Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN ANALISIS PICO

(Problem, Intervention, Comparation, Outcome)


DENGAN JUDUL :
EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DINDING
ABDOMEN PADA PASIEN FEBRIS

Oleh :
1. Ni Putu Ayu Sandriani ( P07120319080 )
2. Ni Made Ristya Kusuma Dewi ( P07120319081 )
3. Baiq Cici Kamaliani ( P07120319082 )
4. Putu Diah Gita Paramita ( P07120319083 )
5. Kade Ayu Rastiti Dewi ( P07120319084 )
6. Ni Luh Putu Kemala Putri ( P07120319085 )
7. Ni Luh Putu Erna Pramestyandani ( P07120319086 )
8. I Kadek Oki Wanjaya ( P07120319087 )
9. Luh Putu Ari Anggari ( P07120319088 )
10. Ketut Dian Wahyuni ( P07120319089 )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena dengan rahmat-
nya maka laporan analisis pico yang mengambil judul Efektifitas Pemberian
Kompres Hangat Dinding Abdomen Pada Pasien Febris ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan analisis pico ini. Laporan
seminar kasus ini disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah Profesi Ners Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Denpasar.

Dalam penyusunan laporan analisis pico ini, penulis juga dibantu oleh
berbagai pihak dan dorongan dari orang-orang terdekat penulis seperti dosen
pembimbing, clinical instructure (CI), teman-teman, serta orang tua. Untuk itu,
penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya sehingga laporan seminar
kasus ini dapat penulis selesaikan tepat waktu.

Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan kasus ini kedepannya. Semoga
laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 6 Desember 2019

Penulis
A. PROBLEM
Demam yang berarti peningkatan suhu tubuh diatas normal dapat disebabkan
oleh kelainan di dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu tubuh (Guyton & Hall, 2010). Menurunkan atau tepatnya
mengendalikan dan mengontrol demam dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya adalah dengan cara kompres. Kompres panas dan dingin merupakan
metode untuk menurunkan suhu tubuh (Barbara R Hegner, 2011). Menurut Dewi
Karlina (2013) kompres hangat adalah mengompres kulit dengan alkohol atau air
sejuk. Sesuai dengan reseptor suhu tubuh bagian dalam, maka penurunan suhu
tubuh dengan pendinginan dapat dilakukan pada bagian Hypotalamus, medula
spinalis, organ dalam abdomen dan di sekitar vena-vena besar (Artur C.Guyton,
2010). Selama ini yang sering dijumpai dalam perawatan pada klien dengan
peningkatan suhu dilakukan hanya dengan pemberian kompres pada daerah tubuh
yang memiliki aliran vena besar, seperti leher, ketiak (Axila) dan inguinal (lipatan
paha).
Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar merupakan
upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan
suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan
merangsang area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor.
Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang lebih
banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan
berkeringat (Potter & Perry, 2005)
Organ intra abdomen merupakan reseptor yang lebih peka terhadap suhu
dingin (Artur C Gayton). Sedangkan daerah vena besar, dirasakan cukup efektif
karena adanya proses vasodilatasi dengan pemberian kompres hangat untuk
menurunkan suhu tubuh.
Dimana organ intra abdomen juga merupakan reseptor suhu yang lebih sensitif
terhadap suhu dingin. Kandungan jaringan lemak pada daerah abdomen sangat
mempengaruhi proses konduksi panas dari dalam kepermukaan kulit
(A.C.Guyton, 2011).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Sufyan Lubis, 2010)
didapatkan bahwa penurunan suhu tubuh pada pemberian kompres hangat daerah
dinding perut dapat menurunkan suhu tubuh dengan kisaran 0,5%. Penelitian
sejenis juga dilakukan oleh Muthalib (2010) tentang efektifitas kompres hangat di
dinding abdomen dan diaxilla pada 20 orang sampel klien demam di RSUD
Pamekasan. Bahwa terjadi penurunan suhu tubuh setelah dilakukan kompres
hangat dengan rerata daerah abdomen 0,50 ̊ C dan pada axilla 0,30C.
Pemberian kompres hangat ini merupakan rangsangan suhu (berupa
panas/hangat air kompres) pada bagian perut merupakan sinyal yang dapat
merangsang reseptor suhu dihypotalamus (Guyton, 2011). Informasi temperatur
kompres dikulit dan otot perut tersebut dilanjutkan ke sumsum tulang belakang
kemudian dilanjutkan ke hypothalamus (Diana Weedman, 2012). Daerah perut
yang terdiri dari beberapa organ penting lainnya seperti organ-organ intra
abdomen khususnya hati, usus halus serta otot dinding perut merupakan reseptor-
reseptor suhu yang membantu memberi sinyal pada hypothalamus.
Hal ini yang dapat meningkatkan kecepatan penurunan suhu tubuh dengan
pemberian kompres hangat daerah dinding perut, dikarenakan adanya beberapa
reseptor suhu disekitar perut, seperti otot perut, organ intra abdomen, arteri-arteri
yang banyak terbanyak di organ-organ perut serta kulit perut sendiri yang
memang merupakan reseptor suhu. kompres daerah dinding perut akan
memberikan rangsangan pada otot perut, otot organ intra abdomen yang
merupakan reseptor suhu, kemudian signal dihantarkan ke hypothalamus melalui
ventral primary ramus dan ventral root. Di hypothalamus signal dari otot sama
akan mempengaruhi dari anterior dan preoptik selanjutnya dengan set point
hypothalamus akan mengontrol suhu tubuh hingga normal (Purwanti, 2008).
Dengan dilakukannya penelitian ini nantinya diharapkan dapat diketahui
Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Pada Dinding Perut (Abdomen) Dengan
Pasien Febris
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di ruang
Cermai RSUD Klungkung dan di ruang (Royal Prince, Princess, Class, Queen C)
RS BROSS yang mengalami demam dengan suhu tubuh aksila > 38 C.
Pada pengambilan data awal yang dilakukan di RSUD Klungkung didapat
sampel pasien yang febris sebanyak 5 orang dengan sampel kelompok perlakuan
pada bulan September 2019, pengambilan data di BROSS Pada Bulan November
yaitu sebanyak 5 orang dengan kelompok kontrol.

B. INTERVENTION
Penelitian ini dilakukan dengan metode quasy experiment dengan
rancangan with control group pre-test and post-test design. Subjek dibagi
menjadi dua kelompok yaitu 1) kelompok perlakuan pemberian antipiretik dan
pemberian kompres hangat pada dinding perut (abdomen), 2) kelompok kontrol
pemberian antipiretik saja, pengukuran suhu tubuh dilakukan sebelum
intervensi dan sesudah intervensi. Populasi penelitian ini adalah semua klien
dengan peningkatan suhu (demam) yang diambil di dua rumah sakit yaitu
RSUD Klungkung (kelompok perlakuan) dan Rumah Sakit Umum Bali Royal
(kelompok kontrol) dengan total sampling. Pemilihan sampel menggunakan
kriteria inklusi yaitu responden yang bersedia diteliti,semua responden dengan
febris (suhu tubuh diatas 37,5° C) dan responden tidak mengalami dehidrasi
sedang atau berat.

C. COMPARATION
a. Research result
b. Karakteristik Responden
1) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
a) Kelompok kontrol
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Pada Kelompok Kontrol
Penelitian Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Pada Dinding Perut
(Abdomen)

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)


Laki- Laki 2 40
Perempuan 3 60
Jumlah 5 100,0
Tabel 1 diatas menunjukan dari 5 responden pada kelompok
kontrol, jumlah responden laki-laki sebanyak dua responden (40,00%)
dan perempuan sebanyak tiga responden (60,00%).
b) Kelompok perlakuan
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Pada Kelompok
Perlakuan Penelitian Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Pada
Dinding Perut (Abdomen)

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)


Laki- Laki 3 60
Perempuan 2 40
Jumlah 5 100,0

Tabel 2 diatas menunjukkan kelompok perlakuan lebih banyak


responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu tiga responden (60,00%),
sementara perempuan sebanyak dua orang (40,00%). Apabila
dijumlahkan total responden sebanyak 10 responden, jumlah masing-
masing responden laki laki dan perempuan sama, yaitu sebanyak 5 orang
(50%).

2) Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


a) Kelompok Kontrol
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Usia Responden Pada Kelompok Kontrol Penelitian
Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Pada Dinding Perut (Abdomen)

Variabel Mean SD Minimal-Maksimal


Usia 27,6 16,57 11 – 53

Tabel 3 diatas menunjukan rentang usia 5 responden pada


kelompok kontrol adalah antara 11 – 53 tahun dengan rata-rata usia, yaitu
27,6 tahun.
b) Kelompok perlakuan
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Usia Responden Pada Kelompok Perlakuan Penelitian
Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Pada Dinding Perut (Abdomen)

Variabel Mean SD Minimal-Maksimal


Usia 38,4 6,80 27 – 44

Tabel 4 diatas menunjukan rentang usia 5 responden pada


kelompok perlakuan adalah antara 27 – 44 tahun dengan rata-rata usia,
yaitu 38,4 tahun.

3) Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


a) Kelompok kontrol
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden Pada Kelompok
Kontrol Penelitian Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Pada Dinding
Perut (Abdomen)

Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase (%)


Tidak Sekolah 1 20%
SD 1 20%
SMP 1 20%
SMA 1 20%
PT 1 20%
Jumlah 5 100,0

Tabel 5 diatas menunjukan bahwa terdapat 1 responden pada


masing – masing tingkat pendidikan, yaitu 1 tidak sekolah (20%), 1 SD
(20%), 1 SMP (20%), 1 SMA (20%), dan 1 PT (20%).
b) Kelompok Perlakuan
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden Pada Kelompok
Perlakuan Penelitian Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Pada Dinding
Perut (Abdomen)

Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase (%)


Tidak Sekolah 1 20%
SD - -
SMP 1 20%
SMA 3 60%
PT - -
Jumlah 5 100,0

Tabel 6 diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden


pada kelompok perlakuan terdiri dari 1 tidak sekolah (20%), 1 SMP
(20%), dan 3 SMA (60%).

c. Hasil Pengamatan Berdasarkan Variabel Penelitian


1) Hasil identifikasi pre-test
Analisis data suhu tubuh pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai
rata – rata (mean) dan nilai suhu terendah – tertinggi pada suhu tubuh
sebelum tindakan yang disajikan pada tabel 7 dan 8.
a) Kelompok kontrol
Tabel 7
Hasil Analisis Mean dan Minimal-Maksimal Suhu Tubuh Kelompok
Kontrol Sebelum Pemberian Kompres Hangat Pada Dinding Perut
(Abdomen)

Variabel Mean SD Minimal-Maksimal


Pre-test suhu 38,50 0,63 37,9 – 39,5

Tabel 7 menunjukkan pada kelompok kontrol nilai mean (rata-rata)


suhu pre-test adalah 38,500C dengan suhu minimal yaitu 37,90C dan suhu
maksimum yaitu 39,50C.
b) Kelompok perlakuan
Tabel 8
Hasil Analisis Mean dan Minimal-Maksimal Suhu Tubuh Kelompok
Perlakuan Sebelum Pemberian Kompres Hangat Pada Dinding Perut
(Abdomen)

Variabel Mean SD Minimal-Maksimal


Pre-test suhu 38,34 0,69 37,6 – 39,4

Tabel 8 menunjukkan pada kelompok perlakuan nilai mean (rata-


rata) suhu pre-test adalah 38,340C dengan suhu minimal yaitu 37,60C dan
suhu maksimum yaitu 39,40C.
2) Hasil identifikasi post-test
Analisis data suhu tubuh pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai
rata – rata (mean) dan nilai suhu terendah – tertinggi pada suhu tubuh sesudah
tindakan yang disajikan pada tabel 9 dan 10.
a) Kelompok kontrol
Tabel 9
Hasil Analisis Mean dan Minimal-Maksimal Suhu Tubuh Kelompok
Kontrol Sesudah Pemberian Kompres Hangat Pada Dinding Perut
(Abdomen)

Variabel Mean SD Minimal-Maksimal


Post-test suhu 37,76 0,45 37,2 – 38,3

Tabel 9 menunjukkan pada kelompok kontrol nilai mean (rata-rata)


suhu post-test adalah 37,760C dengan suhu minimal yaitu 37,20C dan
suhu maksimum yaitu 38,30C.
b) Kelompok perlakuan
Tabel 10
Hasil Analisis Mean dan Minimal-Maksimal Suhu Tubuh Kelompok
Perlakuan Sesudah Pemberian Kompres Hangat Pada Dinding Perut
(Abdomen)

Variabel Mean SD Minimal-Maksimal


Post-test suhu 37,26 0,65 36,4 – 38,2
Tabel 10 menunjukkan pada kelompok perlakuan nilai mean (rata-
rata) suhu post-test adalah 37,260C dengan suhu minimal yaitu 36,40C
dan suhu maksimum yaitu 38,20C.
3) Analisis Bivariat
a) Uji beda rata-rata suhu pre test dan post test kelompok kontrol
Tabel 11
Hasil Analisis Uji Paired T-Test Penelitian Efektifitas Pemberian Kompres
Hangat Pada Dinding Perut (Abdomen) Pada Kelompok Kontrol

Tekanan Darah Mean SD P


Suhu pre test 38,50 0,63 0,021
Suhu post test 37,76 0,45

Tabel 11 menunjukkan hasil analisis suhu tubuh pre test dan post test
pada kelompok control. Hasil analisis data yang dilakukan dengan
menggunakan uji paired t-test pada kelompok control mendapatkan hasil p
value sebesar 0,021 (p value < 0,05). Maka, disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan antara suhu pre test dan post test pada kelompok control.
b) Uji beda rata-rata suhu pre test dan post test kelompok perlakuan
Tabel 12
Hasil Analisis Uji Paired T-Test Penelitian Efektifitas Pemberian Kompres
Hangat Pada Dinding Perut (Abdomen) Pada Kelompok Perlakuan

Tekanan Darah Mean SD P


Suhu pre test 38,34 0,69 0,000
Suhu post test 37,26 0,65

Tabel 12 menunjukkan hasil analisis suhu tubuh pre test dan post test
pada kelompok perlakuan. Hasil analisis data yang dilakukan dengan
menggunakan uji paired t-test pada kelompok perlakuan mendapatkan hasil p
value sebesar 0,000 (p value < 0,05). Maka, disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan antara suhu pre test dan post test pada kelompok perlakuan.
c) Uji beda pengaruh perlakuan kompres abdomen terhadap suhu responden
Tabel 13
Hasil Analisis Uji Unpaired T Test Pada Penelitian Efektifitas Pemberian
Kompres Hangat Pada Dinding Perut (Abdomen)
Suhu Kelompok Perlakuan Suhu Kelompok Kontrol
N Mean SD N Mean SD P Value
5 37,26 0,65 5 37,76 0,45 0,197

Tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata suhu kelompok perlakuan post


test adalah 37,260C dengan standar deviasi 0,65 sedangkan untuk kelompok
control didapakan rata-rata suhu post test adalah 37,76 0C dengan standar
deviasi 0,45. Hasil analisa di atas diperoleh p value (sig.2 tailed) sebesar
0,197 (p value > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 dalam
penelitian ini diterima yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada
efektifitas pemberian kompres hangat pada dinding perut (abdomen).
d) Uji beda selisih kelompok perlakuan dengan kelompok control
Tabel 14
Hasil Analisis Uji Unpaired T Test Pada Penelitian Efektifitas Pemberian
Kompres Hangat Pada Dinding Perut (Abdomen)
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
N Mean SD N Mean SD P Value
5 1,08 0,21 5 0,7 0,46 0,135

Tabel 14 menunjukkan rata-rata perubahan suhu tubuh pada kelompok


perlakuan adalah 1,080C dengan standar deviasi 0,21 sedangkan untuk rata-
rata perubahan suhu tubuh pada kelompok control adalah 0,7 dengan standar
deviasi 0,46. Hasil analisa di atas memperoleh hasip p value (sign 2-tailed)
sebesar 0,135 (p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 dalam
penelitian ini diterima yang artinya adalah tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara responden yang diberikan antipiretik dengan kompres
hangat abdomen dan responden yang hanya diberikan antipiretik. Pemberian
antipiretik dengan kompres hangat abdomen memberikan suhu tubuh sebesar
1,080C sedangkan pemberian antipiretik saja memberikan penurunan suhu
tubuh sebesar 0,70C.
1. Pembahasan
a. Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Pada Dinding Perut (Abdomen)
Pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata suhu pre-test kelompok kontrol
adalah 38,500C dan rata-rata suhu post-test kelompok control adalah 37,760C.
Hasil uji paired t-test didapat p value 0,021 artinya ada perbedaan suhu pre-test
dan post-test kelompok control. Pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa
rata-rata suhu pre-test adalah 38,340C dan rata-rata suhu post-test adalah
37,260C. Hasil uji paired t-test didapatkan p value 0,000 artinya ada perbedaan
suhu pre-test dan post-test pada kelompok perlakuan yang menunjukkan ada
pengaruh pemberian kompres hangat pada dinding abdomen terhadap suhu
tubuh responden. Hasil analisa di atas memperoleh hasip p value (sign 2-tailed)
sebesar 0,135 (p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 dalam
penelitian gagal ditolak yang artinya adalah tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara responden yang diberikan antipiretik dengan kompres hangat
abdomen dan responden yang hanya diberikan antipiretik. Rata-rata perubahan
suhu tubuh pada kelompok control adalah 0,70C sedangkan rata-rata perubahan
suhu tubuh pada kelompok perlakuan adalah 1,080C.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Suprapto (2015) yang menunjukkan bahwa korelasi suhu sebelum dan sesudah
dilakukan kompres pada dinding perut kuat dan kompres hangat efektif dengan
rata-rata penurunan suhu 0,50C. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
jumlah sampel, kondisi tempat penelitian yang berbeda, dan waktu pelaksanaan
penelitian.
Pada penelitian ini jumlah sampel adalah 10 orang yang terdiri dari 5
perempuan dan 5 laki-laki sedangkan jumlah responden pada penelitian Suprapto
(2015) adalah 20 orang. Karakteristik responden berdasarkan usia pada penelitian
ini pada kelompok kontrol adalah 11 – 53 tahun dan pada kelompok perlakuan 27
– 44 tahun. Waktu pelaksanaan pada penelitian ini adalah 15 menit, sedangkan
pada penelitian Suprapto (2015) selama 3 hari. Selain itu, suhu ruangan pada
penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Suprapto
(2015) dikarenakan tempat penelitian yang berbeda.
Suprapto (2015) menjelaskan bahwa pemberian kompres hangat pada
dinding abdomen sangat efektif dalam menurunkan panas dikarenakan daerah
perut yang terdiri dari beberapa organ penting lainnya seperti organ-organ intra
abdomen khususnya hati, usus halus serta otot dinding perut merupakan reseptor-
reseptor suhu yang membantu member sinyal pada hypothalamus. Hal ini yang
dapat meningkatkan kecepatan penurunan suhu tubuh dengan pemberian kompres
hangat daerah dinding perut, dikarenakan adanya beberapa reseptor suhu disekitar
perut, seperti otot perut, organ intra abdomen, arteri-arteri yang banyak terbanyak
di organ-organ perut serta kulit perut sendiri yang memang merupakan reseptor
suhu. Namun, pada penelitian ini tidak dapat dibuktikan dikarenakan penurunan
suhu tubuh pada kelompok kontrol dan perlakuan tidak jauh berbeda.

D. OUTCOME
Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok perlakuan mengalami
penurunan suhu tubuh sebesar 1,080C Sedangkan pada kelompok kontrol yaitu
sebesar 0,740C. Hasil uji independent paired t-test menunjukkan hasil p value
0,135 (p value > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
pemberian kompres hangat pada dinding abdomen terhadap suhu tubuh pada
pasien dengan peningkatan suhu tubu (demam).
DAFTAR PUSTAKA

Arthur C. Guyton, M. D. and John E. Hall; alihbahasa, Irawati; editor


Rachman L. Y. 2010, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Barbara, R., Hegner,Ehter. 2011. Asiten Keperawatan Suatu Pendekatan


Proses Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran.

Guyton, A. C., Hall, J. E., 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC.

Guyton AC, Hall JE. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed
12. Diterjemahkan oleh: Siagian M. Singapura: Elsevier; 2011. hal 325-45.

Karlina, Dewi. 2013. Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender secara


Inhalasi Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Fisiologis pada
Primipara Inpartu Kala Satu Fase Aktif di BPM “Fetty Fathyah” Kota Mataram.
Malang: Jurnal Kebidanan FKUB

Lubis, Sufyan. 2010. Efektifitas Pemberian Kompres Dinding Abdomen


Dan Area Arteri Untuk Menurunkan Suhu Tubuh Pada Pasien Demam Di Rumah
Sakit Konawe. Surabaya : Jurnal FK Unair

Muthalib.2010. Efektivitas Pemberian Kompres Hangat Pada Daerah Vena


Besar (Axilla) Dan Daerah Dinding Perut (Abdomen) Pada Klien Febris di RSUD
Pamekasan. http://Muthalib.com. Diakses pada 5 Desember 2019

Purwanti, S., & Winarsih, N.A. (2008), Pengaruh Kompres Hangat


Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia di Ruang Rawat
Inap RSUD. Dr. Moewardi Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan Issn 1979- 2697,
Vol. 1. No. 2.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,


Proses, dan Praktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai