Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN AKHIR

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

oleh:
Kelompok 2 Ruang Mawar

Bachrul Ulum, S.Kep. NIM 222311101100


Azhifah Tsabiet Sudarsono, S.Kep. NIM 222311101157
Cristina Esria Valentin T., S.Kep. NIM 222311101163
Vindika Winda Ancarani P., S.Kep NIM 222311101134
Anisa Diah Purnama Sari, S.Kep. NIM 222311101113
Karina Puspa Wulandari, S.Kep. NIM 222311101104
Atik Rusdiana, S.Kep. NIM 222311101102
Rizka Maulida Mayani, S.Kep. NIM 222311101115
Elyza Andari Fauzan, S.Kep. NIM 222311101136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Laporan Akhir Pembelajaran Stase Keperawatan Dasar Profesi (KDP) pada


Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember
yang disusun oleh kelompok 2 Ruang Mawar:

Bachrul Ulum, S.Kep. NIM 222311101100


Azhifah Tsabiet Sudarsono, S.Kep. NIM 222311101157
Cristina Esria Valentin T., S.Kep. NIM 222311101163
Vindika Winda Ancarani P., S.Kep NIM 222311101134
Anisa Diah Purnama Sari, S.Kep. NIM 222311101113
Karina Puspa Wulandari, S.Kep. NIM 222311101104
Atik Rusdiana, S.Kep. NIM 222311101102
Rizka Maulida Mayani, S.Kep. NIM 222311101115
Elyza Andari Fauzan, S.Kep. NIM 222311101136

telah diperiksa dan disahkan pada:


Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Koordinator Program Studi, PJMK

Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep., Sp.Kep.J Ns. Dicky Endrian Kurniawan, M.Kep
NIP. 19811028 200604 2 002 NRP. 760016846

Menyetujui,
Wakil Dekan I

Ns. Anisah Ardiana, M.Kep., Ph.D


NIP. 19800417 200604 2 002
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan pembelajaran Profesi Ners Stase Keperawatan Dasar Profesi oleh:

Bachrul Ulum, S.Kep. NIM 222311101100


Azhifah Tsabiet Sudarsono, S.Kep. NIM 222311101157
Cristina Esria Valentin T., S.Kep. NIM 222311101163
Vindika Winda Ancarani P., S.Kep NIM 222311101134
Anisa Diah Purnama Sari, S.Kep. NIM 222311101113
Karina Puspa Wulandari, S.Kep. NIM 222311101104
Atik Rusdiana, S.Kep. NIM 222311101102
Rizka Maulida Mayani, S.Kep. NIM 222311101115
Elyza Andari Fauzan, S.Kep. NIM 222311101136

Kelompok 2
Ruang : Mawar
Rumah Sakit : Tingkat III Baladhika Husada Jember

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:


Hari :
Tanggal :
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RUANG MAWAR RUMAH
SAKIT Tk. III BALADHIKA HUSADA JEMBER

oleh :
Kelompok 2

Bachrul Ulum, S.Kep. (222311101100)


Azhifah Tsabiet Sudarsono, S.Kep. (222311101157)
Cristina Esria Valentin T., S.Kep. (222311101163)
Vindika Winda Ancarani P., S.Kep (222311101134)
Anisa Diah Purnama Sari, S.Kep. (222311101113)
Karina Puspa Wulandari, S.Kep. (222311101104)
Atik Rusdiana, S.Kep. (222311101102)
Rizka Maulida Mayani, S.Kep. (222311101115)
Elyza Andari Fauzan, S.Kep. (222311101136)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
A. Definisi Gangguan Kebutuhan Dasar
Nutrisi merupakan proses terjadinya energi dan bahan kimia dari makanan
yang penting untuk pembentukan, pemeliharaan dan penggantian sel tubuh
(Rahayu & Harnanto, 2016). Nutrisi merupakan elmen yang dibutuhkan untuk
proses dan fungsi tubuh (Potter & Perry, 2010). Nutrient (zat gizi) merupakan zat
organik dan anorganik dalam makanan yang diperlukan tubuh agar dapat
berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan, aktivitas, mencegah defisiensi,
memelihara kesehatan dan mencegah penyakit, memelihara fungsi tubuh,
kesehatan jaringan, dan suhu tubuh, meningkatkan kesembuhan, serta membentuk
kekebalan (Rahayu & Harnanto, 2016).
Pemenuhan nutrisi merupakan aktivitas memasukkan, mencerna, dan
menggunakan nutrien untuk tujuan pemeliharaan jaringan, perbaikan jarngan, dan
produksi energi. Pemenuhan kebutuhan nutrisi tidak hanya untuk menghilangkan
rasa lapar namun juga mempunyai banyak fungsi. Fungsi umum dari nutrisi yaitu
sebagai sumber energi, mengganti sel-sel yang rusak, memelihara jaringan tubuh,
mempertahankan vitalitas tubuh dan lain sebagainya (Asmadi, 2008).
Nutrient digolongkan menjadi 6 kategori yaitu: karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral dan air (Potter & Perry, 2010; Rahayu & Harnanto, 2016).
Karbohidrat adalah gula sederhana (monosakarida dan disakarida) dan gula
kompleks (polisakarida) yang berfungsi untuk memberikan energi. Protein adalah
zat kimia organik yang berisi asam amino yang dihubungkan dengan rantai
peptida dan berfungsi dalam proses pertumbuhan, memelihara sistem imunitas
tubuh, serta regulasi fungsi dan proses tuuh. Lemak berfungsi sebagai transport
sel, proteksi organ vital, energi, simpanan energi pada jaringan adiposa, absorbsi
vitamin, dan transport vitamin larut lemak. Lemak diklasifikasikan menjadi lemak
jenuh dan tak jenuh. Vitamin adalah zat organik yang penting bagi tubuh untuk
pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan, dan reproduksi, serta membantu
dalam penggunaan energi nutrient. Vitamin diklasifikasikan dalam vitamin larut
lemak (A, D, E, K) dan larut air (B kompleks, C). Mineral membantu membentuk
jaringan tubuh dna regulasi metabolisme (Rahayu & Harnanto, 2016). Kebutuhan
energi dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Air adalah
komponen tubuh
vital dan bertindak sebagai penghancur zat makanan. Vitamin dan mineral tidak
menyediakan energi, tetapi penting untuk proses metabolisme dan keseimbangan
asam basa (Potter & Perry, 2010).
Gangguan nutrisi merupakan keadaan akibat dari kekurangan atau kelebihan
kandungan nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh. Gangguan ini dapat disebabkan
oleh kekurangan salah satu komponen atau lebih dari satu komponen penyusun
nutrien. Nutrien merupakan komponen yang penting dibutuhkan oleh tubuh untuk
pemeliharaan jaringan, perbaikan jarngan, dan produksi energi. Apabila kebutuhan
nutrisi tidak terpenuhi secara adekuat, maka akan menyebabkan fungsi nutrien
dalam tubuh menjadi tidak optimal dan terjadi gangguan (Asmadi, 2008).
Gangguan nutrisi yang biasa terjadi adalah kekurangan dan kelebihan nutrisi
kurang, obesitas, malnutrisi,. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh merupakan asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolic (Herdman, 2018). Pola diit diperlukan untuk memelihara keseimbangan
antara intake kalori dan energi. Jika intake kalori lebih besar daripada energi,
terjadi peningkatan berat badan, karena energi disimpan menjadi lemak.
Sedangkan jika intake kalori kurang dari pengeluaran energi, maka terjadi
kehilangan berat badan, karena simpanan energi tubuh sedikit (Rahayu &
Harnanto, 2016).

B. Review Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan


1. Anatomi Sistem Pencernaan
. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati
dan kandung empedu. Berikut ini merupakan urutan sistem pencernaan manusia:
Gambar 1. Rongga Mulut
Sumber: Anderson, 1999
Mulut, sebagai penerimaan, pegunyahan dan penelanan makanan, terdiri
dari gigi, lidah, bibir, pipi bagian dalam, dan langit- langit. Lidah berfungsi
sebagaiindera perasa.
- Gigi-tersusun atas jaringan tulang kuat dan tertahan gusi dan tulang
rahang bawah, berfungsi mengunyah makanan secara mekanis. Gigi seri
untuk memotong, gigi taring untuk menyobek, gigi geraham untuk
melumat makanan
- Lidah-tersusun atas kumpulan otot lurik yang diselaputi oleh lendir,
terdapat papilla lidah
- Langit-langit Mulut-dibedakan menjadi 2 yaitu palatum durum (keras,
batas hidung dengan mulut), palatum mole (lunak, batas rongga mulut
dengan faring
- Kelenjar Ludah-muara glandula saliva disekitar mulut. Paratiroid di
depan telinga, Mandibularis/submaksilaris didekat mandibular,
sublingualis di dasar mulut. Terdapat enzim amilase untuk mngubah
amilum menjadu sakarida sederhana

Faring (Tenggorokan), merupakan pangkal tenggorokan, yang merupakan


persilangan anatara saluran pernafasan dan pencernaan, sekaligus bagian
untuk menimbulkan suara.
Gambar 2. Esofagus
Sumber: Anderson, 1999

Esofasus (Kerongkongan), merupakan saluran 8ormone berotot yang


menghubungkan rongga mulut dengan lambung, terdapat sfinger esofagii
berfungsi menjaga makanan yang ada di lambung tidak kembali ke esofagus

Gambar 3. Lambung
Sumber: Sloane, 2012

Lambung, bentuknya melebar seperti kantung, berfungsi menampung,


menyampur, dan mencerna makanan. Terjadi pelepasan 8ormone gastrin
untukmerangsang HCl dan pepsinogen, pepsinogen akan diaktifkan HCl
menjadienzim pepsin

Gambar 4. Usus Halus Sumber:https://www.google.com/url?


sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.biologiedukasi.com%2F2014%2F07%
2Fsistem-pencernaan-usus-halus-usus-besar.html&psig=AovVaw3k9q0VL_WbCP-qCk-
DhAsg&ust=1678094648759000&source=images&cd=vfe&ved=0CBAQjRxqFwoTCJCNsu27xP0CFQAAAAAd
AAAAABAJ
Usus Halus, dibedakan menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Pada orang
dewasa panjangnya 2-8 meter. Jejunum dan ileum sebagai tempat
penyerapan sari makanan
- Usus Dua Belas Jari-terletak setelah lambung, menghubungkan ke usus
kosong. Terdapat kelenjar Brunner berperan menghasilkan lendir,
terdapat muara saluran empedu. Permukaan usus berbentuk lipatan
dengan sel kripta lieberkuhn berperan menghasilkan enzim enterokinase
untuk mengaktifkan trypsinogen menjadi tripsin
- Usus Kosong-jejenum, panjangnya 1-2 meter, terdapat jonjot (villi) untuk
memperluas penyerapan sari makanan
- Usus Penyerapan-bagian terakhir usus halus, panjangnya 2-4meter,
memilihi pH 7 dan 8, berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam
empedu, penyerapan meliputi difusi, osmosis, dan transport aktif

Gambar 5. Usus Besar


Sumber: Sherwood, 2001

Usus Besar, kolon adalah bagan antara usus halus dan rectum, guna
menyerap air dan mineral tertentu. Usus ini adalah tempat untuk penyerapan
air dan mineral yang tidak terserap usus halus, pencernaan mikrobiotis oleh
E coli, menghasilkan gas, dan sintesis vitamin K.
Gambar 6. Rektum & Anus
Sumber:https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fmaterikimia.com%2F10-organ-penyusun-sistem-
pencernaan-manusia-dan- fungsinya
%2F&psig=AovVaw0ez3QG6KhmJddFD7q6sYls&ust=1678095557023000&source=images&cd=vfe&ved=0C
BAQjRxqFwoTCKDi0p6_xP0CFQAAAAAdAAAAABAa

Rektum dan anus. Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”)


adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya 10ormon ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam 10ormon, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Selanjutnya anus merupakan lubang
di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya
dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot 10ormone1010.
Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB),
yang merupakan fungsi utama anus.

2. Fisiologi Sistem Pencernaan


Menurut Syaifuddin (2011) sistem pencernaan manusia berfungsi
memindahkan zat 10ormone10 (zat yang sudah dicerna), air dan garam yang
bberasal dari zat makanan untuk didistribusikan ke sel-sel melalui sistem
sirkulasi. Zat makanan merupakan sumber energi bagi tubuh seperti ATP yang
dibutuhkan sel-sel untuk melaksanakan tugasnya. Agar makanan dapat dicerna
secara optimal dalam saluran pencernaan, maka saluran pencernaan harus
mempunyai persediaan air, elektrolit dan zat makanan yang terus menerus
sehingga memerlukan pergerakkan makanan melalui saluran pencernaan, sekresi
getah pencernaan, 10ormone hasil pencernaan, air dan elektrolit, sirkulasi darah
melalui organ
gastrointestinal yang membawa zat yang diabsorbsi serta pengaturan semua
fungsi oleh sistem saraf dan 11ormone.

C. Epidemiologi
Kanker payudara saat ini merupakan salah satu jenis kanker yang paling
banyak di derita oleh perempuan dengan prevalensi yang sangat tinggi di seluruh
negara di dunia (American Cancer Society, 2015). Hal ini dikarenakan belum
ditemukan terapi untuk membunuh sel kanker tersebut dari tubuh manusia.
Kejadian kanker meningkat dari tahun ke tahun dan terjadi hampir di seluruh
dunia. Kanker menduduki urutan ke dua penyakit terbesar di dunia. Data jumlah
penderita kanker di seluruh dunia mencapai 14 juta kasus dengan angka kematian
8,2 juta setiap tahunnya (WHO, 2018). Data Global Cancer Observatory 2018
dari World Health Organization (WHO) menunjukkan kasus kanker yang paling
banyak terjadi di Indonesia adalah kanker payudara, yakni 58.256 kasus atau
16,7% dari total 348.809 kasus kanker. Prevalensi penyakit kanker di Indonesia
cukup tinggi. Data yang dipaparkan oleh Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI (2016) mengungkapkan bahwa angka
kejadian tertinggi untuk perempuan adalah kanker payudara yaitu 1,4 per 1000
penduduk pada tahun 2013 meningkat menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada
tahun 2018 (Kemenkes RI, 2020). Terjadinya peningkatan kasus ini perlu adanya
upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang kanker payudara.
Nutrisi merupakan bagian yang penting pada tata laksana kanker, baik pada
pasien yang sedang menjalani terapi, pemulihan dari terapi, pada keadaan remisi
maupun untuk mencegah kekambuhan. Status nutrisi pada pasien kanker diketahui
berhubungan dengan respon terapi, prognosis dan kualitas hidup. Malnutrisi dan
kaheksia sering terjadi pada penderita kanker (24% pada stadium dini dan > 80%
pada stadium lanjut). Insiden malnutrisi tersebut bervariasi tergantung pada asal
kanker, misalnya pada pasien dengan kanker pankreas dan gaster mengalami
malnutrisi sampai 85%, 66% pada kanker paru, dan 35% pada kanker payudara
(Rahmawati dan Taroeno, 2019).
D. Etiologi Defisit Nutrisi pada Pasien Ca Mammmae

Menurut Marischa dkk., 2017 terdapat beberapa penyebab pasien kanker


dapat mengalami mal nutrisi atau defisit nutrisi diantaranya yaitu:
1. Anoreksia
Anoreksia sering dijumpai pada pasien kanker, dengan insiden 15%-40%
pada saat didiagnosa. Anoreksia merupakan penyebab utama terjadinya
kakeksia pada pasien kanker. Penyebab dan mekanisme anoreksia pada
pasien kanker sampai sekarang belum diketahui secara jelas. Produk
metabolit kanker juga dapat menyebabkan anoreksia. Metabolit kanker
juga dapat menyebabkan perubahan rasa kecap. Selain itu stress psikologis
yang terjadi pada pasien kanker memegang peran penting dalam terjadinya
anoreksia. Obstruksi mekanik pada traktus gastrointestinal, nyeri, depresi,
konstipasi, malabsorbsi, efek samping pengobatan seperti opiat, radioterapi
dan kemoterapi dapat menurunkan asupan makanan. Pengobatan dengan
anti kanker juga penyebab tersering terjadinya malnutrisi. Kemoterapi
dapat menyebabkan mual, muntah, kram perut dan kembung, mucositis
dan ileus paralitik. Beberapa antineoplastik seperti fluorourasil,
adriamysin, methotrexate dan cisplatin menginduksi komplikasi
2. Perubahan Metabolisme
Metabolisme berkaitan erat degan metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak. Pada pasien kanker metabolisme zat tersebut mengalami perubahan
dan berpengaruh pada terjadinya penurunan berat badan.
Hipermetabolisme sering terjadi pada pasien kanker, peningkatan
metabolisme ini sampai 50% lebih tinggi dibanding pasien bukan kanker.
Tetapi peningkatan metabolisme tersebut tidak terjadi pada semua pasien
kanker. Beberapa penelitian melaporkan peningkatan metabolisme ini
berhubungan dengan penurunan status gizi dan jenis serta besar tumor.
Pada orang normal kecepatan metabolisme menurun selama starvasi
sebagai proses adaptasi normal tetapi pada pasien kanker proses tersebut
tidak terjadi.
3. Metabolisme Protein Pada Kondisi Starvasi
Penggunaan energi untuk otak oleh glukosa digantikan dengan benda
keton yang merupakan hasil pemecahan lemak. Protein otot dan protein
visceral dipergunakan sebagai prekursor glukoneogenesis sehingga terjadi
penurunan katabolisme protein dan penurunan glukoneogenesis dari asam
amino di hati. Pada pasien kanker, asam amino tidak disimpan sehingga
terjadi deplesi dari massa otot dan pada sebagian pasien terjadi atrofi otot
yang berat.16 Kehilangan massa otot merupakan akibat dari peningkatan
degradasi protein dan penurunan sintesis protein karena terpakai untuk
pembentukan protein fase akut dan glukoneogenesis.
4. Metabolisme Lipid
Pada pasien kanker terjadi perubahan mobilisasi lipid berupa, penurunan
lipogenesis, penurunan aktivitas lipoprotein lipase (LPL) dan peningkatan
lipolisis. Peningkatan lipolisis disebabkan oleh peningkatan hormon
efinefrin, glukagon, adrenocorticotropic hormone (ACTH) yang dimediasi
melalui cyclic adenosine monophosphate (c-AMP). C-AMP akan
mengaktivasi hormone sensitive lipase (HSL) yang selanjutnya akan
mengkonversi satu molekul trigliserida menjadi tiga molekul asam lemak
bebas dan satu molekul gliserol. Penurunan aktivitas LPL disebabkan oleh
sitokin pro inflamasi TNF-α, INF-γ dan IL-1β yang mencegah
penyimpanan asam lemak pada jaringan adiposa dan menyebabkan
peningkatan kadar asam lemak bebas dan gliserol dalam sirkulasi.
5. Terapi Diet
Penurunan berat badan yang terjadi terus menerus pada pasien kanker
disebabkan oleh adanya penurunan intake energi ataupun peningkatan
pengeluaran energi. Produksi insulin pada pasien kanker akan menurun,
rendahnya produksi insulin tubuh selanjutnya dapat menyebabkan
meningkatnya kadar glukosa darah. Tingginya kadar glukosa darah
selanjutnya dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan pasien. Oleh
sebab itu makan pagi merupakan waktu makan yang tepat dibandingkan
waktu makan lainnya karena pagi hari keadaan kadar glukosa darah adalah
yang terendah. Toleransi kadar glukosa mempengaruhi fungsi
gastrointestinal, karena kadar glukosa darah yang tinggi dapat
memperlambat gerakan peristaltik di lambung. Hal ini selanjutnya dapat
menyebabkan pasien kanker merasa cepat kenyang dan tidak nafsu makan.

E. Manifestasi Klinis
Tanda yang dapat terjadi pada Ca Mammae mempunyai ciri fisik yang
cukup khas seperti, tumorjinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk elips,
dan bulat. Sedangkan gejala yang muncul pada pasien penderita Ca Mammae
yaitu munculnya nyeri, keluarnya puting susu,mengeras asimetik, iversi, berat
badan menurun sebagai petunjuk adanya metastase, dan puting eritemme
(Nurarif & Kusuma, 2015).

F. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi
zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan
dapat menyebabkan kanker payudara. Kanker payudara berasal dari jaringan
epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, awalnya terjadi hiperplasia
sel-sel dengan perkembangan sel atipik. Sel ini akan berlanjut menjadi
carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan waktu
tujuh tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang
cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu
kira-kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis. Sel kanker
akan tumbuh terus menerus dan sulit untuk dikendalikan. Kanker payudara
bermetastasis dengan menyebar langsung ke jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah.
Menurut Yodang (2018) menyatakan mual merupakan salah satu gejala
yang paling dikeluhkan pada pasien kanker. Black & Hawks (2014)
memaparkan bahwa mayoritas pasien kanker yang menjalani kemoterapi
mengalami efek samping mual muntah. Mual muntah yang berlangsung lama
dapat berdampak pada status nutrisi. Status nutrisi yang terganggu dapat
menimbulkan kakeksia dengan karakteristik seperti kehilangan berat badan,
lemak tubuh bahkan otot yang berat hingga 2 berpengaruh terhadap kualitas
hidup pasien kanker.

G. Clinical Pathway
Sumber: Nurarif & Kusuma, 2015

G. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis kanker payudara antara lain ultrasonografi (USG),
mammografi, magnetic resonance imaging (MRI), fine needle aspiration
(FNA), serta biopsi patologi anatomi.
a. USG
Pemeriksaan awal yang sering digunakan untuk menilai kelenjar payudara
adalah USG. Prinsip kerja USG ini menggunakan gelombang ultrasonik.
USG dapat digunakan pada penilaian awal sistem organ karena gelombang
ultrasonik dianggap efektif dalam membedakan macam-macam sturuktur
jaringan tanpa radiasi. Selain itu, USG membutuhkan relatif lebih sedikit
biaya dibandingkan pemeriksaan lainnya, seperti MRI. Oleh karena itu,
USG merupakan alat imaging yang aman, simpel, bersifat noninvasif, dan
banyak tersedia di rumah sakit.
b. Mammografi, adalah metode pemeriksaan payudara dengan menggunakan
sinar-X dosis rendah. Dalam pemeriksaan ini, payudara akan ditekan oleh
dua plat untuk meratakan dan menyebarkan jaringan payudara. Prosedur
ini mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi sangat penting untuk
menghasilkan gambar mammogram yang baik dan dapat dibaca
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging), merupakan alat deteksi kanker yang
lebih sensitif dari mammografi, tetapi MRI memiliki nilai positif palsu
yang lebih tinggi. Maksudnya, sering muncul gambaran kelainan payudara
yang ternyata bukan kanker.
d. Biopsi, merupakan pemeriksaan untuk menilai adanya kanker payudara
pada seseorang. Biopsi dapat membedakan antara tumor jinak dan ganas
secara signifikan melalui gambaran sitologi yang didapat di bawah
mikroskop. Gambaran pada biopsi dapat menunjukan asal dan jenis dari
sel yang didapat. Ada tiga macam biopsi yang bisa dilakukan, yakni biopsi
dengan jarum halus atau disebut Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB),
biopsi dengan membuat irisan kecil di kulit payudara dan mengambil
sedikit
jaringan tumor atau Core Biopsi, dan biopsi dengan melakukan bedah atau
Biopsi Bedah.
e. Pemeriksaan Laboratorium
- Status protein; albumin, prealbumin, tranferin, retinol binding protein,
imbang nitrogen 24 jam
- Sistem imun; hitung limfosit total penyembuhan kebutuhan nutrisi sering
meningkat

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Kemenkes RI dalam Panduan
Penatalaksanaan Kanker Payudara yang diterapkan di Indonesia sesuai stadium
kanker payudara, yaitu:
1. Kanker payudara stadium 0 (TIS/T0, N0M0)
Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan histopatologi. Lokasi
didasarkan pada hasil pemeriksaan radiologik.
2. Kanker payudara stadium dini/operabel (Stadium I dan II)
Dilakukan tindakan operasi:
a) Breast Conserving Therapy (BCT), tumor tidak boleh lebih dari 3 cm
b) Kemoterapi adjuvant
c) Radiasi
3. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)
a) Operabel (III A)
1) Mastektomi simpel dan radiasi dengan kemoterapi adjuvant
dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.
2) Mastektomi radikal modifikasi dan radiasi dengan kemoterapi adjuvant
dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.
3) Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau
mastektomi simpel, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.
b) Inoperabel (III B)
1) Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi, kemoterapi, hormonal terapi
2) Kemoterapi preoperasi/neoadjuvant, dengan/tanpa operasi, kemoterapi,
radiasi, terapi hormonal, dengan/tanpa terapi target
3) Kemoradiasi preoperasi/neoadjuvant, dengan/tanpa operasi,
dengan/tanpa kemoterapi, dengan/tanpa terapi target.
4. Kanker payudara stadium lanjut
a) Sifat terapi paliatif
b) Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi hormonal)
c) Terapi lokoregional (radiasi dan bedah) apabila diperlukan
Hospice home care

I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas
meliputi data pasien dan data penanggung-jawab, seperti nama, umur (50
tahun ke atas), alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor medical record.
2. Keluhan utama
adanya benjolan pada payudara, sejak kapan, riwayat penyakit (perjalanan
penyakit, pengobatan yang telah diberikan), faktor etiologi/ resiko.
3. Konsep diri
mengalami perubahan pada sebagian besar klien dengan cancer mammae.
4. Pemeriksaan klinis
mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh factor
hormonantara lain estrogen dan progesteron, maka sebaiknya pemeriksaan ini
dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/ setelah menstruasi
± 1 minggu dari hari akhir menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh ke
samping dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yang sama tinggi.
5. Inspeksi
a. Simetri (sama antara payudara kiri dan kanan)
b. Kelainan papilla: Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit,
tanda radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi, dan lain-lain.
6. Palpasi
a. Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas lapangan
dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil
b. Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas dan operabilitas.
c. Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila).
d. Adanya metastase nodus (regional) atau organ jauh
e. Stadium kanker (system TNM UICC)
7. Mamografi payudara
a. Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang dikompresi. Mammografi dikerjakan pada wanita usia
diatas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka
hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun. Tanda
primer yang dapat dilihat berupa densitas yang meninggi pada tumor, batas
tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan
sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign), gambaran translusen
disekitar tumor, gambaran stelata, ukuran klinis tumor lebih besar dari
radiologis. Sedangkan tanda sekundernya adalah retraksi kulit atau
penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi putting,
kelenjar getah bening aksila (+), keadaan daerah tumor dan jaringan
fibroglandular tidak teratur, dan kepadatan jaringan sub areolar yang
berbentuk utas.
b. USG Payudara: Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa
kistik. Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di
antaranya Permukaan tidak rata, Taller than wider, Tepi hiperekoik, Echo
interna heterogen, Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke
dalam tumor membentuk sudut 90 derajat.
c. Biopsi payudara: memberikan diagnosa definitive terhadap massa
d. Foto thoraks : dilakukan untuk mengkaji adanya metastase
e. CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi penyakit pada payudara
khususnya massa yang lebih besar, tumor kecil, payudara mengeras dan
sulit diperiksa dengan mammografi
f. Ultrasonografi : membantu dalam membedakan antara massa padat.
Ultrasonografi Memeriksa berdasarkan pemantulan gelombang suara,
hanya dapat membedakan lesi / tumor yang solid dan kistik dan ukuran lesi
dapat lebih akurat. Alat yang digunakan sebaiknya berfrekuensi 7,5 mHZ
hingga 10 mHZ bahkan lebih dari 10 mHZ.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Diagnosa yang sering muncul pada pasien dengan penyakit CA. Mammae yaitu
1. Defisit Nutrisi D.0019
Kategori : Fisiologi
Sub kategori : Nutrisi dan Cairan
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
2. Nyeri Akut D.0077
Kategori : Psikologis
Sub kategori : Nyeri dan Keamanan
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurangdari 3 bulan.
3. Keletihan
D.0057 Kategori : Fisiologi
Sub kategori : Aktivitas dan Istirahat
Definisi : Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang
tidak pulih dengan istirahat
3. Perencanaan/Nursing Care Plan
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Defisit Nutrisi Setelah Status Nutrisi 1. Pemantauan nutrisi
dilakukan No. Indikator Awal Tujuan (I.03123)
asuhan 1 2 3 4 5
a. Observasi
keperawatan 1. Porsi makan
diharapkan yang dihabiskan 🗸 - Identifikasi faktor yang
status kebutuhan 2. Nafsu makan mempengaruhi asupan
nutrisi dapat 🗸 gizi ( misal ketersediaan
meningkat ASI, gangguan menelan,
Keterangan: gangguan menghisap )
- Identifikasi perubahan
1= Menurun
beratbadan
2 = Cukup menurun
- Monitor asupan oral
3 = Sedang
- Monitor hasil laboratorium
4 = Cukup
b. Terapeutik
Meningkat 5 =
Meningkat - Timbang berat badan
- Ukur antropometrik
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedurpemantauan
- informasikan
hasilpemantauan
2. Nyeri Akut Setelah Kontrol Nyeri L.08063 1. Manajemen Nyeri
dilakukan No. Indikator Awal Tujuan (I.08238)
asuhan 1 2 3 4 5 a. Identifikasi lokasi,
keperawat- an 1. Melaporkan karakteristik, durasi,
diharapkan Nyeri terkontrol 🗸 frekuensi, kualitas,
nyeri kronis 2. Kemampuan intensitas nyeri
yang dialami mengenali 🗸 lokasi,karakteristik,
pasien dapat penyebab nyeri durasi, frekuensi,
menurun 3. Kemampuan kualitas, dan
menggunakan 🗸 intensitas nyeri
teknik non- b. Identifikasi skala nyeri
farmakologi c. Identifikasi faktor
Keterangan: yang memperberat dan
1 = Meningkat memperingannyeri
2 = Cukup meningkat d. Berikan teknik non
3 = Sedang farmakologi
4 = Cukup menurun e. Ajarkan tknik non
5 = Menurun farmakologi
untuk mengurangi
nyeri
3. Keletihan Setelah Tingkat keletihan 1. Manajemen
dilakukan nutrisi (I.03119)
L.05046
No. Indikator Awal Tujuan
asuhan
1 2 3 4 5 a. Observasi
keperawatan
1. Tenaga - Identifikasi status nutrisi
diharapkan 🗸
keletihan - Identifikasi alergi
2. Kemampuan
teratasi 🗸 danintoleransi makanan
melakukan
- Identifikasi makanan
yangdisukai
aktivitas rutin - Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
b. Terapeutik
Keterangan: - Lakukan oral
1= Menurun hygiencesebelum makan
2 = Cukup menurun - Berikan makan tinggi
3 = Sedang proteindan kalori
4 = Cukup - Berikan makanan tinggi
Meningkat 5 = seratuntuk mencegah
Meningkat konstipasi
c. Edukasi
- Ajarkan diet
yangdiprogramkan
d. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
J. Penatalaksanaan berdasarkan Evidence-Based Practice in Nursing
Evidence based Nursing Lavender

Penulis Anisa A’in, Desak Gede Agung, S., Esty Yunitasari

Judul Jurnal Aromaterapi Lavender dalam Upaya Menurunkan Nausea


dan Vomiting Pasien Kanker Payudara yang Menjalani
Kemoterapi Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Nama Jurnal Ners dan Kebidanan/2019/Vol.6/No.3


Jurnal/Tahun/Volume/No.
Tujuan Untuk menjelaskan pengaruh aromaterapi lavender terhadap
nausea dan vomiting pada pasien kanker payudara yang
menjalani kemoterapi

Metodologi Penelitian true experimental dengan desain randomized pre-


post test with control group.

Hasil Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Skor nyeri pre
kelompok aromaterapi 17.60 ± 3,05 dan post 8,40 ± 4,74 (p
value <0,001). Independent t test menunjukkan nilai p value
0,001 (< 0,05). Sehingga studi ini menunjukkan aromaterapi
lavender inhalasi yang diterapkan secara berkesinambungan
selama tiga minggu berturut-turut mampu menurunkan
nausea dan vomiting pasien kanker
payudara yang menjalani kemoterapi.

Pembahasan Dalam penelitian ini pasien yang diberikan aromaterapi


lavender (K1) secara stimultan selama 3 minggu berturut-
turut terbukti juga dapat menurunkan intensitas nausea dan
vomiting pada pasien dibandingkan dengan kelompok
kontrol (K2). Penelitian ini didukung oleh penelitian
sebelumnya
bahwa episode nausea dan vomiting pada ibu hamil
menurun pada hari ketiga pasca inhalasi aromaterapi
(Mahmoud, Ghani, Tawfik, & Ibrahim, 2013). Atau hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ovayolu, Sevið, Ovayolu, &
Sevinç, (2014) tentang efektivitas aromaterapi terhadap
breast cancer symptom dan kualitas hidup pasien kanker
payudara. hasil penelitian tersebut menunjukkan terdapat
penurunan Symptom fisik dan peningkatan kualitas hidup
pasien kanker payudara dari minggu ke-6 hingga minggu ke-
10 pada kelompok intervensi.

Referensi A'in, Anisa., dkk. 2019. Aromaterapi Lavender dalam Upaya


Menurunkan Nausea dan Vomiting Pasien Kanker
Payudara yang Menjalani Kemoterapi Di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya. Jurnal Ners dan Kebidanan.
6(3):401-407.
Evidence based Nursing Pemberian Minuman Jahe

Penulis Sri Wahyu Wilujeng, Handayani dan Farida Umamah

Judul Jurnal Minuman Jahe Berpengaruh Terhadap Penurunan Mual Dan


Muntah Pada Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani
Kemoterapi Dengan Pendekatan Comfort Theory

Nama Jurnal Keperawatan/2021/Vol.13/No.3


Jurnal/Tahun/Volume/No.
Tujuan Untuk menganalisis pengaruh minuman jahe terhadap
penurunan mual dan muntah pada pasien kanker payudara
yang menjalani kemoterapi dengan pendekatan comfort
theory
Metodologi Penelitian quasy experiment pre-post control group design
dengan teknik simple random sampling

Hasil Hasil penelitian menunjukkan sebelum dan sesudah diberikan


minuman air jahe pendekatan comfort theory didapatkan nilai
kemaknaan ρ= 0,000 dimana ρ=0,000 dimana ρ<0,05 yang
berarti H0 ditolak yang artinya ada pengaruh minuman jahe
terhadap penurunan mual dan muntah pada pasien kanker
payudara yang menjalani kemoterapi dengan pendekatan
comfort theory. Pemberian minuman air jahe dengan
pendekatan comfort theory dapat menurunkan mual muntah
pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi

Pembahasan Dalam penelitian ini pasien yang diberikan minuman jahe


dengan pendekatan comfort theory terbukti dapat
menurunkan intensitas mual muntah pada pasien kanker
payudara yang menjalani kemoterapi dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Penelitian ini didukung penelitian
sebelumnya yang
menyebutkan bahwa tindakan intervensi nonfarmakologi
yaitu dengan pemberian jahe merupakan bagian dari
intervensi comfort yang bertujuan memberikan kenyamanan
secara fisik pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi
dengan mengurangi atau menghilangkan mual muntah akibat
kemoterapi (Enikmawati, 2016) . Menurut Suranto (2014),
jahe banyak mengandung berbagai fitokimia dan fitonutrien
dimana beberapa zat yang terkandung dalam jahe adalah
minyak atsiri 2-3%, pati 20-60%, oleoresin, damar, asam
organik, asam malat, asam oksalat, gingerin, gingeron,
minyak damar, flavonoid, polifenol, alkaloid, dan musilago.
Kandungan gingerol dipengaruhi oleh umur tanaman dan
agroklimat tempat tumbuh tanaman jahe, karena semakin tua
umur tanaman jahe semakin tinggi pula kandungan gingerol.
Gingerol juga bersifat sebagai antioksidan sehingga jahe
bermanfaat sebagai komponen bioaktif anti penuaan.
Komponen bioaktif jahe dapat berfungsi melindungi lemak
atau membrane dari oksidasi, menghambat oksidasi
kolesterol, dan meningkatkan kekebalan tubuh (Kurniawati,
2010).

Referensi Wilujeng, Sri, Wahyu., dkk. 2021. Minuman Jahe


Berpengaruh Terhadap Penurunan Mual Dan Muntah
Pada Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani
Kemoterapi Dengan Pendekatan Comfort Theory. Jurnal
Keperawatan. 13(3): 655-664.
Judul SOP:
Pemberian
FKEP
UNIVERSITAS JEMBER
Aromaterapi
Lavender
PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN: NO HALAMAN:
REVISI:
TANGGAL DITETAPKAN OLEH:
TERBIT:
1. PENGERTIAN Aromaterapi Lavender merupakan praktek terapi
menggunakan minyak atsiri yang diekstrak dari
tanaman, pohon dan bunga. Lavender punya efek
menenangkan, memberikan keseimbangan, rasa
nyaman, rasa keterbukaan dan keyakinan. Selain itu
juga dapat mengurangi rasa tertekan, stress, emosis
yang tidak seimbang, histeria, rasa frustasi dan
kepanikan serta bermanfaat untuk mengurangi rasa
nyeri dan dapat memberikan efek relaksasi
2. TUJUAN 1. Meningkatkan kesehatan fisik, emosi dan spiritual.
2. Menurunkan nyeri dan kecemasan
3. Membuat tubuh menjadi lebih rileks
4. Memberikan efek stimulasi
5. Memberikan sensasi yang menenangkan diri, otak dna
keseimbngan stress yang dirasakan
6. Relaksasi pada pikiran dan fisik sehingga dapat
menurunkan rasa nyeri.
3. INDIKASI Metode ini efektif untuk klien yang
mengalami mual dan muntah

4. KONTRAINDIKASI -
5. PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri, identifikasi klien
dengan melakukan validasi kien.
2. Berikan penjelasan pada klien tentang tindakan
yang akan dilakukan dan jelaskan alasan tindakan
dilakukan serta lakukan kontrak waktu dengan
klien
3. Minta pengunjung lain untuk meninggalkan
ruangan, beri privasi pada klien.
4. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan
nyaman
5. Pastikan klien siap untuk dilakukan
pemberian aromaterapi lavdener untuk
mengurangi mual dan muntah

6. PERSIAPAN ALAT 1. Tempat dan lingkungan nyaman


2. A r o m a t e r a p i l a v e n d e r ( f r e s h c a r e )
7. CARA BEKERJA 1. Memberikan salam terapeutik dan
memperkenalkan diri kepada pasien dan
keluarga
2. Melakukan kontrak waktu
3. Memberikan informed consent atau
lembar persetujuan kepada
pasien/keluarga
4. Mempersiapkan alat dan bahan.
Alat dan bahan yang digunakan yaitu
Aromaterapi Lavender
5. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
6. Menciptakan lingkungan yang nyaman
7. Mendekatkan Aromaterapi Oil Lavender ke
bagian hidung pasien
8. Anjurkan klien untuk menghirup aromaterapi
dan rileks serta beri afirmasi positif pada klien
9. Setelah terapi selesai bersihkan alat dan atur
posisi nyaman untuk klien.
10. Menjelaskan kepada klien bahwa aromaterapi
lavender dapat digunakan saat klien merasa
mual dan ingin muntah
11. Mencuci tangan setelah melakukan tindakan
12. Mendokumentasikan hasil intervensi tindakan
pemberian Aromaterapi Oil Lavender
8. HASIL Penurunan mual dan muntah
9. Hal-Hal Yang Pastikan lingkungan nyaman dan tenang
Perlu
Diperhatikan
Satuan Opersional Prosedure (SOP) Pemberian Jahe

