MAKALAH
DISUSUN OLEH:
(193308010017)
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kekuatan serta kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Adapun judul makalah ini adalah “Masalah Gizi Buruk pada Anak di Indonesia dan Cara
Penanganannya.” Dimana makalah ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas SGD
yang kedua.
Dalam penyusunan makalah ini banyak mendapat bimbingan dan saran dari berbagai
pihak, atas bimbingan dan saran yang penulis terima dalam penyelesaian makalah ini, maka
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat dosen kami
drg. Natasya Soraya.
Penulis menyadari segala keterbatasan penulis , sepenuhnya dalam makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan bahasa dan penyusunan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terkait dan turut
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini dan semoga bermanfaat bagi pembaca dan
penulis sendiri.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................5
3
2.7.1 Ganti Nutrisi Anda dengan Makanan yang Tepat ......................................15
4
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga
ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara
menyeluruh sudah muncul masalah baru. Masalah gizi di Indonesia terutama KEP
masih lebih tinggi daripada Negara ASEAN lainnya.
Masalah gizi buruk muncul akibat masalah kekurangan pangan ditingkat rumah
tangga termasuk ketidakmampuan memperoleh makanan untuk semua anggotanya dan
masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan kerja bagi di kalangan
penduduk Indonesia. Tanah air kita ini mengalami masalah gizi ganda yang artinya
masalah gizi buruk belum dapat diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah baru.
Pada masa sekarang ini, masalah gizi buruk mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Malnutrisi (gizi buruk) masih saja melatarbelakangai penyakit dan kematian
anak, meskipun sering luput dari kematian. (Haryono, 2010)
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi
terutama pada balita. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka
buruk terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan atau pantangan yang
5
merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu, keterbatasan
penghasilan keluarga, dan jarak kelahiran yang rapat. Kemiskinan masih merupakan
bencana bagi jutaan manusia. Sekelompok kecil penduduk dunia berpikir “hendak
makan dimana” sementara kelompok lain masih memeras keringat untuk memperoleh
sesuap nasi.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor. Gangguan gizi
buruk menggambarkan suatu keadaan pathologis yang terjadi akibat ketidaksesuaian atau
tidak terpenuhinya antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dengan kebutuhan tubuh
akan zat gizi dalam jangka waktu yang relatif lama.. Kesehatan yang baik tidak terjadi
karena ada perubahan yang berupa kekurangan zat makanan tertentu atau berlebih.
Kekurangan umumnya mencakup protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Sedangkan
kelebihan umumnya mencakup konsumsi lemak, protein, dan gula. Untuk mencapai
kondisi anak perlu/cukup gizi harus memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan serta
melakukan kegiatan yang baik seperti olahraga, dan lain-lain.
Menurut Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk dari Kementerian Kesehatan RI,
berikut gejala gizi buruk yang umum pada anak-anak:
7
c) Indikator penilaian status gizi BB/PB atau BB/TB kurang dari -3 SD.
d) Nafsu makan baik.
e) Tidak disertai dengan komplikasi medis.
Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :
a. Kurangnya asupan gizi dari makanan.
Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang
dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang
dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.
b. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi.
Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi
organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara
baik.
1. Keluarga miskin
2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran
pernapasan dan diare.
8
2.3.1 Ekonomi
Salah satu faktor yang paling dialami oleh banyak keluarga di Indonesia adalah
masalah ekonomi yang rendah. Ekonomi yang sulit, pekerjaan, dan penghasilan yang
tak mencukupi, dan mahalnya harga bahan makanan membuat orangtua mengalami
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Padahal, usia 1-3 tahun merupakan
masa kritis bagi anak untuk mengalami masalah gizi buruk.
2.3.2 Sanitasi
Kondisi rumah dengan sanitasi yang kurang baik akan membuat kesehatan
penghuni rumah, khususnya anak-anak, akan terganggu. Sanitasi yang buruk juga
akan mencemari berbagai bahan makanan yang akan dimasak.
2.3.3 Pendidikan
Orangtua seharusnya menyadari pentingnya memenuhi kebutuhan akan
kecukupan gizi anak. Namun tingkat pendidikan yang rendah membuat orangtua
tidak mampu menyediakan asupan yang bergizi bagi anak-anak mereka.
Ketidaktahuan akan manfaat pemberian gizi yang cukup pada anak akan membuat
orangtua cenderung menganggap gizi bukan hal yang penting.
Secara klinis, permasalahan gizi buruk pada anak terbagi menjadi beberapa
kategori, yaitu:
2.4.1 Marasmus
9
Sementara di sisi lain, anak dengan marasmus bisa sampai mengalami anoreksia
nervosa, sehingga membuat tubuhnya tampak sangat kurus.Hal ini dikarenakan anak
tersebut tidak bisa makan atau menolak untuk makan. Seiring berjalannya waktu,
jaringan lemak pada tubuh dan wajah anak yang mengalami marasmus perlahan
menghilang.
Gambar 1 hallosehat.com
Selain itu, berikut beberapa gejala marasmus yang juga terjadi pada anak:
a) Diare kronis
b) Infeksi saluran pernapasan
c) Terhambatnya perkembangan intelektual
d) Pertumbuhan tubuh terganggu
e) Rambut rapuh dan mudah rontok
10
2.4.2 Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah kondisi kekurangan gizi yang penyebab utamanya karena
rendahnya asupan protein. Berbeda dengan marasmus yang yang mengalami penurunan
berat badan, kwashiorkor tidak demikian. Salah satu ciri utama yang menandakan anak
mengalami kwashiorkor, yakni tubuhnya yang terlihat sangat kurus. Berbagai gejala
kwashiorkor pada anak meliputi:
Gambar 2 hallosehat.com
11
2.4.3 Marasmik-kwashiorkor
1. Fase stabilisasi
Fase stabilisasi adalah keadaan ketika kondisi klinis dan metabolisme anak
belum sepenuhnya stabil. Dibutuhkan waktu sekitar 1-2 hari untuk memulihkannya,
atau bahkan bisa lebih, tergantung dari kondisi kesehatan anak. Tujuan dari fase
stabilisasi yakni untuk memulihkan fungsi organ-organ yang terganggu serta
pencernaan anak agar kembali normal. Pemberian formula khusus dilakukan sedikit
demi sedikit tapi dalam frekuensi yang sering. Cara ini bisa membantu mencegah kadar
gula darah rendah (hipoglikemia), serta tidak membebankan saluran pencernaan, hati,
dan ginjal.
12
2. Fase transisi
3. Fase rehabilitasi
Fase rehabilitasi adalah masa ketika nafsu makan anak sudah kembali normal
dan sudah bisa diberikan makanan agak padat melalui mulut atau oral. Akan tetapi,
bila anak belum sepenuhnya bisa makan secara oral, pemberiannya bisa dilakukan
melalui selang makanan.
Catatan: Jumlah balita tahun 2003 diperkirakan 8,5% dari jumlah penduduk
13
b. WHO (1999) mengelompokkan wilayah berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam
4 kelompok yaitu rendah (di bawah 10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29%) dan
sangat tinggi (30%).
c. Dengan menggunakan pengelompokan prevalensi gizi kurang berdasarkan WHO,
Indonesia tahun 2004 tergolong negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi
karena 5.119.935 (atau 28.47%) dari 17.983.244 balita di Indonesia termasuk
kelompok gizi kurang dan gizi buruk. Angka ini cenderung meningkat pada tahun
2005-2006.
d. Gizi masih merupakan masalah serius pada sebagian besar Kabupaten/Kota, Data
2004 menunjukkan masalah gizi terjadi di 77,3% Kabupaten dan 56% Kota, dan
besarnya angka ini hampir sama jika dilihat menurut persentase keluarga miskin :
1) 109 dari 347(31.4%) kabupaten/kota yang diklasifikasikan berisiko tinggi
2) 67(19.3%) kabupaten/kota resiko sedang, dan
3) 171 (49.2%) kabupaten/kota resiko rendah
14
Faktor lainnya yang harus diperhatikan adalah operasi, trauma, dan penyakit
kronis yang juga bisa menyebabkan malnutrisi. Orang-orang yang
menjalankan pengobatan juga beresiko tinggi mengalami malnutrisi.
2.6.3 Identifikasi semua gejala (symptoms) dari malnutrisi.
Dalam mencegah malnutrisi, pemahaman mengenai gejala dari
malnutrisi bisa sangat membantu.
Beberapa gejala malnutrisi yang bisa Anda kenali antara lain mudah lelah,
kurangnya nafsu makan, kesulitan untuk berkonsentrasi, turunnya berat
badan secara drastis, depresi, tubuh lebih kurus, dan lebih gampang sakit.
2.6.4 Cukupi nutrisi dalam setiap makanan.
Makanan yang Anda konsumsi haruslah penuh dengan nutrisi yang
bisa membantu membentuk dan memaksimalkan kerja organ-organ tubuh.
Dengan nutrisi ini, Anda akan lebih bersemangat untuk beraktivitas dan
meningkatkan kesehatan dan daya tahan tubuh Anda.
Selain melakukan pencegahan, Anda juga perlu mengetahui cara merawat dan
berlaku ketika malnutrisi terjadi sehingga meminimalisir resiko kematian yang
diakibatkan oleh malnutrisi. Beberapa tindakan yang bisa Anda lakukan, antara lain:
2.7.2 Pelajari kebiasaan makan yang baik beserta nutrisi yang diperlukan.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, mempelajari kebiasaan
makan yang baik dan nutrisi apa yang harus dimakan bisa mempercepat
penyembuhan malnutrisi. Selain itu, cobalah untuk melakukan diet seimbang
sehingga malnutrisi tidak terjadi lagi di masa depan. Jam makan juga harus
Anda perhatikan sehingga penyerapan nutrisi bisa maksimal dilakukan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17