Anda di halaman 1dari 16

MATERI

PELATIHAN KADER POSBINDU


PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) : HIPERTENSI
Oleh : M. Dody Izhar

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat - FKM


Materi Pelatihan 1

MATERI 1
PERAN KADER DALAM PELAKSANAAN POSBINDU PTM

a. Pengertian

Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) adalah kegiatan
monitoring dan deteksi dini faktor risiko PTM terintegrasi (Penyakit jantung dan pembuluh
darah, diabetes, penyakit paru obstruktif akut dan kanker) serta gangguan akibat kecelakaan
dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui
pembinaan terpadu. Posbindu PTM adalah bentuk peran serta masyarakat (kelompok
masyarakat, organisasi, industri, kampus, instansi, sekolah dll) dalam upaya promotif dan
preventif untuk mendeteksi dan pengendalian dini keberadaan faktor risiko penyakit tidak
menular secara terpadu.

Kegiatan Posbindu PTM :

1. Monitoring faktor risiko bersama PTM secara rutin dan periodik.


(*) Rutin berarti kebiasaan memeriksa kondisi kesehatan meski tidak dalam kondisi sakit.
(*) Periodik artinya pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala.

2. Konseling faktor risiko PTM tentang diet, aktifitas fisik, merokok, stress dll.
3. Penyuluhan / dialog interaktif sesuai dengan masalah PTM yang ada.
4. Aktifitas fisik bersama seperti olah raga bersama, kerja bakti, senam, jalan santai dll.
5. Rujukan kasus faktor risiko sesuai kriteria klinis ke Puskesmas.

b. Tujuan, Sasaran & Manfaat Penyelenggaraan Kegiatan Posbindu PTM

1. Tujuan : Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini
faktor risiko PTM
2. Sasaran : Kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM atau orang
dewasa yang berumur 15 tahun keatas.
 Pada orang sehat agar faktor risiko tetap terjaga dalam kondisi normal.
 Pada orang dengan faktor risiko adalah mengembalikan kondisi berisiko ke kondisi
normal.
 Pada orang dengan penyandang PTM adalah mengendalikan faktor risiko pada
kondisi normal untuk mencegah timbulnya komplikasi PTM.

Pelatihan Kader Posbindu : Hipertensi


Oleh : M. Dody Izhar, SKM., M.Kes
Materi Pelatihan 2

3. Manfaat
Membudayakan Gaya Hidup Sehat dengan berperilaku CERDIK yaitu :
Cek kondisi kesehatan anda secara berkala,
Enyahkan asap rokok,
Rajin aktifitas fisik,
Diet yang sehat dengan kalori seimbang,
Istirahat yang cukup,
Kelola stres dalam lingkungan yang kondusif di rutinitas kehidupannya.
4. Mawas Diri  Faktor risiko PTM yang kurang menimbulkan gejala secara bersamaan
dapat terdeteksi & terkendali secara dini.
5. Metodologis & Bermakna secara klinis
Kegiatan dapat dipertanggung jawabkan secara medis dan dilaksanakan oleh kader
khusus dan bertanggung jawab yang telah mengikuti pelatihan metode deteksi dini atau
edukator PPTM.
6. Mudah Dijangkau  Diselenggarakan di lingkungan tempat tinggal masyarakat/
lingkungan tempat kerja dengan jadwal waktu yang disepakati.
7. Murah  Dilakukan oleh masyarakat secara kolektif dengan biaya yang
disepakati/sesuai kemampuan masyarakat.

c. Kegiatan :

1. Melakukan wawancara untuk menggali informasi faktor risiko keturunan dan perilaku.
2. Melakukan penimbangan dan mengukur lingkar perut, serta Indeks Massa Tubuh
termasuk analisa lemak tubuh.
3. Melakukan pengukuran tekanan darah.
4. Melakukan pemeriksaan gula darah.
5. Melakukan pengukuran kadar lemak darah (kolesterol total dan trigliserida).
6. Melakukan pemeriksaan fungsi paru sederhana (Peakflowmeter)
7. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asetat) oleh tenaga bidan terlatih
8. Melaksanakan konseling (diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain-lain) dan
penyuluhan kelompok termasuk sarasehan.
9. Melakukan olah raga/aktifitas fisik bersama dan kegiatan lainnya.
10. Melakukan rujukan ke Puskesmas

Pelatihan Kader Posbindu : Hipertensi


Oleh : M. Dody Izhar, SKM., M.Kes
Materi Pelatihan 3

d. Uraian Tugas Kader Posbindu

Syarat menjadi seorang kader :


1. Berasal dari anggota kelompok masyarakat/lembaga/institusi.
2. Peduli terhadap masalah penyakit tidak menular dan bersedia melaksanakan kegiatan
Posbindu PTM.
3. Pendidikan sebaiknya minimal setingkat SLTA(Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)

Tugas Kader :
1. Melakukan pendekatan kepada pimpinan kelompok/lembaga/institusi.
2. Melakukan survai mawas diri/pendataan bersama petugas.
3. Melaksanakan musyawarah bersama dalam penyelesaian masalah termasuk penentuan
jadwal penyelenggaraan posbindu PTM.
4. Mendorong anggota kelompok masyarakat/kelompok/lembaga/institusi untuk datangke
posbindu PTM ( mengajak anggota keluarga/masyarakat agar hadir, memberikan serta
menyebarluaskan informasi kesehatan, menggali dan menggalang sumber daya
termasuk dana yang berasal dari masyarakat).
5. Melaksanakan kegiatan posbindu PTM termasuk kunjungan rumah bila diperlukan

e. Mekanisme Pelayanan Posbindu

Gambar 1. Mekanisme Pelayanan Posbindu

Pelatihan Kader Posbindu : Hipertensi


Oleh : M. Dody Izhar, SKM., M.Kes
Materi Pelatihan 4

MATERI 2
KONSEP PENYAKIT HIPERTENSI DAN GAYA HIDUP LANSIA DENGAN HIPERTENSI

a. Pengertian
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya
cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara
teratur.

b. Penyebab Hipertensi
Pada sekitar 90 % penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan
keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensialatau hipertensi primer. Hipertensi
esensial kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung
dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan
darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5 -
10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1 - 2 %,
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor
pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormone epinefrin(adrenalin) atau
norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol
atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang
memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan
darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya
akan kembali normal.

Pelatihan Kader Posbindu : Hipertensi


Oleh : M. Dody Izhar, SKM., M.Kes
Materi Pelatihan 5

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah
tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat dikendalikan. Ada
juga yang dapat dikendalikan sehingga bisa mengatasi penyakit darah tinggi. Beberapa
faktor tersebut antara lain :
 Keturunan
Faktor ini tidak bisa dikendalikan.Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara
yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah
tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih
tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah
tinggi.
 Usia
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia
seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Penderita tidak dapat
mengharapkan bahwa tekanan darah saat muda akan sama ketika bertambah tua.
Namun dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal.
 Garam
Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan
cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi
ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.
 Kolesterol
Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah, dapat
menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat
membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.
 Obesitas / Kegemukan
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen
berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.
 Stres
Faktor ini bisa Anda kendalikan.Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat
memicu tekanan darah tinggi.
 Rokok
Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah
menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan
jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika
memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang
akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.

Pelatihan Kader Posbindu : Hipertensi


Oleh : M. Dody Izhar, SKM., M.Kes
Materi Pelatihan 6

 Kafein
Faktor ini bisa dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, the maupun minuman
cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.
 Alkohol
Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan
tekanan darah tinggi.
 Kurang Olahraga
Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan
tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan
tekanan darah tinggi namun jangan melakukan olahraga yang berat jika menderita
tekanan darah tinggi.

c. Gejala Hipertensi
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja
terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah
yang normal. Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut :
 Sakit kepala.
 Kelelahan.
 Mual.
 Muntah.
 Sesak nafas.
 Gelisah.
 Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.

d. Target Terapi
Terapi tekanan darah tinggi bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler dan ginjal. Ketika diagnosis hipertensi ditegakkan,

Pelatihan Kader Posbindu : Hipertensi


Oleh : M. Dody Izhar, SKM., M.Kes
Materi Pelatihan 7

pasien harus segera diberikan edukasi dan konseling untuk mengubah gaya hidup yang
sesuai anjuran dalam menurunkan tekanan darah, mengingat edukasi dan konseling gizi
merupakan bagian dari intervensi gizi. Seorang ahli gizi/dietisien harus mengikuti
langkah-langkah yang sudah dibakukan dalam proses asuhan gizi yaitu
pengkajian/asesmen gizi, kemudian dilanjutkan dengan diagnosis gizi, intervensi gizi
termasuk melakukan kegiatan edukasi/konseling, serta monitoring dan evaluasi
keberhasilan intervensi yang diberikan.

e. Langkah – langkah Asuhan Gizi pada Hipertensi


Langkah pertama dalam proses asuhan gizi adalah pengkajian gizi meliputi
pengumpulan data:
1) Riwayat makanan/gizi
2) Data biokimia, pemeriksaan penunjang dan berbagai prosedur pemeriksaan.
3) Pengukuran antropometri
4) Hasil pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan gizi
5) Riwayat personal

Hasil pengkajian gizi dapat dilanjutkan ke langkah berikutnya yaitu diagnosis gizi
yang dapat dikaitkan dengan faktor risiko hipertensi maupun masalah gizi saat ini,
contohnya: masalah kelebihan berat badan, asupan lemak dan karbohidrat, natrium
berlebih atau asupan kalium, kalsium dan magnesiuyang kurang dari kebutuhan.
Berdasarkan diagnosis gizi, ahli gizi/dietisien dapat melangkah ke tahap berikutnya yaitu
memberikan intervensi gizi dalam bentuk penyediaan makanan atau zat gizi yang
dianjurkan sesuai kebutuhan, edukasi dan konseling gizi serta koordinasi dalam asuhan
gizi untuk mencapai tujuan intervensi gizi.
Tahap berikutnya asuhan gizi adalah monitoring dan evaluasi sampai tujuan
intervensi tercapai. Terkait dengan contoh masalah di atas maka kegiatan monitoring
dan evaluasi-nya adalah pengamatan berat badan dan asupan makanan (karbohidrat,
lemak, kalium, kalsium, natrium, dan magnesium) Mengingat upaya mengubah pola
makan sering mengalami kendala, telah disusun beberapa penuntun untuk
memudahkan penerapan perencanaan makan DASH oleh National Heart, Lung and
Blood Institute (2006) juga contoh resep, serta berbagai kiat memilih makanan siap saji
serta cara mengukur asupan natrium.

f. Modifikasi Gaya Hidup


Ada beberapa anjuran dalam upaya penurunan tekanan darah melalui modifikasi gaya
hidup yaitu penurunan berat badan, penerapan perencanaan makan dengan Dietary

Pelatihan Kader Posbindu : Hipertensi


Oleh : M. Dody Izhar, SKM., M.Kes
Materi Pelatihan 8

Approaches to Stop Hypertension (DASH), pembatasan asupan garam NaCl, latihan


fisik teratur, dan membatasi asupan alkohol. Modifikasi gaya hidup yang efektif
menurunkan tekanan darah dan berkaitan dengan gizi dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.

g. Perencanaan Makan dengan DASH


DASH dianjurkan oleh JNHC 7 (2004) dan AHA (2006) untuk pencegahan dan
manajemen hipertensi dengan prinsip banyak mengkonsumsi buah dan sayuran, susu
rendah lemak dan hasil olahnya serta kacang-kacangan. Diet ini mengandung tinggi
kalium, fosfor dan protein sehingga perlu dipertimbangkan untuk pasien dengan
gangguan penurunan fungsi ginjal.

Pelatihan Kader Posbindu : Hipertensi


Oleh : M. Dody Izhar, SKM., M.Kes
Materi Pelatihan 9

Pelatihan Kader Posbindu : Hipertensi


Oleh : M. Dody Izhar, SKM., M.Kes
Materi Pelatihan 10

MATERI 3
PANDUAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH

A. Persiapan alat
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Buku catatan

B. Persiapan lansia
1. Jelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Atur lingkungan sekitar lansia (tutup tirai jika perlu).

C. Pelaksanaan
1. Alat-alat didekatkan.
2. Menjelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan dilakukan dan posisi diatur
sesuai kebutuhan.
3. Bantu lansia ke posisi yang nyaman dengan lengan tersokong dan telapak tangan
menghadap keatas.
4. Membuka lengan baju dan digulung.
5. Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung.
6. Memasang manset tensimeter pada lengan atas 2-3 cm diatas vena cubiti dengan
pipa karet berada di bagian luar lengan. Manset dipasang tidak terlalu kencang atau
terlalu longgar.
7. Tempatkan bagian telinga stetoskop ke dalam telinga dan pastikan bunyi terdengar
jelas dan tidak samar.
8. Meraba denyut arteri brachialis lalu stetoskop ditempatkan pada daerah tersebut.
9. Menutup skrup balon karet, pengunci raksa dibuka. Selanjutnya balon dipompa
diatas sistolik normal klien. Bila tidak mengetahui tekanan sistolik normal klien, tekan
arteri radialis klien sampai denyut nadi arteri radialis tidak terdengar lagi dan air
raksa di dalam pipa gelas naik.
10. Membuka skrup balon perlahan-lahan sehingga air raksa turun perlahan-lahan.
Sambil memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan bunyi denyutan pertama dan
terakhir.
11. Proses selesai, kempiskan manset dan rapikan lansia.
12. Alat-alat dirapikan dan disimpan ditempatnya.
13. Cuci tangan.

Pelatihan Kader Posbindu : Hipertensi


Oleh : M. Dody Izhar, SKM., M.Kes
Materi Pelatihan 11

14. Catat hasil.

Gambar 2. Letak manset dan lengan saat dilakukan pengukuran tekanan darah

Pelatihan Kader Posbindu : Hipertensi


Oleh : M. Dody Izhar, SKM., M.Kes
Materi Pelatihan 12

MATERI 4
PANDUAN PENGISIAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) LANSIA

Pelayanan kesehatan di kelompok Usia Lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan fisik


dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat pencatat dan
pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman
masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman
Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim
digunakan di Puskesmas. Petunjuk Pengisian Format Pencatatan Hasil Kegiatan Kelompok
Usia Lanjut adalah sebagai berikut :
 Bulan : Sudah jelas
 Tahun : Sudah jelas
 Nama Kelompok : Sudah jelas
 Desa/Kelurahan : Sudah jelas
 Kecamatan : Sudah jelas
1. No. Urut : No urut kunjungan
2. No. KMS : Sudah jelas
3. Nama : Sudah jelas
4. L/P : Sudah jelas
5. Umur : Sudah jelas
6. Alamat : Sudah jelas
7. s/d 11. Kemadirian : Yang dimaksud dengan hidup sehari-hari adalah
kegiatan dasar dalam kehidupan seperti : makan atau minum, berjalan,
mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air, besar/kecil dan
sebagainya. Kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan diluar rumah seperti :
berbelanja, mencari nafkah, mengambil pensiun, arisan, pengajian, dan lain-
lain.
 Kategori A : Apabila usia lanjut sama sekali tidak mampu melakukan
kegiatan sehari-hari, sehingga sangat tergantung orang lain
(ketergantungan).
 Kategori B : apabila ada gangguan dalam melakukan sendiri, hingga
kadang-kadang perlu bantuan (ada gangguan).
 Kategori C : apabila usia lanjut masih mampu melakukan kegiatan hidup
sehari-hari tanpa bantuan sama sekali (mandiri).

Pelatihan Kader Posbindu : Hipertensi


Oleh : M. Dody Izhar, SKM., M.Kes
Materi Pelatihan 13

12. s/d 13 Mental emosional : keadaan mental emosional, dengan menggunakan


pedoman metode 2 menit melalui 2 tahap pertanyaan :
 Pertanyaan tahap 1 :
a. Apakah anda mengalami sukar tidur?
b. Apakah anda sering merasa gelisah?
c. Apakah anda sering murung dan atau menangis sendiri?
d. Apakah anda sering merasa was-was atau khawatir?
Bila ada 1 atau lebih jawaban “ya” lanjutkan pada pertanyaan tahap 2.
 Pertanyaan tahap 2 :
a. Apakah lama keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam
sebulan?
b. Apakah anda mempunyai masalah atau banyak pikiran?
c. Apakah anda mempunyai gangguan atau masalah dengan keluarga
atau orang lain?
d. Apakah anda menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran
dokter?
e. Apakah anda cenderung mengurung diri dalam kamar?
Bila 1 atau lebih jawaban “ya” maka usia lanjut mempunyai masalah
emosional.
14. s/d 16 IMT : Indeks Masa Tubuh ditentukan dengan mencari titik temu antara
garis bantu yang menghubungkan berat badan yang sudah diukur dengan
tinggi badan. Nilai normal IMT untuk pria dan wanita usia lanjut berkisar
antara 18,5 – 25. Interpretasinya :
 L (lebih) : Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan warna
merah.
 N (normal) : Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan warna
hijau.
 K (kurang) : Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan warna
kuning.
17. s/d 19 Tekanan Darah : Ukuran tekanan darah dengan tensimeter dan
stetoskop. Interpretasinya :
 T (tinggi) : bila salah satu dari sistole atau diastole, atau keduanya diatas
normal.
 N (normal) : bila sistole antara 120-160 dan diastole ≤ 90 mmHg.
 R (rendah) : bila sistole atau diastole di bawah normal.

Pelatihan Kader Posbindu : Hipertensi


Oleh : M. Dody Izhar, SKM., M.Kes
Materi Pelatihan 14

20. Anemi : Hemoglobine yang nilainya kurang dari 13 g% untuk pria dan 12 g%
untuk wanita.
21. Kencing manis : Bila terjadi perubahan warna pada hasil pemeriksaan urine.
Diabetes melitus menggunakan Combur Test (sesuaikan dengan indikator
untuk kadar gula).
22. Ginjal : Bila terjadi perubahan warna pada hasil pemeriksaan urine dengan
menggunakan Combur Test (sesuaikan dengan indicator untuk kadar
protein).
23. Diobati : Beri tanda + atau –
+ : Bila usia lanjut diberi obat.
- : Bila usia lanjut tidak diberi obat.
24. Rujuk : Beri tanda + atau –
+ : Bila usia lanjut dirujuk ke tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
- : Bila usia lanjut tidak dirujuk ketingkat pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi.
25. s/d 27 Konseling : Beri tanda + atau – pada kolom yang sesuai dengan
kasus.
 Baru : untuk kasus konseling baru.
 Lama : untuk kasus konseling lama.
 Selesai : untuk kasus konseling lama.
28. Penyuluhan : Beri tanda + atau –
+ : Bila dilakukan penyuluhan.
- : Bila tidak dilakukan penyuluhan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia
Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK).
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 71 Tahun 2015. Tentang Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular.
Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. 2000. Media Aesculapius. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (Posbindu PTM).
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Umum Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular.

Pelatihan Kader Posbindu : Hipertensi


Oleh : M. Dody Izhar, SKM., M.Kes
Materi Pelatihan 15

Lampiran
CHESKLIST PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Prosedur Ya Tidak

Persiapan alat :
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Buku catatan
Persiapan lansia
4. Jelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan dilakukan.
5. Atur lingkungan sekitar lansia (tutup tirai jika perlu).
6. Alat-alat didekatkan.

7. Menjelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan dilakukan


dan posisi diatur sesuai kebutuhan.
8. Bantu lansia ke posisi yang nyaman dengan lengan tersokong
dan telapak tangan menghadap keatas.
9. Membuka lengan baju dan digulung.

10. Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung.

11. Memasang manset tensimeter pada lengan atas 2-3 cm diatas


vena cubiti dengan pipa karet berada di bagian luar lengan.
Manset dipasang tidak terlalu kencang atau terlalu longgar.
12. Tempatkan bagian telinga stetoskop ke dalam telinga dan
pastikan bunyi terdengar jelas dan tidak samar.
13. Meraba denyut arteri brachialis lalu stetoskop ditempatkan pada
daerah tersebut.
14. Menutup skrup balon karet, pengunci raksa dibuka. Selanjutnya
balon dipompa diatas sistolik normal klien. Bila tidak mengetahui
tekanan sistolik normal klien, tekan arteri radialis klien sampai
denyut nadi arteri radialis tidak terdengar lagi dan air raksa di
dalam pipa gelas naik.
15. Membuka skrup balon perlahan-lahan sehingga air raksa turun
perlahan-lahan. Sambil memperhatikan turunnya air raksa,
dengarkan bunyi denyutan pertama dan terakhir.
16. Proses selesai, kempiskan manset dan rapikan lansia.

17. Alat-alat dirapikan dan disimpan ditempatnya.

18. Cuci tangan.

19. Catat hasil.

Pelatihan Kader Posbindu : Hipertensi


Oleh : M. Dody Izhar, SKM., M.Kes

Anda mungkin juga menyukai