Anda di halaman 1dari 41

HIPERTENSI

Dosen :
Ns. Azwar, S. Kep, M. Kes
Disusun oleh kelompok 16:

NOGITA ANJELINA BUANGSAMPUHI


(PO7247321004)

MUTIARA
(PO7247321001)

ERLINA
(PO7247321005)
DEFINISI
HIPERTENSI
Merangkum dari laman resmi Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), tekanan darah biasanya ditulis dalam
dua angka. Angka pertama (sistolik) mewakili tekanan
dalam pembuluh darah ketika jantung berdetak.
Sedangkan angka kedua (diastolik) mewakili tekanan
pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara
detaknya. Seseorang yang mengalami hipertensi ketika
ia memiliki tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg
DEFINISI MENURUT PARA
AHLI :

1. Menurut Elizabeth dalam Ardiansyah M.,


2012,hipertensi merupakan tekanan darah tinggi
yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak
pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan
darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg .
2. Menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011),
hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri
secaraterus-menerus.

3. Menurut American Heart Association atau


AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi
merupakan silent killer dimana gejalanya
sangat bermacam-macam pada setiap individu
dan hampir sama dengan penyakit lain.rus-
menerus lebih dari suatu periode.
Faktor Risiko Hipertensi :

1.Berusia di atas 65 tahun


2.Konsumsi makanan tinggi garam berlebihan
3.Kelebihan berat badan atau obesitas
4.Adanya riwayat keluarga dengan kondisi medis
yang sama
5.Kurang asupan buah dan sayuran
6.Jarang berolahraga
7.Mengonsumsi terlalu banyak makanan atau
minuman yang mengandung kafein
8.Mengonsumsi minuman beralkohol
PENYEBAB HIPERTENSI

Hipertensi sendiri dibagi menjadi dua jenis yakni


hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi
primer tidak diketahui penyebabnya dengan pasti,
sedangkan hipertensi sekunder dapat terjadi antara
lain akibat penyakit ginjal, sleep apnea, dan
kecanduan alkohol.
Patofisiologi

Patofisiologi hipertensi sangat kompleks.


Walaupun belum diketahui secara pasti, pada
hipertensi essensial, faktor genetik, lingkungan
serta gaya hidup dapat mempengaruhi fungsi dan
struktur sistem kardiovaskular, ginjal, dan
neurohormonal hingga menimbulkan peningkatan
tekanan darah kronik. Terkait faktor genetik,
polimorfisme lokus-lokus gen yang terlibat dalam
regulasi reseptor angiotensin I dan aldosterone
synthase berisiko menimbulkan hipertensi.
Perubahan sistem kardiovaskular, neurohormonal dan
ginjal sangat berperan. Peningkatan aktivitas saraf
simpatis dapat memicu peningkatan kerja jantung
yang berakibat peningkatan curah jantung. Kelainan
pada pembuluh darah berperan terhadap total
resistensi perifer.Perubahan struktur tersebut akan
mengganggu perfusi jaringan. Oleh karena itu dalam
jangka waktu lama dapat timbul kerusakan organ
target. Walaupun autoregulasi tubuh terhadap tekanan
darah akan berusaha mempertahankan aliran darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolik, kemampuan
regulasi tersebut menurun pada pasien hipertensi.
Tanda Dan Gejala Hipertensi

Berikut ini beberapa gejala yang sering


dikaitkan dengan darah tinggi dan yang paling
umum terjadi:
1.Bercak merah pada mata
2.Wajah menjadi merah
3.Pusing
4.Sakit Kepala
5.Sesak napas
6.Muncul darah dalam urine
Test Diagnostic

Selain pemeriksaan tekanan


darah, pasien hipertensi perlu
melakukan pemeriksaan
laboratorium dan elektromedis
rutin.
Tujuan :

1. Menentukan penyebab hipertensi


2. Deteksi dini komplikasi pada penderita
hipertensi
3. Menilai risiko cardiovaskuler
4. Menilai efek samping dari obat
hipertensi
a. Pemeriksaan untuk melihat ada
tidaknya kerusakan target Organ
Ginjal yaitu :
1. Urine lengkap
2. Ureum
3. Creatinin
4. Microalbumin urin
5. Elektrolit : Natrium & Kalium
b. Pemeriksaan untuk melihat ada
tidaknya risiko Penyakit Cardiovaskuler
yaitu :
1. Profil lemak
2. EKG
3. Echocardiography
4. Treadmill
Persiapan pemeriksan dan bahan
pemeriksaan Yaitu :

1. Pasien dianjurkan puasa 10-12 jam


sebelum pengambilan darah.
2. Tetap dianjurkan minum air putih
dengan jumlah yang normal.
3. selain air putih tidak dianjurkan.
4. Pasien beristirahat yang cukup
sebelum melakukan pemeriksaan,
tidak dalam keadaan stress berlebih,
tidak melakukan aktifitas berlebih
seperti olahraga.

5. Sampel yang digunakan adalah


Urin pagi dan darah Vena.
PENATALAKSANAA
N HIPERTENSI
a. PENATALAKSANAAN
ESENSIAL

Telah dibuktikan oleh para peneliti, bahwa


dengan mengendalikan tekanan darah maka
angka morbiditas dan angka mortalitas dapat
diturunkan. Oleh karena itu walaupun seorang
dokter belum menemukan etiologi dari
hipertensi yang didapat pada penderita,
pengobatan sudah boleh dilaksanakan.
b. PRINSIP PENATALAKSANAAN
1. Menurunkan tekanan darah sampai
normal, atau sampai level paling rendah yang
masihdapat ditoleransi penderita.
2. Meningkatkan kemungkinan kwalitas
dan harapan hidup penderita.
3. Mencegah komplikasi yang mungkin
timbul dan menormalkan kembali seoptimal
mungkinkomplikasi yang sudah terjadi.
c. PENATALAKSANAAN UMUM
Adalah usaha untuk mengurangi
faktor resiko terjadinya peningkatan
tekanan darah.
Beberapa hal yang bisa dilakukan
adalah :
1. Diet rendah garam
2. Diet rendah lemak
3. Berhenti merokok dan berhenti
mengkonsumsi alkohol
4. Menurunkan berat badan
5. Olah raga teratur
6. Relaksasi dan rekreasi serta cukup istirahat
7. konsumsi seledri, pace, ketimun, belimbung
wuluh dan bawang putih
d. MEDIKAMENTOSA

Penatalakasanaan hipertensi
dengan obat-obatan di Puskesmas
disesuaikan dengan ketersediaan obat
yang ada di Puskesmas pula, yaitu:
1. Golongan Diuretika.
2. Golongan Inhibitor Simpatik
3. Golongan Blok Gangliona.
4. Golongan Penghambat Enzim
Konversi Angiotensin (ACE I)
5. Golongan Antagonis Kalsiuma.
Golongan Diuretika :
a) Hidroklorotiasid 25 mg(HCT)
b) Furosemid 40 mg

Golongan Inhibitor Simpatik (Beta


Blocker) :

a) Propranolol 40 mg
Golongan Blok Gangliona :
a) Klonidin 0,15 mg
b) Reserpin 0,25 mg dan 0,1 mg

Golongan Penghambat Enzim


Konversi Angiotensin (ACE I) :
a) Kaptopril 25 mg
Golongan Antagonis Kalsiuma :

a) Diltiazem 30 mg
b) Nifedipin 10 mg
SENI TERAPI
1. Hipertensi Ringan (Diastol 90 - 110 mmHg) :
- Pilihan obat pertama : diuretik atau beta
blocker
- Obat tambahan : Diuretik + Beta blocker2.
2. Hipertensi sedang (diastol : 110-130
mmHg) :
- Pilihan obat pertama : Diuretik + Beta
blocker
- Obat tambahan : Klonidin
3. Hipertensi Berat (diastol > 130 mmHg)
:
- Pilihan obat pertama : Klonidin +
Diuretik.
- Obat tambahan : Beta Blocker
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
HIPERTENSI
1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan adalah proses
yang mendasar dalam melakukan tindakan
keperawatan di mana hal tersebut memiliki
tujuan untuk mengetahui permasalahan yang
dialami klien,dengan begitu akan dilakukan
pengumpulan data klien secara akurat serta
mengetahui status kondisi kesehatan klien
melalui kondisi fisik, mental, sosial, dan juga
lingkungan klien.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu
penilaian klinis mengenai respons pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual mapun
potensial.Diagnosa keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi reasons klien
individu, keluarga, dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan
Diagnosa Keperawatan :
1. Kesiapan peningkatan pengetahuan
kategori:
2. perilaku sub kategori :
penyuluhan dan pembelajaran .
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan
bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan dalam
usaha membantu, meringankan, dan
memecahkan masalah yang tertulis
(Bulchek, 2017)
INTERVENSI
1. Pengobservasi tingkat pengetahuan
pasien tentang suatu topik

2. Tentukan motivasi dan besarnya harapan


pasien untuk dalam belajar

3. Bantu pasien mengidentifikasi tujuan dari


pembelajaran
4. Pastikan metode pembelajaran yang
disukai ( misal : auditory, visual,
interaktif)

5. Identifikasi dan catat faktor


interpersonal yang dapat
mempengaruhi pembelajaran
(misal : umur/tingkat perkembangan,
jenis kelamin
4. Implementasi Keperawatan

Menurut (Kozier, 2010) Implementasi


keperawatan adalah sebuah fase
dimana perawat melaksanakan
intervensi keperawatan yang sudah
direncanakan sebelumnya.
5. Evaluasi keperawatan
Menurut (Kozier, 2010) adalah fase kelima
atau terakhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur,
proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif yaitu menghasilkan umpan balik
selama program berlangsung. Sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan setelah program
selesai dan mendapatkan informasi efektifitas
pengambilan keputusan.
Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk
SOAP (subjektif, objektif, assesment,
planing) (Achjar, 2007).
Evaluasi yang diharapkan dapat
dicapai pada klien hipertensi dengan
kesiapan peningkatan pengetahuan
adalah :
a. Pasien memiliki ketertarikan dalam
belajar
b. Pasien dapat mengidentifikasi
sumber informasi yang akurat
c. Pasien secara aktif mengungkapkan
secara verbal informasi yang dapat
digunakannya

d. Pasien dapat menggunakan


informasi yang diperoleh dalam
meningkatkan kesehatan atau
mencapai tujuan.
♡Terimah
kasih♡

Anda mungkin juga menyukai