Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TUTORIAL

BLOK KELUHAN BERKAITAN DENGAN SISTEM KARDIOVASKULAR

SKENARIO 1

“Saya Tidak Ada Keluhan”

OLEH : KELOMPOK 1

DOSEN TUTOR :

dr. Ida Yuliana, M.Biomedik

dr. Ridma Irsyam Septadi

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN PROGRAM SARJANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2023
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

1. MUHAMMAD DZIKRA ANWAR 2110911110006

2. ELLANDA PERMATA DERLIN 2110911120002

3. HANNA DWI APRILIA HUSNA 2110911120011

4. NURALFISAH 2110911120019

5. MSY FADIAH AZZAHRA 2110911120034

6. AZKIYA RAHMAH 2110911120043

7. NASRUL IDHAFI 2110911210005

8. BHISMA RIDHO ROMADHON 2110911210057

9. AXELLA AURA NAULI HUTAJULU 2110911220035

10. INEZCA JUNISTIAS RANTE SALU 2110911220040

11. HANA SHAFA WA HUDA 2110911220061

12. MUHAMMAD HAIKAL NIZOMI 2110911310052

13. JASMINE TARISHA AZZAHRA 2110911320050


SKENARIO 1

Saya Tidak Ada Keluhan

Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke klinik perusahaannya untuk pemeriksaan kesehatan
rutin. Dia tidak memiliki keluhan apapun dan merasa badannya bugar-bugar saja. Pada saat
dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: tekanan darah 160/90 mmHg, frekuensi nadi
80 kali/menit, frekuensi napas 18 kali/menit, suhu 36 0C. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.

Pasien merupakan perokok dan menghabiskan lebih dari 2 bungkus rokok per hari. Pasien juga
hobi meminum kopi. Pasien pernah mengecek sendiri kadar kolesterolnya dan dikatakan tinggi.
Riwayat penyakit keluarga pasien tidak diketahui.

Sesudah melihat hasilnya, dokter memberikan resep obat yang harus diminum pasien secara
teratur, serta memberikan saran pada pasien untuk melakukan perubahan gaya hidup. Pasien
sempat protes karena menurutnya dia belum memerlukan obat karena tidak memiliki keluhan
apapun.

I. IDENTIFIKASI DAN KLARIFIKASI ISTILAH

1. Bugar: kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari, dan tidak merasa lelah.
2. Kolesterol tinggi: salah satu jenis lemak yang diproduksi oleh tubuh dan berasal dari
makanan hewani. Normal nya kolesterol dibawah 200, HDL dibawah 60, trigliserida
dibawah 150. Bedanya LDL dan HDL, LDL lebih susah dimetabolisme oleh tubuh.

II. DAFTAR MASALAH

1. Edukasi yang paling tepat yang bisa disampaikan kepada pasien sehingga pasien dapat
meninggalkan kebiasaan buruk tanpa menyinggung pasien?
2. Pemeriksaan fisik apa kira-kira yang dapat dilakukan dokter?
3. Anamnesis apa yang ditanyakan oleh dokter sehingga dokter tau penyakit dari pasien?
4. Apakah terdapat hubungan antara perokok dengan kondisi pasien sekarang?
5. Apa yang terjadi bila pasien tidak merubah gaya hidupnya?
6. Apakah ada hubungan antara minum kopi dengan hasil TV?
7. Apakah kadar kolesterol berhubungan dengan hasil TV?
8. Mengapa pasien tidak ada keluhan meski TD nya tinggi?
9. Obat apa yang kira-kira diresepkan dokter?
10. Apakah pasien ini memiliki resiko terkena hipertensi? Bila iya, termasuk kategori apa?
11. Makanan apa yang harus dibatasi pasien?
III. ANALISIS MASALAH

