OLEH :
KELOMPOK VI
Nama Kelompok :
1. Dedi Saputra Sipayung
2. Helpianus S. Hondro
3. Putri Delima Perdana
4. Syamita Putri
5. Yusnita Adelia Saragih
Kelas : 3.3 PSIK
Dosen : Ns. Agnes Marbun, S.Kep
1.2.` Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa sebagai
calon perawat dapat mengetahui dan mampu mengatasi klien dengan
“Tumor Hipofisis dan Hipifeksitomi”, dengan menggunakan standar asuhan
keperawatan yang sesuai.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu Mengetahui Definisi
2. Mampu Mengetahui Etiologi
3. Mampu Mengetahui Klasifikasi
4. Mampu Mengetahui Manifestasi Klinis
5. Mampu Mengetahui Pemeriksaan Penunjang
6. Mampu Melakukan Penatalaksanaan.
7. Mampu Melakukan Pengkajian Terhadap Pasien Tumor Hipofisis
8. Mampu Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Tumor Hipofisis
9. Mampu Merencanakan Tindakan Yang Akan Dilakukan Pada Pasien Tumor
Hipofisis
10. Mampu Melakukan Tindakan Keperawatan Pada Pasien Tumor Hipofisis
11. Mampu Mengevaluasi Tindakan Yang Telah Dilakukan Pada Pasien Tumor
Hipofisis
.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.2. Klasifikasi
Klasifikasi dibedakan berdasarkan hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis
dan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
a. Adenoma hipofisis non fungsional (tidak memproduksi hormon)
Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh tumor pada hipofisis.Biasanya
muncul pada dekade ke 4 dan ke 5 dari kehidupan, dan biasanya lebih sering
ditemukan pada laki-laki dari pada wanita. Nama lain dari tumor ini yaitu
Null cell tumor, Undifferentiated tumor dan non hormon producing
adenoma. Karena tumor ini tidak memproduksi hormon, maka pada tahap
dini seringkali tidak memberikan gejala apa-apa. Sehingga ketika diagnose
ditegakkan umumnya tumor sudah dalam ukuran yang sangat besar, atau
gejala yang timbul karena efek masanya. Tumor biasanya solid walaupun
biasa ditemukan tumor dengan campuran solid dan kistik.
b. Adenoma hipofisis fungsional yang terdiri dari :
1) Adenoma yang bersekresi prolaktin
2) Adenoma yang bersekresi growth hormon (GH)
3) Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
4) Adenoma yang bersekresi adrenokortikotropik hormon (ACTH)
2.1.3. Etiologi
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui.Sebagian besar diduga tumor
hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan
sel yang tidak terkendali.Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multipel tipe
I dikaitkan dengan tumor hipofisis.Namun, account cacat ini hanya sebagian kecil
dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari hasil
penyebaran (metastasis) dari kanker situs lain.
Kanker payudara pada wanita dan kanker paru-paru pada pria merupakan
kanker yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar pituitari.Kanker lainnya
yang menyebar kekelenjar pituitari termasuk kanker ginjal, kanker
prostat, melanoma, dan kanker pencernaan.
2.1.4. Patway
2.1.5. Tipe Tumor Kelenjar Hipofisis
1. Tumor Eosinofil
Jika tumbuh secara dini dalam kehidupan sesorang, akan menimbulkan
gigantisme. Orang yang terkena tumor ini dapat memiliki tinggi badan
sampai 7 kaki dan semua proporsi tubuhnya menjadi besar meskipun
tubuhnya begitu lemah serta letargik sehingga hampir tidak dapat
diatanggung oleh dirinya sendiri.
2. Tumor Basofil
Tumor ini akan menyebabkan sindrom cushing dengan gambaran yang
sebagian besar berkaitan dengan hiperadrenalisme, termasuk maskulinisasi
dan amenore pada wanita, obesitas batang tubuh, hipertensi, osteoporosis
serta polisitemia.
3. Tumor Kromofob
Tumor kromofob yang merupakan 90% dari seluruh tumor hipofisis,
biasanya tidak menghasilkan hormone tetapi menghancurkan sisa kelenjar
hipofise sehingga terjadi hipopituitarisme.Penderita penyakit ini sering
tampak obesitas dan somnolen dengan memperlihatkan rambut yang halus
serta jarang, kulit yang kering serta lunak, muka pucat.Pasien ini juga
mengeluhkan sakit kepala, kehilangan libido dan gangguan visual yang
berkembang menjadi kebutaan.Gejala lainnya mencakup poliuria, polifagia,
penurunan angka metabolism basal dan suhu tubuh yang abnormal.
