Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN CA MAMMAE DI RUANG 17
RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh

Dhanang Budi Raharjo


NIM 192311101056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Anatomi Fisiologi Payudara


1.1.1 Anatomi Payudara
Payudara adalah suatu kelenjar yang terdiri atas jaringan lemak, kelenjar
fibrosa, dan jaringan ikat. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot–otot
dinding dada, otot pektoralis dan otot serratus anterior. Payudara terletak di fascia
superficialis yang meliputi dinding anterior dada dan meluas dari pinggir lateral
sternum sampai linea axillaris media, dan pinggir lateral atas payudara meluas
sampai sekitar pinggir bawah musculus pectoralis major dan masuk ke axilla.
Pada wanita dewasa muda payudara terletak di atas costa II–IV. Secara umum
payudara dibagi atas korpus, areola dan puting. Korpus adalah bagian yang
membesar. Di dalamnya terdapat alveolus (penghasil ASI), lobulus, dan lobus.
Areola merupakan bagian yang kecokelatan atau kehitaman di sekitar putting.
Tuberkel–tuberkel Montgomery adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola
(Price, 2012).
Puting (papilla mammaria) merupakan bagian yang menonjol dan
berpigmen di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Puting mempunyai
perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus
laktiferosa. Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang
merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang
arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan vena
supervisial yang menuju vena kava superior sedangkan aliran limfatik dari bagian
sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi lateral
menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus
limfe aksilar (Sloane dalam Riduan, 2016)

1.1.2 Fisiologi Payudara


Fungsi utama payudara wanita adalah menyekresi susu untuk nutrisi bayi.
Fungsi ini diperantarai oleh hormon estrogen dan progesteron. Payudara wanita
mengalami tiga tahap perubahan perkembangan yang dipengaruhi oleh hormon.
Perubahan pertama terjadi sejak masa pubertas, dimana estrogen dan progesteron

1
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya asinus. Selain itu yang
menyebabkan pembesaran payudara terutama karena bertambahnya jaringan
kelenjar dan deposit lemak. Perubahan kedua sesuai dengan siklus menstruasi,
yaitu selama menstruasi terjadi pembesaran vaskular, dan pembesaran kelenjar
sehingga menyebabkan payudara mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan
nyeri saat menstruasi. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui.
Payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus
alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Selama kehamilan tua dan setelah
melahirkan, payudara menyekresikan kolostrum karena adanya sekresi hormon
prolaktin dimana alveolus menghasilkan ASI, dan disalurkan ke sinus kemudian
melalui duktus ke puting susu. Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi
dengan hilangnya jaringan kelenjar. Pada saat menopause, jaringan lemak
beregresi lebih lambat bila dibandingkan dengan jaringan kelenjar, namun
akhirnya akan menghilang meninggalkan payudara yang kecil dan menggantung
(Price, 2012).

1.2 Definisi CA Mammae


Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara
yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara
merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia (Kemenkes RI, Tanpa
Tahun). Kanker payudara bermula ketika sel-sel pada payudara mulai tumbuh
tidak terkendali. Sel-sel ini biasanya membentuk tumor yang seringkali dapat
terlihat pada x-ray atau dirasakan sebagai sebuah benjolan. Tumor tersebut adalah
malignan (kanker) apabila sel-sel tersebut dan tumbuh (menginvasi) pada
jaringan-jaringan disekitar atau menyebar (bermetastase) pada daerah yang jauh
pada tubuh. Kanker payudara terjadi hampir seluruhnya pada wanita, namun pria
juga dapat mengalaminya. Sel-sel pada hampir bagian tubuh mana saja dapat
menjadi kanker dan menyebar ke daerah lain di tubuh. Kanker payudara dapat
bermula dari bagian yang berbeda pada payudara. Sebagian besar kanker payudara
bermula dari saluran yang membawa susu menuju puting susu (ductal cancer).
Beberapa bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu (lobular cancer).