Judul SOP:
Pemberian
FKEP
UNIVERSITAS JEMBER
Madu dan Jahe
PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN: NO HALAMAN:
REVISI:
TANGGAL DITETAPKAN OLEH:
TERBIT:
1. PENGERTIAN Madu dan Jahe memiliki manfaat untuk
mengurangi mual muntah karena jahe memiliki
kandungan minyak atsiri yaitu gingerol dan madu
juga mengandung piridoksin, kedua zat tersebut
sebagai anti chemoreseptor yang dapat memblok
atau menghentikan zat serotonin, dopamine,
astiklon, histamin dan neurokinin yang dapat
mengaktifkan
pusat muntah
2. TUJUAN Untuk mengurangi mual dan muntah, mengurangi
kejang otot, mengatasi masalah gangguan
pencernaan dan gas dalam usus, mengontrol atau
mencegah infeksi bakteri, melancarkan peredaran
darah, melancarkan keluarnya keringat dan juga
untuk
meredakan batuk
3. INDIKASI Metode ini efektif untuk klien yang mengalami
mual dan muntah

4. KONTRAINDIKASI -
3. PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda dan
identifikasi klien dengan melakukan validasi
kien.
2. Berikan penjelasan pada klien tentang tindakan
yang akan dilakukan dan jelaskan alasan
tindakan dilakukan serta lakukan kontrak
waktu dengan klien
3. Minta pengunjung lain untuk meninggalkan
ruangan, beri privasi pada klien.
4. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan
nyaman
5. Pastikan klien siap untuk dilakukan
pemberian madu dan jahe untuk mengurangi
mual dan muntah
4. PERSIAPAN ALAT 1. 1 buah gelas
2. Sendok
3. ½ ruas jahe
4. Air 200 ml
5. 1 sendok makan madu
6. Panci berukuran kecil
7. Lingkungan atau ruangan yang tenang aman
dan nyaman
8. Tempat tidur atau kursi yang aman dan
nyaman
5 CARA BEKERJA 1. Memberikan salam terapeutik dan
memperkenalkan diri kepada pasien dan
keluarga

2. Melakukan kontrak waktu


3. Memberikan informed consent atau
lembar persetujuan kepada
pasien/keluarga
Mempersiapkan alat dan bahan.

Alat dan bahan yang digunakan yaitu:

a. 1 buah gelas
b. Sendok
c. ½ ruas jahe
d. Air 200 ml
e. 1 sendok makan madu
f. Panci berukuran kecil
4. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
5. Menciptakan lingkungan yang nyaman
6. Menjelaskan cara pembuatan dan
pemberian madu dan jahe:

Cara pembuatan

a. Siapkan ½ ruas jahe, lalu di kupas


b. Cuci jahe yang sudah dikupas hingga
bersih
c. Kemudian tumbuk jahe yang sudah dicuci
d. Siapkan panci kecil dan masukkan 200 ml air
kedalam panci
e. Lalu setelah air mendidih masukkan jahe
yang sudah di tumbuk dan aduk beberapa
kali
f. Jika air jahe sudah sekitar 150 ml,
kemudian angkat lalu diamkan sampai air
jahenya hangat
g. Jika sudah hangat, tuangkan air jahe ke
dalam gelas
h. Setelah itu, tambahkan madu 1 sendok
dan aduk rata
7. Berikan minuman herbal jahe dicampur madu
dengan dosis 2 kali sehari sebanyak 150 ml
pada pagi hari dan sore hari.
8. Memberikan minuman herbal jahe dicampur
madu dengan dosis 2 kali sehari sebanyak
setengah gelas pada pagi hari dan sore hari.
9. Merapihkan alat dan bahan yang digunakan
10. Mencuci tangan setelah melakukan tindakan
11. Mendokumentasikan hasil intervensi
tindakan pemberian madu dan jahe sebelum
dan
sesudah observasi
12 HASIL Penurunan mual dan muntah
13 Hal-hal yang Pastikan lingkungan nyaman dan tenang
perlu
diperhatikan
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. (2015). Breast Cancer Fact & Figure 2015-2016. Atlanta :
American Cancer Society.

Potter, P. A.& Perry, A. G. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses,
dan praktik. Jakarta: EGC

Rahayu, S dan A.M. Harnanto. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan.

Herdman, TH. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2018-2020.
Edisi 11. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. (2016). Info Datin Bulan Peduli Kanker Payudara.


Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Rahayu, Anik Puji (2016). Panduan Praktikum Keperawatan Maternitas. Yogyakarta :


Deepublish

Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC.
Yogyakarta: Media Hardy.

Bulechek, GM., Butcher, HK., Dochterman, JM., Wagner, CM. 2013. Nursing Intervention
Classification (NIC). Edisi keenam. Indonesia: Elsevier.

Departemen Kesehatan RI. 2015. Hari Gizi Nasional. Diakses melalui


http://www.depkes.go.id/article/view/15012300021/25-januari-hari-gizi-
nasional.html

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.

Marischa, Silvia, Dian Isti Anggraini, Giska Tri Putri. 2017. Malntrisi pada Pasien
Kanker.Medula. 7 (4): 107-111

WHO. (2018). Breast cancer: Early diagnosis and screening. World Health
Organization.
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. S DENGAN


DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT Tk. III BALADHIKA HUSADA
JEMBER

OLEH :
Kelompok 2

Bachrul Ulum, S.Kep. (222311101100)


Azhifah Tsabiet Sudarsono, S.Kep. (222311101157)
Cristina Esria Valentin T., S.Kep. (222311101163)
Vindika Winda Ancarani P., S.Kep (222311101134)
Anisa Diah Purnama Sari, S.Kep. (222311101113)
Karina Puspa Wulandari, S.Kep. (222311101104)
Atik Rusdiana, S.Kep. (222311101102)
Rizka Maulida Mayani, S.Kep. (222311101115)
Elyza Andari Fauzan, S.Kep. (222311101136)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Kelompok 2
Tempat Pengkajian : Ruang Mawar RS DKT Jember
Tanggal Pengkajian : 1 Maret 2023

A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
Nama : Ny. S No. RM : 123***
Umur : 65 Tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis : Perempuan Status Perkawinan : Menikah
Kelamin
Agama : Protestan Tanggal & Jam MRS : 28/2/2023 & 09.02
Pendidikan: Tidak terkaji Tanggal & Jam : 1/3/2023 & 21.00
Alamat : Ambulu, Jember Pengkajian
Sumber Informasi :Klien dan Keluarga
klien
II. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik:
Ca mamae
2. Keluhan Utama:
Klien merasakan mual.
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Klien memiliki riwayat penyakit kanker payudara pada bagian payudara
sebelah kiri, klien telah menjalani kemoterapi sebanyak 3 kali, pada
tanggal
28 Februari 2023 pukul 09.25 WIB klien masuk rumah sakit untuk
menjalani operasi ca mamae, setelah operasi klien mengeluhkan mual dan
telah muntah cairan lendir bening sebanyak 1 kali, selain itu klien juga
mengeluhkan nyeri pada bagian payudara kiri. Klien merasakan nyeri
dengan nyeri bertambah parah ketika digerakkan, klien mengatakan jika
nyeri yang dirasakan terasa seperti ditusuk-tusuk.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Klien memiliki riwayat penyakit kanker payudara dan maag.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Klien alergi terhadap minyak kayu putih
c. Imunisasi :
Klien mengatakan telah melakukan vaksinasi covid-19 lengkap hingga
vaksin COVID-19 Booster 2.
d. Kebiasaan:
Klien setiap hari makan sebanyak 2-3 kali dengan porsi sedang, pasien
juga mengonsumsi sayur dan buah-buahan. Pasien tidak memiliki
kebiasaan merokok.
e. Obat-obatan yang digunakan:
Klien dan keluarga klien mengatakan bahwa telah mengonsumsi obat-
obatan yang telah diberikan oleh dokter untuk mengobati kanker
payudara yang dialami Ny. S.
5. Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluarga klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga

6. Genogram:

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Cerai

: Pasien
: Tinggal serumah
: Meninggal
III. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi & pemeliharaan kesehatan:
Klien mengatakan bahwa semenjak mengidap kanker, klien berinisiatif
untuk melakukan kontrol dengan dokter dan secara rutin menjalani
kemoterapi, hingga saat ini klien telah menjalani kemoterapi sebanyak 3
kali.
Intrepetasi :
Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan klien baik.
2. Pola nutrisi/ metabolic:
Antropometry
BB : 58 kg
TB : 146 cm
BMI : 27,2 (IMT normal = 18,5-25,0)
Intrepetasi :
IMT klien termasuk dalam kategori obesitas 1
Biomedical sign
Parameter Hasil Nilai Rujukan
Hb 10,8 gr/Dl* L : 12,4-17,7 gr/dL
P : 11,4-15,1 gr/Dl
Leukosit 10.300 /Ul L : 4,3-10,3 /ul
P : 4,3-11,3 /ul
Trombosit 275.000 /Ul 150.000-450.000
HCT 31.1 %* L : 39-42% P : 40-
47%
Eritrosit 3.58 juta /ul* L : 4.5-5.5 juta/uL
P : 4.0-5.0 juta/Ul
Intrepetasi :
Hb, HCT, dan eritrosit dalam hasil yang tidak normal, hemoglobin, dan
eritrosit rendah menandakan bahwa sel darah merah kurang didalam tubuh.

