tidur. tumor hipofisis
DO:
Suhu: 380 c, .HR:80
x/m,skala nyeri:8.
3. DS: Penekanan pada Gangguan Penglihatan
Tn.R mengatakan ciasma optikum
pandanganya kabur,
susah membedakan
warna, perasaan
mengantuk
DO:
Merah pada daerah
wajah
4. DS: Hipermetabolik Gangguan pemenuhan
Tn.R mengatakan tidak nutrisi kurang dari
selera kebutuhan tubuh
makan,mual,muntah
DO:
Turgor kulit jelek, BB
menurun, mual,
muntah
5. DS: Ketidakmampuan Kelemahan
Tn.R mengatakan tidak menyokong tubuh
mampu menggerakan
organ badanya
DO: Edema .
6. DS: Perubahan penampilan Gangguan citra tubuh
Tn.R merasa putus asa fisik
dengan keadannya
DO:
Turgor kulit jelek, BB
menurun, edema pada
kaki dan tangan, kulit
kemerahan, lemas.

3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus
2. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat
tumor hipofisis
3. Gangguan Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma
optikum
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan metabolic (hipermetabolik).
5. Kelemahan berhubungan dengan ketidakmampuan menyokong tubuh
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
3.3. Intervensi Keperawatan
NO DX. KEP NOC NIC
1. Nyeri akut Tujuan : 1. Kaji keluhan nyeri,
Nyeri dapat perhatiakan lokasi,
dihilangkan/ditangani itensitas, dan waktu
nyeri.
Kriteria Hasil : 2. Letakan kantung es pada
- Melaporkan nyeri kepala klien.
berkurang. 3. Dorong pengungkapan
- Klien tampak tenang perasaan klien
- Skala nyeri bahkan 4. Lakukan tindakan paliatif.
hilang Misalnaya pengubahan
posisi.
5. Kolaborasi :
Berikan
analgesik/antipiretik,
analgesic narkotik sesuai
dengan indikasi.
2. Hipertermi Tujuan : 1. Pantau suhu tubuh
Perubahan suhu tubuh pasien (derajat dan pola)
yang normal. perhatikan adanya
menggigil.
Kriteria hasil : 2. Pantau suhu lingkungan
Suhu tubuh klien dalam batasi penggunaan
rentang normal (36,50 – selimut
37,50C), 3. Berikan kompres hangat
jika ada demam
4. Pantau masukan dan
haluaran. Catat
karakteristik urine,
turgor kulit, dan
membrane mukosa.
5. Kolaborasi
Berikan antipiretik,
misalnya ASA (aspirin),
asetaminofen (Tylenol).
3 Gangguan Tujuan : 1. Tentukan ketajaman
penglihatan Penglihatan klien penglihatan, catat satu
dipertahankan pada atau kedua mata terlibat.
tingkat sebaik mungkin. 2. Orientasikan pasien
terhadap lingkungan.
Kriteria Hasil : Staf, orang lain di
- Penurunan tajam areanya.
dan lapang pandang 3. Gunakan obat tetes mata
klien semakin dan pelindung.
membaik. 4. Lakukan tindakan untuk
- Klien mangatakan membantu pasien
pandangan kabur menangani keterbatasan
dan ganda mulai penglihatan.
berkurang bahkan
4 Gangguan Tujuan : 1. Pantau masukan
pemenuhan nutrisi Nutrisi klien adekuat makanan setiap hari.
2. Ukur tinggi, berat badan.
Kriteria hasil : Timbang berat badan
- Mendemonstrasikan setiap hari atu sesuai
berat badan yang indikasi.
stabil 3. Dorong pasien untuk
- Bebas tanda dari makan diet tinggi kalori
malnutrisi. kaya nutrient, dengan
masukan cairan adekuat.

Kolaborasi :
1. Tinjau ulang
pemeriksaan
laboratorium sesuai
indikasi.
2. Berikan obat sesuai
indikasi, Vitamin
khususnya A, D, E, dan
B6
3. Rujuk pada ahli diet/tim
pendukung nutrisi.
5 Kelemahan Tujuan : 1. Evaluasi laporan
Menunjukan perbaikan kelemahan, kesulitan
kemampuan klien untuk menyelesaikan tugas.
beraktivitas. Perhatikan kemampuan
istrahat/tidur dengan
Kriteria hasil : tepat.
- Melaporkan 2. Kaji kemampuan untuk
perbaikan rasa berpatisipasi pada
berenergi. aktivitas yang
- Berpatisipasi pada dibutuhkan/diinginkan.
aktivitas yang 3. Rencanakan priode
diinginkan. istrahat adekuat.
4. Berikan bantuan dalam
aktivitas sehari-hari dan
ambulansi.
6 Gangguan citra Tujuan : 1. Diskusikan arti
tubuh Harga diri klien perubahan dengan
ditingkatkan. pasien. Identifikasi
persepsi situasi/harapan
Kriteria hasil : yang akan datang
- Menunjukan 2. Catat reaksi emosi,
adaptasi awal pada contoh kehilangan,
terhadap perubahan depresi, marah.
tubuh. 3. Susun batasan pada
- Mulai prilaku maladaptive,
mengembangkan bantu pasien untuk
rencana untuk mengidentifikasi prilaku
perubahan positif yang akan
membaik.
4. Dorong orang terdekat
untuk mengobati pasien
secara normal dan tidak
sebagai orang cacat.
5. Kolaborasi
Rujuk pasien kesumber
pendukung. Contoh, ahli
terapi psikologis

