Anda di halaman 1dari 27

Sustri maylani

Kamis, 12 Mei 2016

askep hipotiroidisme
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insidensi hipotiroidisme bervariasi tergantung kepada faktor geografik dan


lingkungan seperti kadar iodium dalam makanan dan asupan zat goitrogenik. Selain itu
juga berperan faktor genetic dan distribusi usia dalam populasi tersebut. Diseluruh
dunia penyebab hipotiroidisme terbanyak adalah akibat kekurangan iodium. Sementara
itu dinegara-negara dengan asupan iodium yang mencukupi, penyebab tersering adalah
tiroiditis autoimun. Di daerah endemik, prevalensi hipotiroidisme adalah 5 per 1000,
sedangkan prevalensi hipotiroidisme subklinis sebesar 15 per 1000. Hipotiroidisme
umumnya lebih sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan angka kejadian
hipotiroidisme primer di Amerika adalah 3,5 per 1000 penduduk untuk wanita dan 0,6
per 1000 penduduk untuk pria (Soewondo & Cahyanur, 2010).

The Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III)


yang melakukan survey pada 17.353 individu yang mewakili populasi di Amerika
Serikat melaporkan frekuensi hipotiroidisme sebesar 4,6% dari populasi (0,3% dengan
klinis jelas dan 4,3% sub klinis). Lebih banyak ditemukan pada wanita dengan ukuran
tubuh yang kecil saat lahir dan indeks massa tubuh yang rendah pada masa kanak-
kanak. Dan prevalensi hipotiroidisme ini lebih tinggi pada ras kulit putih (5,1%) di
bandingkan dengan ras hispanik (4,1%) dan Afrika-Amerika (1,7%) (Djokomoeljanto,
2009).

Penyakit gangguan tiroid menempati urutan kedua terbanyak dalam daftar


penyakit metabolic setelah diabetes mellitus (DM), perempuan lebih banyak menderita
penyakit tiroid dibandingkan laki-laki. Pravelensi hipotiroidisme di Indonesia belum
diketahui secara pasti. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007 melakukan pemeriksaan
kadar TSH sebagai salah satu penunjang diagnostic gangguan tiroid. Dari pemeriksaan
TSH tersebut di dapatkan 2,7% laki-laki dan 2,2% perempuan memiliki kadar TSH
tinggi yang menunjukan kecurigaan adanya hipotiroid (Riskesdas, 2015).

1.2  Rumusan Masalah

            Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu

1.2.1  Apa definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang,


penatalaksanaan, komplikasi penyakit Hipotiroidisme?

1.2.2  Bagaimana asuhan keperawatan penyakit Hipotiroidisme?

1.3  Tujuan

1.3.1  Tujuan Umum

            Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sistem Endokrin I pada program studi S-1 Keperawatan di Stikes Muhammadiyah
Lamongan

1.3.2  Tujuan Khusus

            Diharapkan mahasiswa mampu :

     1.3.2.1 Menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, pemeriksaan


penunjang, penatalaksanaan, komplikasi penyakit Hipotiroidisme?

     1.3.2.2  Menjelaskan asuhan keperawatan penyakit Hipotiroidisme?

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1  Definisi Hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah penurunan produksi hormone tiroid. Hal ini


mengakibatkan penurunan aktivitas metabolic, konstipasi, letargi, reaksi mental lambat,
dan peningkatan simpanan lemak

           Pada orang dewasa, kondisi ini menyebabkan miksedema, yang ditandai dengan
adanya akumulasi air dan musin dibawah kulit, sehingga penampakan edema terlihat

           Pada anak kecil, hipotiroidisme yang mengakibatkan retardasi mental dan fisik disebut
dengan kretinisme (William, 2008).

Kadar hormone tiroid di sirkulasi rendah baik dalam bentuk T4 maupun T3.
Istilah ‘miksedema’ berarti terdapat deposit mukopolisakarida di bawah kulit, yang
menyebabkan pembengkakan non-piting pada jaringan subkutan (Rubenstein, Wayne,
& Bradley, 2007). Sedangkan menurut (Smeltzer, 2006), Hipotiroidisme dalam sekresi
hormone tiroid yang tidak adekuat selama perkembangan janin dan neonatus akan
menghambat pertumbuhan fisik dan mental (kretinisme) karena penekanan aktivitas
metabolic tubuh secara umum.

