Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPO DAN


HIPERTIROID

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:


NO NAMA NIM
1 MUTIA ZAHARA 201101025
2 NOVIANTI SASTRA DEWI 201101027
3 SAHALA MARTUA HASIBUAN 201101029
4 SITI MUHARROMAH 201101031
5 WIKA OCTAVIA BALQHIS 201101033

DOSEN PENGAMPU :

Eqlima Elfira., S.Kep., Ns., M.Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya, kami
mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul Asuhan pasien
dengan hipo dan hipertiroid secara mandiri dan berkelompok. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas kelompok dari Ibu Eqlima Elfira., S.Kep., Ns., M.Kep sebagai dosen
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Selain itu, kami berharap semoga makalah
ini memberi manfaat dan berguna bagi kami dan bagi para pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eqlima Elfira., S.Kep., Ns., M.Kep
karena telah membimbing kami dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan.
Maka dari itu, kritik dan saran sangat kami perlukan guna membangun semangat kami
dalam membuat makalah lainnya.

Medan, 20 Februari 2022

Penyusun
PEMBAHASAN

Dasar Pengetahuan ilmiah:

A. Definisi Hipo dan Hipertiroid


Hipotiroidisme artinya kekurangan hormon tiroid, yaitu hormon yang dikeluarkan
oleh kelenjar tiroid atau kelenjar gondok. Hipotiroidisme (miksedema) adalah sindroma
klinik yang terjadi akibat kadar T3 dan T4 dalam sirkulasi tidak adekuat. Laju
metabolisme akan menurunkan dan mukopolisakarida tertimbun dalam jaringan ikat
dermis sehingga tampak gambaran wajah miksedema yang khas.
Sedangkan hipertiroidisme merupakan salah satu bentuk thyrotoxicosis atau
tingginya kadar hormon tiroid, T4, T3 maupun kombinasi keduanya, di aliran darah.
Peningkatan kadar hormon tiroid menyebabkan paparan berlebihan pada jaringan-
jaringan tubuh yang menyebabkan munculnya berbagai manifestasi klinik yang terkait
dengan fungsi hormon tiroid dalam berbagai proses metabolisme tubuh (Bartalena, 2011).
B. Etiologi
Hipotiroid dapat diklasifikasikan menjadi hipotiroidisme primer, sekunder serta
tersier. Hipotiroid primer disebabkan oleh tiroid gagal dalam memproduksi hormon
tiroid, sedangkan hipotiroid sekunder diakibatkan oleh defisiensi hormon TSH yang
dihasilkan oleh hipofisis. Hipotiroid tersier disebabkan oleh defisiensi TRH yang
dihasilkan oleh hipotalamus. Penyebab terbanyak hipotiroid adalah akibat kegagalan
produksi hormon tiroid oleh tiroid (hipotiroid primer) (Mansjoer, 2007). Primer
disebakan oleh Turoiditis Hashimoto, Terapi Iodium radioaktif untuk penyakit Graves
Tiroidektomi pada penyakit graves, nodul tiroid, atau kanker tiroid Asupan iodida yang
berlebihan (pemakaian radiokontras), Tiroiditis sub akut Defisiensi iodium Kelainan
bawaan sintesis hormon tiroid Obat-obatan (litium, interferon alfa, amiodaron),
sedangkan Sekunder Hipopituitari akibat adenoma hipofisis, terapi ablatif terhadap
hipofisis, serta kerusakan hipofisis, dan Tersier Defisiensi hipotalamus.
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan
TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan TSH
yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan 9 memperlihatkan HT yang finggi
disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali
lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana
antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies)
Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus
kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur,
sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar
hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada
tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah,
kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak.
Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH
sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
Minum obat Hormon Tiroid
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter
yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum
hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.
Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga
merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan,
dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala
hipotiroid.
Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul
apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid. (Nanda Nic-
Noc 2015 : 107)

C. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala hipertiroid berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktivitas
simpatis yang berlebihan (Price dan Wilson, 2005). Pada umumnya, gejala hipertiroid
dapat dibedakan menjadi dua yaitu gejala mayor dan minor. Gejala-gejala mayor, antara
lain strauma, takikardi, tekanan nadi melebar, eksoftalmus, dan nervositas. Sedangkan
gejala-gejala minor, antara lain tremor, intoleransi aktivitas, dan berat badan menurun.
Gejala-gejala lain dari hipertiroid seperti nafsu makan meningkat, banyak berkeringat,
kulit panas, emosi labil, dan sering buang air besar (diare) (Naga, 2012). Perempuan
pramenopause yang menderita hipertiroid cenderung mengalami oligomenore dan
amenore. Secara umum, gejala neurologic mendominasi gambaran klinis pada individu
yang lebih muda, sementara gejala kardiovaskuler dan miopati menonjol pada pasien
yang lebih tua (Isselbacher dkk, 2012).
Menurut Tarwanto,dkk. 2012, tanda dan gejala hipertiroid dapat dilihat
berdasarkan sistem-sistem sebagai berikut :
 Sistem kardiovaskuler Meningkatnya frekuensi denyut jantung, kardiak output,
peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten,
tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10 – 15 mmHg, palpitasi, distrimia,
kemungkinan gagal jantung, edema.
 Sistem pernafasan Pernafasan cepat dan dalam, bernafas pendek, penurunan kapasitas
paru.
 Sistem Perkemihan Retensi cairan, menurunnya output urine
 Sistem gastrointestinal Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan,
penurunan berat badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adipose dan protein,
penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hipnatremia, muntah dan
kram abdomen.
 Sistem muskuloskeletal Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
tremor.
 Sistem Integumen Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak
toleran panas, keadaan rambut lurus, lembut, halus, dan mungkin terjadi kerontokan
rambut.
 Sistem Endokrin Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
 Sistem Saraf,Meningkatnya reflek tendon dalam, tremor halus, gugup, gelisah, emosi
tidak stabil seperti kecemasan, curiga, tegang, dan emosional.
 Sistem Reproduksi Amenorehae, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido,
impoten.
 Eksoftalmus Keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti mau keluar.
Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan air
di belakang mata. 12 Retensi cairan ini mendorong bola mata ke depan sehingga bola
mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat etrjadi kesulitan
dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi, atau
kelainan kornea.

Sedangkan manifestasi klinis pada hipotiroid terbagi 2 yakni:

1) Tanda dan gejala hipotiroid pada dewasa meliputi : Kelemahan, rasa cepat lelah,
keluhan mudah lupa, sensitivitas terhadap hawa dingin, kenaikan berat badan
yang tidak jelas penyebabnya, konstipasi dan tanda dan gejala miksedema yang
khas berupa penurunan stabilitas mental; kulit kasar, kering, mengelupas dan
tidak elastis; muka,tangan dan kaki yang sembab; suara parau; edema periorbital
(kelopak mata yang turun) ; rambut yang kering dan distribusinya tipis ; dan kuku
yang tebal serta rapuh (ketika penyakit berlanjut).
2) Tanda dan gejala hipotiroid pada anak meliputi : Bayi dengan kretinisme infantilis
akan memiliki berat badan dan panjang badan yang normal pada saat lahir dan
tanda-tanda khas timbul dalam tiga hingga enam bulan, secara khas bayi dengan
kretinisme tidur secara berlebihan, jarang menangis, dan terlihat tidak aktif,
kesulitan dalam pemberian makan/ASI, lidah 13 yang besar dan menonjol keluar
sehingga dapat menyumbat jalan napas, napas yang keras dan berisik lewat mulut
yang terbuka, kulit yang dingin dan bintikbintik akibat sirkulasi darah yang buruk,
dan erupsi gigi yang terlambat dan gigi yang mudah keropos (Kowalak, 2011).

D. Patofisiologi Hipotiroid dan Hipertiroid


Hipotiroidisme dapat mencerminkan malfungsi hipotalamus, hipofisis, atau kelenjar
tiroid yang semuanya merupakan bagian dalam mekanisme umpan balik negatif yang
sama. Akan tetapi, gangguan pada hipotalamus dan hipofisis jarang menyebabkan
hipotiroidisme. Hipotiroidisme primer, yang merupakan gangguan kelenjar tiroid itu
sendiri paling sering ditemukan. Tiroiditis autoimun kronis, juga disebut tiroiditis
limfositik kronis, terjadi ketika autoantibodi menghancurkan jaringan kelenjar tiroid.
Tiroiditis autoimun kronis yang disertai penyakit gondok (goiter) dinamakan tiroiditis
Hashimoto. Penyebab proses autoimun ini tidak diketahui kendati hereditas memainkan
peranan dan subtipe antigen leukosit manusia yang spesifik dikaitkan dengan risiko yang
lebih besar. Di luar kelenjar tiroid, antibodi dapat mengurangi efek hormon tiroid melalui
dua cara. Pertama, antibodi dapat menyekat reseptor TSH (thyroid-stimulating hormone)
dan mencegah produksi TSH. Kedua, antibodi antitiroid yang sitotoksik dapat menyerang
sel-sel tiroid. Tiroiditis subakut, tiroiditis tanpa rasa nyeri, dan tiroiditis pascaparfum
merupakan keadaan yang sembuh sendiri dan biasanya akan diikuti episode
hipertiroidisme. Hipotiroidisme subklinis yang tidak diobati pada dewasa kemungkinan
akan menjadi nyata dengan insidensi sebesar 5% hingga 20% per tahun.
Sedangkan hipertiroid dimna Kelenjar tiroid menyekresi prekursor hormon tiroid, T4
hormon tiroid atau triiodotironim (T3), dan kalsitonin Hormon T3 dan T4 menstimulasi
metabolisme protein, lipid, dan karbohidrat terutama melalui lintasan katabolik
Kalsitonin mengeluarkan kalsium dari dalam darah dan memasukkannya ke dalam
tulang. Biosintesis, penyimpanan, dan pelepasan hormon tiroid dikendalikan oleh poros
hipotalamus-hipofisis melalui lingkaran umpan-balik negatif. TRH (thyrotropin releasing
hormone) dari hipotalamus menstimulasi pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis. Kadar
T3 yang beredar dalam darah memberikan umpan balik negatif melalui hipotalamus
untuk menurunkan kadar TSH. Meskipun mekanisme yang pasti masih belum dipahami,
namun hipertiroidisme memiliki komponen herediter dan biasanya penyakit ini disertai
endokrinopati autoimun. Penyakit Graves merupakan gangguan autoimun yang ditandai
oleh produksi autoantibodi yang akan menempel pada reseptor TSH dalam kelenjar tiroid
dan 18 kemudian menstimulasi reseptor tersebut. Goiter (gondok) merupakan
pembesaran tiroid yang bisa terjadi karena peningkatan stimulasi atau sebagai respons
terhadap peningkatan kebutuhan metabolik. Keadaan yang terakhir terjadi di kawasan
dunia yang menderita defisiensi youdium, di sini insidensi goiter mengalami peningkatan
selama usia pubertas (masa ketika terjadi peningkatan kebutuhan metabolik). Goiter ini
sering mengalami regresi kembali ke ukuran normal setelah usia pubertas dilewati pada
laki-laki, tetapi tidak pada wanita. Penyebab goiter sporadik di kawasan yang tidak
kekurangan yodium tidak diketahui. Goiter endemik serta sporadik bersifat nontoksik dan
bisa difus atau noduler. Goiter toksik dapat uninoduler atau multinoduler dan bisa
menyekresikan hormon tiroid secara berlebihan. Tumor pituitary dengan sel yang bersifat
memproduksi TSH jarang terjadi, karena penyakit hipotalamus dapat menyebabkan
kelebihan TRH.

E. Pemeriksaan penunjang/laboratorium
Diagnosis hipotiroid didasarkan pada pemeriksaan radioimmunoassay yang
memperlihatkan kadar dan yang rendah, peningkatan kadar TSH bila penyebabnya
gangguan tiroid, pemeriksaan faal tiroid yang membedakan antara hipotiroid primer,
hipotiroid sekunder, hipotiroid tertier dan euthyroid sick syndrome, kenaikan kadar
kolesterol, trigliserida, dan alkali fosfatase dalam serum darah, anemia normositik
normokromik, dan kadar natrium serum yang rendah, penurunan pH, dan peningkatan
tekanan parsial karbon dioksida yang menunjukkan asidosis respiratorik (koma miksedema).
Atau bisa di cek dengan:
Pemeriksaan kadar T3 dan T4.
Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan
TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun)
Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat
tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul.
Sedangkan penegakan diagnosis hipertiroid biasanya dilakukan secara langsung.
Penegakan diagnosis ini bergantung pada hasil anamnesis riwayat klinis dan pemeriksaan
fisik yang harus dilakukan dengan cermat, tingkat kecurigaan yang tinggi serta
pengukuran hormon secara rutin. Tes yang dapat memastikan adanya gangguan
hipertiroid antara lain :
1. Pemeriksaaan laboratorium
Serum T3,terjadi peningkatan (N:70-250 ng/dl atau 1,2-3,4 SI unit)
Serum T4,tehrjadi peningkatan (N:4-12 mcg/dl atau 51-154 SI unit)
In deks T4 bebas,meningkat (N:0,8-2,4 ng/dl atau 10-31 SI unit)
T3RU meningkat (N:24-34%)
TRH stimulation test,menurun atau tidak ada respon TSH
Tiroid antibodi antiglobulin antibodi (TSH-Rab), terjadi peningkatan pada
penyakit graves
2. Test penunjang lainnya
CT Scan tiroid
Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI)
diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar
tiroid.normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan
setelah 24 jam.pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
USG,untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa
atau nodule.
ECG untuk menilai kerja jantung,mengetahui adanya takhikardia,atrial fibrilasi
dan perubahan gelombang P dan T (Tarwoto,dkk.2012)

F. Penatalaksanaan Hipotiroid dan Hipertiroid


1) Penatalaksaan hipotiroid pada dewasa
Penatalaksanaan hipotiroid pada dewasa dapat dilakukan dengan cara yaitu, terapi
sulih hormon tiroid secara bertahap dengan preparat sintetik dan kadang-kadang
dengan dan pembedahan eksisi, kemoterapi, atau radiasi jika terdapat tumor kelenjar
tiroid.
2) Penatalaksanaan Hipotiroid pada anak
Deteksi dini harus dilakukan untuk mencegah retardasi mental yang ireversibel dan
memungkinkan perkembangan fisik yang normal. Penanganan meliputi pemberian
levotiroksin oral (Synthroid), yang dimulai dengan dosis sedang dan secara bertahap
dinaikkan hingga mencapai dosis yang cukup untuk rumatan seumur hidup (peningkatan
dosis yang cepat dapat menimbulkan tirotoksisitas), pasien anak memerlukan dosis yang
lebih tinggi menurut proporsi tubuhnya jika dibandingkan dengan pasien dewasa karena
anak-anak memetabolisasi hormon tiroid lebih cepat (bayi yang berusia kurang dari satu
tahun) (Kowalak, 2011)
Pengobatan hipertiroidime harus diarahkan pada penurunan sekresi hormon tiroid dan jika
memungkinkan mengumpulkan efek toksis yang dihasilkan oleh kadar yang tinggi dalam
sirkulasi.
Pengobatan jangka panjang dengan obat-obatan antitiroid seperti propiltiourasil atau
metimazol. Obat-obatan ini menyekat sintesis dan pelepasan tiroksi (Hall, 2014). Gejala
klinis biasanya berkurang setelah 1-2 minggu dan kelainan laboratatorium menjadi
normal setelah 4-6 minggu. Perlu pemantauan , , TSH dan BMR. Bila rendah, perlu
diperiksa TSH untuk menilai adanya pengobatan yang (over treatment). Dosis PTU
diturunkan sesuai dengan hasil pemantauan klinis dan laboratorium. Pada 30%-40%
penderita, terjadi remisi setelah 2-3 tahun. Bila pengobatan dihentikan, tidak terjadi
hipertiroid (Naga, 2012).
Penyekatan beta seperti propanolol diberikan bersamaan dengan obat-obatan
antitiroid. Manifestasi klinis hipertiroid adalah akibat dari pengaktifan simpatis
yang dirangsang oleh hormon tiroid, maka manifestasi klinis tersebut akan
berkurang dengan pemberian penyekat beta. Penyekat beta menurunkan
takikardia, kegelisahan, dan keringat yang berlebihan. Propanolol juga
menghambat perubahan tiroksin perifer menjadi triyodotironin (Chandrasoma dan
Clive, 2005).
Pembedahan tiroidektomi subtotal sesudah terapi.
Pengobatan dengan yodium radioaktif (RAI). Pengobatan dengan RAI
dilakukan pada kebanyakan pasien dewasa dengan penyakit Graves tapi biasanya
merupakan kontraindikasi pembedahan, maka harus dipertimbangkan untuk anak-
anak dan wanita hamil( Price dan Wilson, 2005).
Dasar Pengetahuan Keperawatan :

Tentang “Asuhan Keperawatan pada klien Ny. N dengan Hipertiroid di Unit Pelayanan
Fungsional Dalam Wanita Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak.” Studi kasus ini
dilaksanakan selama tiga hari perawatan yaitu dimulai dari tanggal 12 Mei sampai 14 Mei 2014.
Dalam penyusunan laporan hasil studi kasus ini penulis menggunakan metode pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.

A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian ini, penulis menggunakan data primer yang berupa data langsung
dari klien dan data sekunder yang diperoleh dari keluarga dan perawat ruangan dimana
klien dirawat yaitu Unit Pelayaan Fungsional Dalam wanita. Adapun cara pengumpulan
data dengan menggunakan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, catatan
medis, dan pemeriksaan penunjang.
1. Identitas Klien
Klien berinisial Ny. Y, berumur 26 tahun, beragama Islam, bangsa / suku adalah WNI
/ melayu, pendidikan terakhir SD, pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga, status
perkawinan sudah menikah, alamat di Jl. Dusun Mega Jaya Pontianak, dengan
diagnosa medis hipertiroid.
2. Keluhan Utama
Sesak (+), badan sebelah kanan terasa lemah (+), sakit sudah 4 hari
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan pusing kepala pada saat mau ke WC, mata terasa berputar-putar
dan pandangan gelap. Badan terasa panas, S : 38,3oC
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan bahwa tidak pernah mengalami penyakit DM, Hemoroid dan
penyakit hipertensi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada saat di data klien dan keluarga tidak pernah mengalami penyakit yang sering
yaitu demam dan batuk biasa.
6. Keadaan lingkungan yang Mempengaruhii timbulnya Penyakit
Lingkungan rumah klien sangat bersih, perkarangan rumah dimanfaatkan untuk
bercocok tanam.
7. Pola Kesehatan
Pola persepsi dan tata tertib laksana kesehatan
Klien biasanya minum the setiap pagi dan klien jarang berolahraga
Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum sakit Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan komposisi
nasi, lauk, dan sayur. Klien biasanya menghabiskan 1 porsi makanan yang
disediakan.nafsu makan baik dan minum 6 – 8 gelas perhari. Saat sakit Klien
mengatakan makan 1 kali sehari dan menghabiskan 3 sendok makan dari
porsi makanan yang disediakan di rumah sakit dan minum klien hanya bisa
menghabiskan 2-3 gelas sehari.
Pola Eliminasi
Sebelum sakit Klien mengatakan BAK lancar tidk ada rasa sakit 4 – 5 x
sehari berwarna kuning pekat dan BAB 2 x / hari dengan kosisten lunak.
Saat Sakit Klien mengatakan BAK 2-3 x/hari, selama di rumah sakit klien
tidak ada BAB.
Pola aktivitas dan kebersihan diri
Sebelum sakit klien mengatakan beraktivitas secara mandiri dan mandi 2 – 3
x sehari dengan menggunakan sabun dan shampoo, menggosok gigi 2x
sehari dengan menggunakan pasta gigi. Saat sakit, klien mengatakan mandi
hanya di lap – lap saja oleh keluarga dank lien beraktivitas dibantu perawat
dan keluarga.
Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit, klien mengatakan tidur malam 6 – 7 jam/hari dan tidur siang
1 – 2 jam/hari. Saat sakit klien mengatakan tidur siang lebih dari 2 jam tetapi
sering terbangun.
Pola Kognitif dan Persepsi Sensori
Klien sehari – hari menggunakan bahasa melayu. Dapat mengikuti instruksi
perawat / dokter dengan baik.
Pola Konsep Diri
Gambaran diri klien menyukai seluruh anggota tubuhnya. Ideal diri yaitu
klien ingin cepat sembuh dan ingin pulang. Harga diri yaitu klien menerima
penyakit yang dideritanya. Sedangkan peran diri adalah klien seorang ibu
dari satu anak.
Pola Hubungan Peran
Hubungan klien dengan keluarga serta tetangganya harmonis, komunikai
klien dengan perawat/dokter dapat berkomunikasi dengan baik.
Pola Fungsi Seksual
Klien mengatakan tidak mengalami masalah dalam fungsi seksual
Pola Mekanisme Koping
Klien orangnya ceria, mudah bergaul dan klien dengan keluarganya sangat
baik, klien memecahkan masalahnya dengan membicarakn pada kelurganya.
Pola Nilai Kepercayaan

Sebelum sakit :klienmengatakan dirinya beragama Islam dan berada di


rumahnya klien beraktivitas dan melakukan ibadah sembahyang, Saat sakit :
Klien mengatakan di rumah sakit hanya dapat berdoa dalam hati saja.

8. Pemeriksaan Fisik

a. Status Kesehatan Umum

1) Keadaan umum : Lemah


2) Kesadaran : composmetis
3) Nilai GCS 15
E:4 (membuka mata dengan spontan) M:6 (menurut sesuai perintah)
V:5 (tepat menjawab/ orientasi penuh)
4) Tanda – tanda vital
Suhu : 38,3 oC
Nadi : 88 x/mnt
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Pernafasan : 24 x /mnt
Tinggi Badan : 120/70 cm
Berat badan sebelum sakit : 48 Kg
Berat badan saat sakit : 45 Kg
b. Sistem Pernapasan
Inspeksi : bentuk hidung simetris, membran mukosa berwarna merah muda, tidak
terdapat sekret, pengembangan dada simetris, frekuensi nafas 24x/menit.

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada isnus maksilaris dan frontalis ekspansi
dinding dada kiri dan kanan sama.

c. Sistem Kardiovaskular

Inspeksi : tidak terlihat getar jantung

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : tidak terdengar suara pekak

Auskultasi : terdengar suara S1 dan S2 (lub – dub) irama reguler

d. Sistem Persyarafan

Syaraf olfaktorius : klien dapat membedakan bau – bauan dengan baik

Syaraf optkus : penglihatan klien normal

Syaraf okulanotorius : gerakan bola mata normal

Syaraf trochlearis : klien dapat menelan minum dengan baik

Syaraf abdusen : gerakan bola mata kiri dan kanan normal

Bracialis : klien dapat melakukan perintah dengan baik seperti mengerutkan dahi

Kustikus : tidak ada masalah dengan pendengaran

Sofarigus : dapat membedakan berbagai macam rasa seperti manis atau pahit

Esorius : kontraksi otot leher dan bahu normal

Oglosus : pergerakan lidah normal

e. Sistem Pencernaan

Inspeksi : bentuk mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak terdapat lesi atau
stomatitis, lidah bewarna merah muda

Auskultasi : gerakan peristaltik usus normal

Palpasi : terdapat nyeri tekan

Perkusi : bunyi normal (timpani)

f. Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi : tidak ada odema pada bagian kiri terpasang infus RL 20tpm

Palpasi : tidak ada nyeri tekan kekuatan otot

Perkusi : tidak ada nyeri tekan

g. Sistem Perkemihan

Alat genitalia bersih, urine bewarna kuning, ada nyeri tekan dan tidak ada keluhan
saat BAK.

h. Sistem integumen

Warna kulit sawo matang, turgor tidak baik, kulit bersih, tidak ada penyakit kulit,
tekstur kulit elastis.

i. Sistem endokrin

Inspeksi : pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfa

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

j. Sistem Reproduksi

Tidak terkaji berhubungan dengan privasi klien

k. Sistem imunitas tidak terkaji

9. Data Penunjang

Laboratorium :
Hb : 11,8 g/dl

Leukosit : 5200 set/mm3

Eritrosit : 4,1 juta/mm3

Kolesterol total 208 mg/dl

10. Terapi

Tanggal 12 – 05 – 2014

- Inj ceftriaxsone 2 x 1 g/ IV /12 jam

- Inj Ranitidine 25 mg, 3 x 1 / IV / 8


jam

Tanggal 13 – 05 – 2014

- Inj ceftriaxsone 2 x 1 g / IV /12jam

- Inj Ranitidine 25mg, 3 x 1/IV/8jam

Tanggal 14 – 05 – 2014

- IUFD RL 20 tpm + keterolac 3mg

+ Ranitidine 25 mg + Tramadol

4mg

Analisa Data
NO Sympt Etiologi Problem
om
1 DS : Klien mengatakan badan Proses jalannya Hipertermi
terasa panas penyakit
DO: - Klien tampak lemah
- S:38 ,3oC
- Mukosa bibir kering

2 DS: Klien mengatakan makan 1 x/ Anoreksia Ketidakseimbanga


hari pada saat pagi hari dengan 3 n nutrisi kurang
sendok dari porsi makanan yang dari kebutuhan
disediakan tubuh
DO:- klien tampak lemah
3 DS: Klien mengatakan selama di Kelemahan Intoleransi
rumah sakit klien hanya berbaring Fisik Aktivitas
lemas di tempat tidur.
DO: Klien tampak lemah
Aktivitas klien dibantu oleh
keluarga Skala aktivitas 3
4 DS:Klien mengatakan tidak Kurang Kurang
mengetahui tentang penyakit yang terpaparnya pengetahuan
dideritanya informasi
DO: Klien tampak bertanya - tanya tentang
penyakit
B. Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian dan analisa data, maka tahap selanjutnya adalah perumusan
diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Ny. N adalah
sebagai berikut:

1.Hipertemi b/d proses jalannya penyakit

2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

3.Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik

4.Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi tentang penyakit.

