Disusun Oleh :
Kelompok 6
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Pre Operasi HIL (Hernia
Inguinalis Lateralis) di Ruang Operasi RSNU Jombang
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini telah di setujui dan disahkan
Pada:
Hari :
Tanggal :
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
…………..…………………
………………………………..
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat
tugas Praktik Lapangan Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Sarjana Keperawatan
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan
ini. Oleh karena itu penyusun mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang dapat membangun bagi penyusun sehingga dapat menyempurnakan laporan selanjutnya.
Semoga dengan adanya laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam
hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Asuhan Keperawatan pada Pasien Post
Kelompok 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Stadium
Stadium Ca mammae ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American
Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk Ca mammae yaitu :
1. Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor
T1 Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi
terbesar
T1mic Mikroinvasi 0.1 cm atau kurang pada
dimensi terbesar
a.Stadium 0
Dikatakan stadium 0 karena kanker masih berada di pembuluh/saluran payudara
serta kelenjar susu, belum mengalami penyebaran keluar dari area tersebut
b.Stadium 1
Stadium 1 A
Gambar 1.7 Stadium 1 A
(Sumber : Soleha, 2017)
Ukurannya masih sangat kecil dan tidak menyebar serta belum ditemukannya pada
pembuluh getah bening.
Stadium 1B
Stadium 2 B
Gambar 2 Stadium 2B
(Sumber : Soleha, 2017)
Stadium 3
Stadium 3A
d. Stadium 4
Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran 22–25 gauge
melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh cairan dari kista
payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada payudara.
Setelah dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara akan diperiksa di
bawah mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengecatan sampel.
Sebelum dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan pembersihan pada
kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba maka jarum halus
tersebut di masukan ke daerah benjolan. Apabila benjolan tidak dapat diraba,
prosedur FNAB akan dilakukan dengan panduan dari sistem pencitraan yang lain
seperti mammografi atau USG. Setelah jarum dimasukkan ke dalam bagian payudara
yang tidak normal, maka dilakukan aspirasi melalui jarum tersebut. Pada prosedur
FNAB seringkali tidak dilakukan pembiusan lokal karena prosedur anastesi lebih
memberikan rasa sakit dibandingkan pemeriksaan FNAB itu sendiri. Selain itu,
lidokain yang digunakan sebagai bahan anestesi bisa menimbulkan artefak yang
dapat terlihat pada pemeriksaan mikroskopis Hampir semua tumor dapat dilakukan
biopsi aspirasi, baik yang letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak
di dalam rongga tubuh unpalpable, dengan indikasi:
a. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan
b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku
intraoperatif
c.Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan wanita lanjut
usia
d.Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e.Penderita yang menolak operasi atau anestesi
f.Nodul–nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
g.Kasus Ca mammae stadium lanjut yang sudah inoperabel
h.Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB adalah
metode tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun insisi payudara.
Hasil dapat diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat segera mendapatkan terapi
selanjutnya. Keuntungan lain dari metode ini adalah biaya pemeriksaan lebih murah,
rasa cemas dan stress pasien lebih singkat dibandingkan metode biopsi. Kekurangan
dari metode ini hanya mengambil sangat sedikit jaringan atau sel payudara sehingga
hanya dapat menghasilkan diagnosis berdasarkan keadaan sel. Dari kekurangan
tersebut, FNAB tidak dapat menilai luasnya invasi tumor dan terkadang subtipe
kanker tidak dapat diidentifikasi sehingga dapat terjadi negatif palsu
b. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang sangat
halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil jaringan. Kemudian
jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi maupun eksisi dilakukan
pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode biopsi eksisi maupun insisi ini
merupakan pengambilan jaringan yang dicurigai patologis disertai pengambilan
sebagian jaringan normal sebagai pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis
metode ini hampir 100% karena pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan
kemungkinan kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini memiliki
kekurangan seperti harus melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal, membutuhkan
waktu pemulihan yang lebih lama karena harus di insisi, menimbulkan bekas berupa
jaringan parut yang nantinya akan mengganggu gambaran mammografi, serta dapat
terjadi komplikasi berupa perdarahan dan infeksi,
c. Mammografi dan ultrasonografi
Berperan dalam membantu diagnosis lesi payudara yang padat palpable maupun
impalpable serta bermanfaat untuk membedakan tumor solid, kistik dan ganas. Teknik
ini merupakan dasar untuk program skrinning sebagai alat bantu dokter untuk
mengetahui lokasi lesi dan sebagai penuntun FNAB. Menurut Muhartono (2012),
FNAB yang dipandu usg untuk mendiagnosis tumor payudara memiliki sensitivitas
tinggi yaitu 92% dan spesifisitas 96%. Pemeriksaan ini mempergunakan linear
scanner dengan transduser berfrekuensi 5 MHz. Secara sistematis, scanning dimulai
dari kuadran medial atas dan bawah dilanjutkan ke kuadran lateral atas dan bawah
dengan film polaroid pada potongan kraniokaudal dan mediolateral oblik. Nilai
ketepatan USG untuk lesi kistik adalah 90–95%, sedangkan untuk lesi solid seperti
FAM adalah 75–85%. Untuk mengetahui tumor ganas nilai ketepatan diagnostik USG
hanya 62–78% sehingga masih diperlukan pemeriksaan lainnya untuk menentukan
keganasan pada payudara.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun
secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena biayanya mahal
dan memerlukan waktu pemeriksaan yang lam. Akan tetapi MRI dapat
dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara yang padat atau pada payudara
dengan implant, dipertimbangkan pasien dengan resiko tinggi untuk menderita Ca
Mamae.
e. USG payudara
USG payudara dapat memberi gambaran jelas mengenai kondisi jaringan
kelenjar susu , tepi, ada tidaknya benjolan, ukuran, bentuk, sifat tumor, dan lainnya.
Ketepatan USG dalam mendiagnosa sekitar 80-85%
f. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan menggunakan
antibody sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan jaringan (tissue
sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya. IHK merupakan standar dalam
menentukan subtipe kanker payudara. Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara
berperan dalam membantu menentukan prediksi respons terapi sistemik dan
prognosis.
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk karsinoma payudara
adalah
1. Reseptor hormonal yaitu reseptor esterogen (ER) dan reseptor progesterone (PR)
2. HER2
3. Ki-67
2.1.7 Penatalaksaan Farmakologi dan Non Farmakologi
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat kemo yang paling umum digunakan untuk Ca mammae dini meliputi
antrasiklin (seperti doxorubicin/Adriamycin dan epirubicin/Ellence) dan taxanes
(seperti paclitaxel/Taxol dan docetaxel/Taxotere). Ini dapat digunakan dalam
kombinasi dengan obat-obatan tertentu lainnya, seperti fluorouracil (5-FU),
siklofosfamid (Cytoxan), dan carboplatin.Wanita yang memiliki gen HER2 dapat
diberikan trastuzumab (Herceptin) dengan salah satu taxanes. Pertuzumab (Perjeta)
juga dapat dikombinasikan dengan trastuzumab dan docetaxel untuk kanker HER2
positif. Banyak obat kemoterapi yang berguna dalam mengobati wanita dengan Ca
mammae stadium lanjut, seperti:
1) Docetaxel
2) Paclitaxel
3) Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
4) Vinorelbine (Navelbine)
5) Capecitabine (Xeloda)
6) Liposomal doxorubicin (Doxil)
7) Gemcitabine (Gemzar)
8) Mitoxantrone
9) Ixabepilone (Ixempra)
10) Albumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
11) Eribulin (Halaven)(Samiadi, 2017).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Terapi pada Ca mammae harus didahului dengan diagnosa yang lengkap dan
akurat ( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi pada Ca mammae
haruslah dilakukan dengan pendekatan humanis dan komprehensif. Terapi pada Ca
mammae sangat ditentukan luasnya penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen
biomolekuler atau biomolekuler-signaling. Terapi pada Ca mammae selain
mempunyai efek terapi yang diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak
diinginkan (adverse effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah
dipertimbangkan untung ruginya dan harus dikomunikasikan dengan pasien dan
keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai faktor usia, co-morbid,
evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan seri pengobatan sistemik
termasuk end of life isssues.
