Anda di halaman 1dari 29

1.5.

IMPLEMENTASI

NO Hari / Tanggal / Jam / Implementasi TTD


Tempat
1 Pelatihan Kader - Mengajarkan materi mengenai tata cara
Kesehatan (Kader pengukuran tekanan darah
Posyandu Lansia) - Melakukan edukasi mengenai interpretasi hasil
Pukul 15.00-16.30 WIB pengukuran tekanan darah
Di Kediaman Kader - Mendemonstrasikan cara pengukuran tekanan
Posyandu Bu. Win darah yang benar
- Mengajarkan praktik mengenai pengukuran
tekanan darah pada para kader

1.6 EVALUASI
A. Pelatihan Kader Kesehatan
a. Evaluasi Struktur
 Pelaksana kegiatan telah mempersiapkan media, alat bantu, serta
sarana-prasarana yang digunakan untuk pelatihan kader
kesehatan mengenai pengukuran tekanan darah
 Peserta pelatihan kader posyandu lansia berjumlah 10 orang
 Pelaksana kegiatan telah membuat janji dan menginformasikan
waktu kepada kader posyandu dusun sumberbendo untuk
mengikuti acara

b. Evaluasi Proses
Pelaksana Kegiatan:
 Diharapkan pelaksana kegiatan mampu untuk menciptakan
suasana yang kondusif dan tertib
 Diharapkan pelaksana kegiatan mampu mengarahkan peserta
untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan
 Diharapakan pelaksana kegiatan dapat memfasilitasi peserta
dalam hal pemeriksaan tekanan darah

1
Sasaran
 Diharapkan sasaran antusias mengikuti serangkaian kegiatan
pelatihan pengukuran tekanan darah
 Diharapakan peserta tidak meninggakan tempat saat acara
berlansung
 Diharapkan peserta berperan aktif memberikan respon atau
antusias saat melakukan screening hipertensi

c. Evaluasi Hasil
 Kehadiran kader posyandu Dusun Sumberbendo minimal 90% dari
undangan yang telah disebar
 Peserta dapat melakukan pemeriksaan tekanan darah secara
mandiri
 Peserta mampu untuk mengetahui manfaat pemeriksaan tekanan
darah yang dilakukan secara rutin

2
LAMPIRAN 5 PELATIHAN KADER KESEHATAN (KADER POSYANDU LANSIA)

LAPORAN PENDAHULUAN

PELATIHAN KADER KESEHATAN (KADER POSYANDU LANSIA)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen


Komunitas

Di Wilayah Kerja Puskesmas Dau Kabupaten Malang

Oleh :

Kelompok 2A

MAHASISWA PRAKTIK PROFESI NERS

(KELOMPOK 2A)

PUSKESMAS DAU

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada
masyarakat adalah diare, terutama pada bayi dan anak di Indonesia.
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gr atau 200
ml/24 jam.
Anak-anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap
diare dan cuci tangan merupakan tindakan pencegahannya. Melakukan
cuci tangan pakai sabun dengan benar dapat menurunkan angka
kejadian diare hingga 23 - 40% (Huberts, 2016). Mencuci tangan dengan
sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit
diare yang menjadi penyebab utama kematian pada anak. Setiap tahun
sebanyak 3,5 juta anak-anak diseluruh dunia meninggal (Depkes, 2013)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SDN 5
lowokwaru terkait dengan fasilitas untuk cuci tangan terdapat satu
wastafel pada bagian kantin serta terdapat 2 kran didekat mushola,
namun sebagian besar kelas sudah terdapat baskom dan handuk tetapi
air yang dibaskom jarang diganti dan terkadang tidak terdapat air di
dalam baskom serta kondisi handuk yang kotor. Sebagian besar siswa-
siswa tidak mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan
sabun. Saat dilakukan wawancara dengan 5 siswa, didapatkan data
bahwa mereka jarang sekali mencuci tangan sebelum makan atau pun
setelah dari kamar mandi. Selain itu, didapatkan data bahwa beberapa
siswa sudah bisa mempraktikkan cara mencuci tangan akan tetapi untuk
urutan 6 langkah belum benar. Berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala sekolah, didapatkan data bahwa 3 tahun yang lalu sudah pernah
dilakukan penyuluhan cuci tangan pada siswa kelas 3, 4, dan 5.
Cuci tangan memang hal yang dianggap sepele bagi anak-anak,
mereka sering sekali melupakannya meskipun itu dapat mempengaruhi
kondisi kesehatannya padahal mencuci tangan bertujuan untuk membuat

4
tangan menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman dengan
sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal
ini dilakukan karena tangan merupakan agen yang membawa kuman dan
menyebabkan pathogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik
dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan
permukaan-permukaan lain seperti handuk dan gelas) oleh sebab itu
banyak siswa yang mengeluh sakit perut. Dengan gejala diare seperti
panas tinggi, BAB sering dan encer, terlihat lemah dan susah makan.
Kondisi tersebut menganggu proses belajar mengajar sehingga pada
akhirnya tidak bisa mengikuti pelajaran. Oleh karena itu perlu diadakan
penyuluhan terkait pentingnya cuci tangan yang benar.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan status kesehatan siswa SDN 5 Lowokwaru dengan
melalukan cuci tangan 6 langkah dengan benar dan gosok gigi.

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Siswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan cuci tangan 6
langkah dengan benar dan gosok gigi.
1.2.2.2 Siswa mampu menanamkan perilaku hidup sehat dengan
cuci tangan 6 langkah dengan benar dan gosok gigi.

5
BAB II
DESKRIPSI KEGIATAN
2.1 Nama Kegiatan
Pelatihan Kader Kesehatan (Kader Posyandu Lansia)

2.2 Sasaran Kegiatan dan Kegiatan Umum


2.2.1 Sasaran Kegiatan
Kader Posyandu Dusun Sumberbendo
2.2.2 Kegiatan Umum
Pelaksanaan pelatihan kader posyandu lansia mengenai
pengukuran tekanan darah

2.3 Pelaksanaan Kegiatan


2.3.1 Waktu Kegiatan
Kamis, 26 Juli 2018
2.3.2 Tempat Kegiatan
Kediaman Kader Posyandu Bu. Win
2.3.3 Metode
Ceramah, diskusi, dan demonstrasi cara pengukuran tekanan darah
yang benar

2.4 Susunan Acara Kegiatan


Waktu Durasi Kegiatan Needlist PJ
14.30 – 30’ Persiapan panitia - Tensimeter - Krismaya
15.00 - Cek kelengkapan - Stetoskop
peralatan - Modul kader
- Koordinasi dengan kesehatan
kader sebagai tuan
rumah dalam hal
yang berhubungan
dengan pelaksanaan
kegiatan
15.00 – 10’ Pembukaan - Susunan acara - Feny
15.10 - Moderator membuka
acara

6
15.10 – 30’ Materi - Modul kader - Wisnu
15.40 - Konsep hipertensi kesehatan
- Tata cara - Tensimeter
pengukuran tekanan - Stetoskop
darah
15.40 – 50’ Praktik pengukuran - Tensimeter - Annisa
16.30 tekanan darah mandiri - Stetoskop
oleh kader kesehatan - Konsumsi

2.5 Susunan Kepanitiaaan


Ketua Pelaksana : Wisnu Rama Widjaya
Sekertaris : Sri Breginia Relanov S
Moderator : Feny Dwi Anggraeni
Pemateri : Wisnu Rama Widjaya, Nur Arifah Astri,
Krismaya Ismayanti
Fasilitator : Ryka Widyaningtyas, Annisa Novilia Alam,
Siti Latifah, Mea Kuraini Syafitri
PPDM : Novelia Ayudita Hafna Bahri, Sinta Devi
Puspitasari

2.6 Anggaran Dana


2.6.1 Pemasukan
Swadaya Kelompok Rp. 20.000
Total Rp. 220.000
2.6.2 Pengeluaran
Cetak 10 modul kader kesehatan Rp. 100.000
Konsumsi peserta Rp. 50.000
Total Rp. 150.000

7
SATUAN ACARA KEGIATAN

Pokok Bahasan : Pelatihan Kader Kesehatan (Kader Posyandu


Lansia)
Sasaran : Kader Posyandu Dusun Sumberbendo Desa
Kucur
Tempat : Kediaman Kader Posyandu Bu. Win
Hari, Tanggal : Kamis, 26 Juli 2018
Jam : Pukul 15.00 – 16.30 WIB
Alokasi waktu : 1 jam 30 menit
Pemandu : Mahasiswa Profesi Ners PSIK UB
Konsultan dan Pemeriksa : Mahasiswa Profesi Ners PSIK UB

2.1. Tujuan Intruksional Umum


Setelah dilakukan pelatihan kader diharapkan kader posyandu di Dusun
Sumberbendo dapat membantu meningkatkan kualitas hidup utamanya
lansia di Dusun Sumberbendo
2.2. Tujuan Intruksional Khusus
1. Peserta mampu melakukan pemeriksaan tekanan darah secara
mandiri
2. Peseta mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan tekanan darah
2.3. Sub Pokok Bahasan
a. Pelatihan pemeriksaan tekanan darah
2.4. Media
Tensimeter
Stetoskop
Modul Kader Kesehatan
2.5. Metode
Pelatihan kader kesehatan dalam hal pemeriksaan tekanan darah secara
berkelompok dengan mahasiswa sebagai fasilitator
2.6. Materi
Terlampir

8
2.7. Kriteria Evaluasi
2.7.1. Kriteria Evaluasi Struktur
a. Media yang diperlukan sudah tersedia sebelum hari H
b. Alat pemeriksaan sudah siap digunakan sebelum hari H
2.7.2. Kriteria Evaluasi Proses
Pemeriksaan tekanan darah
a. Diharapkan pemeriksaan tekanan darah tepat sasaran
b. Diharapkan kader dapat melakukan pemeriksaan tekanan
darah secara mandiri saat praktik
2.7.3. Kriteria evaluasi hasil
Peserta yang mengikuti pelatihan kader mengenai pengukuran tekanan
darah adalah seluruh kader sebanyak 10 orang

9
MATERI 1
KONSEP HIPERTENSI

1.1 Pengertian

Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan gangguan pada pembuluh


darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi juga dapat
didefinisikan sebagai peningakatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Kurniawan, 2002).

1.2 Klasifikasi

Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)

Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO (Sumber: Sani, 2008)


Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal
Normal < 120 < 80
Normal-Tinggi < 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(Isolated systolic hypertension)
Sub-group: perbatasan 140-149 <90

10
1.3 Faktor Resiko

 Faktor Genetika (Riwayat keluarga)


Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua
yang tekanan darahnya normal.
 Ras
Orang-orang yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi
secara merata yang lebih tinggi dari pada orang berkulit putih. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena tubuh mereka mengolah garam secara
berbeda.
 Usia
Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, khususnya pada
masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam. Wanita pre-menopause
cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia
yang sama, meskipun perbedaan diantara jenis kelamin kurang tampak
setelah usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita relatif
terlindungi dari penyakit jantung oleh hormon estrogen. Kadar estrogen
menurun setelah menopause dan wanita mulai menyamai pria dalam hal
penyakit jantung.
 Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari
pada wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi
oleh faktor psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat
(merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan.
Sedangkan pada wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan yang
mempengaruhi faktor psikiskuat
 Stress psikis
Apabila stress berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap
tinggi.
 Obesitas/kegemukan
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung
untuk memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh
tersebut.
11
 Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah
bertambahdan menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat.
 Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat.
Hal ini karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-
paru dan disebarkan ke seluruh aliran darah.
 Konsumsi alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara
keseluruhan semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan
darah.

1.4 Tanda dan Gejala

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala


walaupun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:

 Sakit kepala

 Kelelahan

 Mual-muntah

 Sesak napas

 Gelisah

 Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada

otak, mata, jantung, dan ginjal

12
 Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran

dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak disebut

ensefalopati hipertensif yang memerlukan penanganan segera

1.5 Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi antara lain:


 Otak : Stroke
 Jantung : Aterosklerosis, penyakit jantung koroner, gagal jantung
 Mata : Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)
 Paru-paru : Edema paru
 Ginjal : Penyakit ginjal kronik
 Sistemik : Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer

13
MATERI 2

TATA CARA TENSI

2.1 PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Alat pengukur tekanan darah atau sphigmomanometer ada 3 jenis:

• Air raksa

• Aneroid/ jarum

• Digital

JENIS KELEBIHAN KEKURANGAN

Air • Merupakan Golden • Memerlukan Tenaga


Raksa Standart pemeriksaan Ahli/Tenaga Terlatih
tekanan darah untuk melakukan
• Hasil yang di dapat akurat pemeriksaan
• Tahan lama • Dapat terkontaminasi
logam berat seperti
merkuri, jika air raksanya
bocor atau pecah.

Jarum • Praktis dan mudah dibawa Memerlukan Tenaga


kemana-mana Ahli/Tenaga Terlatih untuk
• Hasil yang di dapat cukup melakukan pemeriksaan
akurat
• Tidak takut terkontaminasi
logam berat

Digital • Praktis, dan mudah dibawa Tingkat akurasi pengukuran


kemana-mana lebih rendah daripada
tensimeter air raksa.

14
• Tidak takut terkontaminasi
logam berat
• Tidak memerlukan tenaga
ahli/ tenaga terlatih untuk
mendapatkan hasil
pemeriksaan tekanan darah

2.2 Posisi Pasien

 Jika duduk, lengan pasien harus didukung (dapat menggunakan meja)


dengan nyaman dan sejajar jantung
 Menggulung lengan pakaian yang ketat dapat menghambat aliran darah

2.3 Syarat Utama

• Pasien dalam kondisi rileks atau santai 5-15 menit sebelum


pemeriksaan
• Aktivitas yang mempengaruhi tekanan darah harus dihindari dalam 30
menit sebelum pemeriksaan
• Pemeriksaan harus dilakukan dalam kondisi yang tenang dan tidak
berisik

2.4 Prosedur Pelaksanaan

Menyiapkan Peralatan

1 Duduk lalu bukalah kotak peralatan pemeriksa tekanan


darah. Duduklah di meja atau bangku, tempat Anda dapat dengan mudah

15
mengatur peralatan yang diperlukan. Lepas manset, stetoskop,
meteran/pengukur tekanan, dan pompa dari kotak peralatan, berhati-
hatilah dalam melepas kotak peralatan pengukur tensi yang berbeda.

2 Angkat lengan Anda setinggi jantung. Tinggikan lengan Anda


sehingga saat Anda menekuk siku, siku berada sejajar dengan jantung. Hal
ini akan memastikan Anda memperoleh pembacaan tekanan darah yang
tidak terlalu tinggi atau rendah. Sanggalah lengan Anda selama
pemeriksaan, pastikan untuk mengistirahatkan siku Anda di atas
permukaan yang stabil

3 Ikatkan manset di sekeliling lengan bagian atas. Kebanyakan manset


memiliki Velcro (dua sisi bahan/kain yang bisa direkatkan) yang
membuatnya bisa dikunci dengan mudah. Jika baju Anda memiliki lengan
yang panjang atau tebal, gulung terlebih dahulu, karena Anda hanya bisa
mengikatkan manset pada pakaian yang sangat tipis. Sisi bawah manset
harus berjarak sekitar 2,5 cm dari atas siku.
 Beberapa ahli menganjurkan untuk memakai lengan kiri; lainnya
menganjurkan untuk memeriksa kedua lengan. Akan tetapi, jika Anda baru

16
pertama kali melakukan ini, periksa lengan kiri jika Anda tidak kidal, begitu
pun sebaliknya.

4 Pastikan manset rapat tetapi tidak terlalu ketat. Jika manset terlalu
longgar, manset tidak akan mengenai arteri dengan tepat, menyebabkan
pembacaan tekanan darah yang tidak akurat. Jika manset terlalu ketat, hal
ini akan menyebabkan sesuatu yang disebut ‘hipertensi manset’ dan
memberikan hasil tinggi yang tidak akurat.

5 Letakkan kepala stetoskop yang (lebih) lebar pada lengan


Anda. Kepala stetoskop (disebut juga diafragma) harus diletakkan secara
mendatar pada kulit di sisi dalam lengan Anda. Tepian diafragma harus
berada di bawah manset, diletakkan di atas arteri brakial (lengan).
Letakkan alat pendengar di telinga Anda.
 Jangan menahan kepala stetoskop dengan jempol - jempol memiliki
pulsasi (denyut nadi) sendiri, hal ini akan membuat Anda bingung saat
mencoba memperoleh hasil pembacaan tekanan darah.
 Metode yang baik adalah memegang kepala stetoskop dengan jari tengah
dan telunjuk. Anda tidak akan mendengar bunyi denyutan (lain) dengan
cara ini, sampai Anda memompa manset.

17
6 Jepitkan meteran pada permukaan yang stabil. Jika meteran
dijepitkan pada manset, lepaskan dan letakkan pada sesuatu yang kuat,
seperti buku bersampul tebal. Anda dapat meletakkan meteran di depan
Anda di atas meja dengan cara ini, sehingga lebih mudah dilihat. Sangat
penting untuk mengaitkan dan menjaga meteran ini tetap stabil.
 Pastikan ada pencahayaan yang cukup sehingga Anda dapat melihat
jarum dan penanda meteran sebelum Anda memulai pemeriksaan.
 Terkadang, meteran sudah melekat pada pemompa karet, jika begitu maka
langkah ini tidak berlaku.

18
7 Ambil pemompa karet dan tutup klepnya. Klep pada pemompa perlu
ditutup rapat sebelum Anda memulai. Hal ini akan memastikan tidak ada
udara yang keluar saat Anda memompa, sehingga akan menghasilkan
pemeriksaan yang akurat. Putar klep searah jarum jam, sampai dirasa
sudah rapat.
 Jangan mengunci klep terlalu kencang, jika tidak, Anda nantinya akan
membukanya terlalu jauh dan mengeluarkan udara terlalu cepat.

Bagian 2
Memeriksa Tekanan Darah

1 Pompa manset. Pompalah pemompa dengan cepat untuk mengisi udara


pada manset. Pompa terus sampai jarum pada meteran mencapai 180
mmHg. Tekanan pada manset akan menutup jalan arteri besar pada biseps
(otot lengan atas), menghentikan aliran darah sementara. Inilah yang
menyebabkan tekanan dari manset terasa aneh atau tidak nyaman.

19
2 Buka klep. Bukalah klep pada pemompa karet dengan lembut
berlawanan jarum jam, sehingga udara di dalam manset keluar dengan
kecepatan sedang. Perhatikan meteran; untuk akurasi terbaik, jarum harus
bergerak ke bawah dengan kecepatan 3 mm per detik.
 Membuka klep saat Anda memegang stetoskop mungkin sedikit sulit.
Cobalah membuka klep dengan tangan yang dipasang manset, sementara
peganglah stetoskop dengan tangan satunya.

3 Perhatikan tekanan darah sistolik.


Saat tekanan mulai turun, gunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi
denyutan atau ketukan. Saat Anda mendengar bunyi denyutan pertama,
lihatlah tekanan pada meteran. Ini adalah tekanan darah sistolik Anda.
 Angka sistolik menunjukkan tekanan aliran darah Anda di dalam dinding
arteri setelah jantung berdenyut atau berkontraksi. Ini adalah angka yang
lebih tinggi dari dua hasil pembacaan tekanan darah, saat tekanan darah
dituliskan, angka ini berada di atas.[4]
 Nama medis dari bunyi denyutan yang Anda dengar adalah ‘bunyi
Korotkoff’.

20
4 Perhatikan tekanan darah diastolik Anda. Teruslah memperhatikan
meteran, gunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi denyutan. Bunyi
denyutan yang keras secepatnya akan berubah menjadi dengungan.
Tekanan darah diastolik dapat dengan mudah dicermati, karena perubahan
bunyi tadi mengindikasikan bahwa ‘sebentar lagi’ adalah tekanan darah
diastolik Anda. Segera setelah dengungan berkurang, kemudian Anda
tidak mendengar apa pun, lihatlah tekanan pada meteran. Ini adalah
tekanan darah diastolik Anda.
 Angka diastolik menunjukkan tekanan aliran darah dalam dinding arteri
saat jantung dalam kondisi relaksasi setelah berkontraksi. Ini adalah angka
yang lebih rendah dari dua hasil pembacaan tekanan darah, saat tekanan
darah Anda dituliskan, angka ini berada di bawah.

5 Jangan khawatir jika Anda melewatkan pembacaan. Jika Anda


melewatkan pembacaan entah pada sistolik atau diastolik, Anda dapat
memompa manset lagi sedikit untuk mengulanginya.
 Jangan melakukannya terlalu banyak (lebih dari dua kali) karena dapat
mempengaruhi akurasi.
 Sebagai alternatif, Anda bisa memasang manset pada lengan satunya,
kemudian mengulangi proses kembali.

21
6 Periksa tekanan darah Anda lagi. Tekanan darah berfluktuasi
sepanjang waktu (kadang secara dramatis), sehingga jika Anda melakukan
pemeriksaan dua kali dalam jangka waktu sepuluh menit, Anda bisa
memperoleh hasil rata-rata yang lebih akurat.
 Untuk hasil yang lebih akurat, periksa tekanan darah Anda untuk kedua
kalinya, lima sampai sepuluh menit setelah yang pertama.
 Menggunakan lengan satunya untuk pemeriksaan kedua juga merupakan
ide yang bagus, terutama jika hasil kedua tidak normal.

Bagian 3

Membaca Hasil

1 Pahami arti dari hasil yang didapat. Setelah Anda mencatat tekanan
darah Anda, sangat penting untuk mengetahui arti angka tersebut.
Gunakan petunjuk berikut sebagai referensi:

22
 Tekanan darah normal: Angka sistolik kurang dari 120 dan angka
diastolik kurang dari 80.
 Prehipertensi: Angka sistolik antara 120 dan 139, angka diastolik antara
80 dan 89.
 Hipertensi Tingkat 1: Angka sistolik antara 140 dan 159, angka diastolik
antara 90 dan 99.
 Hipertensi Tingkat 2: Angka sistolik di atas 160 dan angka diastolik di atas
100.
 Hipertensi Berat: Angka sistolik di atas 180 dann angka diastolik di atas
110.

2 Jangan khawatir jika tekanan darah Anda rendah. Walaupun tekanan


darah Anda jauh di bawah angka "normal" 120/80, tidak ada yang perlu
dicemaskan. Hasil pemeriksaan tekanan darah yang rendah, katakan,
85/55 mmHg masih dianggap normal, selama tidak ada gejala tekanan
darah rendah yang muncul.
 Namun, jika Anda mengalami gejala seperti pusing, pening, dehidrasi,
mual, penglihatan kabur, dan/atau kelelahan, Anda sangat disarankan
untuk menemui dokter karena tekanan darah rendah Anda mungkin terjadi
akibat kondisi-kondisi tersebut.

23
3 Ketahui waktu untuk mencari pengobatan. Pahamilah bahwa hasil
pemeriksaan yang tinggi tidak selalu berarti bahwa Anda memiliki tekanan
darah tinggi. Hal itu bisa saja disebabkan berbagai faktor.
 Jika Anda memeriksa tekanan darah Anda setelah berolahraga, makan
makanan bergaram, minum kopi, merokok, atau sedang dalam kondisi
stres, tekanan darah Anda dapat menjadi tinggi tidak seperti biasanya. Jika
manset terlalu kendur atau ketat di lengan Anda, atau terlalu besar atau
kecil untuk ukuran Anda, pemeriksaan dapat menjadi tidak akurat. Oleh
karena itu, Anda tidak perlu terlalu mengkhawatirkan pemeriksaan tidak
akurat yang satu ini, terutama bila tekanan darah Anda kembali normal saat
Anda memeriksanya kembali di lain waktu.
 Namun, jika tekanan darah Anda terus konsisten di atau lebih tinggi dari
140/90 mmHg, Anda perlu mengkonsultasikannya dengan dokter yang
dapat memberikan Anda suatu rencana pengobatan, biasanya merupakan
kombinasi dari pola makan sehat dan olahraga.
 Jika Anda mendapatkan hasil pemeriksaan sistolik 180 atau lebih tinggi,
atau hasil pemeriksaan diastolik 110 atau lebih tinggi, tunggu beberapa
menit kemudian periksalah tekanan darah Anda lagi. Jika masih sama,
Anda perlu menghubungi layanan IGD segera, karena Anda mungkin
mengalami hipertensi berat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI.
Mufidah Kamalita. 2017. Penerapan Senam Hipertensi untuk Menurunkan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Pada Keluarga Tn. S dan Ny. K di
Desa Klopogodo Rt. 01 Rw. 04 Kec. Gombong. Skripsi. Stikes
Muhammadiyah Gombong.

25
Lampiran
CHESKLIST PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Prosedur Ya Tidak

Persiapan alat :
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Buku catatan
Persiapan lansia
4. Jelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan
dilakukan.
5. Atur lingkungan sekitar lansia (tutup tirai jika perlu).
6. Alat-alat didekatkan.

7. Menjelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan


dilakukan dan posisi diatur sesuai kebutuhan.
8. Bantu lansia ke posisi yang nyaman dengan lengan
tersokong dan telapak tangan menghadap keatas.
9. Membuka lengan baju dan digulung.

10. Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung.

11. Memasang manset tensimeter pada lengan atas 2-3 cm


diatas vena cubiti dengan pipa karet berada di bagian luar
lengan. Manset dipasang tidak terlalu kencang atau
terlalu longgar.
12. Tempatkan bagian telinga stetoskop ke dalam telinga dan
pastikan bunyi terdengar jelas dan tidak samar.
13. Meraba denyut arteri brachialis lalu stetoskop
ditempatkan pada daerah tersebut.
14. Menutup skrup balon karet, pengunci raksa dibuka.
Selanjutnya balon dipompa diatas sistolik normal klien.
Bila tidak mengetahui tekanan sistolik normal klien, tekan
arteri radialis klien sampai denyut nadi arteri radialis tidak
terdengar lagi dan air raksa di dalam pipa gelas naik.
15. Membuka skrup balon perlahan-lahan sehingga air raksa
turun perlahan-lahan. Sambil memperhatikan turunnya
air raksa, dengarkan bunyi denyutan pertama dan
terakhir.
16. Proses selesai, kempiskan manset dan rapikan lansia.

17. Alat-alat dirapikan dan disimpan ditempatnya.

18. Cuci tangan.

19. Catat hasil.

26
27
KEMENTRIAN RISET, TEKNILOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Veteran Malang – 65145
Telp. (0341) 551611 Pes. 213.214; 569117, 567192
Fax (62)(0341) 564755
e-mail: sekr.fk@ub.ac.id http:fk.ub.ac.id
JAWA TIMUR - INDONESIA

Berita Acara Kegiatan Screening Hipertensi


Nama Kegiatan : ”Pelatihan Kader Kesehatan (Kader Posyandu Lansia) di
Dusun Sumberbendo”
Hari/Tanggal : Kamis, 26 Juli 2018
Pukul : 15.00-16.30
Tempat : Kediaman Kader Posyandu Bu. Win RT 15
Penanggung Jawab : Wisnu Rama Widjaya dan Krismaya Ismayanti
Jumlah Peserta : 10 Orang
Kronologis Acara : Persiapan acara dimulai pukul 14.30 WIB oleh mahasiswa
sebagai panitia Pelatihan Kader Kesehatan. Kemudian
registrasi dibuka pukul 15.00 WIB. Dalam proses pelatihan
kader kesehatan, sebelum dilakukan demonstrasi
pengukuran tekanan darah dilakukan penjelasan mengenai
hipertensi dan pentingnya melakukan pengukuran tekanan
darah. Setiap kader diajarkan cara melakukan pemeriksaan
tekanan darah secara mandiri. Dalam pelaksanaannya,
setiap pasang kader yang melakukan pengukuran tekanan
darah didampingi dengan fasilitator yang berasal dari
Mahasiswa Profesi PSIK UB. Kader posyandu terlihat
sangat antusias dengan pelatihan yang dilakukan. Semua
pelatihan selesai pada pukul 16.30 WIB.

28
Evaluasi

1. Evaluasi Struktur
Persiapan yang dilakukan panitia sudah cukup baik. Panitia sudah
berkumpul pada jam 14.30 WIB untuk mempersiapkan acara, menata
tempat, dan mempersiapkan peralatan
2. Evaluasi Proses
 Kader posyandu antusias terhadap kegiatan yang berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
 Registrasi dilakukan oleh 10 orang kader
4. Faktor Pendukung
 Adanya dukungan kader untuk mengikuti pelatihan serupa
 Tersedianya tempat untuk melakukan pelatihan kader kesehatan
5. Faktor Penghambat
 Waktu yang terbatas sehingga dalam pelatihan kader hanya
memiliki sedikit kesempatan untuk mempraktikkan skill yang
telah diberikan
6. Rencana Tindak Lanjut
Pemberian alat kesehatan yang dapat digunakan sebagai media
untuk praktik dalam melakukan pemeriksaan mandiri oleh kader
kesehatan di Dusun Sumberbendo

Malang, 26 Juli 2018


Ketua Pelaksana

Wisnu Rama Widjaya

29

Anda mungkin juga menyukai