C. Perencanaan/Intervensi

Pada tahap ini dirumuskan tujuan dan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa

keperawatan yang ada adalah sebagai berikut:

No Dx Tujuan dan Intervensi Rasional


keperawat Kriteria
an Hasil
1. Hipertemi Setelah dilakukan Berikan Dapat membantu penurunan
b/ d 1. tindakan kompres panas yang dialami klien
proses keperawatan 3 x 24 air hangat Kondisi tubuh yang lembab
jalannya jam suhu tubuh 2. sesuai memicu pertumbuhan jamur
penyakit kembali normal kebutuhan Membantu
dengan KH: Anjurkan menjaga suhu tubuh klien
Tidak ada tanda – klien agar dalam keadaan normal
1. tanda infeksi menggunakan Membantu menurunkan suku
Mukosa bibir . baju yang tubuh
2. lembab dapat
S:37oC menyebabkan
3. 3.
keringat
4. Pertahan
kan
lingkung
an yang
sejuk
Kolaborasi
dengan tim
medis
dalam
pemberian
obat
2 Ketidaksei Setelah di lakukan 1. Awasi Untuk menghindari mual
mb angan tindakan pemasukan 1. muntah Meningkatkan nafsu
nutrisi keperawatan 2. diet makan Meningkatkan
kurang selama 3x24 jam di Anjurkan pengetahuan klien tentang
dari harapkan nutrisi klien nutrisi
kebutuhan klien tercukupi 3. makan sedikit
tubuh dengan KH: tapi sering Memberikan terapi yang
Porsi makan Berikan Ht tepat bagi klien
kembali normal 4. tentang
1.Bb normal pentingnya
Tidak nutrisi bagi
2.menunjukkan tanda tubuh
3.– tanda malnutrisi Kolaborasi
dengan 4. tim
medis dalam
pemberian
obat
3. Intoleran Setelah dilakukan 1. Observasi 1.mengetahui keadaan umum
si tindakan TTV klien 2.Meningkatkan asa
aktivitas keperawatan percaya diri klien dan
b/d selama 3x24 jam 2. minimalkan resiko dekubitus
kelemah diharapkan klien Bantu dan 3.Perubahan posisi
an fisik dapat melakukan latih klien menurunkan resiko
aktivitas dengan untuk komplikasi akut
KH: 3. melakukan
- Klien dapat aktivitas / 4.Memberikan rasa percaya
melakukan aktifitas gerakan diri dan memberikan
sendirian 4. Atur posis semangat agar klien cepat
secara sembuh
periodik,
sesuai
kondisi
klien
Memaham
i klien
untuk
melakukan
latihan
4 Kurangn Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat Untuk mengetahui
ya tindakan pengetahuan keluarga
pengetah keperawatan 3x24 peng Agar keluarga klien mengerti
uan b/d jam keluarga klien etah tentang penyakit thypoid
kurang mulai mengerti 2. uan
terpaparn tentang penyakit kelu
ya Hipertiroid dengan arga
informasi 2.
tentang Memberi
penyakit. kan
penyuluha
n
kesehatan
tentang

D. Pelaksanaan/Implementasi

N Dx keperawatan Tanggal/jam Implementasi paraf


O

1 Hipertemi b/d 12-5-2014 D : Klien mengatakan badan


proses jalannya terasa panas
penyakit A:- Memberikan kompres
hangat sesuai kebutuhan.
- menganjurkan klien
menggunakan baju yang dapat
menyerap keringat.
- Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat
R: - Klien tampak lemah
Ketidakseimbanga - Klien merasa tubuhnya panas
n nutrisi kurang - S: 38,3oC
dari kebutuhan
tubuh b/d anoreksia
D: Klien mengatakan makan 1
x/ hari pada saat pagi hari
dengan 3 sendok dari porsi
makanan yang disediakan
A: - mengawasi pemasukan
diet
- menganjurkan klien makan
sedikit tapi sering
Intoleransi aktivitas - memberikan HE tentang
b/d kelemahan pentingnya nutrisi bagi tubuh
fisik - mengkolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian obat
R: Klien tampak lemah
- Klien hanya menghabiskan ¼
dari porsi makanan

D: Klien mengatakan tidak


bisa melakukan aktivitasnya
sendiri
A: - mengkaji skala aktifitas
Kurangnya - Membantu klien melakukan
pengetahuan b/d aktifitas
kurang terpaparnya - Mendekatkan barang yang
informasi tentang diperlukan klien
penyakit. R: - Skala aktivitas 3
- Aktivitas klien dibantu

Keluarga
- Klien hanya baring ditempat
tidur
D:Klien mengatakan tidak
mengetahui tentang
penyakit yang dideritanya
A: - kaji tingkat
pengetahuan klien
- Memberikan penyuluhan
kesehatan tentang
hipertiroid R: -klien masih
bingung
- Keluarga Klien masih
belum mengerti tentang
proses penyakit klien
2 Hipertemi b/d 13-5-2014 D : Klien mengatakan badan
proses jalannya terasa panas
penyakit A:- berikan kompres hangat
sesuai kebutuhan.
- Anjurkan klien menggunakan
baju yang dapat menyerap
keringat.
- Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat
R: - Klien tampak lemah
Ketidakseimbanga - Klien merasa tubuhnya tidak
n nutrisi kurang panas lagi
dari kebutuhan - S: 37oC
tubuh b/d anoreksia
D: Klien mengatakan
menghabiskan ¼ dari porsi
makanan yang disediakan
A: - Anjurkan klien makan
sedikit tapi sering
- Berikan HE tentang
Intoleransi aktivitas pentingnya nutrisi bagi tubuh
b/d kelemahan - Kolaborasi dengan tim medis
fisik dalam pemberian obat
R: - Klien tampak
menghabiskan ½ dari porsi
makanan
- Klien tampak kooperatif

D: Klien mengatakan tidak


bisa melakukan aktivitasnya
sendiri
Kurangnya A: - mengkaji skala aktifitas
pengetahuan b/d - Membantu klien melakukan
kurang terpaparnya aktifitas
informasi tentang - Mendekatkan barang yang
penyakit. diperlukan klien
R: - Skala aktivitas 2
- Klien sudah dapat duduk dan
mandi tapi dibantu keluarga
D:Klien mengatakan sudah
mengetahui tentang penyakit
yang dideritanya
A: - kaji tingkat
pengetahuan klien
- Memberikan penyuluhan
kesehatan tentang
hipertiroid R: -klien tampak
mengerti tentang penyakit
hipertiroid
- Keluarga Klien sudah
mengerti tentang proses
penyakit klien dan
pengobatannya
3 Ketidakseimbanga 14-5-2014 D: Klien mengatakan
n nutrisi kurang menghabiskan ½ dari porsi
dari kebutuhan makanan yang disediakan
tubuh b/d anoreksia A: - Anjurkan klien makan
sedikit tapi sering
- Berikan HE tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh
- Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat
R: - Klien tampak
menghabiskan 1 dari porsi
Intoleransi aktivitas makanan
b/d kelemahan - Klien tampak kooperatif
fisik

D: Klien mengatakan tidak


bisa melakukan aktivitasnya
sendiri
A: - mengkaji skala aktifitas
- Membantu klien melakukan
aktifitas
- Mendekatkan barang yang
diperlukan klien
R: - Skala aktivitas 1
- Klien sudah dapat duduk dan
mandi secara mandiri

E. Evaluasi

No Dx keperawatan Tanggal/ Evaluasi Para


f
jam
1 Hipertemi b/d 12-5-2014 S : Klien mengatakan
proses jalannya badan terasa panas
penyakit O: - Klien tampak lemah
- S:38 ,3oC
- Mukosa bibir kering
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1,2,3,4 I: - berikan kompres
hangat sesuai kebutuhan.
menganjurkan klien
menggunakan baju yang dapat
menyerap keringat.
- Pertahankan linkungan yang
Ketidakseimbanga sejuk
n nutrisi kurang - Kolaborasi dengan tim medis
dari kebutuhan dalam pemberian obat
tubuh b/d anoreksia E: -Klien tampak lemah
- Klien merasa tubuhnya panas
- S: 38,3oC

S: Klien mengatakan tidak nafsu


makan
O:- klien tampak lemah
Intoleransi aktivitas - Klien tampak menghabiskan ¼
b/d kelemahan dari porsi makanan yang
fisik disediakan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
I: -Awasi pemasukan diet
- Anjurkan klien makan sedikit
tapi sering
- Berikan HE tentang pentingnya
nutrisi bagi tubuh
- Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat
Kurangnya
pengetahuan b/d
kurang terpaparnya S: Klien mengatakan selama di
informasi tentang rumah sakit klien hanya berbaring
penyakit. lemas di tempat tidur.
O: -Klien tampak lemah
- Aktivitas klien dibantu oleh
keluarga
- Skala aktivitas 3
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,
I: - mengkaji skala aktifitas
Membantu klien melakukan
aktifitas
Mendekatkan barang yang
diperlukan klien
E: - Skala aktivitas 3
- Aktivitas klien dibantu
keluarga
Klien hanya baring ditempat
tidur

S:Klien mengatakan tidak


mengetahui tentang penyakit
yang dideritanya
O: Klien tampak bertanya – tanya
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 1,dan 2
I: - kaji tingkat pengetahuan
klien
- Memberikan penyuluhan
kesehatan tentang hipertiroid
E:- klien masih bingung
- Keluarga klien masih belum
mengerti tentang proses penyakit
klien
Hipertemi b/d proses 13-5-2014 S : Klien mengatakan badan terasa
jalannya penyakit panas
O: - Klien tampak lemah
- S:37 oC
Ketidakseimbanga n - Mukosa bibir
nutrisi kurang dari lembab A: Masalah
kebutuhan tubuh b/d teratasi
anoreksia P: Intervensi dihentikan
-
S: Klien mengatakan sudah nafsu
Intoleransi aktivitas
makan
b/d kelemahan fisik O:- klien tampak lemah
Klien tampak menghabiskan ½ dari
porsi makanan yang disediakan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4

S: Klien mengatakan sudah dapat


Kurangnya duduk dan mandi tapi masih
pengetahuan b/d dibantu oleh keluarga.
kurang terpaparnya O: -Klien tampak lemah
informasi tentang - Aktivitas klien dibantu
penyakit. oleh keluarga
- Skala aktivitas 2
A: Masalah teratasi sebagian P:
Intervensi dilanjutkan 1,2,3

S:Klien mengatakan sudah


mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya
O: Klien tidak bertanya – tanya
lagi
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan.
Ketidakseimbanga n 14-5-2014 S: Klien mengatakan sudah nafsu
nutrisi kurang dari makan
kebutuhan tubuh b/d - O:- klien tampak segar
anoreksia Klien tampak menghabiskan 1 dari
porsi makanan yang disediakan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Intoleransi aktivitas
b/d kelemahan fisik
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOTIROID

1. Pengkajian
a) Identitas klien
Nama                           : Ny.S
Umur                           : 35 tahun
Jenis kelamin               : perempuan
Agama                         : Islam
Suku / Bangsa             : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan       : Kawin
Pendidikan Terakhir    : SMP
Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga
  Alamat                         : Surabaya
No. RM                       : 1201008
Tanggal masuk RS : Selasa, 3 Oktober 2017

b) Identitas Penanggung jawab


Nama                           : Tn. Y
Umur                           : 37 tahun
Jenis kelamin              : Laki - Laki
Pendidikan Terakhir    : SMP
Pekerjaan                     : Wiraswasta
Alamat                         : Surabaya
Hubungan                    : Suami Pasien

c) Kasus
Ny.S umur 35 tahun datang ke UGD diantar keluarga dengan kendaraan pribadi pada
pukul 15.00, dalam kondisi kesadaran baik. Pasien mengatakan sesak nafas, pasien
mengatakan seperti terasa ada Pembengkakan  dan rasa nyeri pada leher, Sulit menelan
sehingga tidak nafsu makan, suara parau, pasien mengatakan merasa capek/lelah, terlihat
kuku menebal, Kulit kering, pecah-pecah. pasien mengatakan keluarganya tidak mempunyai
riwayat penyakit yang sama.  TD : 110/80 mmHg, RR : 28 x/ mnt, HR : 90x/mnt, T :
36.9°C. BB sebelum sakit : 50, BB selama sakit : 45, TB : 155
d) Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas, ada Pembengkakan  dan rasa nyeri pada leher, Sulit
menelan, tidak nafsu makan dan suara parau, kuku menbal, kulit kering dan pecah-pecah.
e) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang diantar oleh suaminya pada tanggal 3 oktober 2017 di Rumah Sakit dengan
keluhan Sesak nafas, terasa ada pembengkakan  dan rasa nyeri pada leher, Sulit menelan
sehingga membuat klien tidak nafsu makan serta suara parau. Untuk mengatasi sakitnya
klien tidak berani minum obat-obatan, klien hanya mengatur posisi agr tidak semakin
sesak dan minum air putih hangat sebelum diantar ke rumah sakit oleh suaminya.
Suaminya mengatakan bahwasanya klien dulu pernah sakit pada lehernya dan berobat
serta mendapatkan obat, setelah itu sembuh dan klien tidak mengira bahwa penyakitnya
akan kambuh dan semakin parah. Hingga akhirnya klien takut dan meminta suami untuk
mengantar ke rumah sakit
f) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah melakukan pengobatan 2 tahun lalu dengan keluhan terdapat
benjolan di leher depan dan nyeri saat ditekan.
g) Riwayat Kesehataan Keluaarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami atau menderita
penyakit yang sama dengan klien dan tidak mengalami penyakit keturunan.
2. Kebiasaan hidup sehari-hari :                        
a) Pola makan
Mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, klien tidak suka makanan asin
dan nafsu makan menurun
b) Pola tidur
Pasien sering tidur larut malam/lembur untuk pekerjannya di pasar keesokan harinya.
c) Pola aktivitas
Pasien terlalu memforsir pekerjaan berharap pekerjaan cepat segera terselesaikan
sehingga sering mengeluh kelelahan
3. Pemeriksaan fisik :
a) Sistem intergument : kulit kering dan pecah-pecah, pertumbuhan kuku buruk, kuku
menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan pertumbuhannya rontok.
b) Sistem pulmonary : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia
c) Sistem kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi
terhadap aktifitas menurun.
d) Metabolik : penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap
dingin.
e) Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.
f) Sistem neurologi  : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata,
perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, penurunan refleks tendom.
g) Gastrointestinal : anoreksia, obstipasi, distensi abdomen.
Psikologis dan emosional : Depresi, paranoid, menarik diri/kurang percaya diri.

4. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan kadar T3 dan T4


b. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan
TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal)
c. Pemeriksaan USG :
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat tentang ukuran dan
bentuk kelenjar tiroid dan nodul h.

5. Analisis Data

NO Hari/ Data Fokus Problem Etiologi


Tanggal
1 Selasa, 3 DS : Ketidakefektifaan penurunan
oktober ·     Pasien pola nafas tenaga/kelelahan,ekspansi
2017 mengatakansesak nafas paru yang  menurun,
·     Pembengkakan  dan dispnea
rasa nyeri pada leher
·     bradikardi,disritmia,
pembesaran jantung
·     RR : 28x/menit
DO :
·     Pasien terlihat sesak
nafas, dan suara parau
RR :
·     Jalan nafas tidak
efektif
2 Selasa, 3 DS : Perubahan nutrisi penurunan kebutuhan
oktober          Sulit menelan kurang dari metabolisme,dan napsu
2017          Pembengkakan  dan kebutuhan tubuh. makan yang  menurun.
rasa nyeri pada leher,
Pasien mengatakan
mengkonsumsi makanan
yang kadar yodiumnya
rendah, dan nafsu makan
menurun, tidak suka
makanan asinan
Do :
          Pasien nampak gelisah
         Pasien tidak nafsu
makan
      IMT sebelum sakit
IMT = 50 : (155) ² m
            50 : 2,5 m
 = 22,2
IMT selama sakit
IMT = 45 : 2,5 m
                    = 18
3 Selasa, 3 DS : Intoleran kelemahan umum
oktober          Rasa mengatakan aktivitas (penyakit hipotiroid)
2017 capek/lelah
         Pasien mengatakan
intoleran terhadap dingin
         Pasien mengatakan
nyeri pada otot
DO :
·     Klien kelihatan lemas
·     Aktifitasnya di bantu
keluarga

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS MASALAH)


a) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan penurunan tenaga/ kelelahan, ekspansi paru
yang  menurun, dispnea.
RR : 28x/menit
Data yang didapat : hipoventilasi, dispenia, efusi pleural
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan  penurunan kebutuhan
metabolisme, dan nafsu makan yang  menurun, dan pasien kesulitan untuk menelan.
Data yang didapat : anoreksia, obtipasi, distensi abdomen, kulit kering dan pecah-pecah,
pertumbuhan kuku buruk, serta kuku menebal.
A = suhu : 36,6ºC, BB : 50, LILA :
B = kesadaran komposmentis, pasien terlihat lemas
C = Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien. TERLAMPIR
D = tinggi yodium,
IMT = Berat badan : Tinggi badan²
IMT sebelum sakit
IMT = 50 : (155) ² m
            50 : 2,5 m  = 22,2
IMT selama sakit
IMT = 45 : 2,5 m = 18

KLASIFIKASI IMT (kg/m2)

BB kurang < 18,5


BB normal 18,5 – 22,9
BB lebih 23
- Preobesitas 23 – 24,5
- Obesitas I 25 – 29,9
- Obesitas II > 30

c) Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (penyakit hipotiroidisme)

7. INTERVENSI

NO Tujuan (NOC) Tindakan (NIC) TTD


1 Setelah dilakukan tindakan NIC 1: Manajemen  Jalan Napas Ttd
keperawatan selama 3x24 jam ·    Pantau tanda – tanda vital pasien
masalah Ketidak efektifan Pola setiap 4 jam
Nafas  teratasi dengan KH: ·    Anjurkan pasien untuk posisi yang
NOC 4 : Status Pernapasan lebih nyaman, misalnya :posisi
·    pasien mengatakaan sesak nafasnya semifowler (Peninggian kepala
berkurang tempat tidur, posisi setengah
·    terapi O2 pasien sudah menurun duduk)
O2 : 5 liter menjadi 3 liter ·    Pasang alat bantu pernafasan
·    Berikan terapi O2 : 5 liter
·    Kolaborasi dengan tim medis untuk
terapi obat
2 Setelah dilakukan tindakan NIC : Bantuan perawatan-Diri : Ttd
keperawatan selama 3x24 jam Makan
masalah Nutrisi Kurang dari ·    Bantu pasien untuk mencoba
Kebutuhan teratasi dengan KH : menelan makanan
NOC 3 : Status Gizi ·    Berikan pasien makanan yang
·    Pasien mengatakan sudah bisa mudah di telan/di cerna
menelan dan tidak sakit ·    Lakukan pemeriksaan TTV
·    Pasien tidak menggunakan alat NIC : Pemantauan Nutrisi
bantu makan (NGT) ·         Berikan makanan pasien
NOC 4 : Status Gizi : Asupan yang mudah di cerna
makanan dan cairan ·         Pemeriksaan USG :
·    Pasien mengatakan nafsu untuk -          Pemeriksaan ini bertujuan
makan untuk memberikan informasi yang
·    Pasien nampak menghabiskan 1 tepat tentang ukuran dan bentuk
porsi makan siangnya kelenjar tiroid dan nodul h.
·    Jika sudah tidak dapat menelan
Pasang NGT pada pasien
·    Berikan terapi infus RL untuk
menjaga keseimbangan cairan
elektrolit pasien
·         Ajarkan keluarga untuk
memeberi makan lewat NGT
·         Kolaborasi dengan dokter
tentang diit yang cocok untuk
pasien
·         Kolaborasikan dengan ahli
gizi tetntang makanan pasien

