Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe
yaitu, papiler, folikuler, anaplastic dan meduler. Kanker tiroid jarang
menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan
kecil(nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak,
biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan
membatasi kemampuan menghasilkan cukup banyak hormon tiroid, tetapi
kadang menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi
hipertiroidisme.
Kanker tiroid merupakan salah satu gangguan endokrin. Gangguan ini lebih
banyak terjadi pada wanita dengan distribusi berkisar antara 2:1sampai 3:1.
Insidensinya berkisar antara 5,4-30%.
Berdasarkan usia, kanker tiroid jenis papiler biasanya terjadi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun. Yang berperan dalam well differentiated
carcinoma (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, danuntuk
jenis meduler adalah factor genetic.
Kanker tiroid jenis meduler dapat diketahui dengan tes laboratorium, yaitu
pemeriksaan kalsitonin dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang
diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroksitosis walaupun
jarang.
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan
untuk melihat obstruksi trachea karena penekanan tumor dan
melihatkalsifikasi pada massa tumor. Ultrasonografi diperlukan untuk
membedakan tumor solid dan kistik, dan cara ini aman serta tepat.
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat
membedakan secara pasti antara tumor ganas dan jinak. Dengan
mengguanakan radiosotropik dadapat dibedakanhot nodule dan cold nodule.
Pada decade terakhir ini biopsi aspirasi banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostic pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid.

1
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian kanker tiroid
2. Mengetahui etiologi kanker tiroid
3. Mengetahui patofisiogi kanker tiroid
4. Mengetahui tanda dan gejala kanker tiroid
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang kanker tiroid
6. Mengetahui penatalaksanaan medis kanker tiroid
7. Mengetahui komplikasi kanker tiroid
8. Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker tiroid
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud kanker tiroid?
2. Bagaimana etiologi kanker tiroid?
3. Bagaimana patofisiologi kanker tiroid?
4. Apa tanda dan gejala kanker tiroid?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang kanker tiroid?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis kanker tiroid?
7. Apa komplikasi dari kanker tiroid?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker tiroid?

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kanker Tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat tipe
yaitu: papiler, folikuler, anaplastik, dan meduler.  Karsinoma tiroid termasuk
kelompok penyakit keganasan dengan prognosis relatif baik namun perjalanan
klinisnya sukar diramalkan.  Klien dengan Ca Tiroid mengalami stres dan
kecemasan yang tinggi.

2.2 Etiologi
Tiga penyebab yang sudah jelas dapat menimbulkan karsinoma tiroid :
1. Kenaikan  sekresi hormon TSH ( Thyroid Stimulating Hormon) dari
kelenjar hipofise anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan
T4 dari kelenjar tiroid oleh karena kurangnya intake iodium. Ini
menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi kanker.
2. Penyinaran  (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian
atas terutama anak-anak yang pernah mendapat terapi radiasi di leher dan
mediastinum.
3. Faktor genetic, Adanya riwayat keturunan dari keluaraga.

2.3 Patofisiologi Kanker Tiroid


Karsinoma tiroid biasanya menangkap iodium  radio aktif dibandingkan
dengan kelenjar tiroid normal yang terdapat di sekelilingnya. Oleh karena itu, bila
dilakukan scintiscan, nodula akan tampak sebagai suatu daerah dengan
pengambilan yang kurang, suatu lesi dingin. Teknik diagnostik lain yang dapat
digunakan untuk diagnosis banding nodula tiroid adalah ekografi tiroid. Teknik
ini memungkinkan membedakan dengan cermat antara massa padat dan massa
kistik. Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik biasanya
merupakan kista jinak.
Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada
satu nodula yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya, dan
berhubungan dengan limfadenopati satelit.

3
Secara umum telah disepakati bahwa kanker tiroid secara klinis dapat
dibedakan menjadi suatu kelompok besar neoplasma berdeferensiasi baik dengan
kecepatan pertumbuhan yang lambat dan kemungkinan penyembuhan tinggi, dan
suatu kelompok kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan fatal. Terdapat
empat jenis kanker tiroid menurut sifat morfologik dan biologiknya : papilaris,
folikularis, medularis, dan anaplastik.  (Price, 1995, hal:1078)
Karsinoma papiler kelenjar tiroid biasanya berbentuk nodul keras, tunggal,
“dingin” pada scan isotop, dan “padat” pada ultrasonografi tiroid, yang sangat
berbeda dengan bagian-bagian kelenjar lainnya. Pada goiter multinodular, kanker
berupa “nodul dominan” lebih besar, lebih keras dan jelas dari bagian
sekelilingnya. Kira-kira 10% karsinoma papiler, terutama pada anak-anak, disertai
pembesaran kelenjar getah bening leher, tapi pemeriksaan teliti biasanya akan
mengungkapkan nodul “dingin” pada tiroid. Jarang, akan perdarahan, nekrosis
dan pembentukan kista pada nodul ganas tetapi pada ultrasonografi tiroid, akan
terdapat echo interna yang berbatas jelas yang berguna untuk lesi ganas semi
kistik dari “kista murni” yang tidak ganas. Akhirnya, karsinoma papiler dapat
ditemukan tanpa sengaja sebagai suatu fakus kanker mikroskopik di tengah-
tengah kelenjar yang diangkat untuk alasan-alasan lain seperti misalnya : penyakit
graves atau goiter multinodular.
Secara mikroskopis, tumor terdiri dari lapisan tunggal sel-sel tiroid teratur
pada “vascular stalk”, dengan penonjolan papil ke dalam ruang mikroskopis
seperti kista. Inti sel besar dan pucat sering mengandung badan inklusi intra
nukleus yang jelas san seperti kaca. Kira-kira 40% karsinoma papiler membentuk
bulatan klasifikasi yang berlapis, sering pada ujung dari tonjolan papil disebut
“psammoma body”, ini biasanya diagnostik untuk karsinoma papiler. Kanker ini
biasanya meluas dengan metastasis dalam  kelenjar dan dengan invasi kelenjar
tiroid dan kelenjar getah bening lokal. Pada pasien tua, mereka bisa jadi lebih
agresif dan menginvasi secara lokal kedalam otot dan trakea. Pada stadium lebih
lanjut, mereka dapat menyebar ke paru. Kematian biasanya disebabkan penyakit
lokal, dengan invasi kedalam pada leher, lebih jarang kematian bisa disebabka 
metastasis paru yang luas. Pada beberapa penderita tua, suatu karsinoma papiler
yang tumbuh lambat akan mulai tumbuh cepat dan berubah menjadi karsinoma

4
anaplastik. Perubahan anaplastik lanjut ini adalah penyebab kematian lain dari
karsinoma papiler, banyak karsinoma papiler yang mensekresi tiroglobulin, yang
dapat digunakan sebagai tanda rekurensi atau metastasis kanker.
Karsinoma folikular ditandai oleh tetap adanya folikel-folikel kecil
walaupun pembentukan koloid buruk. Memang karsinoma folikular bisa tidak
dapat dibedakan dari adenoma folikular kecuali dengan invasi kapsul atau invasi
vaskular. Tumor ini sedikit lebih agresif daripada karsinoma papilar dan
menyebar baik dengan invasi lokal kelenjar getah bening atau dengan invasi
pembuluh darah disertai metastasis jauh ke tulang atau paru. Secara mikroskopis,
sel-sel ini berbentuk kuboid dengan inti besar yang teratur sekeliling folikel yang
sering kali mengandung koloid. Tumor-tumor ini sering tetap mempunyai
kemampuan untuk mengkonsentrasi iodium radioaktif untuk membentuk
tiroglubulin dan jarang, untuk mensintesis T3 dan T4. Jadi, kanker tiroid yang
berfungsi yang jarang ini hampir selalu merupakan karsinoma folikular.
Karakteristik ini membuat tumor-tumor ini lebih ada kemungkinan untuk
memberi hasil baik terhadap pengobatan iodin radioaktif . Pada penderita yang
tidak diobati, kematian disebabkan karena perluasan lokal atau karena metastasis
jauh mengikuti aliran darah dengan keterlibatan yang luas dari tulang, paru, dan
visera.
Suatu varian karsinoma folikular adalah karsinoma “sel Hurthle” yang
ditandai dengan sel-sel sendiri-sendiri yang besar dengan sitoplasma yang
berwarna merah muda berisi mitokondria. Mereka bersikap lebih seperti
karsinoma papilar kecuali mereka jarang ada ambilan radioiodin. Karsinoma
campuran papilar dan folikular lebih seperti karsinoma papilar. Sekresi
tiroglobulin yang dihasilkan oleh karsinoma folikular dapat digunakan untuk
mengikuti perjalanan penyakit.
Karsinoma medular adalah penyakit dari sel C (sel parafolikular) yang
berasal dari badan brankial utama dan mampu mensekresi kalsitonin, histaminase,
prostaglandin, serotonir, dan peptida-peptida lain. Secara mikoroskopis, tumor
terdiri dari lapisan-lapisan sel-sel yang dipisahkan oleh substansi yang terwarnai
dengan merah. Amiloid terdiri dari rantai kalsitonin yang tersusun dalam pola
fibril atau berlawanan dengan bentuk-bentuk lain amiloid, yang bisa mempunyai

5
rantai ringan imunoglobulin atau protein-protein lain yang dideposit dengan suatu
pola fibri.
Karsinoma medular lebih agresif daripada karsinoma papilar atau folikular
tetapi tidak seagresif kanker tiroid undifferentiated. Ini meluas secara lokal ke
kelenjar getah bening dan ke dalam otot sekeliling dan trakea. Bisa invasi limfatik
dan pembuluh darah dan metastasisi ke paru-paru dan visera.kalsitonin dan
antigen karsinoembrionik (CEA = Carsinoembryonic antigen) yang disekresi oleh
tumor adalah tanda klinis yang membantu diagnosisdan follow-up. Kira-kira
sepertiga karsinoma medular adalah familial, melibatkan kelenjar multipel
(Multiple Endocrin neoplasia tipe II = MEN II, sindroma sipple). MEN II ditandai
dengan dengan karsinoma medular, feokromositoma, dan neuroma multipel pada
lidah, bibir, dan usus. Kira-kira sepertiga dalah kasus keganasan semata. Jika
karsinoma medular di diagnosis dengan biopsi aspirasi jarum halus atau saat
pembedahan, maka penting kiranya pasien diperiksa untuk kelainan endokrin lain
yang di jumpai pada MEN II dan anggota diperiksa untuk adanya karsinoma
medular dan juga MEN II. Pengukuran kalsitonin serum setelah stimulasi
pentagastrin atau infus kalsium dapat digunakan untuk skrining karsinoma
medular. Pentagastrin diberikan per intravena dalam bentuk bolus 0,5µg/kg, dan
contoh darah vena diambil pada menit 1, 3, 5, dan 10. Peningkatan abnormal
kalsitonin serum pada menit ke 3 atau 5 adalah indikatif adanya keganasan. Gen
untuk MEN Iia telah dilokalisasi pada kromosom 10, dan sekarang
memungkinkan menggunakan pemeriksaan DNA polimorfik dan polimorfisme
panjang fragmen terbatas untuk identifikasi karier gen sindroma ini. Jadi anggota
keluarga yang membawa gen ini dapat diidentifikasi dan diperiksa sebagai orang
berisiko tinggi untuk timbulnya sindroma ini.
Karsinoma anaplastik, tumor kelenjar tiroid undifferentiated termasuk
karsinoma sel kecil, sel raksasa, dan sel kumparan. Biasanya terjadi pada pasien-
pasien tua dengan riwayat goiter yang lama dimana kelenjar tiba-tiba dalam waktu
beberapa minggu atau bulan mulai membesar dan menghasilkan gejala-gejala
penekanan, disfagia atau kelumpuhan pita suara, kematian akibat perluasan lokal
yang biasanya terjadi dalam 6-36 bulan. Tumor-tumor ini sangat resisten terhadap
pengobatan.