Clinical Sign :
Sklera ikterik (+), konjungtiva anemis, CRT>3 detik
3. Pola eliminasi:
BAK Sebelum sakit Saat di Rumah Sakit

Frekuensi 3 x/ hari 3 x/hari

Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji

Warna Kuning jernih Kuning jernih

Bau Amonia khas urin Amonia khas urin

Karakter Tidak terpasang Tidak terpasang


kateter urin kateter urin
Berat Jenis Tidak terkaji Tidak terkaji

Alat Bantu Tidak menggunakan Tidak menggunakan

Kemandirian Mandiri Dibantu keluarga


(mandiri/ dibantu)
Lainnya Tidak terkaji Tidak terkaji

Intrepetasi :
Pola eliminasi BAK normal, namun saat di rumah sakit klien dibantu oleh
keluarga jika menuju ke kamar mandi

BAB Sebelum sakit Saat di Rumah Sakit

Frekuensi 1 x/ hari Belum BAB

Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji

Warna Kuning khas feses Tidak terkaji

Bau Khas feses Tidak terkaji

Karakter Padat lunak Tidak terkaji

Alat Bantu Tidak menggunakan Tidak terkaji

Kemandirian (mandiri/ Mandiri Tidak terkaji


dibantu)
Lainnya Tidak terkaji Tidak terkaji

Intrepetasi :
Pola eliminasi BAB masih diintrepetasikan normal, karena masih belum
BAB selama 2 hari.
4. Pola aktivitas & Latihan:
5. Sebelum MRS : Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasa
Saat MRS : Pasien terbatas dalam melakukan aktivitas karena lemas
dan nyeri pada bagian payudara sebelah kiri
Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum V

Toileting V

Berpakaian V

Mobilitas di tempat tidur V


Berpindah V

Ambulasi/ROM V

Ket: 0: tergantung total, 1: bantuan petugas dan alat, 2: bantuan petugas, 3:


bantuan alat, 4: mandiri
Status skor ADL : 12
Status oksigenasi : pasien tidak menggunakan bantuan oksigen
Fungsi kardiovaskular : irama jantung reguler, CRT>3 detik
Intrepetasi :
Klien masih kurang baik dalam melaksanakan aktivitas harian, masih perlu
butuh bantuan keluarga dan petugas.
6. Pola tidur & istirahat:
Istirahat dan tidur Sebelum sakit Saat di rumah sakit

Durasi 8 jam 6 jam

Gangguan tidur Tidak terdapat Terdapat gangguan


gangguan tidur tidur (nyeri post
operasi) dan rasa mual
dan muntah

Keadaan bangun tidur Badan terasa bugar Merasa lemas

Lain-lain Tidak terkaji Tidak terkaji

Intrepetasi :
Klien mengalami gangguan pola istirahat dan tidur.
7. Pola kognitif & perceptual
Fungsi kognitif dan memori :
Klien dapat berbicara dengan jelas, mampu memahami kata-kata dengan
baik, memiliki ingatan yang cukup baik.
Fungsi dan keadaan indera :
Mata, telinga, hidung, peraba dan pengecap dalam keadaan baik
Interpretasi :
Pola kognitif dan perceptual pasien dalam keadaan baik
8. Pola persepsi diri:
Gambaran diri :
Klien menerima kondisi dirinya sekarang saat sakit, meskipun ada rasa berat
hati di benaknya dan Ny. S berharap bisa cepat sembuh.
Ideal diri :
Ideal diri klien tidak terganggu dan memiliki keyakinan untuk sehat kembali
seperti sedia kala sebelum sakit.
Harga diri :
Klien merasa kurang percaya diri dengan bentuk tubuhnya sekarang,
akibat dari penyakit, kemoterapi, dan operasi yang telah dijalani
Peran Diri :
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak bisa secara maksimal dalam
memenuhi peran sebagai istri dan ibu.
Identitas Diri :
Klien tidak memiliki gangguan identitas diri, pasien masih merasa
memiliki orientasi yang baik terhadap dirinya sendiri.
Interpretasi :
Pasien memiliki gangguan pada pola persepsi diri, dimana Ny. S tidak
percaya diri dengan bentuk tubuhnya saat ini dan tidak bisa menjalankan
perannya dengan baik seperti sebelum beliau sakit.
9. Pola seksualitas & reproduksi:
Pola seksualitas
Klien telah menikah
Fungsi reproduksi
Klien saat ini telah mengalami menopouse, dan memiliki 1 anak laki-laki.
Intrepetasi :
Pola seksualitas dan fungsi reproduksi dalam keadaan baik
10. Pola peran & hubungan:
Hubungan klien dengan keluarga, tetangga, dan teman terjalin dengan
baik. Intrepetasi :
Klien memiliki pola peran dan hubungan yang baik
11. Pola manajemen koping-stress:
Klien ketika mengalami masalah bercerita kepada suami, anak laki-lakinya,
dan menantunya.
Intrepetasi :
Pola manajemen koping stres klien baik
12. Sistem nilai & keyakinan:
Klien beragama protestan, klien selalu berdoa untuk kesembuhannya
Intrepetasi :
Tidak terdapat masalah pada sistem nilai dan keyakinan.

IV. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum:
Klien terbaring lemas dan tampak lemah di tempat tidur dengan wajah pucat dan
mengeluh mual serta telah muntah 1 kali cairan lendir bening.
Tanda-tanda vital:
- Tekanan darah : 119/70 mmHg
- Nadi : 75 x/menit
- RR : 13 x/menit
- Suhu : 36 oC
- Nyeri : nyeri pada bagian payudara kiri setelah operasi
P: nyeri akibat insisi bedah
Q : rasa nyeri seperti ditusuk
R : nyeri berfokus pada area sekitar payudara kiri
S : skala nyeri 5
T : nyeri terasa menjadi lebih parah ketika digerakkan
Intrepetasi :
Keadaan umum klien tampak lemas, lemah, dan pucat

Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)


1. Kepala:
Inspeksi: Wajah tampak pucat, distribusi rambut jarang dan tidak merata,
rambut terlihat rontok, warna rambut hitam
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
2. Mata:
Inspeksi: Sklera ikterik, mata simetris, pupil isokor, konjungtiva anemis
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
3. Telinga:
Inspeksi: Telinga simetris, pendengaran baik, bentuk dan ukuran normal,
tidak menggunakan alat bantu dengar
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
4. Hidung:
Inspeksi: Hidung simetris, tidak terdapat alat batuan oksigenasi dan NGT
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
5. Mulut:
Inspeksi: Mukosa bibir kering, lidah berwarna pink kemerahan dan tampak
sedikit putih pada ujung lidah, tidak tampak karies gigi
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
6. Leher:
Inspeksi: Bentuk simetris, normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
7. Dada:
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat, dada pasien tampak tidak simetris
karena terdapat balutan post operasi wide excision ca mamae
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
Perkusi: Suara jantung pekak
Auskultasi: Tidak ada suara murmur, S1 S2 normal
Paru–paru
Inspeksi: Bentuk thorax simetris
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
Perkusi : Suara paru sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler
Payudara
Inspeksi: Terdapat drainase pada post-op ca mamae sejumlah ¼ dari 500
ml, nampak balutan operasi pada mamae sinistra
Palpasi: mamae dekstra tidak terdapat benjolan
8. Abdomen:
I: bentuk abdomen normal, tidak terdapat lesi atau kemerahan.
A: peristaltik usus 16 kali/ menit
P: tidak terdapat nyeri tekan pada bagian perut
P: timpani
9. Urogenital:
Tidak terdapat bantu eliminasi kateter, BAK dibantu dengan menggunakan
pampers
10. Ekstremitas:
Ekstremitas atas
Inspeksi: Terpasang infus pada dorsum manus dextra
Palpasi: Terdapat nyeri tekan pada tangan kanan, tidak ada massa
Ekstremitas bawah
Inspeksi: bentuk simetris tidak ada deformitas, tidak ada edema pada kaki
dekstra dan sinistra
Palpasi: Tidak ada deformitas, tidak ada kaku sendi, tidak ada nyeri tekan
5 5

5 5

11. Kulit dan kuku:


Inspeksi : Kulit tampak coklat, kuku menghitam
Palpasi: Kulit kering, tidak ada nyeri tekan, CRT>3 detik
12. Keadaan lokal:
Klien ditempat tidur dengan posisi supinasi dengan kesadaran (E4V5M6)
LAMPIRAN HASIL RONTGEN PASIEN
V. Terapi
No Jenis Terapi Farmako Dosis Rute Indikasi dan Kontraindikasi Efek Samping Implikasi
Dinamik dan Keperawatan
Farmako Kinetik

1. Infus RL Mempertahankan 1500 ml Intravena Panas, iritasi, trombosis Pemberian


hidrasi pada (20 tpm)/24 (IV) I: Mengganti cairan plasma obat dengan
pasien jam isotonik yang hilang prinsip 6
benar
KI: Hipematremia, asidosis,
hipokalemia

2. Cefotaxime Antibiotik untuk 3x1gram/24 Intravena I: Antibiotik profilaksis sebelum Nyeri atau benkak di Pemberian
mengobati jam (IV) tindakan pembedahan area yang obat dengan
berbagai macam disuntik. Diare. Mual prinsip 6
penyakit infeksi KI: Kontraindikasi cefotaxime adalah atau muntah benar
bakteri pada pasien dengan riwayat
hipersensitivitas
terhadap cefotaxime atau golongan
cephalosporin lainnya.

3. Ondansetron Obat yang 3x8mg/24 Intravena I: Mual dan muntah akibat Sakit kepala, pusing, Pemberian
digunakan untuk jam (IV) kemoterapi dan radioterapi, mengantuk, kelelahan, obat dengan
mencegah serta pencegahan mual dan muntah pasca atau sembelit prinsip 6
mengobati mual operasi. benar
dan muntah
yang bisa KI: Kontraindikasi ondansetron mutlak
disebabkan oleh adalah riwayat hipersensitivitas
efek terhadap obat dan penggunaannya
samping
kemoterapi, bersama obat apomorphin dan
radioterapi, atau dronedarone.
operasi.

4. Ketorolac Ketorolac 3x3gr/24 Intravena I: Meringankan rasa sakit Radang lambung rasa Pemberian
adalah obat jam (IV) perih atau sakit pada obat dengan
untuk meredakan KI: Penderita hipersensitif terhadap uluhati (gastritis) alias prinsip 6
nyeri sedang kandungan metamizole atau bahan aktif sakit maag, benar
hingga berat. lainnya. Hiperhidrosis (keringat
Obat ini sering berlebih), Retensi
digunakan cairan dan garam
setelah operasi dalam tubuh.
atau prosedur
medis yang bisa
menyebabkan
nyeri.

