Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.Y DENGAN CA MAMMAE

RUANG MP RS PANTI WALUYA MALANG

DISUSUN OLEH :

11210005

YOHANES ENGGAL PASTIKE

PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA MALANG

2023
A. Definisi
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh
berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan
kanker tidak terkontrol, maka sel-sel kanker bisa bermetastase pada bagian-bagian tubuh
yang lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang
belikat. Selain itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit dan bawah kulit.
(Erik T, 2005)
Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari
epitel ductus maupun lobulusnya. (Kemenkes, 2017)
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan, sebelum gejala
berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan. Sebagian besar massa terlihat
saat terjadi benjolan di payudara dimana awalnya bersifat jinak dan terus berkembang dan
menyebar sehingga tidak terkendali. Analisi mikroskopis payudara diperlukan untuk
diagnosis definitis dan untuk mengetahui tingkat penyebaran (in situ atau invasif) dan ciri
jenis penyakitnya. Analisis mikroskopis jaringan didapat melalui biopsi jarum atau bedah.
Biopsi didasarkan pada klinis pasien individu faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan
sumber daya tertentu (American Cancer Soxiety, 2015).
B. Etiologi
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain (Erik T,2005)
1. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita
berusia 75 tahun
2. Riwayat Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko
tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko
terjadinya karsinoma pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3
kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya kanker payudara,
yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah satu dari gen tersebut,
maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar
5. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55
tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Semakin dini
menarke, semakin besar resiko Ca Mamae. Resiko menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali
lebih besar pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang tergantung
kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek
pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani
selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca mammae dan
resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
7. Obesitas pasca menopause
Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan. Beberapa penelitian
menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae kemungkinan karena tingginya
kadar estrogen pada wanita yang obes.
8. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca
mammae.
9. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai
estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industry lainnya) mungkin
meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
10. DES (dietstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi
menderita Ca Mamae
11. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-
kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
12. Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium dan kanker usus besar
serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca
Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).
C. Klasifikasi
Klasifikasi Stadium
Stadium Ca mammae ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American Joint
Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk Ca mammae yaitu :
1. Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor
T1 Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi
terbesar
T1mic Mikroinvasi 0.1 cm atau kurang pada
dimensi terbesar

T1 a Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih


dari 0.5 cm pada dimensi terbesar

T1b Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih


dari 1 cm pada dimensi terbesar

T1c Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari


2 cm pada dimensi terbesar
T2 Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari
5 cm padadimensi terbesar
T3 Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada
dimensi terbesar
T4 Tumor berukuran apapun dengan ekstensi
langsung ke dinding dada / kulit

T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk


otot pectoralis
T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau
ulserasi kulit payudara atau satellite skin
nodules pada payudara yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma

Gambar 1.5 Stadium tumor Ca mammae


(Sumber : American Cancer Soxiety, 2015)

2. Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)


N0: tidak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1: metastasis kelenjar limfe regional
N2: Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau KGB
mamaria interna yang terdekteksi secara klinis* jika tidak terdapat metastasis KGB aksila
secara klinis.
N3 : Metastatis pada KGB infraklavikula iplateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB
aksila aau pada KGB mamaria interna yang terdeteksi secara klinis dan jika terdapat
metastasi KGB aksila secara klinis atau metastasis pada KGB supraklivkula ipsilateral
dengan atau tanpa keterlibatan KGB kasila atau mamaria interna.
3. Metastasis Jauh (M)
a. Metastasis jauh tidak dapat di nilai
b. Tak ada metastasis jauh
c. Terdapat metastasis jauh

Pengelompokan Stadium
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium 1A T1 N0 M0
Stadium 1B T0 N1 M0
T1 NI M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1- M0
N2
Stadium IIIB T4 N1- M0
N2
Stadium IIIC Semua N3 M0
T
Stadium IV Semua Semua M1
T N
a.Stadium 0
Dikatakan stadium 0 karena kanker masih berada di pembuluh/saluran payudara serta
kelenjar susu, belum mengalami penyebaran keluar dari area tersebut
b.Stadium 1
 Stadium 1 A

Gambar 1.7 Stadium 1 A


(Sumber : Soleha, 2017)
Ukurannya masih sangat kecil dan tidak menyebar serta belum ditemukannya pada
pembuluh getah bening.
 Stadium 1B

Gambar 1.8 Stadium 1B


(Sumber : Soleha, 2017)
Kanker payudara stadium 1B berarti bahwa sel kanker payudara dalam bentuk yang
kecil ditemukan pada kelenjar getah bening dekat payudara. Tidak ada tumor dalam
payudara, atau umor memiliki ukuran lebih kecil dari 2cm.
c.Stadium 2
 Stadium 2A

Gambar 1.9 Stadium 2A


(Sumber : Soleha, 2017)
a. Kanker berukuran lebih kecil dari 2cm, mulai ditemukan titik-titik pada getah
bening di area sekitar ketiak.
b. Kanker telah berukuran 2-5 cm, pada pembuluh getah bening belum terjadi
penyebaran titik-titik sel kanker
c. Titik-titik di pembuluh getah bening ketiak mulai ditemukan namun tidak ada
tanda tumor pada bagian payudara

 Stadium 2 B

Gambar 2 Stadium 2B
(Sumber : Soleha, 2017)
a. Kanker berukuran 2-5 cm
b. Titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak telah tersebar sel-sel kanker
payudara
c. Tumor telah berukuran 5 cm namun belum terjadi penyebaran
d. Stadium 3
 Stadium 3A

Gambar 2.1 Stadium 3A


(Sumber : Soleha, 2017)
......................................Kanker telah berukuran < 5cm dan telah terjadi penyebaran sel-sel kanker p
titik-titik pembuluh getah bening di ketiak. Tumor lebih besar dari 5cm dan bentuk
kecil sel kanker payudara berada di kelenjar getah bening.
......................................Tumor lebih dari 5 cm dan telah menyebar ke hingga 3 kelenjar getah benin
ketiak atau ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada

 Stadium 3B
Gambar 2.3 Stadium 3B
(Sumber : Soleha, 2017)
Terjadinya pembengkakan pada dinding dada yang juga sudah mulai adanya luka
yang menghasilkan nanah pada dada. Penyebarannya bisa sudah mengenai getah
bening di ketiak dan lengan atas

 Stadium 3C

Gambar 2.4 Stadium 3C


(Sumber : Soleha, 2017)
Telah dideteksi bahwa sel-sel kanker telah menyebat ke titik-titik pembuluh getah
bening yaitu sekitar 10 area getah bening telah tersebar sel-sel kanker, tepatnya
dibawah tulang selangka.

e.Stadium 4
Gambar 2.5 Stadium 4
(Sumber : Soleha, 2017)
Tidak diketahui telah berapa ukuran pasti sel kanker pada fase ini. Karena sel kanker
telah menyebar ke jaringan lainnya yang sulit untuk diketahui. Sel kanker yang
menyebar telah mulai menyebar ke berbagai lokasi, seperti tulang, paru-paru, hati
dan juga tulang rusuk.

D. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas,
radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen
sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker
payudara. Karsinoma mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi di sistem
duktal, mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini
akan berlanjut menjadi carcinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari
carcinoma mamae telah bermetastasis. Carsinoma mamae bermetastasis dengan penyebaran
langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Indonesian
Cancer Foundation, 2012)
Ca Mamae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat maupun yang
jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilaris dan terjadi benjola, dari
sel epidermis penting mnejadi invasi timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan
ekspansi paru tidak optimal (Mansjoer, 2000).

E. Manifestasi Klinis (Siamsuhidayat, 2004)


Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan
c. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar putting susu,
mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara
d. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada rasa sakit
g. Ada pembengkakan di daerah lengan
h. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
i. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati, serta
puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
j. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

F. Pemeriksaan Diagnosis
a. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)

Gambar 1.6 Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)


(Sumber : Jitendra, 2017)
Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran 22–25 gauge
melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh cairan dari kista
payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada payudara. Setelah
dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara akan diperiksa di bawah
mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengecatan sampel. Sebelum
dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan pembersihan pada kulit
payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba maka jarum halus tersebut
di masukan ke daerah benjolan. Apabila benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB
akan dilakukan dengan panduan dari sistem pencitraan yang lain seperti mammografi
atau USG. Setelah jarum dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal,
maka dilakukan aspirasi melalui jarum tersebut. Pada prosedur FNAB seringkali tidak
dilakukan pembiusan lokal karena prosedur anastesi lebih memberikan rasa sakit
dibandingkan pemeriksaan FNAB itu sendiri. Selain itu, lidokain yang digunakan
sebagai bahan anestesi bisa menimbulkan artefak yang dapat terlihat pada pemeriksaan
mikroskopis Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya
superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga tubuh unpalpable,
dengan indikasi:
a) Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan
b) Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku intraoperatif
c) Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan lanjut usia
d) Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e) Penderita yang menolak operasi atau anestesi
f) Nodul–nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
g) Kasus Ca mammae stadium lanjut yang sudah inoperabel
h) Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB adalah metode
tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun insisi payudara. Hasil dapat
diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat segera mendapatkan terapi selanjutnya.
Keuntungan lain dari metode ini adalah biaya pemeriksaan lebih murah, rasa cemas dan
stress pasien lebih singkat dibandingkan metode biopsi. Kekurangan dari metode ini
hanya mengambil sangat sedikit jaringan atau sel payudara sehingga hanya dapat
menghasilkan diagnosis berdasarkan keadaan sel. Dari kekurangan tersebut, FNAB tidak
dapat menilai luasnya invasi tumor dan terkadang subtipe kanker tidak dapat
diidentifikasi sehingga dapat terjadi negatif palsu
b. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang sangat
halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil jaringan. Kemudian
jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi maupun eksisi dilakukan
pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode biopsi eksisi maupun insisi ini
merupakan pengambilan jaringan yang dicurigai patologis disertai pengambilan
sebagian jaringan normal sebagai pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis metode
ini hampir 100% karena pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan kemungkinan
kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini memiliki kekurangan seperti harus
melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama
karena harus di insisi, menimbulkan bekas berupa jaringan parut yang nantinya akan
mengganggu gambaran mammografi, serta dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan
dan infeksi,
c. Mammografi dan ultrasonografi
Berperan dalam membantu diagnosis lesi payudara yang padat palpable maupun
impalpable serta bermanfaat untuk membedakan tumor solid, kistik dan ganas. Teknik ini
merupakan dasar untuk program skrinning sebagai alat bantu dokter untuk mengetahui
lokasi lesi dan sebagai penuntun FNAB. Menurut Muhartono (2012), FNAB yang
dipandu usg untuk mendiagnosis tumor payudara memiliki sensitivitas tinggi yaitu 92%
dan spesifisitas 96%. Pemeriksaan ini mempergunakan linear scanner dengan transduser
berfrekuensi 5 MHz. Secara sistematis, scanning dimulai dari kuadran medial atas dan
bawah dilanjutkan ke kuadran lateral atas dan bawah dengan film polaroid pada potongan
kraniokaudal dan mediolateral oblik. Nilai ketepatan USG untuk lesi kistik adalah 90–
95%, sedangkan untuk lesi solid seperti FAM adalah 75–85%. Untuk mengetahui tumor
ganas nilai ketepatan diagnostik USG hanya 62–78% sehingga masih diperlukan
pemeriksaan lainnya untuk menentukan keganasan pada payudara.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun secara
umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena biayanya mahal dan
memerlukan waktu pemeriksaan yang lam. Akan tetapi MRI dapat dipertimbangkan pada
wanita muda dengan payudara yang padat atau pada payudara dengan implant,
dipertimbangkan pasien dengan resiko tinggi untuk menderita Ca Mamae.
e. USG payudara
USG payudara dapat memberi gambaran jelas mengenai kondisi jaringan kelenjar
susu , tepi, ada tidaknya benjolan, ukuran, bentuk, sifat tumor, dan lainnya. Ketepatan
USG dalam mendiagnosa sekitar 80-85%
f. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan menggunakan
antibody sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan jaringan (tissue
sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya. IHK merupakan standar dalam
menentukan subtipe kanker payudara. Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara
berperan dalam membantu menentukan prediksi respons terapi sistemik dan prognosis.
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk karsinoma payudara adalah
1. Reseptor hormonal yaitu reseptor esterogen (ER) dan reseptor progesterone (PR)
2. HER2
3. Ki-67

G. Penatalaksaan Farmakologi dan Non Farmakologi (Kementrian Kesehatan RI, 2017)


1. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat kemo yang paling umum digunakan untuk Ca mammae dini meliputi
antrasiklin (seperti doxorubicin/Adriamycin dan epirubicin/Ellence) dan taxanes (seperti
paclitaxel/Taxol dan docetaxel/Taxotere). Ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan
obat-obatan tertentu lainnya, seperti fluorouracil (5-FU), siklofosfamid (Cytoxan), dan
carboplatin.Wanita yang memiliki gen HER2 dapat diberikan trastuzumab (Herceptin)
dengan salah satu taxanes. Pertuzumab (Perjeta) juga dapat dikombinasikan dengan
trastuzumab dan docetaxel untuk kanker HER2 positif. Banyak obat kemoterapi yang
berguna dalam mengobati wanita dengan Ca mammae stadium lanjut, seperti:
1) Docetaxel
2) Paclitaxel
3) Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
4) Vinorelbine (Navelbine)
5) Capecitabine (Xeloda)
6) Liposomal doxorubicin (Doxil)
7) Gemcitabine (Gemzar)
8) Mitoxantrone
9) Ixabepilone (Ixempra)
10) Albumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
11) Eribulin (Halaven)(Samiadi, 2017).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Terapi pada Ca mammae harus didahului dengan diagnosa yang lengkap dan akurat
( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi pada Ca mammae haruslah
dilakukan dengan pendekatan humanis dan komprehensif. Terapi pada Ca mammae
sangat ditentukan luasnya penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler
atau biomolekuler-signaling. Terapi pada Ca mammae selain mempunyai efek terapi
yang diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan (adverse effect),
sehingga sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan untung ruginya dan
harus dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga. Selain itu juga harus
dipertimbangkan mengenai faktor usia, co-morbid, evidence-based, cost effective, dan
kapan menghentikan seri pengobatan sistemik termasuk end of life isssues.
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan Ca
mammae. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
a. Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving surgery,
diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
b. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : Ovariektomi,
Adrenalektomi, dsb.
c. Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
d.Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal atau regional
dapat dilakukan pada saat bersamaan setelah beberapa waktu
Jenis pembedahan pada Ca mammae:
1. Mastektomi

a. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)


MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh
payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah
bening aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi: Ca mammae
stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat
dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor. (Kemenkes, 2017)
b. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks
puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening
aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan
operasi yang pertama kali dikenal oleh Halsted untuk Ca mammae, namun
dengan makin meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor
yang ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang lebih minimal.
Indikasi:
 Ca mammae stadium IIIb yang masih operable
 Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
c. Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu
ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa
meninggalkan prinsip bedah onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan
dengan menggunakan jaringan autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap
atau transverse rectus abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan
prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap
ataupun dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander
sebelumnya. (Kemenkes, 2017)
d. Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
1) Tumor phyllodes besar
2) Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor.
3) Penyakit Paget tanpa massa tumor
4) DCIS

e. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)


Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara,
dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa
diseksi kelenjar getah bening aksila
indikasi:
1) Mastektomi profilaktik
2) Prosedur onkoplasti

f. Breast Conserving Therapy (BCT)


Pengertian BCT secara klasik meliputi : BCS (=Breast Conserving
Surgery), dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS adalah
pembedahan atas tumor payudara dengan mempertahankan bentuk
(cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi dengan rekonstruksi.
Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau kuadrantektomi disertai
diseksi kelenjar getah bening aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari
BCT adalah eradikasi tumor secara onkologis dengan mempertahankan
bentuk payudara dan fungsi sensasi. BCT merupakan salah satu pilihan
terapi lokal Ca mammae stadium awal. Beberapa penelitian RCT
menunjukkan DFS dan OS yang sama antara BCT dan mastektomi.
Namun pada follow up 20 tahun rekurensi lokal pada BCT lebih tinggi
dibandingkan Mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS. Sehingga
pilihan BCT harus didiskusikan terutama pada pasien Ca mammae usia
muda. Secara umum, BCT merupakan pilihan pembedahan yang aman
pada pasien Ca mammae stadium awal dengan syarat tertentu. Tambahan
radioterapi pada BCS dikatakan memberikan hasil yang lebih baik
Indikasi :
1) Ca mammae stadium I dan II.
2) Ca mammae stadium III dengan respon parsial setelah terapi
neoajuvan
Kontra indikasi :
a. Ca mammae yang multisentris, terutama multisentris yang lebih dari 1 kwadran
dari payudara.
b. Ca mammae dengan kehamilan
c. Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
d. Tumor di kuadran sentral (relatif)
Syarat :
1) Terjangkaunya sarana mamografi, potong beku, dan radioterapi.
2) Proporsi antara ukuran tumor dan ukuran payudara yang memadai.
3) Pilihan pasien dan sudah dilakukan diskusi yang mendalam (Kemenkes, 2017).
g. Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua ovarium
dengan/ tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan secara terbuka
ataupun per- laparaskopi.Tindakan ini boleh dilakukan olehspesialis
bedah umum atau Spesiali Konsultan Bedah Onkologi, dengan ketentuan
tak ada lesi primer di organ kandungan.
Indikasi :
1) Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan
mempunyai timyang berpengalaman.( Spesialis bedah
konsultan onkologi).
2) Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan
reseptor hormonal positif.
Catatan :Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif dapat dilakukan dalam
konteks penelitian klinis dan harus mendapatkan ethical clearance dari lembaga
yang berwenang. (Kemenkes, 2017)

h. Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada Ca
mammae. Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para
ahli, namun dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup
yang lebih panjang bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu.Tindakan
ini dilakukan pada Ca mammae dengan metastasis kulit, paru, hati, dan
payudara kontralateral.Pada metastasis otak, metastatektomi memiliki
manfaat klinis yang masih kontroversi.
Indikasi:
1) Tumor metastasis tunggal pada satu organ
2) Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ sekitar
Syarat:
1) Keadaan umum cukup baik (status performa baik = skorWHO >3)
2) Estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan
3) Masa bebas penyakit > 36 bulan (Kemnkes, 2017)
3. Terapi Sistemik
a. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa
gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara
bertahap biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan
dengan efek samping yang masih dapat diterima. Hasil pemeriksaan
imunohistokimia memberikan beberapa pertimbangan penentuan regimen
kemoterapi yang akan diberikan. Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah
menjadi standar lini pertama (first line) adalah :
1. CHF
Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral)(dapat diganti injeksi
cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8 ), Methotrexate 50 mg / m2 IV,
hari 1 & 85 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8.
2. CAF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
6 Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
3. CEF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus

Regimen Kemoterapi
1. AC
Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1
Interval 3-4 minggu, 4 siklus
2. TA (Kombinasi Taxane – Doxorubicin)
Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1
3. ACT
TC
Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
4. Pilihan kemoterapi kelompok HER 2 negatif
Dose Dence AC + paclitaxel
Docetaxel cyclophospamide
5. Pilihan kemoterapi HER 2 positif
AC (Antharacycline) + TH (Taxotere dan Herceptin)
TCH (Taxotere, Carboplatin, Herceptin)

b. Terapi hormonal
Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam menentukan
pilihan kemo atau hormonal sehingga diperlukan validasi pemeriksaan tersebut
dengan baik. Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal
positif. Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV. Pada kasus
kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan utamanya adalah
hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik dari hormonal
terapi..Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan dibandingkan pemberian
aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang sudah menopause dan Her2-.Lama
pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun. (Kemnkes, 2017)
c. Terapi target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B. Pemberian
anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan IHK yang Her2 positif.
Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih diutamakan pada kasus-kasus
yang stadium dini dan yang mempunyai prognosis baik (selama satu tahun: tiap 3
minggu). Penggunaan anti VEGF atau m-tor inhibitor belum direkomendasikan.
(Kemnkes, 2017)
PATHWAY

Faktor predisposisi dan resiko tinggi


Hiperplasia pada sel mamae

Mendesak
Mendesak sel Mendesak
Mensuplai jaringan sekitar
syaraf pembuluh
nutrisi ke darah per
jaringan ca Menekan jaringan
Interupsi sel syaraf
pada mamae
Hipermetabolis Aliran darah
ke jaringan Peningkatan
nyeri terhambat
konsistensi mamae
Suplai nutrisi
jaringan lain Mamae hipoksia
Ukuran mamae
membengkak
abnormal
BB turun
Massa tumor Kecemasan Bakteri
mendesak ke Mamae patogen
Nutrisi kurang
jaringan luar asimetrik
dari kebutuhan
tubuh Resiko
Gangguan
Perfusi jaringan infeksi
Infiltrasi body image
terganggu
pleura
parietal
ulkus
Ekspansi paru
menurun Gangguan
integritas jaringan
Gangguan
pola nafas
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA MAMMAE

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien
secara sistematis. (Doenges,Moorhouse, & Burley, 2000)
data yang dikaji pada pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui riwayat
kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboraturium dandiagnostik, serta review catatan
sebelumnya. Langkah-langkah pengkajian yang sistematik adalah pengumpulan data,
sumber data,klasifikasi data, anaisa data dan diagnose keperawatan.
a. IdentitasMeliputi data pasien dan data penanggung-jawab, sepertinama,
umur (50 tahun ke atas), alamat, agama, pendidikan,pekerjaan, nomor
medical record.
b. Keluhan utama adanya benjolan pada payudara, sejak kapan,riwayat
penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telahdiberikan), faktor
etiologi/ resiko.
c. Konsep diri mengalami perubahan pada sebagian besar kliendengan
cancer mammae.
d. Pemeriksaan klinis
Mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi olehfactor hormon
antara lain estrogen dan progesteron, makasebaiknya pemeriksaan ini
dilakukan saat pengaruh hormonalini seminimal mungkin/ setelah
menstruasi ±1 minggu darihari akhir menstruasi. Klien duduk dengan
tangan jatuh kesamping dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yang
samatinggi.e.
e. Inspeksi
1. Simetri (sama antara payudara kiri dan kanan.
2. Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu,kelainan kulit,
tanda radang, peaue d’ orange.
f. Palpasi
1. Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rataatas
lapangan dada, jika perlu punggung diganjal bantalkecil.
2. Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas danoperabilitas.
3. Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila).
4. Adanya metastase nodus (regional) atau organ jauh.

B. Diagnosa
 Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis (penekanan masa
tumor)
 Kerusakan integritas jaringan.
 Gangguan body image (citra tubuh) .
 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kodisi, prognosis dan pengobatan
penyakitnya
 Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh , krisis situasional
 Resiko Infeksi berhubungan dengan luka operasi
 Pola nafas tidak efektif
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
C. Intervensi

DIAGNOSIS PERENCANAAN INTERVENSI KEP


KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA HASIL

Nyeri Setelah dilakukan Tindakan 1. Mampu mengontrol nyeri Manajemen Nyeri


akut keperawatan selama (tahu penyebab nyeri,
berhu 1x24jam, nyeri pasien bisa mampu menggunakan Observasi
bung berkurang tehnik nonfarmakologi  Identifikasi
an untuk mengurangi nyeri, karakteristik,
deng mencari bantuan) kualitas, intens
an 2. Melaporkan bahwa nyeri  Identifikasi sk
agen berkurang dengan  Idenfitikasi re
injur menggunakan manajemen verbal
y nyeri  Identifikasi
biolo 3. Mampu mengenali nyeri memperberat d
gis (skala, intensitas, nyeri
(pene frekuensi dan tanda nyeri)  Identifikasi p
kana 4. Menyatakan rasa nyaman keyakinan tent
n setelah nyeri berkurang  Identifikasi p
masa 5. Tanda vital dalam rentang terhadap respo
tumo normal  Identifikasi
r) pada kualitas h
 Monitor keb
komplementer
diberikan
 Monitor e
penggunaan an
Terapeutik
 Berikan
nonfarmakolog
mengurangi n
hypnosis, ak
music, biofeed
aromaterapi,
terbimbing,
hangat/dingin,
 Kontrol lin
memperberat
suhu ruanga
kebisingan)
 Fasilitasi istira
 Pertimbangkan
sumber nyeri
strategi mered
Edukasi
 Jelaskan penye
pemicu nyeri
 Jelaskan stra
nyeri
 Anjurkan m
secara mandiri
 Anjurkan
analgesik seca
 Ajarkan Tekn
untuk mengura
Kolaborasi
 Kolaborasi
analgetik, jika

Kerusakan integritas Setelah dilakukan intervensi 1. Kerusakan jaringan


jaringan keperawatan selama 2 x 24 menurun
jam, maka integritas - Observasi
kulitmeningkat 2. Kerusakan lapisan kulit
menurun  Identifikasi pe
integritas kuli
sirkulasi, pe
nutrisi, penuru
suhu lingku
penurunan mo

- Terapeutik

 Ubah posisi s
tirah baring
 Lakukan pem
penonjolan tul
 Bersihkan per
hangat, ter
periode diare
 Gunakan pr
petroleum ata
kulit kering
 Gunakan pr
ringan/alami
pada kulit sens
 Hindari produ
alkohol pada k
- Edukasi

 Anjurkan
pelembab (mis
 Anjurkan m
cukup
 Anjurkan men
nutrisi
 Anjurkan men
buah dan sayu
 Anjurkan men
suhu ekstrim
 Anjurkan me
surya SPF m
berada diluar r
 Anjurkan
menggunakan
secukupnya

Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan intervensi 1. Melihat bagian tubuh Promosi Citra Tubuh
keperawatan selama 3 x 24 membaik
jam, maka citra tubuh 2. Menyentuh bagian tubuh - Observasi
meningkat membaik  Identifikasi ha
3. Verbalisasi kecacatan berdasarkan ta
bagian tubuh membaik perkembangan
4. Verbalisasi kehilangan  Identifikasi bu
bagian tubuh membaik jenis kelamin,
citra tubuh
 Identifikasi pe
tubuh yang me
isolasi sosial
 Monitor frekue
kritik terhadap
 Monitor apaka
melihat bagian
berubah
- Terapeutik
 Diskusikan pe
dan fungsinya
 Diskusikan pe
penampilan fis
diri
 Diskusikan pe
pubertas, keha
penuaan
 Diskusikan ko
mempengaruh
luka, penyakit
 Diskusikan car
mengembangk
tubuh secara re
 Diskusikan pe
keluarga tentan
citra tubuh
- Edukasi
 Jelaskan kepad
tentang perawa
citra tubuh
 Anjurkan men
gambaran diri
citra tubuh
 Anjurkan men
bantu (mis: pa
kosmetik)
 Anjurkan men
pendukung (m
sebaya)
 Latih fungsi tu
dimiliki
 Latih peningka
diri (mis: berd
 Latih pengung
kemampuan di
lain maupun k

Defisit pengetahuan Setelah dilakukan intervensi 1. Perilaku sesuai anjuran Edukasi Kesehatan (I
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 24 meningkat
kodisi, prognosis dan jam, maka status tingkat 2. Verbalisasi minat dalam - Observasi
pengobatan pengetahuan meningkat belajar meningkat  Identifikasi ke
penyakitnya 3. Kemampuan menjelaskan kemampuan m
pengetahuan tentang informasi
suatu topik meningkat  Identifikasi fak
4. Kemampuan dapat meningk
menggambarkan menurunkan m
pengalaman sebelumnya hidup bersih d
yang sesuai dengan topik
meningkat - Terapeutik
5. Perilaku sesuai dengan
pengetahuan meningkat  Sediakan mate
6. Pertanyaan tentang Pendidikan Ke
masalah yang dihadapi  Jadwalkan Pen
menurun Kesehatan sesu
7. Persepsi yang keliru  Berikan kesem
terhadap masalah bertanya
menurun
- Edukasi

 Jelaskan fakto
dapat mempen
 Ajarkan perila
dan sehat
 Ajarkan strateg
digunakan unt
perilaku hidup

Cemas(ansietas) Setelah dilakukan intervensi 1. Verbalisasi kebingungan Terapi Relaksasi (I.09


berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 menurun
jam, maka tingkat ansietas - Observasi
perubahan gambaran 2. Verbalisasi khawatir
menurun
akibat kondisi yang  Identifikasi pe
tubuh , krisis
dihadapi menurun energi, ketidak
situasional berkonsentrasi
3. Perilaku gelisah menurun yang menggan
kognitif
4. Perilaku tegang menurun  Identifikasi Te
yang pernah ef
5. Konsentrasi membaik
 Identifikasi ke
6. Pola tidur membaik kemampuan, d
Teknik sebelum
 Periksa ketega
frekuensi nadi
dan suhu sebel
Latihan
 Monitor respo
relaksasi

- Terapeutik

 Ciptakan lingk
dan tanpa gang
pencahayaan d
nyaman, jika m
 Berikan inform
tentang persiap
teknik relaksas
 Gunakan paka
 Gunakan nada
dengan irama
berirama
 Gunakan relak
strategi penunj
analgetik atau
lain, jika sesua

- Edukasi

 Jelaskan tujuan
Batasan, dan je
yang tersedia (
meditasi, napa
otot progresif)
 Jelaskan secar
relaksasi yang
 Anjurkan men
nyaman
 Anjurkan rilek
sensasi relaksa
 Anjurkan serin
atau melatih T
dipilih
 Demonstrasika
Teknik relaksa
dalam, peregan
imajinasi terbi

Risiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi 1. Demam menurun Pencegahan Infeksi (I


