Anda di halaman 1dari 17

A.

Definisi

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikkan oleh produksi hormon


tiroid yang rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid.
Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar
tiroid.Karena hormone tiroid mempengaruhi pertumbuhan, dan banyak proses-proses sel.
Hormone tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas
untuk tubuh.
Hipertiroidisme adalah suatu keadaaan hipometabolik akibat defisiensi hormone
tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur.(Nic - Noc, 2013)
Hipotiroid adalah suatu penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid yang
diikuti tanda dan gejala yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Faktor
penyebabnya akibat penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau
seiring perkembangan usia. Pada kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan
konsentrasi hormon tiroid dalam darah disebabkan peningkatan kadar TSH (Tyroid
Stimulating Hormon).
Hipotiroidisme adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi hormontiroid,
yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolik. Hipotiroidisme pada bayi
dan anak-anak berakibat pertambahan pertumbuhan dan perkembangan jelas dengan
akibat yang menetap yang parah seperti retardasi mental. Hipotiroidisme dengan awitan
pada usia dewasa menyebabkan perlambatan umum organisme dengan deposisi
glikoaminoglikan pada rongga intraselular, terutama pada otot dan kulit,yang
menimbulkan gambaran klinis miksedema. Gejala hipotiroidisme pada orang dewasa
kebanyakan reversibel dengan terapi (Anwar R, 2005).
A. Etiologi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum.Diperkirakan bahwa 3% sampai
5% dari populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum
terjadi pada wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan
umur.

Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu (Nic Nok:2013):
1. Hipertiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinisme), sintesis hormone yang
kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal),obat anti tiroid, pembedahan
atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik seperti penyakit
hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.
2. Hipotiroid sekunder
Hipertiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai dari
kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulasing hormone (TSH)
meningkat.Ini mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini
dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
3. Hipotiroid tertier / pusat
Hipertiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi
tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat di stimulasi pituitary untuk
mengeluarkan TSH.Ini mungkin berhbbungan dengan sesuatu tumor/lesi destruktif
lainnya diarea hipotalamus.Ada bentuk utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan
sporadic.Goiter endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine.Ini
mengalah pada “goiter belt” dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air
yang berkurang dan iodine.
Sporadic goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan oleh :
a. Kelainan genetik yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah.
b. Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang
menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai, buah persik, bayam,
kacang polong, strawberry, dan lobak. Semuanya mengandung goitogenik
glikosida.
c. Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas (propylthiracil) thocarbomen,
(aminothiazole, tolbutamid).
B. Patofisiologi
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone tiroid.
Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormone tiroid
tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha untuk kompendasi
dari kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting
pada suatu defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon
untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk
mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah. Biasanya, kelenjar akan
membesar dan itu akan menekan struktur di leher dan dada menyebabkan gejala respirasi
disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR(Basal Metabolic
Rate) secara lambat dan menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh
mengarah pada kondisi achlorhydria (pennurunan produksi asam lambung), penurunan
traktustrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan suatu penurunan produksi
panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone tiroid
yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil kolesterol dalam
serum dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan
penyakit jantung koroner. Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial
seperti rongga pleural, cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien dengan
hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan eritrosit yang
tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam folat (Lukman and
Sorrensons, 1993: 1810; Rumaharbo, H, 1999)
C. Pathway

D. Manifestasi Klinis
1. Kulit dan rambut
a. Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
b. Pembengkakan, tangan, mata, dan wajah
c. Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
d. Tidak tahan dingin
e. Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
2. Muskuluskeletal
a. Volume otot bertambah glossomegali
b. Kejang otot, kaku, paramitoni
c. Atralgia dan efusi synovial
d. Osteoporosis
e. Pertumbuhan tulang terhambat pda usia muda
f. Umur tulang tertinggal dibandingkan usia kronologis
g. Kadar fosfatase alkali menurun
3. Neurologic
a. Letargi dan mental menjadi lambat
b. Aliran darah menurun
c. Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang,
penurunan reflek tendon)
d. Ataksia (serebelum terkena)
e. Gangguan saraf (carfal tunnel)
f. Tuli perseptif , rasa kecap, penciuman terganggu
4. Kardiorespiratorik
a. Bradikardi, distritmia, hipotensi
b. Curah jantung menurun, gagal jantung
c. Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
d. Kardiomiopati di pembulih. EKG menunjukkan gelombang T mendatar /inverse
e. Penyakit jantung iskemik
f. Hipotensilasi
g. Efusi pleura
h. Dipsnea
5. Gastrointestinal
a. Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
b. Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
c. Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
6. Renalis
a. Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
b. Retensi air (volume plasma berkurang)
c. Hipokalsemia
7. Hematologi
a. Anemia normokrom normostik
b. Anemia mikrositik / makrositik
c. Gangguan koagulasi ringan
8. Sistem endokrin
a. Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/ masa menstruasi
yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi
b. Gangguan fertilitas
c. Gangguan hormone pertunbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin
akibat hipoglikemia
d. Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
e. Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
f. Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, wajah seperti bulan (moon
face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap
opioid, haluran urin menurun, lemah,ekspresi wajah kosong dan lemah.
(Stevenson, J. C& Chahal, P, 1993:52-53)

E. Pemeriksaan Diasnotik
a. Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur
jumlah TSH (thyroid stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
b. Level TSH yang menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormone tiroid
yang adekuat terutama toksin (T4) dan sedikit triodotironin (T3)
c. Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dengan
hanya mengukur level TSH
d. Uji darah yang perlu dilakukan (uji TSH normal dan hipotiroidisme masih disuspek),
sbb:
1) Free triodothyronin (ft3)
2) Free levothyroxin (ft4)
3) Total T3
4) Total T4
5) 24 hour urin free T3

F. Penatalaksanaan
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan
memberikan sediaan per oral (lewat mulut) yang banyak disukai adalah hormon tiroid
buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid
hewan).
Pengobatan pada pendeita usia lanjut dimulai dengan hormone tiroid dosis rendah,
karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya
diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus
diminum sepajang hidup pendarita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormone
tiroid. Apabila penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat,
maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

ASUHAN KEPERAWATAN

Seorang wanita, usia 28 tahun datang ke poli penyakit dalam RS Sakinah dengan keluhan
sesak nafas, sulit menelan, tidak nafsu makan, sembelit dan intoleransi terhadap dingin. BB
30 kg, tb 160 cm. Riwayat penyakit: dua tahun yang lalu pasien pernah melakukan
pengobatan di puskesmas dengan keluhan ada benjolan di leher depan dan nyeri tekan,pasien
juga merasakan dada sering berdebar-debar dan badannya tetap kurus.hasil pemeriksaan fisik
jantungnya membesar, nadi <60 kali/menit, matanya exofthalmus, benjolan di leher, dan rasa
nyeri. Hasil pemeriksaan fisik kulit dingin, pucat, kering, bersisik, dan menebal, rambut
kering, kasar, rambut rontok.Saat diajak bicara fungsi intelektual yang lambat, berbicara
lambat dan terbata – bata, gangguan memori, perhatian kurang, bingung, pertanyaan harus
diulang – ulang karena pendengaran pasien berkurang, parastesia, penurunan refleks tendom.
Hasil pemeriksaan penunjang kadar T3 15pg/dl, dan T4 20 μg/dl dan kadar THS pada pasien
tersebuut yaitu <0,005μIU/ml. Diagnosa medis pasien hipotiroid.

1. Pengkajian
a. Identitas :
 Nama :Ny.X
 Umur : 28 Tahun
 Jenis kelamin : perempuan
b. Keluhan utama : klien mengalami sesak nafas
c. Riwayat kesehatan sekarang : sesak nafas, sulit menelan, tidak nafsu makan, sembelit
dan intoleran terhadap dingin
d. Riwayat kesehatan dahulu : dua tahun yang lalu pasien pernah melakukan pengobatan
di puskesmas dengan keluhan ada benjolan di leher depan dan nyeri tekan,pasien juga
merasakan dada sering berdebar-debar dan badannya tetap kurus
e. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada riwayat keluarga yang menyertai
f. Pemeriksaan fisik
1) Rambut :
Inspeksi : Rambut kering, Rambut rontok
Palpasi : Rambut Kasar

2) Mata :
Inspeksi : mata pasien exofthalmus (melotot)
3) Telinga : pengalami gangguan pendengaran
4) Leher :
Inspeksi : ada benjolan di leher depan
Palpasi : tredapat pada nyeri tekan
5) Dada :
Palpasi : berdebar - debar
6) Integumen:
Inspeksi : pucat, kering, bersisik, pertumbuhan kuku buruk,
Palpasi : Kulit dingin, kuku menebal,
7) Kebiasaan hidup sehari-hari :
1) Pola makan : pasien mengatakan sulit menelan, tidak nafsu makan,
8) Pemeriksaan penunjang:
a) Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada klien : kadar T3 15pg/dl, dan T4 20 μg/dl
b) Pemerisaan kadar THS pada pasien tersebuut yaitu <0,005μIU/ml
B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : klien mengatakan sesak Kelenjar tiroid Pola nafas tidak
nafas membesar efektif
Do : dada klien berdebar-debar
2. Ds : klien mengatakan tidak Disfagia Keseimbangan
nafsu makan gangguan nutrisi kurang dari
Do : respirasi kebutuhan tubuh
 Badannya tetap kurus
 Sembelit
3. Ds : klien mengatakan terdapat Nodul tiroid Nyeri akut
benjolan di leher toksik
Do : derdapat nyeri tekan
4. Ds : klien mengatakan sult Eksoftalmul Gangguan persepsi
menutup kelopak mata sensori
Do : mata klien melotot (penglihatan)
5. Ds : klien mengeluh Hipoksia Gangguan pola
kebingungan fikir
Do :
 klien mengalami
gangguan memori
6. Ds : klien mengatakan Fungsi intelektual Gangguan persepsi
pendengaran berkurang meurun sensori
Do : pertanyaan harus di ulang- (pendengaran)
ulang