5. Omeprazole Omeprazole 2x4gr/24 Intravena I: tukak lambung dan tukak duodenum, Sakit perut atau perut Pemberian
adalah obat jam (IV) tukak lambung dan duodenum yang kembung. Mual atau obat dengan
untuk mengatasi terkait dengan AINS, lesi lambung dan muntah. Diare. Sembelit prinsip 6
asam lambung duodenum, regimen eradikasi H benar
berlebih dan
KI: Kontraindikasi omeprazole adalah
keluhan yang
mengikutinya. pada pasien dengan hipersensitivitas
terhadap omeprazole dan obat golongan
penghambat pompa proton lain.
VI. Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium
No Jenis pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai normal (rujukan)
2-3-2023 Nilai Satuan
1. Hb 10,8 12,4-17,7 (L) g/dL
11,4-15,1 (P)
2. Hct 31,3 40-47 (P) %
38-42 (L)
3. Leukosit 10,300 4,3-10,3 (L) mikro liter
4,3-11,3 (P)
4. Trombosit 275.000 150000-450000 mikro liter
5. MCV 86,9 80-100 Fl
6. MCH 30,2 26-36 gr/dL
7. MCHC 32,9 32-37 gr/Dl
8. RDW 34,7 12-15 %
9. LED - L: 0-15 P: 0-20 Mm/jam
10. Eritrosit 3,58 Juta/ mikro
liter
Jember, 1 Maret 2023

Pengambil Data

Ϗ
(Karina Puspa)
B. ANALISIS DATA
No Hari/ Data Penunjang Etiologi Masalah Paraf
Tanggal/ dan
Jam Nama
1. Rabu, 1 DS: pasien puasa Nausea β
Maret sebelum dan
 Pasien mengeluh setelah operasi Bachrul
2023
merasa mual dan dan efek
samping obat
muntah pasca
bius general
operasi wide anaesthesia
20.00
excision.

DO:
Peningkatan
 Pasien pasca jumlah asam
bedah wide lambung akibat
puasa dan
excision dan
stimulasi zona
terpasang pemicu
drainase kemoreseptor
(Chemoreceptor
Trigger
Zone/CTZ) pada
sistem saraf
pusat akibat efek
samping obat
general
anaesthesia

Sensasi mual
dan muntah
akibat
peningkatan
asam lambung
dan Post
Operative
Nausea and
Vomitting

Nausea

2. Rabu, 1 DS: Prosedur Nyeri β


Maret pembedahan Akut
- Pasien
Bachrul
2023 mengeluh nyeri
pada area luka
post operasi di
20.00
Mamae Sinistra Cedera fisik
dengan skala akibat luka insisi
nyeri 5 pada area
pembedahan
DO:

- Tampak bekas
luka post OP
pada area Nyeri akut
mamae sebelah
kiri, terpasang
drain, kondisi
luka bersih.
- Pasien tampak
meringis
kesakitan ketika
area di sekitar
luka
digerakkan.
3. Rabu, 1 DS: Luka pasca Risiko β
Maret bedah Infeksi
N/A Bachrul
2023
20.00 DO: Risiko pajanan
patogen dari
 Terdapat luka
lingkungan
post operasi wide
excision pada
mammae
Risiko infeksi
sinistra,
terpasang
drainase.

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN (SDKI) BERDASARKAN SKALA


PRIORITAS
1. Nausea b.d efek agen farmakologis dan peningkatan asam lambung d.d
pasien mengeluh merasa mual dan muntah
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien tampak meringis dan
mengeluh nyeri dengan skala 5
3. Risiko infeksi d.d luka post operasi wide excision
D. PERENCANAAN / NURSING CARE PLAN
Hari/ Diagnosis Paraf
No Tanggal/ Keperawatan SLKI SIKI &
Jam Nama
1. Rabu, 1 Nausea Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 Manajemen nausea β
Maret 2023 jam diharapkan tingkat nausea pasien menurun, dengan 1. Observasi
Bachrul
kriteria hasil:  Identifikasi pengalaman mual
 Identifikasi faktor yang memperparah
Tingkat Nausea
20.00 dan memperingan mual

N Tujuan  Monitor mual


Indikator Awal
o 2. Terapeutik
1 2 3 4 5
 Kurangi atau hilangkan keadaan yang
1. Nafsu makan 2 √ memicu mual
 Berikan makanan dalam jumlah kecil
2. Keluhan mual 1 √
dan menarik
3. Perasaan ingin 2 √  Berikan terapi minuman jahe hangat
muntah
& madu untuk mengurangi mual
Keterangan  Berikan terapi aromaterapi lavender
untuk mengurangi mual
1 : Meningkat/Memburuk
3. Edukasi
2 : Cukup Meningkat/Cukup Memburuk
 Ajarkan cara melakukan pemberian
3 : Sedang aromaterapi secara mandiri saat merasa

4 : Cukup Menurun/Cukup Membaik mual.


4. Kolaborasi
5 : Menurun/Membaik
 Kolaborasi pemberian antiemetik
2. Rabu, 1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Nyeri β
Maret 2023 jam, diharapkan tingkat nyeri pasien menurun dengan
1. Observasi Bachrul
kriteria hasil:
 Identifikasi faktor yang memperberat
dan mengurangi nyeri (misal
20.00 Tingkat nyeri
kebisingan lingkungan, suhu
N Tujuan
lingkungan, posisi tubuh, dsb)
Indikator Awal
o 1 2 3 4 5  Monitor Nyeri
 Monitor tanda-tanda vital
1. Keluhan nyeri 3 √
2. Terapeutik
2. Meringis 3 √  Kurangi atau hilangkan keadaan yang
memperberat nyeri
3. Frekuensi napas 5 √
 Ciptakan lungkungan yang nyaman
4 Gelisah 5 √  Fasilitasi istirahat dan tidur
 Berikan teknik non farmakologis
5 Frekuensi nadi 5 √
3. Edukasi
 Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
Keterangan: 4. Kolaborasi
1 : Meningkat/Memburuk  Kolaborasi pemberian analgetik

2 : Cukup Meningkat/Cukup Memburuk


3 : Sedang
4 : Cukup Menurun/Cukup Membaik
5 : Menurun/Membaik
3. Rabu, 1 Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Pencegahan Infeksi β
Maret 2023 jam, diharapkan kontrol risiko pasien meningkat
1. Observasi Bachrul
dengan kriteria hasil:
 Monitor tanda dan gejala infeksi
2. Terapeutik
20.00
Kontrol risiko  Cuci tangan sebelum dan setelah
Tujuan kontak dengan pasien dan lingkungan
No Indikator Awal pasien
1 2 3 4 5
 Pertahankan teknik aseptik
1. Kebersihan badan 3 √ 3. Edukasi
 Ajarkan cara memonitor kondisi
2. Kemampuan 3 √
melakukan balutan dan merawat kebersihan
strategi kontrol balutan luka operasi
risiko
 Ajarkan cara menguras dan memasang
kembali drainase luka.
Keterangan:
 Edukasi personal hygiene
1 : Meningkat/Memburuk
4. Kolaborasi
2 : Cukup Meningkat/Cukup Memburuk
 Kolaborasi pemberian antibiotik bila
3 : Sedang diperlukan
4 : Cukup Menurun/Cukup Membaik
5 : Menurun/Membaik
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

F.
Hari/ Evaluasi Formatif/ Hasil/ Respon Paraf dan
Dx Implementasi Nama
Tanggal/ Jam Pasien
Rabu, 1 Maret 1 1. Memonitor mual 1. Pasien mengatakan mual disertai
2023 2. Memberikan teknik nonfarmakologis muntah lendir dan pasien ϗ
21.00-22.00 untuk mengatasi mual (aromaterapi mengeluhkan pusing
Karina
lavender) 2. Pasien kooperatif dan mengatakan
3. Berkolaborasi dalam pemberian menyukai aromaterapi lavender
antiemetik (ondansentron 3x40 mg) 3. Pasien mengikuti arahan yang
diberikan
Kamis, 2 Maret 1 1. Monitor mual 1. Pasien mengatakan masih merasa
2023 2. Berkolaborasi dalam pemberian
antiemetik (ondansentron 3x40 mg)
mual
2. Pasien kooperatif dalam pemberian
Ϯ
05.00-06.00
3. Berkolaborasi dalam pemberian obat injeksi perbolus Rizka
golongan PPI (omeprazole 2x40mg) 3. Pasien kooperatif dalam pemberian
4. Memberikan teknik nonfarmakologis injeksi perbolus
untuk mengatasi mual (aromaterapi 4. Pasien mengatakan masih merasa
lavender) mual tapi lebih nyaman ketika
5. Memberikan teknik nonfarmakologis menghirup aromaterapi lavender
untuk mengatasi mual (minuman 5. Pasien menghabiskan ¾ minuman
jahe madu hangat) jahe madu yang diberikan dan
mengatakan perutnya hangat dan
enak saat minum jahe madu hangat
2 1. Monitor TTV 1. TD : 110/80 mmHg, N : 80x/mnt, RR
2. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, : 16x/mnt
durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri 2. Pasien mengatakan nyeri pada area
3. Berkolaborasi dalam pemberian post operasi wide excision, skala
nyeri
5
analgesik (ketorolac 3x30 mg) 3. Pasien koorperatif dalam pemberian
injeksi IV
Kamis, 2 Maret 1 1. Memonitor mual 1. Pasien mengatakan mual sudah
2023 2. Memberikan makanan dalam jumlah
kecil
berkurang
2. Pasien menghabiskan 2 kue dan 2

08.00
sendok makan nasi Elyza
2 1. Memonitor nyeri 1. Pasien mengatakan nyeri pada post
2. Memfasilitasi istirahat dan tidur operasi wide excision
2. Pasien mengikuti arahan yang
diberikan
3 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi 1. Balutan pasien nampak kering dan
2. Menganjurkan meningkatkan asupan tidak ada rembesan pada post
cairan dan nutrisi operasi wide excision
3. Menganjurkan menjaga kebersihan 2. Pasien mengatakan masih mual
pada area balutan luka 3. Pasien memahami anjuran yang
4. Injeksi antibiotik perbolus (cefotaxim diberikan
3x1 gram) 4. Pasien kooperatif saat diberikan
tindakan
Kamis, 2 Maret 1 1. Memonitor mual 1. Pasien mengatakan mual sudah
2023 2. Memberikan teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual (aromaterapi
berkurang
2. Pasien kooperatif dan senang
Д
13.00
menghirup aromaterapi lavender Azifah
lavender)
saat merasa mual
2 1. Memonitor nyeri 1. Pasien mengatakan nyeri dibagian
2. Berkolaborasi dalam pemberian luka post op, skala nyeri 5
analgesik (ketorolac 3x30 mg) 2. Pasien kooperatif ketika diberikan
obat perbolus
Kamis, 2 Maret 1 1. Memonitor mual 1. Pasien mengatakan sudah tidak mual
2023 2. Memberikan teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual (minuman
2. Pasien menghabiskan minuman jahe
madu yang diberikan (200ml)

16.00
jahe 3. Pasien menghabiskan 1 porsi makan
madu hangat)
3. Memberikan edukasi diet yang diberikan Vindika
(menganjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak)
Kamis, 2 Maret 2 1. Memonitor nyeri 1. Pasien mengatakan nyeri di bagian
2023 2. Memonitor TTV luka post op, skala nyeri 3
2. TD : 121/63, N : 86x/mnt, S : 36,4°C

18.30
Anisa

Kamis, 2 Maret 1 1. Monitor mual 1. Pasien mengatakan sudah tidak mual


2023 2. Berkolaborasi dalam pemberian
antiematik (ondansentron 3x40 mg)
setelah
lavender
diberikan aromaterapi ℘
21.00
3. Memberikan teknik nonfarmakologis 2. Pasien kooperatif saat dilakukan Atik
untuk mengatasi mual (aromaterapi tindakan
lavender)
Jumat, 3 Maret 2 1. Monitor TTV 1. TD : 135/90, N : 95x/menit
2023 2. Monitor nyeri
3. Menganjuran memonitor nyeri
2. Pasien mengatakan nyeri berkurang
skala 3

05.00
secara mandiri 3. Pasien memahami anjuran yang Bachrul
4. Berkolaborasi dalam pemberian diberikan
analgesik (ketorolac 3x30 mg) 4. Pasien kooperatif saat pemberian
injeksi perbolus
Jumat, 3 Maret 1 1. Memonitor mual 1. Pasien mengatakan sudah tidak mual
2023 2. Mempersiapkan pasien pulang
3. Menganjurkan pasien untuk minum
2. Pasien memahami anjuran yang
diberikan
µ
07.30
obat sesuai jadwal Cristina
4. Menganjurkan pasien kontrol tepat
waktu
5. Menganjurkan memberikan teknik
nonfarmakologis ketika merasakan
mual (aromaterapi lavender)
G. CATATAN PERKEMBANGAN/PROGRESS NOTE
No Hari/Tgl/Jam Dx Evaluasi Sumatif (SOAP) Paraf &
Nama

1 Rabu, 1 Maret 1 S : Pasien mengatakan mual dan muntah


2023 O : Keluhan utama cukup ϗ
22.30 A : masalah mual belum teratasi
Karina
skor sekarang
No Indikator Awal
1 2 3 4 5

1. Nafsu makan 2 √

2. Keluhan mual 1 √

3. Perasaan ingin muntah 2 √

Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup Memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor mual
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
- Kolaborasi pemberian antiemetik
2. Kamis, 2 Maret 1 S:
2023 -
-
Pasien mengatakan masih merasa mual dan tidak muntah
Pasien mengatakan perutnya hangat dan enak saat minum jahe
Ϯ
06.30
madu hangat Rizka
O:
- Pasien terlihat lebih tenang selesai menghirup aromaterapi
lavender
- Pasien menghabiskan ¾ minuman jahe madu hangat yang
diberikan
A : Masalah mual masih ada
skor sekarang
No Indikator Awal
1 2 3 4 5

1. Nafsu makan 2 √

2. Keluhan mual 1 √

3. Perasaan ingin muntah 2 √

Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup Memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik

P : Lanjutkan intervensi
- Monitor mual
- Memberikan makanan dalam jumlah kecil
2 S : Pasien mengatakan nyeri pada area post operasi wide excision, skala
nyeri 5
O : TD : 110/80 mmHg, N : 80x/mnt, RR : 16x/mnt
A : Masalah nyeri masih ada
Skor sekarang
No Indikator Awal
1 2 3 4 5

1. Keluhan nyeri 3 √

2. Meringis 3 √

3. Frekuensi napas 5 √

4 Gelisah 5 √

5 Frekuensi nadi 5 √

Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup Memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik

P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Kolaborasi pemberian analgesik
- Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Kamis, 2 Maret 1 S : Pasien mengatakan mual sudah berkurang
2023 O : Pasien menghabiskan 2 kue dan 2 sendok makan nasi
A : masalah mual belum teratasi

08.30
skor sekarang Elyza
No Indikator Awal
1 2 3 4 5

1. Nafsu makan 2 √

2. Keluhan mual 1 √
3. Perasaan ingin muntah 2 √
Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup Memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor mual
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
- Kolaborasi pemberian antiemetik
2 S : Pasien mengatakan nyeri pada area post operasi wide excision, skala
nyeri 5
O : Keluhan utama cukup
A : Masalah nyeri masih ada
Skor sekarang
No Indikator Awal
1 2 3 4 5

1. Keluhan nyeri 3 √

2. Meringis 3 √

3. Frekuensi napas 5 √
4 Gelisah 5 √
5 Frekuensi nadi 5 √
Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup Memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik

P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Kolaborasi pemberian analgesik
3 S : Pasien mengatakan masih mual
O : Balutan pasien nampak kering dan tidak ada rembesan pada post
operasi wide excision
A : Masalah risiko infeksi tidak menjadi masalah aktual

Tujuan
No Indikator Awal
1 2 3 4 5

1. Kebersihan badan 3 √

2. Kemampuan 3 √
melakukan strategi
kontrol risiko
Keterangan :
1 : Menurun
2 : Cukup Menurun
3 : Sedang
4 : Cukup Meningkat
5 : Meningkat
P : Hentikan intervensi
4. Kamis, 2 Maret 1 S : Pasien mengatakan mual sudah berkurang
2023 O : Pasien kooperatif Д
13.30 A : masalah mual belum teratasi
Azifah
skor sekarang
No Indikator Awal
1 2 3 4 5

1. Nafsu makan 2 √

2. Keluhan mual 1 √

3. Perasaan ingin muntah 2 √

Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup Memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor mual
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
- Berikan edukasi diet
2 S : Pasien mengatakan nyeri pada area post operasi wide excision, skala
nyeri 5
O : Keluhan utama cukup
A : Masalah nyeri masih ada
Skor sekarang
No Indikator Awal
1 2 3 4 5

1. Keluhan nyeri 3 √

2. Meringis 3 √
3. Frekuensi napas 5 √

4 Gelisah 5 √

5 Frekuensi nadi 5 √
Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup Memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik

P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor nyeri
5 Kamis, 2 Maret 1 S : Pasien mengatakan mual tidak mual
2023 O : pasien menghabiskan 1 porsi makan yang diberikan ₪
16.30 A : masalah mual belum teratasi
Vindika
skor sekarang
No Indikator Awal
1 2 3 4 5

1. Nafsu makan 2 √
2. Keluhan mual 1 √
3. Perasaan ingin muntah 2 √
Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup Memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor mual
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
- Kolaborasi pemberian antiemetik
6 Kamis, 2 Maret 2 S : Pasien mengatakan nyeri pada area post operasi wide excision, skala
2023 nyeri 3
O : Keluhan utama cukup

19.00
TD : 121/63, N : 86x/mnt, S : 36,4°C Anisa
A : Masalah nyeri masih ada
Skor sekarang
No Indikator Awal
1 2 3 4 5

1. Keluhan nyeri 3 √

2. Meringis 3 √

3. Frekuensi napas 5 √

4 Gelisah 5 √

5 Frekuensi nadi 5 √

Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup Memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik

P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
- Kolaborasi pemberian analgesik
7 Kamis, 2 Maret 1 S : Pasien mengatakan mual tidak mual
2023 O : pasien kooperatif saat diberikan tindakan ℘
21.30 A : masalah mual teratasi
Atik
skor sekarang
No Indikator Awal
1 2 3 4 5
1. Nafsu makan 2 √

2. Keluhan mual 1 √

3. Perasaan ingin muntah 2 √

Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup Memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor mual
- Persiapan KRS
- Anjurkan pemberian teknik nonfarmakologis ketika merasa mual
8. Jumat, 3 Maret 2 S : Pasien mengatakan nyeri pada area post operasi wide excision, skala
2023 nyeri 3
O : Keluhan utama cukup

TD : 135/90, N : 95x/menit Bachrul
A : Masalah nyeri masih ada
Skor sekarang
No Indikator Awal
1 2 3 4 5

1. Keluhan nyeri 3 √

2. Meringis 3 √

3. Frekuensi napas 5 √

4 Gelisah 5 √

5 Frekuensi nadi 5 √

Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup Memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik

P : Lanjutkan intervensi
- Monitor nyeri
- Monitor TTV
- Kolaborasi pemberian analgesik
9. Jum’at, 3 Maret 1 S : Pasien mengatakan mual tidak mual
2023 O : Pasien keluar rumah sakit µ
A : masalah mual teratasi
Cristina
skor sekarang
No Indikator Awal
1 2 3 4 5

1. Nafsu makan 2 √
2. Keluhan mual 1 √

3. Perasaan ingin muntah 2 √

Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup Memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik
P : Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai