BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI FISIOLOGI
2.1.1 Fase Embriologi
Kelenjar tiroid janin berasal dari endoderm foregut yang kemudian bermigrasi ke
inferior sampai ke daerah kartilago tiroid. Segala sesuatu yangterjadi selama proses migrasi
ini dapat menyebabkan terjadinya tiroid ektopik.Pada usia 7 minggu, kelenjar tiroid sudah
terdiri dari 2 lobus.
4
5
mendapatkan pengobatan anti tiroid, misalnya penyakit Grave’s maka, obat anti tiroid juga
melewati plasenta sehingga janin beresiko mengalami hipotiroid. Sesudah bayi lahir terjadi
kenaikan TSH mendadak yang menyebabkan peningkatan kadar T3 dan T4 yang kemudian
secara perlahan-lahan menurun dalam 4 minggu pertama kehidupan bayi. Pada bayi
prematur kadar T4 saat lahir
rendah kemudian meningkat mencapai kadar bayi aterm dalam usia 6
minggu.Semua tahap yang melibatkan sintesis hormon tiroid termasuk trapping ,
oksidasi,organifikasi, coupling
dan sekresinya berada di bawah pengaruh TSH.
oleh sel-selfolikel. Tirosin suatu asam amino, disintesis dalam jumlah memadai oleh tubuh,
sehingga bukan merupakan kebutuhan esensial dalam makanan. di pihak lain Iodium yang
diperlukan untuk sintesis hormon tiroid, harus diperoleh dari makanan.
Sintesis hormon tiroid berlangsung di molekul tiroglobulin di dalam koloid.
Tiroglobulin itu sendiri dihasilkan oleh kompleks golgi/ retikulum endoplasma sel folikel
tiroid. Tirosin menyatu ke dalam molekul tiroglobulin sewaktu molekul besar ini
diproduksi. Setelah diproduksi, tiroglobulin yangmengandung tirosin dikeluarkan dari sel
folikel ke dalam koloid melaluuieksositosis. Tiroid menangkap Iodium dari darah dan
memindahkannya ke dalam koloid melalui suatu “pompa Iodium” yang sangat aktif atau “
Iodine trapping mechanism ” protein pembawa yang sangat kuat dan memerlukan energi
yang terletak di membran luar sel folikel. Hampir semua Iodium di tubuh dipindahkan
melawan gradien konsentrasinya ke kelenjar tiroid untuk mensintesis hormontiroid. Selain
untuk sintesis hormon tiroid, Iodium tidak memiliki manfaat lain ditubuh.
Dalam koloid, Iodium dengan cepat melekat ke sebuah tirosin di dalammolekul
tiroglobulin. Perlekatan sebuah Iodium ke tirosin menghasilkan monoiodotirosin (MIT).
Perlekatan dua Iodium ke tirosin menghasilkan diiodotirosin (DIT). Kemudian, terjadi
proses penggabungan antara molekul-molekul tirosin beriodium untuk membentuk hormon
tiroid. Penggabungan dua DIT (masing-masing mengandung dua atom iodium)
menghasilkan (T4 atautiroksin), yaitu bentuk hormon tiroid dengan empat Iodium.
Penggabungan satuMIT (dengan satu iodium) dan satu DIT (dengan dua iodium)
menghasilkan triiodotironin atau T3 (dengan tiga iodium). Penggabungan tidak terjadi
antaradua molekul MIT. Karena reaksi-reaksi ini berlangsung di dalam molekul
tiroglobulin, semua produk tetap melekat ke protein besar tersebut. Hormon-hormon tiroid
tetap disimpan dalam bentuk ini di koloid sampai mereka dipecah dan disekresikan.
Diperkirakan bahwa jumlah hormon tiroid yang secara normal disimpan di koloid cukup
untuk memasok kebutuhan tubuh untuk beberapa bulan.
2.2 KRETINISME
2.2.1 Definisi
Kretinisme adalah suatu kelainan hormonal pada anak-anak. Ini terjadi akibat
kurangnya hormon tiroid. Penderita kelainan ini mengalami kelambatan dalam
perkembangan fisik maupun mentalnya. Kretinisme dapat diderita sejak lahir atau
pada awal masa kanak-kanak (Adrian, 2011). Kretinisme yaitu perawakan pendek
akibat kurangnya hormon tiroid dalam tubuh (Qeeya, 2010).
7
a. Idiopatik (autoimunisasi)
b. Tiroidektomi
c. Tiroiditis (Hashimoto, dll)
d. Pemakaian obat anti tiroid
e. Kelainan hipofisis
f. Defisiensi spesifik TSH
Penyebab paling sering dari kekurangan hormone tiroid adalah akibat
kurangnya bahan baku pembuat. Bahan baku terpenting untuk produksi hormone
tiroid adalah yodium. Kretinisme dapat terjadi bila kekurangan berat unsur yodium
terjadi selama masa kehamilan hingga tiga tahun pertama kehidupan bayi.hormon
tiroid bekerja sebagai penentu utama laju metabolic tubuh keseluruhan,
pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta fungsi saraf. Sebenarnya gangguan
pertumbuhan timbul karena kadar tiroid yang rendah mempengaruhi produksi
hormon pertumbuhan, hanya saja ditambah gangguan lain terutama pada susunan
saraf pusat dan saraf perifer. Bila kekurangan hormone tiroid terjadi sejak janin,
maka gejalanya adalah retardasi mental (IQ rendah) disertai salah satu atau kedua
gejala dibawah ini :
1) Gangguan pendengaran (kedua telinga dan nada tinggi) dan gangguan wicara,
gangguan cara berjalan (seperti orang kelimpungan) ,mata juling, cara berjalan
yang khas, kurangnya massa tulang, terlambatnya perkembangan masa
pubertas dll.
2) Cebol dan hipotiroidisme
Keadaan yang ditimbulkan karena defesiensi iodium antara lain :
1. Embrio/fetus
a. abortus, lahir mati, gangguan congenital.
b. Kretin neurologic : defesiensi mental, bisu tuli, displegia spatika,mata juling.
c. Kretin hipotirodisme :defesiensi mental, kerdil, hipotiroidisme, defek
psikomotorik
2. Neonatus
a. Kenaikan mortalitas perinatal
b. Hipotiroidisme neonatus
c. Retardasi mental dan perkembangan fisik
3. Anak dan aldoselen
a. Kenaikan mortalitas bayi
b. Retardasi mental dan perkembangan fisik.
2.2.4 Patofisiologi
Kecepatan pertumbuhan tidak berlangsung secara kontinyu selama masa
pertumbuhan, demikian juga faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan.
Pertumbuhan janin, tampaknya sebagian besar tidak bergantung pada control hormon,
ukuran saat lahir terutama ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor
hormon mulai berperan penting dalam mengatur pertumbuhan setelah lahir. Faktor
genetik dan nutrisi juga sangat mempengaruhi pertumbuhan pada masa ini.
Kelenjar tiroid yang bekerja dibawah pengaruh kelenjar hipofisis, tempat
diproduksinya hormon tireotropik. Hormone ini mengatur produksi hormone tiroid,
yaitu tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3). Kedua hormone tersebut dibentuk dari
monoiodo-tirosin dan diiodo-tirosin. Untuk itu diperlukan dalam proses metabolic
didalam badan, terutama dalam pemakaian oksigen. Selain itu juga merangsang sintesis
protein dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan vitamin. Hormon ini
juga diperlukan untuk mengolah karoten menjadi vitamin A. Hormone tiroid esensial
juga sangat penting untuk pertumbuhan tetapi ia sendiri tidak secara langsung
bertanggung jawab menimbulkan efek hormone pertumbuhan. Hormone ini berperan
permisif dalam mendorong pertumbuhan tulang, efek hormone pertumbuhna akan
maksimum hanya apabila terdapat hormone tiroid dalam jumlah yang adekuat.
Akibatnya, pada anak hipotiroid pertumbuhan akan terganggu, tetapi hipersekresi
hormone tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan berlebihan.
Tiroksin mengandung banyak iodium. Kekurangan iodium dalam makanan dalam
waktu panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini harus
bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan
metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun. Bila ini terjadi
pada anak-anak mengakibatkan kretinisme
2.2.5 Penatalaksanaan
Terapi yang paling baik untuk kretinisme adalah pencegahan. Pencegahan dapat
dilakukan dengan :
1. Pemberian makanan yang adekuat dengan cukup kalori dan protein
2. Mengkonsumsi makanan yang diberi garam beryodium atau pemberian suplemen
yodium untuk merangsang produksi hormon.