6
2.4 Tanda dan Gejala
1. Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau
keras) di dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum
kanker tiroid.
2. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
3. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
4. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat
ditemukan selama pemeriksaan fisik.
5. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher
saat menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
6. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.

2.5 Pemeriksaan Penunjang Kanker Tiroid


1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan
ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu
pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-
kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis
walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan
sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun
pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG
ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau
tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan
untuk diagnosis karsinoma meduler.
2. Radiologis
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang
diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan
melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan
badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai
stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih

7
jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada
metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga
dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada
keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya
infiltrasi tumor pada esophagus.

b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman
dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy
aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhana dan murah.
c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun
tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk
kasus tumor tiroid.
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule
dan cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini
dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk
memperoleh specimen yang adekuat.
3. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan
sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama
pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah
dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung
10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor
diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat
diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik
dan karsinoma meduler.

2.6 Penatalaksanaan medic


1.Macam Pembedahan Tiroid, yaitu :
a. Ismektomi

8
Ismektomi adalah pengangkatan tonjolan tiroid jinak yang berada
pada ismus tiroid, beserta bagian ismus dari kelenjar tiroid.

b. Lobektomi Subtotal
Lobektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta
jaringan tiroid sekitarnya pada satu sisi, dengan meninggalkan sebanyak
kurang lebih 5 gram jaringan tiroid normal dibagian posterior. Operasi ini
dilakukan pada tonjolan jinak tiroid.
c. Lobektomi Total / Hemitiroidektomi
Lobektomi Total adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan
tiroid seluruhnya pada satu sisi. Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak
tiroid yang mengenai seluruh jaringan tiroid satu lobus, atau pada tonjolan
tiroid dengan hasil pemeriksaan FNA menunjukkan neoplasma folikuler.
Bila hasil pemeriksaan histopatologis dari spesimen menunjukkan
karsinoma tiroid, maka tindakan lobektomi total tersebut sudah dianggap
cukup pada penderita dengan faktor prognostik yang baik.
d. Tiroidektomi Subtotal
Tiroidektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta
jaringan tiroid disekitarnya pada kedua sisi, dengan meninggalkan
sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid normal dibagian posterior.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai kedua sisi.
e. Tiroidektomi hampir Total
Tiroidektomi hampir total adalah pengangkatan tonjolan tiroid
beserta seluruh jaringan tiroid pada satu sisi disertai pengangkatan
sebagian besar jaringan tiroid sisi kontralateral dengan menyisakan 5 g
saja pada sisi tersebut. Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid
yang mengenai seluruh jaringan tiroid satu lobus dan sebagian jaringan
tiroid kontralateral. Tindakan tersebut juga dapat dilakukan pada
karsinoma tiroid deferensiasi baik pada satu lobus dan belum melewati
garis tengah, untuk menghindari kelenjar paratiroid bilateral. Penderita
karsinoma tiroid yang dilakukan prosedur ini harus dilanjutkan dengan
pemberian ablasi sisa jaringan tiroid menggunakan yodium radioaktif.

9
f. Tiroidektomi Total
Tiroidektomi Total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta
seluruh jaringan tiroid. Operasi ini dikerjakan pada karsinoma tiroid
deferensiasi terutama bila disertai adanya faktor prognostik yang jelek,
karsinoma tiroid tipe meduler, karsinoma tiroid tipe anaplastik yang masih
operabel.
2.Non Pembedahan
a. Radioterapi
Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran
sebagai satu bagian pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan
sel ganas. Radioterapi digunakan sebagai terapi kuratif maupun bersifat
adjuvan. Lapangan radiasi juga mencakup jaringan limfonodus dan
pembuluh darah yang menjadi risiko utama untuk metastase tumor.
Radioterapi adalah penggunaan radiasi untuk menghancurkan sel kanker
atau merusak sel tersebut sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi.
Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi umumnya sel
normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel kanker.
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
1) Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan
radioterapi, baik dengan atau tanpa dikombinasikan dengan
pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi.
2) Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan,
radioterapi berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker
dengan membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan berhenti
menyebar.
3) Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi
dapat mengurangi gejala yang biasa timbul pada penderita kanker
seperti rasa nyeri dan juga membuat hidup penderita lebih nyaman.
4) Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan
kemoterapi yang sering disebut sebagai “adjuvant therapy” atau
terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan kemoterapi
yang diberikan lebih efektif.

10
Jenis radioterapi :
1) Radioterapi eksternal. Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan
sinar radiasi pada tempat kanker dan jaringan sekitarnya. Mesin yang
digunakan dapat berbeda, tergantung dari lokasi kanker.
2) Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT)).
3) Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh obat
radioterapi melalui infus adalah metaiodobenzylguanidine (MIBG) untuk
mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral contohnya iodine-131
untuk mengobati kanker tiroid.
b. Kemoterapi
Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan
sel kanker. Walaupun obat ideal akan menghancurkan sel kanker dengan
tidak merugikan sel biasa, kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat
didesain untuk mengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada sel kanker
daripada sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang
mempengaruhi kemampuan sel untuk bertambah besar. Pertumbuhan yang
tak terkendali dan cepat adalah cirri khas sel kanker. Tetapi, karena sel
biasa juga perlu bertambah besar, dan beberapa bertambah besar cukup
cepat (seperti yang di sumsum tulang dan garis sepanjang mulut dan usus),
semua obat kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek
samping.
Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah, kehilangan
selera makan, kehilangan berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung
rendah yang menyebabkan anemia dan risiko infeksi bertambah. Dengan
kemoterapi, orang sering kehilangan rambut mereka, tetapi akibat
sampingan lain bevariasi tergantung jenis obat.
Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau dikurangi
dengan obat (kontra-obat emesis). Mual juga mungkin dikurangi oleh
makanan makan kecil dan dengan menghindari makanan yang tinggi di
serat, gas barang hasil bumi itu, atau yang sangat panas atau sangat dingin.

11
Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau lebih
tipe sel darah, bisa terjadi karena efek racun obat kemoterapi pada sumsum
tulang (di mana sel darah dibuat). Misalnya, penderita mungkin membuat
sel darah merah yang rendah secara abnormal (anemia), sel darah putih
(neutropenia atau leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika
anemia parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau
darbepoietin, bisa diberikan untuk pertambahan pembentukan sel darah
merah, atau sel darah merah bisa ditransfusikan. Jika thrombocytopenia
hebat, platelet bisa ditransfusikan untuk merendahkan risiko pendarahan.
c. Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah
operasi,selanjutnya diberikan terapi ablasi iodium radioaktif. Mengingat
adanya uptake spesifik iodium ke dalam sel folikuler tiroid termasuk sel
ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler.
Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi, yaitu:
1) Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma.
2) Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui eliminasi
uptake oleh sisa jaringan tiroid normal.
3) Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai petanda
serum yang dihasilkan hanya oleh sel tiroid.
Untuk memaksimalkan uptake iodium radioaktif setelah tiroidektomi total,
kadar hormone tiroid diturunkan dengan menghentikan obat L-tiroksin, sehingga
TSH endogen terstimulasi hingga mencapai kadar diatas 25-30 mU/L.
d. Terapi Supresi L-Tiroksin
Evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade sebelum
dikatakan sembuh total. Target kadar TSH pada kelompok risiko rendah
untuk kesakitan dan kematian karena keganasan tiroid adalah 0,1-0,5
mU/L, sedang untuk kelompok risiko tinggi adalah 0,01 mU/L.
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah :
1. Perdarahan

12
Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan
hemostatis dan penggunaan drain pada pasien setelah operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan
menyebabkan embolisme udara.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens Ini dapat menimbulkan
paralisis sebagian atau total pada laring.
4. Sepsis yang meluas ke mediastinum
Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini,
sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi.  (Sutjahjo,
2006, hal:86)
Kompilkasi akibat tiroidektomi dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
1. Minor   : seroma
2. Jarang   : kerusakan trunkus simpatikus
3. Mayor   : perdarahan intraoperatif
4. Perdarahan pasca operatif
5. Trauma pada n. laringeus rekuren/ superior
6. Hipoparatiroidisme
7. Hipotiroidisme
8. Krisis tiroid
9. Infeksi

