IMPLEMENTASI
1.6 EVALUASI
A. Pelatihan Kader Kesehatan
a. Evaluasi Struktur
Pelaksana kegiatan telah mempersiapkan media, alat bantu, serta
sarana-prasarana yang digunakan untuk pelatihan kader
kesehatan mengenai pengukuran tekanan darah
Peserta pelatihan kader posyandu lansia berjumlah 10 orang
Pelaksana kegiatan telah membuat janji dan menginformasikan
waktu kepada kader posyandu dusun sumberbendo untuk
mengikuti acara
b. Evaluasi Proses
Pelaksana Kegiatan:
Diharapkan pelaksana kegiatan mampu untuk menciptakan
suasana yang kondusif dan tertib
Diharapkan pelaksana kegiatan mampu mengarahkan peserta
untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan
Diharapakan pelaksana kegiatan dapat memfasilitasi peserta
dalam hal pemeriksaan tekanan darah
1
Sasaran
Diharapkan sasaran antusias mengikuti serangkaian kegiatan
pelatihan pengukuran tekanan darah
Diharapakan peserta tidak meninggakan tempat saat acara
berlansung
Diharapkan peserta berperan aktif memberikan respon atau
antusias saat melakukan screening hipertensi
c. Evaluasi Hasil
Kehadiran kader posyandu Dusun Sumberbendo minimal 90% dari
undangan yang telah disebar
Peserta dapat melakukan pemeriksaan tekanan darah secara
mandiri
Peserta mampu untuk mengetahui manfaat pemeriksaan tekanan
darah yang dilakukan secara rutin
2
LAMPIRAN 5 PELATIHAN KADER KESEHATAN (KADER POSYANDU LANSIA)
LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh :
Kelompok 2A
(KELOMPOK 2A)
PUSKESMAS DAU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada
masyarakat adalah diare, terutama pada bayi dan anak di Indonesia.
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gr atau 200
ml/24 jam.
Anak-anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap
diare dan cuci tangan merupakan tindakan pencegahannya. Melakukan
cuci tangan pakai sabun dengan benar dapat menurunkan angka
kejadian diare hingga 23 - 40% (Huberts, 2016). Mencuci tangan dengan
sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit
diare yang menjadi penyebab utama kematian pada anak. Setiap tahun
sebanyak 3,5 juta anak-anak diseluruh dunia meninggal (Depkes, 2013)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SDN 5
lowokwaru terkait dengan fasilitas untuk cuci tangan terdapat satu
wastafel pada bagian kantin serta terdapat 2 kran didekat mushola,
namun sebagian besar kelas sudah terdapat baskom dan handuk tetapi
air yang dibaskom jarang diganti dan terkadang tidak terdapat air di
dalam baskom serta kondisi handuk yang kotor. Sebagian besar siswa-
siswa tidak mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan
sabun. Saat dilakukan wawancara dengan 5 siswa, didapatkan data
bahwa mereka jarang sekali mencuci tangan sebelum makan atau pun
setelah dari kamar mandi. Selain itu, didapatkan data bahwa beberapa
siswa sudah bisa mempraktikkan cara mencuci tangan akan tetapi untuk
urutan 6 langkah belum benar. Berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala sekolah, didapatkan data bahwa 3 tahun yang lalu sudah pernah
dilakukan penyuluhan cuci tangan pada siswa kelas 3, 4, dan 5.
Cuci tangan memang hal yang dianggap sepele bagi anak-anak,
mereka sering sekali melupakannya meskipun itu dapat mempengaruhi
kondisi kesehatannya padahal mencuci tangan bertujuan untuk membuat
4
tangan menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman dengan
sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal
ini dilakukan karena tangan merupakan agen yang membawa kuman dan
menyebabkan pathogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik
dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan
permukaan-permukaan lain seperti handuk dan gelas) oleh sebab itu
banyak siswa yang mengeluh sakit perut. Dengan gejala diare seperti
panas tinggi, BAB sering dan encer, terlihat lemah dan susah makan.
Kondisi tersebut menganggu proses belajar mengajar sehingga pada
akhirnya tidak bisa mengikuti pelajaran. Oleh karena itu perlu diadakan
penyuluhan terkait pentingnya cuci tangan yang benar.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan status kesehatan siswa SDN 5 Lowokwaru dengan
melalukan cuci tangan 6 langkah dengan benar dan gosok gigi.
5
BAB II
DESKRIPSI KEGIATAN
2.1 Nama Kegiatan
Pelatihan Kader Kesehatan (Kader Posyandu Lansia)
6
15.10 – 30’ Materi - Modul kader - Wisnu
15.40 - Konsep hipertensi kesehatan
- Tata cara - Tensimeter
pengukuran tekanan - Stetoskop
darah
15.40 – 50’ Praktik pengukuran - Tensimeter - Annisa
16.30 tekanan darah mandiri - Stetoskop
oleh kader kesehatan - Konsumsi
7
SATUAN ACARA KEGIATAN
8
2.7. Kriteria Evaluasi
2.7.1. Kriteria Evaluasi Struktur
a. Media yang diperlukan sudah tersedia sebelum hari H
b. Alat pemeriksaan sudah siap digunakan sebelum hari H
2.7.2. Kriteria Evaluasi Proses
Pemeriksaan tekanan darah
a. Diharapkan pemeriksaan tekanan darah tepat sasaran
b. Diharapkan kader dapat melakukan pemeriksaan tekanan
darah secara mandiri saat praktik
2.7.3. Kriteria evaluasi hasil
Peserta yang mengikuti pelatihan kader mengenai pengukuran tekanan
darah adalah seluruh kader sebanyak 10 orang
9
MATERI 1
KONSEP HIPERTENSI
1.1 Pengertian
1.2 Klasifikasi
10
1.3 Faktor Resiko
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
Sakit kepala
Kelelahan
Mual-muntah
Sesak napas
Gelisah
12
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
1.5 Komplikasi
13
MATERI 2
• Air raksa
• Aneroid/ jarum
• Digital
14
• Tidak takut terkontaminasi
logam berat
• Tidak memerlukan tenaga
ahli/ tenaga terlatih untuk
mendapatkan hasil
pemeriksaan tekanan darah
Menyiapkan Peralatan
15
mengatur peralatan yang diperlukan. Lepas manset, stetoskop,
meteran/pengukur tekanan, dan pompa dari kotak peralatan, berhati-
hatilah dalam melepas kotak peralatan pengukur tensi yang berbeda.
16
pertama kali melakukan ini, periksa lengan kiri jika Anda tidak kidal, begitu
pun sebaliknya.
4 Pastikan manset rapat tetapi tidak terlalu ketat. Jika manset terlalu
longgar, manset tidak akan mengenai arteri dengan tepat, menyebabkan
pembacaan tekanan darah yang tidak akurat. Jika manset terlalu ketat, hal
ini akan menyebabkan sesuatu yang disebut ‘hipertensi manset’ dan
memberikan hasil tinggi yang tidak akurat.
17
6 Jepitkan meteran pada permukaan yang stabil. Jika meteran
dijepitkan pada manset, lepaskan dan letakkan pada sesuatu yang kuat,
seperti buku bersampul tebal. Anda dapat meletakkan meteran di depan
Anda di atas meja dengan cara ini, sehingga lebih mudah dilihat. Sangat
penting untuk mengaitkan dan menjaga meteran ini tetap stabil.
Pastikan ada pencahayaan yang cukup sehingga Anda dapat melihat
jarum dan penanda meteran sebelum Anda memulai pemeriksaan.
Terkadang, meteran sudah melekat pada pemompa karet, jika begitu maka
langkah ini tidak berlaku.
18
7 Ambil pemompa karet dan tutup klepnya. Klep pada pemompa perlu
ditutup rapat sebelum Anda memulai. Hal ini akan memastikan tidak ada
udara yang keluar saat Anda memompa, sehingga akan menghasilkan
pemeriksaan yang akurat. Putar klep searah jarum jam, sampai dirasa
sudah rapat.
Jangan mengunci klep terlalu kencang, jika tidak, Anda nantinya akan
membukanya terlalu jauh dan mengeluarkan udara terlalu cepat.
Bagian 2
Memeriksa Tekanan Darah
19
2 Buka klep. Bukalah klep pada pemompa karet dengan lembut
berlawanan jarum jam, sehingga udara di dalam manset keluar dengan
kecepatan sedang. Perhatikan meteran; untuk akurasi terbaik, jarum harus
bergerak ke bawah dengan kecepatan 3 mm per detik.
Membuka klep saat Anda memegang stetoskop mungkin sedikit sulit.
Cobalah membuka klep dengan tangan yang dipasang manset, sementara
peganglah stetoskop dengan tangan satunya.
20
4 Perhatikan tekanan darah diastolik Anda. Teruslah memperhatikan
meteran, gunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi denyutan. Bunyi
denyutan yang keras secepatnya akan berubah menjadi dengungan.
Tekanan darah diastolik dapat dengan mudah dicermati, karena perubahan
bunyi tadi mengindikasikan bahwa ‘sebentar lagi’ adalah tekanan darah
diastolik Anda. Segera setelah dengungan berkurang, kemudian Anda
tidak mendengar apa pun, lihatlah tekanan pada meteran. Ini adalah
tekanan darah diastolik Anda.
Angka diastolik menunjukkan tekanan aliran darah dalam dinding arteri
saat jantung dalam kondisi relaksasi setelah berkontraksi. Ini adalah angka
yang lebih rendah dari dua hasil pembacaan tekanan darah, saat tekanan
darah Anda dituliskan, angka ini berada di bawah.
21
6 Periksa tekanan darah Anda lagi. Tekanan darah berfluktuasi
sepanjang waktu (kadang secara dramatis), sehingga jika Anda melakukan
pemeriksaan dua kali dalam jangka waktu sepuluh menit, Anda bisa
memperoleh hasil rata-rata yang lebih akurat.
Untuk hasil yang lebih akurat, periksa tekanan darah Anda untuk kedua
kalinya, lima sampai sepuluh menit setelah yang pertama.
Menggunakan lengan satunya untuk pemeriksaan kedua juga merupakan
ide yang bagus, terutama jika hasil kedua tidak normal.
Bagian 3
Membaca Hasil
1 Pahami arti dari hasil yang didapat. Setelah Anda mencatat tekanan
darah Anda, sangat penting untuk mengetahui arti angka tersebut.
Gunakan petunjuk berikut sebagai referensi:
22
Tekanan darah normal: Angka sistolik kurang dari 120 dan angka
diastolik kurang dari 80.
Prehipertensi: Angka sistolik antara 120 dan 139, angka diastolik antara
80 dan 89.
Hipertensi Tingkat 1: Angka sistolik antara 140 dan 159, angka diastolik
antara 90 dan 99.
Hipertensi Tingkat 2: Angka sistolik di atas 160 dan angka diastolik di atas
100.
Hipertensi Berat: Angka sistolik di atas 180 dann angka diastolik di atas
110.
23
3 Ketahui waktu untuk mencari pengobatan. Pahamilah bahwa hasil
pemeriksaan yang tinggi tidak selalu berarti bahwa Anda memiliki tekanan
darah tinggi. Hal itu bisa saja disebabkan berbagai faktor.
Jika Anda memeriksa tekanan darah Anda setelah berolahraga, makan
makanan bergaram, minum kopi, merokok, atau sedang dalam kondisi
stres, tekanan darah Anda dapat menjadi tinggi tidak seperti biasanya. Jika
manset terlalu kendur atau ketat di lengan Anda, atau terlalu besar atau
kecil untuk ukuran Anda, pemeriksaan dapat menjadi tidak akurat. Oleh
karena itu, Anda tidak perlu terlalu mengkhawatirkan pemeriksaan tidak
akurat yang satu ini, terutama bila tekanan darah Anda kembali normal saat
Anda memeriksanya kembali di lain waktu.
Namun, jika tekanan darah Anda terus konsisten di atau lebih tinggi dari
140/90 mmHg, Anda perlu mengkonsultasikannya dengan dokter yang
dapat memberikan Anda suatu rencana pengobatan, biasanya merupakan
kombinasi dari pola makan sehat dan olahraga.
Jika Anda mendapatkan hasil pemeriksaan sistolik 180 atau lebih tinggi,
atau hasil pemeriksaan diastolik 110 atau lebih tinggi, tunggu beberapa
menit kemudian periksalah tekanan darah Anda lagi. Jika masih sama,
Anda perlu menghubungi layanan IGD segera, karena Anda mungkin
mengalami hipertensi berat.
24
DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI.
Mufidah Kamalita. 2017. Penerapan Senam Hipertensi untuk Menurunkan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Pada Keluarga Tn. S dan Ny. K di
Desa Klopogodo Rt. 01 Rw. 04 Kec. Gombong. Skripsi. Stikes
Muhammadiyah Gombong.
25
Lampiran
CHESKLIST PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Prosedur Ya Tidak
Persiapan alat :
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Buku catatan
Persiapan lansia
4. Jelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan
dilakukan.
5. Atur lingkungan sekitar lansia (tutup tirai jika perlu).
6. Alat-alat didekatkan.
26
27
KEMENTRIAN RISET, TEKNILOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Veteran Malang – 65145
Telp. (0341) 551611 Pes. 213.214; 569117, 567192
Fax (62)(0341) 564755
e-mail: sekr.fk@ub.ac.id http:fk.ub.ac.id
JAWA TIMUR - INDONESIA
28
Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Persiapan yang dilakukan panitia sudah cukup baik. Panitia sudah
berkumpul pada jam 14.30 WIB untuk mempersiapkan acara, menata
tempat, dan mempersiapkan peralatan
2. Evaluasi Proses
Kader posyandu antusias terhadap kegiatan yang berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
Registrasi dilakukan oleh 10 orang kader
4. Faktor Pendukung
Adanya dukungan kader untuk mengikuti pelatihan serupa
Tersedianya tempat untuk melakukan pelatihan kader kesehatan
5. Faktor Penghambat
Waktu yang terbatas sehingga dalam pelatihan kader hanya
memiliki sedikit kesempatan untuk mempraktikkan skill yang
telah diberikan
6. Rencana Tindak Lanjut
Pemberian alat kesehatan yang dapat digunakan sebagai media
untuk praktik dalam melakukan pemeriksaan mandiri oleh kader
kesehatan di Dusun Sumberbendo
29