C. Diagnosis keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelenjar tiroid membesar
b. Nyeri akut berhubungan dengan nodultiroid toksik
c. Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
disfagia gangguan respirasi
d. Gangguanpersepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan eksoftalmus
e. Gangguan pola pikir berhubungan dengan hipoksia
f. Gangguan persepsi sensori (pendengaran) berhubungan dengan fungsi
intelektual menurun

D. Perencanaan

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelenjar tiroid membesar


Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x30 menit sesak
berkurang.
kriteria hasil : -pasien merasa nyaman dalam bernafas
-sesak berkurang
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat status pernafasan - Untuk mendeteksi tanda-tanda
2. Bantu klien untuk berada pada awal gangguan
posisi yang nyaman dan - Untuk memudahkan bernafas
memungkinkan ekspansi dada - Untuk menghindari keletihan
maksimal - Untuk membantu menurunkan
3. Berikan kesempatan pasien distres pernafasan yang
beristirahat di antara tindakan disebabkan oleh hipoksia
untuk memperlancar pernafasan
4. Berikan oksigen sesuai program

Nyeri akut berhubungan dengan nodultiroid toksik


Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×30 menit nyeri
berkurang.
kriteria hasil :nyeri berkurang, pasien merasa nyaman
Intervensi Rasional
1. Kaji jenis dan tingkat nyeri - Pengkajian berkelanjutan
pasien. membantu menyakinkan bahwa
2. Minta pasien untuk penanganan dapat memenuhi
menggunakan sebuah skala 1 kebutuhan pasien dalam
sampai 10 untuk menjelaskan mengurangi nyeri.
tingkat nyerinya (dengan niali - Untuk memfasilitasi pengkajian
10 menandakan tingkat nyeri yang akurat tentang tingkat
paling berat) nyeri pasien.
3. Berikan obat yang dianjurkan - Untuk menentukan kefektifan
untuk mengurangi nyeri, obat
bergantung pada gambaran - Tindakan ini meningkatkan
nyeri pasien. kesehatan, kesejahteraan, dan
4. Atur periode istirahat tanpa peningkatan tingkat energi, yang
terganggu. penting untuk pengurangan
nyeri

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan disfagia gangguan respirasi
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nutrisi
terpenuhi.
kriteria hasil :nafsu makan bertambah, nutrisi terpenuhi.
Intervensi Rasional
1. Beri kesempatan pasien - Untuk membantu mengkaji
mendiskusikan alasan untuk penyebab gangguan makan
tidak makan untuk tidak - Untuk mengkaji zat gizi yang
makan dikonsumsi dan suplemen yang
2. Observasi dan catat asupan diperlukan
pasien (cair dan padat) - Untuk meningkatan nafsu
3. Tentukan makanan kesukaan makan pasien
pasien dan usahakan untuk - Makanan tersebut mencegah
mendapatkan makan tersebut. kerusakan protein tubuh dan
4. Tawarkan suplemen tinggi memberikan kalori tinggi
protein, tinggi kalori, seperti - Untuk membantu mencegah
susu kocok, puding atau es malingering pada saat makan
krim
5. Sajikan makanan yang
membutuhkan sedikit dikerat
atau dikunyah

Gangguanpersepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan eksoftalmus.


Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama3x24 jam eksoftalmus
berkurang.
kriteria hasil :rasa nyeri yang berhubungan dengan pada jaringan mata
berkurang.
Intervensi Rasional
1. Obserfasi adanya edema - Stimulasi umm dari stimulasi
periorbital adrenergic yang berlebihan
2. Eveluasi ketajaman mata - Oftalmopati infiltrative adalah
3. Anjurkan pasien akibat dari peningkatan jaringan
menggunakan kaca mata retroorbital
gelap - Melindungi kerusakan kornea
4. Bagian kepala tempat tidur - Menurunkan edema jaringan
ditinggikan bila ada komplikasi

Gangguan pola pikir berhubungan dengan hipoksia


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam sesak pada klien
berkurang
kriteria hasil :sesak klien berkurang,
Intervensi Rasional
1. Dokumentasikan dan laporkan - Perubahan dapat
perubahan proses pikir pasien mengindikasikan peningkatan
setiap pergantian tugas jaga atau penurunan kondisi yang
2. Panggil pasien dengan mendasari
namanya, beri tahukan nama - Untuk memberikan orientasi
anda, dan informasikan kembali realitas
latar belakang (tempat, jam,
tanggal)
3. Beri label dan letakkan barang - Untuk mengurangi
dan foto pasien tetap kebingungan dan menciptakan
ditempatnya yang tetap lingkungan yang aman

Gangguanpersepsi sensori (pendengaran) berhubungan dengan


Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x30 menit
pendengaran membaik.
kriteria hasil : pasien mampu mengungkapkan perasaan nyaman, pasien mampu
mendengar.
Intervensi Rasional
1. Biarkan pasien - Kesempatan pasien berbicara
mengungkapkan perasaannya tentang penurunan
tentang penurunan pendengarannya akan
pendengaran. meningkatkan.
2. Tentukan cara yang efektif - Komunikasi yang terencana
untuk berkomunikasi dengan dengan pasien akan
pasien, menggunakan sikap meningkatkan pemberian
tubu, isyarat, menuliskan perawatan
kata-kata, dan membaca bibir.
3. Berikan orientasi realitas bila - Agar interaksi pasien-staf lebih
pasien mengalami efektif
kebingungan atau disorientasi

E. Implementasi
1) mengkaji dan catat status pernafasan, membantu klien untuk berada pada
posisi yang nyaman dan memungkinkan ekspansi dada maksimal,
memberikan kesempatan pasien beristirahat di antara tindakan untuk
memperlancar pernafasan, memberikan oksigen sesuai program.
2) mengkaji jenis dan tingkat nyeri pasien, meminta pasien untuk
menggunakan sebuah skala 1 sampai 10 untuk menjelaskan tingkat
nyerinya (dengan niali 10 menandakan tingkat nyeri paling berat)
,memberikan obat yang dianjurkan untuk mengurangi nyeri, bergantung
pada gambaran nyeri pasien, mengatur periode istirahat tanpa terganggu.
3) memberi kesempatan pasien mendiskusikan alasan untuk tidak makan
untuk tidak makan, mengobservasi dan catat asupan pasien (cair dan
padat), menentukan makanan kesukaan pasien dan usahakan untuk
mendapatkan makan tersebut, menawarkan suplemen tinggi protein, tinggi
kalori, seperti susu kocok, puding atau es krim, menyajikan makanan yang
membutuhkan sedikit dikerat atau dikunyah
4) mengobserfasi adanya edema periorbital, mengeveluasi ketajaman mata,
menganjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap, meninggikan bagian
kepala tempat tidur
5) mendokumentasikan dan laporkan perubahan proses pikir pasien setiap
pergantian tugas jaga, memanggil pasien dengan namanya, beri tahukan
nama anda, dan informasikan kembali latar belakang (tempat, jam,
tanggal), memberi label dan letakkan barang dan foto pasien tetap
ditempatnya yang tetap
6) membiarkan pasien mengungkapkan perasaannya tentang penurunan
pendengaran, menentukan cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan
pasien, menggunakan sikap tubu, isyarat, menuliskan kata-kata, dan
membaca bibir, Memberikan orientasi realitas bila pasien mengalami
kebingungan atau disorientasi
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikkan oleh
produksi hormon tiroid yang rendah. Ada banyak kekacauan - kekacauan
yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan - kekacauan ini mungkin
langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid.Karena hormone
tiroid mempengaruhi pertumbuhan, dan banyak proses-proses sel.
Hormone tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi
yang meluas untuk tubuh.
Hipertiroidisme adalah suatu keadaaan hipometabolik akibat
defisiensi hormone tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon
tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per oral (lewat mulut) yang
banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah
tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
B. SARAN
Peran Perawat dalam penangan hipotiroidisme dan mencegah
hipotiroidisme adalah dengan memberika asuhan keperawatan yang tepat.
Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring
dengan kejadian hipotiroidsme
DAFTAR PUSTAKA

Effendy Kiky. 2016. LP HIpotiroid. https://www.scribd.com/doc/306890163/LP-Hipotiroid.


Tanggal akses 05 Desember 2019.

Taylor, M Cynthia, dan Sheila Sparks Ralph. 2002. Diagnosa


Keperawata dengan Rencana Asuhan.Jakarta.Buku Kedokteran.EGC.

Nurarif, Huda Amin dan Hardhi Kusum, 2013.Aplikasi Asuhan


Keperawatan Dianosa Medis Dan Nanda Nic – Noc.Yogyakarta. Media
Action

Http://www. Slideshare.net/septianraha/konsep-penyakit-hipotiroid

Nazilah Nafakhatun. 2016. Hipotiroidisme.


https://www.academia.edu/16152886/Hipotiroidisme. Tanggal akses 05 Desember
2019.

Anda mungkin juga menyukai