2.1.7. Komplikasi
1. Adenoma akan bermetastasi pada organ lain yang akan menimbulkan
kanker dan organ yang terdekat dapat diserang adalah otak yang
mengakibatkan menjadi tumor ataupun kanker otak.
2. Hypotiroidism.
3. Hypoadrenalism.
4. Hypogonadism.
5. Hyperprolactenemia.
2.1.8. Pemeiksaan Penunjang
1. Adenoma Hipofisis non fungsional :
a. Pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar,
lantai sella menipisdan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan
adenomanya asimetrik maka padalateral foto tengkorak akan
menunjukkan double floor. Normal diameter AP darikelenjar hipofisis
pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-masing, sedang pada
yanglainnya normal < 9 masing-masing.
b. MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambaran a.carotis dan chiasma
tampak lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus
sphenoid CT scan lebih baik.c. Test stimulasi fungsi endokrin
diperlukan untuk menentukan gangguan fungsi darikelenjar hipofisis.
2. Adenoma Fungsional
a. Adenoma yang bersekresi Prolaktin
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml
biasanya berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin
antara 25-150 ng/ml terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis
sehingga pengaruh inhibisi dopamin berkurang, juga pada stalk effect
(trauma hypothalamus, trauma tungkai hipofisis karena operasi).
b. Adenoma yang bersekresi growth hormone
Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini
yang berupa cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar
basal Gh <1 ng/ml, pada penderita acromegali bisa meningkat sampai >
5 ng/ml, walaupun pada penderita biasanya tetap normal. Pengukuran
kadar somatemedin C lebih bisa dipercaya, karenakadarnya yang
konstan dan meningkat pada acromegali. Normal kadarnya 0,67
U/ml, pada acromegali mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar
GH akan ditekan sampai < 2 ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100
gr), kegagalan penekanan ini menunjukkan adanya hpersekresi dari GH.
Pemberian GRF atau TRH perdarahan infusakan meningkatkan kadar
GH, pada keadaan normal tidak. Jika hipersekresi telah ditentukan maka
pastikan sumbernya dengan MRI, jika dengan MRI tidak terdapatsesuatu
adenoma hipofisis harus dicari sumber ektopik dari GH.
c. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta
subarakhnoidunit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga
hormon,sedangkan betasubarakhnoid unitnya berbeda. Dengan teknik
immunohistokimia yang spesfik bisa diukur kadar dari alpha
subarakhnoid unit atau kadar alpha dan beta subarakhnoid unit.Pada
tumor ini terdapat peninggian kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun
padaadenoma non fungsional 22% kadar alpha subarakhnoid unitnya
juga meningkat. MRIdengan gadolinium, pada pemeriksaan ini tidak
bisa dibedakan antara adenoma yangsatu dengan yang lainnya
d. Adenoma yang bersekresi ACTH
CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi ACTH
dari adenihipofisis, ACTH akan meningkatkan produksi dan sekresi
cortisol dari adrenalcortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif
akan menurunkan ACTH. Pada kondisi stres fisik dan metabolik kadar
cortisol meningkat, secara klinik sulit mengukur ACTH, maka cortisol
dalam sirkulasi dan metabolitnya dalam urine digunakan untuk status
diagnose dari keadaan kelebihan adrenal. Cushing’ssyndroma secara
klinik mudah dikenal tapi sulit untuk menentukan etiologinya.
2.1.9. Penatalaksanaan
1. Pengobatan :
Pengobatan adenoma hipofisis dimulai dengan koreksi elektrolit
disfungsidan penggantian hormon hipofisis, jika perlu, segera setelah
spesimen darah diagnostic telah terkirim. Penggantian hormon tiroid atau
adrenal adalah sangat penting.Steroid penggantian harus cukup untuk situasi
stres, termasuk periode perioperatif.Tujuan perawatan berbeda sesuai
dengan aktivitas fungsional tumor.Untuk tumor endokrinaktif, pendekatan
yang agresif terhadap normalisasi hipersekresi sangat penting sekaligus
mempertahankan fungsi hipofisis normal.
Hal ini biasanya dapat dicapai dengan bedaheksisi, tetapi beberapa
Prolaktinoma lebih baik dikontrol secara medis.Untuk nonsecreting tumor,
pengobatan diarahkan bedah pengurangan efek massa bertanggung jawab
atas gejala, dengan tetap menjaga fungsi hipofisis. Meskipun bedahreseksi
lengkap diinginkan, yang radiosensitivity tumor ini mengundang subtotal
debulkingdiikuti dengan terapi radiasi untuk mengurangi risiko kekambuhan
atau keganasan.Adenomas asimtomatik insidentil tidak memerlukan
intervensi tetapi harus diikuti dengan pemeriksaan secara berkala bidang
visual dan MRI. Timbulnya gejala atau MRI dokumentasi pertumbuhan
indikasi untuk perawatan.
2. Pembedahan :
Keberhasilan dan keselamatan pendekatan transsphenoidal membuat
prosedur pilihan untuk menghilangkan adenomas. Kebanyakan tumor lunak
dan gembur,dan transsphenoidal akses, meskipun terbatas, memungkinkan
untuk penghapusan lengkap bahkan jika ada suprasellar signifikan ekstensi
atau sella tidak diperbesar. Tingkat kematian kurang dari 1%. Mayor
morbiditas, termasuk stroke, kehilangan penglihatan, meningitis, CSF
bocor, atau cranial palsy, kurang dari 3,5%. Diabetes insipidus permanen
muncul setelah operasi dalam 2 sampai 5% dari pasien dan diperlakukan
oleh penggantinya.
3. Terapi radiasi :
Terapi radiasi melengkapi operasi dalam mencegah perkembangan atau
kekambuhan. Standar teknik radiasi melibatkan penggunaan tiga bidang
(bidang menentangsejajar dengan bidang koronal) atau teknik rotasi untuk
menghindari dosis yang tidak perludi lobus temporal.Dosis 4.500-5.000 cGy
disampaikan dalam pecahan 180-cGydisarankan. Secara umum, pasien
dengan tumor subtotally resected diberikan terapi radiasi.
Walaupun radiasi mengurangi risiko kekambuhan atau penundaan
kambuhnya setelah brutototal reseksi, kita ikuti serial pasien dengan MRI
scan dan pemeriksaan bidang visual danmenahan radiasi kecuali ada tumor
didokumentasikan regrowth. Untuk tumor termasuk kelenjar pituitary
adenoma hipofisis, prolactinoma dan penyakit Cushings, keputusan yang
berkaitan dengan pengobatan untuk tumor kelenjar hipofisis bergantung
pada pemahaman lengkap tentang risiko bersaing vs manfaat untuk
pengobatanyang berbeda. Pilihan untuk perawatan tumor kelenjar pituitari
dapat mencakup operasi, Radiosurgery dan gamma pisau.
2.2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1.Penkajian
1. Pengkajian Sekunder
a. Identitas
Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi seimbang dan
mempunyai insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
b. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di
tengah dahi kabur atau penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer)
visi, ptosis yang disebabkan oleh tekanan pada saraf yang menuju ke
mata, perasaan mati rasa pada wajah, demensia, perasaan mengantuk,
kepala membesar, makan berlebih atau berkurang.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya,
dan pandangan kabur.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian
tubuh, Kaji apakah klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun
ringan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
- Klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh
bagian tubuh (jika timbul saat usia dini)
- Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang
abnormal pada ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung,
dagu (timbul pada saat usia dewasa)
- Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)
- Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna
- Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena
kelemahan otot
b. Palpasi :
- Terdapat nyeri kepala
- Terdapat kelemahan otot tonus otot
Kolaborasi :
1. Tinjau ulang pemeriksaan
laboratorium sesuai
indikasi.
2. Berikan obat sesuai
indikasi, Vitamin
khususnya A, D, E, dan
B6
3. Rujuk pada ahli diet/tim
pendukung nutrisi.
5 Kelemahan Tujuan : 1. Evaluasi laporan
Menunjukan perbaikan kelemahan, kesulitan
kemampuan klien untuk menyelesaikan tugas.
beraktivitas. Perhatikan kemampuan
istrahat/tidur dengan
Kriteria hasil : tepat.
- Melaporkan 2. Kaji kemampuan untuk
perbaikan rasa berpatisipasi pada
berenergi. aktivitas yang
- Berpatisipasi pada dibutuhkan/diinginkan.
aktivitas yang 3. Rencanakan priode
diinginkan. istrahat adekuat.
4. Berikan bantuan dalam
aktivitas sehari-hari dan
ambulansi.
6 Gangguan citra Tujuan : 1. Diskusikan arti perubahan
tubuh Harga diri klien dengan pasien. Identifikasi
ditingkatkan. persepsi situasi/harapan
yang akan datang
Kriteria hasil : 2. Catat reaksi emosi, contoh
- Menunjukan kehilangan, depresi,
adaptasi awal pada marah.
terhadap perubahan 3. Susun batasan pada
tubuh. prilaku maladaptive,
- Mulai bantu pasien untuk
mengembangkan mengidentifikasi prilaku
rencana untuk positif yang akan
perubahan membaik.
4. Dorong orang terdekat
untuk mengobati pasien
secara normal dan tidak
sebagai orang cacat.
5. Kolaborasi
Rujuk pasien kesumber
pendukung. Contoh, ahli
terapi psikologis
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS :
Tn.R berusia 29 tahun datang ke RSU Sari Mutiara medan dengan keluhan nyeri
pada kepala, demam, penglihatan kabur dan ganda, susah membedakan warna,
perasaan mati rasa pada daerah wajah, perasaan mengantuk. Tn.R mengatakan
tidak selera makan dan sering mengalami mual dan muntah, konjungtiva pucat,
turgor kulit jelek, susah tidur, terdapat kantung mata, Tn.R mengatakan susah
menggerakan organ tubuhnya dan nampak lemas, BB menurun, kulit tampak
kemerahan dan Tn.R mengatakan putus asa, edema pada kaki dan tangan, setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan suhu: 380C, RR:32 x/m. HR:84 x/m, skala
nyeri: 8.
3.1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn.R
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Binjai
2. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di tengah
dahi kabur atau penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis
yang disebabkan oleh tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan
mati rasa pada wajah, demensia, perasaan mengantuk, kepala membesar,
makan berlebih atau berkurang.
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan
pandangan kabur.
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian tubuh,
Kaji apakah klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun ringan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.
6. Pemeriksaan fisik
f. Inspeksi :
1) Klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh
bagian tubuh (jika timbul saat usia dini)
2) Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang
abnormal pada ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung,
dagu (timbul pada saat usia dewasa)
3) Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)
4) Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna
5) Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena
kelemahan otot
g. Palpasi :
1) Terdapat nyeri kepala
2) Terdapat kelemahan otot tonus otot
7. Pengkajian Data Dasar
a. Aktifitas /istirahat :
1) Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
2) Sakit kepala yang hebat saat aktivitas.
3) Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
4) Kelemahan otot.
b. Sirkulasi
1) Edema pada ekstermitas kaki dan tangan.
2) Takikardi.
c. Integritas ego
1) Ketidakberdayaan/putus asa sehubungan dengan perubahan
penampilan fisik.
d. Eliminasi.
1) Perubahan pola berkemih.
2) Perubahan warna urin contoh kuning pekat.
e. Makanan/cairan :
1) Nafsu makan menurun
2) Malnutrisi
3) Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot.
4) Perubahan pada kelembababn/turgor kulit, edema.
f. Neurosensori.
1) Pening, disorientasi (selama sakit kepala), tidak mampu
berkonsentrasi.
2) Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas)
g. Nyeri/kenyamanan
1) Nyeri hebat, menetap, menyeluruh atau intermiten, sering sekali
membuat pasien terbangun. Mungkin terlokalisasi, pada posisi
tertentu.
h. Keamanan
1) Demam
2) Suhu meningkat (37,950 C atau lebih)
3) Menggigil
ANALISA DATA
No S E P
1. DS : Penekanan korteks Nyeri akut
Tn.R mengatakan serebri di hipotalamus
nyeri pada kepala,
perasaaan mati rasa
pada daerah wajah.
DO :
Skala nyeri 8,
RR;24x/m,HR:80 x/m.
2. DS: Kerusakan control Hipertermi
Tn.R mengatakan sakit suhu sekunder akibat
kepala,susah tidur. tumor hipofisis
DO:
Suhu: 380 c, .HR:80
x/m,skala nyeri:8.
3. DS: Penekanan pada Gangguan Penglihatan
Tn.R mengatakan ciasma optikum
pandanganya kabur,
susah membedakan
warna, perasaan
mengantuk
DO:
Merah pada daerah
wajah
4. DS: Hipermetabolik Gangguan pemenuhan
Tn.R mengatakan tidak nutrisi kurang dari
selera kebutuhan tubuh
makan,mual,muntah
DO:
Turgor kulit jelek, BB
menurun, mual,
muntah
5. DS: Ketidakmampuan Kelemahan
Tn.R mengatakan tidak menyokong tubuh
mampu menggerakan
organ badanya
DO: Edema .
6. DS: Perubahan penampilan Gangguan citra tubuh
Tn.R merasa putus asa fisik
dengan keadannya
DO:
Turgor kulit jelek, BB
menurun, edema pada
kaki dan tangan, kulit
kemerahan, lemas.
Kolaborasi :
1. Tinjau ulang
pemeriksaan
laboratorium sesuai
indikasi.
2. Berikan obat sesuai
indikasi, Vitamin
khususnya A, D, E, dan
B6
3. Rujuk pada ahli diet/tim
pendukung nutrisi.
5 Kelemahan Tujuan : 1. Evaluasi laporan
Menunjukan perbaikan kelemahan, kesulitan
kemampuan klien untuk menyelesaikan tugas.
beraktivitas. Perhatikan kemampuan
istrahat/tidur dengan
Kriteria hasil : tepat.
- Melaporkan 2. Kaji kemampuan untuk
perbaikan rasa berpatisipasi pada
berenergi. aktivitas yang
- Berpatisipasi pada dibutuhkan/diinginkan.
aktivitas yang 3. Rencanakan priode
diinginkan. istrahat adekuat.
4. Berikan bantuan dalam
aktivitas sehari-hari dan
ambulansi.
6 Gangguan citra Tujuan : 1. Diskusikan arti
tubuh Harga diri klien perubahan dengan
ditingkatkan. pasien. Identifikasi
persepsi situasi/harapan
Kriteria hasil : yang akan datang
- Menunjukan 2. Catat reaksi emosi,
adaptasi awal pada contoh kehilangan,
terhadap perubahan depresi, marah.
tubuh. 3. Susun batasan pada
- Mulai prilaku maladaptive,
mengembangkan bantu pasien untuk
rencana untuk mengidentifikasi prilaku
perubahan positif yang akan
membaik.
4. Dorong orang terdekat
untuk mengobati pasien
secara normal dan tidak
sebagai orang cacat.
5. Kolaborasi
Rujuk pasien kesumber
pendukung. Contoh, ahli
terapi psikologis
Kolaborasi :
1. Mentinjau ulang
pemeriksaan
laboratorium sesuai
indikasi.
2. Memberikan obat sesuai
indikasi, Vitamin
khususnya A, D, E, dan
B6
3. Merujuk pada ahli
diet/tim pendukung
nutrisi.
08/10/2017 Kelemahan 14:00 s/d 16:45 1. Mengevaluasi laporan
WIB kelemahan, kesulitan
menyelesaikan tugas.
Perhatikan kemampuan
istrahat/tidur dengan
tepat.
2. Mengkaji kemampuan
untuk berpatisipasi pada
aktivitas yang
dibutuhkan/diinginkan.
3. Merencanakan priode
istrahat adekuat.
4. Memberikan bantuan
dalam aktivitas sehari-
hari dan ambulansi.
09/10/2017 Gangguan citra 09:00 s/d 13:00 1. Mendiskusikan arti
tubuh WIB perubahan dengan
pasien. Identifikasi
persepsi situasi/harapan
yang akan datang
2. Mencatat reaksi emosi,
contoh kehilangan,
depresi, marah.
3. Menyusun batasan pada
prilaku maladaptive,
bantu pasien untuk
mengidentifikasi prilaku
positif yang akan
membaik.
4. Mendorong orang
terdekat untuk
mengobati pasien secara
normal dan tidak sebagai
orang cacat.
5. Kolaborasi
Merujuk pasien
kesumber pendukung.
Contoh, ahli terapi
psikologis
3.5. Evaluasi
P : Intervensi Dilanjutkan
2. Hipertermi S : Tn.R mengatakan sakit kepala, susah tidur.
O:
- Suhu : 380 c
- Skala Nyeri : 8
- HR:80 x/m.
P : Intervensi Dilanjutkan
3 Gangguan S : Tn.R mengatakan pandanganya kabur,susah
penglihatan membedakan warna,perasaan mengantuk
P : Intervensi Dilanjutkan
4 Gangguan S : Tn.R mengatakan tidak selera makan, mual, muntah
pemenuhan nutrisi
O:
- Tugor kulit jelek
- BB menurun
- Mual
- Muntah
P : Intervensi Dilanjutkan
5 Kelemahan S : Tn.R mengatakan tidak mampu menggerakan organ
badanya
O : Edema
P : Intervensi Dilanjutkan
6 Gangguan citra S : Tn.R mengatakan merasa putus asa dengan
tubuh keadaannya.
O:
- Tugor kulit jelek
- BB menurun
- Edema pada kaki dan tangan
- Kulit kemerahan
- Lemas
A : Masalah teratasi
P : Intervensi Dihentikan
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui.Sebagian besar diduga tumor
hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan
pertumbuhan sel yang tidak terkendali.Cacat genetik, sindroma neoplasia
endokrin multipel tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis.Namun, account
cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu,
tumor hipofisis didapat dari hasil penyebaran (metastasis) dari kanker situs
lain.
DAFTAR PUSTAKA