PADA CA MAMAE
Laporan Asuhan Keperawatan Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah
DISUSUN
OLEH:
ILHAM AMIN
19175029
KOORDINATOR STASE
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, maka sel-sel kanker bisa
bermetastase pada bagian-bagian tubuh yang lain. Metastase bisa terjadi pada
kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu, sel-sel kanker
bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal
dari epitel ductus maupun lobulusnya. (Kemenkes, 2017)
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan, sebelum
gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan. Sebagian besar
massa terlihat saat terjadi benjolan di payudara dimana awalnya bersifat jinak dan
terus berkembang dan menyebar sehingga tidak terkendali. Analisi mikroskopis
payudara diperlukan untuk diagnosis definitis dan untuk mengetahui tingkat
penyebaran (in situ atau invasif) dan ciri jenis penyakitnya. Analisis mikroskopis
jaringan didapat melalui biopsi jarum atau bedah. Biopsi didasarkan pada klinis
pasien individu faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan sumber daya tertentu
(American Cancer Soxiety, 2015).
B. Epidemiologi
Ca mamae merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia.
Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, kanker payudara
menempati urutan pertama dengan frekuensi relative sebesar 18,6%. (Data Kanker
di Indonesia, 2010). Menurut Hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa estimasi jumlah
kasus Ca Mamae di Indonesia sebesar 61.682. Kasus terbanyak ada di Jawa Tengah
yaitu sebesar 11.511. Diperkirakan angka kejadian di Indonesia sebesar 12/100.000
wanita, sedangkan di Amerika sebesar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang
cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kasus yang ditemukan pada stadium
lanjut dimana dalam upaya pengobatan sudah sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu
perlu adanya pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan
2
kuratif maupun paliatif, serta upaya rehabilitasi yang baik agar pelayanan untuk
penderita dapat dilakukan secara optimal. (Kemenkes, 2017)
C. Etiologi
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain :
1. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada
wanita berusia 75 tahun
2. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko
tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang terkena diangkat, maka
resiko terjadinya karsinoma pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-
1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki
resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya kanker
payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah satu
dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar
5. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia
55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.
Semakin dini menarke, semakin besar resiko Ca Mamae. Resiko menderita Ca
Mamae adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami menarke
sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang
tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui
berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi
sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit
meningkatkan resiko Ca mammae dan resikonya meningkat jika pemakaiannya
lebih lama.
3
7. Obesitas pasca menopause
Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan. Beberapa
penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae
kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes.
8. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya
Ca mammae.
9. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang
menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industry
lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
10. DES (dietstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko
tinggi menderita Ca Mamae
11. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa
kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
12. Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium dan kanker
usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko
terjadinya Ca Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).
D. Klasifikasi
Klasifikasi Stadium
Stadium Ca mammae ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American
Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk Ca mammae yaitu :
1. Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara
4
tanpa tumor
T1 Tumor 2 cm atau kurang
pada dimensi terbesar
T1mic Mikroinvasi 0.1 cm atau
kurang pada dimensi
terbesar
T1 a Tumor lebih dari 0.1 cm
tetapi tidak lebih dari 0.5
cm pada dimensi terbesar
5
Gambar 1.5 Stadium tumor Ca mammae
(Sumber : American Cancer Soxiety, 2015)
Pengelompokan Stadium
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium 1A T1 N0 M0
Stadium 1B T0 N1 M0
T1 NI M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
6
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
Stadium IIIB T4 N1-N2 M0
Stadium IIIC Semua N3 M0
T
Stadium IV Semua Semua M1
T N
a. Stadium 0
Dikatakan stadium 0 karena kanker masih berada di pembuluh/saluran payudara
serta kelenjar susu, belum mengalami penyebaran keluar dari area tersebut
b. Stadium 1
Stadium 1 A
7
Ukurannya masih sangat kecil dan tidak menyebar serta belum
ditemukannya pada pembuluh getah bening.
Stadium 1B
8
Gambar 1.9 Stadium 2A
(Sumber : Soleha, 2017)
a. Kanker berukuran lebih kecil dari 2cm, mulai ditemukan titik-titik pada getah
bening di area sekitar ketiak.
b. Kanker telah berukuran 2-5 cm, pada pembuluh getah bening belum terjadi
penyebaran titik-titik sel kanker
c. Titik-titik di pembuluh getah bening ketiak mulai ditemukan namun tidak ada
tanda tumor pada bagian payudara
Stadium 2 B
Gambar 2 Stadium 2B
1. Kanker berukuran 2-5 cm
2. Titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak telah tersebar sel-sel kanker
payudara
3. Tumor telah berukuran 5 cm namun belum terjadi penyebaran
d. Stadium 3
Stadium 3A
9
Gambar 2.1 Stadium 3A
(Sumber : Soleha, 2017)
Kanker telah berukuran < 5cm dan telah terjadi penyebaran sel-sel kanker
pada titik-titik pembuluh getah bening di ketiak
Atau
10
Gambar 2.3 Stadium 3A
(Sumber : Soleha, 2017)
Tumor lebih dari 5 cm dan telah menyebar ke hingga 3 kelenjar getah bening
di ketiak atau ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada
Stadium 3B
11
Gambar 2.4 Stadium 3C
(Sumber : Soleha, 2017)
Telah dideteksi bahwa sel-sel kanker telah menyebat ke titik-titik pembuluh
getah bening yaitu sekitar 10 area getah bening telah tersebar sel-sel kanker,
tepatnya dibawah tulang selangka.
e.Stadium 4
E. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-
zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara. Karsinoma mamae berasal dari jaringan epitel dan
paling sering terjadi di sistem duktal, mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan
12
perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carcinoma insitu
dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh
dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-
kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari carcinoma
mamae telah bermetastasis. Carsinoma mamae bermetastasis dengan penyebaran
langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah
(Indonesian Cancer Foundation, 2012)
Ca Mamae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat
maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilaris
dan terjadi benjola, dari sel epidermis penting mnejadi invasi timbul krusta pada
organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal (Mansjoer, 2000).
Pathway
Resiko
Perfusi jaringan infeksi
terganggu
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai
timbul pembengkakan
c. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar putting
susu, mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara
d. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada rasa sakit
g. Ada pembengkakan di daerah lengan
14
h. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
i. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah
diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
j. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain
G. Pemeriksaan Diagnosis
a.Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
15
jarum dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal, maka
dilakukan aspirasi melalui jarum tersebut. Pada prosedur FNAB seringkali tidak
dilakukan pembiusan lokal karena prosedur anastesi lebih memberikan rasa sakit
dibandingkan pemeriksaan FNAB itu sendiri. Selain itu, lidokain yang
digunakan sebagai bahan anestesi bisa menimbulkan artefak yang dapat terlihat
pada pemeriksaan mikroskopis Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi
aspirasi, baik yang letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di
dalam rongga tubuh unpalpable, dengan indikasi:
a. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan
b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku
intraoperatif
c.Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan wanita
lanjut usia
d.Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e.Penderita yang menolak operasi atau anestesi
f.Nodul–nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
g.Kasus Ca mammae stadium lanjut yang sudah inoperabel
h.Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB adalah
metode tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun insisi
payudara. Hasil dapat diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat segera
mendapatkan terapi selanjutnya. Keuntungan lain dari metode ini adalah biaya
pemeriksaan lebih murah, rasa cemas dan stress pasien lebih singkat
dibandingkan metode biopsi. Kekurangan dari metode ini hanya mengambil
sangat sedikit jaringan atau sel payudara sehingga hanya dapat menghasilkan
diagnosis berdasarkan keadaan sel. Dari kekurangan tersebut, FNAB tidak
dapat menilai luasnya invasi tumor dan terkadang subtipe kanker tidak dapat
diidentifikasi sehingga dapat terjadi negatif palsu
b.Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang
sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil jaringan.
Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi maupun eksisi
16
dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode biopsi eksisi
maupun insisi ini merupakan pengambilan jaringan yang dicurigai patologis
disertai pengambilan sebagian jaringan normal sebagai pembandingnya. Tingkat
keakuratan diagnosis metode ini hampir 100% karena pengambilan sampel
jaringan cukup banyak dan kemungkinan kesalahan diagnosis sangat kecil.
Tetapi metode ini memiliki kekurangan seperti harus melibatkan tenaga ahli
anastesi, mahal, membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama karena harus
di insisi, menimbulkan bekas berupa jaringan parut yang nantinya akan
mengganggu gambaran mammografi, serta dapat terjadi komplikasi berupa
perdarahan dan infeksi,
c.Mammografi dan ultrasonografi
Berperan dalam membantu diagnosis lesi payudara yang padat palpable
maupun impalpable serta bermanfaat untuk membedakan tumor solid, kistik dan
ganas. Teknik ini merupakan dasar untuk program skrinning sebagai alat bantu
dokter untuk mengetahui lokasi lesi dan sebagai penuntun FNAB. Menurut
Muhartono (2012), FNAB yang dipandu usg untuk mendiagnosis tumor
payudara memiliki sensitivitas tinggi yaitu 92% dan spesifisitas 96%.
Pemeriksaan ini mempergunakan linear scanner dengan transduser berfrekuensi
5 MHz. Secara sistematis, scanning dimulai dari kuadran medial atas dan bawah
dilanjutkan ke kuadran lateral atas dan bawah dengan film polaroid pada
potongan kraniokaudal dan mediolateral oblik. Nilai ketepatan USG untuk lesi
kistik adalah 90–95%, sedangkan untuk lesi solid seperti FAM adalah 75–85%.
Untuk mengetahui tumor ganas nilai ketepatan diagnostik USG hanya 62–78%
sehingga masih diperlukan pemeriksaan lainnya untuk menentukan keganasan
pada payudara.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun
secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena biayanya
mahal dan memerlukan waktu pemeriksaan yang lam. Akan tetapi MRI dapat
dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara yang padat atau pada
payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien dengan resiko tinggi untuk
menderita Ca Mamae.
17
e. USG payudara
USG payudara dapat memberi gambaran jelas mengenai kondisi jaringan
kelenjar susu , tepi, ada tidaknya benjolan, ukuran, bentuk, sifat tumor, dan
lainnya. Ketepatan USG dalam mendiagnosa sekitar 80-85%
f. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan menggunakan
antibody sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan jaringan
(tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya. IHK merupakan standar
dalam menentukan subtipe kanker payudara. Pemeriksaan IHK pada karsinoma
payudara berperan dalam membantu menentukan prediksi respons terapi
sistemik dan prognosis.
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk karsinoma
payudara adalah :
1. Reseptor hormonal yaitu reseptor esterogen (ER) dan reseptor progesterone
(PR)
2. HER2
3. Ki-67
18
1) Docetaxel
2) Paclitaxel
3) Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
4) Vinorelbine (Navelbine)
5) Capecitabine (Xeloda)
6) Liposomal doxorubicin (Doxil)
7) Gemcitabine (Gemzar)
8) Mitoxantrone
9) Ixabepilone (Ixempra)
10) Albumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
11) Eribulin (Halaven)(Samiadi, 2017).
19
d.Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal atau
regional dapat dilakukan pada saat bersamaan setelah beberapa waktu
Jenis pembedahan pada Ca mammae:
1. Mastektomi
a. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh
payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar
getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi: Ca
mammae stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb,
dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor.
(Kemenkes, 2017)
b. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
20
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
Tumor phyllodes besar
Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor.
Penyakit Paget tanpa massa tumor
DCIS
21
tertentu. Tambahan radioterapi pada BCS dikatakan memberikan hasil
yang lebih baik
Indikasi :
Ca mammae stadium I dan II.
Ca mammae stadium III dengan respon parsial setelah terapi
neoajuvan
Kontra indikasi :
Ca mammae yang multisentris, terutama multisentris yang lebih
dari 1 kwadran dari payudara.
Ca mammae dengan kehamilan
Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
Tumor di kuadran sentral (relatif)
Syarat :
Terjangkaunya sarana mamografi, potong beku, dan radioterapi.
Proporsi antara ukuran tumor dan ukuran payudara yang
memadai.
Pilihan pasien dan sudah dilakukan diskusi yang mendalam
(Kemenkes, 2017).
g. Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua ovarium
dengan/ tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan secara terbuka
ataupun per- laparaskopi.Tindakan ini boleh dilakukan olehspesialis
bedah umum atau Spesiali Konsultan Bedah Onkologi, dengan ketentuan
tak ada lesi primer di organ kandungan.
Indikasi :
a. Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan mempunyai
timyang berpengalaman.( Spesialis bedah konsultan onkologi).
b. Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan reseptor
hormonal positif.
Catatan :Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif dapat
dilakukan dalam konteks penelitian klinis dan harus mendapatkan ethical
clearance dari lembaga yang berwenang. (Kemenkes, 2017)
22
h. Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada Ca
mammae. Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para
ahli, namun dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup
yang lebih panjang bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu.Tindakan
ini dilakukan pada Ca mammae dengan metastasis kulit, paru, hati, dan
payudara kontralateral.Pada metastasis otak, metastatektomi memiliki
manfaat klinis yang masih kontroversi.
Indikasi:
Tumor metastasis tunggal pada satu organ
Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ sekitar
Syarat:
Keadaan umum cukup baik (status performa baik = skorWHO
>3)
Estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan
Masa bebas penyakit > 36 bulan (Kemnkes, 2017)
2. Terapi Sistemik
a. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa
gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi
diberikan secara bertahap biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar
mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih
dapat diterima. Hasil pemeriksaan imunohistokimia memberikan
beberapa pertimbangan penentuan regimen kemoterapi yang akan
diberikan. Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah menjadi
standar lini pertama (first line) adalah :
1) CHF, Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral)(dapat
diganti injeksi cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8 ),
Methotrexate 50 mg / m2 IV, hari 1 & 85 Fluoro-uracil 500
mg/m2 IV,hari 1 & 8.
2) CAF
23
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
3) CEF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
Regimen Kemoterapi
1) AC
Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1
Interval 3-4 minggu, 4 siklus
2) TA (Kombinasi Taxane – Doxorubicin)
Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1
3) ACT
TC
Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
4) Pilihan kemoterapi kelompok HER 2 negatif
Dose Dence AC + paclitaxel
Docetaxel cyclophospamide
5) Pilihan kemoterapi HER 2 positif
AC (Antharacycline) + TH (Taxotere dan Herceptin)
TCH (Taxotere, Carboplatin, Herceptin)
b. Terapi hormonal
24
Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam
menentukan pilihan kemo atau hormonal sehingga diperlukan validasi
pemeriksaan tersebut dengan baik. Terapi hormonal diberikan pada
kasus-kasus dengan hormonal positif. Terapi hormonal bisa diberikan
pada stadium I sampai IV. Pada kasus kanker dengan luminal A
(ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan utamanya adalah hormonal bukan
kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik dari hormonal terapi..Pilihan
terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan dibandingkan pemberian
aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang sudah menopause dan
Her2-.Lama pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun. (Kemnkes,
2017)
c. Terapi target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B.
Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan IHK
yang Her2 positif. Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih
diutamakan pada kasus-kasus yang stadium dini dan yang mempunyai
prognosis baik (selama satu tahun: tiap 3 minggu). Penggunaan anti
VEGF atau m-tor inhibitor belum direkomendasikan. (Kemnkes, 2017)
d. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana
Ca mammae. Radioterapi dalam tatalaksana Ca mammae dapat diberikan
sebagai terapi kuratif ajuvan dan paliatif.
25
mammae pasca BCS berusia > 70 tahun dengan syarat: (ESMO Level 2,
grade B, NCCN kategori 1). Reseptor estrogen +Klinis N0 T1 yang
mendapat terapi hormonal (Kemenkes, 2017)
DAFTAR PUSTAKA
26
5. Brunner & Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
&Suddarth Volume 3. Jakarta: EGC.
6. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius
27
PROGRAM PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
ALAMAT : Jl. Blang Bintang Lama Km. 8,5 Telp 21569 Lampoh Keudee Aceh Besar – 23372
Hari rawat ke :3
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Ny. I
2. Umur : 35 Tahun
3. Suku/ Bangsa : Aceh
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IRT
7. Alamat : Banda Aceh
8. Sumber Biaya : BPJS
KELUHAN UTAMA
1. Keluhan utama: Pasien mengatakan nyeri pada bagian payudara kiri , pasien juga sangat takut dengan tindakan
pembedahan yang akan dilakukan, Pasien juga mengeluh nafsu makan berkurang sehingga badan terasa lemas
3. Riwayat alergi:
Obat ya tidak jenis……………………
5. Lain-lain:
...........................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
- Jenis :………………….....................................................................................................................................
- Genogram :
Merokok ya tidak
keterangan…………………….........................................................
Obat ya tidak
29
keterangan…..............................................................………………
keterangan…..........................................................…………………
Jenis................................................ Flow..............lpm
j. Penggunaan WSD:
- Jenis : .................................................................................................................................................................
- Jumlah cairan : ..................................................................................................................................................
- Undulasi :...................................................................................................................................................
- Tekanan : ..................................................................................................................................................
k. Tracheostomy: ya tidak
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
l. Lain-lain:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
31
N8 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N9 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N10 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N11 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N12 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
f. Kemampuan berkemih:
Spontan Alat bantu, sebutkan: .................................................................................................
Jenis :............................................
Ukuran :............................................
Hari ke :............................................
g. Produksi urine : ………….. ml/jam
Warna :............……
Bau :......………..
h. Kandung kemih : Membesar ya tidak
i. Nyeri tekan ya tidak
j. Intake cairan oral : 1000 cc/hari parenteral : 300 cc/hari
k. Balance cairan:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
k. Lain-lain:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
32
6. Sistem pencernaan (B5) Masalah Keperawatan :
a. TB :162 BB : 45 kg
b. IMT :17,17 Interpretasi : BB Kurang Nutrisi Kurang Dari
kebutuhan tubuh
c. Mulut: bersih kotor berbau
d. Membran mukosa: lembab kering stomatitis
e. Tenggorokan:
sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
f. Abdomen: tegang kembung ascites
g. Nyeri tekan: ya tidak
h. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
Drain : ada tidak
- Jumlah :...................
- Warna :...................
- Kondisi area sekitar insersi :...................
i. Peristaltik: 21 x/menit
j. BAB: 1 .x/hari Terakhir tanggal : 09 Oktober 2020
k. Konsistensi: keras lunak cair lendir/darah
l. Diet: padat lunak cair
m. Diet Khusus:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
n. Nafsu makan: baik menurun Frekuensi:3 x/hari
o. Porsi makan: habis tidak Keterangan: makan hanya 2-3 sendok
p. Lain-lain:
Pasien mengatakan adanya penurunan BB, dengan BB awal 48, BB sekarang 45 kg
7. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Masalah Keperawatan :
OD OS
Visus
Palpebra
Conjunctiva
Kornea
BMD
Pupil
Iris
Lensa
TIO
33
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
T :...................................................................
8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Masalah Keperawatan :
OD OS
Aurcicula
MAE
Membran
Tymphani
Rinne
Weber
Swabach
b. Tes Audiometri
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
34
S :...................................................................
T :...................................................................
35
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan bahwa pasien beresiko Total Nilai
mengalami dekubisus (pressure ulcers)
(15 or 16 = low risk, 13 or 14 = moderate risk, 12 or less = high risk)
b. Warna
c. Pitting edema: +/- grade:................ Masalah Keperawatan :
d. Ekskoriasis: ya tidak
e. Psoriasis: ya tidak
f. Pruritus: ya tidak
g. Urtikaria: ya tidak
h. Lain-lain:
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
Masalah keperawatan :
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya: Ansietas
Pasien mengatakan merasa cemas dan takut dengan tindakan pembedahan yang
Akan dilakukan, pasien mengatakan takut penyakit ini akan mengancam
Nyawanya, pasien juga menanyakan apakah setelah tumorini diangkat apakah
Dapat sembuh total
...........................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
37
PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah Masalah Keperawatan :
- Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
- Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah
38
Klorida (Cl) 107 mmol/L 98-106
Kimia Klinik
Faal Hati
AST/SGOT 14 U/L 0-32
ALT/SGPT 10 U/L 0-33
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa Darah Sewaktu 96 mg/dL < 200
Faal Ginjal
Ureum 33,20 mg/dL 16,6-48,5
Kreatinin 0,64 mg/dL < 1,2
TERAPI
39
Ranitidin 2x 50 mg
Ketorolak 3 x 30 mg
(Ilham Amin)
40
PROGRAM PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
ANALISIS DATA
Hari/
DATA MASALAH
Tgl/ Jam
Do:
KU Baik
Kesadaran composmentis
TTV :
TD: 120/90 mmHg
41
HR: 88x/i
RR: 24x/i
T: 36,5 OC
Kooperatif
Terdapat massa solid mammae
sinistraberukuran 1,2x1,0x1,1 cm
(hasil USG mammae 08/10/2020
DO:
KU Baik
Kesadaran composmentis
TTV :
TD: 120/90 mmHg
HR: 88x/i
RR: 24x/i
T: 36,5 OC
Pasien tampak gelisah dan cemas
Kontak mata kurang
Ketika berbicara, suara bergetar
42
Pasien tampak sering melamun
Pasien tampak lemah
DO:
KU Baik
Kesadaran composmentis
TTV :
TD: 120/90 mmHg
HR: 88x/i
RR: 24x/i
T: 36,5 OC
Porsi makan tidak habis, hanya 2-3
sendok makan
Pasien tampak kurus
BB: 45 kg
TB: 162 cm
IMT : 17,17
Interprestasi BB kurang
43
PROGRAM PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
44
45
RENCANA INTERVENSI
47
Nutritional Status : food and 1. Kaji adanya alergi makanan
Fluid Intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
Kriteria Hasil : kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
1. Adanya peningkatan berat badan 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
sesuai dengan tujuan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
2. Berat badan ideal sesuai dengan vitamin C
tinggi badan 5. Berikan substansi gula
3. Mampu mengidentifikasi 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
kebutuhan nutrisi untuk mencegah konstipasi
4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi 7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
5. Tidak terjadi penurunan berat dikonsultasikan dengan ahli gizi)
badan yang berarti 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
harian.
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
48
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar
Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
49