1. Dengan meminta pasien berhenti merokok, dengan mengurangi kebiasaan tsb sedikit demi
sedikit, mengurangi konsumsi kopi dan makanan berlemak, serta olahraga rutin dan
konsumsi buah dan sayur.
2. Pemeriksaan fisik: TTV (TD, nadi, suhu, RR), inspeksi bagian dada, palpasi dengan
identifikasi thrilling, auskultasi dengarkan suara tambahan. Sebelum pemeriksaan TD
pasien harus duduk selama 5 menit dulu.
3. Anamnesis identitas pasien, keluhan utama, menggali Riwayat penyakit sekarang dan
dahulu, serta keluhan penyerta. Krn tdk ada keluhan, mungkin dx penyakit dari px fisik.
4. Ada hubungannya dgn merokok. Utk TD: rokok merupakan salah satu fx resiko, yg dpt
menyebabkan PPOK, dn mengganggu pertukaran O2 ke darah, bila sel tubuh kekurangan
O2. Tubuh akan mengkompensasi dengan meningkatkan TD. Kolesterol: mengakibatkan
penumpukan plak di pemb.darah, shg menyebabkan edema saluran pembuluh darah.
5. Gejala akan semakin parah, bukan hanya hipertensi tp bisa PPOK dll. Bisa menyebabkan
gagal jantung, gagal ginjal, dan kematian.
6. Memiliki kandungan kafein yang dapat menyebabkan TD tinggi.
7. Ada hubungannya. Kolesterol yg tinggi menyebabkan pembuluh darah menyempit, shg
tekanan dalam pembuluh darah lbh tinggi, shg kerja jantung lbh tinggi dan menyebabkan
TD tinggi. Selain aterosklerosis, krn kerja jantung tinggi maka akan berdampak pd gagal
jantung. Komplikasi ke ginjal, hingga kematian. Selain kerja jantung yg tinggi, ada jg plak
di arteri coronary yg menyebabkan suplai ke jantung kurang, dan dpt menyebabkan gagal
jantung jg.
8. Diagnosis hipertensi bila tekanan darah >140/>90, pasien bisa digolongkan ke hipertensi.
Hipertensi 25,8% mengalami HP hanya 1/3 yg ter diagnosis. Krn tdk ada gejala dan tanda
yg khas/asimptomatis. Biasanya orang yg hipertensi, bila sdh krisis hipertensi baru dtg ke
RS dan prognosis sdh malam.
9. Diuretic (furosemide); ACE inhibitor; beta blocker; mineralokortikoid reseptor blocker.
Axella: diberikan kombinasi dari obat2 (ACE inhibitor, beta blocker, dll). Diuretic
kontraindikasi hiperlipidemia, shg krg bagus diberikan. Dokter akan memberikan ACE
inhibitor+CCB (captopril+nifedipine). Dzikra: sentral agonis II, utk metabolisme lemak
dan menurunkan TD (metildopa); vasodilator (minoksidil).
10. Derajat I: sistol 130-139, diastole 80-89. Derajat II, lebih dari sama dengan >140/90.
Ellanda: optimal sistolik <120, diastolic < 80. Grade 1: 140-159/90-99. Grade II, >160
11. Membatasi makanan bergula
IV. PROBLEM TREE

V. SASARAN BELAJAR

1. Memahami definisi hipertensi


2. Memahami epidemiologi hipertensi
3. Memahami etiologi hipertensi
4. Memahami manifestasi klinis hipertensi
5. Memahami klasifikasi hipertensi
6. Memahami patofisiologi hipertensi
7. Memahami faktor resiko hipertensi
8. Memahami diagnosis hipertensi
9. Memahami tatalaksana medikamentosa hipertensi
10. Memahami tatalaksana non-medikamentosa hipertensi
11. Memahami komplikasi hipertensi
12. Memahami pencegahan hipertensi
13. Memahami prognosis hipertensi
VI. SINTESIS BELAJAR

A. Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara abnormal dalam pembuluh


darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan
organ-organ pada tubuh secara terus- menerus dalam waktu lebih dari satu periode.

B. Epidemiologi

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13
Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan
pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan
setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017 menyatakan
tentang faktor risiko penyebab kematian prematur dan disabilitas di dunia berdasarkan
angka Disability Adjusted Life Years (DAILYs) untuk semua kelompok umur.
Berdasarkan DAILYs tersebut, tiga faktor risiko tertinggi pada laki-laki yaitu merokok,
peningkatan tekanan darah sistolik, dan peningkatan kadar gula. Sedangkan faktor risiko
pada wanita yaitu peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan kadar gula darah dan
IMT tinggi,
Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014,
Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima)
pada semua umur. Sedangkan berdasarkan data International Health Metrics Monitoring
and Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia, penyebab kematian pada peringkat
pertama disebabkan oleh Stroke, diikuti dengan Penyakit Jantung Iskemik, Diabetes,
Tuberkulosa, Sirosis , diare, PPOK, Alzheimer, Infeksi saluran napas bawah dan
Gangguan neonatal serta kecelakaan lalu lintas.
Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan menyebutkan bahwa
biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada tahun
2016 sebesar 2,8 Triliun rupiah, tahun 2017 dan tahun 2018 sebesar 3 Triliun rupiah.
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran
pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%),
sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur
31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari
prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi
dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin
minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak
mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Alasan
penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita hipertensi merasa
sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat tradisional
(14,5%), menggunakan terapi lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli
obat (8,1%), terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di
Fasyankes (2%).
Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan, sehingga
penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah
terjadi komplikasi.

Kerusakan organ target akibat komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada


besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati.
Dokter dari Perhimpunan Hipertensi Indonesia Dr. Tunggul Situmorang
SpPD-KGH,FINASIM mengatakan tekanan darah merupakan penyebab utama kematian
di dunia tapi juga menjadi beban utama sehingga ini menjadi masalah global.
Organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat
juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer.
Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti
merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah serta konsumsi
gula, garam dan lemak berlebih, obesitas, kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol
berlebihan dan stres. Data Riskesdas 2018 pada penduduk usia 15 tahun keatas
didapatkan data faktor risiko seperti proporsi masyarakat yang kurang makan sayur dan
buah sebesar 95,5%, proporsi kurang aktifitas fisik 35,5%, proporsi merokok 29,3%,
proporsi obesitas sentral 31% dan proporsi obesitas umum 21,8%. Data tersebut di atas
menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2013.
Upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian Hipertensi
diantaranya adalah meningkatkan promosi kesehatan melalui KIE dalam pengendalian
Hipertensi dengan perilaku CERDIK dan PATUH; meningkatkan pencegahan dan
pengendalian Hipertensi berbasis masyarakat dengan Self Awareness melalui pengukuran
tekanan darah secara rutin; penguatan pelayanan kesehatan khususnya Hipertensi.
C. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

A. Hipertensi Esensial atau Hipertensi primer

Merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga Hipertensi


idiopatik. Ini merupakan tipe paling umum dan mencakup 95% dari luas kasus
Hipertensi. Hipertensi primer biasanya timbul pada umur 30-50 tahun.

B. Hipertensi Sekunder atau hipertensi renal

Peningkatan tekanan darah akibat penyakit tertentu dengan penyebab diketahui mencakup
5 % dari kasus Hipertensi. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom
cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain-lain

D. Manifestasi Klinis
1. Hipertrofi ventrikel kiri

Pembesaran bilik (ventrikel) kiri jantung. Pembesaran bilik kiri jantung ini biasanya
disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau hipertensi.

2. Disfungsi diastolik

Terjadi ketika jantung berkontraksi secara normal, tetapi ventrikel mengalami


kekakuan, sehingga hanya ada sedikit darah yang masuk ke jantung darah sedikit
pada ventrikel karena tidak dapat mendistribusikan darah karena gangguan pada
pengisian misal kekakuan otot ventrikel.

3. Disfungsi sistolik

Otot jantung tidak dapat berkontraksi dengan baik sehingga proses penyaluran darah
yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu pad aventrikel
banyak tertampung darah karena tidak dapat keluar atau terjadi gangguan pada
sistolik/kontraksi.

4. Penyakit jantung coroner


Kerusakan pada pembuluh darah utama jantung banyak terjadi pada A. coronaria
5. Aritmia
Detak jantung yang tidak normal, apakah tidak beraturan, terlalu cepat, atau terlalu
lambat.
6. Penyakit sistem serebrovaskular
Sekelompok kondisi yang bisa mengarah pada kejadian serebrovaskular, terutama
stroke. Stroke terjadi ketika pasokan darah melalui pembuluh darah ke otak
terhambat.
7. Gangguan pada vascular aorta
Umumnya, ada tiga penyebab terjadinya gangguan pada pembuluh darah aorta, yaitu:
membesar, robek, dan trauma (misal karena tertusuk). Aneurisma aorta (melemahnya
dinding aorta ditandai dengan pelebaran aorta), diseksi aorta (kondisi ketika lapisan
dalam pembuluh darah aorta robek dan terpisah dari lapisan tengah dinding aorta).
8. Gangguan pembuluh darah perifef
Kondisi penyumbatan arteri yang membawa darah ke tungkai. Penyakit arteri perifer
merupakan bagian dari penyakit aterosklerosis, yang disebabkan oleh penumpukan
plak lemak di dinding pembuluh darah contohnya A. tibialis anterior posterior.

E. Klasifikasi
F. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari


angiotensin I oleh Angiotensin I Converting Enzyme (ACE) yang memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah.

Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hepar, angiotensinogen ini akan


diterima oleh ginjal dan akan dilepaskan renin (renin disintesis dalam apparatus
juxtaglomerular). Kemudian, paru-paru akan mengeluarkan ACE sehingga angiotensin I
berubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan peningkatan aktivitas
simpatis, sekresi aldosterone yang meningkatkan reabsorpsi natrium sementara pada saat
yang sama meningkatkan sekresi kalium, vasokonstriksi arteriolar yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah, dan sekresi ADH menyebabkan reabsorbsi H2O.

Siklus ini disebut renin-angiotensin-aldosteron system atau bisa disingkat dengan RAAS.
RAAS ini berperan dalam regulasi tekanan darah, apabila RAAS ada kelainan maka akan
terjadi peningkatan dari tekanan darah karena regulasi tekanan darah berasal dari cardiac
output x tahanan perifer total (TPR). Cardiac output dipengaruhi oleh denyut jantung,
sedangkan TPR dipengaruhi oleh regulasi (RAAS, persarafan langsung, dan regulator
lokal).
Merokok dapat menyebabkan hipertensi akibat zat-zat kimia yang terkandung dalam
tembakau terutama nikotin yang dapat merangsang saraf simpatis sehingga memicu kerja
jantung lebih cepat sehingga peredaran darah mengalir lebih cepat dan terjadi
penyempitan pembuluh darah, serta peran karbon monoksida yang dapat menggantikan
oksigen dalam darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.

Hubungan rokok dengan hipertensi yaitu nikotin yang menyebabkan peningkatan tekanan
darah karena nikotin didalam rokok diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru
sehingga diedarkan oleh pembuluh darah ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin
dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal sehingga bisa melepas epinefrin
(Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah sehingga
jantung dipaksa bekerja lebih berat dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi.

G. Faktor Resiko

● Dapat dimodifikasi

1. Obesitas Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada
obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5
kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang badannya normal. Hipertensi ditemukan
sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih.

2. Asupan sodium yang tinggi Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga meningkatkan volume dan tekanan
darah. Sekitar 60% kasus hipertensi (essensial) terjadi respon penurunan tekanan darah dengan
mengurangi asupan garam. Masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang
ditemukan tekanan rerata yang rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8
gram tekanan darah rerata lebih tinggi.

3. Konsumsi alkohol Efek alkohol terhadap tekanan darah baru Nampak apabila mengkonsumsi
alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya.

4. Kadar lipid tinggi/kolesterol Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya


aterosklerosis, yang kemudian mengakibatkan peningkatan tahanan perifer pembuluh darah
sehingga tekanan darah meningkat.

5. kurang aktivitas fisik Olahraga teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan
bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan.

6. merokok 19 Zat kimia seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok akan
memasuki sirkulasi darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, zat tersebut
mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi.

7. kalium rendah Kalium membantu tubuh menjaga keseimbangan jumlah natrium dalam cairan
sel. Apabila tubuh kekurangan kalium, maka natrium yang berlebihan didalam tubuh tidak bisa
dikeluarkan sehingga resiko hipertensi meningkat.

8. psikososial dan stres Stress dapat merangsang kelenjar adrenal melepaskan hormon adrenalin
dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat.

● Tidak dapat dimodifikasi

1. Usia Menurut Riskesdas 2007 pada kelompok umur > 55 tahun prevalensi hipertensi mencapai
> 55%.

2. Ras

3. Jenis kelamin Pria mempunyai risiko sekitar 2,3 kali lebih banyak mengalami peningkatan
tekanan darah sistolik dibandingkan dengan perempuan, karena pria diduga memiliki gaya hidup
yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun setelah memasuki menopause, prevalensi
hipertensi pada perempuan meningkat. Setelah usia 65 tahun, hipertensi pada perempuan lebih
tinggi dibandingkan dengan pria, akibat factor hormonal. Menurut Riskesdes 2007, prevalensi
hipertensi pada perempuan sedikit lebih tinggi disbanding pria.

4. Riwayat keluarga (genetik) Factor genetic juga berkaitan dengan metabolism pengaturan
garam dan renin membrane sel. Menurut Davidson, bila kedua orang tuanya menderita
hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang
menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.
5. Penyakit yang menyertai

H. Diagnosis

Berdasarkan anamnesis, sebagian besar pasien hipertensi bersifat asimptomatik. Beberapa pasien
mengalami keluhan berupa nyeri dada, sesak napas, palpitasi, sakit kepala, dan penglihatan
kabur. Gejala yang menunjukkan hipertensi sekunder adalah Kelemahan otot/tetani, kram,
aritmia (hipokalemia/aldosteronisme primer), flash pulmonary edema (stenosis arteri ginjal),
berkeringat, jantung berdebar, sering sakit kepala (pheochromocytoma), mendengkur, mengantuk
di siang hari (obstructive sleep apnea ), gejala sugestif penyakit tiroid. Pada anamnesis dapat
pula digali mengenai faktor risiko kardiovaskular seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik,
alkohol, diabetes, dislipidemia, dan riwayat keluarga. Pada pemeriksaan fisik, diambil nilai
tekanan darah pasien dua kali atau lebih pengukuran pada setiap kali kunjungan ke dokter.
Apabila tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan maka hipertensi dapat
ditegakkan. Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk mencari adanya HOMD (Hypertension
mediated organ damage). Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain Tes darah
yaitu cek Natrium, kalium, kreatinin serum dan perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR). Jika
tersedia, profil lipid dan glukosa puasa. Tes darah: Natrium, kalium, kreatinin serum dan
perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR). Jika tersedia, profil lipid dan glukosa puasa. Tes urin
seperti Tes urin dipstik. Pemeriksaan lain berupa pemeriksaan fungsi jantung berupa
elektrokardiografi, funduskopi, USG ginjal, foto thoraks dan ekokardiografi. Tes lebih lanjut
untuk hipertensi sekunder jika dicurigai: rasio aldosteron-renin, meta nefrin bebas plasma,
kortisol saliva larut malam atau tes skrining lain untuk kelebihan kortisol.

I. Tatalaksana Medikamentosa

Ada beberapa jenis obat antihipertensi yang sering dipakai meliputi:

- ACE inhibitor
- Angiotensin dua reseptor blocker
- Renin inhibitor
- Diuretic
- Beta-blocker
- Sentral simpatolitik atau adrenergik ataupun
- Calcium channel blocker

Obat antihipertensi dibagi menjadi empat bagian berdasar mekanisme kerjanya, yaitu:

1. ACE inhibitor, angiotensin II receptor blocker, renin inhibitor

Ketiga obat tersebut bekerja di sistem renin-angiotensin-aldosterone. RAAS


berpengaruh pada regulasi tekanan darah jangka panjang.
- ACE inhibitor

Menghambat angiotensin-converting enzyme sehingga tidak terbentuk angiotensin


II, efeknya dapat meningkatkan kadar bradikinin; menghambat vasokontriksi; dan
pengeluaran aldosterone. Untuk efek sampingnya meliputi batuk kering,
angioedema, ruam, hipotensi, hiperkalemia, dan teratogenic.

- Angiotensin II receptor blocker

Merupakan obat alternatives inhibitor, efeknya mirip dengan ACE inhibitor


namun tidak meningkatkan kadar bradikinin; penggunaan obat ini tidak boleh
dikombinasikan dengan ACE inhibitor. Untuk efek sampingnya mirip dengan
ACE inhibitor, namun efek batuk kering dan angioedema lebih ringan.

- Renin inhibitor

Langsung menghambat renin sehingga sistem RAAS tidak bekerja, efek kerja juga
lebih cepat dari ACE inhibitor maupun ARB. Namun penggunaan tidak boleh
dikombinasikan dengan ACE inhibitor atau ARB. Untuk efek sampingnya
meliputi diare pada dosis tinggi; batuk kering; dan angioedema, namun lebih
ringan dari ACE inhibitor, serta teratogenic.

2. Diuretik

Bekerja di nefron ginjal, prinsip kerja obat diuretik adalah meningkatkan


produksi urin sehingga volume cairan tubuh berkurang, curah jantung turun, dan
berujung pada penurunan tekanan darah. Terdapat lima jenis dari diuretic:

a. Penghambat karbonat anhidrase

Yang bekerja dengan menghambat reabsorpsi ion bikarbonat, natrium, kalium,


dan air di tubulus kontortus proksimal. Untuk contoh obatnya ada acetazolamide.

b. Loop diuretic

Bekerja dengan menghambat kontransporter Natrium dan Klorin di Loop Henle


proksimal, sehingga tidak terjadi reabsorpsi ion natrium dan klorin serta
meningkatkan aliran darah di ginjal. Contoh obatnya ada furosemide, bumetanide,
torsemide, ataupun asam etakrinat.

c. Thiazide
Merupakan obat yang bekerja dengan menghambat ko-transpor Na+ - K atau Cl-
di tubulus kontortus distal, sehingga reabsorpsi ion natrium dan klorin terhambat
dan curah jantung serta resistensi pembuluh darah perifer menurun. Untuk contoh
obatnya ada hidroklorotiazid, klortalidon.

d. Diuretik hemat kalium

Bekerja melalui dua cara yaitu dengan menghambat transportasi natrium ke ginjal
bagian bawah seperti obat amiloride dan triamteren dan antagonis reseptor
aldosterone seperti obat spironolactone dan eplerenone.

e. Diuretik osmotik

Memanfaatkan sifat osmotik air, mekanisme kerja diuretik osmotik dengan


meningkatkan ekskresi cairan tubuh dan mencegah penyerapan cairan kembali
oleh ginjal. Untuk contoh obatnya ada manitol.

3. Beta-blocker, Alfa bloker, Sentral simpatolitik (agonis alfa-2 blocker)

Bekerja dengan menghambat reseptor beta-adrenergik sehingga curah jantung


turun dan pembentukan angiotensin dua serta aldosterone dihambat. Untuk contoh
obatnya propanolol, nadolol, dan nebivolol.

Alfa bloker bekerja dengan memblok reseptor Alfa secara kompetitif sehingga
terjadi vasodilatasi dan berujung pada penurunan tekanan darah. Untuk contoh
obatnya prazosin, dosazosin, terazosin.

Sentral simpatolitik atau agonis alfa-2 yang terdiri atas dua jenis obat yang
pertama clonidine merupakan penghambat pusat vasomotor simpatis yang
mengurangi arus simpatis dan resistensi pembuluh darah ke perifer sehingga
terjadi penurunan tekanan darah. Obat ini biasa digunakan pada hipertensi yang
tidak berkurang dengan multi terapi atau disertai gangguan fungsi ginjal. Efek
sampingnya meliputi mengantuk, mulut kering, konstipasi, dan reborn
hypertension, jika dihentikan mendadak.

Untuk jenis obat yang kedua ada metildopa, merupakan obat yang mengurangi
arus adrenergik dari sistem saraf pusat dan merupakan obat yang paling aman
untuk hipertensi gestasional. Untuk efek sampingnya mengantuk.

4. Calcium channel blockers


Obat CCB bekerja dengan memblok pergerakan masuk ion kalsium dengan cara
berikatan dengan kanal Ca secara kompetitif di jantung dan otot polos pembuluh
darah koroner dan perifer, sehingga terjadi dilatasi otot polos pembuluh darah dan
berujung pada penurunan tekanan darah. Obat calcium channel blockers terdiri
atas beberapa jenis:

a. Phenylalkylamine

Digunakan pada hipertensi dengan Angina, takikardi, serta mencegah migrain.

b. Benzodiazepines

Untuk contoh obatnya adalah diltiazem, memiliki efek vasodilatasi pada sel otot
polos pembuluh darah yang lebih besar daripada ke sel otot jantung.

c. Dihydropyridine

Contoh obatnya ada nifedipine, amlodipine, felodipine, nicardipine, dan


nisoldipine.

Karakteristik ideal dari terapi obat:

1) Perawatan harus berbasis bukti dalam hubungannya dengan pencegahan


morbiditas/kematian.
2) Gunakan rejimen sekali sehari yang menyediakan kontrol tekanan darah 24 jam.
3) Perawatan harus terjangkau dan/atau hemat biaya relatif terhadap agen lain.
4) Perawatan harus ditoleransi dengan baik.
5) Bukti manfaat penggunaan obat dalam populasi yang akan diterapkan.
Gambar 1. Tatalaksana Terapi Hipertensi Esensial dari AHA Guidelines 2020

J. Tatalaksana Non-medikamentosa

Selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu diberikan terapi dietetik dan
perubahan gaya hidup. Terapi diet yang diberikan adalah diet rendah garam (RG) dengan
tujuan menurunkan tekanan darah menuju normal. Penatalaksanaan diet RG juga
ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih,
tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Selain itu, perlu
diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung,
ginjal dan diabetes mellitus. Prinsip diet untuk penderita hipertensi adalah makanan
beraneka ragam, jenis dan komposisi makanan memenuhi gizi seimbang dan disesuaikan
dengan kondisi penderita serta jumlah garam dibatasi sesuai dengan tingkat hipertensi
dengan jenis makanan yang terdapat dalam daftar diet. Garam yang dimaksud disini
adalah garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang terutama
berasal dari hewan, makanan olahan dan bumbu. Garam dapur merupakan salah satu
sumber utama garam natrium. Oleh karena itu, konsumsi garam dapur dan makanan yang
mengandung natrium perlu dibatasi. Belakangan ini, muncul diet untuk penyakit
hipertensi selain diet RG yang disebut Diet DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension). Tidak seperti diet populer untuk menurunkan BB yang belum banyak
diuji secara klinis diet DASH yang bertujuan untuk mengurangi tekanan darah tinggi
telah lebih banyak diteliti.7 Diet DASH adalah pola makan yang kaya buah-buahan,
sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, ikan, dan susu rendah lemak. Makanan ini
memiliki tinggi zat gizi penting, seperti kalium, magnesium, kalsium, serat, dan protein.
Diet DASH dapat menurunkan tekanan darah karena akan mengurangi garam dan gula
dalam diet ini. Diet DASH juga menghindari minuman manis, lemak, daging merah, dan
daging olahan. Yang membedakan antara diet DASH dengan diet Rendah garam ialah
diet DASH mengutamakan konsumsi banyak sayur, buah, dan makanan atau produk
rendah lemak serta mengurangi konsumsi makanan atau produk lemak jenuh. Sedangkan,
diet RG hanya mengurangi konsumsi garam (natrium) dengan tidak lebih dari 100 mmol
sehari atau setara dengan 2,4 g natrium atau 6 gram garam dapur.9 Beberapa penelitian
menunjukkan hasil yang bervariasi tentang penerapan diet DASH terhadap penurunan
tekanan darah pasien hipertensi. Disamping diet yang tepat, pasien tetap harus
berolahraga yang rutin, itirahat yang cukup, berhenti merokok, dan juga mengurangi
asupan kafein. Pasien juga dapat melakukan pengobatan tradisional dengan
mengkonsumsi daun salam, mentimun, blewah, atau mengkudu.

K. Komplikasi

Hipertensi merupakan factor utama dalam terjadinya penyakit gagal ginjal, otak, gagal
jantung, dan penglihatan. Peningkatan tekanan darah yang tinggi umumnya
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi tersebut. Pada sebagian besar penderita
hipertensi yang gejalanya tidak tampak, langkah pengobatan pun juga terkendala untuk
dilakukan sehingga mengakibatkan perluasan penyakit termasuk pada organ tubuh
lainnya. Dimana hal tersebut meningkatkan angka mortilitas akibat penyakit hipertensi
ini.

a. Gangguan penglihatan

Tekanan darah yang meningkat secara terus menerus dapat mengakibatkan pada
kerusakan pembuluh darah pada retina. Semakin lama seseorang mengidap hipertensi
dimana tekanan darah yang terjadi meningkat maka kerusakan yang terjadi pada retina
juga semakin berat. Selain itu, gangguan yang bisa terjadi akibat hipertensi ini juga
dikenal dengan iskemik optic neuropati atau kerusakan saraf mata. Kerusakan parah
dapat terjadi pada penderita hipertensi maligna, dimana tekanan darah meningkat secara
tiba-tiba.

b. Gagal ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerulus. Kerusakan glomerulus ini berakibat
pada darah yang mengalir ke unit 21 fungsional ginjal terganggu. Kerusakan pada
membrane glomerulus juga berakibat pada keluarnya protein secara menyeluruh melalui
urine sehingga sering dijumpai edea sebagai akibat dari tekanan osmotic koloid plasma
yang berkurang. Gangguan pada ginjal umumnya dijumpai pada penderita hipertensi
kronik.

c. Stroke

Stroke terjadi ketika otak mengalami kerusakan yang ditimbulkan dari perdarahan,
tekanan intra karnial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh
darah non otak yang terpajan pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
mengalirkan suplai darah ke otak mengalami hipertropi atau penebalan.

d. Gangguan jantung

Gangguan jantung atau yang dikenal dengan infark miokard terjadi ketika arteri koroner
mengalami arteriosklerosis. Akibat dari ini adalah suplay oksigen ke jantung terhambat
sehingga kebutuhan oksigen tidak terpenuhi dengan baik sehingga menyebabkan
terjadinya iskemia jantung (Nuraini, 2015).

L. Pencegahan

Hipertensi sering disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan, padahal
hipertensi menjadi kontributor tunggal utama penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke.
Oleh karena itu, pencegahan terhadap hipertensi harus segera dilakukan. Menurut
kemenkes, pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan istilah “CERDIK”, yaitu Cek
kesahatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang,
Istirahat cukup, dan Kelola stress. Cek kesehatan secara rutin sangat penting karena
masih byk kasus pasien datang hanya untuk periksa kesehatan, tetapi dinyatakan
hipertensi. Oleh karena itu, harus segera dicegah dgn pemeriksaan agar kedepannya
masyrakat dapat mengontrol tekanan darah dengan baik. Enyahkan asap rokok karena di
dalam rokok terkandung zat nikotin yang dapat mengecilkan diameter pembuluh
sehingga menyebabkan peningkatan pada tekanan darah. Rajin aktivitas fisik, aktivitas
fisik wajib dilakukan minimal 3-5 hari/minggu selama 30-45 menit/hari. Aktivitas fisik
ini bukan hanya dilakukan apabila penderita memiliki berat badan yang berlebih, namun
yang memiliki berat badan normal juga sangat penting. Aktivitas fisik yang dapat
dilakukan bisa dari olahraga ringan, seperti berjalan atau bersepeda. Diet seimbang,
khusunya pada konsumsi garam yang harus dikonsumsi maksimal 1 sdt/hari dan juga
mengontrol konsumsi makanan berlemak. Karena terkadang, seseorang merasa dirinya
memiliki tekanan darahnya normal sehingga bebas mengonsumsi makanan secara
berlebih dan akhirnya menyebabkan hipertensi. Istirahat cukup juga sangat penting
diperhatikan karena sekarang sudah banyak anak-anak yang mudah terkena hipertensi
dikarenakan kurangnya waktu istirahat apalagi sekarang sudah ada gadget yang
digunakan. Kurang dari 5-6 jam/hari bisa menyebabkan hipertensi. Kelola stres juga hal
terpenting karena stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktivasi sistem saraf
simpatis yg mengakibatkan naiknya tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).
Seseorang yg stres, hormon adrenalinnya akan dilepas dan meningkatkan tekanan darah
melalui kontraksi arteri sehingga menyebabkan denyut jantung meningkat. Kalau
seseorang sering stres, tekanan darah akan menjadi tinggi.

M. Prognosis

Hipertensi esensial adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui


(idiopatik) dan terjadi pada sekitar 90% pasien hipertensi. Hipertensi esensial tidak dapat
disembuhkan, namun dapat dikontrol dengan terapi yang sesuai. Terapi kombinasi obat
dan modifikasi gaya hidup umumnya dapat mengontrol tekanan darah agar tidak merusak
organ target. Oleh karena itu, obat antihipertensi harus terus diminum untuk mengontrol
tekanan darah dan mencegah komplikasi. Studi menunjukkan kontrol tekanan darah pada
hipertensi dapat menurunkan insidens stroke sebesar 35-44%, tetapi sampai saat ini
belum jelas apakah golongan obat antihipertensi tertentu memiliki perlindungan khusus
terhadap stroke. Satu studi menunjukkan efek ARB (antagonis reseptor AII)
dibandingkan dengan penghambat ACE menurunkan risiko infark miokard, stroke, dan
kematian 13% lebih banyak, termasuk 25% penurunan risiko stroke baik fatal maupun
non-fatal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arifputera A, Calistania C, Klarisa C, Priantono D, Wardhani DP, Wibisono E, Lilihata
G, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
2. Whalen K. Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. Edisi 7. Philadelphia: Wolters
Kluwer. 2018.
3. Unger T, Borghi C, Charchar F, Khan NA, Poulter NR, Prabhakaran D, Ramirez A,
Schlaich M. et al. 2020 International Society of Hypertension Global Hypertension
Practice Guidelines. American Heart Association. 20200;75:1334-1357.
4. Iqbal AM, Jamal SF. Essential Hypertension. [Updated 2022 May 1]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539859/
5. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.01.07/MENKES/4634/2021 TENTANG PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN
KEDOKTERAN TATA LAKSANA HIPERTENSI DEWASA

Anda mungkin juga menyukai