Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN NY “A” DENGAN CA MAMMAE

Oleh:
Husnul Khatimah, S.Kep
NS0622011

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Yorfa Tandiasang, S.Kep.,Ns) (Amriati Mutmainna, S.Kep.,Ns.,MSN)


NIP: 197504301099032006 NIDN: 929069101

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2022
A. Definisi
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, maka sel-sel kanker bisa
bermetastase pada bagian-bagian tubuh yang lain. Metastase bisa terjadi pada
kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu, sel-sel
kanker bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel ductus maupun lobulusnya. (Kemenkes, 2017)
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan, sebelum
gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan. Sebagian besar
massa terlihat saat terjadi benjolan di payudara dimana awalnya bersifat jinak
dan terus berkembang dan menyebar sehingga tidak terkendali. Analisi
mikroskopis payudara diperlukan untuk diagnosis definitis dan untuk
mengetahui tingkat penyebaran (in situ atau invasif) dan ciri jenis penyakitnya.
Analisis mikroskopis jaringan didapat melalui biopsi jarum atau bedah. Biopsi
didasarkan pada klinis pasien individu faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan
sumber daya tertentu (American Cancer Soxiety, 2015).
B. Etiologi
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain :
1. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan
pada wanita berusia 75 tahun
2. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki
resiko tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang terkena
diangkat, maka resiko terjadinya karsinoma pada payudara yang sehat
meningkat sebesar 0,5-1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya kanker
payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah
satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat
besar
5. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah
usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah
hamil. Semakin dini menarke, semakin besar resiko Ca Mamae. Resiko
menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang
mengalami menarke sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang
tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum
diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil
dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun
tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca mammae dan resikonya
meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
7. Obesitas pasca menopause
Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan. Beberapa
penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae
kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes.
8. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko
terjadinya Ca mammae.
9. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang
menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industry
lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
10. DES (dietstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki
resiko tinggi menderita Ca Mamae
11. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa
kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
12. Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium dan kanker
usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan
resiko terjadinya Ca Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).
C. Klasifikasi
Klasifikasi Stadium
Stadium Ca mammae ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American
Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk Ca mammae yaitu :
1. Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ )
2. Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)
N0: tidak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1: metastasis kelenjar limfe regional
N2: Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau
KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis* jika tidak terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis.
N3 : Metastatis pada KGB infraklavikula iplateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila aau pada KGB mamaria interna yang terdeteksi
secara klinis dan jika terdapat metastasi KGB aksila secara klinis atau
metastasis pada KGB supraklivkula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan
KGB kasila atau mamaria interna.
D. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-
zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara. Karsinoma mamae berasal dari jaringan epitel
dan paling sering terjadi di sistem duktal, mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel
dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi
carcinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7
tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira
seperempat dari carcinoma mamae telah bermetastasis. Carsinoma mamae
bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah (Indonesian Cancer Foundation, 2012)
Ca Mamae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat
maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilaris
dan terjadi benjola, dari sel epidermis penting mnejadi invasi timbul krusta pada
organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal (Mansjoer, 2000).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
1. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
2. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena
mulai timbul pembengkakan
3. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar putting
susu, mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara
4. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
5. Ada cairan yang keluar dari puting susu
6. Ada rasa sakit
7. Ada pembengkakan di daerah lengan
8. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
9. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah
diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
10. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

F. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang
sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil
jaringan. Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi
maupun eksisi dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode
biopsi eksisi maupun insisi ini merupakan pengambilan jaringan yang
dicurigai patologis disertai pengambilan sebagian jaringan normal sebagai
pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis metode ini hampir 100%
karena pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan kemungkinan
kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini memiliki kekurangan
seperti harus melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu
pemulihan yang lebih lama karena harus di insisi, menimbulkan bekas berupa
jaringan parut yang nantinya akan mengganggu gambaran mammografi, serta
dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan dan infeksi,
2. Mammografi dan ultrasonografi
Berperan dalam membantu diagnosis lesi payudara yang padat palpable
maupun impalpable serta bermanfaat untuk membedakan tumor solid, kistik
dan ganas. Teknik ini merupakan dasar untuk program skrinning sebagai alat
bantu dokter untuk mengetahui lokasi lesi dan sebagai penuntun FNAB.
Menurut Muhartono (2012), FNAB yang dipandu usg untuk mendiagnosis
tumor payudara memiliki sensitivitas tinggi yaitu 92% dan spesifisitas 96%.
Pemeriksaan ini mempergunakan linear scanner dengan transduser
berfrekuensi 5 MHz. Secara sistematis, scanning dimulai dari kuadran medial
atas dan bawah dilanjutkan ke kuadran lateral atas dan bawah dengan film
polaroid pada potongan kraniokaudal dan mediolateral oblik. Nilai ketepatan
USG untuk lesi kistik adalah 90–95%, sedangkan untuk lesi solid seperti
FAM adalah 75–85%. Untuk mengetahui tumor ganas nilai ketepatan
diagnostik USG hanya 62–78% sehingga masih diperlukan pemeriksaan
lainnya untuk menentukan keganasan pada payudara.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi,
namun secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena
biayanya mahal dan memerlukan waktu pemeriksaan yang lam. Akan tetapi
MRI dapat dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara yang padat
atau pada payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien dengan resiko
tinggi untuk menderita Ca Mamae.
4. USG payudara
USG payudara dapat memberi gambaran jelas mengenai kondisi
jaringan kelenjar susu , tepi, ada tidaknya benjolan, ukuran, bentuk, sifat
tumor, dan lainnya. Ketepatan USG dalam mendiagnosa sekitar 80-85%
5. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibody sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam
potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya. IHK
merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker payudara. Pemeriksaan
IHK pada karsinoma payudara berperan dalam membantu menentukan
prediksi respons terapi sistemik dan prognosis.
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk karsinoma
payudara adalah
a. Reseptor hormonal yaitu reseptor esterogen (ER) dan reseptor
progesterone (PR)
b. HER2
c. Ki-67
G. Penatalaksaan Farmakologi dan Non Farmakologi
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat kemo yang paling umum digunakan untuk Ca mammae dini
meliputi antrasiklin (seperti doxorubicin/Adriamycin dan epirubicin/Ellence)
dan taxanes (seperti paclitaxel/Taxol dan docetaxel/Taxotere). Ini dapat
digunakan dalam kombinasi dengan obat-obatan tertentu lainnya, seperti
fluorouracil (5-FU), siklofosfamid (Cytoxan), dan carboplatin.Wanita yang
memiliki gen HER2 dapat diberikan trastuzumab (Herceptin) dengan salah
satu taxanes. Pertuzumab (Perjeta) juga dapat dikombinasikan dengan
trastuzumab dan docetaxel untuk kanker HER2 positif. Banyak obat
kemoterapi yang berguna dalam mengobati wanita dengan Ca mammae
stadium lanjut, seperti:
a. Docetaxel
b. Paclitaxel
c. Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
d. Vinorelbine (Navelbine)
e. Capecitabine (Xeloda)
f. Liposomal doxorubicin (Doxil)
g. Gemcitabine (Gemzar)
h. Mitoxantrone
i. Ixabepilone (Ixempra)
j. Albumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
k. Eribulin (Halaven)(Samiadi, 2017).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Terapi pada Ca mammae harus didahului dengan diagnosa yang lengkap
dan akurat ( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi pada Ca
mammae haruslah dilakukan dengan pendekatan humanis dan komprehensif.
Terapi pada Ca mammae sangat ditentukan luasnya penyakit atau stadium dan
ekspresi dari agen biomolekuler atau biomolekuler-signaling. Terapi pada Ca
mammae selain mempunyai efek terapi yang diharapkan, juga mempunyai
beberapa efek yang tak diinginkan (adverse effect), sehingga sebelum
memberikan terapi haruslah dipertimbangkan untung ruginya dan harus
dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga. Selain itu juga harus
dipertimbangkan mengenai faktor usia, co-morbid, evidence-based, cost
effective, dan kapan menghentikan seri pengobatan sistemik termasuk end of
life isssues.
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk
pengobatan Ca mammae. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
1) Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast
conserving surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi
lokal/regional.
2) Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : Ovariektomi,
Adrenalektomi, dsb.
3) Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
4) Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal atau
regional dapat dilakukan pada saat bersamaan setelah beberapa waktu
Jenis pembedahan pada Ca mammae:
1) Mastektomi
a) Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh
payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi
kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc.
Indikasi: Ca mammae stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan
pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk
pengecilan tumor. (Kemenkes, 2017).

b) Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)


Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara,
kompleks puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta
kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis
tindakan ini merupakan tindakan operasi yang pertama kali dikenal
oleh Halsted untuk Ca mammae, namun dengan makin
meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor yang
ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang lebih
minimal. Indikasi:
(1) Ca mammae stadium IIIb yang masih operable
(2) Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
c) Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang
mampu ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi
payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah onkologi. Rekonstruksi
dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan autolog seperti
latissimus dorsi (LD) flap atau transverse rectus abdominis
myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan prosthesis seperti silikon.
Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun dua tahap, misal
dengan menggunakan tissue expander sebelumnya. (Kemenkes,
2017)
d) Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi kemoterapi
a. Mual dan Muntah
Terjadi karena berkurangnya rasa kecap dan penyimpangan rasa kecap
(Dysgeusia), dapat diatasi dengan pemberian makanan berupa cairan
sehingga tidak banyak dikunyah dan sedikit saliva. Menu makanan harus
dirubah setiap hari, makanan yang diusulkan mengandung tinggi protein
berupa BCAA EAAs dan asam lemak Omega 3, sedangkan Megestrol
acetate walaupun merangsang nafsu makan tapi bersifat katabolik terutama
pada pasien inaktif.
b. Rambut rontok
Kehilangan rambut terjadi setelah 2-3 minggu kemoterapi pada fase
Anagen, rambut menjadi tipis dan mudah rontok, keadaan ini akan
membaik setelah 2-3 bulan kemoterapi terakhir. Upaya untuk mengurangi
alopesia:
1) Mengurangi aliran darah ke kepala : scalp tourniquet, scalp hypothermia
2) Perlindungan bulb rambut : topikal minoksidil, vitamin E, AS101.
c. Mukositis dan Xerostomia
Sebagian besar pasien yang mendapat kemoterapi (40%) akan mengalami
mukositis, sekitar 50% disertai nyeri yang memerlukan pengobatan dan
kemungkinan pemberian cairan infus, biasanya timbul pada hari ke 7
setelah pemberian kemoterapi. Mukosa yang sering terlibat adalah labial,
bukal, soft palate, dasar mulut dan permukaan depan lidah. Obat

PATHWAY
Faktor predisposisi dan resiko tinggi
Hiperplasia pada sel mamae

Mendesak Mendesak sel Mendesak


jaringan sekitar syaraf pembuluh darah
Mensuplai
nutrisi ke
jaringan CA Menekan jaringan Interupsi sel syaraf
Aliran darah
pada mamae terhambat
Hipermetabolis Nyeri
Peningkatan
ke jaringan
konsistensi mamae Hipoksia

Mamae Ukuran mamae


Suplai nutrisi
membengkak abnormal
jaringan lain Bakteri
Patogen
Massa tumor Mamae Kecemasan
BB turun
mendesak ke Asimetrik
jaringan luar Resiko
Nutrisi kurang Infeksi
Gangguan
dari kebutuhan
Body Image
tubuh Perfusi jaringan
terganggu

Infiltrasi
ulkus
pleura
parietal
Gangguan
integritas jaringan Kelemahan
Ekspansi paru
menurun Intoleransi
Aktivitas

Gangguan
pola nafas

ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI


A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur (usia lebih dari 50 tahun beresiko terkena Ca mamae), jenis
kelamin (jenis kelamin perempuan sangat beresiko terkena Ca mammae
dibandingkan dengan laki-laki), agama, pendidikan, alamat, No. RM,
pekerjaan, status perkawinan (wanita yang belum menikah memiliki resiko
untuk terkena Ca Mamae) tanggal MRS, tanggal pengkajian, dan sumber
informasi.
2. Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medik : Ca Mamae
b. Keluhan Utama :
Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
1) Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini makin
lama makin mengeras
2) Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
3) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti
penyakit payudara jinak, hyperplasisa tipikal, dan pernah mengalami
sakit bagian dada sehingga mendapatkan terapi penyinaran
2) Alergi (obat, makanan, plester,dll)
Tidak ada
3) Imunisasi
Imunisasi lengkap
4) Kebiasaan/pola hidup/life style
Kebiasaan makan tinggi lemak
5) Obat-obat yang digunakan
Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca mammae. Adanya
keluarga yang mengalami ca adanya keluarga yang mengalami ca mammae
berpengaruh pada kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun
keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker
ovarium dan kanker serviks
f. Genogram :
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak perempuannya
menderita ca mamae
3. Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien menganggap benjolan di payudara adalah hal yang biasa
dan tidak perlu untuk dibawa ke dokter
b. Pola Nutrisi/metabolic
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi karena klien
susah makan dan akibatnya klien tidak dapat memenuhi kebutuhan
nutrisinya. Adanya penurunan berat badan
c. Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit makan
d. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
Adanya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya
rasa nyeri pada payudara
e. Pola Tidur & Istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri pada
payudara yang ia rasakan
f. Pola Kognitif & Perceptual
Biasanya klien mengalami pusing pasca bedah sehingga ada komplikasi
pada kognitif, sensorik maupun motorik
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Organ payudara merupakan alat vital bagi manusia. Kelainan atau
kehilangan bahkan adanya gangguan mengakibatkan klien tidak percaya
diri, malu dan kehilangan haknya sebagai wanita
h. Pola Seksual & Reproduksi
Biasanya ada sedikit gangguan dalam kebutuhan reproduksinya dan
biasanya kurang puas

i. Pola Peran & Hubungan


Ada gangguan dalam hubungan dengan keluarga maupun orang lain.
Gangguan peran pun ada karena klien tidak dapat melakukan perannya
seperti biasa
j. Pola Manajemen Koping & Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan dan ada
keputusasaan
k. Sistem Nilai & Keyakinan
......................................................Aktivitas spiritual pasien mengalami penurunan khusunya d
melaksanakan ibadah akibat dari nyeri dan ketidakmampuan melakukan
aktivitas
4. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, RR, dan suhu
Pengkajian Fisik Head to toe
a. Kepala
Normal, kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior
dan oksipital dibagian posterior.
b. Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi
yang tidak adekuat
c. Telinga
Terlihat bersih dan tidak ada gangguan
d. Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan cuping
hidung yang disebabkan oleh sesak nafas karena kanker sudah
bermetastase ke paru
e. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Biasanya gusi klien mudah
terjadi perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah. Lidah terlihat tampak
pucat dan kurang bersih. Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
f. Leher
Biasanya terdapat pembesaran getah bening
g. Dada
Adanya kelainan kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit jeruk),
dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang
h. Mamae
1) Inspeksi
Terdapat benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan berwarna
merah, dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
2) Palpasi
Terasa benjolan keras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran
kelenjar getah bening diketiak
i. Abdomen
1) Inspeksi
Tidak ada pembesaran
2) Palpasi
Biasanya tidak terdapat bising usus
3) Perkusi
Biasanya hepar dan lien tidak teraba
4) Auskultasi
Tympani
j. Urogenital
Biasanya genitalia bersih dan tidak ada gangguan
k. Ekstremitas
Biasanya terjadi edema pada ekstremitas atas.
l. Kulit dan kuku
Terjadi perubahan kelembapan kulit, dan turgor kulit tidak elastis

5. Pemeriksaan penunjang
a) Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna
untuk klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.
b) Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
c) CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras
yang sulit diperiksa dengan mammografi
d) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat
dan kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil
komplemen dari
e) Mammografi.
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara,
dapat untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi
pada tahap awal.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan Ca Mamae antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya infiltrasi tumor
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan peningkatan
ketegangan, gemetar dan gelisah
3. Intileransi aktivitas kelemahan dari proses penyakit
4. Gangguan citra tubuh berhubungan perubahan pada bentuk tubuh karena
proses penyakit
C. Intervensi

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa
No Tujuan Dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
Hasil
1 D.0077 L.12111 I.08238
Nyeri Akut Nyeri Akut Manajemen Nyeri
Subjektif Observasi
Mengeluh Nyeri Nyeri Akut Setelah 1. Identifikasi lokasi ,
dilakukan intervensi karakteristik,durasi,
Objektif keperawatan selama 3x 24 frekuensi, kualitas,
1. Tampak meringis jam, maka status intensitas nyeri
2. Bersikap protektif kenyamanan meningkat 2. Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi respon nyeri
4. Frekuensi nadi 1. Keluhan nyeri menurun non verbal
meningkat 2. Meringis berkurang 4. Monitor efek samping
5. Sulit tidur 3. Frekuensi nadi penggunaan analgetik
6. Tekanan darah membaik Terapeutik
meningkat 4. Kesulitan tidur 1. Berikan teknik non
7. Pola napas berubah membaik farmakologis untuk
8. Nafsu makan 5. Tekanan darah mengurangi nyeri
berubah membaik 2. Kontrol nyeri untuk
9. Proses berpikir mengurangi nyeri
terganggu 3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan penggunaan
analgetik secara tepat

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik
2 L.09093 I.09314
D.0080 Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
Ansietas Dilakukan asuhan Observasi:
Subjektif keperawatan 1x24 jam 1. Identifikasi saat tingkat
1. Merasa bingung diharapkan ansietas ansietas
2. Merasa khawatir dapat menurun dengan 2. Identifikasi kemampuan
dengan akibat dari kriteria hasil: mengambil keputusan
kondisi yang 1. Verbilisasi 3. Monitor tanda-tanda
dihadapi kebingungan ansietas
3. Sulit menurun Terapeutik:
berkonsentrasi 2. Verbilisasi khawatir 1.Ciptakan suasana
akibat kondisi yang terapeutik untuk
Objektif: dihadapi menurun menumbuhkan
1. Tampak gelisah 3. Perilaku gelisah kepercayaan
2. Tampak tegang menurun 2.Temani pasien untuk
3. Sulit tidur 4. Perilaku tegang mengurangi kecemasan
menurun 3. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
Edukasi:
1. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
2. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan presepsi
3. Latih teknik relaksasi
3 D.0056 L.05047 I.05178
Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
Observasi:
Subjektif: Setelah Dilakukan 1. Identifikasi gangguan
1. Mengeluh lelah asuhan keperawatan fungsi tubuh yang
2. Dispnea saat/setelah 3x24 jam diharapkan mengakibatkan
aktivitas intoleransi aktivitas kelelahan
3. Merasa tidak dapat meningkat dengan
nyaman setelah kriteria hasil: 2. Monitor pola tidur dan
beraktivitas 1. Kemudahan dalam jam tidur
4. Merasa lemah melakukan aktivitas 3. Monitor lokasi dan
Objektif: sehari-hari ketidaknyamanan
1. Frekuensi jantung meningkat selama melakukan
meningkat >20% 2. Kelancaran berjalan aktivitas
dari kondisi istirahat meningkat
2. Tekanan darah 3. Jarak berjalan dapat Terapeutik:
>20% dari kondisi meningkat 1. Sediakan lingkungan
istirahat nyaman dan rendah
3. Gambaran EKG stimulus (mis:cahaya,
menunjukkan suara,kunjungan)
iskemia 2. Lakukan latihan rentang
4. Sianosis gerak pasif dan/atau
aktif
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
4 D.0083 L.09067 I.09305
Gangguan Citra Citra Tubuh Promosi Citra Tubuh
Tubuh Setelah dilakukan
Subjektif: asuhan keperawatan Observasi:
1. Mengungkapkan 3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi harapan
kecacatan/kehilanga pasien dengan citra citra tubuh berdasarkan
n bagian tubuh tubuh membaik dengan tahap perkembangan
2. Tidak mau kriteria hasil: 2. Identifikasi
mengungkapkan 1. Verbilisasi budaya,agama,jenis
kecacatan/kehilanga perubahan gaya kelamin, dan umur
n bagian tubuh hidup meningkat terkait citra tubuh
3. Mengungkapkan 2. Menyembunyikan 3. Monitor apakah pasien
perasaan negative bagian tubuh bisa melihat bagian
tentang perubahan berlebihan meningkat tubuh dan fungsinya
tubuh 3. Fokus pada bagian Terapeutik:
4. Mengungkapkan tubuh meningkat 1. Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
perubahan gaya 4. Fokus pada 2. Diskusikan kondisi
hidup. penampilan dimasa stress yang
Objektif: lalu meningkat mempengaruhi citra
1. Kehilangan bagian 5. Fokus pada kekuatan tubuh (mis:
tubuh masa lalu meningkat luka,penyakit,
2. Fungsi/struktur pembedahan)
tubuh 3. Diskusikan presepsi
berubah/hilang pasien dan keluarga
tentang perubahan citra
tubuh