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24
jam, maka tingkat infeksi 2. Kemerahan menurun - Observasi
luka operasi
menurun 3. Nyeri menurun  Monitor tanda
infeksi lokal d
4. Bengkak menurun
- Terapeutik
5. Kadar sel darah putih
membaik  Batasi jumlah
 Berikan peraw
area edema
 Cuci tangan se
sesudah kontak
dan lingkunga
 Pertahankan te
pasien berisiko

- Edukasi

 Jelaskan tanda
infeksi
 Ajarkan cara m
dengan benar
 Ajarkan etika
 Ajarkan cara m
kondisi luka at
 Anjurkan men
nutrisi
 Anjurkan men
cairan

- Kolaborasi

 Kolaborasi pem
imunisasi, jika

Pola nafas tidak Setelah dilakukan intervensi 1. Dispnea menurun Menejemen jalan nap
efektif keperawatan selama 3 x 24
jam, maka pola napas 2. Penggunaan otot bantu - Observasi
membaik napas menurun
 Monitor pola n
3. Pemanjangan fase kedalaman, us
ekspirasi menurun  Monitor bunyi
(misalnya: gur
4. Frekuensi napas membaik
wheezing, ron
5. Kedalaman napas  Monitor sputu
membaik warna, aroma)

- Terapeutik

 Pertahankan k
napas dengan
chin-lift (jaw t
trauma fraktur
 Posisikan sem
fowler
 Berikan minum
 Lakukan fisiot
perlu
 Lakukan peng
kurang dari 15
 Lakukan hiper
sebelum pengh
endotrakeal
 Keluarkan sum
padat dengan f
 Berikan oksige

- Edukasi

 Anjurkan asup
ml/hari, jika ti
kontraindikasi
 Ajarkan Tekni

- Kolaborasi

 Kolaborasi pem
bronkodilator,
mukolitik, jika

Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi 1. Porsi makan yang Manajemen Nutrisi (
berhubungan dengan, keperawatan selama 3 x 24 dihabiskan meningkat
jam, maka status nutrisi Observasi
kurangnya kebutuhan 2. Berat badan membaik
membaik  Identifikasi sta
nutrisi dari  Identifikasi ale
3. Indeks massa tubuh
kebutuhan tubuh. intoleransi ma
(IMT) membaik
 Identifikasi ma
disukai
 Identifikasi ke
dan jenis nutri
 Identifikasi pe
penggunaan se
 Monitor asupa
 Monitor berat
 Monitor hasil
laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral h
makan, jika pe
 Fasilitasi mene
diet (mis: piram
 Sajikan makan
menarik dan su
 Berikan makan
untuk mencega
 Berikan makan
dan tinggi prot
 Berikan suplem
jika perlu
 Hentikan pemb
melalui selang
asupan oral da
Edukasi
 Ajarkan posisi
mampu
 Ajarkan diet y
diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pem
sebelum maka
nyeri, antieme
 Kolaborasi den
untuk menentu
kalori dan jeni
dibutuhkan, jik
D. Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan keperawatan perawat berfokus pada
keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan sehat maupun sakit
sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien. Jenis tindakan yang telah disusun
pada tahap perencanaan. Pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling
ketergantungan atau kolaborasi dan tindakan rujukan/ ketergantungan. Implementasi
tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan
singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai dengan
kondisi saat ini (Desmawati, 2019).

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Bararah &
Jauhar, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2015. Breast cancer facts and figure 2015-2016. Atlanta: American
Cancer Society (Definisi, klasifikasi)
Erik, T. (2005). Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta: Gramedia. (Definisi,
Etiologi)

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Kementerian


Kesehatan RI: Jakarta (Definisi, penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi)

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Kesehatan RI:


Jakarta(patofisiologi)

Modern Cancer Hospital Guangzhou. (2015). Diagnosis Kanker Payudara.(Diagnosis)

http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/breast-cancer-diagnosis/.
[diakses tanggal 5 juli 2023].(Patofisiologi)

Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M. (1995). Buku 1 Patofisiologi “Kosep Klinis Proses-Proses
Penyakit”, edisi : 4. Jakarta : EGC.(patofisiologi)

Sjamsuhidayat, R dan De Jong W. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.(Manisfestasi
klinis,(terapi farmakologis dan non farmakologis)

Syaiffudin. (2010). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan &
Kebidanan, Ed. 4. Jakarta : EGC.(manifestasi klinis)

Anda mungkin juga menyukai