Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI III

FARMAKOTERAPI OBGYN

DISUSUN OLEH: KELOMPOK C-2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Ikhwan Yuda K Farikhah Arinda R Anggraeni Restu P Fitri Fauziyah Hayati Lina Nurfadhila Lia Ruby F Rizki Khotimah Resti Susanti Wahyu Indra A Intan Mega Toix Nur Arifiani Mega Sekar L G1F007065 G1F007066 G1F007067 G1F007068 G1F007069 G1F007070 G1F007071 G1F007072 G1F007073 G1F007074 G1F007075 G1F007076

JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

2010

FARMAKOTERAPI OBGYN A. KASUS Nn. B umur 25 tahun, dating ke klinik dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah, beberapa hari sebelum haid selesai, dan hilang timbul sekitar 5 hari setelah haid selesai. Pasien kadang merasa demam. Beberapa hari yang lalu pasien baru selesai haid. Dokter Sp. OG kemuadian memintanya untuk melakukan cek laboratorium. Riwayat penyakit dahulu: asma Riwayat obat TD RR Gangguan visual Ekstrimitas Pemeriksaan Lab: Kehamilan Leukosit WBC Data Lab Lain Diagnosis Pertanyaan : Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, susunlah terapi farmakologi, non farmakologi, monitoring dan evaluasi pada Nn. B ! B. DATA BASE PASIEN Subyektif Nama Pasien : Nn. B Usia : 25 tahun :: 3x dari nilai normal : 3x dari nilai normal : dalam batas normal : Pelvic Inflammantory Disease (PID) : Parasetamol : 150/100 mmHg : 20 x/menit : (-) :edema (-) Pemeriksaan Fisik dan Vital Sign:

Clamydia dan Gonococcus : positif

Keluhan

: - nyeri pada perut bagian bawah, beberapa hari sebelum haid selesai, dan hilang timbul sekitar 5 hari setelah haid selesai. - kadang merasa demam - beberapa hari yang lalu pasien baru selesai haid.

C. DATA KLINIK DAN LABORATORIUM Obyektif Data Klinik Data Klinik TD RR Gangguan visual Ekstrimitas Hasil 150/100 mmHg 20 x/menit edema (-) Normal 120/80 12-20 x/menit Keterangan (Hipertensi Stage 1) Normal

Data Laboratorium Data Lab Leukosit WBC Clamydia dan Gonococcus Kehamilan Negatif Negatif Hasil 3x nilai normal 3x nilai normal Positif Normal 5000-10000 uL 150.000-400.000 L Ada bakteri Keterangan

D. PATOFISIOLOGI PENYAKIT HIPERTENSI Patofisiologi hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi. Etiologi hipertensi Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :

Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah

tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.
2. Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah

tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal. GEJALA Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala Klinis Hipertensi: Pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan (jarang), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

sakit kepala kelelahan mual muntah sesak nafas

gelisah pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma

karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

Berdasarkan klasifikasi tekanan darah,maka kasus Ny.B (25th) termasuk hipertensi stage 1 karena tekanan darah diastoliknya 100mmHg. ETIOLOGI (PENYEBAB) Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder. Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder: 1. Penyakit Ginjal
o o o o o o

Stenosis arteri renalis Pielonefritis Glomerulonefritis Tumor-tumor ginjal Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

Terapi penyinaran yang mengenai ginjal Hiperaldosteronisme Sindroma Cushing Feokromositoma Pil KB Kortikosteroid Siklosporin Eritropoietin Kokain Penyalahgunaan alkohol Kayu manis (dalam jumlah sangat besar) Koartasio aorta Preeklamsi pada kehamilan Porfiria intermiten akut Keracunan timbal akut. yang dapat meningkatkan resiko timbulnya Hipertensi

2. Kelainan Hormonal
o o o

3. Obat-obatan
o o o o o o o

4. Penyebab Lainnya
o o o o

Faktor-faktor Faktor Keturunan

Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan seperti stress, kegemukan (obesitas) dan kurang olah raga juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan

hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. (saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit). Kebiasaan lainnya seperti merokok, mengkonsumsi alkohol diduga berpengaruh dalam meningkatkan resiko hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti.

PID (Pelvic Inflammantory Disease)

Patofisiologi PID Penyakit PID adalah keadaan terjadinya infeksi pada genitalia interna, disebabkan berbagai mikroorganisme, dapat menyerang endometrium, tuba, ovarium, parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dari organ sekitarnya, secara hematogen ataupun akibat penularan secara hubungan seksual. Penyebab

PID disebabkan oleh bakteri yang melakukan perjalanan ke organ reproduksi. Sebuah bakteri tunggal atau campuran beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi. Yang bakteri yang paling umum yang memulai PID adalah gonore dan klamidia . Faktor Risiko Faktor risiko adalah sesuatu yang meningkatkan kesempatan mendapatkan penyakit atau kondisi termasuk Faktor Risiko.:

Lancar atau penyakit menular seksual sebelumnya (PMS) Beberapa seks mitra Hubungan seksual dengan pasangan yang memiliki PMS Hubungan seksual tanpa perlindungan kondom Umur: 15-24 tahun Penggunaan alat kontrasepsi (IUD) untuk pengendalian kelahiran-ini tidak meningkatkan risiko terkena PMS, tetapi dapat mempercepat jalannya PID.

Gejala Wanita dengan PID tidak selalu memiliki gejala. Namun, jika gejala muncul, mereka mungkin termasuk:

Nyeri di perut bagian bawah Vaginal discharge dengan bau busuk Kelelahan Demam Mual atau muntah Nyeri hubungan Nyeri buang air kecil Perdarahan haid tidak teratur Sering terjadi setelah haid

Penyakit PID ini dapat dibagi dalam dua bagian besar, yaitu:

1. Penyakit PID akut 2. Penyakit PID kronik Penyakit PID akut Diagnosis penyakit PID akut ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan demam tinggi, sakit kepala, malaise,nyeri perut bagian bawah dan daerah panggul, sekret vagina yang purulen, dan sering terjadi setelah haid, riwayat pemakaian AKDR. Penyakit PID kronik Dari anamnesis, penyakit PID kronik ditegakkan dengan adanya perdarahan, dismenore, riwayat adneksitis akut atau infeksi panggul lainnya, infeksi pascapersalinan ataupun pascaabortus, dispareunia, dan infertilitas. Sedangkan dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan subfebris, takikardi, nyeri goyang genitalia interna,dan dapat teraba massa pada daerah adneksa ataupun parametrium, terdapat penebalan dan kaku di daerah adneksa (Mansjoer, 2001). Penyakit radang panggul (PID) terjadi ketika infeksi menyebar dari vagina ke endometrium, leher rahim (lapisan rahim) dan tuba fallopi. Infeksi ini biasanya ditularkan secara seksual. PID dapat menyebabkan parut pada saluran tuba dan infertilitas. Penyakit radang panggul (PID) terjadi ketika infeksi menyebar dari vagina ke endometrium, leher rahim (lapisan rahim) dan tuba falopii. Infeksi ini biasanya ditularkan secara seksual. Hal ini juga dapat terjadi setelah usus buntu yang pecah (pecah) atau infeksi usus. Mikroorganisme infeksius di PID bermigrasi ke atas dari uretra dan serviks ke dalam saluran kelamin bagian atas. Banyak organisme yang berbeda dapat menyebabkan PID, tetapi kebanyakan kasus berhubungan dengan gonore dan infeksi klamidia kelamin, dua umum PMS sangat. The gonococcus ( Neisseria gonorrhea), yang menyebabkan gonore, mungkin perjalanan sampai ke dalam tuba falopi, dimana hal itu menyebabkan peluruhan (casting off) dari beberapa sel dan lainnya menyerang. Ini mengalikan dalam dan di bawah sel-sel ini. Infeksi kemudian menyebar ke organ lain, sehingga lebih peradangan dan jaringan parut satu. Kehadiran serviks

lendir plug normal membantu mencegah penyebaran mikroorganisme ke saluran kelamin bagian atas, tetapi kurang efektif pada saat ovulasi dan menstruasi. gonococcus mungkin mendapatkan akses lebih mudah selama mens, jika darah menstruasi mengalir mundur dari rahim ke dalam tuba falopi, membawa organisme dengan itu. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa gejala PID disebabkan oleh gonore sering dimulai segera setelah menstruasi dibandingkan dengan waktu lain selama siklus menstruasi Etiologi PID Tanda dan gejala yang dapat terjadi Tanda dan gejala PID yang mungkin terjadi meliputi:

Bawah perut sakit atau kelembutan Gangguan haid Pembakaran nyeri saat kencing (disuria) Sebuah perubahan bau, warna atau jumlah vagina Nyeri pada saat hubungan seksual Demam. Periode bulanan dapat diubah. Beberapa wanita akan mengalami keputihan, nyeri buang air kecil dan bercinta dan juga dari rasa sakit di bagian belakang (dubur). Sebagian kecil penderita akan mengembangkan bekas luka saluran telur, yang dapat menyebabkan kesulitan dengan jatuh hamil (hamil) di masa depan. Klamidia dan gonore merupakan penyebab yang paling umum PID

Chlamydia adalah bertanggung jawab untuk 50 persen dari kasus PID sedangkan gonore merupakan penyebab dalam 25 persen dari kasus. Risiko penyumbatan tuba fallopi sedikit lebih tinggi untuk PID disebabkan oleh gonore. Keduanya adalah infeksi bakteri dan penyakit menular seksual (PMS). uretritis non-spesifik, PMS yang paling umum di antara manusia, paling sering disebabkan oleh klamidia.

Penyebab Penyakit radang panggul (PID) yang paling mungkin terjadi antara usia 15 dan 25, pada wanita aktif seksual. Dalam banyak kasus penyebabnya adalah kuman (mikroba) yang ditularkan secara seksual. Kadang-kadang, namun datang sebagai hasil dari penyebaran infeksi, dalam aliran darah, dari bagian lain dari tubuh. Kadang-kadang disebabkan oleh penyebaran kuman dari sebuah struktur di dekatnya (seperti pada radang usus buntu). Yang paling umum kuman menyebabkan PID di Inggris adalah Chlamydia trachomatis (di setidaknya 50%). Gonore (Neisseria gonorrhea) juga merupakan penyebab umum yang cukup. Keduanya dapat terjadi bersama-sama. Berbagai kuman lain kadang-kadang terlibat, tetapi setidaknya 20% dari pasien dengan PID ada penyebab yang pasti ditemukan. Dari gejala-gejala di atas maka pada kasus Ny.B (25th) menderita penyakit PID seperti nyeri pada perut bagian bawah, beberapa hari sebelum haid selesai,dan hilang timbul setelah haid selesai,kadang-kadang demam. Terdapat bakteri Clamydia dan Gonococcus pada pemeriksaan laboratorium. Ny.B menderita penyakit PID akut.

E. KOMPOSISI TERAPI

Di Rumah Sakit R/ cefotaxime 2g no 1 S. pro injeksi R/ Dumoxyclin100mg no 1 S.1. dd 1 tab

Di Rumah R/ Dumoxyclin 100mg no.XIV S.2 dd 1 tab p.c

R/ Ciafarm 1g no X1V S.2 dd 1tab p.c R/ HCT 12,5mg no V11 S.1 dd 1 tab p.c R/ Pamol 500mg no XIV S.3 dd 1 tab p.c

F. PEMBAHASAN TERAPI
Tujuan Terapi :

- menghilangkan penyebab - mengurangi simptom/gejala - menormalkan TD

Sasaran Terapi :

- TD - gejala demam, nyeri -penyebabnya PID yang disebabkan Clamydia dan Gonococcus

Terapi Non Farmakologi:


Diet garam Istirahat yang cukup Olahraga ringan seperti yoga Menjaga kebersihan badan, seperti menjaga kebersihan organ kewanitaan

Minum air putih Makan makanan yang 4 sehat 5 sempurna. Menghindari alergen

Terapi Farmakologi Algoritma Terapi Hipertensi

Updated recommended treatment regimens for gonococcal infections and associated conditions United States, April 2007 Recommended Parenteral Regimen A Cefotetan 2 g IV every 12 hours OR Cefoxitin 2 g IV every 6 hours PLUS Doxycycline 100 mg orally or IV every 12 hours

1. Cefotaxim (Cefotaxim Hexpharm) Indikasi : Gram negative (kecuali Pseudomonas), Gram positif cocci (kecuali enterococcus). Aktif terhadap beberapa penicillin yang resisten pneumococcus. : Injeksi 2 g diberikan satu kali : reaksi hipersensitif

Dosis ES

Mekanisme : Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein - penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs) yang selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidasi sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri akan mengalami lisis karena aktivitas enzim autolitik (autolisin dan murein hidrolase) saat dinding sel bakteri terhambat. Interaksi Alasan : Kombinasi Furosemid, Amonoglikosida meningkatkan efek nefrotoksik. dengan Cefotaxim dapat

: Efektif untuk Gram positif cocci pada infeksi PID

2. Dumoxin (Doxycycline) Indikasi : Obat golongan tetrasiklin merupakan pilihan untuk infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia (trachoma, psittacosis, salpingitis, urethritis, lymphogranuloma venereum) penyakit inflamasi pelviks. : 2x sehari @100mg : Wanita hamil dan menyusui, pasien yang alergi dengan obat ini : Mual muntah

Dosis KI ES

Mekanisme: Doksisiklin memperlambat pertumbuhan bakteri yang sensitif dengan mengganggu produksi protein yang diperlukan bagi pertumbuhan bakteri . Dengan pertumbuhan bakteri yang lambat selanjutnya mekanisme pertahanan badan (seperti sel darah putih) akan memusnahkan bakteri tersebut. Alasan : Merupakan antibiotik yang paling sensitif terhadap bakteri gram negatif seperti Chlamydia trachomatis sebagai penyebab Pelvic Inflamatorry Disease (PID). Doxycycline menghambat sintesis protein dan untuk pertumbuhan bakteri, dengan mengikat dengan 30S. Dengan pertumbuhan bakteri yang lambat selanjutnya mekanisme pertahanan badan bakteri menjadi lebih terhambat.

3. Parasetamol (PAMOL)

Golongan OAINS - Dosis :500 mg 3xsehari (tiap 6 jam) - Mekanisme Kerja : OAINS non-selektif memasuki kanal kedua enzim (COX-1 dan COX-2), memblok enzim-enzim tersebut dengan mengikatnya dengan ikatan hydrogen ke jalur bawah arginin. Hal ini secara reversible menghambat enzim tersebut dengan mencegah akses asam arakhidonat. Parasetamol bekerja paling tidak sebagian dengan mengurangi tonus peroksida sitoplasmik(peroksida penting untuk mengaktivasi enzim hem menjadi bentuk ferri). Pada daerah inflamasi akut, parasetamol tidak begitu efektif karena neutrofil dan monosit mengahsilkan kadar H2O2 dan peroksida lipid yang tinggu. Akan tetapi, parasetamol erupakan analgesik efektif pada kondisis dimana infiltrasi leukosit rendah

atau tidak ada. Parasetamol diabsorbsi dengan baik secara oral dan tidak menyebabkan iritasi lambung. - Alasan Pemilihan : karena parasetamol merupakan analgesik aman

4. HCT

Mekanisme: Hidroklortiazid merupakan diuretik golongan tiazid yakni diuretik dengan potensi sedang, yang bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi natrium pada bagian awal tubulus distal.

Indikasi : hipertensi stage 1 Kontraindikasi : gangguan ginjal dan hati yang berat Dosis : 1x sehari @12,5 mg pada pagi hari Efek samping : Hipokalemia, Hiperurikemia, Hiperglikemia, Hipernatriemia Alasan: Terapi farmakologi untuk hipertensi ialah cara bertahap dan untuk stage 1 rekomendasi yaitu satu obat diuretik tiazid atau -blocker. Golongan -blocker dapat menyebakan vasokonstriksi bronchia dan pasien mempunyai riwayat asma Inhibitor ACE memiliki efek samping batuk.

G. MONITORING Monitoring
Pemeriksaan Laboratorium dan klinik secara berkala.

Melakukan evaluasi efek farmakologis obat yang telah diberikan kepada pasien
Diet rendah garam (sodium), bermanfaat membantu mengendalikan tekanan darah dan

mencegah tertimbunnya kelebihan cairan tubuh. Garam (natrium) bersifat menahan air. Jika asupan garam dikurangi, cairan dalam tubuh juga tidak terlalu banyak menumpuk, pembengkakan tangan dan kaki yang sering terjadi manakala cairan tubuh

berlebihan juga akan berkurang, dan kerja jantung serta paru-paru juga menjadi lebih ringan sehingga mengurangi keluhan sesak dan sulit bernapas. Selain itu, jika Anda mengurangi garam, rasa haus juga akan berkurang sehingga otomatis tidak terlalu banyak minum air. Keadaan asma
Apabila tekanan darah belum kunjung turun, maka dimonitoring penggunaan

kombinasi obat dengan diuretik. Konseling, Informasi dan Edukasi


Memberikan informasi tentang terapi non farmakologi seperti, pasien harus menjaga

ketat pola makannya yaitu harus sangat memperhatikan asupan nutrisinya agar sasaran terapi untuk menurunkan gula darah dapat tercapai dan melakukan olahraga ringan seperti yoga. Dumoxyclin diminum 2x sehari @100mg pagi dan malam hari setelah makan HCT diminum 1x sehari @12,5 mg pada pagi hari setelah makan
Paracetamol diminum 3x sehari setiap 6 jam setelah makan, pasien diberitahu, jika

sudah tidak nyeri dan demam lagi, sebaiknya penggunaan obat ini segera dihentikan
Jika pasien sudah mulai merasa gejala asmanya kambuh, maka pemakaian untuk obat

ini segera dihentikan dan digantikan dengan golongan obat lain untuk mengobati nyeri. Dan jika pasien sudah tidak merasa nyeri di bagian bawah perut, maka sebaiknya pemakaian untuk parasetamol dihentikan.
Memberikan informasi penggunaan antibiotik harus di habiskan.

H. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Nn. B di diagnosis Pelvic Inflammantory Disease (PID) dengan didapat hasil positif Clamydia dan Gonococcus 2. Terapi farmakologi yang tepat untuk Nn. B adalah Dumoxyclin diminum 2x sehari @100mg pagi dan malam hari setelah makan

HCT diminum 1x sehari @12,5 mg pada pagi hari setelah makan


Paracetamol diminum 3x sehari pagi, sore, malam (setiap 8 jam sekali)

setelah

makan 3. Monitoring efek pengobatan dilakukan dengan cara pemeriksaan laboratorium dan klinik secara berkala, monitoring efek samping obat (ESO) dan monitoring kepatuhan pasien, monitoring riwayat penyakit yaitu asma

SARAN Lakukan perilaku hidup bersih dan sehat Makan- makanan yang sehat dan bergizi

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Anonim. 2006. Centers for Disease Control and Prevention : Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines 2006.http://www.cdc.gov/std/treatment/2006/updated-regimens.htm. Diakses tanggal 14 Oktober 2010. Anonim. 2008. Data Obat di Indonesia. Jakarta: PT. Muliapurna Jayaterbit Anonim. 2008. Data Obat di Indonesia. PT Muliapurna Jayaterbit : Jakarta Anonim. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan Dipiro,J.T.Talbert, America Gray, H.H., dkk., 2002, Kardiologi, Edisi IV, 57-64, Erlangga, Jakarta Harisson. 2000. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Editor edisi bahasa Indonesia Ahmad H. Asdie. Jakarta: EGC. Hoan, Tan Jay dan K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Elex Komputindo Koda, Kimble. 2005. Applied Therapeutics: the Clinical Use of Drug 8th edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins Lacy, F.C., et all., 2003, Drug Information Handbook, 11th edition, 691-693, Lexi-Comp. Inc., USA Mansjoer,Arif;dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI M.J.Neal. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Erlangga : Jakarta McEvoy, Gerald K. 2004. AHFS DRUG INFORMATION. USA Neal, M.J., 2005, At a Glance Farmakologi Medis, Edisi V, 37, Erlangga, Jakarta http://alin-maliando.blogspot.com/2009/01/patofisiologi.html http://ilmu-kedokteran.blogspot.com/2007/11/hidroklortiazid.html G.C.Yee, G.R.Matzke, BG.Wells,L.M. 2005. Pharmacoterapy A Pathophysiologic Approach Sixth Edition.McGrawHikk Canpantes,Inc:United State Of

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en| id&u=http://www.medterms.com/script/main/art.asp%3Farticlekey%3D4823 http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&tl=id&u=http%3A%2F %2Fwww.empowher.com%2Fcondition%2Fsearch%2Fpathophysiology-of-pelvicinflammatory-disease http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&tl=id&u=http%3A%2F %2Fwww.medinfo.co.uk%2Fconditions%2Fpid.html

Anda mungkin juga menyukai