askep hipotiroidisme
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sistem Endokrin I pada program studi S-1 Keperawatan di Stikes Muhammadiyah
Lamongan
1.3.2 Tujuan Khusus
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Hipotiroidisme
Pada orang dewasa, kondisi ini menyebabkan miksedema, yang ditandai dengan
adanya akumulasi air dan musin dibawah kulit, sehingga penampakan edema terlihat
Pada anak kecil, hipotiroidisme yang mengakibatkan retardasi mental dan fisik disebut
dengan kretinisme (William, 2008).
Kadar hormone tiroid di sirkulasi rendah baik dalam bentuk T4 maupun T3.
Istilah ‘miksedema’ berarti terdapat deposit mukopolisakarida di bawah kulit, yang
menyebabkan pembengkakan non-piting pada jaringan subkutan (Rubenstein, Wayne,
& Bradley, 2007). Sedangkan menurut (Smeltzer, 2006), Hipotiroidisme dalam sekresi
hormone tiroid yang tidak adekuat selama perkembangan janin dan neonatus akan
menghambat pertumbuhan fisik dan mental (kretinisme) karena penekanan aktivitas
metabolic tubuh secara umum.
2.2 Etiologi
Autoimun : Ada 2 bentuk tiroiditis autoimun, yang dengan mudah dapat dibedakan
melalui adanya struma (tiroiditis Hashimito/limfositik) atau tidak adanya struma
(atrofik). Pada keduanya dapat ditemukan autoantibody. Anggota keluarga yang lain
mungkin mereka penyakit Addison, anemia pernisiosa, atau diabetes. Terkadang
tiroiditis Hashimoto menimbulkan nyeri pada fase akut dan lebih jarang lagi
menyebabkan hipertiroidisme sementara
Kelebihan iodine : kelebihan yang kronis (misalnya ekspektoran atau amiodoran) dapat
menyebabkan hipotiroidisme
Terapi destruktif untuk hipotiroidisme atau karsinoma dengan operasi atau pemberian
radioiodium
Bisa ada riwayat gangguan tiroid atau penyakit atau autoimun di keluarga, misalnya
10% mengalami anemia pernisiosa (Rubenstein, Wayne, & Bradley, 2007).
2.3 Manifestasi Klinis
Konstipasi
Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan rambut tubuh yang tipis dan rapuh
2.4 Patofisiologi
2.5 Pathway
Defisiensi pengetahuan
Peningkatan arteriosklerosis
Hipoksia
achlorhydria
Penurunan fusngsi GI
Konstipasi
Anemia
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Hipotiroidisme dapat dicurigai secara klinis, meskipun pemeriksaan
laboratorium merupakan modalitas primer yang digunakan untuk menegakkan
diagnosis. Begitu penurunan kadar hormone tiroid telah dipastikan kadar TSH
merupakan factor paling penting untuk menentukan apakah hipotiroidisme bersifat
primer atau sekunder. Pemeriksaan penciraan radiografi dan pengambilan sampel
jaringan dapat memberikan informasi pemastian tambahan, meskipun biasanya tidak
diperlukan bila kepastian dari laboratorium telah diperoleh (Greenberg, 2012).
Semua kasus yang diduga hipotiroid harus diperiksa: kadar T4 serum rendah dan ini
menstimulasi sekresi TSH oleh hipofisis (meningkat pada hipotirodisme primer)
EKG menunjukkan denyut jantung yang lambat dan voltase rendah dengan gelombang
T mendatar atau terbalik
Gagal jantung
Koma miksedema
Megakolon
Psikosis organic
infertilisasi
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Penatalaksanaan Medis
2.7.2 Penatalaksanaan Keperawatan
2.8 Komplikasi
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme, termasuk hipotermia tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran yang
menyebabkan koma
Ada juga risiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Risiko ini mencakup
pergantian hormone yang berlebihan, ansietas, atrofi otot, osteoporosis, dan fibrilasi
atrium
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
1. Nama :-
2. No. Register :-
6. Agama :-
7. Status :-
8. Pekerjaan :-
9. Pendidikan :-
10. Alamat :-
11. Tgl. Mrs :-
1. Nama :-
2. Jenis Kelamin :-
3. Pekerjaan :-
- Konstipasi
- Perubahan fungsi reproduksi
- Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan rambut tubuh yang tipis dan rapuh
1. Penampilan Umum
2. Tanda-Tanda Vital
Suhu : Hipotermia
RR : Dispnea
Nadi :Bradikardia
1. Kepala
- Pembengkakan tangan
Mata
- Conjungtiva : Anemis
- Gerakan Mata Okuler : Pasien dapat mengikuti gerakan perawat kedelapam arah
(normal)
Hidung : bentuk hidung normal, tidak ada sekresi/benda asing, tidak ada peradangan
mukosa, tidak ada nyeri tekan pada sinus, ada pernafasan cuping hidung.
Mulut : bibir kering, lidah bersih, adanya bau mulut, tidak stomatitis
2. Leher
3.1.3.3 Dada
1. Inspeksi
Pernafasan
Tipe :Takipnea
Irama :Irregular
Frekuensi :>24X/Menit
2. Palpasi
3. Perkusi
Paru : sonor
Jantung : pekak
4. Auskultasi
Paru
Jantung
1. Inspeksi
2. Palpasi
Tidak teraba massa pada payudara dan ketiak
3.1.1.5 Abdomen
1. Inspeksi
2. Auskultasi
Bisimg Usus
3. Palpasi
Palpasi ringan
Palpasi dalam
3.1.1.6 Ekstremitas
3.1.1.7 Genetalia
1. Inspeksi
2. Palpasi
1. Inspeksi
2. Palpasi
5. Peningaktan kolesterol
7. EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS dan gelombang
T datar atau inverse (Nurarif & Kusuma, 2015).
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.3 Perencanaan Keperawatan
Intervensi
Diagnose Tujuan dan Criteria
No
Keperawatan Hasil (NOC)
(NIC)
- Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
- Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negative dari
kedinginan
Nutritional Monitoring
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Kolaborasikan pemberian
laksatif
- Mendorong meningkatkan
asupan cairan, kecuali
dikontraindikasi
Level kelemahan
Mampu berpindah :
dengan atau tanpa
bantuan alat
Status kardipulmunari
adekuat
Status respirasi :
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada orang dewasa, kondisi ini menyebabkan miksedema, yang ditandai dengan
adanya akumulasi air dan musin dibawah kulit, sehingga penampakan edema terlihat
Pada anak kecil, hipotiroidisme yang mengakibatkan retardasi mental dan fisik disebut
dengan kretinisme (William, 2008).
Menurut (Davey, 2006), kegagalan tiroid dapat disebabkan oleh penyakit pada
kelenjar tiroid (hipotiroidisme primer), kelenjear hipofisis (hipotiroidisme sekunder),
atau hipotalamus (hipotiroidisme tersier). Hipotiroidisme primer sering terjadi dan di
Eropa/Amerika Utara biasnya merupakan akibat dari penyakit autoimun atau terapi
radio-iodin untuk hipertiroidisme sebelumnya (50% menjadi hipotiroid dalam 10
tahun). Diseluruh dunia penyebab paling sering adalah defisiensi iodine. Walaupun
hipotiroid dapat bersifat congenital, penyebab-penyebab penting pada masa dewasa
adalah:
Autoimun : Ada 2 bentuk tiroiditis autoimun, yang dengan mudah dapat dibedakan
melalui adanya struma (tiroiditis Hashimito/limfositik) atau tidak adanya struma
(atrofik). Pada keduanya dapat ditemukan autoantibody. Anggota keluarga yang lain
mungkin mereka penyakit Addison, anemia pernisiosa, atau diabetes. Terkadang
tiroiditis Hashimoto menimbulkan nyeri pada fase akut dan lebih jarang lagi
menyebabkan hipertiroidisme sementara
Kelebihan iodine : kelebihan yang kronis (misalnya ekspektoran atau amiodoran) dapat
menyebabkan hipotiroidisme
4.2 Saran
Bibliography
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika: Jakarta.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Rubenstein, D., Wayne, D., & Bradley, J. (2007). Lecture Notes Kedokteran Klinis. Jakarta:
Erlangga.
Smeltzer, S. C. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta
: EGC.
Soewondo, & Cahyanur. (2010). Hipotiroidisme dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
Dalam : Penatalaksanaan Penyakit-Penyakit Tiroid bagi Dokter. Jakarta: Interna
Publishing.
Diposting oleh Unknown di 00.47
Mengenai Saya
Unknown
KEPERAWATAN
SISTEM
ENDOKRIN I
(ASUHAN KEP...
SISTEM
ENDOKRIN 1
“ASKEP
DIABETES
INSIPI...
KEPERAWATAN
JIWA “ASUHAN
KEPERAWATAN
KLIE...
SYSTEM
ENDOKRIN I
( KONSEP
PENGKAJIAN
PA...
MANUSIA
"KOGNITIF"
HEPATIS
NEONATORUM