Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY.

DENGAN DIAGNOSA MEDIS CARCINOMA MAMAE

DI RUANGAN BOUGENVILE 1 RSUD W. Z. JOHANES KUPANG

OLEH

ANGELMO FERNANDES
NIM : 645 02821

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2022
A. KONSEP CARCINOMA MAMAE
1. Definisi Carcinoma Mamae
Ca Mamae merupakan suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan jaringan yang
tidak terkendali karena hilangnya mekanisme kontrol sel sehingga pertumbuhan menjadi
tidak normal (Lilik Darwati dkk, 2021).
Pada INFODATIN (2016) mendefinisikan kanker payudara sebagai tumor ganas
yang tersusun dari sel-sel payudara yang tumbuh dan berkembang secara tak terkendali
sehingga dapat menyebar diantara jaringan atau organ di dekat payudara atau ke bagian
organ lain.
2. Stadium Kanker Payudara
Klasifikasi kanker payudara ditentukan berdasarkan system klasifikasi TNM
American Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk kanker payudara
Kategori T (Tumor)
TX : tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 : tumor primer tidak terbukti
Tis : karsioma in situ
Tis (DCIS) : ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS) : lobular carcinoma in situ
Tis (Paget’s) : Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor
T1 : tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar
T1mic : mikroivasi 0,1 atau kurangn pada dimensi terbesar
T1 a : tumor lebih dari 0,1cm tetapi tidak lebih dari 0,5 cm pada dimensi
terbesar
T1 b : tumor lebih dari 0,5 cm tetapi tidak lebih dari dari 1 cm pada dimensi
besar
T1 c : tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm pada dimensi terbesar
T2 : tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
T3 : tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
T4 : tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada/kulit
T4 a : ekstensi ke dinding dada, tidak termaksud otot pectoralis
T4 b : edema atau ulserasi kulit payudara atau satellite skin nodules pada
payudara yangn sama
T4 c : gabungan T4a dan T4b
T4 d : inflammatory carcinoma
Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)
Nx : KGB regional tak dapat dinilai (mis : sudah diangkat)
N0 : taka da metastasi KGB regional
N1 : metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I da II yang masih dapat
digerakan
pN1mi : mikrometastasis >0,2 mm >2 mm
pN1a : 1-3 KGB aksila
pN1b : KGB mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node
biopsy tetapi tidak terlihat secara klinis
N2 : metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau
KGB mamaria interna yang terdeteksi secara klinis jika tidak terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis
N2a : metstasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir satu sama lain atau
terfiksir pada struktur lain
pN2a : 4-9 KGB aksila
N2b : metastasis hanya pada KGN mamaria interna yang terdeteksi secara
klinis dan jika tidak terdapat metastasis KGB secara klinis
pN2b : KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB aksila
N3 : Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tapa
keterlibatan KGB aksila, atau pada KGB mamaria interna yang terdeteksi
secara klinis dan jika terdapat metastasis KGB aksila secara klinis atau
metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna
N3a : metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
Pn3a : > 10 KGB aksila atau infraklavikula
N3b : metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila
pN3b : KGB mamaria iterna, terlihat secara klinis, dengan KGB aksila atau >3
KGB aksila dan mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel
node biopsy namun tidak terlihat secara klinis
N3c : KGB supraklavikula terdeteksi secara klinis maksudnya terdeteksi pada
pemeriksaan imaging atau pada pemeriksaan fisis atau terlihat jelas pada
pemeriksaan patologis
Metastasis Jauh (M)
Mx : Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : terdapat metastasis jauh

Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I A T1 N0 M0
Stadium I B T0 N1mic M0
T1 N1mic mo
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
Stadium IIIB T4 N1-N2 M0
Stadium IIIC Semua T N3 M0
Stadium IV Semuah T Semua N M1

3. Faktor Resiko Kanker Payudara


1) Faktor Dermografi
a. Jenis Kelamin
Kanker payudara merupakan kanker yang sering terjadi pada wanita dan jarang
terjadi pada pria. Jumlah kasus kanker payudara pada pria terhitung kurang dari
1% . Kasus kanker payudara pada pria biasanya dialami oleh pria berusia tua
yang memiliki ketidakseimbangan hormon, sering terpapar sinar radiasi, atau
memiliki riwayat keluarga yang mengalami kanker payudara sebelumnya
(Momenimovahed dan Salehiniya, 2019).
b. Usia
Setelah jenis kelamin, usia merupakan faktor resiko penting pada kanker
payudara. Tingkat kejadian kanker payudara terus meningkat secara signifikan
seiring bertambahnya usia (Momenimovahed dan Salehiniya, 2019). Wanita usia
> 30 tahun beresiko lebih tinggi mengalami kanker payudara, dan resiko
bertambah hingga usia 50 tahun dan setelah menopause . Hal ini disebabkan
karena wanita usia tua lebih lama terpajan hormon estrogen dan progesteron
(Yuliani, 2017) yang keduanya berfungsi dalam kontrol pertumbuhan dan
perkembangan payudara (Di Sibio et al., 2016)
c. Golongan Darah
Hasil studi menunjukkan Wanita yang memiliki golongan darah A dan rhesus
positif memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara daripada
wanita yang memiliki golongan darah AB dan rhesus negatif yang memiliki
resiko lebih rendah. Meskipun hasil studi tersebut telah dikonfirmasi oleh suatu
penelitian pada tahun 2015, banyak peneliti yang tidak menemukan hubungan
antara golongan darah dengan resiko kanker payudara, sehingga faktor resiko ini
masih menjadi kontroversial (Momenimovahed dan Salehiniya, 2019).
2) Faktor Hormonal
a. Pil kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi dapat meningkatkan kejadian kanker payudara
setelah penggunaan dihentikan selama 5-10 tahun (Momenimovahed dan
Salehiniya, 2019).
b. Postmenopausal Hormon Therapy
Menggunakan terapi kombinasi hormon setelah menopause dapat meningkatkan
resiko kanker payudara dan peningkatan resikonya akan terlihat minimal 2 tahun
setelah penggunaan (American Cancer Society, 2017).