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan Ca
mammae. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
a. Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving
surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
b. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : Ovariektomi,
Adrenalektomi, dsb.
c. Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
d.Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal atau regional
dapat dilakukan pada saat bersamaan setelah beberapa waktu
Jenis pembedahan pada Ca mammae:
1. Mastektomi
a. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara
termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening
aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi: Ca mammae stadium I, II,
IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah
terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor. (Kemenkes, 2017)
b. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Regimen Kemoterapi
1. AC
Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1
Interval 3-4 minggu, 4 siklus
2. TA (Kombinasi Taxane – Doxorubicin)
Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1
3. ACT
TC
Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
4. Pilihan kemoterapi kelompok HER 2 negatif
Dose Dence AC + paclitaxel
Docetaxel cyclophospamide
5. Pilihan kemoterapi HER 2 positif
AC (Antharacycline) + TH (Taxotere dan Herceptin)
TCH (Taxotere, Carboplatin, Herceptin)
b. Terapi hormonal
Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam menentukan
pilihan kemo atau hormonal sehingga diperlukan validasi pemeriksaan
tersebut dengan baik. Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan
hormonal positif. Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV.
Pada kasus kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan
utamanya adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik
dari hormonal terapi..Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan
dibandingkan pemberian aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang sudah
menopause dan Her2-.Lama pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun.
(Kemnkes, 2017)
c. Terapi target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B.
Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan IHK yang
Her2 positif. Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih diutamakan pada
kasus-kasus yang stadium dini dan yang mempunyai prognosis baik (selama
satu tahun: tiap 3 minggu). Penggunaan anti VEGF atau m-tor inhibitor belum
direkomendasikan. (Kemnkes, 2017)
d. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana Ca
mammae. Radioterapi dalam tatalaksana Ca mammae dapat diberikan sebagai
terapi kuratif ajuvan dan paliatif.
Radioterapi Kuratif Ajuvan
Radioterapi pasca BCS (radioterapi seluruh payudara)
Indikasi
Radioterapi seluruh payudara pada pasca BCS diberikan pada semua kasus Ca
mammae (ESMO Level 1, grade A). Hal ini disebabkan radioterapi pada BCS
meningkatkan kontrol lokal dan mengurangi angka kematian karena Ca
mammae dan memiliki kesintasan yang sama dengan pasien Ca mammae
stadium dini yang ditatalaksana dengan MRM. Radioterapi seluruh payudara
dapat diabaikan pada pasien Ca mammae pasca BCS berusia > 70 tahun
dengan syarat: (ESMO Level 2, grade B, NCCN kategori 1). Reseptor estrogen
+Klinis N0 T1 yang mendapat terapi hormonal (Kemenkes, 2017)
2.1.8 PATHWAY
Mendesak
Mendesak sel Mendesak
Mensuplai jaringan sekitar
syaraf pembuluh
nutrisi ke darah
jaringan ca
per
Menekan jaringan
Interupsi sel syaraf
pada mamae
Hipermetabolis Aliran darah
ke jaringan Peningkatan
nyeri terhambat
konsistensi mamae
Suplai nutrisi
jaringan lain Mamae hipoksia
Ukuran mamae
membengkak
abnormal
BB turun
Massa tumor Kecemasan Bakteri
mendesak ke Mamae patogen
Nutrisi kurang
jaringan luar asimetrik
dari kebutuhan
tubuh
Gangguan Resiko
Perfusi jaringan infeksi
Infiltrasi body image
terganggu
pleura
parietal
ulkus
Ekspansi paru
menurun Gangguan
integritas jaringan
Gangguan
pola nafas
2. Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medik : Ca Mamae
b. Keluhan Utama :
a. Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
1) Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini makin lama
makin mengeras
2) Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
3) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit
payudara jinak, hyperplasisa tipikal, dan pernah mengalami sakit bagian
dada sehingga mendapatkan terapi penyinaran
2) Alergi (obat, makanan, plester,dll)
Tidak ada
3) Imunisasi
Imunisasi lengkap
4) Kebiasaan/pola hidup/life style
Kebiasaan makan tinggi lemak
5) Obat-obat yang digunakan
Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki
resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca mammae. Adanya keluarga yang
mengalami ca adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium dan kanker serviks
f. Genogram :
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak perempuannya
menderita ca mamae
3. Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien menganggap benjolan di payudara adalah hal yang biasa dan tidak
perlu untuk dibawa ke dokter
b. Pola Nutrisi/metabolic
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi karena klien susah
makan dan akibatnya klien tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya. Adanya
penurunan berat badan
c. Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit makan
d. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
Adanya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya rasa nyeri
pada payudara
Makan / minum
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi / ROM
Ket : 0: tergantung total, 1: bantuan petugas dan alat, 2: bantuan petugas, 3: bantuan
alat, 4: mandiri
e. Pola Tidur & Istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri pada payudara yang ia
rasakan
f. Pola Kognitif & Perceptual
Biasanya klien mengalami pusing pasca bedah sehingga ada komplikasi pada kognitif,
sensorik maupun motorik
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Organ payudara merupakan alat vital bagi manusia. Kelainan atau kehilangan bahkan
adanya gangguan mengakibatkan klien tidak percaya diri, malu dan kehilangan
haknya sebagai wanita
h. Pola Seksual & Reproduksi
Biasanya ada sedikit gangguan dalam kebutuhan reproduksinya dan biasanya kurang
puas
i. Pola Peran & Hubungan
Ada gangguan dalam hubungan dengan keluarga maupun orang lain. Gangguan peran
pun ada karena klien tidak dapat melakukan perannya seperti biasa
j. Pola Manajemen Koping & Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan dan ada keputusasaan
k. Sistem Nilai & Keyakinan
Aktivitas spiritual pasien mengalami penurunan khusunya dalam melaksanakan
ibadah akibat dari nyeri dan ketidakmampuan melakukan aktivitas
4. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, RR, dan suhu
Pengkajian Fisik Head to toe
a. Kepala
Normal, kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan
oksipital dibagian posterior.
b. Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang
tidak adekuat
c. Telinga
Terlihat bersih dan tidak ada gangguan
d. Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan cuping
hidung yang disebabkan oleh sesak nafas karena kanker sudah bermetastase ke
paru
e. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Biasanya gusi klien mudah
terjadi perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah. Lidah terlihat tampak pucat
dan kurang bersih. Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
f. Leher
Biasanya terdapat pembesaran getah bening
g. Dada
Adanya kelainan kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit jeruk),
dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang
h. Mamae
1) Inspeksi
Terdapat benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan berwarna
merah, dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
2) Palpasi
Terasa benjolan keras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran
kelenjar getah bening diketiak
i. Abdomen
1) Inspeksi
Tidak ada pembesaran
2) Palpasi
Biasanya tidak terdapat bising usus
3) Perkusi
Biasanya hepar dan lien tidak teraba
4) Auskultasi
Tympani
j. Urogenital
Biasanya genitalia bersih dan tidak ada gangguan
k. Ekstremitas
Biasanya terjadi edema pada ekstremitas atas
l. Kulit dan kuku
Terjadi perubahan kelembapan kulit, dan turgor kulit tidak elastis
5. Pemeriksaan penunjang
a) Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna untuk
klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.
b) Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
c) CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang
sulit diperiksa dengan mammografi
d) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan
kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil komplemen dari
e) Mammografi.
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat
untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap
awal.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan Ca Mamae antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya infiltrasi tumor
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan peningkatan ketegangan,
gemetar dan gelisah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ke jaringan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan perubahan pada bentuk tubuh karena proses
penyakit
1.1 Asuhan Keperawatan Kasus Ny T post operasi benign neoplas of breast ( tumor
mamae)
2.2.1 Pengkajian
a. Biodata
Nama : Ny. T
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Alamat : Ploso RT 5 Rw 1
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal MRS : 7 Juni 2022
Dx Medis : Benign Neoplas Of Breast ( Tumor Mamae)
Nomer Register : 370429
Tanggal Pengkajian : 7 Juni 2022
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka post post operasi di payudara sebelah kiri
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan terdapat benjolan di payudara kiri di atas areola mammae
terasa kurang lebih 7 hari dengan diameter kurang lebih 2-3 cm. kini telah
dilakukan tindakan operasi pada daerah payudara kiri di atas areaola mammae.
Pasca operasi, pasien nampak menyeringai menahan nyeri akibat luka post operasi
dibagian payudara kiri, diatas areola mammae, nyeri bertambah Ketika tangan
sebelah kiri digerakkan. Skala nyeri 5-6
d. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 3 tahun yang lalu, pasien
mengkonsumsi obat nifedipine dan dapat terkontrol. Pasien memeliki Riwayat
penyakit kista sejak 8 tahun yang lalu dan sudah hilang tanpa operasi
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan ada keluarga yang menderita hipertensi yaitu ibu.
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit tumor mammae. Keluarga tidak ada
yang menderita penyakit DM, asam urat, dan kolesterol.
f. Pola Aktivitas Sehari-hari
1. Pola tidur / istirahat
Sebelum MRS : Nyenyak dan tidak sering terbangun , tidur malam 6-8 jam
Setelah MRS : pasien tidak bisa istirahat karena merasakan nyeri pada luka
operasi, tidur malam selama 3 jam, siang 1 jam.
2. Pola eliminasi
Sebelum MRS : BAK berwarna kuning jernih, BAK sebanyak 4-8 kali sehari,
BAB 2 kali sehari, konsistensi padat. BAK dan BAB secara
mandiri.
Setelah MRS : BAK 4-7x/hari, BAB 1 kali sehari, konsistensi padat. BAK dan
BAB perlu bantuan keluarga karena terdapat luka post operasi
di payudara sebelah kiri
3. Pola makan/ minum
Sebelum MRS : Makan 3 kali sehari, setiap makan porsi habis, minum 4 gelas
250 cc
Setelah MRS : pasien masih puasa
4. Pola kebersihan diri
Sebelum MRS : Bersih, mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari, keramas 3
hari sekali
Setelah MRS : Cukup bersih, mandi 1x sehari, sikat gigi 1x sehari. Kebersihan
diri perlu dibantu keluarga yang menunggu
5. Pola kegiatan dan kebiasaan lain
Sebelum MRS : Pasien tidak bekerja (IRT).
Setelah MRS : Saat sakit, pasien hanya dapat beristirahat ditempat tidur dan
tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasanya. Setalah operasi
pasien mengatakan aktivitasnya akan dibantu keluarganya yang
menunggu.
6. Pola hubungan dan peran (konsep diri)
Sebelum MRS : Pasien puas terhadap perannya, pasien mampu/ sanggup
melaksanakan perannya sabagai Ibu rumah tangga.
Setelah MRS : Saat sakit pasien tidak mampu melaksanakan perannya
sebagai Ibu rumah tangga karena harus banyak beristirahat dan
dirawat di RS
7. Pola seksual
Selama menikah pasien mempunyai 1 anak berumur 11 tahun, pasien pernah
menjalani KB suntik 1,5 tahun, KB pil 6 bulan, KB spiral 3 bulan. Dan sudah
7 tahun pasien tidak KB.
8. Pola penanggulangan stress
Keluarga mengatakan pasien adalah orang yang mempunyai sifat acuh dan
kurang sabar, tetapi mempunyai semangat hidup yang tinggi. Dalam satu
bulan sekali pasien dan keluarga pergi untuk berlibur bersama untuk
mengurangi stres.
g. Data Psikososial
1. Hubungan pasien dan keluarga :
Sangat baik, pasien selama di rumah sakit ditemani suaminya dan pasien
mampu kooperatif dengan suaminya selama perawatan di RS.
2. Hubungan pasien dengan pasien lain :
Baik, pasien mampu berinteraksi dengan pasien lain yang berada di sekitarnya.
3. Dukungan keluarga terhadap pasien :
Keluarga sangat mendukung agar pasien segera sembuh
4. Reaksi pasien saat interaksi :
Pasien dapat berinteraksi dengan baik dengan keluarga, pasien lain, maupun
dengan perawat di RS.
h. Data Spiritual
1. Konsep tentang penguasaan kehidupan :
Pasien percaya bahwa tuhan yang memiliki kekuasaan atas kehidupan dan
kematian manusia.
2. Sumber kekuatan/ harapan saat sakit :
Pasien selalu berdoa memohon kesembuhan pada tuhan
3. Ritual agama yang bermakna/ berarti/ harapan saat ini :
Pasien melaksanakan sholat 5 waktu. Selama sakit pasien melakukan ibadah
di tempat tidur.
4. Sarana/ peralatan/ orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual:
Pasien melaksanakan sholat ditempat tidur
5. Keyakinan pasien terhadap kesembuhan penyakit :
Pasien yakin bisa sembuh
6. Persepsi terhadap penyakit :
Pasien menganggap sakit ini ujian dari tuhan
i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
Cukup, GCS 456, kesadaran composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36⁰ C
Nadi : 73 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
3. Pemeriksaan kepala
Inspeksi : rambut lebat bersih tidak ada ketombe, berwarna hitam lurus dan
sedikit panjang, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada hematoma
4. Pemeriksaan wajah :
Inspeksi : Wajah tidak terdapat ada odem, tidak ada luka, bentuk wajah
simetris
5. Pemeriksaan mata
Inspeksi : mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih, tidak ada
ikterus, pupil isokor, pelpebra simetris
Reflek cahaya : sensitif, mengecil saat terkena cahaya
Ketajaman penglihatan : pasien mampu melihat dengan jelas sampai jarak 5
m
Alat bantu : tidak ada alat bantu
6. Hidung
Pasien mampu membedakan jenis bau
Inpeksi : tidak tampak kotoran hidung, mukosa hidung lembab, tidak ada
sekret
Palpasi : tidak ada polip
7. Mulut
Pasien mampu membedakan jenis rasa
Inspeksi : mukosa bibir lembab, mulut nampak bersih
8. Telinga
Pasien mampu mendengar dengan baik
Inspeksi : sedikit kotor, terdapat cerumen
Palpasi : tidak ada benjolan
9. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : tidak ada benjolan, nadi karotis teraba, tidak ada nyeri telan
10. Integumen
inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak ada lesi
Palpasi : CRT <2 detik
11. Thoraks atau dada
Inspeksi : dada kanan kiri saat inspirasi dan ekspirasi simetris, tidak ada
tarikan intercostae, ada luka insisi operasi di payudara sebelah kiri
12. Paru
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler, tidak ada ronchi dan wheezing
13. Jantung
Perkusi : suara pekak
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : S1 S2 terdengar tunggal , tidak ada murmur
14. Abdomen
Inspeksi : tidak ada jejas, tidak ada meteorismus,
Palpasi : pada perut bagian kanan bawah tidak ada nyeri apendiks
Perkusi : terdengar suara timpani
Auskultasi : terdengar suara bising usus 12 kali/ menit
15. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
Inspeksi : Ekstremitas atas mampu melakukan ROM aktif
Palpasi : tidak ada odem, tidak ada nyeri tekan
b. Ekstremitas bawah
Inspeksi : Kedua ekstremitas bawah mampu melakukan ROM aktif
Palpasi : tidak ada odem, Tidak ada nyeri tekan
16. Kelamin dan sekitarnya
Inspeksi : Kelamin bersih, tidak terdapat penyakit kelamin.
17. Muskoloskeletal
Kekuatan otot pada ekstermitas atas sebelah kiri derajat 4 : pasien mampu
melakukan pergerakan namun sedikit nyeri
Derajat 5 Derajat 4
Ekstermitas atas kanan Ekstermitas atas kiri
Derajat 5 Derajat 5
Ekstermitas bawah kanan Ekstermitas bawah kiri
18. Neurologi
Terdapat gerakan reflek, tidak ada paralisis. Kaki bisa digerakkan
j. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
No. RM : 370429 Penanggung :dr.Hanafi Sayogo,
Nama Pasien : Ny. T jawab Sp.B
JK/Umur : P/ 34 tahun 6 bl 7 hr Dokter pengirim : dr. Hanafi Sayogo,
Alamat : Ploso RT 05/ RW 01 Tgl. Sp.B
Ploso Genuk Pemeriksaan : 03-06-2022
No. Periksa : 2022/06/03/370049 Jam : 09:40:22
pemeriksaan : poli bedah
Poli
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Keterangan
Rujukan
GULA DARAH
SEWAKTU
Glukosa sewaktu 95 mg/dl <200
BT
BT 1 menit 1-3
CT
CT 8 menit 6-12
Darah Lengkap
Hemoglobin 13.2 g/dl 11,4-17,7
Leukosit 8.360 /cmm 4.700-10.300
Hematokrit 38,5 % 37-43
Eritrosit 4.72 jt/ul 4-5
Trombosit 245.000 /cmm 150.000-
Hitung jenis : 350.000
- Segmen 63 %
- Limposit 35 % 50-65
- monosit 2 % 25-35
4-10
ALC (Absolute 2.890
Lymphocyte)
NLR (Neutrophyl 1,7
Lymphocyte)
AMC (Absolute
Monotocyte)
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Post Operasi Benign Neoplas Of
Breast (Tumor mammae) di Ruang Operasi RSNU Jombang, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Data hasil pengkajian fisik yang diperoleh adalah kesadaran pasien composmentis,
keadaan umum pasien Post Op:cukup, terdapat luka post-op pada bagian payudara kiri
diatas areola mammae, pasien mengeluh kesulitan bernapas setelah operasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada tahap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus post operasi adalah
pola napas tidak efektif b/d efek agen farmakologis (general anestesi).
3. Intervensi
Intervensi yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosa yang ada dan semuanya
dapat dilaksanakan. Hal ini antara lain karena dukungan dari keluarga, perawat
rungan dan pembimbing.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan penulis dan
intervensi yang telah disusun baik tindakan keperawatan mandiri maupun kolaborasi.
5. Evaluasi
Pada evaluasi keperawatan semua masalah keperawatan yang diangkat pada kasus
telah teratasi sebagian dan akan dilanjutkan di ruangan perawatan.
3.2 Saran
Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut:
a. Untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan yang
baik dan keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
b. Bagi Penulis
Penulis mampu meningkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien hernia yang lebih berkualitas
c. Bagi Rumah Sakit
Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan rumah sakit khususnya RSNU
Jombang dapat memberikan pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja sama
yang baik antara tim kesehatan dan pasien serta keluarga yang ditujukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan
pasien hernia pada khususnya diharapkan di rumah sakit mampu menyediakan
fasilitas yang dapat mendukung kesembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2015. Breast cancer facts and figure 2015-2016. Atlanta:
American Cancer Society
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher., Joanne M. Dochterman., cheryl M. Wagner. 2013.
Nursing Interventions Classification (NIC). 6th Edition. Singapore: Mosby, Elsevier
Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi Tumanggor. Nursing
Interventions Classification (NIC). Edisi Ke-6. Indonesia: CV Mocomedia.
Erik, T. (2005). Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta: Gramedia.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
Kementerian Kesehatan RI: Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Kesehatan RI: Jakarta
Modern Cancer Hospital Guangzhou. (2015). Diagnosis Kanker Payudara.
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/breast-cancer-diagnosis/.
[diakses tanggal 3 September 2019].
Moorhead, Sue., Marion Johnson., Meridean L. Maas., Elizabeth Swanson. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Mosby, Elsevier Inc.
Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi Tumanggor. Nursing
Outcomes Classification (NOC). Edisi Ke-5. Indonesia: CV Mocomedia.
Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M. (1995). Buku 1 Patofisiologi “Kosep Klinis Proses-Proses
Penyakit”, edisi : 4. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidayat, R dan De Jong W. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Syaiffudin. (2010). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan
& Kebidanan, Ed. 4. Jakarta : EGC.