A. Pengertian
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah- ubah, baik secara spontan
maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).
a. Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang dan dipisahkan
oleh sekat hidung. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara,
debu, dan kotoran yang masuk ke dalamlubanghidung.
b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan
makanan, terdapat dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara. Terletak dibagian depan faring. Pangkal tenggorokan ini dapat
ditutup oleh epiglottis yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi menutupi
laring pada waktu kita menelan makanan.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20
cincin tulang rawan. Panjang trakea 9-11 cm.
a. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3
cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping, terdiri dari 9-12 cincin dan
mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi lebih kecil disebut
bronkiolus. Pada bronkiolus tidak terdapat cincin lagi dan pada ujung bronkiolus terdapat
gelembung paru ataualveoli.
b. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang berfungsi untuk pertukaran gas O2 dan
CO2. Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus dan paru-paru
kiri yang terdiri dari 2 lobus. Letak paru-paru dirongga dada menghadap ke tengah rongga
dada (kavum mediastinum). Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleura.
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.Pada pernapasan
melalui paru-paru atau pernapasan externa, oksigen berasal dari udara yang masuk melalui
hidung dan mulut, pada waktu bernapas, oksigen masuk melaui trakhea dan pipa bronkhial ke
alveoli dan mempunyai hubungan yang erat dengan darah di dalam kapilerpulmonalis.Hanya
satu lapisan membran yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah.
Oksigen menembus membran ini dan diangkut oleh haemoglobin sel darah merah dan dibawa
ke jantung kemudian dipompa oleh arteri ke seluruh bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-
paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen
Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomenahiperaktivitas
bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadaprangsangan imunologi maupun non
imunologi. Adapun rangsangan ataufaktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristikdari bentuk
alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002).
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,bakteri dan polusi.
b) Ingestan : yang masuk melalui
mulut Contoh : makanan danobat-
obatan
c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan
kulit Contoh : perhiasan, logam dan jamtangan
2) Perubahan cuaca
3) Stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetusserangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbulharus segera diobati penderita asma yang mengalami stres
ataugangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikanmasalah
pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi makagejala belum bisa diobati.
4) Olah raga atau aktifitasjasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu
serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat
merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan
terhadap kegiatan jasmani.
E. Manifestasi Klinis
a. Wheezing
c. Batuk kering karena sekret kental dan lumen jalan napas sempit
d. Tachypnea,orthopnea
e. Gelisah
g. Fatigue
h. Intoleransi aktivitas
3) Mengi menetap
Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh
infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun.
Lamanya serangan paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang
berat. Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung 3-
4 hari. Sedangkan batuk dapat berlangsung 10-14 hari. Manifestasi alergi lainnya
misalnya eksim jarang didapatkan pada golongan ini.
b. Asma episodic sering
Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun, berhubungan dengan
infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi
yang jelas. banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan
beberapa hari sampai beberap minggu. Frekuensi serangan paling sering pada umur 8-13
tahun.
c. Asma kronik atau persisten
Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan 50 %
sisanya serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi
saluran nafas yang persisten. Pada malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi.
Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun.
Dapat terjadi pada semua umur, biasanya berhubungan dengan infeksi virus saluran
nafas. Tidak terdapat obstruksi saluran nafas yang persisten.
3) Mengi biasanya terdengar jelas kalau anak sedang aktif dan tidak
terdengar kalau sedang tidur.
4) Beberapa anak bahkan menjadi gemuk “fat happywhezzer”
c. Asma hipersekresi
f. Batuk malam
terdapat pada semua golongan asma banyak terjadi karena inflamasi mukosa,
edema dan produksi mucus banyak.Pada umur 2-6 tahun, gejala utama batuk
malam keras dan kering, biasanya terjadi jam 1-4pagi.
J. Patofisiologi
Perubahan jaringan pada asma tanpa komplikasi terbatas pada bronkus dan terdiri dari spasme
otot polos, edema mukosa, dan infiltrasi sel-sel Radang yang menetap dan hipersekresi mucus
yang kental. Keadaan ini pada orang-orang yang rentan terkena asma mudah ditimbulkan oleh
berbagai rangsangan, yang menandakan suatu keadaan hiveraktivitas bronkus yang khas.
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan
bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,
zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Histamine yang dihasilkan menyebabkan
kontraksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histaminnya berlebihan, maka dapat
timbul spasme asmatik. Karena histamine juga merangsang pembentukan mucus dan
meningkatkan permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan
pembengkakan ruang intestinum paru, sehingga menyebabkan tahanan saluran napas
menjadi sangat meningkat. Selain itu olahraga juga dapat berlaku sebagai suatu
iritan, karena terjadi aliran udara keluar masuk paru dalam jumlah beasr dan cepat.
Udara ini belum mendapat perlembaban (humidifikasi), penghangatan, atau
pembersihan dari partikel-partikel debu secara adekuat sehingga dapat mencetuskan
asma.
Pada asma, diameter bronkhiolus menjadi semakin berkurang selama ekspirasi dari
pada selama inspirasi. Hal ini dikarenakan bahwa peningkatan tekanan dalam
intrapulmoner selama usaha ekspirasi tak hanya menekan udara dalam alveolus
tetapi juga menekan sisi luar bronkiolus. Oleh karena itu pendeita asma biasanya
dapat menarik nafas cukup memadai tetapi mengalami kesulitan besar dalam
ekspirasi. Ini menyebabkan dispnea, atau ”kelaparan udara”. Kapsitas sisa fungsional
paru dan volume paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma karena
kesulitan mengeluarkan udara dari paru-paru. Setelah suatu jangka waktu yang
panjang, sangkar dada menjadi membesar secara permanent, sehingga menyebabkan
suatu ”barrel chest” (dada sepertitong).
K. Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat
dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer).
Menurut Heru Sundaru dalam bukunya H.Slamet Sogiono, dkk (2001: 24-25).
Dilakukan jika spirometri normal, maka dilakukan uji provokasi bronkus dengan
allergen, dan hanya dilakukan pada pasien yang alergi terhadap allergen yang diuji.
3. Foto dada ( scanning paru)
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru- paru.
5. ABGs
7. Uji kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
8. Elektrokardiografi
L. Penatalaksanaan
Penderita asma dengan serangan ringan tidak perlu dirawat inap. Rawat inap diperlukan
bila serangan berat, dengan tindakan awal tidak teratasi dan ada tanda-tanda komplikasi.
Penanggulangan asma pada anak meliputi:
1. Mencegah serangan dengan menghindari faktorpencetus
2. Mencegah serta mengatasi proses inflamasi dengan obatantiinflamasi
3. Penanggulangan edema mukosa saluran napas dengan obat antiinflamasi
inhalasi secaraoral/parenteral
4. Penanggulangan sumbatan lendir dengan banyak minum, mukolitik serta lendir
encer dan mudahdikeluarkan.
5. Menciptakan kondisi jasmani yang baik meliputi kebugaran dan ketahanan fisik
dengan latihan jasmani atau senampernapasan.
Tindakan penanggulangan :
2. Terapi cairanparenteral
3. Terapi pengobatan:
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktorpencetus
2) Pengobatan farmakologik
M. Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Arief Mansjoer (2000: 477) yang mungkin timbul adalah :
1. Pneumo thoraks
Status asmatikus adalah suatu serangan asma yang sangat berat, berlangsung dalam
beberapa jam smapai beberapa hari yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan
yang lazim dan dapat mengakibatkan kematian.
Factor penyebab :
4) Edema mukosa
3. Hipersekresi
4. Emfisemakronik
Adanya pengisian udara berlebih dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi
sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari
dalam alveolus menjadi lebih sukar dari padapemasukannya.
5. Ateleltaksis
6. Aspergilosis
Sehubung
2. Pencegahan sekunder
O. Cara Penularan
Pada umumnya penularan penyakit asma lebih disebabkan oleh faktor debu. Kota-kota
besar dapat memicu penduduknya untuk terkena penyakit asma 50% lebih besar dibandingkan
penduduk yang tinggal di pedesaan atau kampung-kampung. Karena debu dari pembuangna gas
emisi karbpn dapat membuat orang yang menghirupnya menjadi sesak dan sangat sulit
bernafas. Selain iti asap rokok juga dapat memicu timbulnya penyakti asma.Sebetulnya asma
bukan penyakit yang menular, melainkan biasanya ditularkan secara genetik da erat kaitanya
dengan faktor alergi.
Namun, seringkali penyakit asma mempunyai komplikasi berupa radang atau infeksi
saluran pernafasan infeksi saluran pernafasan inilah yang dapat menular ke orang disekitar
melalui udara.Fenomena penyakit asma saat ini jauh meningkat, diperkirakan ada 300 juta
kasus penyakit asma terjadi di dunia. Penyebabnya bukan karena penyakti ini menular, tetapi
meningkatnya faktor allergens, sesuatu yang memicu alergi,dilingkungan kita seperti polusi
udara dan lain-lain yang dapat memicu timbulnya serangan asma.
ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL PADA ANAK
A. Pengkajian
Menurut Nuraruf & Kusuma (2015), meliputi :
• Biodata Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir,
• Keluhan utama Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma
alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis, utikaria,
daneskrim).
adanya riwayat penyakit turunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak
• Pemeriksaanfisik
• Inspeksi
2. Dada diobservasi
pergerakkandada.
7. Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan
fase eksifirasi (E). Rasio pada fase ini normalnya 1:2. Fase ekspirasi
atau pleura
normal.
udara
5. Flatness : sangat dullnes. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi. Dapat
B. Diagnosa Keperawatan.
(NANDA) (NOC)
(NIC)
8. Peningkatan diameter
anterior-posterior
9. Pernapasan cuping
Hidung dan sekret trakea
Monitor adanya
kecemasan pasien
Faktor yang berhubungan :
terhadapoksigenasi
Gangguan neurologis
(Trauma,kejang)
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
Monitor pola
pernapasanabnormal
. Monitor sianosisperifer
10) Sianosis
Faktor yang
berhubungan :
14) Lingkungan:
15) Perokok
16) Perokokpasif
17) Terpajanasap
18) Obstruksi Jalan
napas
1) Hyperplasia pada
dindingbronchus
2) Mucus berlebihan
3) Penyakit paru
obstruksikronis
4) sekresi yang
tertahan
5) spasme jalannapas
6) Fisiologi:
7) Asma
8) Disfungsi
neuromuskular
9) Infeksi
• ImplementasiKeperawatan
eksaserbasi. Anak yang rentan tidak dibiarkan untuk terpajan cuaca yang
sangat dingin, berangin, atau cuaca ekstrem lainnya, asap,spray, atau iritan
lainnya.
berat. Tanda-tanda objektif yang dapat diobservasi orang tua antara lain
rinorea, batuk, demam ringan, iritabilitas, gatal (terutama leher bagian depan
dan dada), apati, ansietas, gangguan tidur, rasa tidak nyaman pada abdomen,
alergen
lainnya
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma
Management and Prevension In Children. www.Dimuat dalam
www.Ginaasthma.org
Kelompok V. Asuhan keperawatan Asma Bronkhial Pada Klien Ny. P di Ruanmg
Nilam (Penyakit Dalam) Rumah Sakit dr. H. M Anshari Sahaleh Banjarmasin
Program Studi D3. Keperawatan 2009.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Price, Silvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta: EGC
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Asma Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro