Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut survey yang dilakukan The National Health and Nutrition Examination
Survey (NHANES 1999-2002) dari 4.392 individu populasi AS dilaporkan mengalami
hipotiroidisme (tingkat TSH> 4,5 mIU / L) sekitar 3,7% dari populasi. Hypothyroidism
adalah lebih umum pada wanita dengan tubuh kecil ukuran saat lahir dan indeks massa
tubuh rendah selama masa kanak-kanak . Kekurangan Yodium sebagai penyebab
hipotiroidisme lebih umum terjadi di dunia internasional. Prevalensi dilaporkan sebagai
2-5% tergantung pada studi, meningkat menjadi 15% pada usia 75 tahun.
Di negara maju, kematian yang disebabkan oleh hipotiroid jarang terjadi.
NHANES 1999-2002 melaporkan bahwa prevalensi hipotiroidisme (termasuk subklinis)
lebih tinggi dalam putih (5,1%) dan Amerika Meksiko daripada di Afrika Amerika
(1,7%). Afrika Amerika cenderung memiliki nilai TSH yang lebih rendah. Studi
masyarakat menggunakan kriteria yang sedikit berbeda untuk menentukan
hipotiroidisme, karena itu, wanita-pria rasio bervariasi. Umumnya, penyakit tiroid lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria, dengan laporan prevalensi 2-8 kali
lebih tinggi pada wanita.
Frekuensi hipotiroidisme, gondok, dan nodul tiroid meningkat dengan usia.
Hypothyroidism adalah paling umum pada populasi lanjut usia, dengan 2% menjadi
sebanyak 20% dari kelompok usia yang lebih tua memiliki beberapa bentuk
hipotiroidisme. Studi Framingham ditemukan hipotiroidisme (TSH> 10 mIU / L) di 5,9%
wanita dan 2,4% pria lebih tua dari 60 tahun. Pada laporan NHANES 1999-2002,
kemungkinan memiliki hipotiroidisme adalah 5 kali lebih besar pada orang yang berusia
80 tahun dan lebih tua dari pada individu berusia 12-49 tahun

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Dapat melakukan Asuhan Keperawatan Pada klien dengan hipertiroidisme
2. Tujuan Khusus
a. Dapat Melakukan Pengkajian Keperawatan Pada klien dengan hiportiroidisme
b. Dapat Menegakkan Diagnosa Keperawatan Pada klien dengan hipotiroidisme
c. Dapat Menyusun Intervensi Pada klien dengan hipotiroidisme
d Dapat Melakukan Implementasi Keperawatan Pada klien dengan hipotriodisme
e. Dapat Melakukan Evaluasi Pada klien dengan hipotiroidisme
C. Sistematika Penulisan
Adapaun Sistematika penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN :
a. Latar Belakang,
b. Tujuan Penulisan ,
c. Sistematika Penulisan
2. BAB II LANDASAN TEORI :
a. Konsep Dasar Medis
b. Konsep Dasar Keperawatan
3. BAB III PENUTUP :
a. Kesimpulan
b. Saran

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. Defenisi
Hipotiroid adalah suatu merupakan keadaan yang ditandai dengan
terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-
gejala kegagalan tiroid. Hipotiroidism adalah gangguan endokrin umum
akibat kekurangan hormon tiroid. Biasanya adalah proses utama di mana
kelenjar tiroid menghasilkan jumlah yang cukup hormon tiroid. Hal ini
juga dapat menjadi sekunder-yaitu, kurangnya sekresi hormon tiroid
karena sekresi yang tidak memadai baik Thyrotropin (yaitu, thyroid-
stimulating hormone [TSH]) dari kelenjar hipofisis atau Thyrotropin-
releasing hormone (TRH) dari hipotalamus (sekunder atau hipotiroidisme
tersier). Presentasi pasien dapat bervariasi dari tanpa gejala sampai koma
dengan kegagalan organ multisistem (myxedema koma). Penyebab paling
umum di Amerika Serikat adalah penyakit tiroid autoimun (Hashimoto
thyroiditis). Kretinisme mengacu pada hipotiroidisme kongenital, yang
mempengaruhi 1 per 4000 bayi baru lahir. Hipotiroidisme subklinis, juga
disebut sebagai hipotiroidisme ringan, didefinisikan sebagai normal kadar
serum T4 bebas dengan konsentrasi TSH tinggi sedikit serum.
Hipotiroid adalah menurunnya produksi hormon tiroid pada
kalenjar tiroid. Kalenjar tiroid sendiri bertugas melepas hormon tiroid
keseluruh tubuh lewat pembuluh darah. Pada kasus hipotiroid, pelepasan
ini tidak bisa terlaksana dengan baik sehingga berbagai aktivitas fisik dan
mental akan ikut terganggu. Jika kondisi ini terjadi pada masa awal
kehamilan dan tidak segera diatasi maka ibu yang sedang mengandung
beresiko mengalami keguguran. Atau jika kehamilannya bisa diselamatkan
kemungkinan bayi yang akan dilahirkan akan lahir dengan berat badan
rendah. Jika gangguannya berat dan tidak segera diatasi maka bukan tak

3
mungkin bayinya kelak akan lahir dan mengalami keterbelakangan
mental.
2. Klasifikasi
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer
atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila
disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau
keduanya disebut hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria.
Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis disebut hipotiroidisme tersier atau
hipotalamus jika ditimbulkan oelh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan
sekresi TSH tidak adekuat akibat penurunan stimulasi oleh TRH. Apabila
defesiensi tiroid terjadi sejak lahir, keadaan ini dinamakan kretinisme.
Istilah miksedema mengaju pada penumpukan mukopolisakarida dalam
jaringan subkutan dan interstisial lainnya ; meskipun miksedema terjadi pada
hipotiroidisme yang sudah berlangsung lama dan berat, istilah tersebut hanya
dapat digunakan untuk menyatakan gejala ekstrim pada hipotiroidisme yang berat.
3. Penyebab
Penyebab hipotiroidisme yang paling seringditemuka pada orang dewasa
adalah tiroiditis otoimun( tiroiditis hashimoto) , dimana menyerang system imun
kelenjar tiroid. Penyebab hipotiroidisme yang lain seperti
a. Tiroidistis limfositik kronik
b. Atrofi kelenjar tiroid yang menyertai proses penuaan.
4. Manifestasi klinis
Gejala dini hipotiroidisme tidak spesifik, namun kelelahan menyulitkan
penderitanya untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari. Adanya kerontokan
rambut , kuku yang rapuh, serta kulit kering sering ditemukan dan keluhan rasa
baal pada jari-jari tangan . suara serak , gangguan haid seperti menorhagia atau
amenore akan terjadi disamping hilangnya libido. Hipotiroidisme berat
mengakibatkan suhu tubuh dan frekuensi nadi subnormal. Kulit menjadi tebal
karena terjadi penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan subkutan. Berbicara
menjadi lambat, lidah menjadi besar dan ukuran tangan serta kaki bertambah.
Pasien sering mengeluh kontispasi , serta ketulian.

4
Respirasi yang tidak memadai dan apneu saat tidur dapat terjadi pada
hipotiroidisme yang berat. Efusi pleura, dan kelemahan otot pernapasan dapat
terjadi pula.
Koma miksedema menggambarkan stadium hipotiroidisme yang paling
berat, dimana pasien mengalami hipotermia dan tidak sadarkan diri.
Hipotiroidisme menyerang wanita 5x lebih sering dibandingkan laki-laki dan
paling sering pada usia diantaar 30-60 tahun. Hipotiroidisme yang tidak
terdiagnosa dapat dipicu oleh infeksi atau penyakit sistemik lainnya atau oleh
penggunaan preparat sedative atau analgetik opioid.
5. Penatalaksanaan
Tujuan primer penatalaksanaan hipotirioidisme adalah memulihkan
metabolisme pasien kembali pada keadaan metabolic normal dengan cara
mengganti hormone yang hilang.Levotiroksin merupakan preparat terpilih untuk
pengobatan hipotiroidisme . dosis terapi hormonal didasarkan pada konsentrasi
TSH dalam serum pasien. Pada hipotiroidisme yang berat dan koma miksedema ,
penatalaksanaanya mencangkupi :
a. pemeliharaan berbagai fungsi vital.
b. Analisa gas darah
c. Bantuan ventilasi
d. Pemberian cairan harus hati-hati , karena bahaya intosikasi air.
e. Jika hipoglikemia , infuse larutan glukosa pekat.
f. Bila koma miksedema , berikan hormone tiroid ( synthroid) secara iv sampai
keadaan pasien pilih dan lanjutkan dengan oral.
Kardiak, setiap pasien yang sudah mengalami hipotiroidisme lama dapat
mengalami kadar kolesterol , aterosklerosis, dan penyakit arteri koroner.

5
6. Penatalaksanaan keperawatan
a. Modifikasi aktivitas
Penderita hipotiroidisme akan mengalami pengurangan tenaga dan
latergi sedang hingga berat. Sebagai akibatnya , resiko komplikasi akibat
imobiltas akan meningkat . kemampuan pasien untuk melkukan latihan dan
berperan berbagai aktivitas menjadi terbatas akibat perubahan pada status
kardiovaskuler dam pulmoner yang terjadi akibat hipotiroidisme. Peranan
perawat yang penting adalah membantu perawatan dan kebersihan diri pasien.
b. Pemantauan yang berkelanjutan
Pemantauan tanda-tanda vital untuk mendeteksi kemunduran status
fisik serta mental, tanda-tanda serta gejala yang menunjukan peningkatan laju
metabolic akibat terapi yang melampaui kemampuan reaksi system
kardiovaskuler dan pernapasan , dan keterbatasan atau komplikasi miksedema
yang berkelanjutan.
c. Pengaturan suhu
Pasien sering mengalami menggigil dan menderita intoleransi terhadap
hawa dingin meskipun ia berada dalam ruangan bersuhu panas.
d. Dukungan emosional.
Penderitaan hipotiroidisme sedang hingga berat dapat mengalami
reaksi emosional hebat terhadap perubahan penampilan serta citra tubuhnya
dan terhadap terlambatnya diagnose, yang sering dijumpai pada penyakit ini.
e. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
Pasien dan keluarga sering prihatin terhadap perubahan yang mereka
saksikan akibat hipotiroidisme. Tugas kita sebagai perawat harus
menetramkan kembali pasien dengan penjelasan bahwa banyak diantara gejal-
gejala tersebut akan menghilang setealah terapi berhasil dilakukan.

6
7. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium :
- Darah, air kemih, tinja, kolesterol serum.
- T3, T4, TSH.
b. Radiologis :
- USG atau CT scan tiroid.
- Tiroid scintigrafi.
- Umur tulang (bone age).
- X-foto tengkorak

7
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena
itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain :
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, dan diagnosis medis.
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama klien
mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
1). Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea
2). Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen
3). Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegali
4). Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot lambat
5). Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat, berbicara
lambat dan terbata – bata, gangguan memori
6). Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan libido
7). Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi
terhadap dingin
c. Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kelenjar
teroid yang mengalami atrofi. Perawat harus menanyakan dengan jelas tentang
gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi.

8
e. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
f. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
1). Pola makan
2). Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
3). Pola aktivitas.
g. Riwayat Psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin
tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima
komponen konsep diri.
h.Pemeriksaan Fisik
1). Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar
mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah
tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan
pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
2). Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
3). Perbesaran jantung
4). Disritmia dan hipotensi
5). Parastesia dan reflek tendon menurun

9
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas b/d kelelahan dan penurunan proses kognitif
Tujuan : meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
Intervensi
1) Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan
latihan yang dapat ditolerir
R/ mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untk
mendapatkan istirahat yang adekuat.
2) Bantu aktivitas perawat mandiri ketika pasien dalam keadaan lelah
R/ memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisifasi dalam
aktivitas perawatan mandiri
3) Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak
menimbulkan stress
R/ meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stres pada pasien.
4) Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktivitas
R/ menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau
kurang.
b. Perubahan suhu tubuh
Tujuan : pemeliharaan suhu tubuh yang normal
intervensi
1) Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
R/ meminimalkan kehilangan panas
2) Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya
bantal pemanas,selimut listrik,atau penghangat)
R/ mengurangi resiko pasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler.
3) Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai
dasar suhu normal pasien
R/ mendeteksi penurunan suhu tubuh dimulainya koma
maksidema.
4) Lindungi terhadap pajanan hawa dingin dan hembusan angin