13
2.8 Indikasi Tiroidektomi
Tiroidektomi pada umumnya dilakukan pada :
1. Penderita dengan tirotoksikosis yang tidak responsif dengan terapi
medikamentosa atau yang kambuh
2. Tumor jinak dan ganas tiroid
3. Gejala penekanan akibat tonjolan tumor
4. Tonjolan tiroid yang mengganggu penampilan seseorang
5. Tonjolan tiroid yang menimbulkan kecemasan seseorang

14
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Aktivitas / latihan
Insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi,
kelelahan berat,atrofi otot, frekuensi pernafasan meningkat, takipnea,
dispnea
b. Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, diare.
c. Koping / pertahanan diri
Mengalami ansietas dan stres yang berat, baik emosional maupun
fisik, emosi labil, depresi.
d. Nutrisi dan metabolik
Mual dan muntah, suhu meningkat diatas 37,4ºC.Pembesaran tiroid,
edema non-pitting terutama di daerah pretibial, diare atau sembelit.
e. Kognitif dan sensori
Bicaranya cepat dan parau, bingung, gelisah, koma, tremor pada
tangan, hiperaktif reflek tendon dalam (RTD), nyeri orbital, fotofobia,
palpitasi, nyeri dada (angina).
f. Reproduksi / seksual
Penurunan libido, hipomenorea, menorea dan impoten.
2. Post operasi
Dasar data pengkajian
a. Pertimbangan KDB menunjukkan merata dirawat : 3 hari
b. Pola aktifitas/istirahat : insomnia, kelemahan berat, gangguan
koordinasi
c. Pola neurosensori : gangguan status mental dan perilaku, seperti :
bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, hiperaktif refleks tendon
dalam
3. Diagnosa Keperawatan
Pre operatif

15
a. Ansietas b.d. perubahan dalam status kesehatan.
Tujuan :  Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam
diharapkan mampu mengurangi stressor yang membebani sumber-sumber
individu.
Kriteria Hasil :
1. Ansietas berkurang, bibuktikan dengan menunjukkan kontrol
agresi, kontrol ansietas, koping.
2. Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang
membuat stres
3. Manifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
Intervensi
1) Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional: mengukur tingkat ansietas
2) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang,
hiperventilasi, insomnia.
Rasional: Efek-efek kelebihan hormon tiroid  menimbulkan
manifestasi klinik dari peristiwa kelebihan katekolamin ketika
kadar epinefrin dalam keadaan normal.
3) Berikan obat anti ansietas, contohnya : transquilizer, sedatif dan
pantau efeknya.
Rasional : membantu mengurangi ansietas klien dalam
menghadapi operasi.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan klien memasukkan atau
menelan makanan.
Tujuan :  Setelah dilakukan tindakan selama ...x24 jam diharapkan
tingkat zat gizi yang tersedia mampu memenuhi kebutuhan
metabolik.
Kriteria Hasil :
1. Terpenuhi asupan makanan, cairan, dan zat gizi
2. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan

16
3. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas
normal
4.  Melaporkan keadekuatan tingkat energy
Intervensi
1) Auskultasi bising usus
Rasional: bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan
motalitas lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi
absorpsi.
2) Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan
setiap hari serta laporkan adanya penurunan.
Rasional: penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan
masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan
terhadap terapi antitiroid.
3) Hindarkan pemberian makanan yang dapat meningkatkan
peristaltic usus.
Rasional: peningkatan motalitas saluran cerna dapat
mengakibatkan diare dan gangguan absorpsi nutrisi yang
diperlukan.
4) Kolaborasikan dengan dokter obat obat atau vitamin yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
c. Kerusakan komunikasi berhubungan dengan cedera pita suara.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam
diharapkan mampu mendemonstrasikan tidak ada cedera dengan
komplikasi minimal atau terkontrol
Kriteria Hasil :  Mampu menciptakan metode komunikasi dimana
kebutuhan dapat dipahami.
Intervensi :
1) Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin, kunjungi pasien secara
teratur.
Rasional :Menurunkan ansietas dan kebutuhan pasien untuk
berkomunikasi
2) Pertahankan lingkungan yang tenang

17
Rasional :Meningkatkan kemampuan mendengarkan
komunikasi perlahan dan menurunkan kerasnya suara yang
harus diucapkan pasien untuk dapat didengarkan
3) Anjurkan untuk tidak berbicara terus menerus.
Rasional :Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema
jaringan atau kerusakan karena pembedahan pada syaraf
laringeal dan berakhir dalam beberapa hari.
4) Kolaborasikan dengan dokter obat obat yang diperlukan untuk
meringankan rasa nyeri.
Post operatif
a. Bersihan jalan napas tidak efektif  b.d. obstruksi jalan napas(spasme
jalan napas).
Tujuan : Mempertahankan kepatenan jalan nafas setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama ... x 24 jam.
Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif dibuktikan
dengan pertukaran gas dan ventilasi tidak berbahaya.
2. Mudah untuk bernapas.
3. Kegelisahan, sianosis, dan dispnea tidak ada.
4. Saturasi O2 dalam batas normal.
Intervensi :
1) Pantau frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kerja pernapasan.
Rasional    :    pernapasan secara normal kadang-kadang cepat,
tapi berkembangnya distres pada pernapasan merupakan indikasi
kompresi trakea karena edema atau perdarahan.
2) Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronki.
Rasional    :    ronki merupakan indikasi adanya obstruksi/spasme
laryngeal yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat.
3) Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post operasi,
kemudian tiap 4 jam.
Rasional    :    Pembedahan didaerah leher dapat menyebabkan
obstruksi jalan nafas karena adanya edem post operasi.

18
b. Nyeri akut berhubungan dengan edema pasca operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan
dapat mengendalikan nyeri dan dapat berkurang.
Kriteria hasil :
1.  Tidak ada rintihan
2. ekspresi wajah rileks
3. melaporkan nyeri dapat berkurang atau hilang., dari skala 7
berkurang menjadi 2.
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun nonverbal,
catat lokasi, intensitas (skala 0-10), dan lamanya.
Rasional    :    bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri,
menentukan pilihan intervensi menentukan efektivitas terapi.
2) Memberikan pasien pada posisi semi fowler dan sokong
kepala/leher dengan bantal kecil.
Rasional    :    mencegah hiperekstensi leher dan melindungi
integritas garis jahitan
3) Anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi, seperti
imajinasi, musik yang lembut, relaksasi progresif.
Rasional    :    membantu untyuk memfokuskan kembali
perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri/rasa
tidak nyaman secara lebih efektif.
4) Berikan analgesik narkotik yang diresepkan & evaluasi
keefektifannya.
Rasional    :    Analgesik narkotik perlu pada nyeri hebat
untuk memblok rasa nyeri.
c. Resiko tinggi terhadap komplikasi perdarahan berhubungan dengan
tiroidektomi, edema pada dan sekitar insisi, pengangkatan tidak
sengaja dari para tiroid, perdarahan dan kerusakan saraf laringeal.
Tujuan: mencegah terjadinya komplikasi perdarahan setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama ... x 24 jam.

19
Kriteria hasil :
1.  Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat
2.  Hiperkalemia
3.  Kerusakan saraf laryngeal
4. Obstruksi jalan nafas
5. Ketidak seimbangan hormon tiroid dan infeksi
Intervensi :
Perdarahan:
1) Pantau:
a. TD, nadi, RR setiap 2×24 jam.  Bila stabil setiap 4 jam.
b. Status balutan: inspeksi dirasakan dibelakang leher setiap 2x
24 jam, kemudian setiap 8 jam setelahnya.
2) Beritahu dokter bila drainase merah terang pada
balutan/penurunan TD disertai peningkatan frekuensi nadi &
nafas.
3) Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & instruksikan klien untuk
memberi tanda bila tersedak atau sensasi tekanan pada daerah
insisi terasa.  Bila gejala itu terjadi, kendur-kan balutan, cek TTV,
inspeksi insisi, pertahankan klien pada posisi semi fowler,
beritahu dokter.
Rasional    :    Untuk mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan.
Temuan ini menandakan perdarahan berlebihan dan perlu
perhatian medis segera.
Intervensi :
Obstruksi jalan nafas:
1) Pantau pernafasan setiap 2×24 jam.
rasional    :    Untuk mendeteksi tanda-tanda awal obstruksi
pernafasan.
2) Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kesulitan pernafasan,
pernafasan tidak tertur atau tersedak.

20
Rasional    :    Temuan-temuan ini menandakan kompresi trakeal
yang dapat disebabkan oleh perdarahan, perhatian medis untuk
mencegah henti nafas.
3) Pertahankan posisi semi fowler dengan bantal dibelakang kepala
untuk sokongan
Rasional    :    Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih
penuh & membantu menu-runkan bengkak.
4) Anjurkan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam untuk
merangsang pernafasan dalam.
Rasional    : Pernafasan dalam mempertahankan alveoli terbuka
untuk mencegah ate-lektasis.
5) Jamin bahwa O2 dan suction siap tersedia di tempat.
Rasional    :    Untuk digunakan bila terjadi kompresi trakea.
Intervensi:
Infeksi luka:
1) Ganti balutan sesuai program dengan menggunakan teknik steril.
Rasional    :    Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri.
2) Beritahu dokter bila ada tanda-tanda infeksi.
Rasional    :    Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri.
Intervensi:
Kerusakan saraf laringeal:
1) Instruksikan klien untuk tidak banyak bicara.
Rasional    :    Untuk menurunkan tegangan pada pita suara.
2) Laporkan peningkatan suara serak dan kelelahan suara.
Rasional    :    Perubahan-perubahan ini menunjukkan kerusakan
saraf laringeal, dimana hal ini tidak dapat disembuhkan.
Intervensi:
Hipokalsemia:
1) Pantau laporan-laporan kalsium serum.
Rasional    :    Perubahan kadar kalsium serum terjadi sebelum
manifestasi ketidak seimbangan kalsium.
2)

21
Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kebal, kesemutan pada bibir,
jari-jari/jari kaki, kedutam otot atau kadar kalsium di bawah
rentang normal.
Rasional    : Temuan ini menandakan hipokalsemia dan perlunya
penggantian garam kalsium.
Intervensi:
Ketidakseimbangan hormon tiroid:
1) Pantau kadar T3 dan T4 serum.
Rasional    :    Untuk mendeteksi indikasi awal ketidakseimbangan
hormon tiroid.
2) Berikan penggantian hormon tiroid sesuai pesanan.
Rasional    :    Hormon tiroid penting untuk fungsi metabolik
norma.

22
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu,
papiler, folikuler, anaplastic dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan
pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil(nodul) dalam
kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa
disembuhkan. Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium
dan membatasi kemampuan menghasilkan cukup banyak hormon tiroid, tetapi
kadang menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi
hipertiroidisme.
4.2 Saran
Menurut kelompok, hendaknya jika mengalami tanda gejala kanker tiroid,
secara cepat melakukan pemeriksaan dini agar kanker tiroid dapat ditangani. Dan
kami kelompok mengharapkan dari pembaca kritik dan sarannya yang bersifat
membangun, sehingga asuhan keperawatan pada kanker tiroid ini, dapat berguna
dan bermanfaat bagi para pembaca.

23
DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,


Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta

Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I


Made, EGC, Jakarta

NANDA, 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005 – 2006 Alih


bahasa Budi Santosa. Prima Medika.

Wong, Donna L., et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Volume 2.
Alih bahasa Agus Sunarta, dkk. EGC : Jakarta.

Sylvia, A. pierce.1999. Patofisologi Konsep Klinis. Proses penyakit. Jakarta :


EGC

www.pediatric.com

24

Anda mungkin juga menyukai