3 Setelah dilakukan tindakan NIC 1 : Manajemen energi Ttd


keperawatan selama 3x24 ·    Ajarkan pasien untuk
jammasalah Intoleransi beraktivitas secara bertahap
Aktivitasteratasi dengan KH: ·    Anjurkan pasien untuk makan
NOC 1 : perawatan diri : Aktifitas terlebih dahulu saat akan
kehidupan sehari-hari beraktivitas
·    Pasien mengatakan aktifitas ·    Monitor TTV
sehari – sudah tidak di bantu ·    Kolaborasikan dengan tim
keluarga medis lain untuk terapi pasien
NOC 1 : Toleransi Aktifitas NIC 9 : Bantuan Perawatan-Diri
·    Pasien mengatakan sudah tidak ·         Ajarkan pasien untuk
sesak saat beraktifitas melakukan aktivitas sehari-hari
sendiri

8. IMPLEMENTASI
NO Hari/ Tanggal/ Jam Tindakan Respon Hasil TTD
1 Selasa, 3 Oktober TTV DS : pasien mengatakan mau
2017 di TTV
08.00 DO : TD : 110/80 mmHg, RR
: 28 x/ m, HR : 90x/m, T :
36.9°C
Berikan terapi O2

09.00 DS : pasien mengatakansesak


nafas
DO : terlihat pasien
menggunakan alat bantu
Bantu pasien untuk
pernafasan
09.50 mencoba menelan
O2 : 5 liter
makanan

DS : pasien mengatakan sulit


Ajarkan pasien untuk menelan
10.30 beraktivitas secara DO : terlihat pasien menahan
bertahap rasa sakit di leher

DS : Pasien mengatakancepat
Anjurkan pasien untuk lelah jika beraktifitas
11.15 posisi yang lebih DO : Klien
nyaman, kelihatan lelah,lemas, dan
misalnya : posisi mengatakan nyeri pada
semifowler (Peninggian ototnya
kepala tempat
tidur, posisi setengah
duduk)
11.50 DS : pasien mengatakan
Pasang NGT pada peninggian kepala tempat
pasien tidur membuat lebih mudah
untuk benapas.
DO : terlihat pasien lebih
12.50 nyaman
·    Kolaborasikan dengan
tim medis lain
Lakukan pemeriksaan
        

laboratorium
DS : pasien mengatakansulit
menelan dan sulit untuk
makan
DO : terlihat pasienterpasang
NGT

DS : -
DO : Pemeriksaan TSH (pada
klien dengan hipotiroidisme
primer akan terjadi
peningkatan TSH serum,
sedangkan pada yang
sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal) :
Kadar TSHpada pasien
tersebut yaitu <0 i=""
ml="">

2 Rabu, 4 Oktober TTV DS : pasien mengatakan mau


2017 di TTV
14.00 DO : TD : 120/80 mmHg, RR
: 28 x/ m, HR : 85 x/m, T :
37°C
14.30 Pantai terapi O2

DS : Pasien mengatakansesak
nafasnya sudah mendingan
DO : terapi O2 di turunkan
17.00 Berikan makanan menjadi : 3 liter
pasien yang mudah di
cerna (susu) DS : -
18.10 Anjurkan pasien untuk DO : -
makan terlebih dahulu
saat akan beraktivitas DS : -
DO : terlihat
pasienmelakukan aktivitasnya
sendiri
3 Kamis, 5 Oktober TTV DS : pasien mengatakan mau
2017 di TTV
08.00 DO : TD : 120/90 mmHg, RR
: 18 x/ m, HR : 74 x/m, T :
10.00 Memantau pola nafas 37,2°C
pasien
DS : pasien mengatakansesak
nafasnya sudah mendingan
DO : terlihat pasien tidak 
11.30 Mengajarkan keluarga menggunakan alat bantu
pasien untuk pernafasan
memberikan makan
melalui NGT DS : -
DO : keluarga pasien faham
Ajarkan pasien untuk yang di ajarkan perawat
13.30 melakukan aktivitas
sehari-harinya sendiri
Ds : -
DO : terlihat aktivitas pasien
sudah tidak di bantu oleh
perawat dan keluarga

9. EVALUASI
Hari/ Tanggal NOs DP Respon TTD
Jumat, 6 Oktober 2017 1 S : pasien mengatakan masih sesak nafas
O : terapi O2 : 5 liter
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi 1
NIC : Manajemen Jalan Nafas
(terapi O2 : 5 liter)

2
S : Pasien mengatakan sulit untuk menelan
O : Pasien terlihat menggunakan alat bantu
makan (NGT)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
NIC : Pemantauan Nutrisi
(ajarkan kepada keluarga cara memberi
makan melalui NGT)

S : Pasien mengatakan belum bisa


3
melakukan aktivitas sendiri
O : terlihat klien masih terpasang NGT
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1
NIC : Bantuan perawatan-Diri

Sabtu, 7 oktober 2017 1 S : Pasien mengatakan masih agak sesak


nafas
O : terapi O2 di turunkan menjadi : 3 liter
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 NIC : Manajemen jaalan nafas
S : pasien mengatakkan masih sakit jika di
pakai untuk menelan
O : keluarga pasien memberikan makan
3 melalui selang NGT
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan Intervensi
S : Pasien mengatakan belum bisa
melakukan aktivitas sendiri
O : terlihat klien masih terpasang NGT
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi.
Minggu, 8 Oktober 2017 1 S : Pasien mengatakan sudah bernafas
normal
O : RR : 20x/menit
A : masalah teratasi sebagian.
2 P : Lanjutkan Intervensi
S : Pasien mengatakan sudah tidak sakit
jika di gunakan untuk menelan
O : terlihat pasien sudah tidak terpasang
NGT.
3 A : Masalah teratasi sebagian.
P : lanjutkan intervensi
S : Pasien mengatakan sudah bisa
melakukan aktivitas sehari-hari sendiri
O : Pasien terlihat sudah tidak terpasang
NGT
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi.

DAFTAR PUSTAKA

ARITONANG, Yanti Anggraini; LENIWITA, Hasian. MODUL KEPERAWATAN


MEDIKAL BEDAH II. 2019.

https://eprints.umbjm.ac.id/698/4/BAB%202.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/23020/F.%20Bab%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
NOVALIA, Nessy. KARYA TULIS ILMIAH PERBANDINGAN KADAR T_3, T_4 DAN TSH
PADA PENDERITA DISFUNGSI TIROID DI RSD MAYJEND HM. RYACUDU KOTABUMI
PERIODE MARET 2019-MARET 2020. 2020. PhD Thesis. Poltekkes Tanjungkarang.

DEWI PRAJAYANTI, Made, et al. Gambaran Kadar Thyroid Stimulating Hormone Pada


Pasien Disfungsi Tiroid Di Laboratorium Klinik Niki Diagnostic Center Denpasar. 2020.
PhD Thesis. Poltekkes Kemenkes Denpasar.

https://www.academia.edu/23573499/Asuhan_Keperawatan_Pada_klien_Hipertiroid

https://www.academia.edu/34949181/BAB_I_3_hipotiroid

Anda mungkin juga menyukai