2.2  Etiologi

Menurut (Davey, 2006), kegagalan tiroid dapat disebabkan oleh penyakit pada


kelenjar tiroid (hipotiroidisme primer), kelenjear hipofisis (hipotiroidisme sekunder),
atau hipotalamus (hipotiroidisme tersier). Hipotiroidisme primer sering terjadi dan di
Eropa/Amerika Utara biasnya merupakan akibat dari penyakit autoimun atau terapi
radio-iodin untuk hipertiroidisme sebelumnya (50% menjadi hipotiroid dalam 10
tahun). Diseluruh dunia penyebab paling sering adalah defisiensi iodine. Walaupun
hipotiroid dapat bersifat congenital, penyebab-penyebab penting pada masa dewasa
adalah:

         Autoimun : Ada 2 bentuk tiroiditis autoimun, yang dengan mudah dapat dibedakan
melalui adanya struma (tiroiditis Hashimito/limfositik) atau tidak adanya struma
(atrofik). Pada keduanya dapat ditemukan autoantibody. Anggota keluarga yang lain
mungkin mereka penyakit Addison, anemia pernisiosa, atau diabetes. Terkadang
tiroiditis Hashimoto menimbulkan nyeri pada fase akut dan lebih jarang lagi
menyebabkan hipertiroidisme sementara

         Pascaterapi tirotoksikosis : radio-iodin, operasi, obat-obatan antitiroid

         Defisiensi iodine : detruma endemic (misalnya leher Derby-shire) adalah penyebab


hipotiroidisme yang umum diseluruh dunia

         Kelebihan iodine : kelebihan yang kronis (misalnya ekspektoran atau amiodoran) dapat
menyebabkan hipotiroidisme

Tiroiditis autoimun. Bisa muncul sebagai penyakit Hashimoto bila disertai


goiter, atau sebagai hipotiroidisme spontan atau primer jika terjadi atrofi kelenjar tanpa
menimbulkan goiter. Terdapat antibody tiroid dalam sirkulasi

         Terapi destruktif untuk hipotiroidisme atau karsinoma dengan operasi atau pemberian
radioiodium

         Agnesis tiroid primer bisa menyebabkan kretinisme saat bayi

         Mengkonsumsi goitrogen, biasaya obat antiroid berupa karbimazol (atau litium,


amiodarom) dalam dosis yang terlalu besar atau jangkam waktu yang terlalu lama

         Sekunder akibat hipopituitarisme;jarang ditemukan

         Gangguan bawaan metabolisme tiroid

         Bisa ada riwayat gangguan tiroid atau penyakit atau autoimun di keluarga, misalnya
10% mengalami anemia pernisiosa (Rubenstein, Wayne, & Bradley, 2007).

2.3  Manifestasi Klinis

Onset hipotiroidisme biasanya tersembunyi, dan pasien sering mengeluhkan


lelah, intoleransi dingin, kelemahan generalisata, konstipasi, dan depresi (Greenberg,
2012). Menurut (Black & Hawks, 2014), manifestasi hipotiroidisme bergantung pada
tipe, apakah ringan, berat (mixedema), atau dangat kompleks (koma mixedema).
Sedangkan menurut  (Corwin, 2009), gambaran klinis hipotiroidisme adalah :

           Kelambanan, berpikir lamban, dan gerakan yang canggung dan lambat


           Penurunan frekuensi jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan edema
kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki

           Intoleransi terhadap suhu dingin

           Penurunan laju metabolisme, penurunan kebutuhan kalori,  penuruan nafsu makan dan


absorbsi zat gizi yang melewati usus

           Konstipasi

           Perubahan fungsi reproduksi

           Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan rambut tubuh yang tipis dan rapuh

2.4  Patofisiologi

Penyebab hipotiroidisme paling sering di seluruh dunia adalah defisiensi


iodium, tetapi di Amerika Serikat penyebabnya adalah tiroiditis Hshimoto (autoimun
kronis). Hipotiroidisme primer disebabkan oleh kegagalan kelenjar  tiroid untuk
menghasilkan hormone triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Hipotiroidisme sekunder
disebabkan oleh penurunan hormon penstimulasi tiroid (thyroid-stimulating
hormone, TSH) dalam sirkulasi, suatu hormone yang dihasilkan dalam kelenjar
hipofisis anterior yang merangsang kelenjar tiroid untuk menjadi aktif. Hipotiroidisme
tersier disebabkan oleh penurunan kadar hormone pelepas tirotropin (tryrotropin-
releasing hormone, TRH) akibat isufisiensi hipotalamik (Greenberg, 2012).

Terapi penggantian hormone tiroid

Penekanan produksi hormone tiroid (hipotiroidisme)

Defisiensi iodium, disfungsi hipofisis, disfungsi TRH hipotalamus

2.5  Pathway

TSH merangsang kelenjar tiorid untuk mensekresi

Gangguan metabolic lemak

Peningaktan kolesterol dan trigliserida

Ketidakefektifan pola napas


Depresi ventilasi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Laju BMR lambat

Penurunan produksi panas

Kekurangan vit B12 dan asam folat

Pembentukan eritrosit tidak optimal

Kelenjar tiroid akan membesar

Menekan struktur dileher dan dada

Disfagia gangguan respirasi

Defisiensi pengetahuan

Peningkatan arteriosklerosis

Oklusi pembuluh darah

Suplai darah kejaringan otak menurun

Hipoksia

Gangguan pertukaran gas

achlorhydria

Penurunan mortilitas usus

Penurunan fusngsi GI

Konstipasi

Perubahan suhu tubuh hipotermi

Produksi SDM menurun

Anemia

Kelemahan
Intoleransi aktivitas

2.7  Pemeriksaan Penunjang
Hipotiroidisme dapat dicurigai secara klinis, meskipun pemeriksaan
laboratorium merupakan modalitas primer yang digunakan untuk menegakkan
diagnosis. Begitu penurunan kadar hormone tiroid telah dipastikan kadar TSH
merupakan factor paling penting untuk menentukan apakah hipotiroidisme bersifat
primer atau sekunder. Pemeriksaan penciraan radiografi dan pengambilan sampel
jaringan dapat memberikan informasi pemastian tambahan, meskipun biasanya tidak
diperlukan bila kepastian dari laboratorium telah diperoleh (Greenberg, 2012).

       Semua kasus yang diduga hipotiroid harus diperiksa: kadar T4 serum rendah dan ini
menstimulasi sekresi TSH oleh hipofisis (meningkat pada hipotirodisme primer)

       Kadar kolesterol serum biasanya meningkat walaupun tidak penting dalam


menegakkan diagnosis

       Anemia (normokromik atau makrositik)

       EKG menunjukkan denyut jantung yang lambat dan voltase rendah dengan gelombang
T mendatar atau terbalik

       Peningkatan titer antibody tiroid, NB periksa penggunaan obat antitiroid


misalnya  litium, amiodaron (Rubenstein, Wayne, & Bradley, 2007).

Menurut (Kowalak, 2011),  Komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit


hipotiroidisme adalah :

      Gagal jantung

      Koma miksedema

      Megakolon

      Psikosis organic

      infertilisasi

2.7 Penatalaksanaan

2.7.1  Penatalaksanaan Medis

T4 diberikan dengan dosis 25-50ug/hari, dimulai dengan dosis rendah dan


menaikkan dosisnya setiap bulan untuk mencapai kadar TSH yang normal. Dosis
rumatan rata-rata adalah 125ug/hari. Kadar T4 bebas berada di atas ambang normal
pada pasien yang tidak diobati. Jika ada penyakit jantung iskemik, pada awalnya harus
diberikan dosis terendah. Pasien harus diperingatkan bahwa pengobatan ini harus
dilakukan seumur hidup. Osteoporosis adalah risiko jangka panjang pengobatan yang
berlebihan (Rubenstein, Wayne, & Bradley, 2007).
Menurut (Corwin, 2009), penatalaksanaan hipotiroidisme adalah :

         Terapi selalu mencakup penggantian hormone tiroid dengan tiroksin sintetik

         Untuk goiter endemic, penggantian iodide dapat mengurangi gejala

         Apabila penyebab hipotioidisme berkaitan tumor system saraf pusat, hipotiroidisme


dapat diobati dengan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

2.7.2  Penatalaksanaan Keperawatan

Hipotiroidisme adalah penyakit sepanjang hayat dan memerlukan partisipasi


klien secara penuh. Klien harus paham tentang farmakologi dari rejimen obat, nutrisi,
dan tindak lanjut yang diperlukan untuk mengontrol kondisi klien (Black & Hawks,
2014).

Dalam perawatan mandiri, fokuskan terhadap kebutuhan klien untuk memahami


manifestasi hipotiroidisme dan hipertiroidisme, mengikuti rejimen medikasi dan
nutrisi,serta mencari informasi medis secara tepat (Black & Hawks, 2014).

2.8 Komplikasi

Koma miksedema adalah komplikasi hipotiroidisme yang paling sering terjadi,


biasanya terjadi selama bulan-bulan musim dingin , ketika stressor pengatur suhu
berada pada tingkat maksimum. Factor pencetus yang meliputi hipotermia, trauma, luka
bakar, pembedahan, stroke, sepsis, dan obat-obatan. Temuan-temuan cardinal adalah
hipotermia dan perubahan status mental, selalu bradikardia, hipotensi, hipoventilasi,
dan hiponatremia. Jika ada, miksedema ditandai dengan pembengkakan jaringan lunak
dan kulit generalisata, sering disertai edema periorbita, ptosis, dan
makroglosia (Greenberg, 2012). Menurut (Corwin, 2009), komplikasi hipotiroidisme
adalah :

           Koma miksedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme, termasuk hipotermia tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran yang
menyebabkan koma

           Kematian dapat terjadi tanpa penggantian TH dan stabilisasi gejala

           Ada juga risiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Risiko ini mencakup
pergantian hormone yang berlebihan, ansietas, atrofi otot, osteoporosis, dan fibrilasi
atrium
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1  Pengkajian

3.1.1 Identitas

            3.1.1.1 Identitas Klien

1.      Nama                                       :-

2.      No. Register                            :-

3.      Umur                                       :Dapat terjadi pada setiap umur (Nurarif & Kusuma,


2015).

4.      Jenis Kelamin                         : Perempuan lebih banyak menderita penyakit tiroid


dibandingkan laki-laki (Riskesdas, 2015).
5.      Suku/Bangsa                           : Dan prevalensi hipotiroidisme ini lebih tinggi pada ras
kulit putih (5,1%) di bandingkan dengan ras hispanik (4,1%) dan Afrika-Amerika
(1,7%) (Djokomoeljanto, 2009).

6.      Agama                                     :-

7.      Status                                      :-

8.      Pekerjaan                                 :-

9.      Pendidikan                              :-

10.  Alamat                                    :-

11.  Tgl. Mrs                                   :-

3.1.1.2 Penanggung Jawab

1.      Nama                                       :-

2.      Jenis Kelamin                          :-

3.      Pekerjaan                                 :-

4.      Hubungan Dengan Klien        :-

3.1.2 Riwayat Kesehatan

     3.1.2.1 Keluhan Utama

                           Penurunan frekuensi jantung, intoleransi dingin, kelemahan generalisata,


konstipasi,  depresi

     3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

-          Kelambanan, berpikir lamban, dan gerakan yang canggung dan lambat

-          Penurunan frekuensi jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan edema


kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki

-          Intoleransi terhadap suhu dingin

-          Penurunan laju metabolisme, penurunan kebutuhan kalori,  penuruan nafsu makan dan


absorbsi zat gizi yang melewati usus

-          Konstipasi
-          Perubahan fungsi reproduksi

-          Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan rambut tubuh yang tipis dan rapuh

     3.1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

                             Sebelumnya ada pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme,


penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hashimoto, amylodosis dan
sarcoidosis (Nurarif & Kusuma, 2015).

     3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

                             Ada keluarga yang menderita penyakit hipotiroidisme, penyakit ini bersifat


congenital (Davey, 2006).

3.1.3 Pemeriksaan Fisik

     3.1.3.1 Penampilan secara umum dan tanda-tanda vital

1.      Penampilan Umum

2.      Tanda-Tanda Vital

      Tekanan Darah                        : Hipotensi

      Suhu                            : Hipotermia

      RR                               : Dispnea

      Nadi                             :Bradikardia

3.1.3.2 Kepala dan Leher

1.        Kepala

      Kulit dan rambut :

-       Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal

-       Pembengkakan tangan

-       Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk

-       Tidak tahan dingin

-       Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal


      Muka : simetris

      Mata

-       Lapang Pandang                 : Normal

-       Palpebra                              : Tidak ada edema

-       Conjungtiva                                    : Anemis

-       Refleks Cahaya Pupil         : Miosis

-       Refleks Korne                     : Dapat berkedip (Normal)

-       Gerakan Mata Okuler         : Pasien dapat mengikuti gerakan perawat kedelapam arah
(normal)

      Hidung : bentuk hidung normal, tidak ada sekresi/benda asing, tidak ada peradangan
mukosa, tidak ada nyeri tekan pada sinus, ada pernafasan cuping hidung.

      Mulut : bibir kering, lidah bersih, adanya bau mulut, tidak stomatitis

      Telinga :daun telinga simetris, tidak ada serumen/benda asing

2.        Leher

      JVP                  : adanya bendungan pada saat pemeriksaan vena jugularis,


kemungkinan ada kelainan pada jantung

      Kelenjar tiroid : normal

      Kaku kuduk     : tidak ada nyeri(normal)

      Kelenjar limfa  :tidak ada pembesaran kelenjar limfa

3.1.3.3 Dada

                        1. Inspeksi

           Bentuk Dada   : Simetris

           Pernafasan

Tipe                  :Takipnea

Irama               :Irregular
Frekuensi         :>24X/Menit

           Retraksi intercose : ada penggunaan otot bantu

           Ictus cordis      : pada ICS 5(normal)

2.   Palpasi

           Taktil fremitus : getaran sama (normal)

           Nyeri tekan      :tidak ada nyeri tekan

           Massa               :tidak ada massa

3.   Perkusi

      Paru        : sonor

      Jantung   : pekak

4.   Auskultasi

      Paru

Suara napas (tidak ada suara nafas tambahan)

-       Bronkial                     : terdengar keras dan bernada tinggi (normal)

-       Bronkoveskuler         : bernada sedang dan bunyi tiupan dengan intensitas sedang


(normal)

-       Vesikuler       : terdengar halus, lembut dan rendah (normal)

      Jantung

Tidak ada bunyi jantung tambahan

3.1.3.4 Payudara dan Ketiak

1.   Inspeksi

-       Payudara menggantung, bersih, putting susu menonjol (normal)

-       Ketiak bersih, tidak ada edema

2.   Palpasi
Tidak teraba massa pada payudara dan ketiak

3.1.1.5  Abdomen

1.   Inspeksi

     Kulit Bersih, Umbilicus Menonjol

2.   Auskultasi

Bisimg Usus

3.   Palpasi

           Palpasi ringan

Tidak ada nyeri tekan pada semua regio

           Palpasi dalam

Tidak ada nyeri tekan pada semua regio

           Turgor kulit : kembali 2 detik (dehidrasi ringan)

4.   Perkusi        : Sifting dullness

3.1.1.6  Ekstremitas

1.   Bentuk kuku : normal, bentuk kuku seperti sendok

2.   Jumlah jari : ada 5 (normal)

3.   Kekuatan otot : nilai 4 (normal)

4.   Tidak ada edema

3.1.1.7  Genetalia

1.      Inspeksi

Penyebaran pubis merata, bersih

2.      Palpasi

Tidak ada edema


3.1.1.8  Anus

1.      Inspeksi

Warna coklat, bersih, tidak ada hemoroid

2.      Palpasi

Tidak ada benjolan di rectum

3.1.4. Pemeriksaan Penunjang

1.      T3 dan T4 serum rendah

2.      TSH meningkat pada hipotiroid primer

3.      TSH rendah pada hipotiroid sekunder

-            Kegagalan hipofisis          : respon TSH terhadap TRH mendatar

-            Penyakit hipotalamus       :  TSH dan TRH meningkat

4.      Titer autoantibody tiroid tinggi pada >80% kasus

5.      Peningaktan kolesterol

6.      Pembesaran jantung pada sinar x dada

7.      EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS dan gelombang
T datar atau inverse (Nurarif & Kusuma, 2015).

3.2   Diagnosa Keperawatan

1.         Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia

2.         Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan depresi ventilasi

3.         Hipotermi berhubungan dengan penurunan metabolisme

4.         Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


lambatnya laju metabolism tubuh

5.         Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal


6.         Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif

7.         Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang program


pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup

3.3   Perencanaan Keperawatan

Intervensi
Diagnose Tujuan dan Criteria
No
Keperawatan Hasil (NOC)
(NIC)

1. Gangguan NOC NIC


pertukaran gas
berhubunan dengan  Respiratory satatus : Airway Management
hipoksia gas exchange
-           Posiskan pasien untuk
 Respiratory status : memaksimalkan ventilasi
ventilation
-           Auskultasi suara nafas,
 Vital sign status catat adanya suara
tambahan
Criteria hasil
-           Atur intake untuk cairan
 Mendemonstrasikan mengoptimalkan
peningaktan ventilasi keseimbangan
dan oksigenasi yang
adekuat -           Monitor respirasi dan
status o2
 Memelihra kebersihan
paru-paru dan bebas Repiratory Monitoring
dari tanda distress
pernafasan -           Monitor rata-rata,
kedalaman, irama, dan
 Mendemonstrasikan usaha respirasi
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, -           Monitor pola nafas
tidak ada sianosis dan
dyspneu
 Tanda-tanda vital
dalam rentang normal

2. Ketidakefektifan NOC NIC


pola nafas
berhubungan  Repiratory status : Airway Management
dengan depresi ventilation
ventilasi -           Posiskan pasien untuk
 Respiratory status : memaksimalkan ventilasi
airway patency
-           Auskultasi suara nafas,
 Vital sign status catat adanya suara
tambahan

-           Atur intake untuk cairan


Criteria hasil mengoptimalkan
keseimbangan
 Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara -           Monitor respirasi dan
nafas bersih, tidak ada status o2
sianosis dan dyspneu
-           Pertahankan posisi pasien
 Menunjukkan jalan
nafas yang paten(klien -           Observasi adanya tanda-
tidak terasa tercekik, tanda hipoventilasi
irama nafas, frekuensi
pernafasan rentang       Vital sign Monitoring
normal, tidak ada
suara nafas abnormal -           Monitor TD, nadi, shu,
dan RR
 Tanda-tanda vital
dalam rentang -           Monitor pola pernafasan
normal(tekanan darah, abnormal
nadi, pernafasan)
-           Monitor suhu, warna, dan
kelembapan kulit

3. Hipotermi NOC NIC


berhubungan
dengan penurunan  Thermoregulation Temperature regulation
metabolisme
 Thermoregulation: -           Monitor suhu minimal
neonate tiap 2 jam

Criteria hasil -           Rencanakan monitoring


 Suhu tubuh dalam suhu secara kontinyu
rentang normal
-           Monitor Td, nadi dan suhu
 Nadi dan RR dalam
rentang normal -           Monitor warna dan suhu
kulit

-           Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi

-           Tingkatkan intake cairan


dan nutrisi

-           Selimuti pasien untuk


mencegah hilangnya
kehangatan tubuh

-           Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negative dari
kedinginan

-           Ajarkan indikasi dari


hipotermi dan penanganan
yang diperlukan

-           Berikan antipiretik jika


perlu

Vital sign Monitoring

4. Ketidakseimbangan NOC NIC


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh  Nutritional status Nutritional Management
berhubungan
dengan lambatnya  Nutritional status : -           Kaji adanya alergi
laju metabolism food and fluid makanan
tubuh
 Intake -           Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
 Nutritional status : jumlah kalori dan nutrisi
nutrient intake yang dibutuuhkan pasien