10
R/ meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan
lebih lanjut kehilangan panas.
c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal
Tujuan : pemulihan fungsi usus yang normal
intervensi
1) Dorong peningkatan asupan cairan dalam batas-batas restriksi
cairan
R/ meminimalkan kehilangan panas
2) Berikan makanan yang kaya akan serat
R/ meningkatkan masa feses dan frekuensi buang air besar
3) Ajarkan kepada pasien tentang jenis-jenis makanan yang
mengandung air
R/ memberikan rasional peningkatan asupan cairan kepada pasien
4) Pantau fungsi usus
R/ memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola
defekasi yang normal
5) Dorong pasien untuk meningkatkan mobilitas dalam batas-batas
toleransi latihan
R/ meningkatkan evakuasi usus
6) Dorong pasien untuk menggunakan pencahar dan enema hanya
bila diperlukan saja
R/ meminimalkan ketergantungan pasien pada pencahar serta
enema,dan mendorong pola evakuasi khususnya normal.

11
d. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi
penggantian tyroid seumur hidup.
Tujuan : pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang
diresepkan
Intervensi
1) Jelaskan dasar pemikiran terapi penggantian hormone tyroid
R/ memberikan rasional penggunaan therapy penggantian hormon
tyroid seperti yang diresepkan kepada pasien.
2) Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien
R/ mendorong pasien untuk menangani perbaikan status fisik dan
kesehatan yang akan terjadi pada therapy hormone tyraoid
3) Bantu pasien menyusun jadwal dan checklist untuk memastikan
pelaksanaan sendiri therapy penggantian hormone tyroid
R/ memastikan bahwa obat yang digunakan seperti yang
diresepkan
4) Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang
berlebihan dan kurang
R/ berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menunjukan
apakah tujuan therapy terpenuhi.
5) Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan
keluarganya
R/ meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo atau
hipertyroidisme akan dapat dideteksi dan diobati.
e. Pola nafas tidak efektif berhungan dengan defresi ventilasi
Tujuan : perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola nafas yang
normal
Intervensi
1) Pantau frekuensi, kedalaman pola pernafasan : oksimetri denyut
nadi dan gas darah arterial
R/ mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau
perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.

12
2) Dorong pasien untuk nafas dalam dan batuk
R/ mencegah atelektasis dan meningkatkan pernafasan yang
adekuat
3) Berikan obat ( hipnotik dan sadatif ) dengan hati-hati
R/ pasien hipotyroidisme sangat rentan terhadap gangguan
pernafasan akibat penggunaan obat golongan hipnotik dan sadatif
4) Pelihara saluran nafas pasien dengan melakukan pengisapan dan
dukung ventilasi jika diperlukan.
R/ penggunaan saluran nafas artifisial dan dukung ventilasi
mungkin diperlukan jika terjadi defresi pernafasan.
f. Perubahan proses berfikir berhubungan dengan gangguan metabolisme
dan perubahan status kardiovaskuler serta pernafasan
Tujuan : perbaikan proses berfikir
Intervensi
1) Orientasikan pasien terhadap waktu,tempat,tanggal dan kejadian
disekitar dirinya
R/ memudahkan orientasi realitas pada pasien
2) Berikan stimulasi lewat percakapan dn aktivitas yang bersifat tidak
mengancam
R/ memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien
terhadap stress
3) Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi
kognitif dan mental merupakan akibat dari proses penyakit
R/ meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan
kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimugkinkan jika
dilakukan therapy yang tepat.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi
tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang mengalami atrofi
atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi radioisotope, atau akibat
destruksi oleh antibody autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya
dapat juga menjadi penyebab tidak terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme
kongenital. Hipotiroidism adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini
kadang-kadang disebut miksedema.

B. Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan endokrin
hipotiroidsme ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan
mengerti tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan
endokrin hipotiroidsme.

14
DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth Edisi 8, Vol. 1 , Suzanne C.
Smeltzer
Buku saku prosedur keperawatan medikal bedah , Elly Nurochmah & Ratna S. Sudarsono
http//www.medical.store.com/med

15
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN i

LEMBAR KONSULTASI ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang 1
B. Tujuan 2
C. Sistematika 2

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis 3


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Keperawatan 8
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15

16

Anda mungkin juga menyukai