3) Faktor yang berhubungan dengan payudara


a. Menyusui
Menyusui merupakan protective factor dari kanker payudara. tingkat
perlindungan semakin meningkat seiring dengan semakin lama waktu menyusui
(Momenimovahed dan Salehiniya, 2019).
b. Tumor jinak payudara
Hubungan tumor jinak pada payudara dengan peningkatan risiko kanker
payudara bergantung pada gambaran histopatologi dan riwayat keluarga yang
memiliki kanker payudara (Momenimovahed dan Salehiniya, 2019).

3. Faktor Keturunan

a. Faktor genetik

Sekitar 40% kasus kanker payudara terjadi secara turuntemurun. Penyebab


tersering ialah mutasi gen BRCA1 dan BRCA 2 yang diwarisi secara autosomal
dominan (Momenimovahed dan Salehiniya, 2019).
b. Riwayat keluarga dengan kanker payudara

Penting untuk diketahui 8 dari 10 wanita yang mengalami kanker payudara


tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker payuudara. Risiko dapat
meningkat dua kali lipat pada wanita yang memiliki kerabat tingkat pertama
(ibu, saudari perempuan kandung, anak perempuan) dengan kanker payudara
(ACS, 2017).
4. Faktor Reproduksi

a. Usia Menarche dan Menopause

Faktor resiko ini berhubungan dengan lama waktu pajanan estrogen dan
progesteron endogen yang keduanya merupakan hormon yang dapat
mempengaruhi kontrol perkembangan dan pertumbuhan payudara (Di Sibio et
al, 2016). Menarche dini (< 12 tahun) dan menopause yang terlambat (> 55
tahun) (Kemenkes RI, 2017) dapat meningkatkan faktor resiko kanker payudara
(Sun et al., 2017). Hal ini disebabkan oleh karena semakin muda usia menarche
dan semakin lama waktu menopause maka semakin panjang waktu untuk
payudara mendapat pajanan oleh estrogen (Shoeb et al., 2017).

b. Usia Kehamilan Aterm Pertama

Faktor resiko ini memiliki efek protektif terhadap kanker payudara yang
bergantung pada usia saat kehamilan pertama (Momenimovahed dan Salehiniya,
2019). Perempuan dengan usia kehamilan aterm pertama > 35 tahun memiliki
peningkatan faktor resiko terhadap kanker payudara. Semakin tua usia (>35
tahun) pada kehamilan aterm pertama maka efek protektif kanker payudara
semakin menurun, begitupun sebaliknya semakin muda usia (< 35 tahun) maka
efek protektifnya semakin meningkat (Meier-Abt et al., 2015). Efek protektif
pada kehamilan aterm pertama di usia muda (< 35 tahun) muncul tidak lepas
dari peran struktur genetik pada sel penyusun payudara yang mengalami
perubahan yang dapat menghambat sel payudara untuk bertransformasi menjadi
bersifat karsinogenik (Yuliani, 2017).

c. Aborsi

Aborsi masih menjadi kekhawatiran oleh karena dianggap mengganggu siklus


fisiologi hormonal saat kehamilan sehingga dapat meningkatkan risiko kanker
payudara (ACS, 2017). Meskipun angka kejadian aborsi yang tinggi
berhubungan dengan peningkatan risiko pengembangan kanker payudara,
namun terdapat 53 studi epidemiologi menunjukkan aborsi yang diinduksi
maupun yang alami tidak meningkatkan risiko perkembangan kanker payudara.
Perbedaan inilah yang membuat aborsi masih menjadi faktor risiko yang
kontroversial (Momenimovahed & Salehiniya, 2019).

4. Etiologi dan Patogenesis


Etiologi kanker payudara hingga saat ini belum sepenuhnya dapat dijelaskan dan
dimengerti, namun terdapat 3 hal yang penting dan berhubungan dengan patogenesis
kanker payudara (Kumar et al., 2015) yaitu :
a. Genetik
Sekitar 10% kanker payudara berhubungan dengan mutasi yang diwariskan (Kumar
et al., 2015). Terdapat 2 teori hipotesis yang menjelaskan inisiasi dan perkembangan
kanker payudara dapat terjadi. Teori pertama adalah the cancer stem cell theory.
Teori ini menjelaskan bahwa semua subtipe kanker payudara berasal dari sel induk
yang sama (progenitor cell). Teori kedua adalah stochastic theory. Teori ini
menjelaskan bahwa subtipe kanker payudara yang lain berasal dari 1 stem cell atau
dari sel yang telah berdifferensiasi. Kedua teori di atas dapat terjadi secara acak yang
jika terakumulasi akan menjadi kanker payudara (Sun et al., 2017)
b. Pengaruh Hormon
Ketidakseimbangan hormon sangat berperan penting dalam progressivitas kanker
payudara. Beberapa faktor risiko seperti usia subur yang lama, nuliparitas, dan usia
lanjut saat memiliki anak pertama menunjukkan peningkatan pajanan ke kadar
estrogen yang tinggi saat siklus menstruasi. Hormon estrogen memiliki peranan
merangsang faktor pertumbuhan oleh sel epitel payudara normal dan oleh sel kanker.
Hipotesis saat ini diduga reseptor estrogen dan progesteron yang secara normal
terdapat di epitel payudara, mungkin berinteraksi dengan promotor pertumbuhan,
seperti transforming growth factor α (berkaitan dengan faktor pertumbuhan epitel),
platelet-derived factor, dan faktor pertumbuhan fibroblas yang dikeluarkan oleh sel
kanker payudara, untuk menciptakan suatu mekanisme autokrin perkembangan
tumor (Nadeak, 2015).
c. Lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap insiden kanker payudara berbeda-beda setiap
kelompok oleh karena secara genetis homogen dan perbedaan geografi dalam
prevalensi. Faktor lingkungan yang cukup berperan penting adalah radiasi dan
estrogen eksogen
5. Manifestasi klinis kanker payudara
Menurut Dewi dan Hendrati (2018) pasien biasanya sering datang dengan keluhan
sebagai berikut :
a. Terdapat benjolan pada payudara yang dapat diraba, semakin mengeras, tidak
beraturan, dan terasa nyeri\
b. Perubahan bentuk dan ukuran payudara, biasanya terjadi pembengkakan disalah satu
payudara
c. Retraksi dan gatal pada putting susu
d. Terjadi pengerutan kulit payudara sehingga menyerupai kulit jeruk
e. Payudara mengeluarkan cairan abnormal berupa nanah, darah, cairan encer atau air
susu pada Wanita yang tidak hamil maupun tidak menyusui
f. Pada stadium lanjut dapat dijumpai gejala seperti nyeri tulang, pembengkakan
lengan, ulserasi kulit, dan penurunan berat badan
6. Patofisiologi Kanker Payudara
Untuk dapat menegakkan diagnosa kanker dengan baik, terutama untuk melakukan
pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses terjadinya kanker dan
perubahan strukturnya. Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah
dengan ciri proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh
jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan
normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke
organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimia
terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang
mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas di antara
sel normal (Wijaya dan Putri, 2013).
Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas kapiler
akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang pada jaringan kulit. Sel kanker
tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat dan merusak pembuluh
darah kapiler yang mensuplai darah ke jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan lapisan
kulit akan mati (nekrosis) kemudian timbul luka kanker. Jaringan nekrosis merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik bakteri aerob atau anaerob. Bakteri
tersebut akan menginfeksi dasar luka kanker sehingga menimbulkan bau yang tidak
sedap. Selain itu, sel kanker dan proses infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas
kapiler kemudian menimbulkan cairan luka (eksudat) yang banyak. Cairan yang banyak
dapat menimbulkan iritasi sekitar luka dan juga gatal-gatal. Pada jaringan yang rusak
dan terjadi infeksi akan merangsang pengeluaran reseptor nyeri sebagai respon tubuh
secara fisiologis, akibatnya timbul gejala nyeri yang hebat. Sel kanker itu sendiri juga
merupakan sel imatur yang bersifat rapuh dan merusak pembuluh darah kapiler yang
menyebabkan mudah pendarahan. Adanya luka kanker, bau yang tidak sedap dan cairan
yang banyak keluar akan menyebabkan masalah psikologis pada pasien. Akhirnya,
pasien cenderung merasa rendah diri, mudah marah atau tersinggung, menarik dini dan
membatasi kegiatannya. Hal tersebut yang akan menurunkan kualitas hidup pasien
kanker (Astuti, 2013).
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wijaya dan Putri, (2013) :
1) SCAN (CT, MRI, Galfum), ultra pasienund
Untuk tujuan diagnostic, identfikasi metastatic, respon pengobatan.
2) Biopsi (aspirasi, eksisi)
Untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan.
a. Biopsi, ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2 macam tindakan
pembedahan.
a) Aspirasi biopsi (FNAB)
Dengan aspirasi jarum halus, sifat massa dibedakan antar kistik atau padat.
b) True cut/care biopsy
Dilakukan dengan perlengkapan stereotactic biopsy mamografi untuk memandu
jarum pada massa.
b. Incisi biopsy
c. Eksisi biopsy
Hasil biopsi dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan pemeriksaan
histologik secara froxen section.
3) Foto thoraks
4) USG
USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan benjolan
padat.
5) Mammografi
Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah yang
abnormal pada payudara.
6) Termografi
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara.
8. Penatalaksanaan
Brunner & Suddarth (2018) mengatakan berbagai pilihan penatalaksanaan tersedia.
Pasien dan dokter dapat memutuskan pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi atau terapi
hormonal atau kombinasi terapi.
1. Mastektomi radikal yang dimodifikasi mencakup pengangkatan seluruh jaringan
payudara, termasuk kompleks puting-aerola dan bagian nodus limfe aksila.
2. Mastektomi total mencakup pengangkatan payudara dan kompleks puting-aerola tetapi
tidak mencakup diseksi nodus limfe aksila (axillary lymph node dissection, ALND).
3. Pembedahan penyelamatan payudara : lumpektomi, mastektomi eksisi luas, parsial
atau segmental, kuadrantektomi dilanjutkan oleh pengangkatan nodus limfe untuk
kanker payudara invasif.
4. Biopsi nodus limfe sentinel : dianggap sebagai standar asuhan untuk terapi kanker
payudara stadium dini.
5. Terapi radiasi sinar eksternal : biasanya radiasi dilakukan pada seluruh payudara,
tetapi radiasi payudara parsial (radiasi ke tempat lumpektomi saja) kini sedang
dievaluasi di beberapa institusi pada pasien tertentu secara cermat.
6. Kemoterapi untuk menghilangkan penyebaran mikrometastatik penyakit :
siklofosfamid (Cytoxan), metotreksat, fluorourasil, regimen berbasis antrasiklin
misalnya dokpasienrubisin (Adriamycin), epirubisin (Ellence), taksans (paklitaksel
seperti Taxol), dosetaksel (Taxoter).
7. Terapi hormonal berdasarkan indeks reseptor estrogen dan progesteron : Tamoksifen
(Pasienltamox) adalah agen hormonal; primer yang digunakan untuk menekan tumor
yang bergantung hormonal lainnya adalah inhibitor anastrazol (Arimidex), letrozol
(Femara), dan eksemestan (Aromasin).
8. Terapi target : trastuzumab (Herceptin), bevacizumab (Avastin).
9. Rekonstruksi payudara.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2012), pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses
keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari pasien,
untuk informasi yang diharapkan dari pasien. Pengkajian yang dilakukan pada pasien
yang menderita Ca Mammae adalah sebagai berikut:

1) Identitas
Kebanyakan pasien Ca Mammae terjadi pada wanita dewasa usia lebih dari 30 tahun,
didukung dengan faktor-faktor predisposisi kanker payudara. Tetapi tidak menutup
kemungkinan usia dibawah 30 tahun terkena kanker payudara, dikarenkan pola hidup
yang tidak sehat. Risiko seorang wanita menderita kanker payudara dapat berubah
seiring dengan waktu. (Astrid Savitri, dkk., 2015)
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien Ca Mammae biasanya klien masuk
ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang menekan payudara, adanya
ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak serta nyeri. Pada pasien Pre Op
Ca Mammae pasien akan mengeluh cemas serta khawatir bagaimana nanti ketika di
operasi (Wijaya & Putri, 2013).
3) Riwayat penyakit sekarang
Uraian mengenai penyakit mulai dari timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat
dibawa ke layanan kesehatan, apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain serta
pengobatan yang telah diberikan dan bagaimana perubahannya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau ditanyakan pada pasien yaitu tentang penyakit
apa saja yang pernah diderita. Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya seperti penyakit payudara jinak, hyperplasia tipikal. Biasanya pasien
mempunyai riwayat pemakaian terapi pengganti hormone dalam waktu yang lama
(lebih dari 10-15 tahun) seperti estrogen suplemen dan apakah pasien juga mempunyai
riwayat pemakaian kontrasepsi oral. Biasanya pasien Ca Mammae mempunyai
riwayat menarche atau menstruasi pertama pada usia yang relative muda dan
menopause pada usia yang relative tua. Dan pada riwayat obstetri, biasanya pasien
mempunyai riwayat nulipara (belum pernah melahirkan) infertilitas dan melahirkan
anak pertama pada usia yang relative lebih tua (lebih dari 35 tahun) serta tidak
menyusui.
5) Riwayat penyakit keluarga
Adanya keluarga yang mengalami Ca Mammae berpengaruh pada kemungkinan klien
mengalami Ca Mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker
lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
6) Riwayat psikososial
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-hari (Padila, 2012 dalam Andini, 2018). Pada penderita kanker payudara akan
terjadi perubahan tubuh sejak kanker mulai menyebar pada tubuh, menyebabkan
perubahan persepsi sehingga pasien harus beradaptasi dari sisi fisiologis dan
psikososial baik konsep diri, peran fungsi dan interdependensi. Adanya gejala fisik
seperti kerontokan rambut dimana rambut merupakan identitas diri pasien sehingga
ketika mengalami kebotakan akan mempengaruhi penampilan mereka dan kondisi ini
akan menimbulkan persepsi serta harga diri yang negatif. Perubahan citra tubuh akibat
perubahan fisik merupakan respon psikologis yang sangat menekan bagi pasien
kanker payudara, dimana payudara merupakan organ penyusuan bagi bayinya dan
sebagai daya tarik bagi kaum pria. Payudara juga mempunyai fungsi sebagai simbol
kewanitaan (body image) dan fungsi erotik atau seksual terhadap lawan jenis.
Kehliangan payudara pada akhirnya dapat menciptakan disfungsi seksual yang parah
sebagai bentuk hilangnya sefl image, rendahnya self esteem, hilangnya perceived
attractiveness, rasa malu dan kehilangan gairah. (Ambarwati, 2017)
7) Pola seharai-hari
a. Nutrisi
Mengkaji pola nutrisi saat klien sebelum MRS dan saat MRS apakah ada
perubahan yang signifikan dan kaji penyebab-penyebab yang mungkin muncul
pada klien akan mengalami rasa cemas dan khawatir sehingga hal tersebut dapat
mneyebabkan menurunnya nafsu makan serta berat badan pada klien.
b. Eliminasi
Mengkaji intake dan output BAK maupun BAB meliputi bau, warna, volume dan
konsistensi.
c. Tidur/istirahat
Mengkaji istirahat sebelum MRS dan saat MRS, apakah terjadi perubahan misalnya
tidak bisa tidur karena perasaan cemas ketika akan menjalani tindakan operasi
dikarenakan kurangnya pengetahuan klien terkait tindakan selanjunya sehingga
klien akan gelisah dan sulit untuk istirahat dengan tenang.
d. Personal Hygiene
Merupakan upaya untuk menjaga kebersihan diri seperti mandi, gosok gigi,
keramas dan ganti baju. Tanyakan pada klien bagaimana personal hygiene klien
sebelum dilakukan tindakan operasi dan apakah dilakukan secara mandiri ataupun
dibantu oleh keluarga.
e. Aktivitas
Apakah terjadi perubahan yang signifikan seperti melakukan aktivitas dengan
dibantu keluarga atau secara mandiri.
8) Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
a. Keadaan umum
Pada pasien Pre Op Ca Mammae biasannya tidak terjadi penurunan kesadaran
(composmentis), untuk pemeriksaan tanda-tanda vital yang dikaji yaitu tekanan
darah, suhu, nadi, respirasi.
b. System Kardiovaskuler
(1) Inspeksi
Amati kesimetrisan, Ictus cordis tampak atau tidak.
(2) Palpasi
Apakah Ictus cordis teraba di ICS 5 midklavikula sinistra
(3) Perkusi
Normalnya terdengar pekak
(4) Auskultasi
Normalnya BJ I dan BJ II terdengar tunggal “lup dup’. dengarkan apakah
ada bunyi jantung tambahan seperti murmur/gallop/friction-rub
c. System respirasi
(1) Inspeksi
(a) Pada stadium 1 : Biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan
kanan yang disebabkan oleh pembengkakan pada payudara,dengan
ukuran 1-2 cm.
(b) Pada stadium 2 : Biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan
kanan yang juga disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor
2,5-5 cm.
(c) Pada stadium 3A : Biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan
kanan yang disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas
dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
(d) Pada stadium 3B : Bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh
bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang
rusuk,dan otot dada.
(e) Pada stadium 4 : Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain
seperti paru-paru.
(2) Palpasi
(a) Pada stadium 1 : Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan
kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain
(b) Pada stadium 2 : Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan
kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain
(c) Pada stadium 3A : Biasanya taktil fremitus pada paruparu kiri dan
kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain
(d) Pada stadium 3B : Biasanya taktil fremitus pada paruparu kiri dan
kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain seperti tulang
rusuk, dinding dada dan otot dada.
(e) Pada stadium 4 : Biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga
disebabkan oleh karena kanker sudah metastase ke organ yang lebih
jauh seperti paru-paru sehingga mengakibatkan paru-paru mengalami
kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya
(3) Perkusi
(a) Pada stadium 1 : Biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-
paru klien.
(b) Pada stadium 2 : Biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-
paru klien karena kanker belum mengalami metastase.
(c) Pada stadium 3A : Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru
karena kanker belum metastase.
(d) Pada stadium 3B : Biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di
temukan pada infiltrate paru dimana parenkim paru lebih padat /
mengadung sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru pasien yang
disebabkan pada paruparu pasien didapatkan berisi cairan disebut
dengan efusi pleura jika kanker telah bermetastase pada organ paru.
(e) Pada stadium 4 : Biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien
yang disebabkan pada paru-paru pasien didapatkanberisi cairan yang
disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari kanker payudara
yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.
(4) Auskultasi
(a) Pada stadium 1 : Biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir
terdengar seluruh lapangan paru dan inspirasi lebih panjang, lebih
keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan tidak
ada, seprti ronchi (-) dan wheezing (-)
(b) Pada stadium 2 : Biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi
hampir seluruh lapangan paru dan inspirasi lebih panjang lebih keras,
nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga
dapat terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas
tambahan tidak ada, seperti ronchi (-) dan wheezing (-)
(c) Pada stadium 3 A : Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi
hampir seluruh lapangan paru dan inspirasi yang lebih panjang, lebih
keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler yaitu
pada daerah suprasternal, interscapula: campuran antara element
vaskuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti:
Ronchi (+) dan wheezing (-)
(d) Pada stadium 3 B : Biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu
ekspirasi lebih panjang, lebih keras nadanya lebih tinggi dari pada
inspirasi dan terdengar dan terdapat suara nafas tambahan seperti:
Ronchi dan Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke
seluruh bagian payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk,
dan otot dada sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi
paru dan compressive atelektasis.
(e) Pada stadium 4 : Biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial
yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi, dari
pada inspirasi dan terdengar. Dan terdapat suara tambahan seperti :
Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh kanker metastase ke bagian
tubuh lainnya seperti paru-paru sehingga mengakibatkan terjadinya
penurunan ekspansi paru dan compressive atelektasis sehingga terjadi
penumpukan secret pada daerah lobus paru
d. System Muskuloskeletal
1) Inspeksi
Mengkaji kesimetrisan dan pergerakan ekstremitas atas dan bawah, lihat ada
tidaknya lesi, lihat ada tidaknya cyanosis, periksa kekuatan otot lemah/kuat
2) Palpasi
Mengkaji bila terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas maupun bawah.

5 - - - -
5 - - - -
Kekuatan Otot Edema Fraktur Atropi
e. Sistem Integumen
1) Inspeksi
Amati warna kulit, kulit kering/tidak, terdapat gatal-gatal pada kulit atau tidak,
terdapat lesi/tidak.
2) Palpasi
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit klien
tidak elastic, Capillary Refill Time (CRT) pada jari normalnya < 2 detik,
rasakan akral hangat/tidak.

f. System pencernaan
1) Inspeksi
- Mengamati bibir apakah ada kelainan kongenital (bibir sumbing), mukosa
bibir biasanya tampak pucat dan kurang bersih, pada gusi biasanya mudah
terjadi pendarahan akibat rapuhnya pembuluh darah dan caries positif
- Amati kesimetrisan perut, bentuk, warna dan ada tidaknya lesi
2) Auskultasi
Dengarkan peristaltic usus selama satu menit (normalnya 5-15 x/menit)
3) Palpasi
Apakah ada nyeri tekan pada daerah sekitar mulut
4) Perkusi
Suara perut biasanya timpani (normal)
5) System penglihatan
1) Inspeksi
Lihat bentuk mata simetris atau tidak, apakah ada lesi dikelopak mata. Pada
pemeriksaan mata terdapat konjungtiva yang tampak anemis disebabkan oleh
nutrisi yang tidak adekuat, amati reaksi pupil terhadap cahaya isokor/anisokor
dan amati sklera ikterus/tidak.
2) Palpasi
Raba apakah ada tekanan intra okuler dengan cara ditekan ringan jika ada
peningkatan akan teraba keras, kaji apakah ada nyeri tekan pada mata
6) System penciuman
1) Inspeksi
Lihat apakah hidung simetris/tidak, lihat apakah hidung terdapat secret/tidak,
apakah terdapat lesi/tidak, adanya polip/tidak, adanya pernafasan cuping
hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama pada pasien yang
kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.
2) Palpasi
Kaji adanya nyeri tekan pada sinus
7) System pendengaran
1) Inspeksi
Cek apakah telinga simetris/tidak, terdapat lesi/tidak, melihat kebersihan
telinga dengan adanya serumen/tidak.
2) Palpasi
Adanya nyeri tekan pada telinga atau tidak
8) System Reproduksi
1) Inspeksi
- Apakah terpasang kateter atau tidak.
- Biasanya ada benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan berwarna
merah, keluar cairan dari puttng. Serta payudara mengerut seperti kulit jeruk.
2) Palpasi
Teraba benjolan payudara yang menegeras dan teraba pembengkakakan, teraba
pembesaran kelenjar getah bening diketiak atau timbul benjilan kecil di bawah
ketiak. Dan pada penederita Ca Mammae yang sudah parah akan terdapat
cairan yang keluar dari puting ketika ditekan.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Kronis (D. 0078)
2) Pola Napas Tidakefektif (D. 0005)
3) Gangguan Integritas Kulit/jaringan (D. 0129)
4) Gangguan Citra Tubuh (D. 0083)
5) Ansiates (D. 0080)
3. Rencana Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri Kronis (D. 0078) Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (D.03119)
Kategori : psikologis Setelah dilakukan tindakan Observasi
Subkategori: nyeri dan
keperawatan selama 3x24 jam
1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
kenyamanan
masalah tingkat nyeri pada pasien
intensitas nyeri
Definisi : pengalaman sensorik
menurun dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi skala nyeri
atau emosional yang berkaitan
1. Kemampuan menuntaskan aktivitas
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
dengan kerusasakan jaringan meningkat
aktual atau fungsional, dengan 2. keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. meringis menurun memperingan nyeri
onset mendadak atau lambat dan 4. sikap protektif meurun
berintensitas ringan hingga berat 5. gelisah menurun’ 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

yang berlangsung lebih dari 3 6. kesulitan tidu menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. menarik diri menurun
bulan. 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. berfokus pada diri sendiri menurun
Penyebab : 9. Diaforesis menurun 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
10. Frekunsi nadi membaik diberikan
1. Kondisi musculoskeletal
11. Pola napas membaik
kronis 9. Monitor efek samping penggunaan analgetic
12. Tekanan darah membaik
2. Kerusakan system saraf 13. Pola tidur membaik Terapeutik

3. Penekanan saraf 10. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi

4. Infiltrasi tumor rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi

5. Ketidakseimbangan musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik

neurotransmitter, imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi


bermain)
neuromodulator, dan reseptor 11. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
6. Gangguan imunitas (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
7. Kondisi pasca trauma 12. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Tekanan emosional, Riwayat 13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
penyalahgunaan obat pemilihan strategi meredakan nyeri
Gejala dan tanda mayor Edukasi
Subjektif : 14. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
1. Mengeluh nyeri 15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Merasa depresi (tertekan) 16. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Objektif : 17. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
1. Tampak meringis 18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
2. Gelisah rasa nyeri
3. Tidak mampu menuntaskan
aktivitas Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Pola Napas Tidak Efektif Pola Napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas (I.01011)
(D.0005) Setelah dilakukan tindakan Observasi
Kategori : Fisiologis 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Subkategori : Respirasi keperawatan selama 1 x 24 jam
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi,
Definisi masalah pola napas pada pasien
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang wheezing, ronkhi kering)
membaik dengan kriteria hasil :
tidak memberikan ventilasi 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
1. Ventilasi semenit meningkat
adekuat Terapeutik
2. Kapasitas vital meningkat
Penyebab 4. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
3. Tekanan ekspirasi meningkat
1. Depresi pusat pernapasan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma survikal)
2. Hambatan upaya napas 4. Tekanan inspirasi meningkat 5. Posisikan semi-fowler atau fowler
(mis. nyeri saat bernapas, 5. Dispnea menurun 6. Berikan minuman hangat
kelemahan otot 6. Penggunaan oto bantu napas menurun 7. Berikan oksigen, jika perlu
pernapasan) 7. Pemanjangan fase ekspirasi Edukasi
3. Deformitas dinding dada 8. Anjurkn asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
8. Pernapasan cuping hidung menurun
4. Deformitas tulang dada kontraindikasi
9. Frekuensi napas membaik
5. Gangguan neuromuscular
9. Ajarkan teknik batuk efektif
6. Gangguan 10. Kedalaman napas membaik
neurologis Kolaborasi
7. Imaturitas neurologis 10.Kolaborasi pemberian bronkodilator , ekspektoran,
8. Penurunan energi
mukolitik, jika perlu
9. Obesitas
10. Posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru
11. Sindrom hipoventilasi
12. Kerusakan inervasi
diafragma (kerusakan saraf
C5 ke atas)
13. Cedera pada medula
spinalis
14. Efek agen farmakologis
15. Kecemsan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Dispnea
Objektif
1. Penggunaan otot bantu
pernapasan
2. Fase ekspirasi memanjang
Pola napas abnormal (mis.
takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)
3 Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit (I. 14564)
kulit/jaringan keperawatan selama 1 x 24 jam Observasi
Kategori : Lingkungan integritas kulit dan jaringan pada 1. Monitor karakteristik luka (mis:
Subkategori : Keamanan dan pasien meningkat dengan kriteria drainase,warna,ukuran,bau
proteksi hasil : 2. Monitor tanda –tanda inveksi
Definisi : kerusakan kulit (dermis 1. Elastisitas meningkat Terapiutik
dan/atau epidermis ) atau jaringan 2. Hidrasimeningkat 3. lepaskan balutan dan plester secara perlahan
(membrane mukosa, kornea, otot, 3. Perfusi jaringan meningkat 4. Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
tedon, tulang, kartilago) 4. Kerusakan jaringan menurun 5. Bersihkan dengan cairan NACL atau pembersih non
Penyebab : 5. Kerusakan lapisan kulit menurun toksik,sesuai kebutuhan
1. Perubahan sirkulasi 6. Nyeri menurun 6. Bersihkan jaringan nekrotik
2. Perubahan status nutrisi 7. Perdarahan menurun 7. Berika salep yang sesuai di kulit /lesi, jika perlu
3. Kekurangan/kelebihan volume 8. Kemerahan menurun 8. Pasang balutan sesuai jenis luka
cairan 9. Hematoma menurun 9. Pertahan kan teknik seteril saaat perawatan luka
4. Penurunan mobilitas 10. Jaringan parut menurun 10. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
11. Nekrosis menurun 11. Jadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau sesuai
5. Faktor mekanis 12. Tekstur membaik kondisi pasien
6. Efek samping terapi radiasi 12. Berika diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan
7. Proses penuaan protein1,25-1,5 g/kgBB/hari
8. Neuropati perifer 13. Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis vitamin
Gejala dan tanda mayor A,vitamin C,Zinc,Asam amino),sesuai indikasi
Subjektif : - 14. Berikan terapi TENS(Stimulasi syaraf
Objektif : kerusakan jaringan dan/ transkutaneous), jika perlu
atau lapisan kulit Edukasi
15. Jelaskan tandan dan gejala infeksi
16. Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein
17. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
18. Kolaborasi prosedur debridement(mis: enzimatik biologis
mekanis,autolotik), jika perlu
19. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

4 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Promosi Citra Tubuh ( I.09305)
Definisi : keperawatan selama 1 x 24 jam Observasi
Perubahan presepsi tentang citra tubuh pada pasien meningkat
1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
penampilan, struktur dan fungsi
fisik individu dengan kriteria hasil :
perkembangan
Penyebab : 1. Melihat bagian tubuh membaik
2. Identifikasi budaya, agama, jenis kelami, dan umur
1. Perubahan struktur/bentuk 2. Menyentuh bagian tubuh membaik
terkait citra tubuh
tubuh (mis. amputasi, trauma, 3. Verbalisasi kecacatan bagianm tubuh
membaik 3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan
luka bakar, obesitas, jerawat)
isolasi sosial
2. Perubahan fungsi tubuh (mis. 4. Verbalilasi perasaan negatif menurun
4. Monitor frekuensi pernyataan kritik tehadap diri sendiri
proses penyaakit, kehamilan, 5. Verbalisasi kekhawatiran menurun
6. Respon nonverbal pada perubahan 5. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang
kelumpuhan)
tubuh membaik berubah
3. Perubahan fungsi kognitif
4. Ketidaksesuain budaya, 7. Hubungan sosial membaik
Terapiutik
keyakinan atau sistem nilai
5. Transisi perkembangan 6. Diskusikan perubahn tubuh dan fungsinya
6. Gangguan psikososial 7. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga
7. Efek tindakan/pengobatan (mis. diri
pembedahan, kemoterapi, terapi 8. Diskusikan akibat perubahan pubertas, kehamilan dan
radiasi) penuwaan
Gejala dan Tanda Mayor 9. Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh
Subjektif (mis.luka, penyakit, pembedahan)
1. Mengungkapkan 10. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh
kekacauan/kehilangan bagian secara realistis
tubuh 11. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang
Objektif
1. Kehilangan bagian tubuh perubahan citra tubuh
2. Fungsi/struktur tubuh
Edukasi
berubah/hilang

12. Jelaskan kepad keluarga tentang perawatan perubahan


citra tubuh
13. Anjurka mengungkapkan gambaran diri terhadap citra
tubuh
14. Anjurkan menggunakan alat bantu( mis. Pakaian , wig,
kosmetik)
15. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung( mis.
Kelompok sebaya).
16. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
17. Latih peningkatan penampilan diri (mis. berdandan)
18. Latih pengungkapan kemampuan diri kepad orang lain
maupun kelompok

5 Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi ansietas


selama .....x24 jam diharapakan kecemasan 1. Monitor tanda-tanda ansietas
pada pasien menurun dengan kriteria : 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
SLKI : kepercayaan
Tingkat ansietas 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
1. Menyingkirkan tanda kecemasaan. 4. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
2. Tidak terdapat perilaku gelisah akan datang
3. Frekuensi napas menurun 5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
4. Frekuensi nadi menurun 6. Anjurkan keluarga untuk selalu disamping dan
5. Menurunkan stimulasi lingkungan mendukung pasien
ketika cemas. 7. Latih teknik relaksasi
6. Menggunakan teknik relaksasi untuk
menurunkan cemas.
7. Konsentrasi membaik
8. Pola tidur membaik
4. Implementasi
Terapi nyeri membutuhkan pendekatan secara personal, mungkin lebih pada
penanganan masalah klien yang lain. Perawat, klien, dan keluarga merupakan mitra kerja
sama dalam melakukan tindakan untuk mengatasi nyeri (Potter & Perry, 2010).
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana keperawatan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana keperawatan disusun dan
ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari
implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Perencanaan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien
mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi nyeri merupakan salah satu tanggung jawab perawat yang membutuhkan
cara berfikir kritis yang efektif. Respon prilaku klien terhadap intervensi penanganan
nyeri tidak selalu tampak jelas. Mengevaluasi keefektifan intervensi nyeri membutuhkan
perawat untuk mengevaluasi klien sesudah periode waktu tertentu yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Fauziatin, N. (2016) “Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik deteksi dini kanker
payudara pada wanita usia klimakterium di kelurahan Bulustan Kota Semarang”.
UNIMUS: Skripsi.
Rifka, H. (2017) “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku SADARI pada WUS di
Kecamatan Tegalrejo”. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta : Skripsi.
Novita. 2017. “Hubungan Karakteristik Dan Dukungan Tenaga Kesehatan Dengan Perilaku
SADARI Untuk Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Wanita Usia 20-40 Tahun.
UNIMUS: Skripsi.
Cardoso F, Costa A, Senkus E et al. 2017. 3rd ESO–ESMO International Consensus
Guidelines for Advanced Breast Cancer (ABC 3). Annals of Oncology; 28: 16–
33.
Naila F. Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik deteksi dini kanker payudara pada
wanita usia klimakterium di kelurahan Bulustan Kota Semarang”. UNIMUS:
Skripsi. 2016.

Anda mungkin juga menyukai