2
Terdapat juga jenis-jenis lain kanker payudara yang lebih jarang terjadi (American
Cancer Society, 2016)
Kanker payudara dapat bermetastase pada organ sekitarnya seperti paru.
Metastase tersebut dapat menimbulkan hipoksia jaringan. Hipoksia pada tempat
metastase tersebut diakibatkan karena adanya hambatan pembuluh darah oleh
kumpulan trombosis yang disebabkan oleh penyebaran sel-sel tumor utama
sehingga dapat menyebabkan gangguan pola nafas dan terjadi intoleransi aktivitas
pada orang dengan Ca Mammae.

1.3 Epidemiologi
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di
seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker.
Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab
terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. Menurut Organisasi
Penanggulangan Kanker Dunia dan Badan Kesehatan Dunia, diperkirakan terjadi
peningkatan kejadian kanker di dunia 300 persen pada tahun 2030, dan mayoritas
terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut (Kemenkes RI,
2013) bahwa kanker payudara memiliki angka kejadian cukup tinggi setelah
kanker serviks dengan estimasi jumlah absolut penderita kanker payudara di
Indonesia adalah sebanyak 61.682 atau sekitar 0,5%. Di Jawa Timur sendiri
terdapat 9.688 penderita kanker payudara.

1.4 Etiologi
Menurut Moningkey dan Kodim (2004), penyebab spesifik kanker
payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
1. Faktor reproduksi: diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama
dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation
perkembangan kanker payudara
2. Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya
kanker payudara. Suatu meta analisis menyatakan bahwa walaupun tidak

3
terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang
menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara sebelum menopause
3. Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan
fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada
hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali.
Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali
4. Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause
5. Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko
terjadinya kanker payudara
6. Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara
7. Riwayat keluarga: Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting
dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker
payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang
keluarganya menderita kanker payudara
8. Faktor Genetik: Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor
genetik yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang
dimaksud adalah adanya mutasi pada beberapa gen yang berperan penting
dalam pembentukan kanker payudara
9. Umur: Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker payudara.
Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun

1.5 Klasifikasi
Kanker payudara dapat diklasifikasikan berdasarkan berdasarkan Sistem
Klasifikasi TNM menurut (American Joint Committee on Cancer (AJCC), 2010)
dalam Kemenkes RI (2017), untuk Kanker Payudara, yaitu:

Stadium Tumor Metastase Metastase Jauh


Limfonodi

4
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium IA T1 N0 M0
Stadium IB T0 N1mic M0
T1 N1mic M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA
T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
Stadium IIIB
T4 N1-N2 M0
Stadium IIIC
Semua T N3 M0
Stadium 4
Semua T Semua N M1

Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor
T1 Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar
T1mi Mikroinvasi 0.1 cm atau kurang pada dimensi terbesar
c
Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm pada dimensi
T1a
terbesar
T1b Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm pada dimensi terbesar

5
T1c Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm pada dimensi terbesar
T2 Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
T3 Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
T4 Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada / kulit
T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis
Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara atau satellite
T4b
skin nodules pada payudara yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma

Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)


Nx KGB regional tak dapat dinilai (mis.: sudah diangkat)
N0 Tak ada metastasis KGB regional
Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang masih dapat
N1
digerakkan
pN1m Mikrometastasis >0,2 mm < 2 mm
i
pN1a 1-3 KGB aksila
KGB mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node
pN1b
biopsy tetapi tidak terlihat secara klinis
T1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna dengan metastasis mikro
pN1c
melalui sentinel node biopsy tetapi tidakterlihat secara klinis
Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau
N2 KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis dan jika tidak terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis.
Metastatis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir satu sama lain
N2a
(matted) atau terfiksir pada struktur lain
pN2a 4-9 KGB aksila
N2b Metastasis hanya pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara

6
klinis dan jika tidak terdapat metastasis KGB aksila secara klinis.
pN2b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB aksila
Metastatis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila, atau pada KGB mamaria interna yang
N3 terdekteksi secara klinis dan jika terdapat metastasis KGB aksila secara
klinis; atau metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna.
N3a Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
pN3a >10 KGB aksila atau infraklavikula
N3b Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila
KGB mamaria interna, terlihat secara klinis, dengan KGB aksila atau >3
pN3b KGB aksila dan mamaria interna dengan metastasis mikro melalui
sentinel node biopsy namun tidak terlihat secara klinis
N3c Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
pN3c KGB supraklavikula

Metastasis Jauh (M)


Mx Metastasis jauh tak dapat dinilai
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Terdapat Metastasis jauh

1.6 Patofisiologi dan clinical pathway


Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-
zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara . Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial,
dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel
dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma
in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk
bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba (kirakira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat

7
dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika
sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering
terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin
berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-
benjolan pada kulit ulserasi. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh
adalah paru, pleura, dan tulang. (Price, 2012)
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah dapat
mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan
terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut pengalaman
operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan pos operatif.
Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon neuron
endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh
dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan
banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan
syock akan terjadi. Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di
metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan
suplai asam amino yang di pakai untuk membangun jaringan baru. Intake protein
yang di perlukan guna mengisi kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan
dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal.

8
Pathway CA Mammae
v dan resiko tinggi Interupsi sel syaraf
Faktor Predisposisi Mendesak sel syaraf
hiperplasia pada sel mammae
Nyeri Kronis

Mendesak jaringan sekitar Mensuplai nutrisi ke jaringan CA Mendesak pembuluh darah

Menekan jaringan pada Hipermetabolisme ke jaringan Aliran darah terhambat


mammae

Hipermetabolisme ke jaringan Hipoksia


Peningkatan konsistensi menurun – BB turun
mammae
Nekrosis jaringan - Bakteri
Ketidakseimbangan Nutrisi:
Kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko infeksi

Memerlukan O2 dan nutrisi


Mammae bengkak Ukuran mammae abnormal Ansietas
untuk perkembangan tumor
(CA Mammae)
Mammae)
Mammae asimetrik
Aliran O2 ke Massa tumor mendesak ke
seluruh tubuh jaringan luar
Gangguan Citra Tubuh

Metabolisme
anaeorob Infiltrasi pleura parietal

Produksi ATP
Ekspansi paru menurun

Intoleransi Aktivitas
Ketidakefektifan pola napas

Sumber: Nurarif & Kusuma, 2015

9
1.7 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala kanker payudara menurut American Cancer Society
tahun 2016, yaitu:
1. Terdapat benjolan baru
2. Bengkak pada sebagian atau seluruh payudara (bahkan jika tidak ada benjolan
yang diarasakan)
3. Iritasi kulit atau lesung kulit
4. Nyeri pada payudara atau puting susu
5. Retraksi puting susu
6. Kemerahan, bersisik, atau penebalan puting susu atau kulit payudara
7. Discharge/keluarnya cairan dari puting susu (selain ASI)
Kemenkes RI (2017) membagi tanda adanya kanker payudara menjadi
dua, yaitu tanda primer dan tanda sekunder. Berikut tanda primer dan sekunder
kanker payudara:
1. Tanda primer:
a) Densitas yang meninggi pada tumor
b) Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke
jaringan sekitarnta atau batas yang tidak jelas (komet sign)
c) Gambaran translusen di sekitar tumor
d) Gambaran stelata
e) Adanya mikrokalsifikasi sesuai criteria Egan (klasifikasi dengan lokasi di
parenkim payudara, ukuran kurang dari 0,5 mm, jumlah dari 5, dan
bentuk stelata)
f) Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis
2. Tanda sekunder:
a) Retraksi kulit atau penebalan kulit
b) Bertambahnya vaskularisasi
c) Perubahan posisi putting
d) Kelenjar getah bening aksila (+)
e) Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
f) Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas

10
1.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kemenkes RI dalam Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
1. Mamografi payudara
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara
yang dikompresi. Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun,
namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik
mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun. Tanda primer yang
dapat dilihat berupa densitas yang meninggi pada tumor, batas tumor yang
tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau
batas yang tidak jelas (komet sign), gambaran translusen disekitar tumor,
gambaran stelata, ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis. Sedangkan
tanda sekundernya adalah retraksi kulit atau penebalan kulit, bertambahnya
vaskularisasi, perubahan posisi putting, kelenjar getah bening aksila (+),
keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, dan kepadatan
jaringan sub areolar yang berbentuk utas.
2. USG Payudara
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik. Gambaran
USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya Permukaan tidak
rata, Taller than wider, Tepi hiperekoik, Echo interna heterogen, Vaskularisasi
meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor membentuk sudut 90
derajat.
3. Biopsi payudara: memberikan diagnosa definitive terhadap massa
4. Foto thoraks : dilakukan untuk mengkaji adanya metastase
5. CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi penyakit pada payudara khususnya
massa yang lebih besar, tumor kecil, payudara mengeras dan sulit diperiksa
dengan mammografi
6. Ultrasonografi : membantu dalam membedakan antara massa padat.
Ultrasonografi Memeriksa berdasarkan pemantulan gelombang suara, hanya
dapat membedakan lesi / tumor yang solid dan kistik dan ukuran lesi dapat

11
lebih akurat. Alat yang digunakan sebaiknya berfrekuensi 7,5 mHZ hingga 10
mHZ bahkan lebih dari 10 mHZ.

1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis menurut Kemenkes RI dalam Panduan
Penatalaksanaan Kanker Payudara yang diterapkan di Indonesia sesuai stadium
kanker payudara, yaitu:
1. Kanker payudara stadium 0 (TIS/T0, N0M0)
Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan histopatologi. Lokasi
didasarkan pada hasil pemeriksaan radiologik.
2. Kanker payudara stadium dini/operabel (Stadium I dan II)
Dilakukan tindakan operasi:
a) Breast Conserving Therapy (BCT), tumor tidak boleh lebih dari 3 cm
b) Kemoterapi adjuvant
c) Radiasi
3. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)
a) Operabel (III A)
1) Mastektomi simpel dan radiasi dengan kemoterapi adjuvant
dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.
2) Mastektomi radikal modifikasi dan radiasi dengan kemoterapi adjuvant
dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.
3) Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau
mastektomi simpel, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.
b) Inoperabel (III B)
1) Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi, kemoterapi, hormonal terapi
2) Kemoterapi preoperasi/neoadjuvant, dengan/tanpa operasi, kemoterapi,
radiasi, terapi hormonal, dengan/tanpa terapi target
3) Kemoradiasi preoperasi/neoadjuvant, dengan/tanpa operasi,
dengan/tanpa kemoterapi, dengan/tanpa terapi target.
4. Kanker payudara stadium lanjut
a) Sifat terapi paliatif

12
b) Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi hormonal)
c) Terapi lokoregional (radiasi dan bedah) apabila diperlukan
d) Hospice home care

13
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pengumpulan data yang berhubungan dengan
pasien secara sistematis. data yang dikaji pada pengkajian mencakup data yang
dikumpulkan melalui riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan
laboraturium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya. (Wijaya & Putri,
2013). Langkah-langkah pengkajian yang sistematik adalah pengumpulan data,
sumber data, klasifikasi data, anaisa data dan diagnosa keperawatan.
1. Identitas
meliputi data pasien dan data penanggung-jawab, seperti nama, umur (50
tahun ke atas), alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor medical record.
2. Keluhan utama
adanya benjolan pada payudara, sejak kapan, riwayat penyakit (perjalanan
penyakit, pengobatan yang telah diberikan), faktor etiologi/ resiko.
3. Konsep diri
mengalami perubahan pada sebagian besar klien dengan cancer mammae.
4. Pemeriksaan klinis
mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh factor hormon
antara lain estrogen dan progesteron, maka sebaiknya pemeriksaan ini
dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/ setelah menstruasi
± 1 minggu dari hari akhir menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh ke
samping dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yang sama tinggi.
5. Inspeksi
a. Simetri (sama antara payudara kiri dan kanan)
b. Kelainan papilla: Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit,
tanda radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi, dan lain-lain.
6. Palpasi
a. Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas lapangan
dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil
b. Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas dan operabilitas.
c. Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila).

14
d. Adanya metastase nodus (regional) atau organ jauh
e. Stadium kanker (system TNM UICC)
7. Mamografi payudara
a. Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang dikompresi. Mammografi dikerjakan pada wanita usia
diatas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka
hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun. Tanda
primer yang dapat dilihat berupa densitas yang meninggi pada tumor,
batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke
jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign), gambaran
translusen disekitar tumor, gambaran stelata, ukuran klinis tumor lebih
besar dari radiologis. Sedangkan tanda sekundernya adalah retraksi kulit
atau penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi
putting, kelenjar getah bening aksila (+), keadaan daerah tumor dan
jaringan fibroglandular tidak teratur, dan kepadatan jaringan sub areolar
yang berbentuk utas.
b. USG Payudara: Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa
kistik. Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di
antaranya Permukaan tidak rata, Taller than wider, Tepi hiperekoik, Echo
interna heterogen, Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke
dalam tumor membentuk sudut 90 derajat.
c. Biopsi payudara: memberikan diagnosa definitive terhadap massa
d. Foto thoraks : dilakukan untuk mengkaji adanya metastase
e. CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi penyakit pada payudara
khususnya massa yang lebih besar, tumor kecil, payudara mengeras dan
sulit diperiksa dengan mammografi
f. Ultrasonografi : membantu dalam membedakan antara massa padat.
Ultrasonografi Memeriksa berdasarkan pemantulan gelombang suara,
hanya dapat membedakan lesi / tumor yang solid dan kistik dan ukuran
lesi dapat lebih akurat. Alat yang digunakan sebaiknya berfrekuensi 7,5
mHZ hingga 10 mHZ bahkan lebih dari 10 mHZ.

15
2.2 Diagnosa
Diagnosa yang sering muncul pada klien dengan CA Mammae adalah:
No Diagnosa Paraf
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
hiperventilasi
2. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan
produksi ATP
4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Hipermetabolisme jaringan
5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

16
2.3 Intervensi
No Diagnosa
NOC NIC Rasional
. Keperawatan
1. Ketidakefektifan Tujuan: 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui RR (RR normal 16-
pola napas Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji frekuensi, kedalaman 20x/menit).
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam, pernapasan, dan penggunaan 2. Identifikasi adanya
dengan klien menunjukkan pola napas otot bantu pernapasan dispnea/bradipnea/takipnea.
hiperventilasi efektif. 3. Auskultasi suara napas 3. Identifikasi adanya suara napas
Kriteria Hasil: 4. Atur posisi klien semi fowler tambahan seperti ronki dan mengi
1. RR dalam rentang normal (16- 5. Lakukan penghisapan lendir yang menandakan adanya obstruksi
20x/menit) pada jalan napas (suction) jalan napas/kegagalan pernapasan.
2. Tidak dispnea, bradipnea, dan 6. Jelaskan kepada klien dan 4. Ekspansi paru (mengurangi tekanan
takipnea keluarga terkait tujuan pada paru dan memudahkan
3. Tidak ada suara napas tindakan. pernapasan.
tambahan 7. Kolaborasi dengan tim tenaga 5. Mengurangi adanya sputum.
4. Tidak menggunakan kesehatan terkait pemberian 6. Klien dan keluarga terpapar informasi
pernapasan cuping hidung oksigen tambahan terkait tindakan yang akan dilakukan.
5. Tidak menggunakan otot bantu 8. Kolaborasi dengan tim tenaga 7. Memaksimalkan bernapas dan
pernapasan kesehatan terkait pemberian menurunkan kerja napas.
humidifikasi tambahan 8. Memberikan kelembaban pada
(nebulizer) membran mukosa dan membantu
9. Kolaborasi dengan tim tenaga pengenceran sekret.
kesehatan terkait tindakan 9. Memudahkan upaya pernapasan
fisioterapi dada dalam dan meningkatkan drainase
sekret dari paru ke bronkus.
2. Nyeri kronis Tujuan: 1. Kaji nyeri (PQRTS) 1. Mengetahui sumber dan skala nyeri
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 2. Observasi TTV klien.
dengan infiltrasi keperawatan selama 3x24 jam, 3. Atur posisi klien yang 2. Peningkatan frekuensi jantung atau

17
tumor nyeri klien dapat berkurang. nyaman TD menunjukkan bahwa klien
Kriteria Hasil: 4. Ajarkan teknik relaksasi mengalami nyeri.
1. TTV normal (napas dalam) 3. Posisi yang nyaman dapat membuat
2. Skala nyeri berkurang 5. Ajarkan terapi dzikir/murottal klien lebih rileks dan mengurangi
3. Tidak tampak meringis al quran/musik klasik nyeri.
kesakitan 6. Kolaborasi dengan tim tenaga 4. Napas dalam dapat membuat klien
kesehatan terkait pemberian lebih rileks dan mengurangi nyeri.
analgesik 5. Dzikir dapat menjadi salah satu frasa
fokus (kata-kata yang menjadi titik
fokus perhatian) dalam proses
penyembuhan diri klien dari
kecemasan, ketakutan bahkan dari
keluhan fisik seperti nyeri
(Budiyanto, 2015).
6. Obat ini dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri.
3. Intoleransi Tujuan: 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Tanda-tanda vital yang abnormal
Aktivitas Setelah dilakukan tindakan klien sebelum dan setelah setelah beraktivitas menunjukkan
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam, beraktivitas bahwa klien mengalami intoleransi
dengan penurunan klien tidak mengalami gangguan 2. Bantu klien untuk
aktivitas
produksi ATP pada aktivitasnya. mengidentifikasi aktivitas
Kriteria Hasil: yang mampu dilakukan 2. Aktivitas yang teralau berat dan tidak
1. Berpartisipasi dalam aktivitas 3. Bantu untuk memilih sesuai dengan kondisi klian dapat
fisik tanpa disertai aktivitas konsisten yang memperburuk toleransi terhadap
peningkatan tekanan darah, sesuai dengan kemampuan latihan.
nadi, dan RR fisik, psikologi, dan sosial 3. Melatih kekuatan dan irama jantung
2. Tanda-tanda vital normal 4. Monitor hasil pemeriksaan selama aktivitas.
3. Status sirkulasi baik EKG klien saat istirahat dan
4. EKG memberikan gambaran yang

18
4. Mampu berpindah: dengan aktivitas (bila memungkinkan akurat mengenai konduksi jantung
atau tanpa bantuan alat dengan tes toleransi latihan). selama istirahat maupun aktivitas.
5. Bantu klien untuk membuat 5. Melatih kekuatan dan irama jantung
jadwal latihan aktivitas di
selama aktivitas.
waktu luang
6. Monitor respon fisik, emosi, 6. Mengetahui setiap perkembangan
sosial, dan spiritual yang muncul segera setelah terapi
7. Kolaborasi pemberian obat aktivitas.
antihipertensi, obat-obatan 7. Pemberian obat antihipertensi
digitalis, diuretic dan digunakan untuk mengembalikan TD
vasodilator. klien dbn, obat digitalis untuk
8. Monitor respon terapi oksigen
mengkoreksi kegagalan kontraksi
klien.
jantung pada gambaran EKG, diuretic
dan vasodilator digunakan untuk
mengeluarkan kelebihan cairan.
8. Mencegah penggunaan energy yang
berlebihan karena dapat menimbulkan
kelelahan.

4. Ketidakseimbangan Tujuan: 1. Kaji status nutrisi klien 1. Pengkajian penting dilakukan untuk
Nutrisi Kurang dari Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji frekuensi mual, durasi, mengetahui status nutrisi pasien
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 jam, tingkat keparahan, faktor sehingga dapat menentukan intervensi
berhubungan kebutuhan nutrisi klien tercukupi frekuensi, presipitasi yang
yang diberikan.
dengan Kriteria Hasil: menyebabkan mual.
Hipermetabolisme 1. Adanya peningkatan berat 3. Anjurkan pasien makan 2. Penting untuk mengetahui
jaringan badan sedikit demi sedikit tapi karakteristik mual dan faktor-faktor
2. Berat badan ideal dengan sering. yang menyebabkan mual. Apabila

19
tinggi badan 4. Anjurkan pasien untuk makan karakteristik mual dan faktor
3. Klien mampu selagi hangat penyebab mual diketahui maka dapat
mengidentifikasi kebutuhan 5. Delegatif pemberian terapi menetukan intervensi yang diberikan.
nutrisi antiemetik
3. Makan sedikit demi sedikit dapat
4. Tidak terjadi penurunan berat 6. Diskusikan dengan keluarga
badan yang berarti dan pasien pentingnya intake meningkatkn intake nutrisi
nutrisi dan hal-hal yang 4. Makanan dalam kondisi hangat dapat
menyebabkan penurunan menurunkan rasa mual sehingga
berat badan. intake nutrisi dapat ditingkatkan.
5. Antiemetik dapat digunakan sebagai
terapi farmakologis dalam manajemen
mual dengan menghamabat sekres
asam lambung
6. Membantu memilih alternatif
pemenuhan nutrisi yang adekuat.

5. Ansietas Tujuan: 1. Gunakan pendekatan yang 1. Perasaan kestabilan pasien meningkat


berhubungan Setelah dilakukan tindakan menenangkan di lingkungan yang tenang dan tidak
dengan kurangnya keperawatan selama 2x24 jam, 2. Nyatakan dengan jelas mengancam.
pengetahuan klien tidak menunjukkan tanda- harapan terhadap perilaku 2. Pengakuan atas perasaan pasien
tanda ansietas pasien memvalidasi perasaan dan
Kriteria Hasil: 3. Jelaskan semua prosedur dan mengkomunikasikan penerimaan
1. Klien mampu apa saja yang dilaksanakan perasaan tersebut.
mengidentifikasi dan selama prosedur 3. Dengan mengikuti pendidikan pasien,
mengungkapkan gejala cemas 4. Temani pasien untuk pasien mengalami sedikit kegelisahan
2. Mengidentifikasi, memberikan kemanan dan dan tekanan emosional dan memiliki
mengungkapkan, dan mengurangi takut kemampuan mengatasi lebih banyak

20
menunjukkan tehnik 5. Dengarkan klien dengan karena mereka tahu apa yang
mengontrol cemas penuh perhatian diharapkan. Ketidakpastian dan
3. Tanda-tanda vital dalam batas 6. Identifikasi tingkat kurangnya prediktabilitas
normal kecemasan berkontribusi pada kecemasan.
4. Ekspresi wajah menunjukkan 7. Dorong klien 4. Dengan ditemani klien akan merasa
berkurangnya kecemasan mengungkapkan perasaan, lebih aman dan tenang
ketakutan, persepsi (Ekspresi 5. Klien dapat mengungkapkan
verbal dan nonverbal) penyebab kecemasannya sehingga
perawat dapat menentukan tingkat
kecemasan klien dan menentukan
intervensi untuk klien selanjutnya.
6. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
klien dapat berguna untuk
menentukan intervensi apa yang akan
dilakukan selanjutnya
7. Mengobservasi tanda verbal dan non
verbal dari kecemasan klien dapat
mengetahui tingkat kecemasan yang
klien alami.

21
2.4 Discharge Planning
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) Discharge planning untuk klien
dengan CA Mammae adalah
1. Terapi non bedah: penyinaran, kemoterapi, terapi hormone dan endokrin
2. Lakukan pemeliharaan kulit/diri dengan benar, yang terdiri dari:
a. menggunakan sabun ringan dengan penggoskan minimal
b. hindari sabun berparfum atau berdeodoran
c. gunakan lotion hidrofilik untuk keringanan
d. gunakan sabun aveno jika terjadi pruritus
e. hindari pakaian yang ketat, kutang dengan kawat penyangga, dan suhu
yang berlebihan atau cahaya ultraviolet.
3. Hindari mencuci rambut setiap hari dan gunakan shampo ringan untuk
menghindari kerontokan
4. Biarkan rambut mengering secara alami dan jangan menyikat rambut
5. Konsultasikan dengan dokter untuk pemakaian terapi hormonal
6. Istirahat cukup dan olahraga secara teratur
7. Makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh
8. Jika mengingkan kehamilan konsultasikan dengan dokter karena kebanyakan
diminta menunggu selama 2 tahun
9. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Adapun tata cara sadari (periksa payudara sendiri) adalah sebagai berikut:
a. berdirilah didepan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. perhatikan apakah terdapat keriput,
lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. bila terdapat kelainan itu atau
keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
b. letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara. kemudian bungkukkan badan hingga payudara tergantung
tergantung ke bawah, & periksa lagi.
c. berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala,
dan sebuah bantal dibawah bahu kiri. rabalah payudara kiri dengan telapak

22
jari-jari kanan. periksalah apakah ada benjolan pada payudara. kemudian
periksa juga apakah ada benjolan atan pembengkakan pada ketiak kiri.
d. periksalah dan rabalah puting susu dan sekitarnya. pada umumnya kelenjar
susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan
mudah digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). bila terasa
ada sebuah benjolan sebesar 1cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter.
makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara
sempurna.

23
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2016. Breast Cancer Signs and Symptoms.
https://www.cancer.org/cancer/breast-cancer/about/breast-cancer-signs-
and-symptoms.html (Diakses pada 9 Januari 2018 pukul 10.00)
Kemenkes RI (Tanpa tahun). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf (Diakses pada 8
Januari 2018 pukul 23.48)
Kemenkes RI (2013). Situasi Penyakit Kanker.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
kanker.pdf (Diakses pada 9 Januari 2018 pukul 01.07)
Kodim, Nasrin & Moningkey, Shirley Ivonne. (2004). Epidemiologi Kanker
Payudara. Himpunan Badan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular. FKM UI.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc. Jogja: Mediaction
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. (2012) Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC. https://books.google.co.id/books?
id=PwLdwyMH9K4C&pg=PT156&dq=Patofisiologi:
+Konsep+Klinis+Proses-
Proses+Penyakit&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj714KK3sjYAhVIULwK
HfyeBskQ6AEIJzAA#v=onepage&q=Patofisiologi%3A%20Konsep
%20Klinis%20Proses-Proses%20Penyakit&f=false (Diakses pada 8
Januari 2018 pukul 22.59)
Riduan, Ria Janita. (2016). Hubungan Status Estrogen Receptor (ER),
Progesteron Receptor (PR), dan Human Epidermal Growth Factor
Receptor–2 (her–2) dengan Derajat Keganasan Kanker Payudara di
RSUD Abdoel Moeloek Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung. http://digilib.unila.ac.id/20642/15/BAB%20II.pdf
(Diakses pada 8 Januari 2018 pukul 23.06)

24

Anda mungkin juga menyukai