Anda di halaman 1dari 176

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI


KELURAHAN SURAU GADANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NANGGALO KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

TILLA VANA ILHAM


NIM : 143110271

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017

POLTEKKES KEMENKES PADANG


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI
KELURAHAN SURAU GADANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NANGGALO KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan

TILLA VANA ILHAM


NIM : 143110271

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan Judul“Asuhan Keperawatan Pada Klien Halusinasi Di Kelurahan
Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun
2017”Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,
sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Renidayati, S.Kp, M.Kep, Sp. Kep. Jiwa selaku pembimbing I yang telah
mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam menyusun penelitian ini.
2. Bapak Idrus Salim, SKM, M. Kes selaku pembimbing II yang telah
mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam menyusun penelitian ini
3. Ibu Heppi Sasmita, S.Kp, M. Kep, Sp.Jiwa selaku penguji I yang telah
memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan hasil penelitian yang
peneliti susun.
4. Bapak Drs. Maswardi, M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan
masukan dan saran demi kesempurnaan hasil penelitian yang peneliti susun.
5. Bapak H. Sunardi, SKM. M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang.
6. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang
7. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang
8. Bapak Drg. Darius, selaku pimpinan Puskesmas Belimbing Kota Padang
beserta staf yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. Identitas Diri

Nama : Tilla Vana Ilham


Nim : 143110271
Tempat / Tanggal Lahir : Padang/ 25 November 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : Syamsul Alimin
Ibu : Ilweni
Alamat : Jl. Ampang Pondok Mungil RT 04/RW 01 Padang

B. Riwayat Pendidikan
Tingkat Tempat Tahun Masuk Tahun
Pendidikan Lulus
TK TK Darul „Ulum PGAI Padang 2001 2002
SD SD Bhayangkari 02 Padang 2002 2008
SMP SMP Adabiah Padang 2008 2011
SMA SMA N 5 Padang 2011 2014
Poltekkes Kemenkes Padang Prodi
PT 2014 2017
D III Keperawatan Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017
Tilla Vana Ilham

Asuhan Keperawatan pada Klien Halusinasi di Kelurahan Surau Gadang


Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2017

Isi : xi + 81 Halaman + 2 tabel + 1 gambar + 2 bagan + 10 lampiran

ABSTRAK

Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 diperkirakan sekitar 400 ribu orang
mengalami skizofrenia. Data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015 penderita
skizofrenia yaitu 7.059 orang. Laporan data yang didapatkan di Puskesmas
Nanggalo tahun 2016 klien dengan skizofrenia berjumlah 107 orang. Tujuan
penelitian ini menggambarkan penerapan asuhan keperawatan pada klien
halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Padang tahun 2017.

Desain penelitian adalah deskriptif dengan tipe studi kasus. Populasi penelitian 63
orang skizofrenia dan sampel 11 orang skizofrenia yang mengalami halusinasi di
Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2016.
Dua orang diambil untuk menjadi partisipan dengan teknik random sampling.
Waktu penelitian telah dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni
2017. Waktu menerapkan asuhan keperawatan telah dilakukan mulai tanggal 22
Mei 2017 sampai dengan tanggal 31 Mei 2017. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan meliputi wawancara, observasi dan pengukuran. Instrumen yang
digunakan format asuhan keperawatan jiwa. Analisa data meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

Hasil penelitian didapatkan klien mengatakan mendengar suara-suara seperti


menyuruh, menasehati, melihat bayangan dan tampak ketakutan. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 10 hari klien mampu melakukan secara
mandiri mengontrol halusinasi, mengontrol emosi, menjaga kebersihan diri,
berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain dengan latihan strategi pelaksanaan
yang telah diajarkan.

Melalui pemegang progam keperawatan jiwa Puskesmas Nanggalo diharapkan


dapat mengembangkan program kesehatan jiwa yang dapat memfasilitasi
penanganan masalah gangguan kesehatan jiwa yang dialami klien dan keluarga
dengan halusinasi.

Kata Kunci (Key Word) : Halusinasi, Asuhan Keperawatan

Daftar Pustaka : 29 (2007-2017)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS........................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ vi
ABSTRAK....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
DAFTAR BAGAN........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................. xiii

BABI PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8


A. Konsep Dasar Halusinasi ..................................................................... 8
1. Pengertian Halusinasi ......................................................................
8
2. Proses Terjadinya Halusinasi............................................................ 8
3. Mekanisme Koping Halusinasi......................................................... 10
4. Rentang Respon Halusinasi ............................................................. 12
5. Tanda dan gejala Halusinasi.............................................................. 14
6. Penatalaksanaan Halusinasi.............................................................. 16
B. Konsep Asuhan Keperawatan Halusinasi.............................................. 18
1. Pengkajian Keperawatan.................................................................. 18
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 24
3. Intervensi Keperawatan.................................................................... 24
4. Implementasi Keperawatan.............................................................. 37
5. Evaluasi Keperawatan...................................................................... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 39


A. Desain Penelitian ............................................................................
39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................
39
C. Populasi dan Sampel ........................................................................
40
D. Instrumen .........................................................................................
41
E. Pengumpulan Data............................................................................ 42
F. Prosedur Penelitian............................................................................ 44
G. Analisa Data...................................................................................... 44

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS............................. ... 45


A. Hasil Penelitian...............................................................................
45
1. Pengkajian Keperawatan...........................................................
45
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................
51
3. Intervensi Keperawatan............................................................
52
4. Implementasi Keperawatan.......................................................
55
5. Evaluasi Keperawatan...............................................................
58
B. Pembahasan.....................................................................................
61
1. Pengkajian Keperawatan...........................................................
61
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................
67
3. Intervensi Keperawatan.............................................................
50
4. Implementasi Keperawatan.......................................................
71
5. Evaluasi Keperawatan...............................................................
75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 79


A. Kesimpulan.....................................................................................
79
B. Saran................................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Ganchart

Lampiran 2 :Surat izin pengambilan data dan melakukan studi awal di


Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Padang

Lampiran 3 : Format skrinning halusinasi

Lampiran 4 : Surat izin penelitian di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja


Puskesmas Nanggalo Padang
Lampiran 5 : Informed consent

Lampiran 6 : Surat selesai melakukan penelitian

Lampiran 7 : Lembar Konsultasi Proposal

Lampiran 8 : Lembar Konsultasi KTI

Lampiran 9 :Lembar Asuhan Keperawatan Jiwa


Lampiran 10 : Dokumentasi Kunjungan ke rumah partisipan
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang respon halusinasi............................................................... 12


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Skema Halusinasi............................................................................. 23

Bagan 2.2 Pohon masalah Halusinasi................................................................ 24

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan........................................................................ 28

Tabel 4.1 Deskripsi kasus klien kelolaan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah
Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2017.........................49
.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kesehatan jiwa
memiliki rentang respon adaptif yang merupakan sehat jiwa, masalah
psikososial, dan respon maladaptif yaitu gangguan jiwa (UU No. 18 Tahun
2014).

Gangguan jiwa merupakan gangguan dalam berpikir (cognitive), kemauan


(volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Menurut
Malim (2002) Gangguan jiwa merupakan deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab. Umumnya ditandai adanya penyimpangan yang fundamental,
karakteristik dari pikiran dan persepsi, adanya afek yang tidak wajar atau
tumpul (Yusuf, dkk, 2015).

Berdasarkan hasil survey World Healt Organization (WHO 2013)


menyatakan hampir 400 juta penduduk dunia menderita masalah gangguan
jiwa. Satu dari empat anggota keluarga mengalami gangguan jiwa dan
seringkali tidak terdiagnosis secara tepat sehingga tidak memperoleh
perawatan dan pengobatan dengan tepat. Data Riset Kesehatan Dasar (2013)
prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil.
Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta (2,7 per mil), Aceh (2,7 per
mil), Sulawesi Selatan (2,6 per mil), Bali (2,3 per mil), Jawa Tengah (2,3 per
mil), Bangka Belitung (2,2 per mil), Nusa Tenggara Barat (2,1 per mil),
Bengkulu (1,9 per mil) dan Sumatera Barat urutan ke sembilan dengan
jumlah (1,9 per mil) (Riskesdas, 2013).

Seseorang mengalami gangguan jiwa apabila ditemukan adanya gangguan


pada fungsi mental, yang meliputi emosi, pikiran, perilaku, perasaan, motivasi,
kemauan, keinginan, daya tilik diri, dan persepsi sehingga mengganggu dalam
proses hidup di masyarakat dan timbulah perasaan tertekan. Hal ini ditandai
dengan menurunnya kondisi fisik akibat gagalnya pencapaian sebuah
keinginan yang akan menurunnya semua fungsi kejiwaan. Perasaan tertekan
atau depresi akibat gagalnya seseorang dalam memenuhi sebuah tuntutan akan
mengawali terjadinya penyimpangan kepribadian yang merupakan awal dari
terjadinya gangguan jiwa (Nasir, 2011). Secara umum, klasifikasi gangguan
jiwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dibagi menjadi dua
bagian, yaitu gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan mental
emosional yang berupa kecemasan, panik, gangguan alam perasaan, dan
gangguan jiwa berat/kelompok psikosa yaitu skizofrenia (Yusuf,dkk. 2015).

Skizofrenia merupakan bentuk gangguan jiwa kronik (Mirza, dkk, 2015).


Skizofrenia merupakan gangguan mental dengan ciri utama gejala psikotik,
dan gejala tersebut dapat menyebabkan penderita sikzofrenia mengalami
penurunan kualitas hidup, fungsi sosial, dan pekerjaan. Hasil survey World
Healt Organization (WHO 2013) menyatakan saat ini diperkirakan sekitar 26
juta orang di dunia akan mengalami skizofrenia. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (2013) diperkirakan sekitar 400 ribu orang yang mengalami
skizofrenia (Riskesdas, 2013).

Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu gejala negatif dan gejala positif.
Gejala negatif yaitu menarik diri, tidak ada atau kehilangan dorongan atau
kehendak. Gejala positif yaitu halusinasi, waham, pikiran yang tidak
terorganisir, dan perilaku yang aneh (Videbeck, 2008). Dari gejala tersebut,
halusinasi merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, lebih dari 90%
pasien skizofrenia mengalami halusinasi (Yosep, 2013).

Halusinasi merupakan terganggunya persepsi dari panca indera seseorang


dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar), dimana klien memberi persepsi tentang lingkungan tanpa adanya
suatu objek (Yosep, 2013). Sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa yaitu halusinasi dengar, 20% mengalami halusinasi penglihatan
dan 10% mengalami halusinasi penghidu, pengecap, perabaan. Halusinasi
dapat mengancam dan menakutkan bagi klien walaupun klien lebih jarang
melaporkan halusinasi sebagai pengalaman yang menyenangkan. Mula-mula
klien merasakan halusinasi sebagai pengalaman nyata, tetapi kemudian dalam
proses penyakit tersebut, dia dapat mengakuinya sebagai halusinasi (Videbeck,
2008).

Ketika mengalami halusinasi biasanya klien akan mengalami marah tanpa


sebab, bicara atau tertawa sendiri, ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas,
maka perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi
pelaksanaan yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu
bagian dari pendekatan holistik pada asuhan klien. Peran perawat dalam
menangani halusinasi antara lain melakukan penerapan standar asuhan
keperawatan, terapi aktivitas kelompok, dan melatih keluarga untuk merawat
klien dengan halusinasi. Menurut Keliat (2007) Strategi pelaksanaan pada
klien halusinasi mencakup kegiatan mengenal halusinasi, mengajarkan klien
menghardik halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-cakap dengan
orang lain saat halusinasi muncul, serta melakukan aktivitas terjadwal untuk
mencegah halusinasi (Afnuhazi, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian Anggraini, dkk (2013) tentang Pengaruh


Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar Pada Pasien
Skizofrenia di RSJD Dr. Aminogondohutomo Semarang, terapi menghardik
dengan menutup telinga responden mengalami penurunan tingkat halusinasi
dengar, hal ini dikarenakan pada saat responden menutup telinga saat
melakukan terapi menghardik responden menjadi lebih fokus dan
berkonsentrasi pada halusinasinya. Sehingga dianjurkan untuk para perawat
di rumah sakit agar menggunakan terapi menghardik dengan menutup telinga
karena hasilnya akan lebih baik (Anggraini, dkk, 2013). Hasil penelitian
Halawa (2015) tentang Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi
Persepsi Sesi 1-2 Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran
Pada Pasien Skizofrenia di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwamenur
Surabaya, kemampuan pasien skizofrenia dalam mengontrol halusinasi
pendengaran sebelum pemberian Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi
Persepsi Sesi 1-2 didapatkan bahwa ada pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok: Stimulasi Persepsi Sesi 1-2 terhadap kemampuan mengontrol
halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia (Halawa, 2015).

Data Dinas Kesehatan Kota Padang (2015) terdapat 11.993 orang dengan
gangguan jiwa di kota Padang. Dimana dari 22 Puskesmas di kota Padang,
Puskesmas Nanggalo menjadi urutan ke lima dengan kasus gangguan jiwa
terbanyak pada tahun 2015. Data gangguan jiwa di Puskesmas Nanggalo
tahun 2015 terdapat 667 orang. Data Dinas Kesehatan Kota Padang (2015)
penderita skizofrenia di kota Padang yaitu 7.059 orang. Dimana dari 22
Puskesmas di kota Padang, Puskesmas Nanggalo menjadi urutan ke dua
dengan kasus skizofrenia terbanyak pada tahun 2015, data yang didapatkan
penderita skizofrenia di Puskesmas Nanggalo tahun 2015 yaitu 569 orang
(DKK Padang, 2015).

Laporan data yang didapatkan di Puskesmas Nanggalo tahun 2016 klien


dengan skizofrenia berjumlah 107 orang, berdasarkan wilayah kerja,
Kelurahan Surau Gadang menjadi urutan pertama dengan skizofrenia
berjumlah 63 orang, untuk Kelurahan Kurao Pagang terdapat 32 orang, dan
Kelurahan Gurun Laweh 5 orang dengan skizofrenia (Puskesmas Nanggalo,
2016).

Hasil wawancara dengan pemegang progam Keperawatan Jiwa di Puskesmas


Nanggalo Padang bahwa klien yang datang kunjungan ke Puskesmas
Nanggalo biasanya untuk mengambil obat dan meminta rujukan untuk
pengambilan obat ke RSJ. Ketika klien dan keluarga datang ke Puskesmas,
tidak ada progam yang diberikan seperti mengajarkan strategi pelaksanaan
halusinasi. Selain itu ada kunjungan yang dilakukan ke rumah-rumah klien,
untuk mengobservasi keadaan klien serta melakukan wawancara kepada
keluarga klien untuk mengetahui perkembangan klien, dan memberikan
penyuluhan kesehatan mengenai halusinasi serta mengajarkan klien dan
keluarga strategi penatalaksanaan halusinasi.

Hasil penelitian Sari (2014) tentang Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang


Perawatan Pasien Halusinasi dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien
Halusinasi di Rumah menyatakan kesadaran dan pengetahuan keluarga yang
tinggi tentang kesehatan, belum menjamin praktek tentang kesehatan atau
perilaku hidup keluarga sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Perlu
dilakukan upaya peningkatan lingkungan baik fisik maupun nonfisik sebagai
penunjang pengetahuan yang ada yang dapat membawa perubahan perilaku
keluarga dalam merawat pasien halusinasi. Keluarga belum tentu berperilaku
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki sehingga tidak ada perbedaan yang
signifikan pada frekuensi kekambuhan pada keluarga dengan tingkat
pengetahuan tinggi maupun rendah. Keluarga yang aktif menerima informasi,
berdiskusi dan adanya komunikasi dua arah antara keluarga dan perawat yang
berjalan dengan baik akan meningkatkan perilaku keluarga yang dapat
menunjang kesembuhan dan meminimalkan resiko terjadinya kekambuhan
pasien halusinasi (Sari, 2014).

Hasil wawancara dengan klien dengan halusinasi yang dilakukan di rumah


klien tanggal 17 Februari 2017, klien mengatakan bahwa klien merasa
terganggu dengan halusinasinya yang menganggunya, namun klien rutin
kontrol ke Puskesmas jika obat klien habis. Klien mengatakan kadang ikut
pengambilan obat, kadang hanya ibu klien yang mengambil obat. Hasil
wawancara dengan keluarga klien, keluarga mengatakan klien berbicara
sendiri, tertawa sendiri, mondar-mandir. Upaya yang dilakukan klien jika
halusinasi tiba adalah dengan menerapkan cara menghardik dan mengalihkan
halusinasi dengan mengajak orang terdekatnya untuk berbicara dengannya.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis telah memberikan
asuhan keperawatan pada klien halusinasi secara holistik dan komunikasi
terapeutik dalam meningkatkan kesejahteraan serta mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu penulis mengangkat judul pada karya tulis ilmiah
ini Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Halusinasi di Kelurahan Surau
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Halusinasi di Kelurahan
Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2017 ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada klien
dengan halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada klien
dengan halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.
c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada klien dengan
halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang.
d. Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan pada klien dengan
halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada klien dengan
halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang.
f. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian keperawatan pada klien
dengan halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Studi kasus ini dapat menggambarkan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis, disamping itu dapat memberikan
pengalaman dalam asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi.
2. Bagi Pemegang Progam Keperawatan Jiwa Puskesmas Nanggalo Studi
kasus ini diharapkan dapat memberikan gambaran, wawasan serta
informasi bagi perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien
dengan halusinasi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan wawasan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien dengan
halusinasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Halusinasi


1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu ( Direja, 2011).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari
luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan ( Dalami, dkk, 2014).
Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata (Kusumawati, 2012).

2. Proses Terjadinya Halusinasi


Menurut Stuart (2007) proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor
predisposisi dan faktor presipitasi ( Dalami, dkk, 2014) :
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi ( Dalami,
dkk, 2014) :
1) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri,
riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
Napza. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru
mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien
adanya kegagalan yang berulang, kurangnya kasih sayang, atau
overprotektif.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo,
2014) :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

3. Mekanisme Koping Halusinasi

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari


pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi
termasuk (Dalami, dkk, 2014 ) :
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi
ansietas.
b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi
pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai
upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik
maupun psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari
menghindar sumber stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber
infeksi, gas beracun dan lain-lain, sedangkan reaksi psikologis
individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.

Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut


(Kusumawati, 2012) :
a. Fase pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada
tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan,
rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan.
Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan,
cari ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal
yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka
menyendiri.
b. Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi
menjadi menjijikkan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan,
kecemasan meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi dominan.
Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang
lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
c. Fase ketiga
Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman
sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak
berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian
hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase keempat
Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.
Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam,
memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya,
hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang
lain di lingkungan.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri,
perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katakonik, tidak mampu
merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon
lebih dari satu orang.

4. Rentang Respon Halusinasi


Menurut Stuart dan Laraia (2005) halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalan rentang respon neurobiologis. Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya
akurat mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindra (pendengaran,
penglihatan, penghidu, pengecapan, peraban), klien dengan halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus pancaindra walaupun sebenarnya stimulus
tersebut tidak ada. Rentang respon tersebut dapat digambarkan seperti
dibawah ini ( Muhith, 2015 ) :
Respon adaptif Respon maladaptif

1. Pikiran logis 1. Distorsi 1. Gangguan


2. Persepsi akurat pikiran ilusi pikir/delusi
3. Emosi 2. Reaksi emosi 2. Halusinasi
konsisten berlebihan 3. Sulit
dengan 3. Perilaku merespon
pengalaman aneh atau emosi
4. Perilaku sesuai tidak biasa 4. Perilaku
5. Berhubungan 4. Menarik diri disorganisasi
sosial 5. Isolasi sosial

Gambar 2.1 Rentang respon halusinasi


Sumber : Muhith, 2015

Keterangan :
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam
batas normal jika menghadapi suatu akan dapat memecahkan masalah
tersebut.
Respon adaptif meliputi :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli.
4) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain
dan lingkungan.
b. Respon psikososial meliputi :
1) Proses pikir terganggu yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena gangguan panca
indra
3) Emosi berlebihan atau kurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas untuk menghindari interaksi dengan orang lain
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interkasi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
c. Respon maladaptif adalah respon indikasi dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif ini meliputi :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati
4) Perilaku tak terorganisir merupakan perilaku yang tidak teratur
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negatif mengancam.

5. Tanda dan gejala Halusinasi

Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati
sebagai berikut ( Dalami, dkk, 2014 ) :

a. Halusinasi penglihatan
1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa
saja yang sedang dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang
tidak berbicara atau pada benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang
tidak tampak.
4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang
menjawab suara.
b. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati
1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain,
benda mati atau stimulus yang tidak tampak.
2) Tiba-tiba berlari keruangan lain
c. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman
adalah :
1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
2) Mencium bau tubuh
3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau
darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
d. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan
halusinasi pengecapan adalah :
1) Meludahkan makanan atau minuman.
2) Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
e. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan
adalah :
1) Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.

Menurut Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari


hasil observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan
gejala klien halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Data Subjektif
Klien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu dan monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
7) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
b. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk kearah tertentu
6) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Menggaruk garuk permukaan kulit

6. Penatalaksanaan Halusinasi
Menurut Marasmis (2004) Pengobatan harus secepat mungkin diberikan,
disini peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan
perawatan di RSJ klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga
mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat klien,
menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas
minum obat (Prabowo, 2014).
1) Penatalaksanaan Medis
Menurut Struat, Laraia (2005) Penatalaksanaan klien skizofrenia yang
mengalami halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan
tindakan lain (Muhith, 2015).
a. Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia
adalah obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan
adalah :
Kelas kimia Nama generik (dagang) Dosis harian
Fenotiazin Tiodazin (Mellaril) 2-40 mg

Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg


Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol ) 1-100 mg
Dibenzodiasepin Klozapin (Clorazil) 300-900

b. Terapi kejang listrik


Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang
listrik dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan
terapi neuroleptika oral atau injeksi dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.

2) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Penerapan Strategi Pelaksanaan
Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :
1) Melatih klien mengontrol halusinasi :
a) Strategi Pelaksanaan 1 : menghardik halusinasi
b) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur
c) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
d) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang
terjadwal
2) Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak
hanya ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada
keluarga , sehingga keluarga mampu mengarahkan klien dalam
mengontrol halusinasi.
a) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah
dalam merawat klien halusinasi dan melatih mengontrol
halusinasi klien dengan menghardik
b) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga
merawat klien halusinasi dengan enam benar minum obat
c) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga
merawat klien halusinasi dengan bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan
d) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarag
memnafaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up klien
halusinasi
b. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu
karena klien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat
baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain,
perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan
diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik,
dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama,
seperti terapi modalitas yang terdiri dari :
1) Terapi aktivitas
Meliputi : terapi musik, terapi seni, terapi menari, terapi
relaksasi, terapi sosial, terapi kelompok , terapi lingkungan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Halusinasi


1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes
keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,
sosial dan spiritual. Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa,
dapat berupa faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping,
dan kemampuan yang dimiliki (Afnuhazi, 2015) :
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal
dirawat, nomor rekam medis.
2) Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri,
mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan,
membanting peralatan dirumah, menarik diri.
3) Faktor predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang
berhasil dalam pengobatan
b) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam
keluarga
c) Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
d) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
4) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya
riwayat penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak,
kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam
hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dalam keluarga atau
masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien serta konflik antar
masyarakat.
5) Fisik
Tidak mengalami keluhan fisik.
6) Psikososial
a) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang
mengalami kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu
begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola asuh.
b) Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya,
ada bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri :
klien biasanya mampu menilai identitasnya, peran diri klien
menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat peran klien terganggu,
ideal diri tidak menilai diri, harga diri klien memilki harga diri
yang rendah sehubungan dengan sakitnya.
c) Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan
keluarga.
d) Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang
tidak sesuai dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien
biasanya menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit
ibadah terganggu atau sangat berlebihan.

7) Mental
a) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok
dan berubah dari biasanya
b) Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan,
tidak logis, berbelit-belit
c) Aktifitas motorik
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan
yang abnormal.
d) Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor
presipitasi misalnya sedih dan putus asa disertai apatis.
e) Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.
f) Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat-
kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.
g) Persepsi
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang
halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri,
menarik diri dan menghindar dari orang lain, tidak dapat
membedakan nyata atau tidak nyata, tidak dapat memusatkan
perhatian, curiga, bermusuhan, merusak, takut, ekspresi muka
tegang, dan mudah tersinggung.
h) Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun
pembicaraan logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit.
Ketidakmampuan klien ini sering membuat lingkungan takut dan
merasa aneh terhadap klien.
i) Isi pikir
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus
internal dan eksternal melalui proses informasi dapat menimbulkan
waham.
j) Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat
dan waktu.
k) Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka
pendek, mudah lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan
yang telah disepakati, tidak mudah tertarik. Klien berulang kali
menanyakan waktu, menanyakan apakah tugasnya sudah
dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan mengorganisir dan konsentrasi terhadap realitas
eksternal, sukar menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada
kegiatan atau pekerjaan dan mudah mengalihkan perhatian,
mengalami masalah dalam memberikan perhatian.
m) Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan,
menilai, dan mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu
melaksanakan keputusan yang telah disepakati. Sering tidak
merasa yang dipikirkan dan diucapkan adalah salah.
n) Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan.
Menilai dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap
lingkungan dan stimulus, membuat rencana termasuk memutuskan,
melaksanakan keputusan yang telah disepakati. Klien yang sama
seklai tidak dapat mengambil keputusan merasa kehidupan sangat
sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi dan insiatif klien
8) Kebutuhan persiapan klien pulang
a) Makan
Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak
memperhatikan diri termasuk tidak peduli makanan karena tidak
memiliki minat dan kepedulian.
b) BAB atau BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAK serta
kemampuan klien untuk membersihkan diri.
c) Mandi : biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama
sekali.
d) Berpakaian : biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.
e) Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam :
biasanya istirahat klien terganggu bila
halusinasinya datang.
f) Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan
sistem pendukung sangat menentukan.
g) Aktifitas dalam rumah
Klien tidak mampu melakukan aktivitas di dalam rumah seperti
menyapu.
9) Aspek medis
a) Diagnosa medis : Skizofrenia
b) Terapi yang diberikan
Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya
diberikan antipsikotik seperti haloperidol (HLP), chlorpromazine
(CPZ), Triflnu perazin (TFZ), dan anti parkinson trihenski
phenidol (THP), triplofrazine arkine.

10) Skema Masalah Halusinasi


Bagan 2.1 Skema Halusinasi

Sumber : Yusuf, dkk, 2015


11) Pohon Masalah

Pohon masalah pada masalah halusinasi dapat diuraikan sebagai


berikut (Prabowo, 2014).
Resiko perilaku kekerasan Effect

Core
Perubahan sensori persepsi : Halusinasi
problem

Isolasi sosial Cause

Bagan 2.2 Pohon masalah halusinasi


Sumber : Prabowo, 2014

2. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan
persepsi sensori halusinasi adalah sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Gangguan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi sosial

3. Intervensi keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk klien halusinasi
Tujuan tindakan untuk klien meliputi (Dermawan & Rusdi, 2013) :
1) Klien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Klien dapat mengontrol halusinasinya
3) Klien mengikuti progam pengobatan secara optimal
Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :
a) Membantu klien mengenali halusinasi
Membantu klien mengenali halusinasi dapat melakukan dengan cara
berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar
atau dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi,
situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon klien saat
halusiansi muncul
b) Melatih klien mengontrol halusinasi
(1) Strategi Pelaksanaan 1 : Menghardik halusinasi
Upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara
menolak halusinasi yang muncul. Klien dilatih untuk
mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya, ini dapat dilakukan klien dan
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang
muncul, mungkin halusinasi tetap ada namun dengan
kemampuan ini klien tidak akan larut untuk menuruti apa yang
ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi : menjelaskan cara meghardik
halusinasi, memperagakan cara menghardik, meminta klien
memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini,
menguatkan perilaku klien.
(2) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur
Mampu mengontrol halusinasi klien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan progam. Klien
gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami
putus obat sehingga akibatnya klien mengalami kekambuhan.
Bila kekambuhan terjadi maka untuk itu klien perlu dilatih
menggunakan obat sesuai progam dan berkelanjutan.
(3) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
Mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketika klien bercakap-cakap dengan orang
lain maka terjadi distraksi fokus perhatian klien akan beralih
dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain
tersebut, sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol
halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

(4) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal


Mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Beraktivitas
secara terjadwal klien tidak akan mengalami banyak waktu
luang sendiri yangs eringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu
klien yang mengalmai halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi
halusinasi dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun
pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.

b. Tindakan keperawatan untuk keluarga klien halusinasi


Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya
ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga,
sehingga keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol
halusinasi. Tujuan : keluarga mampu :
1) Merawat masalah halusinasi dan masalah yang dirasakan dalam
merawat klien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya
halusinasi
3) Merawat klien halusinasi
4) Menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan untuk
mengontrol halusinasi
5) Mengenal tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan
rujukan segera ke fasilitas kesehatan
6) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up
klien secara teratur.

Tindakan keperawatan :
a) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam
merawat klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi
klien dengan menghardik

Tahapan sebagai berikut :


(1)Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien
(2)Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya
halusinasi (gunakan booklet)
(3)Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan melatih cara
menghardik
(4)Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan beri pujian
b) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat
klien halusinasi dengan enam benar minum obat Tahapan
tindakan sebagai berikut :
(1)Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
halusinasi klien, merawat klien dalam mengontrol halusinasi
dengan menghardik
(2)Berikan pujian
(3)Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
(4)Latih cara memberikan/membimbing minum obat
(5)Anjurkan membantu klien sesuai jadwal
c) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat
klien halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan
Tahapan tindakan sebagai berikut :
(1)Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi halusinasi
klien dan merawat/melatih klien menghardik, dan
memberikan obat
(2)Berikan pujian atas upaya yang telah dilakukan keluarga
(3)Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
(4)Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan klien
terutama saat halusinasi
(5)Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan
pujian
d) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up klien
halusinasi
Tahapan tindakan sebagai berikut :
(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
halusinasi pasien, merawat/melatih pasien mengahrdik,
memberikan obat, bercakap-cakap
(2) Berikan pujian atas upaya yang telah dilakukan keluraga
(3) Jelaskan follow up ke pelayanan kesehatan, tanda
kekambuhan, rujukan
(4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan
pujian.

Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Resiko perilaku NOC NIC
kekerasan 1. Setelah dilakukan 1. Manajemen perilaku:
terhadap diri tindakan menyakiti diri sendiri
sendiri keperawatan
diharapkan kontrol a. Tentukan motif atau
diri terhadap impuls alasan tingkah laku
dapat dilakukan
b. Kembangkan
dengan kriteria hasil :
harapan tingkah
laku yang tepat dan
a. Secara konsisten
konsekuensinya,
menunjukkan
berikan pasien
mengidentifikasi
tingkat fungsi
perilaku impulsif
kognitif dan
yang berbahaya
kapasitas untuk
b. Secara konsisten mengontrol diri
menunjukkan c. Pindahkan barang
mengidentifikasi
yang berbahaya dari
perasaan yang
lingkungan dari
mengarah pada
lingkungan sekitar
tindakan
pasien
impulsif
d. Instrusikan pasien
c. Secara konsisten
untuk melakukan
menunjukkan
strategi koping
mengidentifikasi
(mislnya latihan
konsekuensi dari
tindakan impulsif asertif, impuls
d. Secara konsisten kontrol training,
menunjukkan relaksasi otot
menghindari progresif) dengan
lingkungan yang cara yang tepat
berisiko tinggi e. Antisipasi situasi
e. Secara konsisten pemicu yang
menunjukkan mungkin membuat
mengontrol pasien menyakiti
impulsif diri
f. Secara konsisten f. Bantu pasien untuk
menunjukkan mengidentifikasi
mempertahankan situasi atau perasaan
kontrol diri tanpa yang mungkin
pengawasan memicu perilaku
menyakiti diri
2. Setelah dilakukan g. Lakukan kontrak
tindakan dengan pasien untuk
keperawatan tidak menyakiti diri,
diharapkan kontrol dengan cara yang
diri terhadap distorsi tepat
pemikiran dapat h. Ajarkan dan
dilakukan dengan kuatkan pasien
kriteria hasil : untuk melakukan
tingkah laku koping
a. Secara konsisten yang efektif dan
menunjukkan untuk
mengenali mengekspresikan
halusinasi atau perasaan dnegan
delusi yang cara yang tepat
sedang terjadi i. Monitor pasien
b. Secara konsisten untuk adanya
menunjukkan impuls
menahan diri dari menyakiti diri jika
mengikuti mungkin memburuk
halusinasi atau menjadi pikiran atau
delusi sikap bunuh diri
c. Secara konsisten
menunjukkan 2. Manajemen Halusinasi
menahan diri dari
bereaksi terhadap a. Bangun
halusinasi atau hubungan
delusi interpersonal dan
d. Secara konsisten saling percaya
menunjukkan dengan klien
monitor b. Monitor dan atur
frekuensi tingkat aktivitas
halusinasi atau dan stimulasi
delusi lingkungan
c. Pertahankan
lingkungan yang
aman

e. Secara konsisten d. Catat perilaku klien


menunjukkan yang menunjukkan
menjelaskan isi dari halusinasi
halusinasi atau e. Tingkatkan
delusi komunikasi yang
f. Secara konsisten jelas dan tebuka
menunjukkan f. Berikan klien
pemikiran yang kesempatan untuk
berdasarkan mendiskusikan
kenyataan halusinasinya
g. Secara konsisten g. Dorong klien untuk
menunjukkan mengekspresikan
melaporkan perasaan secara tepat
penurunan h. Fokuskan kembali
halusinasi atau klien mengenai topik
delusi jika komunikasi klien
h. Secara konsisten tidak sesuai situasi
menunjukkan i. Dorong klien untuk
mempertahankan memvalidasi
afek yang konsisten halusinasi dengan
dengan alam orang yang dipercaya
perasaan
j. Berikan pengajaran
i. Secara konsisten terkait obat pada
menunjukkan pola klien dan orang-
pikir yang logis orang terdekat (klien)
j. Secara konsisten k. Berikan pengajaran
menunjukkan isi terkait penyakit
pikiran yang tepat kepada klien/ orang
terdekat (klien) jika
halusinasinya
didasarkan karena
penyakit (misalnya
delirium, skizofrenia
dan depresi)
l. Didik keluarga dan
orang terdekat
mengenai cara untuk
menangani klien
yang mengalami
halusinasi
m. Monitor kemampuan
merawat diri
n. Bantu dengan
perawatan diri jika
dibutuhkan
o. Libatkan klien dalam
aktivitas berabasis
realitas yang mampu

mengalihkan
perhatian dari
halusinasi

3. Manajemen
lingkungan :
pencegahan kekerasan

a. Singkirkan senjata
potensial dari
lingkungan
(misalnya, objek
yang tajam yang
mirip tali seperti
senar gitar)
b. Periksa lingkungan
secara rutin untuk
memastikan bebas
dari bahan
berbahaya
c. Monitor pasien
selama penggunaan
barang yang bisa
digunakan menjadi
senjata (misalnya
pisau cukur)
d. Tempatkan pasien
di ruangan yang
mudah diamati
sehingga mudah
dilakukan observasi
sesuai kebutuhan
e. Gunakan alat
makan dari plastik
dan kertas
f. Lakukan
pengawasan
terusmenerus
terhadap semua area
yang bisa diakses
pasien untuk
menjaga keamanan
pasien dan
pemberian
intervensi
terapeutik jika
diperlukan

2 Resiko perilaku NOC NIC


kekerasan 1. Setelah dilakukan 1. Bantuan kontrol marah
terhadap orang tindakan
lain keperawatan a. Bangun rasa percaya
diharapkan menahan dan hubungan yang
diri dari kemarahan dekat dan harmonis
dapat dilakukan dengan pasien
dengan kriteria hasil : b. Gunakan
pendekatan yang
a. Dilakukan secara tenang dan
konsisten menyakinkan
mengidentifikasi c. Tentukan harapan
kapan (merasa) mengenai tingkah
marah laku yang tepat
b. Dilakukan secara dalam
konsisten mengekspresikan
mengidentifikasi perasaan marah,
tanda-tanda tentukan fungsi
marah kognitif dan fisik
c. Dilakukan secara pasien
konsisten d. Monitor potensi
mengidentifikasi agresi yang
situasi yang dapat diekspresikan
memicu amarah dengan cara tidak
d. Dilakukan secara tepat dan lakukan
konsisten intervensi sebelum
mengidentifikasi (agresi ini)
alasan marah diekspresikan
e. Dilakukan secara e. Cegah menyakiti
konsisten secara fisik jika
bertanggung marah diarahkan
jawab pada diri sendiri atau
terhadap perilaku orang lain
diri f. Berikan pendidikan
f. Dilakukan secara mengenai metode
konsisten untuk mengorganisir
mencurahkan pengalaman emosi
perasaan negatif yang sangat kuat
dengan cara yang g. Sediakan umpan
tidak mengancam balik pada perilaku
g. Dilakukan secara (pasien) untuk
konsisten membantu pasien
menggunakan mengidentifikasi
aktivitas fisik untuk kemarahannya
mengurangi rasa
marah yang h. Bantu pasien
tertahan mengidentifikasi
h. Dilakukan secara sumber dari
konsisten kemarahan
membagi
perasaan marah

dengan orang lain i. Identifikasi


secara baik konsekuensi dari
i. Dilakukan secara ekspresi kemarahan
konsisten yang tidak tepat
menggunakan j. Bantu pasien terkait
strategi untuk dengan strategi
mengendalikan perencanaan untuk
amarah mencegah ekspresi
kemarahan yang
2. Setelah dilakukan tidak tepat
tindakan k. Berikan model peran
keperawatan yang bisa
diharapkan mengekspresikan
menahan marah dengan cara
diri dari agresifitas yang tepat
dapat dilakukan l. Dukung pasien untuk
dengan kriteria hasil : mengimplementasik
an strategi
a. Dilakukan secara mengontrol
konsisten kemarahan dengan
mengidentifikasi menggunakan
tanggung jwab ekspresi kemarahan
untuk yang tepat
mempertahankan m. Sediakan penguatan
kendali diri untuk ekspresi
b. Dilakukan secara kemarahan yang
konsisten tepat
mengidentifikasi
saat merasa agresif Manajemen perilaku
c. Dilakukan secara
konsisten a. Berikan pasien
menunjukkan tanggung jawab
perasaan negatif terhadap
dengan cara yang perilakunya (sendiri)
tidak merusak b. Komunikasi harapan
d. Dilakukan secara bahwa pasien dapat
konsisten tetap mengontrol
menahan (perilakunya)
diri dari c. Komunikasikan
memaki/berteriak dengan keluarga
e. Dilakukan secara dalam rangka
konsisten mendapatkan
menahan diri dari 2.
menyerang orang (informasi)
lain mengenai kondisi
f. Dilakukan secara kognisi dasar klien
konsisten d. Tingkatkan aktivitas
menahan diri dari fisik dengan cara
membahyakan
orang lain

g. Dilakukan secara e. yang tepat Gunakan


konsisten suara bicara yang
menahan lembut dan rendah
diri dari f. Jangan memojokkan
menghancurkan pasien
h. barang-barang g. Turunkan
Dilakukan secara (motivasi) perilaku
konsisten pasif agresif
h. Acuhkan perilaku yang
mengendalikan
i. tidak tepat Berikan
rangsangan
Dilakukan secara i. penghargaan apabila
pasien dapat
konsisten mengontrol diri
menggunakan
teknik untuk
mengendalikan
amarah
3 Isolasi sosial NOC NIC
1. Setelah dilakukan 1. Peningkatan sosialisasi
tindakan
keperawatan a. Anjurkan peningkatan
diharapkan keterlibatan dalam
keparahan kesepian hubungan yang sudah
dapat dilakukan mapan
dengan kriteria hasil b. Tingkatkan hubungan
: dengan orang-orang
yang memiliki minat
a. Tidak ada rasa dan tujuan yang sama
perasaan terisolasi
c. Anjurkan kegiatan sosial
secara sosial
dan masyarakat
b. Tidak ada
d. Anjurkan partisipasi
kesulitan dalam
dalam kelompok
membuat kontak
dan/atau
dengan orang lain
kegiatankegiatan
c. Tidak ada rasa reminiscence individu
keputusasaan
e. Bantu meningkatkan
d. Tidak ada rasa kesadaran pasien
kehilangan mengenai kekuatan dan
harapan keterbatasanketerbatasan
dalam berkomunikasi
2. Setelah dilakukan dengan orang lain
tindakan f. Anjurkan pasien untuk
keperawatan mengubah lingkungan
diharapkan seperti
keterlibatan sosial
dapat dilakukan
dengan kriteria hasil
:

a. Secara konsisten
menunjukkan
berinteraksi
dengan
teman dekat pergi ke luar untuk
b. Secara konsisten jalan-jalan
menunjukkan
berinteraksi 2. Peningkatan
dengan tetangga keterlibatan keluarga
c. Secara konsisten
menunjukkan a. Bangun hubungan
berinteraksi pribadi dengan
dengan keluarga pasien dan anggota
d. Secara konsisten keluarga yang akan
menunjukkan terlibat dalam
berpatisipasi dalam perawatan
aktivitas waktu b. Identifikasi
luang dengan orang kemampuan anggota
lain keluarga untuk
terlibat dalam
perawatan pasien

3. Terapi aktivitas

a. Kembangkan
kemampuan klien
dalam berpatisipasi
melalui aktivitas
spesifik
b. Bantu klien utuk
mengeksplorasi
tujuan personal dari
aktivitas-aktivitas
yang biasa dilakukan
(misalnya, bekerja
dan aktivitas-
aktivitas yang
disukai)
c. Bantu klien memilih
aktivitas dan
pencapaian tujuan
melalui aktivitas
yang konsisten
dengan kemampuan
fisik, fisiologis dan
sosial
d. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
diinginkan
e. Bantu klien untuk
menjadwalkan
waktuwaktu spesfik
terkait dengan
aktivitas
harian
f. Instrusikan klien dan
keluarga untuk
melaksanakan aktivitas
yang diinginkan maupun
yang (telah) diresepkan
g. Bantu dengan aktivitas
fisik secara teratur
(misalnya berpindah,
berputar dan kebersihan
diri) sesuai dengan
kebutuhan
h. Berikan pujian positif
karena kesediannya
untuk terlibat dalam
kelompok
i. Berikan kesempatan
keluarga untuk terlibat
dalam aktivitas, dengan
cara yang tepat
j. Bantu klien untuk
meningkatkan motivasi
dri dan penguatan
k. Monitor respon emosi,
fisik, sosial dan spiritual
terhadap aktivitas
l. Bantu klien dan keluarga
memantau perkembangan
terhadap pencapaian
tujuan (yang diharapkan)

Sumber : Nursing Intervention Classification (NIC). 2016. Nursing Outcomes


Classification (NOC). 2016. NANDA. 2016.

4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal yang
harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan
keperawatan yang akan dilakukan implementasi pada klien dengan
halusinasi dilakukan secara interaksi dalam melaksanakan tindakan
keperawatan, perawat harus lebih dulu melakukan (Afnuhazi, 2015):
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi waktu, frekuensi, situasi, respon klien terhadap
halusinasi
c. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
d. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
e. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
f. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan
kegiatan terjadwal

Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada


situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana. Sebelum
melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih
sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya (here and now).
Perawat juga menilai diri sendiri, apakah kemampuan interpersonal,
intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan
(Dalami, dkk, 2014).

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi
dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan yang telah ditentukan
(Afnuhazi, 2015).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir, dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan
sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
A : analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada yang
kontradiksi dengan masalah yang ada
P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu rencana, struktur dan strategi yang dipilih oleh
peneliti dalam upaya menjawab masalah penelitian. Desain penelitian yang
yang dipilih harus dapat menjawab tujuan penelitian, meminimalkan
kesalahan dengan memaksimalkan reliabilitas (kepercayaan) dan validitas
(kesahihan) hasil penelitian (Mardalis, 2010).

Dalam penelitian ini design penelitian yang digunakan peneliti adalah


penelitian deskriptif yang berbentuk studi kasus. Penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan
menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,
pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek
yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung (Budiman,
2013).

Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau


lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antara fenomena yang diselidiki, dalam penelitian ini
dilakukan dengan tujuan menggambarkan penerapan asuhan keperawatan
pada klien halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang tahun 2017.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja


Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2017. Waktu penelitian telah dilakukan
mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2017. Waktu untuk
menerapkan asuhan keperawatan telah dilakukan mulai tanggal 22 Mei 2017
sampai dengan tanggal 31 Mei 2017. Kunjungan dilakukan sebanyak (14) kali
pertemuan dalam (10) sepuluh hari ke rumah partisipan.
C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan jumlah anggota dari suatu himpunan yang ingin
diketahui karakteristiknya berdasarkan inferensi atau generalisaisi (Supardi,
2013).

Penelitian ini populasinya adalah semua klien yang menderita skizofrenia di


Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun
2016. Data yang didapatkan penderita skizofrenia di Kelurahan Surau Gadang
wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2016 yaitu sebanyak 63
orang.

Sampel adalah sebuah gugus atau sejumlah tertentu anggota himpunan yang
dipilih dengan cara tertentu agar mewakili populasi (Supardi, 2013). Sampel
penelitian ini klien dengan skizofrenia yang mengalami halusinasi di
Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun
2016. Jumlah klien dengan halusinasi di Kelurahan Surau Gadang wilayah
kerja Puskesmas Nanggalo terdapat 11 orang.

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Dalam sampling


ini, yang diambil sebagai sampel hanyalah daerah-daerah/kelompokkelompok
tertentu yang dipandang sebagai daerah/kelompok kunci, sedangkan
daerah/kelompok lain tidak diambil sebagai sampel (Bagyono, 2013). Penulis
mengumpulkan data pasien skizofrenia dari Puskesmas Nanggalo Kota
Padang, kemudian penulis menelusuri alamat partisipan sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan peneliti. Penulis memberikan kuisioner kepada
partisipan untuk mengetahui partisipan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan penulis. Dalam penelitian ini sampel yang diambil 2 (dua) orang ,
dengan kriteria sampel adalah :

1. Kriteria inklusi

a. Bersedia menjadi partisipan.


b. Partisipan memiliki tanda dan gejala halusinasi
c. Partisipan kooperatif yaitu mampu berkomunikasi dengan baik dan
benar
d. Partisipan masih berkunjung untuk pengobatan di Puskesmas
Nanggalo 1 tahun terakhir
e. Partisipan ada pada saat penelitian.
f. Partisipan dengan halusinasi lebih dari 3 bulan
g. Partisipan dengan halusinasi yang pernah di rawat/rutin kontro ke
Rumah Sakit Jiwa
2. Kriteria eksklusi
a. Partisipan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa
b. Partisipan tidak pernah berobat ke Puskesmas Nanggalo Padang
c. Partisipan dan keluarga yang menolak untuk dilakukan penelitian Jika
setelah melakukan skrinning terdapat lebih 2 (dua) orang yang
memenuhi kriteria yang ditentukan, maka pengambilan sampel
dilakukan dengan random sampling, dengan cara undian untuk
mendapatkan 2 (dua) sampel.

D. Instrumen
Instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini format asuhan keperawatan
(pengkajian, diangnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi), dan format skrinning pengambilan sampel untuk klien
halusinasi

1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas klien, faktor


predisposisi, fisik, psikososial, status mental, mekanisme koping,
masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek medik, analisa
data, daftar masalah, pohon masalah, diagnosa keperawatan.
2. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: diagnosa keperawatan, tanggal
munculnya masalah, tanggal teratasi masalah dan tanda tangan.
3. Format rencana tindakan keperawatan terdiri dari: diagnosa keperawatan,
rencana tindakan yang terdiri dari tujuan, kriteria evaluasi dan intervensi.
4. Format implementasi dan evaluasi keperawatan terdiri dari: hari, tanggal,
jam, diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.

E. Pengumpulan Data
1. Jenis Data

a. Data subjektif
Data subjetif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak
bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide pasien
tentang status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah,
ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu (Potter, 2005).

b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat
diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba)
selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan,
tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran (Potter, 2005).

2. Sumber Data

a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari
sumber data atau responden (Supardi, 2013). Seperti pengkajian
kepada pasien, meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan pasien,
pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien.

Data primer dari penelitian ini, diperoleh dari hasil wawancara dengan
klien halusinasi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Padang

b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah tersedia hasil pengumpulan data
untuk keperluan tertentu yang dapat digunakan sebagian atau
seluruhnya sebagai sumber data penelitian (Supardi, 2013). Data
sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.
Data yang diperoleh dari Medical Record Puskesmas Nanggalo
Padang.
c. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data antara lain adalah wawancara, observasi,


pengukuran, dokumentasi (Supardi, 2013).

1) Wawancara adalah cara pengumpulan data penelitian melalui


pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden untuk
menjawabnya. Wawancara bisa dilakukan secara tatap muka antara
peneliti dengan responden atau cara lain, misalnya telepon
(Supardi, 2013).

2) Observasi adalah cara pengumpulan data penelitian melalui


pengamatan terhadap suatu objek atau proses, baik secara visual
maupun alat. Kelebihan observasi adalah mudah, murah dan
langsung. Kekurangan observasi adalah memerlukan pedoman
pengamatan (Supardi, 2013).

3) Pengukuran adalah cara pengumpulan data penelitian dengan


mengukur objek menggunakan alat ukur tertentu, misalnya berat
badan dengan timbangan badan, tensi darah degan tensimeter, dan
sebagainya(Supardi, 2013).

4) Dokumentasi adalah cara pengumpulan data penelitian dengan


menyalin data tersedia ke dalam form isian yang telah disusun
Dokumentasi dapat berupa rekam medik hasil rumah sakit, kartu
stasus pasien (Supardi, 2013).
F. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
1. Penulis mengurus surat izin penelitian dari institusi asal peneliti yaitu
Poltekkes Kemenkes Padang.
2. Penulis mendatangi Dinas Kesehatan Kota Padang dan menyerahkan
surat izin penelitian dari institusi ke ruangan Kepala Dinas Kesehatan
Kota Padang.
3. Penulis mengurus surat rekomendasi ke Puskesmas Nanggalo kota
Padang
4. Penulis mengurus surat izin ke Kepala Puskesmas Nanggalo kota Padang
5. Penulis mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian
6. Penulis memberikan Informed Consent kepada partisipan
7. Partisipan diberikan kesempatan untuk bertanya
8. Partisipan menandatangani Informed Consent, peneliti meminta waktu
partisipan untuk melakukan asuhan keperawatan, dan kemudian peneliti
pamit.

G. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi yang dijelaskan secara deskriptif. Dari
data yang dikumpulkan dan didokumentasikan dalam format pengkajian
kesehatan jiwa, maka perawat melakukan analisa data berupa data objektif
dan data subjektif, lalu merumuskan diagnosa keperawatan pada setiap
kelompok data yang terkumpul. Setelah itu membuat intervensi keperawatan
berdasarkan prinsip strategi pelaksanaan, kemudian melakukan implementasi
dan melakukan evaluasi keperawatan (Yusuf, dkk, 2015).

BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus
Pada BAB IV ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan
pada partisipan dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi mulai dari
pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat intervensi
keperawatan, melakukan implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Pelaksanaan asuhan keperawatan telah dilakukan dari tanggal 22 Mei 2017
sampai dengan tanggal 31 Mei 2017 di Kelurahan Surau Gadang Wilayah
Kerja Puskesmas Nanggalo Padang dengan kunjungan ke rumah partisipan.
Kasus kelolaan berjumlah dua orang partisipan. Partisipan pertama bernama
Nn.E, berumur 32 tahun, jenis kelamin perempuan, tinggal di Jl. Handayani 4
no. 148, pendidikan terakhir SMA, partisipan tidak bekerja, status belum
kawin, beragama islam.

Partisipan kedua bernama Nn. I, berumur 39 tahun, jenis kelamin perempuan,


tinggal di Jl. Solok 5 no. 344, pendidikan terakhir SMA, partisipan tidak
bekerja, status belum kawin, beragama islam. Secara rinci hasil deskripsi kasus
kelolaan sebagai berikut :

Tabel 4.1
Deskripsi kasus partisipan kelolaan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2017
Asuhan
Partisipan 1 Partisipan 2
Keperawatan
1. Pengkajian Saat dilakukan pengkajian Saat dilakukan pengkajian
a. Keluhan partisipan mengatakan saat partisipan mengatakan saat ini
saat ini masih sering mendengar masih mendengar suara-suara
dikaji suara-suara seperti seperti mengajak, menyuruh,
menasehati, menakuti dan dan bercakap-cakap. Partisipan
melihat bayangan putih.
mengatakan mendengar
Partisipan mengatakan
suarasuara tersebut jika
mendengar suara-suara
tersebut ketika partisipan sendirian dan sedang
sedang duduk sendirian dan melamun, saat mendengar
melamun. Partisipan suara-suara tersebut pasien
mengusir suara-suara dan
kadang-

mengatakan jika mulai kadang membiarkan suara


mendengar suara-suara tersebut menganggu partisipan
tersebut partisipan sampai suara tersebut hilang.
menyibukkan diri dengan
bermain gitar ,bernyanyi
dan mengusir suara-suara Partisipan mengatakan mudah
tersebut. Namun partisipan marah apabila kehendaknya
mengatakan cara tersebut tidak dituruti. Jika marah
kadang tidak dapat
partisipan akan berbicara
menghilangkan suara-suara
keras, dan mengeluarkan
yang terdengar oleh
partisipan. Partisipan katakata kasar, namun
mengatakan sangat partisipan tidak pernah
terganggu dengan suarasuara melempar barang, melukai diri
yang terdengar sendiri atau orang lain.
Partisipan mengatakan susah
Partisipan mengatakan untuk mengontrol marahnya.
mudah marah apabila ada
orang yang membuat
partisipan kesal, partisipan
mengatakan susah untuk
mengontrol rasa marah yang
dirasakan.
b. Faktor Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan
predispo partisipan pernah partisipan pernah mengalami
sisi mengalami gangguan jiwa gangguan jiwa di masa lalu.
di masa lalu.

Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan


partisipan pernah dirawat pengobatan sebelumnya sudah
2 kali di RSJ Prof HB pergi berobat ke psikiater,
Saanin Padang tahun 2010. dukun, dan ke RSJ Prof HB
Saat masuk pertama Saanin Padang. Partisipan
partisipan dirawat selama 1 minum obat sejak tahun 2001.
minggu. Setelah itu Namun obat dihentikan selama
partisipan pulang di rawat di 2 tahun karena partisipan
rumah setelah 3 bulan. mengikuti pengobatan
Kemudian partisipan masuk tradisional. Setelah itu
kembali ke RSJ Prof HB dilanjutkan kembali minum
Saanin Padang dan dirawat obat tahun 2004 sampai
kembali selama 1 minggu. sekarang.

Partisipan mengatakan tidak Partisipan mengatakan tidak


pernah mengalami aniaya pernah mengalami aniaya
fisik, seksual, penolakan fisik, aniaya seksual,
ataupun kekerasan dalam penolakan, kekerasan dalam
keluarga. Partisipan keluarga dan tindakan
mengatakan pernah melukai kriminal.

tangan saudaranya dengan


pecahan kaca.

Keluarga mengatakan tidak Keluarga mengatakan tidak


ada anggota keluarga yang ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa mengalami gangguan jiwa
seperti partisipan.
seperti partisipan. Partisipan
partisipan juga mengatakan
juga mengatakan pernah
pernah mengalami
mengalami pengalaman masa
pengalaman masa lalu yang
lalu yang tidak menyenangkan
tidak menyenangkan
dijauhkan dalam pergaulan
diputuskan oleh pacarnya
oleh teman-temannya karena
saat SMA.
partisipan pendiam.
c. Pemerik Hasil pemeriksaan fisik Hasil pemeriksaan fisik pada
saan pada partisipan tidak ada partisipan tidak ada kelainan.
fisik kelainan. Tanda-tanda vital Tanda-tanda vital dalam batas
dalam batas normal (TD: normal
130/80 mmHg, N : 87 x/m, (TD: 110/80 mmHg, N : 80
S : 36,50C, P : 20 x/m), x/m, S : 36,60C, P : 18 x/m),
TB : 155 cm, BB : 60 kg TB : 158 cm, BB : 65 kg dan
dan tidak ada keluhan fisik. tidak ada keluhan fisik

d. Psikosos Gambaran diri partisipan Gambaran diri partisipan


ial mengatakan malu dengan mengatakan menyukai seluruh
dirinya dan merasa dirinya anggota tubuhnya.
tidak baik.

Identitas diri, partisipan Identitas diri partisipan


mengetahui dirinya sebagai mengetahui dirinya sebagai
anak dan dahulunya pernah anak dan perannya sebagai
sekolah. Partisipan anak karena partisipan sering
mengatakan mengetahui mengerjakan kegiatan rumah
keadaan penyakitnya saat seperti menyapu, mencuci
ini. piring untuk membantu
ibunya, dan menjadi kakak
bagi adiknya, dahulunya
partispan mengatakan pernah
sekolah tamatan SMA.
Partisipan mengatakan
mengetahui penyakitnya saat
ini.

Ideal diri partisipan ingin


Ideal diri partisipan ingin
sembuh dari penyakitnya agar
sembuh dari penyakitnya
bisa hidup seperti orang lain
agar bisa hidup seperti
dan merasa tenang.
orang lain.
Harga diri, partispan
Harga diri, partisipan
mengatakan merasa putus mengatakan kurang percaya diri
asa, tidak percaya diri dan dan mudah putus asa.
kadang merasa tidak berarti
bagi keluarganya dan
merasa hanya bisa
menyusahkan keluarganya,
karena partisipan tidak bisa
melakukan apapun untuk
membantu keluarganya.
Partisipan mengatakan tidak
bisa bekerja karena
kondisinya saat ini.
Partisipan mudah curiga dan
mudah marah sehingga sulit
untuk berhadapan dengan
orang lain. Karena klien
susah untuk mengontrol
perasaan dan perilakunya.

Partisipan mengatakan saat


ini orang yang berarti Partisipan mengatakan saat ini
adalah ibu dan kakaknya orang yang berarti adalah ibu
yang bekerja di Malaisya, dan ayahnya, partisipan tidak
partisipan mengatakan ada ada ikut peran serta dalam
ikut peran serta dalam kegiatan kelompok/
kegiatan masyarakat. Partisipan
kelompok/masyarakat mengatakan tidak mau ikut
seperti mengikuti acara karena malas dan merasa tidak
lomba 17 Agustus seperti menyenangkan baginya
lomba joget, puisi, dan
partisipan dahulunya juga
ikut dalam band.

Partisipan mengatakan tidak


ada hambatan dalam
berhubungan dengan orang Partisipan mengatakan
lain. mengalami hambatan dalam
berhubungan dengan orang
lain karena partisipan memiliki
sifat pendiam
Partisipan beragama islam,
namun partisipan tidak
sholat Partisipan beragama islam,
dan partisipan ada
mengerjakan sholat 5 waktu.
e. Status Hasil observasi partisipan Hasil observasi partisipan
mental didapatkan tampak gigi dan didapatkan tampak gigi dan
mulut kotor, dan bau mulut mulut kotor, tampak ada
akibat partisipan merokok, karang gigi, dan gigi yang
dan partisipan mengatakan menguning. Partispan mandi
jarang mandi dan tidak dua kali sehari. Makan tiga
gosok gigi, karena klien kali sehari. Partsipan mencuci
malas, partisipan makan tiga piring setelah makan. Jika
kali sehari. Namun tidak ada ingin BAB/BAK partsipan
cuci piring setelah makan, pergi ke WC.
jika ingin BAB/BAK
partsipan pergi ke WC.

Selama wawancara Selama wawancara partisipan


partisipan kooperatif, tampak kontak mata kurang
berbicara cepat dan keras. dan kurang kooperatif.
partisipan berbicara lambat,
Proses pikir partisipan tidak mampu memulai
berbelit-belit dan pembicaraan, dan membisu,
mengulang pembicaraan partisipan tampak terhenti
namun sampai pada tujuan sejak saat berbicara, partisipan
pembicaraan. tampak lesu dan tegang,
partisipan tampak ketakutan.

Partisipan memiliki isi pikir Partisipan mengalami


obsesi, magis, dan gangguan persepsi
partisipan tampak mudah pendengaran ditandai dengan
tersinggung dan curiga partisipan mendengar
kepada orang lain. suarasuara yang mengajak dan
menyuruh. Suara-suara
Partisipan mengalami tersebut sering terdengar oleh
gangguan persepsi pada partisipan hampir setiap hari,
pendengaran dan suara tersebut muncul di saat
penglihatan ditandai dengan pasien sedang melamun.
pasrtisipan mengatakan Suara-suara tersebut terdengar
mendengar suara-suara tiga sampai lima kali dalam
seperti menakuti, sehari. Apabila mendengar
menasehati dan melihat suara-suara tersebut partisipan
bayangan putih. Suarasuara tidak ada melakukan apapun
setiap hari terdengar oleh dan membiarkan suara-suara
partisipan, dan suarasuara tersebut hilang dengan
tersebut muncul saat sendirinya.
partisipan sendiri dan
melamun, partisipan sering Partisipan mengalami
mendengar suara-suara gangguan pada memori jangka
tersebut hampir setiap hari, panjang, konsentrasi partisipan
dan suara itu mucul lima mudah beralih dan kurang
sampai empat kali. mampu berkonsentrasi.
Partsisipan mengatakan jika
mendengar suara tersebut Partisipan mengalami
menyibukkan diri dengan gangguan kemampuan
bermain gitar dan penilaian ringan, yaitu dapat
bernyanyi. Setelah mengambil keputusan
melakukan hal tersebut sederhana dengan bantuan
suara-suara yang terdengar orang lain, partisipan
oleh partisipan dapat menyadari penyakit
berkurang. partisipan dideritanya yang
tampak sedih, ketakutan,
khawatir karena partisipan
sering diganggu oleh
saudaranya.

Partisipan mengalami
gangguan pada memori
jangka panjang, konsentrasi
partisipan mudah beralih.
partisipan mengalami
gangguan kemampuan
penilaian ringan, yaitu dapat
mengambil keputusan
sederhana dengan bantuan
orang lain.
f. Mekanis Partisipan memiliki Partisipan memiliki
me mekanisme koping mekanisme koping maladaptif
koping maladaptif karena reaksi karena reaksi lambat, bersifat
berlebihan dengan menghindar
mengamuk jika ada hal
yang membuat partisipan
emosi seperti diganggu oleh
saudaranya
g. Masalah Partisipan mengalami Partisipan mengalami masalah
psikosos masalah dengan pendidikan dengan berhubungan dengan
ial dan karena partisipan orang lain dan lingkungan
lingkung mengalami perasaan ingin sekitarnya karena partisipan
an merasakan kuliah, dan memiliki sifat yang pendiam
partisipan juga ingin bekerja
namun tidak memungkinkan
karena penyakit partisipan,
partisipan juga mengalami
masalah ekonomi partisipan
mengatakan cemas nanti ibu
partisipan semakin tua dan
tidak bisa bekerja lagi, dan
kakak partisipan yang
biasanya memberikan uang
nanti jika sudah menikah
tidak bisa lagi membantu
kehidupan partisipan
dengan ibunya sepenuhnya

h. Pengetah Partisipan mengatakan Partisipan mengatakan kurang


uan kurang tahu tentang tahu tentang penyakit jiwa,
kurang obatobatan yang obat-obatan yang diminumnya,
tentang diminumnya, dan koping dan koping terhadap dirinya
terhadap dirinya
i. Aspek Diagnosa medis Diagnosa medis obat
medik Skizofrenia. Skizofrenia. henski
Partisipan minum obat Partisipan minum (2x1),
Haloperidol (2x1), Haloperidol (2x1), Tri (1x1),
Risperidon 3 ml (2x1), Phenidol (2x1),
Chlorpromazine (1x1), Chlorpromazine
Trihenski phenidol (2x1), Carbamarzepine
Amitripilin (2x1), Vitamin
Risperidone (2x1)
B kompleks (2x1)
2.Diagnosa Diagnosa keperawatan yang Diagnosa keperawatan yang
keperawatan ditemukan pada partisipan ditemukan pada partisipan
yang pertama ada tiga yaitu yang kedua ada tiga yaitu
yang pertama gangguan yang pertama gangguan
persepsi : halusinasi persepsi : halusinasi
pendengaran ditandai pendengaran ditandai dengan
dengan partisipan partisipan mengatakan ada
mengatakan ada mendengar mendengar suara-suara seperti
suara-suara yang melarang, mengajak dan menyuruh,
menasehati, menakuti, partisipan tampak binggung
partisipan juga mengatakan
ada melihat bayangan putih,
partisipan tampak binggung,
tertawa sendiri, fikiran
partisipan magis.

Diagnosa kedua adalah


Diagnosa kedua adalah resiko
resiko perilaku kekerasan
perilaku kekerasan ditandai
ditandai dengan partisipan
dengan partisipan mengatakan
mengatakan susah untuk
partisipan mengatakan mudah
mengontrol rasa marah
marah jika kehendaknya tidak
apabila ada yang membuat
diberikan dan keluarga
partisipan emosi, dan
mengatakan partisipan egois
partisipan pernah masuk ke
dengan keinginannya tidak
RSJ karena melukai
mau dilarang
kakaknya, partisipan
tampak berbicara keras dan
cepat, partisipan tampak
mudah tersinggung dan
curiga kepada orang lain.

Diagnosa ketiga adalah


defisit perawatan diri Diagnosa ketiga adalah isolasi
ditandai dengan partisipan sosial ditandai dengan
mengatakan jarang mandi, partisipan mengatakan
partisipan mengatakan dahulunya dijauhkan oleh
teman-temannya karena

malas mandi, jarang gosok partisipan pendiam, partisipan


gigi, gigi dan mulut mengatakan kurang
partisipan tampak kotor dan berkomunikasi dengan orang
mulut partisipan berbau. lain, partisipan tampak
menyendiri, partisipan tampak
berbicara lambat dan
membisu, dan partisipan
tampak menghindar, partisipan
tampak sulit memulai
pembicaraan dengan orang
lain.
3.Intervensi Intervensi yang dilakukan Intervensi yang dilakukan
Keperawatan pada partisipan untuk pada partisipan untuk
diagnosa gangguan persepsi diagnosa gangguan persepsi
sensori: halusinasi adalah sensori: halusinasi adalah
membuat rencana membuat rencana keperawatan
keperawatan dengan dengan tindakan strategi
tindakan strategi pelaksanaan halusinasi yaitu
pelaksanaan halusinasi yaitu membina hubungan saling
membina hubungan saling percaya pada partisipan dan
percaya pada partisipan dan keluarga, identifikasi
keluarga, identifikasi halusinasi, frekuensi, waktu
halusinasi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon, latihan
perasaan, respon, latihan strategi pelaksanaan untuk
strategi pelaksanaan untuk mengontrol halusinasi dengan
mengontrol halusinasi cara minum obat secara teratur
dengan cara minum obat , latihan cara menghardik,
secara teratur , latihan cara latihan cara bercakap-cakap,
menghardik, latihan cara dan latihan dengan melakukan
bercakap-cakap, dan latihan aktivitas sehari-hari.
dengan melakukan aktivitas
sehari-hari.

Intervensi yang dilakukan Intervensi yang dilakukan


untuk keluarga yaitu untuk keluarga yaitu
diskusikan masalah yang mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam dirasakan keluarga dalam
merawat partisipan, merawat partisipan,
menjelaskan tentang menjelaskan tentang
pengertian, tanda dan gejala, pengertian, tanda dan gejala,
proses terjadinya halusinasi proses terjadinya halusinasi
dan cara merawat partisipan dan cara merawat partisipan
halusinasi, serta melakukan halusinasi, serta melakukan
latihan strategi pelaksanaan latihan strategi pelaksanaan
halusinasi kepada keluarga halusinasi kepada keluarga
dengan melatih keluarga dengan melatih keluarga
merawat partisipan merawat partisipan halusinasi

halusinasi dengan minum dengan minum obat secara


obat secara teratur, latihan teratur, latihan cara
cara menghardik, menghardik, bercakap-cakap,
bercakapcakap, melakukan melakukan aktivitas seharihari,
aktivitas sehari-hari, serta serta memanfaatkan fasilitas
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk
kesehatan untuk follow up follow up partisipan halusinasi
partisipan halusinasi

Intervensi yang dilakukan Intervensi yang dilakukan


pada partisipan untuk pada partisipan untuk
diagnosa kedua resiko diagnosa kedua resiko perilaku
perilaku kekerasan yaitu kekerasan yaitu membina
membina hubungan saling hubungan saling percaya pada
percaya pada partisipan dan partisipan dan keluarga,
keluarga, identifikasi identifikasi penyebab, tanda
penyebab, tanda dan gejala dan gejala perilaku kekerasan,
perilaku kekerasan, akibat akibat perilaku kekerasan dan
perilaku kekerasan dan melakukan strategi
melakukan strategi pelaksanaan untuk mengontrol
pelaksanaan untuk rasa marah dengan cara minum
mengontrol rasa marah obat secara teratur, latihan
dengan cara minum obat fisik tarik napas dalam dan
secara teratur, latihan fisik pukul bantal, latihan verbal
tarik napas dalam dan pukul (mengungkapkan, meminta
bantal, latihan verbal dan menolak dengan cara yang
(mengungkapkan, meminta baik) serta latihan cara
dan menolak dengan cara spiritual.
yang baik) serta latihan cara
spiritual.

Intervensi yang dilakukan Intervensi yang dilakukan


untuk keluarga adalah untuk keluarga adalah
diskusikan masalah yang mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam dirasakan keluarga dalam
merawat partisipan, merawat partisipan,
menjelaskan pengertian, menjelaskan pengertian, tanda
tanda dan gejala, proses dan gejala, proses terjadinya
terjadinya resiko perilaku resiko perilaku kekerasan, cara
kekerasan, cara merawat merawat partisipan dengan
partisipan dengan resiko resiko perilaku kekerasan,
perilaku kekerasan, serta serta melakukan latihan
melakukan latihan strategi strategi pelaksanaan resiko
pelaksanaan resiko perilaku perilaku kekerasan dengan
kekerasan dengan melatih melatih keluarga merawat
keluarga merawat partisipan partisipan dengan minum obat
dengan minum obat secara secara teratur, latihan fisik
teratur, latihan fisik tarik tarik napas dalam dan pukul

napas dalam dan pukul bantal, latihan verbal


bantal, latihan verbal (mengungkapkan, meminta
(mengungkapkan, meminta dan menolak dengan cara yang
dan menolak dengan cara baik), dan spiritual.
yang baik), dan spiritual
serta memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk follow up
partisipan resiko perilaku
kekerasan

Intervensi yang dilakukan Intervensi yang dilakukan pada


pada partisipan untuk partisipan untuk diagnosa
diagnosa ketiga defisit ketiga isolasi sosial yaitu
perawatan diri yaitu membina hubungan saling
membina hubungan saling percaya pada partisipan dan
percaya pada partisipan dan keluarga, identifikasi penyebab
keluarga, identifikasi isolasi sosial, melakukan
masalah perawatan diri, strategi pelaksanaan dengan
kebersihan diri, berdandan, melatih partisipan berinteraksi
makan dan minum, dengan orang lain secara
BAB/BAK, pentingnya bertahap, berkenalan dengan
kebersihan diri, melakukan keluarga, melatih partisipan
strategi pelaksanaan dengan berinteraksi dengan 2-3 orang
melatih partisipan cara lain, melatih partisipan
menjaga kebersihan diri berinteraksi dengan 4-5 orang
mandi, cuci rambut, gosok lain, melatih partisipan
gigi, dan potong kuku, berinteraksi saat melakukan
melatih cara berdandan, kegiatan sosial.
melatih cara makan dan
minum yang baik, serta
melatih cara BAB/BAK
ynag baik.

Intervensi yang dilakukan


untuk keluarga adalah Intervensi yang dilakukan
diskusikan masalah yang untuk keluarga adalah
dirasakan keluarga dalam diskusikan masalah yang
merawat partisipan, jelaskan dirasakan dalam merawat
pengertian, tanda dan gejala, partisipan, menjelaskan
proses terjadinya serta cara pengertian, tanda dan gejala,
merawat kebersihan diri, proses terjadinya, dan cara
serta melakukan strategi merawat partisipan, melakukan
pelaksanaan pada keluarga strategi pelaksanaan pada
dengan melatih keluarga keluarga dengan melatih cara
untuk membimbing berkenalan dan berkomunikasi
partisipan menjaga dan saat melakukan kegiatan
merawat kebersihan diri, harian. melatih keluarga untuk
berdandan yang baik dan melibatkan partisipan dalam
kegiatan rumah tangga

benar, makan dan minum sekaligus melatih bicara pada


yang baik, serta BAB/BAK kegiatan tersebut, melatih
yang baik, dan follow up keluarga untuk berkomunikasi
partisipan ke pelayanan saat melakukan kegiatan
kesehatan sosial, melatih keluarga
memafaatkan fasilitas
kesehatan untuk follow up
partisipan
4.Implementasi Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan
Keperawatan yang telah dilakukan pada yang telah dilakukan pada
partisipan untuk diagnosa partisipan untuk diagnosa
pertama gangguan persespsi pertama gangguan persespsi
sensori: halusinasi yaitu sensori: halusinasi yaitu
membina hubungan saling membina hubungan saling
percaya pada partisipan dan percaya pada partisipan dan
keluarga, melakukan keluarga, melakukan
identifikasi halusinasi, identifikasi halusinasi,
frekuensi, waktu terjadi, frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan, situasi pencetus, perasaan,
respon partisipan serta respon partisipan serta
masalah yang dirasakan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat keluarga dalam merawat
partisipan dilaksanakan partisipan dilaksanakan satu
satu kali kunjungan. kali kunjungan
Melakukan penyuluhan Melakukan penyuluhan
tentang halusinasi kepada tentang halusinasi kepada
partisipan dan keluarga partisipan dan keluarga
dilakukan satu kali dilakukan satu kali kunjungan.
kunjungan. Melakukan latihan strategi
Melakukan latihan strategi pelaksanaan 1 untuk
pelaksanaan 1 untuk mengontrol halusinasi pada
mengontrol halusinasi pada partisipan dan keluarga dengan
partisipan dan keluarga minum obat secara teratur
dengan minum obat secara dilaksanakan satu kali
teratur dilaksanakan satu kunjungan.
kali kunjungan. Melakukan latihan strategi
Melakukan latihan strategi pelaksanaan 2 halusinasi pada
pelaksanaan 2 halusinasi partisipan dan keluarga dengan
pada partisipan dan keluarga cara menghardik dilaksanakan
dengan cara menghardik satu kali kunjungan.
dilaksanakan satu kali Melakukan latihan strategi
kunjungan. pelaksanaan 3 halusinasi pada
Melakukan latihan strategi partisipan dan keluarga dengan
pelaksanaan 3 halusinasi cara bercakap-cakap dilakukan
pada partisipan dan keluarga satu kali kunjungan.
dengan cara bercakap-cakap Melakukan latihan strategi
dilakukan satu kali pelaksanaan 4 halusinasi
kunjungan. dengan cara melakukan

Melakukan latihan strategi aktivitas sehari-hari, serta


pelaksanaan 4 halusinasi menjelaskan pemanfaatan
dengan cara melakukan fasilitas kesehatan untuk
aktivitas sehari-hari, serta follow up partisipan kepada
menjelaskan pemanfaatan partisipan dan keluarga
fasilitas kesehatan untuk dilakukan satu kali kunjungan
follow up partisipan kepada
partisipan dan keluarga
dilakukan satu kali
kunjungan

Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan


yang telah dilakukan pada yang telah dilakukan pada
partisipan untuk diagnosa partisipan untuk diagnosa
kedua resiko perilaku kedua resiko perilaku
kekerasan yaitu membina kekerasan yaitu membina
hubungan saling percaya hubungan saling percaya pada
pada partisipan dan partisipan dan keluarga,
keluarga, melakukan melakukan identifikasi
identifikasi penyebab, tanda penyebab, tanda dan gejala
dan gejala perilaku perilaku kekerasan, akibat
kekerasan, akibat perilaku perilaku kekerasan, serta
kekerasan, serta masalah masalah yang dirasakan
yang dirasakan keluarga keluarga dalam merawat
dalam merawat partisipan partisipan dilaksanakan satu
dilaksanakan satu kali kali kunjungan.
kunjungan. Melakukan latihan strategi
Melakukan latihan strategi pelaksanaan 1 resiko perilaku
pelaksanaan 1 resiko kekerasan pada partisipan dan
perilaku kekerasan pada keluarga untuk mengontrol
partisipan dan keluarga rasa marah dengan cara minum
untuk mengontrol rasa obat secara dilakukan satu kali
marah dengan cara minum kunjungan.
obat secara dilakukan satu Melakukan latihan strategi
kali kunjungan pelaksanaan 2 resiko perilaku
Melakukan latihan strategi kekerasan dengan cara latihan
pelaksanaan 2 resiko fisik tarik napas dalam dan
perilaku kekerasan dengan pukul bantal pada partisipan
cara latihan fisik tarik napas dan keluarga dilaksanakan satu
dalam dan pukul bantal kali kunjungan.
pada partisipan dan keluarga Melakukan latihan strategi
dilaksanakan satu kali pelaksanaan 3 resiko perilaku
kunjungan. dengan latihan verbal
Melakukan latihan strategi (mengungkapkan, meminta
pelaksanaan 3 resiko dan menolak dengan cara yang
perilaku dengan latihan
verbal (mengungkapkan, baik) pada partisipan dan
meminta dan menolak keluarga dilaksanakan satu
kali kunjungan.

dengan cara yang baik) pada Melakukan latihan strategi


partisipan dan keluarga pelaksanaan 4 resiko perilaku
dilaksanakan satu kali kekerasan dengan cara
kunjungan spiritual serta menjelaskan
Melakukan latihan strategi pemanfaatan fasilitas
pelaksanaan 4 resiko kesehatan untuk follow up
perilaku kekerasan dengan partisipan kepada partisipan
cara spiritual serta dan keluarga dilaksanakan satu
menjelaskan pemanfaatan kali kunjungan.
fasilitas kesehatan untuk
follow up partisipan kepada
partisipan dan keluarga
dilaksanakan satu kali
kunjungan.

Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan


yang telah dilakukan pada yang telah dilakukan pada
partisipan untuk diagnosa partisipan untuk diagnosa
ketiga defisit perawatan diri ketiga isolasi sosial yaitu
yaitu membina hubungan membina hubungan saling
saling percaya pada percaya pada partisipan dan
partisipan dan keluarga, keluarga, melakukan
melakukan identifikasi identifikasi penyebab isolasi
masalah perawatan diri, sosial serta masalah yang
kebersihan diri, berdandan, dirasakan keluarga dalam
makan dan minum, merawat partisipan
BAB/BAK, pentingnya dilaksanakan satu kali
kebersihan diri, serta kunjungan.
masalah yang dirasakan Melakukan latihan strategi
keluarga dalam merawat pelaksanaan 1 dengan melatih
partisipan dilaksanakan satu cara berkenalan dan
kali kunjungan, melakukan berinteraksi dengan orang lain
latihan strategi pelaksanaan secara bertahap berkenalan
1 dengan melatih cara dengan keluarga dilaksanakan
menjaga kebersihan diri satu kali kunjungan.
mandi, cuci rambut, gosok Melakukan strategi
gigi, dan potong kuku pada pelaksanaan 2 dengan melatih
partisipan dan keluarga berinteraksi dengan 2-3 orang
dilakukan satu kali lain dilakukan satu kali
kunjungan. kunjungan.
Melakukan latihan strategi Melakukan strategi
pelaksanaan 2 dengan pelaksanaan 3 dengan melatih
melatih cara berdandan pada partisipan berinteraksi dengan
partisipan dan keluarga 4-5 orang lain dilakukan satu
dilakukan satu kali kali kunjungan.
kunjungan, melakukan Melakukan strategi
latihan strategi pelaksanaan pelaksanaan 4 dengan melatih
3 dengan melatih cara partisipan berinteraksi saat

makan dan minum yang melakukan kegiatan sosial,


baik pada keluarga dan serta melibatkan keluarga
partisipan dilakukan satu untuk latihan strategi
kali kunjungan. pelaksanaan dengan melatih
Melakukan latihan strategi keluarga untuk membimbing
pelaksanaan 4 dengan partisipan dalam berinteraksi
melatih cara BAB/BAK dilakukan satu kali kunjungan.
ynag baik pada partisipan
dan keluarga dilakukan satu
kali kunjungan.

5.Evaluasi Evaluasi yang dilakukan Evaluasi yang dilakukan pada


Keperawatan pada diagnosa pertama yaitu diagnosa pertama yaitu
gangguan persepsi sensori: gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran halusinasi pendengaran setelah
setelah dilakukan empat kali dilakukan empat kali
kunjungan partisipan kunjungan partisipan mampu
mampu membina hubungan membina hubungan saling
saling percaya dengan percaya dengan perawat, saat
perawat, saat ditanyakan ditanyakan tentang
tentang halusinasinya halusinasinya partisipan
partisipan bersedia bersedia menceritakan tentang
menceritakan tentang masalah yang dialaminya,
masalah yang dialaminya, mulai dari penyebab, tanda dan
mulai dari penyebab, tanda gejala yang dirasakan dan
dan gejala yang dirasakan tindakan yang dilakukan
dan tindakan yang partisipan untuk mengontrol
dilakukan partisipan untuk suara-suara yang didengarnya,
mengontrol suara-suara serta penyelesaian masalah
yang didengarnya, serta keluarga dalam merawat
penyelesaian masalah partisipan. Partisipan dan
keluarga dalam merawat keluarga mampu mengetahui
partisipan. obat-obatan dan kegunaan
Partisipan mampu obat-obatan yang diminumnya
mengetahui obat-obatan dan serta mengetahui cara minum
kegunaan obat-obatan yang obat yang benar dan
diminumnya serta melakukan minum obat secara
mengetahui cara minum teratur dan dilakukan secara
obat yang benar dan mandiri dan memasukkan ke
melakukan minum obat dalam jadwal harian.
secara teratur dan dilakukan Partisipan dan keluarga
mandiri dan dimasukkan ke mampu mendemonstrasikan
jadwal harian. cara menghardik secara
Partisipan dan keluarga mandiri dan memasukkan ke
mampu mendemonstrasikan dalam jadwal harian.
cara menghardik secara Partisipan mampu mengontrol
mandiri dan memasukkan halusinasinya dengan
ke dalam jadwal harian. melakukan cara bercakap-

Partisipan mampu cakap dengan orang


mengontrol halusinasinya disekitarnya secara mandiri
dengan melakukan cara dan memasukkan ke dalam
bercakap-cakap dengan jadwal harian.
orang disekitarnya secara Partisipan mampu mengontrol
mandiri dan memasukkan halusinasi dengan melakukan
ke dalam jadwal harian. aktivitas sehari-hari seperti
Partisipan mampu menyapu, mencuci kain,
mengontrol halusinasi menjemur kain, melipat kain
dengan melakukan aktivitas dan mencuci piring secara
sehari-hari seperti menyapu, mandiri dan memasukkan ke
dan melakukan hobinya dalam jadwal harian.
bermain gitar dan bernyanyi
secara mandiri dan
memasukkan ke dalam
jadwal harian.

Evaluasi yang dilakukan Evaluasi yang dilakukan pada


pada diagnosa kedua yaitu diagnosa kedua yaitu resiko
resiko perilaku kekerasan perilaku kekerasan setelah
setelah dilakukan empat kali dilakukan empat kali
kunjungan. kunjungan.
Partisipan mampu Partisipan mampu
menceritakan penyebab, menceritakan penyebab, tanda
tanda dan gejala, akibat dan gejala, akibat serta cara
serta cara yang dilakukan yang dilakukan partisipan
partisipan untuk mengontrol untuk mengontrol rasa
rasa marahnya, serta marahnya, serta penyelesaian
penyelesaian masalah masalah keluarga dalam
keluarga dalam merawat merawat partisipan.
partisipan. Partisipan mampu mengetahui
Partisipan mampu obat-obatan dan kegunaan
mengetahui obat-obatan dan obat-obatan yang diminumnya
kegunaan obat-obatan yang serta mengetahui cara minum
diminumnya serta obat yang benar dan
mengetahui cara minum melakukan minum obat secara
obat yang benar dan teratur dan dilakukan secara
melakukan minum obat mandiri dan memasukkan ke
secara teratur dan dilakukan dalam jadwal harian.
mandiri dan memasukkan Partisipan mampu melakukan
ke dalam jadwal harian. latihan fisik tarik napas dalam
Partisipan mampu dan pukul bantal secara
melakukan latihan fisik tarik mandiri dan memasukkan ke
napas dalam dan pukul dalam jadwal harian.
bantal secara mandiri dan Partisipan mampu melakukan
memasukkan ke dalam mengontrol rasa marah dengan
jadwal harian. cara verbal (mengungkapkan,
Partisipan mampu menolak dan meminta dengan
melakukan mengontrol rasa cara yang baik) secara mandiri
marah dengan cara verbal dan memasukkan ke dalam
(mengungkapkan, menolak jadwal harian.
dan meminta dengan cara Partisipan mampu melakukan
yang baik) secara mandiri mengontrol rasa marah dengan
dan memasukkan ke dalam cara spiritual seperti berdzikir,
jadwal harian. sholat dan berpuasa secara
mandiri dan memasukkan ke
Partisipan mampu dalam jadwal harian.
melakukan mengontrol rasa
marah dengan cara spiritual
seperti berdzikir secara
mandiri dan memasukkan
ke dalam jadwal harian.

Evaluasi yang dilakukan Evaluasi yang dilakukan pada


pada diagnosa ketiga yaitu diagnosa ketiga yaitu isolasi
defisit perawatan diri sosial meliputi kunjungan
setelah dilakukan empat kali pertama partisipan mampu
kunjungan. menceritakan penyebab isolasi
Partisipan mampu sosial dan penyelesaian
menceritakan masalah masalah keluarga dalam
perawatan diri, kebersihan merawat partisipan
diri, berdandan, makan dan Partisipan mampu melaku kan
minum, BAB/BAK, berkenalan dan berinteraksi
pentingnya kebersihan diri, dengan 1 orang secara mandiri
serta penyelesaian masalah dan memasukkan ke dalam
yang dirasakan keluarga jadwal harian
dalam merawat partisipan,
Partisipan mampu berinteraksi
Partisipan mampu
dengan 2-3 orang lain secara
mengetahui cara cara
mandiri dan memasukkan ke
menjaga kebersihan diri
dalam jadwal harian.
mandi, cuci rambut, gosok
Partisipan mampu berinteraksi
gigi, dan potong kuku dan
dengan 4-5 orang lain secara
melakukannya dengan baik
mandiri dan memasukkan ke
dan benar.
dalam jadwal harian.
Partisipan mampu
Partisipan mampu berinteraksi
mengetahui cara berdandan
yang baik dan melakukan saat melakukan kegiatan sosial
berdandan dengan baik secara mandiri dan
secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal
memasukkan ke dalam harian, serta keluarga mampu
jadwal harian. membimbing dan terlibat
Kunjungan keempat latihan dalam merawat dan latihan
strategi pelaksanaan 3 pasien.
partisipan mampu
mengetahui cara
makan/minum yang baik
serta mampu melakukan
makan/minum yang baik
secara mandiri dan
memasukkan ke dalam
jadwal harian.
Partisipan mampu
mengetahui cara BAB/BAK
yang baik dan benar dan
melakukannya dengan baik
dan benar secara mandiri
dan memasukkan ke dalam
jadwal harian.

B. Pembahasan Kasus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan, maka penulis akan
membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang
ditemukan dalam perawatan kasus gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran pada kedua partisipan yang telah dilakukan asuhan keperawatan
pada tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan 31 Mei 2017 di rumah partisipan,
yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengkajian keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 22 Mei 2017 pada
partisipan pertama didapatkan keluhan yang dirasakan partisipan
mengatakan saat ini masih sering mendengar suara-suara seperti
menasehati, menakuti dan melihat bayangan putih. Partisipan mengatakan
mendengar suara-suara tersebut ketika partisipan sedang duduk sendirian
dan melamun. Partisipan mengatakan jika mulai mendengar suara-suara
tersebut partisipan menyibukkan diri dengan bermain gitar ,bernyanyi dan
mengusir suara-suara tersebut. Namun partisipan mengatakan cara tersebut
kadang tidak dapat menghilangkan suara-suara yang terdengar oleh
partisipan. Partisipan mengatakan sangat terganggu dengan suara-suara
yang terdengar.

Hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 22 Mei 2017 pada partisipan


kedua didapatkan keluhan partisipan mengatakan saat ini masih mendengar
suara-suara seperti mengajak, menyuruh, dan bercakap-cakap. Partisipan
mengatakan mendengar suara-suara tersebut jika sendirian dan sedang
melamun, saat mendengar suara-suara tersebut pasien mengusir suara-suara
dan kadang-kadang membiarkan suara tersebut menganggu partisipan
sampai suara tersebut hilang.

Menurut Pusdiklatnakes (2012) tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap partisipan serta ungkapan partisipan seperti partisipan
mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu
yang berbahaya, melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu dan monster.

Berdasarkan hasil peneltian dari dua kasus kelolaan dan teori yang telah
dijelaskan diatas, maka penulis beransumsi keluhan yang akan ditemukan
pada partisipan dengan halusinasi partisipan akan mengatakan mendengar
suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajak
bercakapcakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya, melihat bayangan.

Berdasarkan hasil penelitian partisipan pertama faktor predisposisi


terjadinya halusinasi yaitu keluarga mengatakan partisipan pernah
mengalami gangguan jiwa di masa lalu, partisipan pernah dirawat dua kali
di RSJ Prof HB Saanin Padang tahun 2010, saat masuk pertama partisipan
dirawat selama satu minggu setelah itu partisipan pulang dan di rawat di
rumah, setelah tiga bulan partisipan masuk kembali ke RSJ Prof HB
Saanin Padang dan dirawat kembali selama satu minggu. Partisipan
mengatakan pernah ada niat untuk bunuh diri. Partisipan mengatakan
pernah melukai tangan saudaranya dengan pecahan kaca, partisipan
mengatakan pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan diputuskan oleh pacarnya saat SMA, keluarga mengatakan
tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti
partisipan.

Hasil penelitian pada partisipan kedua faktor predisposisi terjadinya


halusinasi yaitu keluarga mengatakan partisipan pernah mengalami
gangguan jiwa di masa lalu, sebelumnya sudah pergi berobat ke psikiater,
dukun, dan ke RSJ Prof HB Saanin Padang, partisipan minum obat sejak
tahun 2001 namun obat dihentikan selama 2 tahun karena partisipan
mengikuti pengobatan tradisional, lalu dilanjutkan minum obat tahun 2004
sampai sekarang, keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa seperti partisipan, partisipan mengatakan pernah
mengalami pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan dijauhkan
dalam pergaulan oleh teman-temannya saat sekolah karena partisipan
pendiam.

Menurut Dalami (2014) faktor presdisposisi meliputi faktor biologis yaitu


faktor herediter yang mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri,
riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza,
faktor biologis keluarga, pengasuh dan lingkungan partisipan sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis partisipan salah satu sikap
atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup partisipan adanya
kegagalan yang berulang, kurangnya kasih sayang, atau overprotektif dan
faktor sosial budaya. Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan
orientasi realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam), kegagalan dalam hubungan sosial, dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

Berdasarkan dari hasil penelitian kedua kasus kelolaan dan teori yang telah
dijelaskan diatas maka penulis beransumsi faktor predisposisi yang
menyebabkan partisipan mengalami halusinasi yaitu faktor sosial budaya
karena kedua partisipan mengalami kegagalan dalam hubungan sosial.
Partisipan pertama terdapatnya faktor biologis adanya niat untuk bunuh diri.
Oleh sebab itu apabila perawat melakukan pengkajian faktor predisposisi
terjadinya halusinasi harus menemukan data fokus seperti yang diatas.

Hasil pemeriksaan fisik pada partisipan pertama didapatkan tekanan darah


130/80 mmHg, nadi 87 x/m, suhu 36,50C, pernapasan 20 x/m, tinggi badan
155 cm, berat badan 60 kg, dan partisipan tidak ada memiliki keluhan fisik .
Hasil pemeriksaan fisik pada partisipan kedua didapatkan tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 80 x/m, suhu 36,60C, pernapasan 18 x/m, tinggi badan
158 cm, berat badan 65 kg, dan partisipan tidak ada memiliki keluhan fisik.

Menurut Afnuhazi, Ridhyalla (2015) pada partisipan yang mengalami


gangguan halusinasi tidak mengalami keluhan fisik. Berdasarkan hasil
penelitian dari dua kasus kelolaan dan teori yang telah dijelaskan diatas
maka penulis beransumsi tidak ada kesenjangan antara teori dengan data
yang ditemukan, maka apabila perawat melakukan pemeriksaan fisik pada
partisipan halusinasi maka akan menemukan data seperti yang diatas.

Hasil penelitian partisipan pertama pada pengkajian psikosial dan spiritual,


partisipan mengatakan saat ini orang yang berarti adalah ibu dan kakaknya
yang bekerja di Malaisya, partisipan mengatakan ada ikut peran serta dalam
kegiatan kelompok/masyarakat seperti mengikuti acara lomba 17 Agustus
seperti lomba joget, puisi, dan partisipan dahulunya juga ikut dalam band,
dan partisipan juga mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain, partisipan beragama islam, namun partisipan tidak
sholat.

Hasil penelitian partisipan kedua pada pengkajian psikosial dan spiritual,


partisipan mengatakan saat ini orang yang berarti adalah ibu dan ayahnya,
partisipan tidak ada ikut peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat,
partisipan mengatakan mengalami hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain karena partisipan memiliki sifat pendiam, partisipan beragama
islam, dan partisipan ada mengerjakan sholat dan berpuasa.

Menurut Afnuhazi (2015) hubungan sosial partisipan dengan halusinasi


kurang dihargai di lingkungan dan keluarga. Spiritual nilai dan keyakinan
biasanya partisipan dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai dengan agama
dan budaya, kegiatan ibadah partisipan biasanya menjalankan ibadah di
rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat berlebihan.
Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan dan penjelasan teori
diatas, maka penulis beransumsi partisipan halusinasi kurang dihargai dalam
kehidupan sosial diakibatkan oleh kondisinya. Namun dalam kegiatan
spiritual tidak semua partisipan dengan halusinasi terganggu spiritualnya
dibuktikan oleh partisipan kedua yang mengerjakan sholat serta berpuasa.
oleh karena itu apabila perawat melakukan pengkajian tentang psikosial dan
spiritual pada partisipan halusinasi akan menemukan data fokus seperti yang
diatas.

Hasil penelitian partisipan pertama didapatkan partisipan minum obat


Haloperidol (2x1), risperidon 3 ml (2x1), Chlorpromazine (1x1), Trihenski
phenidol (2x1), amitripilin (2x1) ,Vitamin B kompleks (2x1). Sedangkan
partisipan kedua, partisipan minum obat Haloperidol (2x1), Trihenski
phenidol (2x1), Chlorpromazine (1x1), carbamarzepine (2x1), Risperidone
(2x1).

Menurut Afnuhazi (2015) obat yang diberikan pada partisipan dengan


halusinasi biasanya diberikan antipsikotik seperti Haloperidol (HLP)
fungsinya adalah untuk menghilangkan suara-suara yang terdengar oleh
partisipan, chlorpromazine (CPZ) fungsinya adalah untuk menenagkan,
Triflnu perazin (TFZ), dan Anti parkinson trihenski phenidol (THP),
triplofrazine arkine fungsinya adalah untuk menghilangkan rasa kaku dan
tegang. Efek samping dari obatn-obatan tersebut adanya klien merasa
tenggorokan kering, sering merasa haus.
Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan mengenai hasil
pengkajian dan teori yang telah dijelaskan, penulis beransumsi partisipan
dengan halusinasi akan meminum obat antipsikotik seperti haloperidol,
chlorpromazine dan Trihenski phenidol, dimana obat-obat tersebut memiliki
fungsi yang berbeda-beda, sedangkan efek samping dari obat tersebut
biasanya partisipan akan mengatakan mudah haus, dan tenggorokan terasa
kering. Oleh sebab itu perlu bagi perawat untuk memberikan informasi
mengenai obat-obat yang diminum oleh partisipan. apabila perawat
mengkaji obat yang diminum oleh partisipan.

2. Diagnosa keperawatan
Hasil peneltian partisipan pertama ditemukan tiga diagnosa keperawatan,
diagnosa keperawatan pertama adalah gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran ditandai dengan partisipan mengatakan ada mendengar suara-
suara yang melarang, menasehati, menakuti, partisipan juga mengatakan ada
melihat bayangan putih, partisipan tampak binggung, tertawa sendiri, fikiran
partisipan magis. Diagnosa kedua adalah resiko perilaku kekerasan ditandai
dengan partisipan mengatakan susah untuk mengontrol rasa marah apabila
ada yang membuat partisipan emosi, dan partisipan pernah masuk ke RSJ
karena melukai kakaknya, partisipan tampak berbicara keras dan cepat,
partisipan tampak mudah tersinggung dan curiga kepada orang lain.
Diagnosa ketiga adalah defisit perawatan diri ditandai dengan partisipan
mengatakan jarang mandi, partisipan mengatakan malas mandi, jarang
gosok gigi, gigi dan mulut partisipan tampak kotor dan mulut partisipan
berbau.

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada partisipan kedua ada tiga yaitu
yang pertama gangguan persepsi : halusinasi pendengaran ditandai dengan
partisipan mengatakan ada mendengar suara-suara seperti mengajak dan
menyuruh, partisipan tampak binggung. Diagnosa kedua adalah resiko
perilaku kekerasan ditandai dengan partisipan mengatakan partisipan
mengatakan mudah marah jika kehendaknya tidak diberikan dan keluarga
mengatakan partisipan egois dengan keinginannya tidak mau dilarang.
Diagnosa ketiga adalah isolasi sosial ditandai dengan partisipan mengatakan
dahulunya dijauhkan oleh teman-temannya karena partisipan pendiam,
partisipan mengatakan kurang berkomunikasi dengan orang lain, partisipan
menyendiri, partisipan tampak berbicar lambat dan membisu, dan partisipan
tampak menghindar, partisipan tampak sulit memulai pembicaraan dengan
orang lain.

Menurut Dalami, dkk, (2014) masalah keperawatan yang terdapat pada


partisipan dengan gangguan persepsi sensori halusinasi adalah resiko
perilaku kekerasan, gangguan persepsi sensori halusinasi dan isolasi sosial.

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan mengenai diagnosa


keperawatan yang ditemukan dan teori telah dijelaskan diatas, maka penulis
beransumsi berdasarkan pohon masalah core poblem yaitu halusinasi,
dimana disebabkan oleh isolasi sosial dan berakibat pada resiko perilaku
kekerasan, sehingga dari pohon masalah tersebut tidak ada kesenjangan
antara teori dengan data yang ditemukan. Oleh sebab itu apabila perawat
ingin menegakkan diagnosa pada partisipan dengan halusinasi maka harus
menemukan data fokus seperti yang diatas.

3. Intervensi Keperawatan
Hasil penelitian pada kedua kasus kelolaan untuk diagnosa pertama
gangguan persepsi sensori: halusinasi adalah membuat rencana keperawatan
dengan tindakan strategi pelaksanaan halusinasi yaitu membina hubungan
saling percaya pada partisipan dan keluarga, identifikasi halusinasi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon, latihan strategi
pelaksanaan untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara
teratur , latihan cara menghardik, latihan cara bercakap-cakap, dan latihan
dengan melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk keluarga intervensi yang
dilakukan yaitu mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat partisipan, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala,
proses terjadinya halusinasi dan cara merawat partisipan halusinasi, serta
melakukan latihan strategi pelaksanaan halusinasi kepada keluarga dengan
melatih keluarga merawat partisipan halusinasi dengan minum obat secara
teratur, latihan cara menghardik, bercakap-cakap, melakukan aktivitas
sehari-hari, serta memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up
partisipan halusinasi.

Menurut Keliat (2007) intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada


partisipan dengan halusinasi yaitu membantu partisipan mengenali
halusinasi, melatih partisipan mengontrol halusinasi , strategi pelaksanaan 1
latihan cara menghardik halusinasi, strategi pelaksanaan 2 minum obat
secara teratur , strategi pelaksanaan 3 latihan bercakap-cakap dengan orang
lain, strategi pelaksanaan 4 melakukan aktivitas sehari-hari. Tindakan
keperawatan tidak hanya ditujukan untuk partisipan tetapi juga diberikan
kepada keluarga, sehingga keluarga mampu mengarahkan partisipan dalam
mengontrol halusinasi dengan strategi pelaksanaan 1 keluarga mengenal
masalah dalam merawat partisipan halusinasi dan melatih mengontrol
halusinasi partisipan dengan menghardik, strategi pelaksanaan 2 keluarga
melatih keluarga merawat partisipan halusinasi dengan enam benar minum
obat, strategi pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat partisipan
halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan, strategi
pelaksanaan 4 keluarga melatih keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
untuk follow up partisipan halusinasi.

Hasil penelitian Sari (2014) tentang Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang


Perawatan Pasien Halusinasi dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien
Halusinasi di Rumah menyatakan kesadaran dan pengetahuan keluarga yang
tinggi tentang kesehatan, belum menjamin praktek tentang kesehatan atau
perilaku hidup keluarga sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Perlu
dilakukan upaya peningkatan lingkungan baik fisik maupun nonfisik sebagai
penunjang pengetahuan yang ada yang dapat membawa perubahan perilaku
keluarga dalam merawat pasien halusinasi. Keluarga yang aktif menerima
informasi, berdiskusi dan adanya komunikasi dua arah antara keluarga dan
perawat yang berjalan dengan baik akan meningkatkan perilaku keluarga
yang dapat menunjang kesembuhan dan meminimalkan resiko terjadinya
kekambuhan pasien halusinasi.

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan yang telah dilakukan dan
teori yang telah dijelaskan diatas, penulis beransumsi intervensi yang
dilakukan pada partisipan dengan halusinasi berupa mengindentifikasi
halusinasi, isi, frekuensi dan situasi, serta latihan mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik, minum obat secara teratur, bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh sebab itu apabila perawat membuat
intervensi pada partisipan dengan halusinasi harus memperhatikan prinsip
strategi pelaksanaan halusinasi seperti yang dijelaskan teori diatas.

Intervensi yang dilakukan pada kedua partisipan untuk diagnosa kedua


resiko perilaku kekerasan yaitu membina hubungan saling percaya pada
partisipan dan keluarga, identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan, akibat perilaku kekerasan dan melakukan strategi pelaksanaan
untuk mengontrol rasa marah dengan cara minum obat secara teratur, latihan
fisik tarik napas dalam dan pukul bantal, latihan verbal (mengungkapkan,
meminta dan menolak dengan cara yang baik) serta latihan cara spiritual.
Untuk keluarga intervensi yang dilakukan adalah mendiskusikan masalah
yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan, menjelaskan pengertian,
tanda dan gejala, proses terjadinya resiko perilaku kekerasan, cara merawat
partisipan dengan resiko perilaku kekerasan, serta melakukan latihan strategi
pelaksanaan resiko perilaku kekerasan dengan melatih keluarga merawat
partisipan dengan minum obat secara teratur, latihan fisik tarik napas dalam
dan pukul bantal, latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak
dengan cara yang baik), dan spiritual.

Menurut Dermawan (2013) intervensi yang diberikan pada partisipan


dengan resiko perilaku kekerasan adalah latihan strategi pelaksanaan yaitu
dengan identifikasi penyebab dan tanda gejala perilaku kekerasan, cara yang
dilakukan partispan untuk mengontrol marah, latihan mengontrol marah
dengan tarik napas dalam dan pukul bantal, latihan minum obat secara
teratur, latihan cara verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan
yang baik), spiritual. Intervensi yang diberikan pada keluarga meliputi
identifikasi masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan,
dilakukan latihan mengontrol rasa marah kepada keluarga dengan latihan
tarik napas dalam dan pukul bantal, minum obat teratur, latihan cara verbal,
spiritual dan pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk follow up partsipan.

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan dan teori yang telah
dijelaskan, penulis beransumsi intervensi yang diberikan pada partisipan
dengan resiko perilaku kekerasan sesuai dengan prinsip strategi pelaksanaan
resiko perilaku kekerasan meliputi identifikasi penyebab, tanda dan gejala
serta cara yang dilakukan partisipan untuk mengontrol marahnya, dan
latihan tarik napas dalam dan pukul bantal, minum obat secara teratur,
latihan verbal dan spiritual. Oleh sebab itu jika perawat ingin membuat
intervensi keperawatan pada partisipan dengan perilaku kekerasan harus
sesuai dengan prinsip strategi pelaksanaan yang telah dijelaskan.

Intervensi yang dilakukan pada partisipan pertama untuk diagnosa ketiga


defisit perawatan diri yaitu membina hubungan saling percaya pada
partisipan dan keluarga, identifikasi masalah perawatan diri, kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum, BAB/BAK, pentingnya kebersihan diri,
melakukan strategi pelaksanaan dengan melatih partisipan cara menjaga
kebersihan diri mandi, cuci rambut, gosok gigi, dan potong kuku, melatih
cara berdandan, melatih cara makan dan minum yang baik, serta melatih
cara BAB/BAK ynag baik. Untuk keluarga intervensi yang dilakukan adalah
diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan,
jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya serta cara merawat
kebersihan diri, serta melakukan strategi pelaksanaan pada keluarga dengan
melatih keluarga untuk membimbing partisipan menjaga dan merawat
kebersihan diri, berdandan yang baik dan benar, makan dan minum yang
baik, serta BAB/BAK yang baik, dan follow up partisipan ke pelayanan
kesehatan.

Intervensi yang dilakukan pada partisipan kedua untuk diagnosa ketiga


isolasi sosial yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan
keluarga, identifikasi penyebab isolasi sosial, melakukan strategi
pelaksanaan dengan melatih partisipan berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap, berkenalan dengan keluarga, melatih partisipan berinteraksi
dengan 2-3 orang lain, melatih partisipan berinteraksi dengan 4-5 orang lain,
melatih partisipan berinteraksi saat melakukan kegiatan sosial. Untuk
keluarga intervensi yang dilakukan adalah diskusikan masalah yang
dirasakan dalam merawat partisipan, menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala, proses terjadinya, dan cara merawat partisipan, melakukan strategi
pelaksanaan pada keluarga dengan melatih cara berkenalan dan
berkomunikasi saat melakukan kegiatan harian, melatih keluarga untuk
melibatkan partisipan dalam kegiatan rumah tangga sekaligus melatih bicara
pada kegiatan tersebut, melatih keluarga untuk berkomunikasi saat
melakukan kegiatan sosial, melatih keluarga memafaatkan fasilitas
kesehatan untuk follow up partisipan.

4. Implementasi Keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian pada kedua kasus kelolaan untuk partisipan
pertama dan kedua implementasi keperawatan yang telah dilakukan untuk
diagnosa keperawatan pertama gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan
keluarga, melakukan identifikasi halusinasi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon partisipan serta masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat partisipan dilaksanakan satu kali kunjungan, melakukan
penyuluhan tentang halusinasi kepada partisipan dan keluarga dilakukan
satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 1 untuk
mengontrol halusinasi pada partisipan dan keluarga dengan minum obat
secara teratur dilaksanakan satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi
pelaksanaan 2 halusinasi pada partisipan dan keluarga dengan cara
menghardik dilaksanakan satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi
pelaksanaan 3 halusinasi pada partisipan dan keluarga dengan cara
bercakap-cakap dilakukan satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi
pelaksanaan 4 halusinasi dengan cara melakukan aktivitas sehari-hari, serta
menjelaskan pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk follow up partisipan
kepada partisipan dan keluarga dilakukan satu kali kunjungan.

Menurut Afnuhazi (2015) implementasi adalah pelaksanaan keperawatan


oleh partisipan. Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi
adalah tindakan keperawatan yang akan dilakukan implementasi pada
partisipan dengan halusinasi dilakukan secara interaksi dalam melaksanakan
tindakan keperawatan, perawat harus lebih dulu melakukan membina
hubungan saling percaya, identifikasi waktu, frekuensi, situasi, respon
partisipan terhadap halusinasi, melatih partisipan mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik, melatih partisipan mengontrol halusinasi dengan
cara patuh minum obat, melatih partisipan mengontrol halusinasi dengan
cara bercakap-cakap, melatih partisipan mengontrol halusinasi dengan cara
melaksanakan kegiatan terjadwal.

Berdasarkan hasil penelitian Anggraini, dkk (2013) tentang Pengaruh


Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar Pada Pasien
Skizofrenia di RSJD Dr. Aminogondohutomo Semarang, terapi menghardik
dengan menutup telinga responden mengalami penurunan tingkat halusinasi
dengar, hal ini dikarenakan pada saat responden menutup telinga saat
melakukan terapi menghardik responden menjadi lebih fokus dan
berkonsentrasi pada halusinasinya. Sehingga dianjurkan untuk para perawat
di rumah sakit agar menggunakan terapi menghardik dengan menutup
telinga karena hasilnya akan lebih baik.

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan tindakan keperawatan


yang telah dilakukan dan teori yang telah dijelaskan diatas, penulis
beransumsi implementasi yang harus dilakukan adalah membina hubungan
saling percaya dengan partisipan, mengidentifikasi halusinasi, isi, frekuensi
dan situasi serta melakukan strategi pelaksanaan halusinasi untuk
mengontrol halusinasi. Oleh sebab itu apabila perawat melakukan
implementasi keperawatan pada partisipan dengan halusinasi harus sesuai
seperti yang dijelaskan teori diatas.

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada kedua kasus kelolaan


untuk partisipan pertama dan kedua diagnosa kedua resiko perilaku
kekerasan yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan
keluarga, melakukan identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan, akibat perilaku kekerasan, serta masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat partisipan dilaksanakan satu kali kunjungan,
melakukan latihan strategi pelaksanaan 1 resiko perilaku kekerasan pada
partisipan dan keluarga untuk mengontrol rasa marah dengan cara minum
obat secara dilakukan satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi
pelaksanaan 2 resiko perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik tarik
napas dalam dan pukul bantal pada partisipan dan keluarga dilaksanakan
satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 3 resiko
perilaku dengan latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak
dengan cara yang baik) pada partisipan dan keluarga dilaksanakan satu kali
kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 4 resiko perilaku
kekerasan dengan cara spiritual serta menjelaskan pemanfaatan fasilitas
kesehatan untuk follow up partisipan kepada partisipan dan keluarga
dilaksanakan satu kali kunjungan.

Menurut Dermawan (2013) implementasi keperawatan yang dilakukan pada


partisipan dengan resiko perilaku kekerasan meliputi, membina hubungan
saling percaya kepada perawat dan partisipan, mengidentifikasi penyebab,
tanda dan gejala serta cara yang dilakukan partisipan untuk mengontrol
marah, melakukan latihan mengontrol marah dengan tarik napas dalam dan
pukul bantal, minum obat secara teratur, melakukan latihan mengontrol
marah dengan cara verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan
yang baik) latihan spiritual. Implementasi yang dilakukan pada keluarga
meliputi mengidentifikasi masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
partisipan, melakukan latihan mengontrol rasa marah kepada keluarga
dengan latihan tarik napas dalam dan pukul bantal, minum obat teratur,
latihan cara verbal, spiritual dan pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk
follow up partsipan.

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan dan teori yang dijelaskan,
penulis beransumsi implementasi yang dilakuka pada partisipan dengan
resiko perilaku kekerasan adalah melakukan strategi pelaksanaa meliputi
mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala serta cara yang dilakukan
partisipan untuk mengontrol marah, melakukan latihan mengontrol marah
dengan tarik napas dalam dan pukul bantal, minum obat secara teratur,
melakukan latihan mengontrol marah dengan cara verbal (mengungkapkan,
meminta dan menolak dengan yang baik) latihan spiritual Apabila perawat
melakukan implementasi keperawatan pada partisipan dengan resiko
perilaku kekerasan harus sesuai dengan prinsip strategi pelaksanaan resiko
perilaku kekerasan.

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada partisipan pertama


untuk diagnosa ketiga defisit perawatan diri yaitu membina hubungan saling
percaya pada partisipan dan keluarga, melakukan identifikasi masalah
perawatan diri, kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB/BAK,
pentingnya kebersihan diri, serta masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat partisipan dilaksanakan satu kali kunjungan, melakukan latihan
strategi pelaksanaan 1 dengan melatih cara menjaga kebersihan diri mandi,
cuci rambut, gosok gigi, dan potong kuku pada partisipan dan keluarga
dilakukan satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 2
dengan melatih cara berdandan pada partisipan dan keluarga dilakukan satu
kali kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 3 dengan melatih
cara makan dan minum yang baik pada keluarga dan partisipan dilakukan
satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 4 dengan
melatih cara BAB/BAK ynag baik pada partisipan dan keluarga dilakukan
satu kali kunjungan.

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada partisipan kedua


untuk diagnosa ketiga isolasi sosial yaitu membina hubungan saling percaya
pada partisipan dan keluarga, melakukan identifikasi penyebab isolasi sosial
serta masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan
dilaksanakan satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 1
dengan melatih cara berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap berkenalan dengan keluarga dilaksanakan satu kali kunjungan,
melakukan strategi pelaksanaan 2 dengan melatih berinteraksi dengan 2-3
orang lain dilakukan satu kali kunjungan, melakukan strategi pelaksanaan 3
dengan melatih partisipan berinteraksi dengan 4-5 orang lain dilakukan satu
kali kunjungan, melakukan strategi pelaksanaan 4 dengan melatih partisipan
berinteraksi saat melakukan kegiatan sosial, serta melibatkan keluarga untuk
latihan strategi pelaksanaan dengan melatih keluarga untuk membimbing
partisipan dalam berinteraksi dilakukan satu kali kunjungan.

5. Evaluasi keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian pada partisipan pertama untuk evaluasi
keperawatan diagnosa pertama yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran setelah dilakukan kunjungan sebanyak lima kali partisipan dan
keluarga mampu membina hubungan saling percaya antara perawat dan
partisipan, partisipan bersedia menceritakan tentang masalah yang
dialaminya, mulai dari penyebab, tanda dan gejala yang dirasakan dan
tindakan yang dilakukan partisipan untuk mengontrol suara-suara yang
didengarnya, serta penyelesaian masalah keluarga dalam merawat
partisipan, partisipan dan keluarga mampu mengetahui obat-obatan dan
kegunaan obat-obatan yang diminumnya serta mengetahui cara minum obat
yang benar dan melakukan minum obat secara teratur dan dilakukan
mandiri, partisipan dan keluarga mampu mendemonstrasikan cara
menghardik, partisipan mampu mengontrol halusinasinya dengan
melakukan cara bercakap-cakap dengan orang disekitarnya, partisipan
mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari
seperti menyapu, dan melakukan hobinya bermain gitar dan bernyanyi
dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam jadwal harian.

Evaluasi yang dilakukan pada partisipan pertama untuk diagnosa kedua


yaitu resiko perilaku kekerasan setelah dilakukan lima kali kunjungan
partisipan dan keluarga mampu menceritakan penyebab, tanda dan gejala,
akibat serta cara yang dilakukan partisipan untuk mengontrol rasa
marahnya, serta penyelesaian masalah keluarga dalam merawat partisipan,
mampu mengetahui obat-obatan dan kegunaan obat-obatan yang
diminumnya serta mengetahui cara minum obat yang benar dan melakukan
minum obat secara teratur dan dilakukan mandiri, partisipan mampu
melakukan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal, partisipan
mampu melakukan mengontrol rasa marah dengan cara verbal
(mengungkapkan, menolak dan meminta dengan cara yang baik), partisipan
mampu melakukan mengontrol rasa marah dengan cara spiritual seperti
berdzikir dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam jadwal harian.

Evaluasi yang dilakukan pada partisipan pertama untuk diagnosa ketiga


yaitu defisit perawatan diri setelah dilakukan lima kali kunjungan partisipan
dan keluarga mampu menceritakan masalah perawatan diri, kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum, BAB/BAK, pentingnya kebersihan diri, serta
penyelesaian masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan,
partisipan mampu mengetahui cara cara menjaga kebersihan diri mandi, cuci
rambut, gosok gigi, dan potong kuku dan melakukannya dengan baik dan
benar, partisipan mampu mengetahui cara berdandan yang baik dan
melakukan berdandan dengan baik, partisipan mampu mengetahui cara
makan/minum yang baik serta mampu melakukan makan/minum yang baik,
partisipan mampu mengetahui cara BAB/BAK yang baik dan benar dan
melakukannya dengan baik dan benar dilakukan secara mandiri dan
dimasukkan ke dalam jadwal harian.

Berdasarkan hasil penelitian pada partisipan kedua, evaluasi yang dilakukan


pada diagnosa pertama yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran setelah dilakukan kunjungan sebanyak lima kali partisipan dan
keluarga mampu membina hubungan saling percaya antara perawat dan
partisipan, partisipan bersedia menceritakan tentang masalah yang
dialaminya, mulai dari penyebab, tanda dan gejala yang dirasakan dan
tindakan yang dilakukan partisipan untuk mengontrol suara-suara yang
didengarnya, serta penyelesaian masalah keluarga dalam merawat
partisipan, partisipan dan keluarga mampu mengetahui obat-obatan dan
kegunaan obat-obatan yang diminumnya serta mengetahui cara minum obat
yang benar dan melakukan minum obat secara teratur dan dilakukan
mandiri, partisipan dan keluarga mampu mendemonstrasikan cara
menghardik, kunjungan keempat partisipan mampu mengontrol
halusinasinya dengan melakukan cara bercakap-cakap dengan orang
disekitarnya, partisipan mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan
aktivitas sehari-hari seperti menyapu, mencuci kain, menjemur kain, melipat
kain dan mencuci piring dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam
jadwal harian.

Evaluasi yang dilakukan pada partisipan kedua untuk diagnosa kedua yaitu
resiko perilaku kekerasan setelah dilakukan kunjungan sebanyak lima kali
partisipan dan keluarga mampu menceritakan penyebab, tanda dan gejala,
akibat serta cara yang dilakukan partisipan untuk mengontrol rasa
marahnya, serta penyelesaian masalah keluarga dalam merawat partisipan,
partisipan mampu mengetahui obat-obatan dan kegunaan obat-obatan yang
diminumnya serta mengetahui cara minum obat yang benar dan melakukan
minum obat secara teratur dan dilakukan mandiri, partisipan mampu
melakukan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal, partisipan
mampu melakukan mengontrol rasa marah dengan cara verbal
(mengungkapkan, menolak dan meminta dengan cara yang baik), partisipan
mampu melakukan mengontrol rasa marah dengan cara spiritual seperti
berdzikir, sholat dan berpuasa dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke
dalam jadwal harian.

Evaluasi yang dilakukan pada partisipan kedua untuk diagnosa ketiga yaitu
isolasi sosial setelah dilakukan lima kali kunjungan partisipan dan keluarga
mampu menceritakan penyebab isolasi sosial dan penyelesaian masalah
keluarga dalam merawat partisipan, partisipan mampu melaku kan
berkenalan dan berinteraksi dengan 1 orang, partisipan mampu berinteraksi
dengan 2-3 orang lain, partisipan mampu berinteraksi dengan 4-5 orang lain,
partisipan mampu berinteraksi saat melakukan kegiatan sosial, serta
keluarga mampu membimbing dan terlibat dalam merawat dan latihan
pasien dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam jadwal harian.

Menurut Afnuhazi (2015) evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk


menilai efek dari tindakan keperawatan pada partisipan. Evaluasi dilakukan
sesuai dengan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi
dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi formatif, dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan
dengan membandingkan respon partisipan pada tujuan yang telah
ditentukan.

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan evaluasi keperawatan


yang telah dilakukan dan teori yang telah dijelaskan diatas, penulis
beransumsi evaluasi keperawatan yang diharapkan pada partisipan dengan
halusinasi adalah partisipan mengetahui tentang halusinasinya dan mampu
melakukan latihan untuk mengontrol halusinasi dengan mandiri dan
dimasukkan ke dalam jadwal harian. Oleh sebab itu penting bagi perawat
melakukan evaluasi keperawatan untuk menilai sejauh mana kemampuan
klien dalam latihan yang diberikan dan harus sesuai seperti yang dijelaskan
teori diatas.
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan hasil deskripsi asuhan keperawatan pada kedua partisipan dengan


halusinasi yang dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan 31 Mei
2017 maka dapat disimpulkan :

A. Kesimpulan
1. Pengkajian keperawatan
Pada pengkajian penulis menemukan keluhan partisipan berupa mendengar
suara-suara yang mengajak bercakap-cakap, menyuruh melakukan sesuatu
yang berbahaya. Faktor predisposisi partisipan dengan halusinasi adanya
faktor biologis dari keluarga, faktor psikologis dan sosial budaya seperti
kegagalan dalam hubungan sosial. Pemeriksaan fisik tidak ditemukan
keluhan dan kelainan pada kedua partisipan. Status mental kedua partisipan
mengalami gangguan pada persepsi, isi pikir dan proses pikir. Terapi medis
yang diberikan antipsikotik seperti Haloperidol, Chlorpromazine anti
parkinson seperti Trihenski phenidol.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua partisipan yaitu pada
diagnosa keperawatan pertama adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran dan diagnosa keperawatan kedua yaitu resiko perilaku
kekerasan. Untuk diagnosa ketiga partisipan satu mengalami defisit
perawatan diri dan partisipan dua mengalami isolasi sosial. Dalam
mengumpulkan data dan menegakkan diagnosa penulis tidak menemukan
hambatan karena partisipan cukup kooperatif dan keluarga partisipan
terbuka dengan penulis.

3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan untuk masalah keperawatan yang ditemukan pada
kedua partisipan sesuai dengan teori. Diagnosa pertama halusinasi untuk
kedua partisipan yaitu membuat intervensi mengacu pada prinsip strategi
pelaksanaan halusinasi mulai dari identifikasi halusinasi, isi, frekuensi,
situasi dan latihan mengontrol halusinasi dengan menghardik, minum obat
secara teratur, bercakap-cakap dan melakukan aktivitas sehari-hari dan
diharapkan dapat mengatasi masalah partisipan. Diagnosa kedua resiko
perilaku kekerasan untuk kedua partisipan intervensi keperawatan meliputi
prinsip strategi pelaksanaan identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan, latihan tarik napas dalam dan pukul bantal, minum obat secara
teratur, latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan yang
baik), dan spiritual. Diagnosa ketiga defisit perawatan diri untuk partisipan
pertama meliputi melatih menjaga kebersihan diri mandi, gosok gigi dan
cuci rambut, melatih cara berdandan yang baik, melaatih cara makan/minum
yang baik, melatih BAB/BAK yang baik. Diagnosa ketiga isolasi sosial
untuk partisipan kedua meliputi latihan berkenalan dengan satu orang,
latihan berkenalan dan berinteraksi dengan 2-3 orang, latihan berkenalan
dan berinteraksi dengan 4-5 orang, latihan berinteraksi dengan melakukan
kegiatan sosial.

4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang
telah dibuat sebelumnya untuk ketiga masalah keperawatan yang ditemukan
untuk kedua partisipan. Implementasi meliputi strategi pelaksanaan
halusinasi, resiko perilaku kekerasan , defisit perawatan dan isolasi sosial.
Dengan harapan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dan kriteria yang
telah ditetapkan.

5. Evaluasi keperawatan
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan sudah dapat teratasi. Dibuktikan
dengan kedua partisipan mampu mengetahui dan melakukan latihan strategi
pelaksanaan untuk mengontrol halusinasi telah diajarkan dengan dilakukan
secara mandiri dan dimasukkan ke dalam jadwal harian. Partsipan mampu
mengetahui dan melakukan latihan strategi pelaksanaan untuk mengontrol
marah yang telah diajarkan dengan dilakukan secara mandiri dan
dimasukkan ke dalam jadwal harian. Partsipan mampu menjaga kebersihan
diri dengan mandi, gosok gigi, cuci rambu, berdandan yang benar,
makan/minum, BAB/BAK yang benar dengan dilakukan secara mandiri dan
dimasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu berkenalan dan
berinteraksi dengan orang lain dan melakukan kegiatan sosial dilakukan
secara mandiri dan dimasukkan ke dalam jadwal harian.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Bagi Penulis agar dalam penerapan asuhan keperawatan pada partisipan
dengan halusinasi tidak hanya tertuju kepada klien, tetapi juga kepada
keluarga dan orang terdekat partisipan sebagai wujud asuhan keperawatan
yang komprehensif.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Bagi institusi pendidikan dapat memberikan gambaran dan wawasan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien dengan
halusinasi di klinik maupun di komunitas masyarakat.

3. Bagi Pemegang Progam Keperawatan Jiwa Puskesmas Nanggalo Bagi


Pemegang Progam Keperawatan Jiwa Puskesmas Nanggalo dapat
mengembangkan program kesehatan jiwa yang dapat memfasilitasi
penanganan masalah gangguan kesehatan jiwa yang dialami klien dan
keluarga dengan halusinasi.

4. Penulis Selanjutnya
Dapat mengembangkan penulisan lebih lanjut mengenai asuhan
keperawatan pada klien halusinasi. Selain itu peneiti selanjutnya dapat
menggali lebih dalam lagi proses asuhan keperawatan yang berbasis klien
dan keluarga pada masalah kesehatan gangguan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Anggraini, dkk. 2013. Pengaruh Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat


Halusinasi Dengar Pada Pasien Skizofrenia Di RSJD Dr.
AminogondohutomoSemarang. http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses
tanggal 17 Januari 2017 pukul 13.51 WIB.

Bagyono, Tuntas. 2013. Kunci Praktis Untuk Metodelogi Penelitian Kesehatan


Promotif- Preventif. Yogyakarta: Ombak.
Budiman. 2013. Penelitian Kesehatan. Bandung: PT Refika Aditama.

Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.


Jakarta: CV. Trans Info Media.
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka
Kerja asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Data Progam Kesehatan Jiwa Dinas
Kesehatan Kota Padang.
Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Halawa, Aristina. 2015. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi


Sesi 1-2 Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada
Pasien Skizofrenia Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwamenur Surabaya.
http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 18 Januari 2017 pukul
13.04 WIB.

Herdman, T. Heather. 2017. NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan


Defenisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
Mardalis. 2010. Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal) edisi 1. Jakarta:
Bumi Aksara.
Mirza, dkk. 2015. Hubungan Lamanya Perawatan Paseien Skizofrenia dengan
Stres Keluarga. http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 17
Januari 2017 pukul 07.50 WIB.
Medical Record Puskesmas Nanggalo Padang. 2016.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit ANDI.

Nasir A dan Muhith A. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba


Medika.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental : konsep, proses, dan praktik vol 2
edisi 4. Jakarta: EGC.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa


Masyarakat. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.
Hasil Riset Kesehatan Dasar. 2013.

Sari. 2014. Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Pasien Halusinasi


Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Halusinasi Di Rumah.
http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 03 Maret 2017 pukul
06.23 WIB.

Supardi, Sudibyo dan Rustika. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan.
Jakarta: TIM.
Swanson, Elizabeth, dkk. Copyright 2013. Nursing Outcomes (NOC) Edisi
Bahasa Indonesia Edisi Kelima. Indonesia: CV. Mocomedia
Undang Undang No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wagner, Cherly M, dkk. Copyright 2013. Nursing Interventions Classification


(NIC) Edisi Bahasa Indonesia Edisi Kelima. Indonesia: CV. Mocomedia.
Yosep, Iyus. 2007.Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

.................... 2013. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Lampiran 3
Format Skrinning Klien yang mengalami Skizofrenia dengan Halusinasi
1. Klien dengan halusinasi memiliki tanda dan gejala berikut :
a. Mendengar suara-suara atau kegaduhan
Ya Tidak

b. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat


hantu dan monster
Ya Tidak
c. Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
Ya Tidak
d. Bicara atau tertawa sendiri

Ya Tidak

e. Marah tanpa sebab


Ya Tidak
f. Mondar mandir tanpa arah
Ya Tidak

2. Klien mengalami halusinasi lebih dari 3 bulan


Ya Tidak

3. Klien dengan halusinasi yang pernah di rawat di rumah sakit jiwa


Ya Tidak

4. Klien dengan halusinasi melakukan kontrol/ pengobatan ke Puskesmas


Nanggalo Padang (1 tahun terakhir)

Ya Tidak

CAT : Jika jumlah jawaban “YA” >= 8 maka klien termasuk dalam kriteria
sampel, jika jumlah jawaban “YA” < 8 maka klien tidak termasuk dalam
kriteria sampel.
Lampiran 9
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Ny.E Tanggal Pengkajian :22 Mei 2017

Umur : 32 tahun

II. KELUHAN SAAT DIKAJI

Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan saat ini masih sering mendengar
suara-suara seperti menasehati, menakuti dan melihat bayangan putih. Klien
mengatakan mendengar suara-suara tersebut ketika klien sedang duduk
sendirian dan melamun. Klien mengatakan jika mulai mendengar suara-suara
tersebut klien menyibukkan diri dengan bermain gitar ,bernyanyi dan
mengusir suara-suara tersebut. Namun klien mengatakan cara tersebut kadang
tidak dapat menghilangkan suara-suara yang terdengar oleh klien. Klien
mengatakan sangat terganggu dengan suara-suara yang terdengar. Klien
mengatakan mudah marah apabila ada orang yang membuat klien kesal, klien
mengatakan susah untuk mengontrol rasa marah yang dirasakan.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Gangguan Jiwa dimasa Lalu
Keluarga mengatakan klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa
lalu

2. Pengobatan Sebelumnya
Keluarga mengatakan Ny.E pernah dirawat 2 kali di RSJ Prof HB Saanin
Padang tahun 2010 saat masuk pertama klien dirawat selama 1 minggu
setelah itu klien pulang di rawat di rumah setelah 3 bulan klien masuk
kembali ke RSJ Prof HB Saanin Padang dan dirawat kembali selama 1
minggu.

3. Trauma klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma. a. Aniaya


Fisik klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik.
b. Aniaya Seksual klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya
seksual.
c. Penolakan
klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan dalam keluarga
ataupun dilingkungan rumahnya.
d. Kekerasan dalam Keluarga
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan dalam
keluarganya.
e. Tindakan Kriminal
Klien pernah melukai tangan kakaknya dengan kaca.
Masalah Keperawatan : resiko perilaku kekerasan

4. Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa


Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa seperti klien.

Masalah Keperawatan :

5. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan klien mengatakan


pernah diputuskan oleh pacarnya ketika SMA.

Masalah Keperawatan :

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda vital : TD : . 130/80 mmHg N : 87 x/m S : 36,50C P : 20 x/m
2. Ukuran : TB : 155 cm BB : 60 Kg
3. Keluhan Fisik : tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram
Keterangan :

: Perempuan : Klien

: Laki-laki : Hubungan keluarga

: Meninggal --------- : Tinggal serumah

Jelaskan : klien tinggal serumah bersama ibunya, pengambil


keputusan adalah ibu, ayah klien sudah meniggal.

Masalah Keperawatan :
___________________________________________

2. Konsep diri

a. Gambaran diri : klien mengatakan malu dengan dirinya, dan


merasa dirinya tidak baik

b. Identitas : klien mengetahui dirinya sebagai anak dan


dahulunya pernah sekolah. Klien mengatakan mengetahui keadaan
penyakitnya saat ini.

c. Peran : klien mengatakan tidak ada peran dalam keluarga

d. Ideal diri : klien ingin sembuh dari penyakitnya agar bisa


hidup seperti orang lain
e. Harga diri : klien mengatakan merasa putus asa, tidak percaya
diri dan kadang merasa tidak berarti bagi keluarganya dan merasa
hanya bisa menyusahkan keluarganya, karena klien tidak bisa
melakukan apapun untuk membantu keluarganya. Klien mengatakn
tidak bisa bekerja karena kondisinya saat ini. Klien mudah curiga dan
mudah marah sehingga sulit untuk berhadapan dengan orang lain.
Karena klien susah untuk mengontrol perasaan dan perilakunya.
Masalah Keperawatan: harga diri rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
ibu dan kakaknya yang bekerja di Malaisya

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat klien mengatakan


ada ikut peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat seperti
mengikuti acara lomba 17 Agustus seperti lomba joget, puisi, dan klien
dahulunya juga ikut dalam band

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain.

Masalah keperawatan :
___________________________________________

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan klien mengatakan beragama islam

b. Kegiatan ibadah klien mengatakan tidak ada sholat

Masalah Keperawatan :
_____________________________________________

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan

√ Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak

tidak sesuai biasanya


Jelaskan : tampak gigi dan mulut kotor, dan bau mulut akibat klien
merokok, dan klien mengatakan jarang mandi dan tidak gosok gigi, karena
klien malas.

2. Pembicaraan
√ Cepat √ Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai


pembicaraan
Jelaskan : saat berbicara klien berbicara cepat dan keras
Masalah Keperawatan :
________________________________________________

3. Aktivitas Motorik:
Lesu
Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif


Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________

4. Alam perasaaan
√ Sedih √ Ketakutan √ Putus asa √ Khawatir Gembira
berlebihan

Jelaskan
:___________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

5. Afek

Datar Tumpul Labil Tidak sesuai


Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________

6. lnteraksi selama wawancara

Bermusuhan Tidak kooperatif √ Mudah tersinggung

Kontak mata (-) Defensif √ Curiga

Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________ 7.

Persepsi

√ Pendengaran √ Penglihatan
Perabaan

Pengecapan Penghidu
Jelaskan : klien mengatakan mendengar suara-suara seperti menakuti,
menasehati dan melihat bayangan putih.
Masalah Keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi 8.

Proses Pikir

√ sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea blocking √ pengulangan pembicaraan/persevarasi


Jelaskan : pembicaraan berbelit-belit namun sampai pada tujuan
Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir

9. Isi Pikir
Fobia
√ Obsesi √
Hipokondria

Depersonalisasi √ ide yang terkait √ pikiran magis


Jelaskan : klien mengatakan ada niat untuk bunuh diri
Masalah Keperawatan : gangguan isi pikir

10. Tingkat kesadaran

bingung sedasi stupor

Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan :
............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

11. Memori
√ Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka

pendek gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan :
............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


√ mudah beralih √ tidak mampu konsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana


Jelaskan :

Masalah Keperawatan :
_____________________________________________

13. Kemampuan penilaian


√ Gangguan ringan gangguan bermakna
Jelaskan :
..........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

14. Daya tilik diri mengingkari penyakit yang diderita


menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan :
...........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

VII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain
Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah √ reaksi lambat/berlebih


Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri


Lainnya _______________ lainnya :
__________________
Masalah Keperawatan :
_______________________________________________

VIII. Masalah Psikososial dan Lingkungan:


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : tidak ada
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: tidak ada
Masalah
√ dengan pendidikan, spesifik karena klien mengalami perasaan
ingin merasakan kuliah

√ Masalah dengan pekerjaan, spesifik : klien juga ingin bekerja namun tidak
memungkinkan karena penyakit klien

Masalah dengan perumahan, spesifik : tidak ada


√ Masalah ekonomi, spesifik: klien mengatakan cemas nanti ibu klien semakin
tua dan tidak bisa bekerja lagi, dan kakak klien yang biasanya memberikan
uang nanti jika sudah menikah tidak bisa lagi membantu kehidupan klien dengan
ibunya sepenuhnya
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: tidak ada
Masalah lainnya, spesifik : tidak ada

X. Pengetahuan Kurang Tentang:

Penyakit jiwa sistem pendukung


Faktor presipitasi penyakit fisik

Koping √ obat-obatan
Lainnya :
______________________________________________________

XI. Aspek Medik


Diagnosa Medik : skizofrenia

Terapi Medik : Haloperidol (2x1),


Risperidon 3 ml (2x1),
Chlorpromazine (1x1),
Trihenski phenidol (2x1),
Amitripilin (2x1),
Vitamin B kompleks (2x1)

B. FORMAT ANALISA DATA


No Data Masalah
1. DO: partisipan tampak binggung, tertawa Gangguan persepsi
sendiri, fikiran partisipan magis. sensori halusinasi :
pendengaran

DS: partisipan mengatakan ada mendengar


suara-suara yang melarang, menasehati,
menakuti, partisipan juga mengatakan ada
melihat bayangan putih

2. DO: partisipan tampak mudah tersinggung dan Resiko perilaku


curiga kepada orang lain kekerasan

DS: partisipan mengatakan susah untuk


mengontrol rasa marah apabila ada yang
membuat partisipan emosi, dan partisipan
pernah masuk ke RSJ karena melukai
kakaknya

3. DO: gigi dan mulut partisipan tampak kotor dan Defisit perawatan diri
mulut partisipan berbau.

DS: partisipan mengatakan jarang mandi,


partisipan mengatakan malas mandi,
jarang gosok gigi

FORMAT DIAGNOSA KEPERAWATAN


No Diagnosa Tanggal Tanggal Paraf
Keperawatan Muncul Teratasi

1. Gangguan persepsi 22 Mei 2017 31 Mi 2017


sensori halusinasi

Resiko perilaku 22 Mei 2017 31 Mei 2017


kekerasan

2. Defisit perawatan 22 Mei 2017 31 Mei 2017


diri
C. FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Pasien mampu Setelah dilakukan 2-4 SP 1 pasien :
persepsi sensori mengontrol x pertemuan
: halusinasi halusinasi diharapkan klien 1. Identifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi, pencetus,
sesuai strategi mampu mengontrol perasaan, respon
pelaksanaan halusinasi dengan 2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi minum obat teratur , meghardik,
tindakan cara : bercakap-cakap, melakukan aktivitas sehari-hari
keperawatan
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan minum obat teratur dan
1. Minum obat secara jelaskan 6 benar minum obat
teratur
4. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian klien
2. Dengan cara latihan
menghardik Sp 2 pasien :
3. Dengan cara latihan 1. Evaluasi kegiatan minum obat, beri pujian
bercakap-cakap
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik 3.
4. Dengan cara latihan
Masukkan pada jadwal kegiatan harian pasien
melakukan aktivitas
sehari-hari
Sp 3 pasien

1. Evaluasi kegiatan latihan minum obat teratur dan latihan menghardik


2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
3. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien Sp 4
pasien :

1. Evaluasi kegiatan latihan minum obat, menghardik dan


bercakapcakap. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
3. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien
Keluarga Setelah dilakukan Sp 1 keluarga
mampu pertemuan 2-4 x
mengenal pertemuan keluarga 1. Diskusikan masalah yang dirasakan merawat pasien halusinasi
masalah mampu mengarahkan 2. Jelaskan pengertian, tanda gejala, dan proses terjadinya halusinasi
halusinasi, pasien dalam 3. Jelaskan cara merawat pasien halusinasi
mampu mengontrol halusinasi
4. Latih cara merawat halusinasi :minum obat teratur
merawat
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal. beri pujian
pasien
halusinasi
Sp 2 keluarga
dengan baik,
memanfaatkan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat / melatih pasien minum
fasilitas obat secara teratur, beri pujian
pelayanan
2. Jelaskan cara latihan menghardik
kesehatan
untuk folow up 3. Latih cara menghardik
pasien secara 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal , beri pujian

teratur Sp 3 keluarga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien minum


obat teratur, menghardik, beri pujian
2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
3. Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan pasien terutama
saat halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal , beri pujian

Sp 4 keluarga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien minum


obat teratur, menghardik, dan bercakap-cakap, beri pujian
2. Latih cara merawat pasien dengan mengontrol halusinasi melalui
kegiatan sehari-hari
3. Jelaskan follow up PKM tanda kambuh, rujukan
4. Anjurkan membantu pasien sesuai dengan jadwal dan berikan
pujian
Resiko perilaku Pasien mampu Setelah dilakukan 2-4 SP 1 Pasien
kekerasan mengontrol x pertemuan
rasa marah diharapkan klien 1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan
sesuai strategi mampu mengontrol akibat perilaku kekerasan
pelaksanaan rasa marah dengan 2. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik,
cara : minum obat secara teratur, verbal dan spiritual
tindakan 1. Minum obat secara 3. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik tarik
keperawatan teratur napas dalam dan pukul bantal
2. Dengan cara latihan 4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
fisik tarik napas
dalam dan pukul SP 2 Pasien
bantal 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal.
3. Dengan cara latihan Beri pujian
verbal 2. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat teratur
(mengungkapkan, (jelaskan 6 benar minum obat, jenis, guna, dosis, frekuensi dan cara
meminta dan kontinuitas minum obat)
menolak dengan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
cara yang baik)
4. Dengan cara SP 3 Pasien
spiritual 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1, 2 dan minum obat. Beri pujian 2.
Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal
(mengungkapkan, meminta, menolak dengan cara yang baik) 3.
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 4 Pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1,2 dan minum obat serta latihan
verbal. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan spiritual
3. Masukkkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga Setelah dilakukan SP 1 Keluarga
mampu pertemuan 2-4 x
mengenal pertemuan keluarga 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
masalah resiko mampu mengarahkan 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya perilakun
perilaku pasien dalam kekerasan
kekerasan, mengontrol perilaku 3. Jelaskan cara merawat perilaku kekerasan‟
mampu kekerasan
4. Latih cara merawat perilaku kekerasan dengan latihan fisik 1,2
merawat 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian
pasien perilaku
kekerasan
dengan baik,
memanfaatkan SP 2 Keluarga
fasilitas
pelayanan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien latihan
kesehatan fisik 1,2. Beri pujian
untuk folow up 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
pasien secara 3. Latih cara memberikan/membimbing minum obat
teratur
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

SP 3 Keluarga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien latihan


fisik 1,2 dan memberikan obat. Beri pujian
2. Latih cara membimbing verbal/bicara
3. Latih cara membimbing kegiatan spiritual
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

SP 4 Keluarga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien latihan


fisik 1,2 dan memberikan obat, verbal dan spiritual. Beri pujian.
2. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian
Defisit Pasien mampu Setelah dilakukan 2-4 SP 1 Pasien
perawatan diri menjaga x pertemuan
kebersihan diri diharapkan klien 1. Identifikasi masalah perawatan diri, kebersihan diri, berdandan,
sesuai strategi mampu menjaga makan/minum, BAB/BAK
pelaksanaan kebersihan diri dengan 2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
tindakan cara : 3. Jelaskan cara dan alat kebersihan diri
keperawatan
4. Latih cara menjaga kebersihan diri mandi dan ganti pakaian, sikat
1. Mandi, sikat gigi,
gigi, cuci rambut, potong kuku,
cuci rambut dan
potong kuku 5. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
2. Berdandan yang SP 2 Pasien
benar
3. Makan/minum 1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian
yang benar 2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan setelah kebersihan diri,
4. BAB/BAK yang sisiran, rias muka untuk wanita
benar 3. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

SP 3 Pasien

1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian


2. Jelaskan cara dan alat makan/minum yang baik
3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

SP 4 Pasien

1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan/minum. Beri


pujian
2. Jelaskan cara BAB/BAK yang baik
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga Setelah dilakukan SP 1 Keluarga
mampu pertemuan 2-4 x
mengenal pertemuan keluarga 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
masalah defisit mampu mengarahkan 2. Jelskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya defisit
perawatan diri, pasien dalam menjaga perawatan diir
mampu kebersihan diri
3. Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri
merawat 4. Latih cara merawat kebersihan diri
pasien defisit
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan
perawatan diri
reinforcement
dengan baik,
memanfaatkan SP 2 Keluarga
fasilitas
pelayanan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien kebersihan
diri. Beri pujian
kesehatan 2. Bimbing keluarga membantu pasien berdandan
untuk folow up 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan
pasien secara reinforcement
teratur
SP 3 Keluarga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien


kebersihan diri, dan berdandan. Beri pujian
2. Bimbing keluarga membantu makan/minum pasien
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan
reinforcement

SP 4 Keluarga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien


kebersihan diri,berdandan, makan/minum. Beri pujian
2. Bimbing keluarga merawat BAB/BAK pasien
3. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan

D. FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


KEPERAWATAN
Diagnosa Paraf
Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan
22 Gangguan SP 1 klien S : pasien mengatakan masih mendengar
Mei persepsi 1. Membina hubungan saling percaya suara-suara, dan melihat bayangan, dan
2017 sensori 2. Membantu pasien menyadari gangguan persepsi mengatakan mengerti tentang minum obat
halusinasi secara teratur
sensori halusinasi
O: klien tampak berbicara ngaur, klien
- Tanyakan pendapat klien mengenai : halusinasi
tampak ketakutan, klien tampak mengerti
- Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, tentang minum obat secara teratur
situasi pencetus, respon, perasan , upaya yang A: klien mampu melakukan secara mandiri
dilakukan untuk mengontrol halusinasi masalah teratasi sebagian
3. Jelaskan cara mengontrol halusinasi P : optimalkan SP 1 , lanjutkan ke SP2
4. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan
minum obat secara teratur ( 6 benar minum obat)
5. Masukkan ke dalam kegiatan harian pasien
23 Sp 2 pasien S : pasien mengatakan masih mendengar
Mei 1. Mengevaluasi kegiatan minum obat secara suara-suara, dan melihat bayangan, dan
2017 teratur mengatakan mengerti tentang cara
2. Menjelaskan dan melatih pasien menghardik
cara menghardik O: klien tampak berbicara ngaur, klien
tampak ketakutan, klien tampak mengerti
3. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
tentang cara menghardik dan mampu
klien
melakukannya
A: klien mampu melakukan secara mandiri

masalah teratasi sebagian


P : optimalkan SP 2 , lanjutkan ke SP3

24 Sp 3 pasien S : pasien mengatakan sudah mulai


Mei 1. Mengevaluasi kegiatan minum obat dan latihan berkurang mendengar suara-suara, dan
2017 menghardik melihat bayangan, dan mengatakan mengerti
2. Menjelaskan dan melatih mengontrol halusinasi tentang cara bercakap-cakap
dengan cara bercakap-cakap O: klien tampak berbicara ngaur, klien
tampak ketakutan, klien tampak mengerti
3. Memasukkkan ke dalam jadwal kegiatan harian
tentang cara latihan bercakap-cakap dan
pasien
mampu melakukannya
A: klien mampu melakukan secara mandiri
masalah teratasi sebagian
P : optimalkan SP 3 , lanjutkan ke SP4
24 Sp 4 pasien S : pasien mengatakan sudah mulai
Mei 1. Mengevaluasi kegiatan minum obat, latihan berkurang mendengar suara-suara, dan
2017 menghardik dan bercakap-cakap melihat bayangan, dan mengatakan mengerti
tentang cara melakukan kegiatan sehari-hari
2. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan
O: klien tampak berbicara ngaur, klien
melakukan kegiatan sehari-hari
tampak ketakutan, klien tampak mengerti
3. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian tentang cara latihan melakukan kegiatan
pasien sehari-hari dan mampu melakukannya A:
klien mampu melakukan secara mandiri
masalah teratasi sebagian
P : optimalkan SP 4

25 Sp keluarga S: Keluaraga mengatakan mengerti tentang


Mei 1. Membina hubungan saling percaya penjelasan mengenai halusinasi, dan cara
2017 2. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga merawat pasien halusinasi
dalam merawat pasien O: keluaraga tampak memahami penjelasan
yang diberikan dengan , mampu mengulangi
3. Menjelaskan pengertian, tanda gejala, proses
kembali
terjadinya halusinasi
A : keluarga mampu merawat pasien dengan
4. Melatih keluarga merawat pasien halusinasi mandiri masalah teratasi sebagian
5. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga P : memantau dan melanjutkan SP keluarga
dan lingkungan untuk mengontrol halusinasi
6. Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan gejala
kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke
fasilitas kesehatan
7. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur
25 Resiko SP 1 klien S : pasien mengatakan masih ada perasaan
Mei perilaku 1. Membina hubungan saling percaya kesal dan marah
2017 kekerasan 2. Mendiskusikan dan mengidentifikasi penyebab O: klien mampu melakukan latihan fisik tarik
rasa marah yang menyebabkan perilaku napas dalam dan pukul bantal
kekerasan, tanda dan gejala, seeta cara yang A: klien mampu melakukan secara mandiri
dilakukan untuk mengontrol marah dan akibat masalah teratasi sebagian
dari cara yang dilakukan tersebut. P : optimalkan SP 1 , lanjutkan ke SP2
3. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan latihan fisik, minum obat teratur, cara
verbal dan spiritual

4. Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan


dengan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul
bantal
5. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
pasien

26 SP 2 Pasien S: klien mengatakan perasaaan marah dapat


Mei 1. Mengevaluasi kegiatan latihan fisik tarik napas terkontrol
2017 dalam dan pukul bantal. Memberikan pujian O : klien mampu mengetahui cara minum
2. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol obat yang benar
perilaku kekerasan dengan minum obat teratur A : klien mampu melakukan secara mandiri
(menjelaskan 6 benar minum obat, jenis, guna, P : optimalkan SP 2 , lanjutkan SP 3
dosis, frekuensi dan cara kontinuitas minum obat)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
27 SP 3 Pasien S: klien mengatakan klien mengatakan
Mei 1. Mengevaluasi kegiatan latihan fisik 1, 2 dan perasaaan marah dapat terkontrol
2017 minum obat. Memberi pujian O : klien mampu melakukan latihan cara
2. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku verbal
kekerasan dengan cara verbal (mengungkapkan, A : klien mampu melakukan secara mandiri
meminta, menolak dengan cara yang baik) P : optimalkan SP 3. Lanjutkan SP 4
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

28 SP 4 Pasien S: klien mengatakan klien mengatakan


Mei 1. Mengevaluasi kegiatan latihan fisik 1,2 dan minum perasaaan marah dapat terkontrol
2017 obat serta latihan verbal. Memberi pujian O : klien mampu melakukan latihan spiritual
2. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku dengan berdzikir
kekerasan dengan spiritual A : klien mampu melakukan secara mandiri
P : optimalkan SP 4
3. Masukkkan dalam jadwal kegiatan harian
28 SP keluarga S: Keluaraga mengatakan mengerti tentang
Mei 1. Membina hubungan saling percaya penjelasan mengenai resiko perilaku
2017 2. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga kekerasan, dan cara merawat pasien resiko
dalam merawat pasien perilaku kekerasan O: keluaraga tampak
3. Menjelaskan pengertian, tanda gejala, proses memahami penjelasan yang diberikan
terjadinya perilaku kekerasan dengan , mampu mengulangi kembali A :
4. Melatih keluarga cara merawat pasien resiko keluarga mampu merawat pasien dengan
perilaku kekerasan mandiri masalah teratasi sebagian
5. Membimbing keluarga merawat resiko perilaku P : memantau dan melanjutkan SP keluarga
kekerasan
6. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga
dan lingkungan untuk mengontrol emosinya
7. Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan gejala
kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke
fasilitas kesehatan
8. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur
29 Defisit SP 1 Pasien S : klien mengatakan mengerti tentang cara
Mei perawatan diri 1. Membina hubungan saling percaya menjaga kebersihan diri
2017 2. Mengidentifikasi masalah perawatan diri, O : klien mampu menjelaskan cara menjaga
kebersihan diri, berdandan, makan/minum,
3. BAB/BAK kebersihan diri mandi
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri A : klien mampu melakukan dengan mandiri
Menjelaskan cara dan alat kebersihan diri P : optimalkan SP 1, lanjutkan SP 2
2.
Menjelaskan dan melatih cara menjaga
kebersihan diri mandi dan ganti pakaian, sikat
gigi, cuci rambut, potong kuku,
3.
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

30 SP 2 Pasien S : klien mengatakan mengerti cara


Mei 1. Mengevaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri berdandan yang benar
2017 pujian. O : klien mampu menjelaskan dan
2. Menjelaskan dan melatih cara dan alat untuk melakukan cara berdandan yang benar
berdandan setelah kebersihan diri, sisiran, rias A : klien mampu melakukan dengan mandiri
muka untuk wanita
P : optimalkan SP 2, lanjutkan SP 3
3. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

30 SP 3 Pasien S : klien mengatakan mengerti cara


Mei 1. Mengevaluasi kegiatan kebersihan diri dan makan/minum yang benar
2017 berdandan. Beri pujian O : klien mampu menjelaskan dan
2. Menjelaskan dan melatih cara dan alat melakukan cara makan/minum yang benar
makan/minum yang baik A : klien mampu melakukan dengan mandiri
3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian P : optimalkan SP 3, lanjutkan SP 4

31 SP 4 Pasien S : klien mengatakan mengerti cara


Mei BAB/BAK yang benar
2017 1. Mengevaluasi kegiatan kebersihan O : klien mampu menjelaskan dan
diri, berdandan, makan/minum. Beri pujian
2. Menjelaskan cara BAB/BAK yang baik

3. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian melakukan cara BAB/BAK yang benar
A : klien mampu melakukan dengan mandiri
P : optimalkan SP 4
31 SP Keluarga S: Keluaraga mengatakan mengerti tentang
Mei 1. Membina hubungan saling percaya penjelasan mengenai defisit perawatan diri,
2017 2. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam dan cara merawat pasien defisit perawatan
merawat pasien defisit perawatan diri diri
3. Menjelaskan pengertian, tanda gejala, proses O: keluaraga tampak memahami penjelasan
terjadinya defisit perawatan diri dan mengambil
yang diberikan dengan , mampu mengulangi
keputusan merawat pasien
Mendiskusikan bersama keluarga tentang kembali
4. A : keluarga mampu merawat pasien dengan
fasilitas lebersihan diri yang dibutuhkan pasien
untuk menjaga perawatan diri mandiri masalah teratasi sebagian
Melatih keluarga cara merawat/membi,bing P : memantau dan melanjutkan SP keluarga
5. kebersihan diri, berdandan, makan/minum,
BAB/BAK pasien
Melatih
6. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga
7. dan lingkungan yang mendukung perawatan diri
pasien
Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan gejala
9. kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke
8. fasilitas kesehatan
Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

IX. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Ny.I Tanggal Pengkajian :22 Mei 2017

Umur : 39 tahun

X. KELUHAN SAAT DIKAJI

Saat dilakukan pengkajian partisipan mengatakan saat ini masih mendengar


suara-suara seperti mengajak, menyuruh, dan bercakap-cakap. Partisipan
mengatakan mendengar suara-suara tersebut jika sendirian dan sedang
melamun, saat mendengar suara-suara tersebut pasien mengusir suara-suara
dan kadang-kadang membiarkan suara tersebut menganggu partisipan sampai
suara tersebut hilang.
Partisipan mengatakan mudah marah apabila kehendaknya tidak dituruti. Jika
marah partisipan akan berbicara keras, dan mengeluarkan kata-kata kasar,
namun partisipan tidak pernah melempar barang, melukai diri sendiri atau
orang lain. Partisipan mengatakan susah untuk mengontrol marahnya.

XI. FAKTOR PREDISPOSISI


6. Gangguan Jiwa dimasa Lalu
Keluarga mengatakan klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa
lalu

7. Pengobatan Sebelumnya
Keluarga mengatakan pengobatan sebelumnya sudah pergi berobat ke
psikiater, dukun, dan ke RSJ Prof HB Saanin Padang. Partisipan minum
obat sejak tahun 2001. Namun obat dihentikan selama 2 tahun karena
partisipan mengikuti pengobatan tradisional. Setelah itu dilanjutkan
kembali minum obat tahun 2004 sampai sekarang.

8. Trauma klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma. f. Aniaya


Fisik klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik.

g. Aniaya Seksual klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya


seksual.

h. Penolakan klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan


dalam keluarga ataupun dilingkungan rumahnya.
i. Kekerasan dalam Keluarga
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan dalam
keluarganya.

j. Tindakan Kriminal
Klien tidak pernah melakukan tindakan kriminal

Masalah Keperawatan :

9. Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa


Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa seperti klien.

Masalah Keperawatan :

10. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan klien mengatakan


pernah diputuskan oleh pacarnya ketika SMA.

Masalah Keperawatan :

XII. PEMERIKSAAN FISIK


4. Tanda vital : TD : . 110/80 mmHg N : 80 x/m S : 36,60C P : 18 x/m
5. Ukuran : TB : 158 cm BB : 65 Kg
6. Keluhan Fisik : tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

XIII. PSIKOSOSIAL
5. Genogram

Keterangan :

: Perempuan : Klien

: Laki-laki : Hubungan keluarga

: Meninggal --------- : Tinggal serumah

Jelaskan : klien tinggal serumah bersama ayah dan ibunya,


pengambil keputusan di rumah biasanya ayah, dan jika ada masalah dilakukan
musyawarah dengan anggota keluarga lainnya

Masalah Keperawatan :
___________________________________________

6. Konsep diri

a. Gambaran diri : klien partisipan mengatakan menyukai seluruh


anggota tubuhnya.

b. Identitas : klien mengetahui dirinya sebagai anak dan


dahulunya pernah sekolah. Klien mengatakan mengetahui keadaan
penyakitnya saat ini.

c. Peran : klien mengatakan mengetahui perannya sebagai


anak karena partisipan sering mengerjakan kegiatan rumah seperti
menyapu, mencuci piring untuk membantu ibunya dan menjadi kakak
bagi adiknya

d. Ideal diri : klien ingin sembuh dari penyakitnya agar bisa


hidup seperti orang lain
e. Harga diri : klien mengatakan partispan mengatakan kurang percaya
diri dan mudah putus asa.

Masalah Keperawatan:

7. Hubungan Sosial
d. Orang yang berarti :
Ibu dan ayahnya
e. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat klien mengatakan
ada ikut peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat seperti
mengikuti acara lomba 17 Agustus seperti lomba joget, puisi, dan
klien dahulunya juga ikut dalam band

f. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Klien mengatakan mengalami hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain karena partisipan memiliki sifat pendiam

Masalah keperawatan : isolasi sosial

8. Spiritual
c. Nilai dan keyakinan klien mengatakan
beragama islam

d. Kegiatan ibadah klien mengatakan ada


mengerjakan sholat dan berpuasa

Masalah Keperawatan :
_____________________________________________

XIV. ____________________________________________________ S
TATUS MENTAL
15. Penampilan

√ Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak

tidak sesuai biasanya

Jelaskan : tampak gigi dan mulut kotor, dan bau mulut akibat klien
merokok, dan klien mengatakan jarang mandi dan tidak gosok gigi, karena
klien malas.

16. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Inkoheren


Apatis √ Lambat √ Membisu Tidak mampu
memulai pembicaraan
Jelaskan : saat berbicara klien berbicara lambat dan membisu
Masalah Keperawatan :
________________________________________________

17. Aktivitas Motorik:


√ Lesu √ Tegang Gelisah
Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________

18. Alam perasaaan


√ Sedih √ Ketakutan √ Putus asa √ Khawatir Gembira
berlebihan

Jelaskan
:___________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

19. Afek

Datar Tumpul Labil Tidak sesuai


Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________

20. lnteraksi selama wawancara

Bermusuhan √ Tidak kooperatif Mudah tersinggung


√ Kontak mata (-) Defensif Curiga
Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________

21. Persepsi


Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu
Jelaskan : klien mengatakan mendengar suara-suara seperti mengajak dan
menyuruh
Masalah Keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi 22.

Proses Pikir

sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea √ blocking pengulangan pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : pembicaraan berhenti, lalu dilanjutan kembali


Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir

23. Isi Pikir


Fobia
√ Obsesi √
Hipokondria

Depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis


Jelaskan : klien mengatakan selalu muncul fikiran yang menganggu dirinya
Masalah Keperawatan : gangguan isi pikir

24. Tingkat kesadaran

bingung sedasi stupor


Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan :
............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

25. Memori

√ Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka

pendek gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan :
............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

26. Tingkat konsentrasi dan berhitung

√ mudah beralih √ tidak mampu konsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana


Jelaskan :

Masalah Keperawatan :
_____________________________________________

27. Kemampuan penilaian


√ Gangguan ringan gangguan bermakna
Jelaskan :
..........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

28. Daya tilik diri mengingkari penyakit yang diderita

menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan :
...........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

XV. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain
Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan
√ Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri


Lainnya _______________ lainnya :
__________________
Masalah Keperawatan :
_______________________________________________

XVI. Masalah Psikososial dan Lingkungan:

Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : tidak ada


√ Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: klien mengatakan sulit
untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya

Masalah dengan pendidikan, spesifik tidak ada


Masalah dengan pekerjaan, spesifik : tidak ada
Masalah dengan perumahan, spesifik : tidak ada
Masalah ekonomi, spesifik: tidak ada
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: tidak ada
Masalah lainnya, spesifik : tidak ada

XII. Pengetahuan Kurang Tentang:

√ Penyakit jiwa
sistem pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik


√ Koping √ obat-obatan
Lainnya :
______________________________________________________

XIII. Aspek Medik


Diagnosa Medik : skizofrenia

Terapi Medik : Haloperidol (2x1),


Risperidon 3 ml (2x1),
Chlorpromazine (1x1),
Trihenski phenidol (2x1),

Carbamarzepine (2x1)

B. FORMAT ANALISA DATA


No Data Masalah
4. DO: partisipan tampak binggung, kontak mata Gangguan persepsi
kurang saat wawancara, saat berbicara sensori halusinasi :
pasien tiba-tiba berhenti dan kembali pendengaran
melanjutkan pembicaraan

DS: partisipan mengatakan ada mendengar


suara-suara seperti mengajak dan
menyuruh hampir setiap hari

5. DO: partisipan tampak mudah tersinggung dan Resiko perilaku


curiga kepada orang lain kekerasan

DS: partisipan mengatakan mudah marah jika


kehendaknya tidak diberikan dan keluarga
mengatakan partisipan egois dengan
keinginannya tidak mau dilarang

6. DO: partisipan tampak menyendiri, partisipan Isolasi sosial


tampak berbicara lambat dan membisu,
dan partisipan tampak menghindar,
partisipan tampak sulit memulai
pembicaraan dengan orang lain.

DS: partisipan mengatakan dahulunya


dijauhkan oleh teman-temannya karena
partisipan pendiam, partisipan
mengatakan kurang berkomunikasi
dengan orang lain

FORMAT DIAGNOSA KEPERAWATAN


No Diagnosa Tanggal Tanggal Paraf
Keperawatan Muncul Teratasi

3. Gangguan persepsi 22 Mei 2017 31 Mi 2017


sensori halusinasi

Resiko perilaku 22 Mei 2017 31 Mei 2017


kekerasan

4. Isolasi sosial 22 Mei 2017 31 Mei 2017


C. FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Pasien mampu Setelah dilakukan 2-4 SP 1 pasien :
persepsi sensori mengontrol x pertemuan
: halusinasi halusinasi diharapkan klien 5. Identifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi, pencetus,
sesuai strategi mampu mengontrol perasaan, respon
pelaksanaan halusinasi dengan 6. Jelaskan cara mengontrol halusinasi minum obat teratur , meghardik,
tindakan cara : bercakap-cakap, melakukan aktivitas sehari-hari
keperawatan
7. Latih cara mengontrol halusinasi dengan minum obat teratur dan
5. Minum obat secara jelaskan 6 benar minum obat
teratur
8. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian klien
6. Dengan cara latihan
menghardik Sp 2 pasien :
7. Dengan cara latihan 4. Evaluasi kegiatan minum obat, beri pujian
bercakap-cakap
5. Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik 6.
8. Dengan cara latihan
Masukkan pada jadwal kegiatan harian pasien
melakukan aktivitas
sehari-hari
Sp 3 pasien

4. Evaluasi kegiatan latihan minum obat teratur dan latihan


menghardik
5. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
6. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien

Sp 4 pasien :

4. Evaluasi kegiatan latihan minum obat, menghardik dan


bercakapcakap. Beri pujian
5. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
6. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien
Keluarga Setelah dilakukan Sp 1 keluarga
mampu pertemuan 2-4 x
mengenal pertemuan keluarga 6. Diskusikan masalah yang dirasakan merawat pasien halusinasi
masalah mampu mengarahkan 7. Jelaskan pengertian, tanda gejala, dan proses terjadinya halusinasi
halusinasi, pasien dalam 8. Jelaskan cara merawat pasien halusinasi
mampu mengontrol halusinasi
9. Latih cara merawat halusinasi :minum obat teratur
merawat
10. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal. beri pujian
pasien
halusinasi
Sp 2 keluarga
dengan baik,
memanfaatkan 5. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat / melatih pasien minum
fasilitas obat secara teratur, beri pujian
pelayanan
6. Jelaskan cara latihan menghardik
kesehatan
untuk folow up 7. Latih cara menghardik
pasien secara 8. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal , beri pujian
teratur

Sp 3 keluarga

5. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien minum


obat teratur, menghardik, beri pujian
6. Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
7. Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan pasien terutama
saat halusinasi
8. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal , beri pujian

Sp 4 keluarga

5. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien minum


obat teratur, menghardik, dan bercakap-cakap, beri pujian
6. Latih cara merawat pasien dengan mengontrol halusinasi melalui
kegiatan sehari-hari
7. Jelaskan follow up PKM tanda kambuh, rujukan
8. Anjurkan membantu pasien sesuai dengan jadwal dan berikan
pujian

Resiko perilaku Pasien mampu Setelah dilakukan 2-4 SP 1 Pasien


kekerasan mengontrol x pertemuan
rasa marah diharapkan klien 5. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan
sesuai strategi mampu mengontrol akibat perilaku kekerasan
pelaksanaan rasa marah dengan 6. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik,
tindakan cara : minum obat secara teratur, verbal dan spiritual
keperawatan
5. Minum obat secara 7. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik tarik
teratur napas dalam dan pukul bantal

6. Dengan cara latihan 8. Masukkan pada jadwal kegiatan harian


fisik tarik napas
dalam dan pukul SP 2 Pasien
bantal 4. Evaluasi kegiatan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal.
7. Dengan cara latihan Beri pujian
verbal 5. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat teratur
(mengungkapkan, (jelaskan 6 benar minum obat, jenis, guna, dosis, frekuensi dan cara
meminta dan kontinuitas minum obat)
menolak dengan 6. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
cara yang baik)
8. Dengan cara SP 3 Pasien
spiritual 4. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1, 2 dan minum obat. Beri pujian
5. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal
(mengungkapkan, meminta, menolak dengan cara yang baik) 6.
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 4 Pasien
4. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1,2 dan minum obat serta latihan
verbal. Beri pujian
5. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan spiritual
6. Masukkkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga Setelah dilakukan SP 1 Keluarga
mampu pertemuan 2-4 x
mengenal pertemuan keluarga 6. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
masalah resiko mampu mengarahkan 7. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya perilakun
perilaku pasien dalam kekerasan
kekerasan, mengontrol perilaku 8. Jelaskan cara merawat perilaku kekerasan‟
mampu kekerasan 9. Latih cara merawat perilaku kekerasan dengan latihan fisik 1,2
merawat 10. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian
pasien perilaku
kekerasan
dengan baik,
memanfaatkan SP 2 Keluarga
fasilitas
pelayanan 5. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien latihan
kesehatan fisik 1,2. Beri pujian
untuk folow up 6. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
pasien secara 7. Latih cara memberikan/membimbing minum obat
teratur
8. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

SP 3 Keluarga

5. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien latihan


fisik 1,2 dan memberikan obat. Beri pujian
6. Latih cara membimbing verbal/bicara
7. Latih cara membimbing kegiatan spiritual
8. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian
SP 4 Keluarga

4. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien latihan

fisik 1,2 dan memberikan obat, verbal dan spiritual. Beri pujian.
5. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan
6. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian
Isolasi sosial Pasien mampu Setelah dilakukan 2-4 SP 1 Pasien
berkenalan dan x pertemuan 1. Identifikasi penyebab isolasi sosial : siapa yang serumah, siapa yang
berinteraksi diharapkan klien dekat, yang tidak dekat, apa sebabnya
dengan orang mampu berinteraksi 2. Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap
lain serta dengan orang lain
3. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
melakukan secara bertahap
kegiatan sosial dengan cara : 4. Latih cara berkenalan dengan anggota keluarga
sesuai strategi 5. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
pelaksanaan 1. Latihan
tindakan bercakapcakap SP 2 Pasien
keperawatan antara pasien dan 1. Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang). Beri pujian
2. Latihan 2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2
bercakapcakap kegaiatan)
dengan 2-3 orang
3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
lain
3. Latihan SP 3 Pasien
bercakapcakap
dengan 4-5 orang 1. Evaluasi kegaiatan latihan berkenalan (berapa orang) dan berbicara
lain saat melakukan 2 kegiatan harian. Beri pujian
4. Latihan cara bicara 2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan
saat melakukan baru)
kegiatan sosial 3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

SP 4 Pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat melakukan empat
kegiatan harian. Beri pujian
2. Latih cara berbicara sosial: belanja ke warung, meminta sesuatu,
menjawab pertanyaan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
Keluarga Setelah dilakukan SP 1 Keluarga
mampu pertemuan 2-4 x 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien bersama
mengenal pertemuan keluarga keluarga
masalah isolasi mampu mengajarkan,
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya isolasi
sosial, mampu mendampingi pasien
sosial
merawat saat berinteraksi secara
bertahap, dan berbicara 3. Jelaskan cara merawat pasien isolasi sosial
pasien isolasi
sosial dengan saat melakukan kegiatan 4. Latih dua cara merawat berkenalan, berbicara saat melakukan
sosial serta melakukan kegiatan harian
baik,
kegiatan harian. 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian
memanfaatkan
fasilitas
pelayanan SP 2 Keluarga
kesehatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
untuk folow berkenalan dan berbicara saat melakukan kegiatan harian. Beri
up pasien pujian
secara teratur 2. Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan pasien
berbicara (makan, sholat bersama)
3. Latih cara membimbing pasien berbicara dan memberi pujian
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal

SP 3 Keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan rumah
tangga. Beri pujian
2. Jelaskan cara melatih pasien melakukan kegiatan sosial seperti
berbelanja, meminta sesuatu dan lain-lain
3. Latih keluarga mengajak pasien berbelanja
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal. Berikan pujian

SP 4 Keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian/rumah tangga,
berbelanja. Beri pujian
2. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

D. FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


KEPERAWATAN
Diagnosa Paraf
Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan
22 Gangguan SP 1 klien S : pasien mengatakan masih mendengar
Mei persepsi 6. Membina hubungan saling percaya suarasuara, dan melihat bayangan, dan
2017 sensori 7. Membantu pasien menyadari gangguan mengatakan mengerti tentang minum obat secara
halusinasi teratur
persepsi sensori halusinasi
O: klien tampak berbicara ngaur, klien tampak
- Tanyakan pendapat klien mengenai
ketakutan, klien tampak mengerti tentang minum
: halusinasi
obat secara teratur
- Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu A: klien mampu melakukan secara mandiri
terjadi, situasi pencetus, respon, perasan , masalah teratasi sebagian
upaya yang dilakukan untuk mengontrol P : optimalkan SP 1 , lanjutkan ke SP2
halusinasi
8. Jelaskan cara mengontrol halusinasi
9. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan
minum obat secara teratur ( 6 benar minum
obat)
10. Masukkan ke dalam kegiatan harian pasien
23 Sp 2 pasien S : pasien mengatakan masih mendengar
Mei 4. Mengevaluasi kegiatan minum obat secara suarasuara, dan melihat bayangan, dan
2017 teratur mengatakan mengerti tentang cara menghardik
5. Menjelaskan dan melatih pasien cara O: klien tampak berbicara ngaur, klien tampak
ketakutan, klien tampak mengerti tentang cara
menghardik
menghardik dan mampu melakukannya
6. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
harian klien A: klien mampu melakukan secara mandiri
masalah teratasi sebagian
P : optimalkan SP 2 , lanjutkan ke SP3

24 Sp 3 pasien S : pasien mengatakan sudah mulai berkurang


Mei 4. Mengevaluasi kegiatan minum obat dan mendengar suara-suara, dan melihat bayangan,
2017 latihan menghardik dan mengatakan mengerti tentang cara
5. Menjelaskan dan melatih mengontrol bercakapcakap
halusinasi dengan cara bercakap-cakap O: klien tampak berbicara ngaur, klien tampak
ketakutan, klien tampak mengerti tentang cara
6. Memasukkkan ke dalam jadwal kegiatan
latihan bercakap-cakap dan mampu melakukannya
harian pasien
A: klien mampu melakukan secara mandiri
masalah teratasi sebagian
P : optimalkan SP 3 , lanjutkan ke SP4
24 Sp 4 pasien S : pasien mengatakan sudah mulai berkurang
Mei 4. Mengevaluasi kegiatan minum obat, mendengar suara-suara, dan melihat bayangan,
2017 latihan menghardik dan bercakap-cakap dan mengatakan mengerti tentang cara melakukan
5. Melatih pasien mengontrol halusinasi kegiatan sehari-hari
dengan melakukan kegiatan sehari-hari O: klien tampak berbicara ngaur, klien tampak
ketakutan, klien tampak mengerti tentang cara
6. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan
latihan melakukan kegiatan sehari-hari dan
harian pasien
mampu melakukannya
A: klien mampu melakukan secara mandiri
masalah teratasi sebagian
P : optimalkan SP 4

25 Sp keluarga S: Keluaraga mengatakan mengerti tentang


Mei 8. Membina hubungan saling percaya penjelasan mengenai halusinasi, dan cara merawat
2017 9. Mendiskusikan masalah yang dirasakan pasien halusinasi
keluarga dalam merawat pasien O: keluaraga tampak memahami penjelasan yang
diberikan dengan , mampu mengulangi kembali
10. Menjelaskan pengertian, tanda gejala,
A : keluarga mampu merawat pasien dengan
proses terjadinya halusinasi
mandiri masalah teratasi sebagian
11. Melatih keluarga merawat P : memantau dan melanjutkan SP keluarga
pasien halusinasi
12. Melatih keluarga menciptakan suasana
keluarga dan lingkungan untuk
mengontrol halusinasi
13. Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan
gejala kekambuhan yang memerlukan
rujukan segera ke fasilitas kesehatan
14. Menganjurkan follow up ke fasilitas
pelayanan kesehatan secara teratur
25 Resiko SP 1 klien S : pasien mengatakan masih ada perasaan kesal
Mei perilaku 6. Membina hubungan saling percaya dan marah
2017 kekerasan 7. Mendiskusikan dan mengidentifikasi O: klien mampu melakukan latihan fisik tarik
penyebab rasa marah yang menyebabkan napas dalam dan pukul bantal
A: klien mampu melakukan secara mandiri
perilaku kekerasan, tanda dan gejala, seeta masalah teratasi sebagian
cara yang dilakukan untuk mengontrol P : optimalkan SP 1 , lanjutkan ke SP2
marah dan akibat dari cara yang dilakukan
tersebut.

8. Jelaskan cara mengontrol perilaku


kekerasan dengan latihan fisik, minum obat
teratur, cara verbal dan spiritual
9. Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan latihan fisik tarik napas dalam dan
pukul bantal
10. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
pasien

26 SP 2 Pasien S: klien mengatakan perasaaan marah dapat


Mei 4. Mengevaluasi kegiatan latihan fisik tarik terkontrol
2017 napas dalam dan pukul bantal. Memberikan O : klien mampu mengetahui cara minum obat
pujian yang benar
5. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol A : klien mampu melakukan secara mandiri
perilaku kekerasan dengan minum obat P : optimalkan SP 2 , lanjutkan SP 3
teratur (menjelaskan 6 benar minum obat,
jenis, guna, dosis, frekuensi dan cara
kontinuitas minum obat)
6. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
27 SP 3 Pasien S: klien mengatakan klien mengatakan perasaaan
Mei 4. Mengevaluasi kegiatan latihan fisik 1, 2 dan marah dapat terkontrol
2017 minum obat. Memberi pujian O : klien mampu melakukan latihan cara verbal
5. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol A : klien mampu melakukan secara mandiri
perilaku kekerasan dengan cara verbal P : optimalkan SP 3. Lanjutkan SP 4
(mengungkapkan, meminta, menolak dengan
cara yang baik)
6. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

28 SP 4 Pasien S: klien mengatakan klien mengatakan perasaaan


Mei 4. Mengevaluasi kegiatan latihan fisik 1,2 dan marah dapat terkontrol
2017 minum obat serta latihan verbal. Memberi O : klien mampu melakukan latihan spiritual
pujian dengan berdzikir, sholat dan berpuasa
5. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol A : klien mampu melakukan secara mandiri
perilaku kekerasan dengan spiritual P : optimalkan SP 4

6. Masukkkan dalam jadwal kegiatan harian


28 SP keluarga S: Keluaraga mengatakan mengerti tentang
Mei 10. Membina hubungan saling percaya penjelasan mengenai resiko perilaku kekerasan,
2017 11. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dan cara merawat pasien resiko perilaku kekerasan
keluarga dalam merawat pasien O: keluaraga tampak memahami penjelasan yang
12. Menjelaskan pengertian, tanda gejala, diberikan dengan , mampu mengulangi kembali
proses terjadinya perilaku kekerasan A : keluarga mampu merawat pasien dengan
13. Melatih keluarga cara merawat pasien mandiri masalah teratasi sebagian
resiko perilaku kekerasan P : memantau dan melanjutkan SP keluarga
14. Membimbing keluarga merawat resiko
perilaku kekerasan
15. Melatih keluarga menciptakan suasana
keluarga dan lingkungan untuk mengontrol
emosinya
16. Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan
gejala kekambuhan yang memerlukan
rujukan segera ke fasilitas kesehatan
17. Menganjurkan follow up ke fasilitas
pelayanan kesehatan secara teratur
29 Isolasi sosial SP 1 klien S : pasien mengatakan senang berkenalan dengan
Mei 1. Membina hubungan saling percaya orang lain
2017 2. Mendiskusikan dan mengidentifikasi O: klien mampu melakukan latihan berkenalan
penyebab isolasi sosial : siapa yang dan bercakap-cakap dengan anggota keluarganya
serumah, siapa yang dekat, yang tidak A: klien mampu melakukan secara mandiri
dekat, apa sebabnya masalah teratasi sebagian
3. Mendiskusikan keuntungan punya teman P : optimalkan SP 1 , lanjutkan ke SP2
dan bercakap-cakap
4. Mendiskusikan kerugian tidak punya teman
dan tidak bercakap-cakap
5. Melatih cara berkenalan dengan anggota
keluarga
6. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
pasien
30 SP 2 Pasien S : pasien mengatakan senang berkenalan dengan
Mei 1. Mengevaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang lain
2017 orang). Berikan pujian O: klien mampu melakukan latihan bercakapcakap
2. melatih cara berbicara dengan 2-3 orang dengan 2-3 orang lain
saat melakukan kegiatan harian (latih 2 A: klien mampu melakukan secara mandiri
kegaiatan) masalah teratasi sebagian
3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian P : optimalkan SP 2 , lanjutkan ke SP 3

30 SP 3 Pasien S : pasien mengatakan senang berkenalan dengan


Mei 1. Mengevaluasi kegaiatan latihan berkenalan orang lain
2017 (berapa orang) dan berbicara saat O: klien mampu melakukan latihan bercakapcakap
melakukan 2 kegiatan harian. Berikan dengan 4-5 orang lain
pujian

2. Melatih cara berbicara dengan 4-5 orang A: klien mampu melakukan secara mandiri
saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan masalah teratasi sebagian
baru) P : optimalkan SP 3 , lanjutkan ke SP 4
3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

31 SP 4 Pasien S : pasien mengatakan senang berinteraksi dengan


Mei 1. Mengevaluasi kegiatan latihan berkenalan, orang lain sambil melakukan aktivitas sosial O:
2017 bicara saat melakukan empat kegiatan klien mampu melakukan latihan berinteraksi
harian. Berikan pujian sambil melakukan kegiatan sosial
2. Melatih cara berbicara sosial: meminta A: klien mampu melakukan secara mandiri
sesuatu, menjawab pertanyaan masalah teratasi sebagian
3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian P : optimalkan SP 4

31 SP keluarga S: Keluaraga mengatakan mengerti tentang


Mei 1. Membina hubungan saling percaya penjelasan mengenai isolasi sosial, dan cara
2017 2. Mendiskusikan masalah yang dirasakan merawat pasien isolasi sosial
keluarga dalam merawat pasien O: keluaraga tampak memahami penjelasan yang
3. Menjelaskan pengertian, tanda gejala, diberikan dengan mampu mengulangi kembali A :
proses terjadinya isolasi sosial keluarga mampu merawat pasien dengan mandiri
4. Melatih/membimbing keluarga cara masalah teratasi sebagian
merawat pasien isolasi sosial P : memantau dan melanjutkan SP keluarga
5. Melatih keluarga menciptakan suasana
keluarga dan lingkungan untuk mengontrol
emosinya
6. Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan
gejala kekambuhan yang memerlukan
rujukan. Menganjurkan follow up ke
fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur
Lampiran 10

Dokumentasi Kunjungan Rumah Partisipan 1

Kunjungan 1

Kunjungan 2
Kunjungan 3

Kunjungan 4

Kunjungan 5

Kunjungan 6

Kunjungan 7
Kunjungan 8

Kunjungan 9

Kunjungan 10

Kunjungan 11
Kunjungan 12

Kunjungan 13

Kunjungan 14
Dokumentasi Kunjungan Rumah Partisipan II

Kunjungan 1

Kunjungan 2

Kunjungan 3

Kunjungan 4
Kunjungan 5

Kunjungan 6

Kunjungan 7

Kunjungan 8
Kunjungan 9

Kunjungan 10

Kunjungan 11

Kunjungan 12
Kunjungan 13

Kunjungan 14

Anda mungkin juga menyukai