Edukasi:
1. Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan perubahan
citra tubuh
2. Anjukan menggunakan
alat bantu (mis;
pakaian).
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncakan dalam rencana
perawat. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi. (Wartonah & Tarwoto, 2015)
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan intervensi. (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011)
E. EVALUASI
Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi. Perawat harus
mempersiapkan untuk mengubah recana jika tidak berhasil. (Widianti A. T. &
Saryono, 2011)
Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan terapi dengan
membandingkan kemajuan klien dengan tujuan dan hasil yang diinginkan dan
rencana asuhan keperawatan. (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011). Evaluasi
di susun menggunakan SOAP dimana:
S (Subjek ) : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif
oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O (Objektif) : Keadaan objektif yang dapat didentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
(Assesment) : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan
objektif
P (Planing) : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

F. DICHARGE PLANING
Discharge Planing
Rencana pemulangan untuk pasien dengan Ca mammae yaitu :
1. Evaluasi kesiapan untuk pulang
a. Tidak terdapat keluhan nyeri
b. Kebutuhan nutrisi sudah adekuat
2. Memberikan intruksi kepada keluarga dan klien
a. Penjelasan mengenai penyakit yang sedang diderita
b. Pencegahan infeksi
c. Edukasi mengenai nutrisi yang dibutuhkan
d. Anjurkan untuk segera membawa ke pelayanan kesehatan ketika
timbulnya nyeri atau benjolan nampak semakin besar
e. Anjurkan untuk istirahat yang cukup dan teratur
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2015. Breast cancer facts and figure 2015-2016. Atlanta:
American Cancer Society

Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher., Joanne M. Dochterman., cheryl M.


Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th Edition.
Singapore: Mosby, Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari.,
Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi
Ke-6. Indonesia: CV Mocomedia.
Erik, T. (2005). Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta: Gramedia.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
Kementerian Kesehatan RI: Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Kesehatan RI: Jakarta
Modern Cancer Hospital Guangzhou. (2015). Diagnosis Kanker Payudara.
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/breast-cancer-
diagnosis/. [diakses tanggal 3 September 2019].
Moorhead, Sue., Marion Johnson., Meridean L. Maas., Elizabeth Swanson. 2013.
Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Mosby,
Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi
Tumanggor. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi Ke-5. Indonesia:
CV Mocomedia.
Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M. (1995). Buku 1 Patofisiologi “Kosep Klinis
Proses-Proses Penyakit”, edisi : 4. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidayat, R dan De Jong W. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Syaiffudin. (2010). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk
Keperawatan & Kebidanan, Ed. 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai