Anda di halaman 1dari 35

NO Diagnosa NOC NIC

Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


1 Kekurangan volume NOC Label: Keseimbangan Cairan NIC Label: Monitor Cairan
cairan yang  Tekanan darah  Tentukan jumlah dan jenis
berhubungan dengan  Denyut nadi radial intake/asupan cairan serta
kehilangan  Tekanan arteri rata-rata kebiasaan eliminasi
cairan aktif akibat  Tekanan vena sentral  Tentukan faktor-faktor
peningkatan  Denyut perifer risiko yang mungkin
permeabilitas kapiler,  Keseimbangan intake dan output menyebabkan
peningkatan tekanan dalam 24 jam ketidakseimbangan cairan
hidrostatik (misalnya, kehilangan
 Berat badan stabil
kapiler, penurunan albumin, luka bakar,
 Turgor kulit
tekanan malnutrisi, sepsis, sindrom
 Kelembaban membran mukosa
osmotik koloid kapiler, nefrotik, hipertermia,
 Serum elektrolit
peningkatan kehilangan terapi diuretic, patologi
 Hematokrit
evaporatif. ginjal, gagal jantung,
 Berat jenis urin
diaphoresis, disfungsi hati,
olahraga berat, paparan
NOC Label: Hidrasi
panas, infeksi, paska
 Turgor kulit
operasi, poliuria, muntah,
 Membran mukosa lembab
dan diare)
 Intake cairan
 Tentukan apakah pasien
 Output urin
mengalami kehausan atau
 Serum sodium
gejala perubahan cairan
 Perfusi jaringan
(misalnya, pusing, sering
 Fungsi kognis
berubah pikiran, melamun,
ketakutan, mudah
tersinggung, mual,
berkedut)
 Periksa isi ulang kapiler
dengan memegang tangan
pasien pada tinggi yang
sama seperti jantung dan
menekan jari tengah
selama lima detik, lalu
lepaskan tekanan dan
hitung waktu sampai
jarinya kembali merah
(yaitu, harus kurang dari 2
detik)
 Periksa turgor kulit
dengan memegang
jaringan sekitar tulang
seperti tangan atau tulang
kering, mencubit kulit
dengan lembut, pegang
dengan kedua tangan dan
lepaskan (di mana, kulit
akan turun kembali
dengan cepat jika pasien
terhidrasi dengan baik)
 Monitor berat badan
 Monitor asupan dan
pengeluaran
 Monitor nilai kadar serum
dan elektrolit urin
 Monitor kadar serum
albumin dan protein total
 Monitor kadar serum dan
osmolalitas urin
 Monitor tekanan darah,
denyut jantung, dan status
pernafasan
 Monitor tekanan darah
ortostatik dan perubahan
irama jantung, dengan
tepat
 Monitor parameter
hemodinamik invasif
 Catat dengan akurat
asupan dan pengeluaran
(misalnya, asupan oral,
asupan pipa makanan,
asupan IV, antibiotik,
cairan yang diberikan
dengan obat-obatan,
tabung nasogastric (NG),
saluran air, muntah,
tabung dubur, pengeluaran
kolostomi, dan air seni)
 Cek kembali asupan dan
pengeluaran pada semua
pasien dengan terapi
intravena, infus subkutan,
makanan enteral, tabung
NGT, kateter urin,
muntah, diare, drainase
luka, drainase dada, dan
kondisi medis yang
mempengaruhi
keseimbangan cairan
(misalnya, gagal jantung,
gagal ginjal, malnutrisi,
luka bakar, sepsis)
 Rekam inkontinensia pada
pasien yang membutuhkan
asupan dan pengeluaran
akurat
 Perbaiki alat medis yang
bermasalah (misalnya,
kateter tertekuk atau
terblokir) pada pasien
yang mengalami berhenti
mendadak mengeluarkan
urin
 Monitor membran
mukosa, turgor kulit, dan
respon haus
 Monitor warna, kuantitas,
dan berat jenis urin
 Monitor distensi vena
leher, ronki di paru-paru,
edema perifer, dan
penambahan berat badan
 Monitor tanda dan gejala
asites
 Catat ada tidaknya vertigo
pada saat (bangkit untuk)
berdiri
 Beri cairan dengan tepat
 Pastikan bahwa semua IV
dan asupan enteral
berjalan dengan benar,
terutama jika tidak diatur
oleh pompa infus
 Batasi dan alokasikan
asupan cairan
 Konsultasikan ke dokter
jika pengeluaran urin
kurang dari 0,5ml/kg/jam
atau asupan cairan orang
dewasa kurang dari 2000
dalam 2 jam
 Berikan agen
farmakologis untuk
meningkatkan pengeluaran
urin
 Berikan dialisis dan catat
reaksi pasien
 Pertahankan grafik wadah
cairan yang akurat untuk
menjamin standarisasi
pengukuran wadah
 Cek grafik asupan dan
pengeluaran secara berkala
untuk memastikan
pemberian layanan yang
baik

NIC Label: Manajemen


Hipovolemi
 Timbang berat badan di
waktu yang sama
(misalnya., setelah
BAB/BAK, sebelum
sarapan) dan monitor
kecenderungan
 Monitor status
hemodinamik meliputi
nadi, tekanan darah, MAP,
CVP, PAP, PCWP, CO,
dan CI, jika tersedia
 Monitor adanya tanda-
tanda dehidrasi (misalnya.,
turgor kulit buruk,
capillary refill terlambat,
nadi lemah/thread pulse,
sangat haus, membran
mukosa kering, dan
penurunan urin output)
 Monitor adanya hipotensi
ortostatik dan pusing saat
berdiri
 Monitor adanya sumber-
sumber kehilangan cairan
(misalnya., perdarahan,
muntah, diare, keringat
yang berlebihan, dan
takipnea)
 Monitor asupan dan
pengeluaran
 Monitor area akses
memasukkan alat terhadap
adanya infiltrasi, phlebitis,
dan infeksi, dengan tepat
 Monitor adanya bukti
laboratorium terkait
dengan kehilangan darah
(misalnya., hemoglobin,
hematokrit, tes fekal
adanya gumpalan darah),
jika tersedia
 Monitor bukti
laboratorium dari adanya
hemokonsentrasi
(misalnya., sodium, BUN,
berat jenis urin), jika
tersedia
 Monitor bukti
laboratorium dan bukti
klinis adanya cedera ginjal
akut (misalnya.,
peningkatan BUN,
peningkatan kreatinin,
penurunan GFR,
myoglobinemia, dan
penurunan urin output)
 Dukung asupan cairan oral
(misalnya., berikan cairan
lebih dari 24 jam dan
berikan cairan dengan
makanan), jika tidak ada
kontraindikasi
 Tawarkan pilihan minum
setiap 1 sampai 2 jam saat
terjaga, jika tidak ada
kontraindikasi
 Jaga kepatenan akses IV
 Hitung kebutuhan cairan
didasarkan pada area
permukaan tubuh dan
ukuran [tubuh] terbakar,
dengan tepat
 Berikan cairan IV isotonik
yang diresepkan
(misalnya., cairan normal
saline atau Lactated
Ringer) untuk rehidrasi
ekstraseluler dengan
tetesan aliran yang tepat)
 Berikan cairan hipotonik
IV yang diresepkan
(misalnya., 5% dextrose
dalam cairan atau 0.45%
sodium chloride) untuk
rehidrasi intraseluler pada
tetesan aliran yang tepat,
dengan tepat
 Berikan cairan IV isotonik
bolus yang diresepkan
pada aliran tetesan yang
tepat untuk menjaga
integritas hemodinamik
 Berikan colloid
suspensions yang
diresepkan (misalnya.,
Hespan, albumin, atau
Plasmanate) untuk
penggantian volume
intravena, dengan tepat
 Berikan produk darah
yang diresepkan untuk
meningkatkan tekanan
plasma onkotik dan
mengganti volume darah,
dengan tepat
 Monitor adanya tanda
reaksi tranfusi darah,
dengan tepat
 Lakukan autotransfusi
untuk kehilangan darah,
jika tepat
 Monitor adanya bukti-
bukti hypervolemia dan
edema paru selama
rehidrasi IV
 Berikan cairan IV pada
suhu kamar
 Gunakan pompa IV untuk
menjaga tetesan aliran
infus intravena tetap stabil
 Monitor integritas kulit
pasien yang tidak dapat
bergerak dan memiliki
kulit kering
 Tingkatkan integritas kulit
(misalnya., mencegah
pencukuran, hindari
kelembaban yang
berlebihan, dan sediakan
nutrisi yang cukup) pada
pasien yang tidak dapat
bergerak dan memiliki
kulit kering, dengan tepat
 Bantu pasien dengan
ambulasi pada kasus
hipotensi postural
 Instruksikan pada pasien
untuk menghindari posisi
berubah cepat, khususnya
dari posisi terlentang pada
posisi duduk atau berdiri
 Implementasikan posisi
Trendelenburg yang
dimodifikasi (misalnya.,
kaki ditinggikan di atas
posisi posisi jantung
dengan tubuh terlentang)
saat hipotensi untuk
mengoptimalkan perfusi
otak dalam meminimalkan
kebutuhan oksigen jantung
 Monitor rongga mulut dari
kekeringan dan/atau
membran mukosa yang
pecah
 Sediakan cairan oral (atau
moistened mouth swabs)
sesering mungkin untuk
memelihara integritas
membran mukosa mulut,
jika tidak ada
kontraindikasi)
 Fasilitasi kebersihan mulut
(misalnya., menggosok
gigi dengan pasta gigi,
menggunakan obat kumur
tanpa alkohol) dua kali
sehar
 Posisikan untuk perfusi
perifer
 Berikan vasodilator yang
diresepkan dengan hati-
hati (misalnya.,
nitrogliserin,
nitroprusside, dan calcium
channel blockers) saat
menghangatkan kembali
pasien setelah operasi,
dengan tepat
 Berikan atrial natriuretic
peptide (ANP) yang
diresepkan untuk
mencegah cedera ginjal
akut, dengan tepat
 Instruksikan pada pasien
dan/atau keluarga untuk
mencatat intake dan
output, dengan tepat
 Instruksikan pada pasien
dan/atau keluarga
tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi
hipovolemia
2 Nyeri akut berhubungan NOC Label: NIC Label
dengan Kontrol Nyeri Pemberian Analgetik
agen cedera fisik atau  Mengenali kapan nyeri terjadi  Tentukan lokasi,
zat kimia  Menggambarkan factor karakteristik, kualitas, dan
penyebab keparahan nyeri sebelum
 Menggunakan jurnal harian mengambil pasien
untuk memonitor gejala dari  Cek perintah pengoatan
waktu ke waktu meliputi obat, dosis, dan
 Menggunakan tindakan Frekuensi obat analgetik
pencegahan yang diresepkan
 Menggunakan tindakan  Cek adanya riwayat alergi
pengurangan (nyeri) tanpa obat
analgetik  Evaluasi kemapuan pasien
 Menggunakan analgetik yang untuk berperan serta dalam
direkomendasikan pemuluhan alangetik, rute
 Melaporkan perubahan gejala dan keterlibatan pasien,
nyeri pada professional sesuai kebutuhan
kesehatan  Pilih analgetik dan
 Melaporkan gelaja yang tidak kombinasi analgetik yang
terkontrol pada professional sesuai ketika lebih dari
kesehatan satu diberikan

 Menggunakan sumber daya yang  Tentukan pilihan obat


tersedia analgetik (narkotik, non
 Mengenali apa yang terkait narkotik, atau NSAID),
dengan gejala nyeri berdadsarkan tipe dan
 Melaporkan nyeri yang keparahan nyeri
terkontrol  Tentukan analgetik
sebelumnya, rute
Tingkat Nyeri pemberian, dan dosis
 Nyeri yang dilaporkan untuk mencapai hasil
 Panjangnya episode nyeri pengurangan nyeri yang

 Menggososk area yang terkena optimal

dampak  Pilih rute intravena

 Mengerang dan menangis daripada rute

 Ekspresi nyeri wajah inramuskular, utnuk

 Tidak bisa beristirahat injeksi pengobatan nyeri


yang sering, jika
 Agitasi
memungkinkan
 Iritabilitas
 Tinggalkan narkotik dan
 Mengeluarkan keringat
oabta-obat lain yang
 Berkeringat berlebihan
dibatasi, sesuai dengan
 Mondar mandir
aturan tumah sakit
 Fokus menyempit
 Monitor tanda vital
 Ketegangan otot
sabelum dan setelah
 Kehilangan nafsu makan
memberikan analgetik
 Mual
narkotik pada pemberian
 Intorelansi makan
dosis pertama kali atau
 Frekuensi nafas
jika ditemukan tanda –
 Denyut jantung apical
tanda yang tidak biasanya
 Denyut nadi radial
 Berikan kebutuhan
 Tekanan darah kenyamanan dan aktivitas
lain yang dapat membantu
relaksasi untuk
memfasilitasi penurunan
nyeri
 Berikan analgetik sesuai
waktu paruhnya, terutama
pada nyeri yang berat
 Susun harapan yang positif
mengenai keefektifan
analgetik untuk
mengoptimalkan respon
pasien
 Berikan analgetik
tambahan dan/atau
pengobatan jika
diperlukan untuk
digabungkan dengan opoid
bolus, untuk mempertahan
level serum
 Jalankan tindakan
keselamatan pada pasien
yang menerima analgetik
narkotika, sesuai dengan
kebutuhan
 Mintakan pengobatan
nyeri PRN sebelum nyeri
menjadi parah
 Informasikan pasien yang
mendapatkan narkotika
bahwa rasa mengantuk
kadang terjadi selama 2-3
hari pertama pemberian
dan selanjutnya akan
menghilang
 Perbaiki kesalahan
pengertian/mitos yang
dimiliki pasien dan
anggota keluarga yang
mungkin keliru tentang
analgetik
 Evaluasi keefektifan
analgetik dengan interval
yang teratur pada setiap
setelah pemberian
khususnya setelah
pemberian pertama kali,
jika obervasi adanya tanda
dan gehala efek sampign
(misalnya, depresi
pernafasan, mual dan
muantah, mulut kering dan
konstipasi)
 Dokumentaikan respon
terhadap analgesic dan
adanya efek samping
 Evaluasi dan
dokumentasikan tingkat
sedasi dari pasien yang
menerima opoid
 Lakukan tindakan-
tindakan untuk
menurunkan efek samping
analgesic (misalnya,
kosntipasi dan iritasi
lambung)
koalborasikan dengan
kokter apakah obat, dosis,
rute pemberian, atau
erubahan interval
dibutuhkan, buat
rekomenadi khusus
berdarsarkan prinsip
analgetik
 Ajarkan tentang
penggunaan analgeti,
strategi untuk menurunkan
efek samping. Dan
diharapkan terkait dengan
keterlibataan dalam
keputusan pengurangan
nyeri
Managemen Nyeri
 Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang
meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya
nyeri dan factor pencetus
 Pastikan perwatan
analgesic bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
 Gunakan strategi
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri
 Gali bersama pasien dan
keluarga mengenai factor-
faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
 Berikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan,
dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat
prosedur
 Kendalikan factor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan (mis.,
suhu ruangan,pencahayaan
dan suara bising)
 Kurangi atau
eliminasifaktor-faktor
yang dapat mencetus atau
meningkatkan nyeri (mis.,
ketakutan, kelelahan,
keadaan monoton, dan
kurang pengetahuan)
 Pilih dan implementasikan
tindakan yang beragam
(mis., farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi penurunan
nyeri sesuai kebutuhan
 Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat
 Ajarkan penggunaan
teknik non farmaklogi
(seperti,biofeedback,TEN
S,
hypnosiss,relaksasi,bimbin
gan antisipasi, terapi
musik, terapi bermain,
terapi aktivitas,
akupressur, aplikasi
panas/dingin dan pijatan,
sebelum, sesudah dan jika
memungkinkan ketika
melakukan aktivitas yang
menimbulkan nyeri
sebelum nyeri terjadi atau
meningkat, dan bersamaan
dengan tindakan penurun
rasa nyeri lainnya)
 Kolaborasi dengan pasien
keluarga dan tim
kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri
nonfarmakologi sesuai
kebutuhan
 Berikan individu penurun
nyeri yang optimal dengan
peresepan analgesic
 Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri
3 Kerusakan integritas NOC Label: NIC Label
kulit Integritas Jaringan: Kulit dan Perawatan Luka:
berhubungan dengan Membran Mukosa Luka Bakar
luka bakar  Suhu kulit  Jika memungkinkan,
terbuka  Sensasi dinginkan luka bakar
 Elastisitas dengan air hangat (200)
 Hidrasi atau larutan salin saat

 Keringat terjadi luka

 Tekstur  Basuh luka terus menerus

 Ketebalan selama 30 menit atau lebih

 Perfusi jaringan untuk memastikan


tersingkirnya agen luka
 Pertumbuhan rambut pada kulit
bakar
 Integritas kulit
 Kaji area tempat masuk
dankeluarnya arus, pada
Penyembuhan Luka Bakar
luka bakar yang
 Memperkirakan kondisi kulit
disebabkan oleh sengatan
 Memperkirakan kondisi tepi
listrik untuk mengevaluasi
luka
organ masa saja yang
 Pembentukan bebas luka
mungkin terkena dampak
 Drainase purulent  Lakukan pemeriksaan
 Drainase serosa EKG pada semua luka
 Drainase sanguinis bakar akibat sengatan
 Drainase serosanguinis listrik

 Drainase serosanguinis dari  Tingkatkan suhu tubuh


drain pasien luka bakar karena

 Eritema di kulit sekitarnya kedinginan

 Lebam di kulit ssekitarnya  Pertahankan jalan napas

 Peningkatan suhu kulit terbuka untuk memastikan

 Bau luka busuk ventilasi atau melancarkan


jalan napas

Pemulihan Luka Bakar  Monitor tingkat kesadaran

 Granulasi jaringan pasien dengan luka bakar


yang parah
 Perfusi area jaringan luka bakar
 Evaluasi mulut dan
 Persentase luka bakar yang
hidung pasien untuk
sembuh
mengidentifikasi adanya
 Stabilitas suhu
lesi
 Stabilitas elektrolit
 Evaluasi luka meliputi
 Keseimbangan cairan
kedalaman, lokasi, nyeri,
 Kemampuan perawatan diri
agen penyebab, eksudasi,
 Pergerakan sendi pada
granulasi atau jaringan
ekstremitas
nekrotik, epitelisasi, dan
 Toleransi ambulansi
tanda-tanda infeksi
 Sikap positif terhadap sentuhan
 Menginformasikan kepada
pada bagian yang sakit
pasien tentang prosedur
 Penyesuaian psikologis terhadao
dressing
perubahan penampilan fisik
 Menjaga kesterilan dan
 Penyesuaian psikologis terhadao
maksimum asepsis pada
perubahan fungsi tubuh
saat dressing
 Kontrol nyeri dengan
tindakan farmakologi dan
non farmakologi
 Memberikan nutrisi dan
cairan adekuat
 Mengajarkan metode
untuk melindungi luka
 Memberikan dukungan
emosional
4 Ketidakefektifan pola NOC Label: NIC Label:
nafas berhubungan Status Pernapasan: Ventilasi AirwayManagement
dengan deformitas  Frekuensi pernapasan  Buka jalan nafas,
dinding dada, keletihan  Irama pernapasan guanakan teknik
otot-otot pernafasan,  Kedalaman inspirasi chin lift atau jaw
hiperventilasi  Suara perkusi napas thrust bila perlu

 Volume tidal  Posisikan pasien

 Kapasitas vital untuk

 Hasil rontgen dada memaksimalkan

 Tes faal paru ventilasi


 Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
 Pasang mayo bila
perlu
 Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
 Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
 Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
 Lakukan suction
pada mayo
 Berikan
bronkodilator bila
perlu
 Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
 Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi
dan status O2

Terapi Oksigen
 Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
 Pertahankan jalan
nafas yang paten
 Atur peralatan
oksigenasi
 Monitor aliran
oksigen
 Pertahankan posisi
pasien
 Observasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
 Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap
oksigenasi

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
5 Ketidakefektifan perfusi NOC Label: Tissue Perfusion: NIC Label : Cerebral
jaringan perifer yang Cerebral Perfusion Promotion
berhubungan dengan - Tidak terjadi peningkatan tekanan 1. Pantau tingkat kerusakan
edema seluruh tubuh, intrakranial (skala 3 = moderate perfusi jaringan cerebral,
jaringan vaskuler, deviation from normal range) seperti status neurologi dan
penurunan haluaran - Tekanan darah sistolik normal adanya penurunan
jantung, dan (110-120 mmHg) (skala 3 = kesadaran.
hipovolemia. moderate deviation from normal 2. Posisi kepala yang tepat
range) head up 30-350 dan monitor
- Tekanan darah diastolik normal respon pasien terhadap
(70-80 mmHg) (skala 3 = posisi tersebut.
moderate deviation from normal 3. Monitor status respirasi
range) (pola, ritme, dan kedalaman
- Hasil pemeriksaan AGD dalam respirasi; PO2, PCO2, PH,
rentang normal (PO2 = 80-100 dan level bikarbonat).
mmHg, PCO2 = 35-45 mmHg, PH 4. Pantau pengiriman oksigen
= 7.35-7.45, dan level bikarbonat = kejaringan
22-26 mmHg) (skala 3 = moderate 5. Beri O2 sesuai kebutuhan
deviation from normal range) 6. Monitor nilai lab untuk
perubahan dalam
oksigenasi. (HB)
7. Kolaborasi pemberian
neuroprotektor
8. Monitor intake melalui
NGT dan outpu cairan
melalui kateter
NIC Label : Intracranial
Pressure (ICP) Monitoring
1. Pantau tekanan perfusi
serebral/pantau tekanan
intrakranial.
2. Pantau suhu tubuh pasien.
3. Kolaborasi pemberian
diuretik dan obat
antiperdarahan
4. Kolaborasi pemberian
neuroprotektor.
5. Kolaborasi tindakan
pembedahan seperti
kraniotomi sesuai indikasi.
NIC Label : Vital Sign
Monitoring
1. Monitor tanda-tanda vital.
2. Ukur tekanan darah setelah
pasien mendapatkan
medikasi/terapi.
6 Resiko infeksi NOC Label: Daya Tahan NIC Label: Kontrol
berhubungan dengan  Melakukan aktivitas rutin Infeksi
kerusakan integritas  Aktivitas fisik  Alokasikan
kulit, pertahanan primer  Konsenstrasi kesesuaian luas
tidak adekuat.  Daya tahan otot ruang per pasien,

 Pemulihan energy setelah istirahat seperti yang

 Oksigen darah ketika beraktivitas diindikasikan oleh

 Hemoglobin pedoman Pusat


Pengendalian dan
 Hematokrit Pencegahan
 Glukosa darah Penyakit (Centers
 Serum elektrolit darah for Disease Control
and
Prevention/CDC)
 Bersihkan
lingkungan dengan
baik setelah
digunakan untuk
setiap pasien
 Ganti peralatan
perawatan per
pasien sesuai
protokol institusi
 Isolasi barang yang
terkena penyakit
menular
 Tempatkan isolasi
sesuai tindakan
pencegahan yang
sesuai
 Pertahankan teknik
isolasi yang sesuai
 Batasi jumlah
pengunjung
 Ajarkan cara cuci
tangan bagi tenaga
kesehatan
 Anjurkan pasien
mengenai teknik
mencuci tangan
dengan tepat
 Anjurkan
pengunjung untuk
mencuci tangan
pada saat
memasuki dan
meninggalkan
ruangan pasien
 Gunakan sabun
antimikroba untuk
cuci tangan yang
sesuai
 Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kegiatan
perawatan pasien
 Lakukan tindakan-
tindakan
pencegahan yang
bersifat universal
 Pakai sarung
tangan
sebagaimana
dianjurkan oleh
kebijakan
pencegahan
universal/
Universal
Precautions
 Pakai pakaian ganti
atau jubbah saat
menangani bahan-
bahan yang
infeksius
 Pakai sarung
tangan steril
dengan tepat
 Gosok kulit pasien
dengan agen
antibakteri yang
sesuai
 Cukur dan siapkan
daerah untuk
persiapan untuk
prosedur invasif
dan/atau operasi
sesuai indikasi
 Jaga lingkungan
aseptik yang
optimal selama
penusukan di
samping tempat
tidur dari seluruh
penghubung
 Jaga lingkungan
aseptik saat
mengganti tabung
dan botol TPN
 Jaga sistem yang
tertutup saat
melakukan monitor
hemodinamik
invasif
 Ganti IV perifer
dan tempat saluran
penghubung serta
balutannya sesuai
dengan pedoman
CDC saat ini
 Pastikan
penanganan aseptik
dari semua saluran
IV
 Pastikan teknik
perawatan luka
yang tepat
 Gunakan
kateterisasi
intermiten untuk
mengurangi
kejadian infeksi
kandung kemih
 Ajarkan pasien
untuk mendapatkan
spesiem urin aliran
tengah yang sesuai
pada saat tanda
pertama dari
kembalinya gejala
 Dorong batuk dan
bernafas dalam
yang tepat
 Tingkatkan intake
nutrisi yang tepat
 Dorong intake
cairan yang sesuai
 Dorong untuk
beristirahat
 Berikan terapi
antibiotik
 Ajarkan imunisasi
yang sesuai
 Anjurkan pasien
untuk meminum
antibiotik seperti
yang diresepkan
 Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejala
infeksi dan kapan
harus
melaporkannya
kepada penyedia
perawatan
kesehatan
 Ajarkan pasien dan
anggota keluarga
mengenai
bagaimana
menghindari
infeksi
 Promosikan
persiapan dan
pengawetan
makanan yang
aman

NIC Label:
Perlindungan Infeksi
 Monitor adanya
tanda dan gejala
infeksi sistemik
dan lokal
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Tinjau riwayat
(dilakukannya)
perjalanan
internasional dan
global
 Monitor hitung
mutlak granulosit,
WBC, dan hasil-
hasil diferensial
 Ikuti tindakan
pencegahan
neutropenia, yang
sesuai
 Batasi jumlah
pengunjung, yang
sesuai
 Hindari kontak
dekat dengan
hewan peliharaa
dan penjamu
dengan imunitas
yang
membahayakan
(immuno-
compromised)
 Skrining semua
pengunjung terkait
penyakit menular
 Pertahankan
asepsis untuk
pasien berisiko
 Pertahankan
teknik-teknik
isolasi, yang sesuai
 Berikan perawatan
kulit yang tepat
untuk area yang
mengalami edema
 Periksa kulit dan
selaput lendir untuk
adanya kemerahan,
kehangatan
ekstrem, atau
drainase
 Periksa kondisi
setiap sayatan
bedah/luka
 Dapatkan kultur
yang diperlukan
 Tingkatkan asupan
nutrisi yang cukup
 Anjurkan asupan
cairan dengan tepat
 Anjurkan istirahat
 Pantau adanya
perubahan tingkat
energy/malaise
 Anjurkan
peningkatan
mobilitas dan
latihan dengan
tepat
 Anjurkan
pernafasan dalam
dan batuk dengan
tepat
 Berikan agen
imunisasi dengan
tepat
 Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik yang
diresepkan
 Jaga penggunaan
antibiotik dengan
bijaksana
 Jangan mencoba
pengobatan
antibiotik untuk
infeksi-infeksi
virus
 Ajarkan pasien dan
keluarga pasien
mengenai
perbedaan-
perbedaan antara
infeksi, virus, dan
bakteri
 Ajarkan pasien dan
keluarga pasien
mengenai tanda
dan gejala infeksi
dan kapan harus
melaporkannya
kepada pemberi
pelayanan
kesehatan
 Ajarkan pasien dan
anggota keluarga
bagaimana
menghindari
infeksi
 Kurangi buah-
buahan segar,
sayur-sayuran, dan
merica dalam diet
pasien dengan
neutropenia
 Singkirkan bunga-
bunga segar dan
tanaman-tanaman
dari area pasien,
dengan tepat
 Berikan ruang
pribadi, yang
diperlukan
 Pastikan keamanan
air dengan
mengajukan
hiperklorinasi dan
pemanasan lebih
dengan tepat
 Lapor dugaan
infeksi pada
personil pengendali
infeksi
 Lapor kultur positif
pada personil
pengendali infeksi

Anda mungkin juga menyukai