3. Kecukupan kebutuhan vitamin dan mineral
11
Pemberian obat khusus, yaitu hormon tiroid (tiroid desikatus). Diberikan mulai dari
dosis kecil, lalu dinaikan sampai kita mendekati dosis toksik (gejala hipertiroidisme),
lalu diturunkan lagi. Penilaian dosis yang tepat ialah dengan menilai gejala klinis dan
hasil laboratorium
2.2.6 Prognosis
Makin muda dimulai pemberian hormon tiroid, maka makin baik prognosisnya.
Kalau terapi dimulai sesudah umur 1 tahun, biasanya tidak akan tercapai IQ yang
normal. Pertumbuhan badan dapat baik. Pada kretinisme didapat dengan pengobatan
yang baik, prognosisnya akan lebih baik.
Hipotiroid kongenital adalah suatu keadaan hormon tiroid yang tidak adekuat pada
bayi baru lahir sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh yang dapat
disebabkan oleh kelainan anatomi kelenjar tiroid, kelainan genetik, kesalahan
biosintesis tiroksin serta pengaruh lingkungan.
2.3.2 Etiologi
Ada beberapa penyebab penyakit hipotiroid kongenital. Tergantung dari
penyebabnya hipotiroid kongenital dapat bersifat permanen (pada sebagian besar kasus,
> 90%), dapat pula bersifat sementara atau transient (pada sebagian kecil kasus,
<20%).
Etiologi hipotiroid kongenital permanen :
Penyebabnya antara lain :
1. Hipotiroidisme congenital menetap
a. Disgenesis tiroid , merupakan penyebab terbanyak hipotiroidisme congenital
non endemic, kira-kira 85%-90% kasus. Ini terjadi karena tidak adanya
jaringan(agenesis) atau hipoplasia,yang dapat terjadi akibat gagalnya kelenjar
tiroid turun ke leher (ektopik). Atau dapat juga terjadi karena tumbuhnya
kelenjar tiroid pada tempat yang salah. Namun, kemungkinan berulang pada
anak yang berikutnya sangat jarang dengan frekuensi 1 dari 4000 bayi lahir.
b. “Inborn error of thyroid thermogenesis”, Gangguan pada proses pembuatan
hormon tiroid, walaupun pembentukan kelenjar tiroid normal, namun ukurannya
dapat normal atau membesar. Gangguan ini menyebabkan berkurangnya atau
tidak adanya produksi hormon tiroid sehingga bayi menderita hipotiroid
kongenital. Gangguan ini diturunkan dari orang tua kepada anaknya dengan
kemungkinan pada setiap kehamilan berikutnya 1 dari 4 anaknya akan menderita
gangguan proses pembuatan hormon tiroid. Hal ini karena terjadi mutasi
gen,yang mempengaruhi keturunan keluarga selanjutnya. Kasus ini ditemukan
pada 10-15% kasus hipotiroidisme congenital.
14
c. Sintesis atau sekresi TSH berkurang Gangguan pada otak yang mengatur
produksi hormon tiroid. gangguan ini adalah penyebab hipotiroid kongenital
yang paling jarang (<5%) dan bisa bersifat keturunan atau tidak. Ini disebabkan
kelainan pada hifofisis atau hipotalamus, prevalensi antara 1 : 25.000 sampai 1 :
100.000 kelahiran. Walaupun jarang, ini sangat penting karena berhubungan
dengan defisiensi hormone hifofisis lain yang dapat menyebabkan kematian
karena hipoglikemia.
d. Menurunnya transport T4 seluler, Kelainan congenital dari kerja tiroid terbaru
adalah ditemukan penurunan transport T4 kedalam sel target. (susanto,2009).
Hal ini disebabkan mutasi gen MCT8(Monocarboxylate transporter), yang
berlokasi pada kromosom Xq13.2, merupakan fasilitator seluler aktiv transport
tiroid ke dalam sel. Ekspresigen ini terutama pada jaringan khususnya otak,
jantung, paru, plasenta, ginjal dan otot skeletal, serta hepar sehingga kelainan ini
menyebabkan hipotiroidisme yang terbatas pada laki-laki.
e. Resistensi hormone tiroid, Ditemukan pertama kali oleh Refetoff,dkk pada tahun
1967, merupakan sindrom akibat tidak resfonsifnya jaringan target terhadap
hormone tiroid. Tampilan klinis biasanya sangat heterogen, bisa didapatkan
goiter, gangguan belajar disertai dengan hiperaktif, kelambatan pertumbuhan ,
dan sinus takikardi. Biasanya baru terdiagnosis pada kehidupan lanjut, kecuali
ada skrinning dengan pemeriksaan TSH, bayi yang terkena asimpomatik,insiden
diperkirakan 1 :50.000 bayi baru lahir.
2. Hipotiroidisme congenital transien (sementara)
Variasi sangat besar, tergantung bagaimana keadaan ditemukan pada skrining. Ada
sekitar 1 :40.000 orang bayibaru lahir atau 10% bayi baru lahir mengalami
hipotiroidisme jenis ini di Amerika utara. Penyebabnya (Brown RS, Huang S.
(2007):
a. Hipotiroidisme primer :defesiensi yodium/yodium yg berlebihan pada prenatal
atau post natal, pemberian obat anti tiroid pada ibu hamil, bloking antibody
reseptor TSH ibu.
b. Hipertiroidisme sekunder : ibu pada masa prenatal menderita hipertiroidisme,
prematuritas( kurang dari 27 minggu)
c. Obat-obatan : misalnya steroid, dopamine
secara fisik seperti : pembesaran kelenjar tiroid atau gondok, frekuensi buang air besar
yang berkurang, suara serak, kulit dan rambut tampak kering, anak tampak pucat dan
frekuensi denyut jantungnya lebih jarang dari anak normal. Namun seorang anak yang
menderita hipotiroid kongenital tidak selalu memiliki semua gejala-gejala tersebut.
Gejala dapat timbul segera setelah lahir atau setelah anak tersebut mengalami proses
belajar, tergantung dari faktor penyebab dan beratnya penyakit.
Pada bayi, manifestasi klinis sulit ditemukan, 95 % bayi yang terkena tidak
menunjukkan gejala secara klinis, karena masih didapat dari ibu melalui plasenta,
sehingga meskipun tidak memproduksi sama sekali namun kadar tiroid masih 25 %-
50% dari kadar normal. Namun, bayi dengan hipotiroidisme berat sering memiliki
penampilan yang unik, termasuk:kusam terlihat, kulit belang-belang(mottling),Puffy
wajah(wajah sembab)Tebal lidah yang menonjol(besar) dan kasar serta bercelah-
celah(scrotal tongue), kepala agak kecil dan brakisefalik dengan daerah oksipital
mendatar. Muka lebar, tulang pipi tinggi, hidung pesek, mata letaknya berjauhan serta
sipit miring ke atas dan ke samping, iris mata menunjukkan bercak-bercak (bronsfield
spot). Lipatan epikantus jelas, telinga agak aneh, bibir tebal.
Jika tidak ditangani, Penampilan ini biasanya berkembang sebagai penyakit
semakin memburuk. Anak mungkin juga memiliki: tersedak episode(tangisan serak),
sembelit, Keringnya rambut dan rapuh, penyakit kuning,Kurangnya otot (hipotonia),
hernia umbilicus, tangan dan kaki dingin, letargi. Gejala non spesifik , ikterus
neonatum yang lama,kesulitan minum, konstipasi,hipotermia atau distress respirasi
pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram,sering didapatkan fontanela anterior
melebar,fontanela posterior melebihi 0,5 cm, namun tidak spesifik. Secara umum
tampaknya gejala klinis tergantung pada penyebab,berat serta lamanya hipotiroidisme
2.3.5 Penatalaksanaan
Untuk hipotiroid kongenital yang sementara (transient) sebenarnya tidak diperlukan
pengobatan karena fungsi dari kelenjar tiroid akan kembali normal setelah lahir dalam
waktu yang bervariasi tergantung penyebabnya. Namun kadang diperlukan pengobatan
untuk masa yang bervariasi karena kadang sulit diketahui apakah ini tergolong
sementara atau permanen pada awal kelahiran.