3.4. Implementasi Keperawatan


Tanggal DX. Kep Waktu Implementasi
06/10/2016 Nyeri akut 09:00 s/d 13:00 1. Mengkaji keluhan nyeri,
WIB perhatiakan lokasi,
itensitas, dan waktu
nyeri.
2. Meletakkan kantung es
pada kepala klien.
3. Mendorong
pengungkapan perasaan
klien
4. Melakukan tindakan
paliatif. Misalnaya
pengubahan posisi.
5. Kolaborasi :
Berikan analgesik/
antipiretik, analgesic
narkotik sesuai dengan
indikasi.
06/10/2016 Hipertermi 14:00 s/d 16:30 1. Memantau suhu tubuh
WIB pasien (derajat dan pola)
perhatikan adanya
menggigil.
2. Memantau suhu
lingkungan batasi
penggunaan selimut
3. Memberikan kompres
hangat jika ada demam
4. Memantau masukan dan
haluaran. Catat
karakteristik urine,
turgor kulit, dan
membrane mukosa.
5. Kolaborasi
Berikan antipiretik,
misalnya ASA (aspirin),
asetaminofen (Tylenol).
07/10/2017 Gangguan 9:00 s/d 15:00 1. Menentukan ketajaman
penglihatan WIB penglihatan, catat satu
atau kedua mata terlibat.
2. Meorientasikan pasien
terhadap lingkungan.
Staf, orang lain di
areanya.
3. Mengunakan obat tetes
mata dan pelindung.
4. Melakukan tindakan
untuk membantu pasien
menangani keterbatasan
penglihatan.
08/10/2017 Gangguan 08:00 s/d 12:00 1. Memantau masukan
pemenuhan nutrisi WIB makanan setiap hari.
2. Mengukur tinggi, berat
badan. Timbang berat
badan setiap hari atu
sesuai indikasi.
3. Mendorong pasien untuk
makan diet tinggi kalori
kaya nutrient, dengan
masukan cairan adekuat.

Kolaborasi :
1. Mentinjau ulang
pemeriksaan
laboratorium sesuai
indikasi.
2. Memberikan obat sesuai
indikasi, Vitamin
khususnya A, D, E, dan
B6
3. Merujuk pada ahli
diet/tim pendukung
nutrisi.
08/10/2017 Kelemahan 14:00 s/d 16:45 1. Mengevaluasi laporan
WIB kelemahan, kesulitan
menyelesaikan tugas.
Perhatikan kemampuan
istrahat/tidur dengan
tepat.
2. Mengkaji kemampuan
untuk berpatisipasi pada
aktivitas yang
dibutuhkan/diinginkan.
3. Merencanakan priode
istrahat adekuat.
4. Memberikan bantuan
dalam aktivitas sehari-
hari dan ambulansi.
09/10/2017 Gangguan citra 09:00 s/d 13:00 1. Mendiskusikan arti
tubuh WIB perubahan dengan
pasien. Identifikasi
persepsi situasi/harapan
yang akan datang
2. Mencatat reaksi emosi,
contoh kehilangan,
depresi, marah.
3. Menyusun batasan pada
prilaku maladaptive,
bantu pasien untuk
mengidentifikasi prilaku
positif yang akan
membaik.
4. Mendorong orang
terdekat untuk
mengobati pasien secara
normal dan tidak sebagai
orang cacat.
5. Kolaborasi
Merujuk pasien
kesumber pendukung.
Contoh, ahli terapi
psikologis

3.5. Evaluasi

NO DX. KEP Evaluasi


1. Nyeri akut S : Tn.R mengatakan nyeri pada kepala, perasaaan
mati rasa pada daerah wajah.
O:
- Skala nyeri 8,
- RR;24x/m,
- HR:80 x/m.

A : Masalah tidak teratasi

P : Intervensi Dilanjutkan
2. Hipertermi S : Tn.R mengatakan sakit kepala, susah tidur.
O:
- Suhu : 380 c
- Skala Nyeri : 8
- HR:80 x/m.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi Dilanjutkan
3 Gangguan S : Tn.R mengatakan pandanganya kabur,susah
penglihatan membedakan warna,perasaan mengantuk

O : Merah pada daerah wajah

A : Masalah tidak teratasi

P : Intervensi Dilanjutkan
4 Gangguan S : Tn.R mengatakan tidak selera makan, mual, muntah
pemenuhan nutrisi
O:
- Tugor kulit jelek
- BB menurun
- Mual
- Muntah

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi Dilanjutkan
5 Kelemahan S : Tn.R mengatakan tidak mampu menggerakan organ
badanya

O : Edema

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi Dilanjutkan
6 Gangguan citra S : Tn.R mengatakan merasa putus asa dengan
tubuh keadaannya.

O:
- Tugor kulit jelek
- BB menurun
- Edema pada kaki dan tangan
- Kulit kemerahan
- Lemas

A : Masalah teratasi

P : Intervensi Dihentikan
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui.Sebagian besar diduga tumor
hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan
pertumbuhan sel yang tidak terkendali.Cacat genetik, sindroma neoplasia
endokrin multipel tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis.Namun, account
cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu,
tumor hipofisis didapat dari hasil penyebaran (metastasis) dari kanker situs
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan,


ECG, Jakarta.
Gleade, Jonathan. 2005. At a Galance Anamnese dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta :
Erlangga.
Price dan Wilson, editor Dr. Huriawati Hartano, dkk. 2006. Patofisologi Konsep
Klinis dan Proses-proses Penyakit, Edisi 6, vol. Jakarta : ECG.
Rumohorgo, Hotma. 2013. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta : ECG
Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol.
3, ECG, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai