Om Swastiastu
Peneliti mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel
tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat.
Tentunya tidak semua subjek harus diperiksa pada hari ataupun saat yang sama,
namun baik variabel resiko serta efek tersebut diukur menurut keadaan atau
statusnya pada waktu observasi. Jadi pada studi ini tidak ada prosedur tindak
lanjut atau follow up.
Dapat dipakai sebagai dasar penelitian selanjutnya yang bersifat konklusif.
- Yang menilai adalah pemeriksa. Dimana pengingat kondisi pasien yang post MRM
dan mgkn ada renacana dilakukan adjuvan terapi.
- Skala nilai depresi dari Hamilton adalah rating skala yg prtama dikembngkan unk
mengukur beratnya depresi.
- Pertama kali diperkenalkan oleh max Hamilton thn 1960 yang kemudian secara luas
digunakan dan diterima unk mngevaluasi beratnya depresi.
- HDRS terdiri dari 24 item
- Terdapat 4 level intensitas depresi yang diperoleh dari total skor setiap pertanyaan:
1. Tidak ada depresi (skor: <10)
2. Ringan (mild, 10-13)
3. Sedang (moderate, 14-17)
4. Parah (severe, ≥17) (Beck, Ward, & Mendelson, 1961; Amir, 2016)
A. The Hamilton Rating Scale for Depression (HDRS)
Suatu skala yang terdiri dari 24 item, tiap item berkisar antara 0 - 4 atau 0 -2
dengan total skor antara 0 - 76.
4
6. Stage T N M
0 Tis N0 M0
IA T1b N0 M0
IB T0 N1mi M0
T1b N1mi M0
IIA T0 N1c M0
T1b N1c M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0
T1b N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
IIIC Any T N3 M0
IV Any T Any N M1
6
Untuk episode depresif dari ketiga-tiganya tingkat keparahan, biasanya diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek
dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat (F32.2)
hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya
harus diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.).
7
dengan riwayat depresi besar. Hormon lain faktor yang dapat menyebabkan risiko wanita
untuk depresi adalah perbedaan jenis kelamin berhubungan dengan hypothalmic-hipofisis-
adrenal (HPA) axis dan untuk tiroid berfungsi.
Wanita mungkin mengalami pelecehan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga
dibandingkan laki-laki. Faktor-faktor semacam ini juga mungkin terlibat dalam
peningkatan risiko depresi mereka.
Depresi yang dominan pada perempuan muncul saat pubertas dan tampaknya lebih terkait
dengan perubahan kadar hormon seks daripada usia kronologis. Meskipun dulu dianggap
bahwa risiko gangguan depresi meningkat seiring bertambahnya usia, survei terbaru
menunjukkan bahwa depresi berat paling umum terjadi pada kelompok usia 18-44
tahun (Harrison, P, & Fazel, 2019).
Proporsi populasi global dengan depresi pada 2015 diperkirakan 4,4%:
- Depresi lebih sering terjadi perempuan (5,1%) dibandingkan laki-laki (3,6%).
- Tingkat prevalensi bervariasi menurut usia, puncaknya pada usia lanjut (di atas 7,5% pada
wanita berusia 55-74 tahun, dan di atas 5,5% pada pria).
- Depresi juga terjadi pada anak-anak dan remaja di bawah usia 15 tahun, tetapi pada lebih
rendah daripada kelompok usia yang lebih tua.
- Jumlah total orang yang hidup dengan depresi di dunia adalah 322 juta. Hampir
setengah dari orang-orang ini tinggal di Wilayah Asia Tenggara dan Wilayah Pasifik Barat
(World Health Organization, 2017).
- Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 oleh Kementerian Kesehatan RI
prevalensi depresi total penduduk yang berusia >> 15 tahun di Indonesia 6,1%.
- Jumlah penduduk Kota Denpasar secara keseluruhan yang mengalami depresi sebesar
3.12% dari jumlah populasi (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
10.Etiologi Depresi
a. Faktor Biologis
1. Biogenic Amine
Neurotransmiter monoamine-norepinefrin, dopamin, serotonin, dan histamin menjadi
fokus utama teori dan penelitian tentang etiologi gangguan ini (Sadock, Sadock, &
Ruiz, 2015; Stahl, 2013).
10
2. Norepineprin
Studi korelasi penurunan sensitivitas reseptor β2 adrenergik dan respons
antidepresan menunjukkan peran langsung sistem noradrenergik dalam depresi.
Pengaktifan reseptor presinaptik β2 pada depresi penurunan jumlah norepinefrin
yang dilepaskan.
Presinaptik reseptor β2 terletak pada neuron serotonergik dan mengatur jumlah
serotonin yang dilepaskan. Efektivitas klinis obat antidepresan dengan efek
noradrenergik - venlafaxine (Effexor) - menjelaskan peran norepinefrin dalam
patofisiologi gejala depresi.
3. Serotonin
Penurunan serotonin dapat memicu depresi dan beberapa pasien dengan
kecenderunggan bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin yang rendah dan
konsentrasi rendah dari tempat uptake serotonin pada trombosit.
4. Dopamin
Aktivitas dopamin dapat menurun pada depresi dan meningkat pada mania. Dua
teori terbaru dopamin dan depresi adalah bahwa jalur dopamin mesolimbik tidak
berfungsi serta reseptor dopamin D1 yang hipoaktif pada pasien depresi.
b. Faktor Genetik
Sejumlah penelitian keluarga, adopsi, dan studi kembar telah lama mendokumentasikan
heritabilitas gangguan mood.
Data keluarga :
jika salah satu orang tua mengalami gangguan mood, seorang anak akan memiliki risiko
antara 10-25 persen mengalami gangguan mood.
Jika kedua orang tua mengalami gangguan mood, risiko menjadi dua kali lipat.
Semakin banyak anggota keluarga yang mengalami gangguan mood, semakin besar
risikonya bagi seorang anak.
Risikonya lebih besar jika anggota keluarga yang terkena adalah kerabat tingkat
pertama daripada kerabat jauh (Stahl, 2013; Sadock, Sadock, & Ruiz, 2015).
Studi kembar memberikan bukti kuat bahwa gen menjelaskan 50-70 persen penyebab
gangguan mood. Faktor lingkungan atau faktor lain yang tidak dapat diwariskan
menjelaskan sisanya. Oleh karena itu, terdapat predisposisi atau kerentanan terhadap
penyakit yang diturunkan (Stahl, 2013; Sadock, Sadock, & Ruiz, 2015).
12
c. Faktor Psikososial
1. Peristiwa Kehidupan dan Stres Lingkungan
Beberapa klinisi peristiwa kehidupan memainkan peran utama dalam depresi; Peristiwa
kehidupan yang paling sering dikaitkan dengan perkembangan depresi:
3. Faktor Kepribadian
Orang dengan gangguan kepribadian tertentu, seperti OCD, histrionik, dan kepribadian
ambang mungkin berisiko lebih besar mengalami depresi daripada orang dengan gangguan
kepribadian antisosial atau paranoid (Sadock et al., 2015).
a. Gangguan dalam hubungan bayi-ibu selama fase oral (10 sampai 18 bulan pertama
kehidupan) yang mempengaruhi kerentanan terhadap depresi;
b. Depresi dapat dikaitkan dengan kehilangan objek nyata atau imajiner;
c. Introjeksi objek yang hilang adalah mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
mengatasi kesulitan yang terkait dengan kehilangan objek; dan
d. Karena objek yang hilang dianggap dengan campuran cinta dan benci, perasaan marah
diarahkan ke dalam diri (Sadock et al., 2015)
terlahir dengan hippocampus yang lebih kecil dan karena itu cenderung
untuk menderita depresi.
Gejala-gejala GSPT timbul sebagai akibat dari respons biologik dan juga psikologis seseorang
individu, kondisi ini terjadi oleh karena aktivasi dari beberapa sistem di otak yang berkaitan
dengan timbulnya perasaan takut pada seseorang. Terpaparnya seseorang oleh peristiwa yang
traumatik akan menimbulkan respons takut sehingga otak dengan sendirinya akan menilai
kondisi keberbahayaan peristiwa yang dialami, serta mengorganisasi suatu respons perilaku yang
sesuai. Dalam hal ini, amigdala merupakan bagian otak yang sangat berperan besar. Amigdala
seseorang menghadapi suatu peristiwa traumatik yang mengancam nyawa sebagai respons tubuh
Dalam waktu beberapa mili detik setelah mengalami peristiwa tersebut, amigdala dengan
segera akan bereaksi dengan memberikan stimulus berupa tanda darurat kepada:
Akibat dari perangsangan pada sistem saraf simpatis segera setelah mengalami peristiwa
traumatik, maka akan terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Kondisi ini disebut
sebagai reaksi ”flight or flight reaction”. Reaksi ini juga akan meningkatkan aliran darah dan
jumlah glukosa pada otot-otot skeletal, sehingga membuat seseorang sanggup untuk berhadapan
dengan peristiwa tersebut atau jika mungkin memberikan reaksi interaktif terhadap ancaman
yang optimal. Reaksi sistem saraf simpatis pada beberapa jaringan tubuh, namun respons ini
bekerja secara bebas dan tidak berkaitan dengan respons yang diberikan oleh sistem saraf
simpatis.
15
Aksis HPA juga akan terstimulasi oleh beberapa neuropeptida otak pada waktu orang
Factor (CRF) dan beberapa neuropeptida regulator lainnya, sehingga kelenjar hipofisis akan
Jika seseorang mengalami tekanan, maka tubuh secara alamiah akan meningkatkan
pengeluaran katekolamin dan hormon kortisol. Pengeluran kedua zat ini tergantung pada derajat
tekanan yang dialami oleh individu. Katekolamin berperan dalam menyediakan energi yang
cukup dari beberapa organ vital tubuh dalam bereaksi terhadap tekanan tersebut. Hormon
kortisol berperan dalam menghentikan aktivasi saraf simpatik dari beberapa sistem yang bersifat
defensif tadi yang timbul akibat dari peristiwa traumatik yang dialami oleh individu tersebut.
16
Dengan kata lain, hotmon kortisol berperan dalam proses terminasi dari respons tubuh dalam
menghadapi tekanan. Peningkatan hormon kortisol akan menimbulkan efek umpan balik negatif