Pada hipotiroid kongenital yang permanen yang merupakan penyebab tersering
hipotiroid kongenital, kekurangan hormon tiroid tidak dapat dicegah namun gejala
akibat kekurangan hormon tiroid dapat dicegah dengan pemberian pengganti atau
suplemen hormon tiroid dalam bentuk tablet. Pemberian obat ini harus dimulai sedini
mungkin (usia < 1 bulan) dan diberikan seumur hidup, terutama pada usia 0-3 tahun.
17
Dengan pemberian hormon tiroid yang teratur dan terkontrol, anak dapat tumbuh dan
berkembang secara normal.
Pengobatan
Setelah ditetapkan diagnosis, harus secepatnya diberikan pengobatan dengan
LT4 dan orang tua harus dijelaskan tentang penyeba hipotiroidisme yang terjadi pada
bayinya,dan jelaskan bahwa pengobatan dini dan adekuat akan memperbaiki prognosis
bayinya. Dosis yang dianjurkan adalah 10-15 Ug/KgBB agar T4 kembali normal
secepatnya. Pada bayi dengan hipotiroidisme berat (kadar T4 < 5 Ug/L atau 64
nmol/L) seperti pada agenesis tiroid, harus dimulai dengan dosis tinggi.
1. Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel
berikut :
2. Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid tidak ada, dapat dilakukan therapeutic
trial sampai usia 3 tahun dimulai dengan dosis rendah dalam 2-3 minggu; bila
ada perbaikan klinis, dosis dapat ditingkatkan bertahap atau dengan dosis
pemberian + 100 μg/m2/hari. Penyesuaian dosis tiroksin berdasarkan respon
klinik dari uji fungsi tiroid T3, T4, dan TSH yang dapat berbeda tergantung
dari etiologi hipotiroid.
Tiroid dapat dicampur dengan sari buah atau susu formula tetapi harus diminum
habis dan tidak boleh diberikan bersama dengan bahan-bahan yang menghambat
penyerapan , seperti besi, kedelai, atau serat. Beberapa bayi dapat menelan tablet utuh
atau dikunyah dengan air liurnya sebelum bayi mempunyai gigi. Obat dalam bentuk
cairan, tidak stabil sehingga sebaiknya tidak digunakan. Setelah anak mulai minum
obat ini, tes darah secara teratur dilakukan untuk memastikan kadar T4 dipertahankan
di atas pertengahan nilai normal. Dengan dosis yang diberikan di atas sebagian besar
18
bayi kadar T4 serum kembali normal dalam waktu 1 minggu dan TSH dalam waktu 1
bulan. Dianjurkan untuk memeriksa kembali kadar T4 dan TSH 2 – 4 minggu setelah
pengobatan
Deteksi dini
Penyakit hipotiroid kongenital dapat dideteksi dengan tes skrining, yang dilakukan
dengan pemeriksaan darah pada bayi baru lahir atau berumur 3 hari atau minimal 36
jam atau 24 jam setelah kelahiran. Dengan diagnosis/skrining dan pemberian
suplemen hormon tiroid sedini mungkin gangguan pertumbuhan dan retardasi mental
dapat dicegah dan anak diharapkan akan tumbuh dan berkembang secara normal.
2.3.6 Prognosis
1. Diagnosis awal dan pengobatan yang cukup sejak umur minggu pertama
kehidupan memungkinkan pertumbuhan linier yang normal dan intelegensinya
setingkat dengan saudara kandung yang tidak terkena.
2. Tanpa pengobatan bayi yang terkena menjadi cebol dan defisiensi mental. Bila
pengobatan dimulai pada usia 46 minggu IQ pasien tidak berbeda dengan IQ
populasi kontrol.
3. Tuli sensorineural ditemukan pada 20% kasus hipotiroid kongenital.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
adanya toksik.
X-Ray :
Bone Age (umur tulang)
Tengkorak kepala/ Sella Tursica.
Bila perlu CT scan (pemeriksaan cranial maupun hipofisis) atau MRI
4. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan body image b.d perubahan penampilan.
Tujuan:
Klien memahami perubahan-perubahan tubuhnya akibat proses penyakit.
KH:
- Perasaan menerima kekurangan diri akan diterima oleh klien.
- Memahami proses penyakit.
Intervensi:
o Dorong klien untuk mengungkapkan rasa takut dan cemasnya menghadapi
proses penyakit.
Rasional: Kondisi ini dapat membantu untuk menyadari keadaan diri sejak dini.
o Berikan support yang sesuai.
Rasional: Hal ini dapat membantu meningkatkan upaya menerima dirinya dan
merasa dirinya dapat diterima orang lain dikalangan sosial.
o Dorong klien untuk mandiri.
Rasional: Kemandirian membantu meningkatkan harga diri.
21
o Pantau tanda dan gejala fraktur (vertebral, panggul atau pergelangan tangan)
Rasional: Gejala fraktur dapa terdeteksi secara dini, sehingga tidak
memeperberat nyeri.
o Pantau kifosis dari spina dorsal, ditandai dengan penurunan tinggi badan.
Rasional: Pertumbuhan TB yang lebih dominan terlihat adalah pada tulang
belakang, kaji ada kelainan atau tidak.
o Ajarkan teknik nafas distraksi relaksasi secara sederhana.
Rasional: mengurangi nyeri pada klien apabila tiba- tiba datang nyeri dan
spasme otot.
o Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional: analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
3.2.1 Pengkajian
1. Anamnesis :
Apakah berasal dari daerah gondok endemik?
Jika ada Struma pada ibu. Apakah ibu diberi KI, PTU waktu hamil?
Adakah keluarga yang struma?
Dicurigai adanya hipotiroid bila skor Apgar hipotiroid kongenital > 5; tetapi tidak
adanya gejala atau tanda yang tampak, tidak menyingkirkan kemungkinan hipotiroid
kongenital.
3. Pengkajian
Keadaan umum : bayi tampak pucat, wajah sembab(puffly), tangan dan kaki dingin,
suhu tuhuh menurun (hipotermia)
a. Kepala :fontanela anterior melebar,fontanela posterior melebihi 0,5 cm, namun tidak
spesifik. Rambut kering dan rapuh. Kepala agak kecil dan brakisefalik dengan
daerah oksipital mendatar. Muka lebar, tulang pipi tinggi
b. Mata : mata letaknya berjauhan serta sipit miring ke atas dan ke samping, iris mata
menunjukkan bercak-bercak (bronsfield spot). Lipatan epikantus jelas
c. Hidung : hidung pesek
d. Telinga : telinga agak aneh,
e. Mulut :bibir dan lidah tebal. Lidah tampak menonjol (besar), kasar serta bercelah-
celah(scrotal tongue), suara tangisan serak/seperti berteriak, bayi kesulitan minum.
f. Leher : pembesaran kelenjar tiroid atau gondok
g. Dada : kadang dapat terjadi distress pernapasan, bradikardi
h. Abdomen : frekuensi BAB berkurang-sembelit(konstipasi),kadang terdapat hernia
umbilikus.
i. Tulang : akral dingin, penurunan tonus otot, ikterus neonatorum, kulit kering.
Tangan dan kaki pendek, dengan jari-jari yang lebar.
No Intervensi Rasional
1 Pantau frekwensi pernafasan, kedalaman, dan kerjaUntuk mengetahui adanya
25
Kriteria hasil : Suhu tubuh normal, nadi normal,warna kulit tidak berubah, tidak
gemetar.
No Intervensi Rasional
No Intervensi Rasional
Kaji pola aktivitas yang lalu, apakah anak Untuk membandingkan aktivitas sebelum
sudah bisa beraktivitas seperti bayisakit dan yang akan diharapkan setelah
1
seusianya atau bayi menunjukkan perilakuperawatan
perubahan pola aktivitas yang signifikan
Rencanakan perawatan bersama orangtuaDengan merencanakan perawatan, perawat
ntuk menentukan aktivitas yang bisadengan keluarga dapat mempermudah
2 dilakukan oleh pasien: misalnya belajarsuatu keberhasilan karena keluarga
membalikkan badan. mendukung perawatan.
No Intervensi Rasional
Anjurkan keluarga memberi peningkatan asupanMelunakkan feses dan
1
cairan dan makanan yang kaya akan serat meningkatkan massa feses
Anjurkan keluarga untuk meningkatkan mobilisasi Meningkatkan evakuasi feses
2
dalam batas-batas toleransi latihan
Kolaborasi : untuk pemberian obat pencahar danUntuk mengencerkan feses
3
enema bila diperlukan
Auskultasi peristaltic usus Mengetahui tingkat keberhasilan
4
intervensi
28
BAB 4
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1.1 Kreatinisme
a. Pengertian
Suatu keadaan yang diakibatkan oleh kurangnya kelenjar tiroid
mengeluarkan sekret pada waktu bayi ,berupa hambatan pertumbuhan
mental.
b. etiologi
kurangnya yodium pada trismester pertama yaitu pada masa
pertumbuhan janin mempunyai resiko tinggi melahirkan bayi kreatinin.
c. Tanda dan gejala
1) Pertumbuhan fisik lambat, seperti TB, BB.
2) Menurunnya pertumbuhan gigi.
3) Nafsu makan bertambah tetapi BB berkurang.
4) Menurunnya kematangan hormone gonad.
5) Tubuh berperawakan pendek, kurang dari TB normal.
6) Wajah lebam
7) TB kurang dari normal.
8) Hidung, bibir, dan lidah lebar.
9) Ekor mata tidak sejajar dengan telinga
10) BB meningkat dengan otot yang lembek.
11) Rambut kepala kasar dan rapuh.
12) Pertumbuhan gigi menurun.
13) Suara parau.
14) Wajah mengikuti umur.
15) Biasanya terjadi penurunan IQ.
16) Susah konsentrasi.
17) Gangguan system indra.
18) Keterlambatan pubertas.
19) Sering konstipasi.
20) Kulit kering dan keriput.
d. Penatalaksananaan
Pencegahan dan pemberian28
obat khusus
e. Prognosis
Makin muda dimulai pemberian hormon tiroid, maka makin baik
prognosisnya. Kalau terapi dimulai sesudah umur 1 tahun, biasanya tidak
akan tercapai IQ yang normal. Pertumbuhan badan dapat baik. Pada
kretinisme didapat dengan pengobatan yang baik, prognosisnya akan
lebih baik.
3.1.2 Hipotiroidisme kongenital
a. Pengertian
29
d. Prognosis
Hipothiroidisme ringan tidak diobati dapat menyebabkan
keterbelakangan mental yang berat dan retardasi pertumbuhan. Sistem
saraf berjalan melalui perkembangan penting selama beberapa bulan
pertama setelah kelahiran. Kurangnya hormon tiroid dapat
menyebabkan kerusakan yang reversibel.
3.1.3 Asuhan keperawatan pada anak dengan kreatinisme dan hipotiroidisme kongenital.
Masalah keperawatan yang sering muncul pada anak dengan kreatinisme
dan hipotiroidisme kongenital adalah
a. Pola nafas tidak efektif b.d tidak adanya/tidak adekuatnya fungsi tiroid
dalam metabolisme tubuh
b. Hipotermi berhubungan dengan hipotiroidisme kongenital
c. Intoleransi aktivitas b.d penurunan ATP akibat penurunan metabolisme
tubuh
Konstipasi b.d penurunan fungsi gastrointestinal akibat penurunan metabolisme
tubuh.
30
3.2. Saran
1. Bagi Kepentingan Teoritis
2. Secara praktis
b. Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan dan tambahan referensi mengenai penyakit kreatinisme
dan hipotiroidisme congenital serta penatalaksanaannya
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
Faizi, Muhammad. 2010. Disitasi dari : Hipotiroid. www.pediatric.com pada hari Rabu, 21
September 2011 pada pukul 21.10.
Hartono, Bambang. 2005. Gangguan Perkembangan Otak Janin Akibat Defesiensi
Yodium pada Masa Kehamilan. http ://eprints.undip.ac.id./301. Tanggal 25
September. Jam 15.00 WIB
Robbins SL., et.al.(1995). Buku Ajar Patologi II (Basic Pathology Part II) Edisi 4.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Senoputra, Muh. Adrian. 2011. Asuhan Keperawatan Gigantisme dan Kretinisme. Diakses
dari http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-
gigantisme-dan.html pada hari Rabu, 21 September 2011 pada pukul 20.59.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
(1985).Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : FKUI
31
32
Susanto. 2009. Kelainan Tiroid pada Masa Bayi Skrining Hipotiroidisme Neonatal,
Hipotiroidisme Kongenital dan Hipotiroidisme Didapat.
pediatrics_undip/journal/kelainan tiroid masa bayi.pdf. Tanggal 25 September 2011.
Jam 15.00 WIB
Wilkinson, Judith. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.