 Weight control -           Anjurkan pasien untuk


Criteria hasil meningkatan intake Fe

 Adanya peningkatan -           Anjurkan pasien untuk


berat badan sesuai meningakatkan protein dan
dengan tujuan vitamin c

 Berat badan ideal -           Berikan substansi gula


sesuai dengan tinggi
badan -           Yakinkandiet yang
dimakan mengandung
 Mempu tinggi serat untuk
mengidentifikasi mencegah konstipasi
kenutuhan nutrisi
-           Berikan makanan yang
 Tidak ada tanda-tanda terpilih (sudah
malnutrisi dikonsultsikan dengan ahli
gizi)
 Menunjukkan
peningkatan fungsi -           Ajarkan pasien bagaimana
pengecapan dari membuat catatan makanan
menelan harian

 Tidak terjadi -           Monitor jumlah nutrisi


penurunan berat badan dan kandungan kalori
yang berarti
-           Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi

Nutritional Monitoring

-           BB pasien dalam batas


normal

-           Monitor adanya
penurunan berat badan

-           Monitoring kulit kering


dan perubahan pigmentasi

-           Monitor turgor kulit

-           Monitor mual dan muntah

5. Konstipasi NOC NIC


berhubungan
dengan penurunan Constipation/Impaction
fungsi  Bowel elimination Management
gastrointestinal
 Hydration -           Monitor tanda dan gejala
konstipasi
Criteria hasil
-           Monitor bisisng usus
 Mempertahankan
bentuk feses lunak -           Monitor feses: frekuensi,
setiap 1-3 hari konsistensi dan volume

 Bebas dari -           Konsultasi dengan dokter


ketidaknyamanan dan tentang penurunan dan
konstipasi peningkatan bising usus

 Mengidentifikasi -           Jelaskan etiologi dan


indicator untuk rasionalisme tindakan
mencegah konstipasi terhadap pasienidentifikasi
factor penyebab dan
 Feses lunak dan kontribusi konstipasi
berbentuk
-           Dukung intake cairan

-           Kolaborasikan pemberian
laksatif

-           Menyusun jadwal ketoilet

-           Mendorong meningkatkan
asupan cairan, kecuali
dikontraindikasi

6. Intoleransi aktivitas NOC NIC


berhubungan
dengan kelelahan  Energy conservation Activity terapi
dan penurunan
proses kognitif  Activity tolerance -           Kolaborasikan denfan
tenaga rehabilitasi medic
 Self care : ADLs dalam merencakanakan
program terapi yang tepat
Criteria hasil
-           Bentu klien untuk
 Berpartisipasi dalam mengidentifikasi aktivitas
aktivitas fisik tanpa yang mempu dilakukan
disertai peningaktan
tekanan darah, nadi -           Bantu untuk memilih
dan RR aktivitas konsisten yang
 Mampu melakukan sesuai dengan kemampuan
aktivitas sehari-dari fisik, psikologi dan social
(ADLs) secara mandiri
-           Bantu untuk
 Tanda-tanda vital mengidentifikasi aktivitas
normal yang disukai monitor
respon fisik, emosi, social
 Energy psikomotor dan spiritual

 Level kelemahan

 Mampu berpindah :
dengan atau tanpa
bantuan alat

 Status kardipulmunari
adekuat

 Sirkulasi status baik

 Status respirasi :
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat

7. Defisiensi NOC NIC


pengetahuan
berhubungan  Knowledge : disease Teaching : disease
dengan kurang process process
informasi tentang
program  Knowledge : health -           Berikan penilaian tentang
pengobatan untuk behavior tingakt pengetahuan pasien
terapi penggantian tentang proses penyakit
Criteria hasil spesifik
tiroid seumur hidup
 Pasien dan keluarga -           Jelaskan patofisiologi dari
menyatakan penyakit dan bagaimana
pemahaman tentang hal ini berhubungan
penyakit, kondisi, dengan bagaimana dengan
prognosis dan program anatomi dan fisiologi,
pengobatan dengan cara yang tepat

 Pasien dan keluarga -           Gambarkan tanda dan


mampu melaksanakan gejala yang biasa muncul
prosedur yang pada penyakit, dengan cara
dijelaskan secara yang tepat
benar
 Pasien dan keluarga -           Gambarkan proses
mampu menjelaskan penyakit dengan cara yang
kembali apa yang tepat
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya -           Sediakan informasi pada
pasien tending kondisi,
dengan cara yang tepat

BAB 4

PENUTUP

4.1        Kesimpulan

Hipotiroidisme adalah penurunan produksi hormone tiroid. Hal ini


mengakibatkan penurunan aktivitas metabolic, konstipasi, letargi, reaksi mental lambat,
dan peningkatan simpanan lemak

           Pada orang dewasa, kondisi ini menyebabkan miksedema, yang ditandai dengan
adanya akumulasi air dan musin dibawah kulit, sehingga penampakan edema terlihat

           Pada anak kecil, hipotiroidisme yang mengakibatkan retardasi mental dan fisik disebut
dengan kretinisme (William, 2008).
Menurut (Davey, 2006), kegagalan tiroid dapat disebabkan oleh penyakit pada
kelenjar tiroid (hipotiroidisme primer), kelenjear hipofisis (hipotiroidisme sekunder),
atau hipotalamus (hipotiroidisme tersier). Hipotiroidisme primer sering terjadi dan di
Eropa/Amerika Utara biasnya merupakan akibat dari penyakit autoimun atau terapi
radio-iodin untuk hipertiroidisme sebelumnya (50% menjadi hipotiroid dalam 10
tahun). Diseluruh dunia penyebab paling sering adalah defisiensi iodine. Walaupun
hipotiroid dapat bersifat congenital, penyebab-penyebab penting pada masa dewasa
adalah:

         Autoimun : Ada 2 bentuk tiroiditis autoimun, yang dengan mudah dapat dibedakan
melalui adanya struma (tiroiditis Hashimito/limfositik) atau tidak adanya struma
(atrofik). Pada keduanya dapat ditemukan autoantibody. Anggota keluarga yang lain
mungkin mereka penyakit Addison, anemia pernisiosa, atau diabetes. Terkadang
tiroiditis Hashimoto menimbulkan nyeri pada fase akut dan lebih jarang lagi
menyebabkan hipertiroidisme sementara

         Pascaterapi tirotoksikosis : radio-iodin, operasi, obat-obatan antitiroid

         Defisiensi iodine : detruma endemic (misalnya leher Derby-shire) adalah penyebab


hipotiroidisme yang umum diseluruh dunia

         Kelebihan iodine : kelebihan yang kronis (misalnya ekspektoran atau amiodoran) dapat
menyebabkan hipotiroidisme

4.2        Saran

Makalah ini sangat berguna bagi mahasiswa keperawatan, bacalah dengan


seksama dan teliti sehingga bisa mendapat manfaat yang baik. Semoga makalah dapat
menjadi bacaan yang berguna bagi pembaca
Daftar Pustaka

Bibliography
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika: Jakarta.

Corwin, E. J. (2009). Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta: EGC.

Davey, P. (2006). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Djokomoeljanto. (2009). Buku Ajar Tiroidologi Klinik. Semarang: Badan Penerbit


Universitas Diponegoro.

Greenberg. (2012). Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Kowalak, J. P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Riskesdas. (2015). Infodatin. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Rubenstein, D., Wayne, D., & Bradley, J. (2007). Lecture Notes Kedokteran Klinis. Jakarta:
Erlangga.

Smeltzer, S. C. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta
: EGC.
Soewondo, & Cahyanur. (2010). Hipotiroidisme dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
Dalam : Penatalaksanaan Penyakit-Penyakit Tiroid bagi Dokter. Jakarta: Interna
Publishing.

William, G. F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Diposting oleh Unknown di 00.47 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting Lebih BaruBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya
Unknown

Lihat profil lengkapku


Arsip Blog
▼  2016 (8)
o ▼  
Mei (8)

KEPERAWATAN
SISTEM
ENDOKRIN I
(ASUHAN KEP...

SISTEM
ENDOKRIN 1
“ASKEP
DIABETES
INSIPI...

KEPERAWATAN
JIWA “ASUHAN
KEPERAWATAN
KLIE...

SYSTEM
ENDOKRIN I
( KONSEP
PENGKAJIAN
PA...

MANUSIA
"KOGNITIF"

HEPATIS

NEONATORUM

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai