Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam pengelolaan nodul tiroid (tumor tiroid), yang selalu menjadi


pertanyaan ialah apakah nodul tersebut jinak atau ganas. Dengan berbagai
kemajuan teknologi kedokteran, seperti aplikasi biopsi aspirasi jarum halus
(BAJAH), ultrasonografi (USG), TSH sensitif dan terapi supresi L-tiroksin, telah
memungkinkan para peneliti melakukan evaluasi nodul tiroid secara lebih cermat
hingga sampai pada diagnosis yang tepat.
Masih terdapat kontroversi di antara para ahli dalam pengelolaan nodul
tiroid yang jinak. Besarnya perhatian para peneliti terhadap nodul tiroid ini
disebabkan belum adanya kesepakatan tentang manfaat terapi supresi dengan L-
tiroksin pada nodul tiroid jinak, regresi spontan tanpa intervensi obat dan adanya
efek samping pemakaian jangka panjang L-tiroksin dosis supresi. Berbagai
penelitian pada dekade terakhir telah menghasilkan kecenderungan penting dalam
pengelolaan rasional nodul tiroid.
Prevalensi nodul tiroid sangat bervariasi dari 5-50%, bergantung pada
sensitivitas metode yang digunakan dan populasi yang diteliti. Pada studi
ultrasonografi ditemukan nodul tiroid sebanyak 20-45% pada wanita normal dan
17-25% pada pria normal. Sementara dengan palpasi ditemukan 3-7% (wanita
6,4% dan pria 1,5%). Pada anak-anak yang tidak terekspos radiasi pengion,
prevalensi berkisar 0,2-1,5%, sedangkan pada anak-anak yang terekspos pada usia
kurang dari 16 tahun, prevalensinya 38,4%.
Prevalensi nodul tiroid meningkat secara linier dengan bertambahnya usia,
ekspos dengan radiasi pengion dan defisiensi iodium. Secara keseluruhan nodul
tiroid lebih sering terdapat pada wanita dari pada pria. Studi Framingham pada
kelompok usia 30-59th, mendapatkan angka prevalensi nodul tiroid sebesar 6,4%
pada wanita dan 1,5% pada pria. Pada studi rumah sakit, Boedisantoso pada tahun
1993 melaporkan nodul tiroid di RSUPN-CM Jakarta sebesar 50,3% dengan rasio
pria:wanita sekitar 8:1, sementara di RS Hasan Sadikin Bandung, Setyawan
melaporkan kasus nodul tiroid sebesar 60% dari seluruh kasus penyakit tiroid.
Sedangkan prevalensi keganasan pada nodul tiroid berkisar 5-10%.
Prevalensi keganasan pada multinodular tidak jauh berbeda. Gharib dalam
laporannya mendapatkan angka 4,1% dan 4,7% masing-masing prevalensi
keganasan untuk nodul tunggal dan multipel. Anak-anak usia di bawah 20 th
dengan nodul tiroid dingin mempunyai risiko keganasan 2 kali lebih besar
dibanding kelompok dewasa. Kelompok usia di atas 60 th di samping mempunyai
prevalensi keganasan lebih tinggi, juga mempunyai tingkat agresivitas penyakit
yang lebih berat yang terlihat dari seringnya kejadian jenis karsinoma tiroid tidak
berdiferensiasi.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. KONSEP PENYAKIT

2. DEFINISI
Suatu karsinoma kelenjar yang membentuk foliker dengan perabaan dapat
ditemukan nodul soliter kelenjar tiroid.

3. ETIOLOGI
- Radiasi
Merupakan salah satu faktor etiologi karsinoma tiroid. Banyak kasus
karsinoma pada anak-anak yang sebelumnya dapat radiasi pada kepala dan leher
karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5 -25 tahun dan rata-
rata 10,9 tahun.
- Stimulasi TSH
Stimulasi TSH yang lama merupakan salah satu faktor etiologi karsinoma
tiroid. Pemberian diet tanpa garam Jodium pada binatang percobaan, pemberian
zat radioaktif atau sub total tiroidektomi berakibat stimulasi TSH meningkat dan
dalam jangka waktu yang lama dapat terjadi karsinoma tiroid.
- Penyebab nodul tiroid yang sering ialah : - Penyebab yang jarang ialah :
4. Koloid Tiroiditis granulomatosa
5. Kista Infeksi (abses, tuberkulosis)
6. Tiroiditis Limfositik Neoplasma ganas
7. Neoplasma jinak Medulare
a) Hurthle Anaplastik
b) Folikulare Metastasis
. 5) Neoplasma ganas Limfoma
8. Papilare
9. Folikulare
10. PATOFISIOLOGI
Karsinoma folikuler biasanya menyebar melalui hematogen, sehingga
sering menyebabkan metastase jauh pada waktu diagnosa, jarang limfogen yaitu
ke parau, tulang, hati, ginjal, dan otak pada tulang terutama, bahu, tulang dada,
tulang tengkora & tulang iliaca. metastase ketulang hati, atau otak, keparu,
limfoid. Karsinoma folikuler dapat menginvasi jaringan sekitarnya seperti trakea,
otot, kulit, pembuluh darah dan. Laringeus Recurren serta jaringan lemak.
Tumor ini ditemukan 20% dari tumor ganas tiroid, dan nomor dua paling
sering dari karsinoma tiroid. Karsinoma folikuler murni jarang dijumpai, sering
campuran dengan gambaran lain dan Karsinoma tiroid sepertl Papilari atau
Undifferentiated.
Wanita lebih sering dari pada laki-laki dan dapat terjadi pada semua umur,
biasanya pada usia lanjut (45-60 tahun) dan insiden bertambah dengan
bertambanya umur.

11. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI KARSINOMA TIROID


1. Adenoma Felicular
2. Karsinoma Papiler
3. Karsinoma Folikuler
4. Karsinoma Anaplastik
5. Karsinoma Meduler
6. Karsinoma Sel Skueamosa
Klasifikasi dari karsinoma tiroid
12. - Carsinoma
Papillary Adenocarsinoma
Folliculer Ca
Clear Cell Ca
Oxyphill Ca
Medulary Ca ,
Undifferentiated Ca I
- Small Cell Ca
- Giant Cell Ca
Epidermoid Ca i
Terdapat beberapa tumor tiroid, antara lain seperti :
1. Clear Cell Ca
Sel-selnya mirip clear cell dari kelenjar paratiroid. Sel-sel dengan
sitoplasma jernih karena penumpukan glikogen, lipid, mucin a
tiroglobulin.
2. Oxyphilic Ca (Oncocytic Ca, Eosinophilic cell Ca, Hurthele cell Ca) .
Sel selnya berasal dari sel oxyphilic yaitu sel-sel dengan sitoplasm
bergranul dan acidophilic. Biasanya melihat gambaran folikular atau
trabekular

13. GEJALA KLINIS


Sebagian besar karsinoma Folikuler tumbuh lambat, kadang-kadang
berpuluh tahun sering berasal dari adenoma jinak.
Gejala klinis dari karsinoma Folikuler yaitu :
14. Pembengkakan kelenjar tiroid berupa nodul padat.
15. Suara parau karena perluasan tumor pada jaring atau tekanan terhadap n.
rekueren.
16. Disfagia karena tumor meluas ke esofagus
17. Berat badan menurun
18. Frakrur Paralogis.
19.
6. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik diarahkan pada kemungkinan adanya keganasan tiroid.
Pertumbuhan nodul yang cepat merupakan salah satu tanda keganasan tiroid,
terutama jenis karsinoma tiroid yang tidak berdiferensiasi. Tanda lainnya ialah
konsistensi nodul keras dan melekat ke jaringan sekitar, serta terdapat pembesaran
kelenjar getah bening di daerah leher.
Laboratorium
Dalam menghadapi pasien dengan nodul tiroid, langkah pertama yang
dianjurkan ialah menentukan status fungsi tiroid dengan memeriksa kadar TSH
(sensitif) dan T-4 bebas. Pada keganasan tiroid, umumnya fungsi tiroid normal.
Tetapi perlu diingat bahwa abnormalitas fungsi tiroid baik hiper/hipotiroid tidak
dengan sendirinya menghilangkan kemungkinan keganasan. Pemeriksaan kadar
antibodi antitiroid peroksidase (dulu disebut antibodi antimikrosomal) dan
antibodi antitiroglobulin penting untuk diagnosis tiroiditis kronik Hashimoto,
terutama bila disertai peningkatan kadar TSH. Antibodi-antibodi ini positip
hampir 85% pada penyakit Hashimoto ini. Sering pada Hashimoto juga timbul
nodul baik uni/bilateral, sehingga pada tiroiditis kronik Hashimoto-pun masih
mungkin terdapat keganasan.Pemeriksaan kadar tiroglobulin serum untuk
keganasan tiroid cukup sensitif tetapi tidak spesifik, karena peningkatan kadar
tiroglobulin juga ditemukan pada tiroiditis, penyakit Graves' dan adenoma
tiroid.Pemeriksaan kadar tiroglobulin sangat baik untuk monitor kekambuhan
karsinoma tiroid pasca terapi. Pada pasien dengan riwayat keluarga karsinoma
tiroid medulare, tes genetik dan pemeriksaan kadar kalsitonin perlu dikerjakan.
Bila tidak ada kecurigaan ke arah karsinoma tiroid medulare atau neoplasia
endokrin multipel II, pemeriksaan kadar kalsitonin tidak dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin.
Radiologis.
20. - Foto X-ray: untuk melihat obstruksi trakea karena penekanan tumor dan melihat
klasifikasi pada massa tumor. Juga untuk melihat metastase keparu dan tulang.
-Barium Meal: Bila ada disfagi
21. - USG: Untuk membedakan tumor solid dan Kistik
22. - CT Scan: Untuk melihat perluasan tumor
- Scintigrafi: dengan menggunakan radio isotop dapat membedakan hotnodul dan
coldnodul, daerah coldnodul dicurigai tumor ganas.
DIAGNOSA BANDING
1. Adenoma Folikular Atipik
2. Adenoma Golteer Atipik
3. Karsinoma Papiler
4. Hashimoto's Thyroiditis
7. PENATALAKSANAN

Penanganan pada tumor tiroid dapat dilakukan terapi seperti dibawah ini :
- Bedah yaitu lobektomi totalis beserta ismus dan KGB regional, pengangkatan
KGB bersifat preventif.
23. - Tiroidektomi lokal (diseksi leher radikal)
Bila terjadi metastase kedalam kelenjar dari lobus yang berlawanan dan
khususnya bila dicurigai metastase ke limfnod.
- Radio Iodin: Apabila oeprasi tumor tidak bersih dan khususnya pada
pengobatan metastase. Terapi J 131 dengan dosis tinggi yang didahului TSH,
namun pemberian radioaktif ini membutuhkan penangan dan perawatan khusus
- Sinar Ro: Untuk karsinoma kambuhan pada leher atau tepat metastase yang
lebih jauh.
- Radioterapi: Cobalt 60, dipergunakan pada stadium lanjut, inoperabel, bersifat
paliatif pada tumor primer atau metastase.
- Kemoterapi: Adriamycin, sedikit memberi respon terhadap karsinoma tiroid.
Berbagai jenis kemoterapi dikenal, namun kurang memberi respon terhadap
karsinoma tiroid.
- TSH (Tiroid Stimulating Hormon)
Hormon ini diberikan pasca bedah yang bertujuan menekan pertumbuhan
karsinoma follikular. Pemberian hormon ini dapat membebaskan penderita dari
gejala residif selama jangka waktu 10 tahun.

24. ASUHAN KEPERAWATAN

25. PENGUMPULAN DATA


a. Identitas Klien
Nama :
TTL :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tgl. MRS : Jam :
Tgl. Pengkajian : Jam :
Diagnosa medis :

b. Sumber informasi
Nama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

26. RIWAYAT KESEHATAN


c. Riwayat Keluhan Utama
o Susah menelan
27. Suara parau

d. Riwayat Kesehatan Sekarang


o Gejala yang menyertai : Disfagia, susah berkomunikasi secara
verbal.
e. Riwayat Kesehatan Terdahulu
28. Apakah pernah mengalami tumor tiroid

f. Riwayat Kesehatan Keluarga.


29. Apakah ada keluarga yang pernah mengalami penyakit yang
sama

g. Riwayat Kesehatan Lingkungan.


o Kebersihan lingkungan

h. Riwayat Kesehatan Psikososial.


i. Adanya perasaan isolasi karena pasien tidak dapat beraktifitas dalam
masRiwayat Kesehatan Sekarang
o Gejala yang menyertai : disfagia, gangguan komunikasi verbal.
j. Riwayat Kesehatan Terdahulu
30. Apakah pernah mengalami tumor tiroid.

k. Riwayat Kesehatan Keluarga.


31. Apakah ada keluarga yang pernah mengalami penyakit yang
sama
l. Riwayat Kesehatan Lingkungan.
o Kebersihan lingkungan

m. Riwayat Kesehatan Psikososial.


o Adanya perasaan isolasi karena pasien malu menunjukan
dirinya.

32. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI ( GORDON )


n. Pola persepsi kesehatan dan manajemen Kesehatan.
Tindakan yang dilakukan sebelum masuk R.S : pasien mencoba obat
tradisional.
o. Pola Nutrisi / Metabolik
a) Makan :
33. Selera Makan : Selera makan berkurang
34. Porsi makan : Tidak dihabiskan
35. Gangguan menelan : Ada
b) Minum :
36. Jenis air yang diminum
37. Setelah minum muntah : ya / tidak
38. Keluhan lain yang dirasakan pada saat minum :sakit saat
menelan
39. Terjadi penurunan berat badan.

p. Pola Eliminasi :
b) BAK:
40. Rasa nyeri waktu BAK : Tidak
41. Bau urine : Pesing
42. Warna urine :
43. Gangguan lain inkontinensia kandung kemih / usus atau
mengalami gangguan fungsi.
b) BAB:
44. Rasa nyeri waktu BAB: Tidak
45. Bau feaces :
46. Konsistensi :

q. Pola Aktivitas :
47. Mobilisasi
48. Aktivitas klien : Dibantu oleh perawat
49. Gangguan lain yang dirasakan saat beraktivitas : merasa lemah,
lelah, kaku, hilang keseimbangan.
r. Pola Tidur dan Istirahat :
50. Tidur dalam sehari
51. Tidur malam biasanya terbngun karena gelisa
52. Tidur siang kadang tidak bisa tidur karena ribut
53. Gangguan lain sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda,biasanya lama.
s. Pola Perseptual / Kognitif :
54. Penglihatan :
55. Pendengarangan :
56. Perabaan :
57. Bagaimana persepsi terhadap panca indra :gangguan
komunikasi verbal.

t. Pola Persepsi Diri / Konsepsi Diri


58. Gambaran diri : Rasa terisolasi
59. Mekanisme koping : Kurangnya percaya diri,citra diri
terganggu,merasa putus asa.

u. Pola Peran / Hubungan


60. Dengan orang terdekat : sering merasa jauh dari keluarga
61. Hubungan teman tetangga dan orang lain, merasa terasing,
tidak dapat melaksanakan aktifitas sosial.

v. Pola Seksual /Reproduksi


62. Nafsu seks menurun.
w. Pola Koping Toleransi
63. Kecemasan meningkat
64. Tidak dapat membut keputusan,pemecahan masalah

x. Pola Nilai Kepercayaan


65. Serimg berdoa meminta bantuan kepada TUHAN
66. Selama perawatan mengundang pastoral careharapan hidup.

67. PEMERIKSAAN FISIK


y. Keadaan umum : Sakit tengorokan.
Keadaan sakit :
Kesadaran :
TTV, TD : mmHg
N : x/menit
R : x/menit
S :
0
C.

z. System Cardiovaskuler
aa. System pernafasan
68. Hidung dan sinus parasinalis
Inspeksi, kepatenan rongga hidung
Nasal septum : Berada di tengah
Pengeluaran secret : Tidak ada
Membrane mukosa : Tampak kemerahan
Concha : Lateral rongga hidung
Obstruksi : Tidak ada
Palpasi, sinus maksilaris : Tidak ada nyeri tekan
Sinus frontalis : Tidak ada nyeri tekan
69. Leher
Inspeksi, warna : Sama dengan anggota tubuh
lainnya
Trakea : Terletak ditengah
Palpasi leher : terdapat benjolan pada daerah leher.

70. Thoraks dan paru


Inspeksi, bentuk dada : Normal chest
Pernafasan : x/menit
Irama : Teratur
bb. System Pencernaan
71. Mulut dan Orofaring
Inspeksi, - Bibir : Warna : Merah muda
Kondisi : Baik
Lesi : Tidak ada
- Mukosa : Warna : Tampak
kemerahan
Tekstur : Halus
- Gusi Warna : Merah muda
- Gigi Jumlah : 32 Buah
Warna :Putih keabuan
- Lidah Warna : Merah muda
Tekstur : Halus dan
lembut
Lesi : Tidak ada
Palpasi, leher : Nyeri tekan :Ada
72. Abdomen
Inspeksi, Warna : Sama dengan warna kulit
lainnya
Karakteristik : Halus dan lembut
Umbilicus : Terdapat ditengah/simetris
kiri dan Kanan
Palpasi, setiap kuadran nyeri tekan : Terasa
Massa :Ada
Tanda Murphy : Negative
Cairan peritoneum : Tidak ada
Auskultasi, bising usus : x/Menit
cc. System Perkemihan
73. Ginjal, inspeksi : Keadaan abdomen pada mid klavikula
kiri/kanan simetris
74. Palpasi : Ginjal tidak teraba
75. Perkusi : Tidak ada nyeri tekan
76. Auskultasi : Tidak ada desiran

dd. System persarafan


77. Tingkat kesadaran : Compos mentis
78. Perilaku : Kurang,

ee. System musculoskeletal


79. Kepala, inspeksi Bentuk : Simetris
kiri/kanan
Kulit kepala :Tampak
adanya
luka
Penyebaran rambut : Merata
Warna rambut : Hitam
Alopesia : Tidak ada
Palpasi Nyeri tekan : Terdapat
nyeri
tekan
Pembengkakan : Terdapat
pembengkakan
80. Ekstremitas Atas
- Dextra : Tidak ada luka lecet ataupun kelainan
- Sinistra : Terdapat luka lecet
81. Ekstermitas bawah
- Dextra : Tidak ada luka lecet
82. PENYIMPANGAN KDM GOITER PADA TUMOR TIOROID

Defisiensi yodium Kadar hormone Tiroid dalam darah menurun


Kapasitas kelenjar
Tiroid untuk Melealui mekanisme umpan balik negative
mengsekresi hormone tiroid terganggu terhadap kelenjar tiroid

Pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis


meningkat
Produksi T3, T4 dan
tirokalsinomin menurun .

Hiperthropi folikel-folikel
Kelenjar Tiroid peningkatan aktifitas
kelenjar tiroid untuk mensekresi hormone

Mempengaruhi organ
Sekitarnya Terbentuk benjolan
yang akan bertambah besar

Kesulitan menelan/disfagia Suara jadi serak dan parau

Perubahan Nutrisi Retensi Ganguan Komunikasi


Kurang Dari Kebutuhan Verbal
Perubahan bentuk
leher (gondok)

Perubahan status kesehatan

Kecemasan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DIAGNOSA I
v KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
TUBUH B/D DISFAGIA
1) NANDA (IMBALANCED NUTRITION : LESS THAN BODY
REQUIREMENTS).
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI : KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH.
Pengertian : Intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan metabolik.
Batasan karakteristik :
83. Berat badan dibawah ideal lebih dari 20%
84. Melaporkan intake makanan kurang dari kebutuhan yang
dianjurkan
85. Lemah otot untuk menelan atau mengunyah
86. Melaporkan kurang makan
87. Penurunan berat badan dengan intake makanan adekuat
88. Kurang informasi

2) NOC : Nutritional Status (1004)


Nutritional Status: Masukan makanan dan cairan (1008)
Nutritional Status (1004)
Domain: Physiological health (II)
Class : Nutrition (K)
Scale : Extremely Compromised to Not compromised (a)

100401 Intake nutrisi


100402 Intake makanan dan cairan
100403 Energy
100404 Body mass
100405 Berat badan

Nutritional Status: Masukan makanan dan cairan (1008)


Domain: Physiological health (II)
Class : Nutrition (K)
Scale : Not adequate to totally adequate (f)

100801 Pemasukan makanan lewat mulut


100802 Pemasukan makanan lewat tube (misalnya;
NGT)
100803 Pemasukan cairan lewat mulut
100804 Pemasukan ciran
100805 Pemasukan Nutrisi Prenteral Total.

3) NIC : NUTRITION MANAGEMENT (1100)


89. Menentukan jumlah kalori yang diperlukan ( kolaborasi
dengan ahli diet)
90. Mendorong adanya pemasukkan kalori sesuai dengan
kebutuhan
91. Mendorong peningkatan zat besi sesuai kebutuhan
92. Memberikan makanan ringan ,sesuai kebutuhan
93. Menyediakan pilihan makanan
94. Menyediakan makanan bagi klien yang mengandung tinggi
kalori dan tinggi protein serta minuman yang dapat langsug
diminum oleh klien
95. Mengontrol berat badan klien pada interval yang tepat.
96. Memastikan bahwa diet klien mengandung serat yang tinggi
untuk mencegah konstipasi.Menyediakan informasi sesuai
kebutuhan tentang kebutuhan nutrisi dan cara untuk
mendapatkannya.

97. DIAGNOSA II
v RETENSI GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL B/D DISFONIA
1) NANDA (IMPAIRED VERBAL COMMUNICATION, 1983, 1996,
1998)
KERUSAKAN KOMUNUKASI VERBAL
Pengertian : penurunan, keterlambatan atau ketidakmampuan
untuk menerima, memproses , mentransmisikan dan menggunakan
sistem simbol.
Batasan karakteristik :
98. sengaja menolak bicara
99. disorientasi waktu, tempat dan orang
100. ketidakmampuan berbicara dengan bahasa degan
dominan
101. tidak dapat berbicara
102. kesulitan berbicara
103. tidak dapat megutarakan keiginan
104. sulit membentuk kata/kaliamt (contoh aphoia,
dyslalia, disarthia)
105. bicara gagap
106. slurring
107. dispnea

2) NOC : KEMAMPUAN BERKOMUIKASI (0902)


Domain : physiologic health (III)
Class : Neurocognitive (J)
Scale : extremely compromised to ot compromised (a)

Indikasi :
090201 menggunakan bahasa tulis
090202 Menggunakan bahasa tangan (jari)
090203 menggunakan gambar
090204 menggunakan tanda bahasa
0902005 menggunakan bahasa non-verbal
3) NIC : ANXIETY REDUCTION (5820)
Aktivitas :
108. melihat kemampuan pasien mengenai situasi stres
109. ajurkan kunjungan keluarga secara teratur untuk
membrikan stimulasi komunikasi
110. sering berikan pujian positif pada pasien yang
berusaha untuk berkomuikasi
111. anjurkan ekspresi diri dengan cara lain dengan
memberikan informasi pada staf/keluarga.

112. DIAGNOSA III


v KECEMASAN B/D STRESS PSIKOLOGIS
1) NANDA ( ANXIETY)
KECEMASAN
Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas
dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was
untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan
adanya bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil
langkah untuk menghadapinya.

Batasan karakteristik :
113. Perilaku
a. Penurunan produktivitas
b. Gelisah
c. Insomnia
d. Resah
114. Afektif
115. Kesedihan yang mendalam
116. Takut
117. Gugup
118. Mudah tersinggung
119. Nyeri hebat
120. Ketakutan
121. Distres
122. Khawatir
123. Cemas
124. Fisiologi
125. Goyah
126. Peningkatan respirasi (simpatis)
127. Peningkatan keringat
128. Wajah tegang
129. Anoreksia (simpatis)
130. Kelelahan (parasimpatis)
131. Gugup (simpatis)
132. Mual (parasimapatis)
133. Pusing (parasimpatis)
134. Kognitif
135. Bingung
136. Kerusakan perhatian
137. Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
138. Sulit berkonsentrasi

2) NOC : ANXIETY CONTROL (1402)


Domain :Psychososial Health (III)
Class :self Control (O)
Scale : Never Demonstrated To Consistenly Demonstrated
(m)

Indikasi :
140201 Kontrol instensitas cemas
140202 Eliminasi tanda cemas
140206 Menggunakan strategi koping efektif
140207 Menggunakan teknik relaksasi untuk menekan
kecemasan

3) NIC : COUNSELING (5240)


Aktivitas :
139. Beri dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan kecemasan.
140. Bantu pasien untuk menfokuskan pada situasi saat
ini, sebagai alat untuk mengidentifikasi mekanisme
koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
141. Sediakan pengalihan melalui televise, radio,
permainan serta terapi okupasi untuk mengurangi
kecemasan dan memperluas focus.
142. Sediakan penguatan yang positif ketika apsien
mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan lainnnya
meskipun mengalami kecemasan.
BAB III

PENUTUP

143. KESIMPULAN

Dengan perkembangan pesat teknologi kedokteran seperti biopsi aspirasi


jarum halus (BAJAH), pemeriksaan TSH sensitif dan teknik pencitraan (imaging),
dapat dibuat diagnosis yang lebih akurat. USG memberikan gambaran
karakteristik tertentu yang mempunyai nilai prediksi suatu nodul cenderung jinak
atau ganasUSG merupakan metoda objektif dalam menentukan ukuran nodul.
pada nodul jinak, terapi supresi TSH dengan L-tiroksin lebih berhasil bila ukuran
nodul <2,7 cm atau < 10 cc, nodul koloid atau berdegenerasi kistik, berasal dari
daerah defisiensi iodium.
Bila nodul mengecil terapi diteruskan sampai tidak ada pengecilan lagi,
kemudian dihentikan dan dimulai lagi bila nodul membesar. Bila ukuran nodul
tidak berubah, terapi dihentikan, dan diberikan lagi bila terjadi pembesaran. Bila
nodul membesar selama terapi supresi berlangsung, perlu tindakan operasi.Efek
samping terjadi pada terapi L-tiroksin dosis supresi jangka panjang

144. SARAN

Dalam menghadapi pasien dengan nodul tiroid, langkah pertama yang


dianjurkan ialah menentukan status fungsi tiroid dengan memeriksa kadar TSH
(sensitif) dan T-4 bebas. Pada keganasan tiroid, umumnya fungsi tiroid normal.
Tetapi perlu diingat bahwa abnormalitas fungsi tiroid baik hiper/hipotiroid tidak
dengan sendirinya menghilangkan kemungkinan keganasan. Pemeriksaan kadar
antibodi antitiroid peroksidase (dulu disebut antibodi antimikrosomal) dan
antibodi antitiroglobulin penting untuk diagnosis tiroiditis kronik Hashimoto,
terutama bila disertai peningkatan kadar TSH. Antibodi-antibodi ini positip
hampir 85% pada penyakit Hashimoto ini. Sering pada Hashimoto juga timbul
nodul baik uni/bilateral, sehingga pada tiroiditis kronik Hashimoto-pun masih
mungkin terdapat keganasan

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

145. Dikutip dari : www.Google.Com

146. Dikutip dari :Http://id.wikipedia.org/wiki/stenosis mitral

147. Budi santosa : Editor, Panduan Diagnosa Keperawatan, Diagnosa


Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, 2005-2006.
148. Marion Jones, etc, Nursing Outcomes Classification (NOC), Second
Edition, Mosby inc.
149. Joanne C. mcClowskey, etc, Nursing Intervention Classification (NIC),
Fourth edition, Mosby inc.
150. Judith M. Wilkinson, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7, EGC,
2007.

Anda mungkin juga menyukai