Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NN.AS DENGAN POST OPERASI APPENDICTOMY


TANGGAL 10-13 MEI 2021
DI RUANG TENUN
RAWAT INAP LANTAI III
RSU SURYA HUSADHA DENPASAR

Oleh :
CHRISTINA NI LUH HENNY WAHYUNI, S.Kep
NIM : C2221001

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NN.AS DENGAN POST OPERASI APPENDICTOMY
TANGGAL 10-13 MEI 2021
DI RUANG TENUN
RAWAT INAP LANTAI III
RSU SURYA HUSADHA DENPASAR

Diajukan Oleh :
CHRISTINA NI LUH HENNY WAHYUNI, S.Kep
NIM .C2221001

Telah Disahkan Sebagai Laporan Praktik


Stase Keperawatan Medikal Bedah di Minggu Pertama

Preseptor Klinik Preseptor Akademik

Ns. Ni Putu Ari Wijayanti,S.Kep Ns. I Putu Wira Kusuma Putra,S.Kep., M.Kep
NIP.2013.09.1658 NIK.11.06.0046

Mengetahui
STIKES Bina Usada Bali
Profesi Ners
Ketua

(Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep., M.Kep)


NIK. 11.01.0045
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
BINA USADA BALI
SK MENDIKNAS RI. NOMOR 122/D/O/2007
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 351/SK/BAN-PT/ Akred/ PT/IV/2015
Kompleks Kampus MAPINDO Jl. Padang Luwih, Tegal Jaya Dalung - Badung
Telp. (0361) 9072036,Email: binausada@yahoo.com Web: binausadabali.ac.id

LAPORAN PENDAHULUAN
APPENDICITIS

A. DEFINISI
Apendicitis adalah peradangan pada umbai cacing akibat infeksi. Apendiksitis
yang parah menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga
perut atau peritonitis (infeksi selaput pembungkus rongga perut) (Bararah, 2013).
Apendicitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering (Kowalak, 2011).
Apendicitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan
bawah rongga abdomen dan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Price & Wilson, 2013).
Apendisitis merupakan inflamasi akut pada apendicitis verniformis dan
merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner &
Suddarth, 2014).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan apendicitis adalah peradangan
akibat infeksi pada apendiks atau umbai cacing yang menyebabkan rasa nyeri pada
kuadran kanan bawah pada rongga abdomen.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar
menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus serta memecah molekul makanan yang
kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan enzim dan organ-organ
pencernaan. Proses pencernaan pada manusia dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu:
1. Pencernaan mekanik, adalah proses pengubahan makanan dari bentuk kasar
menjadi bentuk kecil atau halus. Proses ini dilakukan dengan menggunakan gigi
di dalam mulut.
2. Pencernaan kimiawi, adalah proses perubahan makanan dari zat yang kompleks
menjadi zat-zat yang lebih sederhana dengan enzim, yang terjadi mulai dari
mulut, lambung, dan usus. Enzim adalah zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh
yang berfungsi mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam tubuh (Sloane, 2015)
Adapun organ-organ yang berperan dalam sistem gastrointestinal yaitu:
a. Mulut (Oral)
Di dalam mulut terjadi proses pencernaan secara kimiawi dan mekanik,
pencernaan makanan secara mekanik dibantu oleh gigi. Pencernaan makanan
secara kimiawi dibantu oleh enzim ptialin yang berfungsi untuk mengubah
makanan dalam mulut yang mengandung zat karbohidrat (amilum) menjadi
gula sederhana (maltosa) (Sloanae, 2015).
1. Gigi
Manusia memiliki empat jenis gigi untuk berbagi tugas mengunyah
makanan yaitu:
a) Gigi seri: berbentuk pipih dan tajam untuk memotong makanan.
b) Gigi taring: ujungnya yang runcing untuk mencabik dan menyobek
makanan.
c) Gigi premolar (geraham depan): bentuknya berlekuk-lekuk untuk
mengiris dan melembutkan makanan.
d) Gigi molar (geraham belakang): bentuknya berlekuk-lekuk untuk
melembutkan makanan.
2. Lidah
Dibagi atas 3 bagian: radiks lingua, dorsum lingua, dan apeks lingua
(ujung lidah). Pada bagian belakang lidah terdapat epiglotis yang berfungsi
untuk menutup jalan napas pada saat menelan makanan, sehingga makanan
masuk ke esofagus, tidak ke jalan nafas. Fungsi lidah untuk mengaduk
makanan, membentuk suara, alat pengecap dan menelan.

3. Kelenjar Ludah
Kelenjar ludah menghasilkan ludah atau air liur (saliva). Kelenjar ludah
dalam mulut ada tiga pasang, yaitu:
a) Kelenjar parotis, terletak di bawah telinga. Kelenjar parotis
menghasilkan ludah yang berbentuk cair.
b) Kelenjar submandibularis, terletak di rahang bawah.
c) Kelenjar sublingualis, terletak di bawah lidah.
Kelenjar submandibularis dan kelenjar sublingualis menghasilkan getah
yang mengandung air dan lendir. Ludah berfungsi untuk memudahkan
penelanan makanan, membasahi, dan melumasi makanan sehingga mudah
ditelan. Selain itu, ludah juga melindungi selaput mulut terhadap panas,
asam, dan basa.
b. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan cavum oris dengan esofagus.
Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung limfosit untuk pertahanan tubuh terhadap infeksi. Faring
terletak di persimpangan jalan napas dengan jalan makanan. Bagiannya terdiri
dari nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi faring untuk mendorong
makanan ke esofagus.
c. Kerongkongan
Kerongkongan atau esofagus merupakan saluran penghubung antara
rongga mulut dan lambung. Panjang ± 25 cm mulai dari faring – kardiak
gaster. Terdiri dari lapisan : lapisan mukosa, lapisan sub mukosa, lapisan otot
sirkuler (Pleksus Meissner), lapisan otot longitudinal (Pleksus
Auerbach/Mienterikus), serosa. Fungsinya yaitu sebagai jalan bagi makanan
yang telah dikunyah dari mulut menuju lambung. Gerakan kerongkongan
membawa makanan ke lambung dibantu oleh gerakan peristaltik (Sloane,
2015).
d. Lambung
Lambung atau ventrikulus merupakan kantung besar yang terletak di
sebelah kiri rongga perut sebagai tempat terjadinya sejumlah proses
pencernaan. Lambung terdiri dari tiga bagian, yaitu: bagian atas (kardiak),
bagian tengah yang membulat (fundus) dan bagian bawah (pilorus). Ujung
kardiak dan pilorus terdapat klep atau sfingter yang mengatur masuk dan
keluarnya makanan ke dan dari lambung. Dinding lambung terdiri dari otot-
otot yang tersusun melingkar, memanjang, dan menyerong. Dinding lambung
mengandung sel-sel kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar pencernaan yang
menghasilkan getah pencernaan. Getah lambung mengandung air lendir
(musin), asam lambung, enzim renin, dan ensim pepsinogen. Asam lambung
berfungsi untuk membunuh kuman penyakit atau bakteri yang masuk bersama
makanan dan juga berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin,
pepsin berfungsi untuk memecah protein menjadi pepton dan protease dan
enzim renin befungsi untuk mengumpalkan protein susu (kasein) yang
terdapat pada susu (Sloane, 2015).
e. Usus halus (intestinum)
Merupakan bagian dari sistem cerna makanan yang berpangkal pada
pilorus dan berakhir pada caekum. Panjangnya ± 6 m, merupakan saluran
paling panjang tempat proses pencernaan makanan dan absorpsi zat-zat
makanan. Fungsi usus halus adalah:
 Menerima zat makanan yang sudah dicerna/diserap melalui kapiler dan
limfe
 Menyerap protein dalam bentuk asam amino
 Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida dan lemak dalam bentuk
gliserol dan asam lemak
Getah intenstinum:
 Enterokinase: menghasilkan enzim proteolitik, mengaktifkan tripsinogen
menjadi tripsin
 Eripsin: menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino
 Laktase: laktosa menjadi monosakarida
 Maltase: maltose menjadi glukosa
 Sukrose: sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
 Tripsin: pepton menjadi asam amino
Usus halus terdiri dari :
1) Usus dua belas jari (duodenum)
Panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda, melengkung ke kiri, pada
lengkungan terdapat pankreas. Pada bagian kanan terdapat muara saluran
empedu (duktus koledukus dan saluran pankreas (duktus wirsungi/duktus
pankreatikus yang disebut “ampula vateri”. Dinding duodenum
mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar (Kelenjar
Brunner) yang menghasilkan getah intestium. Pada usus dua belas jari,
terjadi seluruh proses pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein.
Selanjutnya proses penyerapan (absorbsi) akan berlangsung di usus kosong
dan sebagian besar di usus penyerapan.
2) Usus kosong (jejenum) dan usus penyerapan (ileum)
Panjang jejunum + ileum ± 6 meter, 2/5 bagian atas adalah jejunum
dengan panjang ± 2,3 m, dan ileum ± 4-5 m. Lekukan jejunum dan ileum
melekat pada dinding abdomen posterior yang berbentuk kipas disebut
mesenterium. Pada mesenterium ini keluar masuk arteri dan vena
mesenterika superior dan saraf limfe. Bagian akhir ileum berhubungan
dengan caecum dengan lubangnya yang disebut orifisium ileosekalis dan
juga terdapat katup yang disebut “Valvula Baukhini”, berfungsi untuk
mencegah isi kolon masuk kembali ke ileum.
Pada proses penyerapan karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa,
lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol, dan protein diserap
dalam bentuk asam amino, sedangkan vitamin dan mineral tidak
mengalami pencernaan dan dapat langsung diserap oleh usus halus. Pada
dinding usus penyerapan terdapat jonjot-jonjot usus yang disebut vili, vili
berfungsi memperluas daerah penyerapan usus halus sehingga sari-sari
makanan dapat terserap lebih banyak dan cepat (Brunner & Suddart,
2008).
f. Usus besar (Kolon)
Panjang: ± 1½ m, lebar 5-6 cm. Lapisan dari dalam keluar terdiri dari:
lapisan mukosa, lapisan otot sirkuler, lapisan otot longitudinal, jaringan ikat.
Fungsi menyerap vitamin, air dan memadatkan feses, tempat tinggal bakteri E.
coli (menghasilkan vitamik K yang berperan penting dalam proses pembekuan
darah), dan tempat feses.
Kolon asenden memiliki panjang 13 cm, di sebelah kanan, membujur
ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri lanjut ke
kolon transversum (dengan panjang ± 38 cm). Kolon desendens (dengan
panjang 25 cm), di bagian abdomen kiri dari atas ke bawah dan bersambungan
dengan kolon sigmoid.
Usus besar terdiri dari apendiks (bagian mendatar, bagian menurun dan
berakhir di anus. Perjalanan makanan sampai di usus besar dapat mencapai
antara 4-5 jam, lalu disimpan di usus besar selama 24 jam. Di dalam usus
besar, feses didorong secara teratur dan lambat oleh gerakan peristaltik
menuju ke rektum. Gerakan peristaltik ini dikendalikan oleh otot polos (otot
tak sadar) (Sloane, 2015).
g. Appendiks
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang
kira-kira 10 cm dan berpangkal pada sekum. Appendiks memiliki lumen
sempit di bagian proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada appendiks
terdapat tiga tanea coli yang menyatu dipersambungan sekum dan berguna
untuk mendeteksi posisi appendiks.
Secara fisiologis, appendiks menghasilkan lendir 1–2 ml per hari
Lendir normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalirkan ke
sekum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks tampaknya berperan pada
patogenesis appendiks. Imunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT
(Gut Associated Lympoid Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna
termasuk appendiks adalah IgA. Imunoglobulin ini berperan sebagai
pelindung terhadap infeksi (Brunner & Suddart, 2008).

h. Rektum dan Anus


Rektum terletak dibawah kolon sigmoid, yang menghubungkan kolon
dengan anus. Anus terletak dalam rongga pelvis, di depan os sakrum dan
koksigeus, menghubungkan rektum dengan dunia luar, terletak di dasar pelvis.
Terdapat 3 sfingter:
1) Sfingter ani internus (kerja tidak menurut kehendak)
2) Sfingter levator ani (kerja tidak menurut kehendak)
3) Sfingetr ani eksternus (bekerja menurut kehendak)
Otot sfingter disusun oleh otot polos dan otot lurik. Akibat dari adanya
kontraksi otot dinding perut yang diikuti dengan mengendurnya otot sfingter
anus dan kontraksi kolon serta rektum mengakibatkan feses terdorong ke luar
anus (Sloane, 2015).

C. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya apendisitis dapat terjadi karena adanya makanan keras yang
masuk ke dalam usus buntu dan tidak bisa keluar lagi. Setelah isi usus tercemar dan
usus meradang timbulah kuman-kuman yang dapat memperparah keadaan.
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri, berbagai hal sebagai faktor pencetusnya:
1. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor
pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks dan cacing
askaris.
2. Penyebab apendiks yang lain karena parasit seperti E. hystolitica.
3. Penelitian epidemiologi mengatakan peran kebiasaan makan makanan yang
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi
akan menarik bagian intrasekal, yang berakibat timbulnya tekanan intrasekal dan
terjadi penyumbatan sehingga meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon.
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada faktor
prediposisi yaitu:
1. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak
b. Adanya fekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktur lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus.
3. Laki-laki lebih banyak dari wanit, yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada
masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks:
1) Appendiks yang terlalu panjang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4) Kelainan katup di pangkal appendiks (Nurarif & Kusuma, 2015).

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi apendisitis menurut (Nurarif&Kusuma, 2015) terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Apendisitis akut
Apendisitis akut sering timbul dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak pada apendiks yang memberikan tanda setempat, disertai maupun
tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gejala apendisitis akut adalah nyeri
samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium di sekitar
umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual, muntah dan umumnya nafsu makan
menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik Mc.Burney. Nyeri
dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik
setempat. Apendisitis akut dibagi menjadi :
a. Apendisitis akut sederhana
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa disebabkan
obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen appendiks dan terjadi
peningkatan tekanan dalam lumen yang mengganggu aliran limfe, mukosa
appendiks menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri
di daerah umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise dan demam ringan.
b. Apendisitis akut purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema
menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding apendiks dan
menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada
apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding
apendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena
dilapisi eksudat dan fibrin. Apendiks dan mesoappendiks terjadi edema,
hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai
dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik
Mc. Burney, defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan
defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda
peritonitis umum.
c. Apendisitis akut gangrenosa
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai
terganggu sehingga terjadi infark dan gangren. Selain didapatkan tanda-tanda
supuratif, apendiks mengalami gangren pada bagian tertentu. Dinding
apendiks berwarna ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman. Pada
apendisitis akut gangrenosa terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan
peritoneal yang purulen.

d. Apendisitis Infiltrat
Apendisitis infiltrat adalah proses radang apendiks yang
penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan
peritoneum sehingga membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat
satu dengan yang lainnya.
e. Apendisitis Abses
Apendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah
(pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrosekal, subsekal
dan pelvikal.
f. Apendisitis Perforasi
Apendisitis perforasi adalah pecahnya apendiks yang sudah gangren
yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi
peritonitis umum. Pada dinding apendiks tampak daerah perforasi dikelilingi
oleh jaringan nekrotik.
g. Apendiksitis rekurens
Yaitu terdapat riwayat nyeri berulang di perut kanan bawah yang mendorong
dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendiksitis akut
pertama kali sembuh spontan, namun apendiksitis tidak pernah kembali
kebentuk aslinya, karena terjadi fibrosis dan jaringan parut pada apendiks.
h. Apendiksitis kronis
Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan
adanya : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik
apendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik
apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan
parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama
dimukosa , dan adanya sel inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik antara
1-5%.

E. PATOFISIOLOGI
Apendisitis umumnya disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, benda asing, fekalit, striktur lantaran fibrosis akibat
adanya peradangan sebelumnya, atau adanya neoplasma. Obstruksi tersebut
mengakibatkan mukus yg diproduksi mukosa mengalami sebuah bendungan. Semakin
lama mukus tersebut semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
sebuah  keterbatasan sehingga menyebabkan adanya penekanan tekanan intralumen.
Tekanan yang meningkat tersebut dapat menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan adanya edema, diapedesis bakteri, & ulserasi mukosa. Disaat inilah
terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan adanya nyeri epigastrium.
Apabila sekresi mukus terus berlanjut, maka tekanan dapat terus meningkat. Hal
tersebut dapat menyebabkan adanya obstruksi vena, edema bertambah, & bakteri
dapat menembus dinding. Peradangan yg timbul meluas & mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan adanya rasa nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan
ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Apabila selanjutnya aliran arteri terganggu dapat terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan adanya gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Apabila dinding yang telah rapuh itu pecah, maka dapat terjadi
apendisitis perforasi.
Apabila seluruh proses di atas berjalan dengan lambat, omentum & usus yg
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks sehingga timbul suatu massa lokal yang
biasa disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut akan menjadi
abses/menghilang. Pada anak-anak, lantaran omentum lebih pendek & apediks lebih
panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut didukung dengan daya tahan
tubuh yang masih kurang atau lemah dan memudahkan terjadinya perforasi. Namun
pada orang tua perforasi sangat mudah terjadi lantaran telah ada gangguan pembuluh
darah (Mansjoer, Arief, 2010).

F. PATHWAY

Hiperplasia, fekolit (massa dari feses), tumor apendiks, benda asing

Sumbatan fungsional apendiks

Pengosongan apendiks terhambat

Apendiks terlipat dan tesumbat

Mucus terperangkap di lumen apendiks Proses inflamasi pada apendiks

Inflamasi lumen Peningkatan tekanan intraluminal

Peregangan dinding apendiks


Suhu tubuh meningkat
Penurunan aliran darah
apendikuler
Hipertermia
Iskemik apendiks

Ulserasi pada apendiks

Apendisitis

Pertahanan tubuh membatasi Apendiktomi


proses peradangan

Apendiks tertutup Efek anastesi Luka insisi Ansietas


omentum usus halus umum
Kerusakan Pintu masuk
Pembentukan massa Pasien tirah jaringan kuman
infitrat apendiks baring

Ujung saraf Resiko


Penurunan
terputus Infeksi
Absorpsi cairan Peregangan usus ekspansi paru
usus menurun yang terus menerus
Sesak nafas
Kerusakan Nyeri
Sekresi lambung Iskemia dan peningkatan integritas
meningkat permeabilitas pembuluh darah Ketidakefektifan jaringan
pola nafas
Mual dan muntah Cairan dan elektrolit pindah ke lumen usus

Risiko Syok
Dehidrasi Kekurangan volume cairan
Gangguan rasa nyaman : mual

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah rutin: untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi.
2. Pemeriksaan foto abdomen: untuk mengetahui adanya komplikasi pasca
pembedahan.
3. Barium enema 
Suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis
pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.
4. Laparoscopy
Suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiber optic yang dimasukkan
dalam abdomen, appendiks dapat divisualisasikan secara langsung. Tehnik ini
dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan
ini didapatkan peradangan pada appendiks maka pada saat itu juga dapat
langsung dilakukan pengangkatan appendiks (Kowalak, 2016).
Diagnostik :
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap → Ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-
20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%. Jika terjadi peningkatan
yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi
(pecah). 
b. Test protein reaktif (CRP) → Ditemukan jumlah serum yang meningkat.
c. Pemeriksaan urine
Untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urine.
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding
seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis
yang hampir sama dengan apendisitis.
2. Radiologi
a. Pemeriksaan ultrasonografi → Ditemukan bagian memanjang pada tempat
yang terjadi inflamasi pada apendiks. Cukup membantu dalam penegakkan
diagnosis apendisitis.
b. CT-scan → Ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta
perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran
sekum.
3. Status lokalis abdomen kuadran kanan bawah adalah :
a. Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan
kuadran kanan bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda kunci
diagnosis.
b. Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum. Rebound tenderness (nyeri
lepas tekan) adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah saat tekanan
secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan perlahan
dan dalam di titik Mc. Burney.
c. Defence muscular adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang
menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietal.
d. Rovsing sign (+) adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah apabila
dilakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan
oleh adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi
yang berlawanan.
e. Psoas sign (+) terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh
peradangan yang terjadi pada apendiks.
f. Obturator sign (+) adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut
difleksikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif, hal
tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada daerah
hipogastrium (Nurarif & Kusuma, 2015).

H. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
a. Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnose apendisitis
telah ditegakan dan harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko
perforasi.
b. Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan pembedahan
dilakukan.
c. Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.
d. Operasi (apendiktomi), bila diagnosa telah ditegakkan yang harus dilakukan
adalah operasi membuang apendiks (apendiktomi). Penundaan apendiktomi
dengan cara pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi.
Pada abses apendiks dilakukan drainage (Brunner&Suddarth, 2014).
2. Nonfarmakologi
a. Mencakup upaya meredakan nyeri, mencegah defisit volume cairan,
mengatasi ansietas, mengurangi risiko infeksi yang disebabkan oleh
gangguan potensial atau aktual pada saluran gastrointestinal,
mempertahankan integritas kulit dan mencapai nutrisi yang optimal.
b. Bed rest total posisi fowler.
c. Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun melalui
mulut.
d. Penderita perlu cairan intravena untuk mengoreksi jika ada dehidrasi. 
e. Sebelum operasi, siapkan pasien untuk menjalani pembedahan, mulai jalur
intra vena berikan antibiotik, dan masukan selang nasogastrik (bila terbukti
ada ileus paralitik), jangan berikan laksatif.
f. Setelah operasi, posisikan pasien fowler tinggi, berikan analgetik narkotik
sesuai program, berikan cairan oral apabila dapat ditoleransi.
g. Jika drain terpasang di area insisi, pantau secara ketat adanya tanda-tanda
obstruksi usus halus, hemoragi sekunder atau abses sekunder (Brunner &
Suddarth, 2014).

I. KOMPLIKASI
Adapun jenis komplikasi yang terjadi:
1. Abses
Abses ialah sebuah peradangan appendiks yang berisi pus.
2. Perforasi
Perforasi ialah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri dapat
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam waktu 12 jam pertama
sejak awal sakit, tetapi meningkat sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui pra
operatif pada 70 % kasus dengan gambaran klinis yag timbul lebih dari waktu 36
jam sejak sakit, panas lebih dari 38,5̊C, tampak adanya  toksik, nyeri tekan
seluruh perut, dan adanya leukositosis terutama polymorphonuclear (PMN).
3. Peritononitis
Peritonitis ialah suatu peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya
yang bisa saja terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Apabila infeksi tersebar
luas pada permukaan peritoneum maka akan menyebabkan timbulnya aktivitas
peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya
cairan elektrolit dapat mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan
oligouria (Kowalak, 2016).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN APPENDISITIS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi: nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No.MR.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien dengan pre dan post operasi apendisitis biasanya memiliki keluhan
adanya nyeri. Nyeri pada daerah kuadran kanan bawah, nyeri sekitar
umbilikus. Nyeri perut yang klasik pada apendisitis adalah nyeri yang dimulai
dari ulu hati, lalu setelah 4-6 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah,
ke titik Mc Burney.
b. Riwayat kesehatan sekarang
 Sejak kapan keluhan dirasakan: biasanya klien mengatakan nyeri muncul
tidak diketahui apa sebabnya.
 Berapa lama keluhan terjadi: biasanya klien mengatakan nyeri timbul
seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul.
 Bagaimana sifat dan hebatnya keluhan: biasanya klien mengatakan nyeri
yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas, sehingga aktivitas pasien
harus dibantu keluarga.
 Di mana keluhan timbul: nyeri pada perut kanan bawah merambat sampai
epigastrum seperti tanda-tanda maag.
 Keadaan apa yang memperberat dan memperingan: biasanya klien
mengatakan nyeri muncul ketika merubah posisi, bertambah nyeri saat
batuk, miring ke kanan ataupun saat diraba.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Untuk mengetahui riwayat tindakan operasi abdomen yang lalu. Kebiasaan
makan makanan rendah serat yang dapat menimbulkan konstipasi sehingga
meningkatkan tekanan intrasekal yang menimbulkan timbulnya sumbatan
fungsi appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman folar kolon sehingga
menjadi appendisitis akut.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga dan klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik
atau familial.
3. Pola fungsi Gordon
a. Pola  persepsi  dan  tata  laksana  hidup  sehat
Timbulnya perubahan pemeliharaan kesehatan karena dirawat di rumah sakit.
b. Pola  nutrisi  dan  metabolisme
Klien pre op akan terganggu nutrisi dan metabolismenya akibat rasa nyeri
yang disertai mual dan muntah.
Klien  yang  dilakukan  anestesi   tidak  boleh  makan  dan  minum  sebelum
flatus.
c. Pola  eliminasi
Setelah sakit biasanya klien dengan apendisitis BAB 4-5x sehari dengan
konsistensi agak cair. Setelah menjalani post operasi appendiks, pasien masih
menggunakan dower chateter karena masih dalam pengaruh anastesi, dan
pasien akan dilatih untuk berkemih.
d. Pola  aktivitas  dan  latihan
Umumnya klien mengalami keterbatasan dalam beraktivitas/bergerak karena
rasa nyeri pre dan post op apendisitis.
Pada post op adanya  keterbatasan  aktivitas  karena  kondisi  klien  yang 
lemah. Namun, setelah 6 jam pasien diharapkan sudah mampu untuk bergerak
miring kanan dan miring kiri dan dilanjutkan dengan duduk kemudian
berjalan.  
e. Pola  tidur  dan  istirahat
Adanya rasa nyeri pre dan post op apendisitis dapat mengganggu kenyamanan
pola istirahat tidur klien.
f. Pola  kognitif  perseptual
Sistem penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan penghidung  tidak
mengalami gangguan.
g. Pola  persepsi  dan  konsep  diri 
Klien pre op dapat  mengalami  cemas  karena rasa nyeri yang tidak kunjung
hilang dan  ketidaktahuan  tentang  perawatan  post operasi appendiks.
h. Pola  hubungan  dan  peran 
Dengan adanya keterbatasan dalam beraktivitas/bergerak kemungkinan
penderita tidak bisa melakukan perannya secara baik dalam keluarganya serta
dalam komunitas masyarakat.
Pada klien post op yang harus menjalani perawatan di rumah sakit maka dapat
mempengaruhi hubungan dan peran klien baik dalam keluarga, tempat kerja,
dan masyarakat.
i. Pola  reproduksi  seksual 
Klien tidak mengalami masalah reproduksi karena bekas operasi tidak ada
hubungannya dengan alat reproduksi.
j. Pola  penanggulangan  stress
Stress  dapat  dialami  klien  karena  kurang  pengetahuan  tentang  perawatan
post operasi. Gali adanya stres pada klien dan mekanisme koping klien
terhadap stres tersebut.
k. Pola  tata  nilai  dan  kepercayaan
Adanya  dower chateter  dan nyeri pre dan post operasi memerlukan adaptasi
klien dalam menjalankan ibadahnya.
4. Pemeriksaan fisik
a. Gambaran umum : ditemukan pasien tampak lemah dan menahan sakit.
b. Kesadaran pasien : Composmentis.
c. Vital sign:
TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal
Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat
Pernafasan : Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan meningkat
Suhu : Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat karena demam.
BB : Biasanya mengalami penurunan.
d. Mata: konjungtiva anemis
e. Mulut dan bibir: mukosa bibir kering, mulut terasa pahit, sianosis
f. Pernafasan: adanya pernafasan dangkal, takipnea
g. Abdomen:
 Auskultasi: penurunan atau tidak ada peristaltik usus
 Palpasi: nyeri pada daerah kuadran kanan sekitar epigastrium dan
umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc.Burney
(setengah jarak antara umbilikus dan tulang ileum kanan), ditemukan
tanda Psoas dan Obturator positif, meningkat karena berjalan, bersin,
batuk, atau napas dalam bawah, nyeri sekitar umbilikus, distensi
abdomen.
 Perkusi: Timpani saat diperkusi
h. Integumen: kulit tampak pucat, turgor kulit kering, sianosis, luka pembedahan
pada abdomen sebelah kanan bawah.
i. Ekstremitas: Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri
yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
B. DIAGNOSA
1. Pre operasi
a. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif d/d kulit tampak
kering, membran mukosa kering, peningkatan suhu tubuh, peningkatan
frekuensi nadi, penurunan turgor kulit, mual dan muntah, dehidrasi.
b. Risiko syok b/d hipovolemia d/d dehidrasi, sianosis.
c. Ketidakefektifan pola nafas b/d efek anastesi umum, nyeri, posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru, keletihan d/d penurunan ekspansi paru, sesak
nafas, pernafasan cuping hidung, takipnea.
d. Nyeri akut b/d agen cedera biologis: peningkatan tekanan intra luminal d/d
ekspresi wajah nyeri, sikap melindungi area nyeri, mengekspresikan perilaku
gelisah.
e. Gangguan rasa nyaman: mual b/d distensi lambung d/d mual, sensasi muntah,
keenganan terhadap makanan.
f. Hipertermi b/d inflamasi, sepsis (infeksi) d/d kulit terasa hangat.
g. Ansietas b/d prosedur pembedahan: apendiktomi d/d gelisah, wajah tegang,
lemah, mulut kering, letih.
2. Post Operasi
a. Ketidakefektifan pola nafas b/d efek anastesi umum, nyeri, posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru, keletihan d/d penurunan ekspansi paru, sesak
nafas, pernafasan cuping hidung, takipnea.
b. Nyeri akut b/d agens cedera fisik: prosedur bedah d/d ekspresi wajah nyeri,
sikap melindungi area nyeri, mengekspresikan prilaku gelisah.
c. Hipertermi b/d inflamasi, sepsis (infeksi) d/d kulit terasa hangat.
d. Kerusakan integritas jaringan b/d prosedur bedah d/d jaringan rusak.
e. Resiko infeksi b/d adanya luka insisi akibat pembedahan operasi d/d prosedur
invasif.

C. INTERVENSI
DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI

Kekurangan Setelah dilakukan tindakan NIC Label : Manajemen Cairan.


volume cairan keperawatan selama ....x.....  Jaga intake / asupan yang akurat dan
b/d kehilangan diharapkan : catat output (pasien).
cairan aktif NOC Label : Hidrasi  Monitor status hidrasi ( membran
 Turgor kulit tidak terganggu mukosa lembab, denyut nadi akurat.
 Membran mukosa lembab  Monitor tanda- tanda vital.
 Intake cairan tidak terganggu  Berikan terapi IV, seperti yang
 Output urine tidak terganggu ditentukan.
 Tidak ada warna urine keruh  Berikan cairan, dengan tepat.
 Tidak ada bola mata cekung NIC Label : Manajemen Elektrolit
dan lunak  Jaga infus intravena yang tepat,
 Tidak ada diare transfusi darah, atau laju aliran
enteral.
 Pantau adanya tanda dan gejala
overhidrasi yang memburuk atau
dehidrasi.
 Tingkatkan intake/asupan cairan per
oral.
 Pantau adanya tanda dan gejala
retensi cairan.
Risiko syok b/d Setelah dilakukan tindakan NIC Label : Manajemen hipovelemi.
hipovolemia keperawatan selama ....x.....  Monitor adanya tanda-tanda
diharapkan : dehidrasi.
NOC Label :  Monitor sumber-sumber kehilangan
 Tidak ada nadi lemah cairan.
 Tidak ada pucat  Monitor adanya bukti laboratorium
 Tidak ada akral teraba dingin terkait dengan kehilangan darah.
 Tidak ada tanda lesu
 Tidak ada penurunan kesadaran NIC Label : Pencegahan syok.
 Tidak ada penurunan output  Monitor terhadap adanya respon

urine. kompensasi awal syok (tekanan


darah normal,dll)
 Monitor kemungkinan penyebab
kehilangan cairan.
 Monitor EKG.
 Berikan cairan melalui IV dan atau
oral.
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC Label : Manajemen jalan nafas
pola nafas b/d keperawatan selama ....x.....  Buka jalan nafas dengan teknik
efek anastesi diharapkan : chin lift atau jaw trust
umum, nyeri, NOC Label : Status penafasan:  Posisikan pasien untuk
posisi tubuh  Tidak ada penggunaan otot memaksimalkan ventilasi
ysng bantu pernafasan.  Istruksikan bagaimana agar bisa
menghambat  Tidak ada retraksi dinding melakukan batuk efektif
ekspansi paru, dada.  Auskultasi suara nafas
keletihan  Tidak ada sianosis.  Kelola pemberian bronkodilator.
 Tidak ada suara nafas
tambahan.
NOC Label : Status
pernafasan:kepatenan jalan nafas:
 Frekuensi pernafasan normal
16 -20 x/menit
 Irama pernafasan teratur
 Mampu untuk mengeluarkan
sekret
 Tidak ada pernafasan cuping
hidung
 Tidak ada batuk
Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Manajemen Nyeri
agens cedera keperawatan ..x..diharapkan tingkat a. Lakukan pengkajian nyeri yang
biologis: nyeri berkurang dan kontrol nyeri komprehensif yang meliputi
peningkatan meningkat dengan kriteria hasil: lokasi, karakteristik,
tekanan NOC Label: Tingkat Nyeri onset/durasi, kualitas, intensitas,
inraluminal dan 1. Nyeri yang dilaporkan atau beratnya nyeri dan faktor
agens cedera 2. Ekspresi nyeri wajah pencetus.
fisik: prosedur b. Gali bersama pasien faktor yang
bedah NOC Label: Kontrol Nyeri dapat menurunkan dan
1. Mengenali kapan terjadi nyeri meperberat nyeri.
2. Menggambarkan faktor c. Ajarkan pasien teknik non
penyebab nyeri farmakologi untuk mengurangi
3. Menggunakan tindakan nyeri seperti relaksasi nafas
pengurangan nyeri tanpa dalam, terapi musik, dan pijatan.
analgesik d. Dukung istirahat/tiduk untuk
4. Menggunakan analgesik yang menurunkan nyeri.
direkomendasikan. NIC Label: Pemberian Obat
a. Ikuti 5 benar dalam pemberian
obat.
b. Resepkan atau rekomendsikan
obat yang sesuai berdasarkan
kewenangan untuk meresepkan.
c. Catat alergi yang dialami pasien
sebelum pemberia obat.
d. Siapkan obat-obatan dengan
menggunakan peralatan dan
teknik yang sesuai.
e. Dengan teknik dan cara yang
tepat bantu pasien dalam
pemberian obat.
Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan 1. Nic Label: Manajemen Mual
nyaman: mual keperawatan ...x... diharapkan nafsu a. Dorong pasien untuk belajar
b/d distensi makan meningkat, kontrol mual dan strategi mengatasi mual sendiri.
lambung muntah meningkat, dan tingkat b. Tingkatkan istirahat dan tidur
ketidaknyamanan berkurang, untuk memfasilitasi pengurangan
dengan kriteria hasil: mual.
NOC Label: Nafsu Makan c. Dorong pola makan dengan porsi
1. Hasrat/keinginan untuk makan sedikit makanan yang menarik
2. Merasakan makanan bagi pasien.
3. Intake makanan d. Evaluasi dampak mual terhadap
pengalaman hidup.
NOC Label: Kontrol Mual dan 2. Nic Label: Manajemen Muntah
Muntah a. Kaji emesis terkait dengan
1. Mengenal pencetus muntah warna, konsistensi, akan adanya
2. Menggunakan langkah-langkah darah, dan waktu.
pencegahan b. Sarankan untuk membawa
kantong plastik untuk
NOC Label: Tingkat menampung muntah.
Ketidaknyamanan c. Kolaborasi pemberian obat
1. Nyeri antiemetik yang efektif
2. Mual diberikan untuk mencega
3. Muntah muntah bila memungkinkan.
4. Meringis d. Posisikan untuk mencegah
5. Ketegangan pada wajah aspirasi.
e. Bersihkan area mulut dan
hidung setelah episode muntah.
f. Mulai pemberian cairan yang
bersih dan bebas karbonasi.
Hipertermi b/d Setelah dilakukan asuhan 1. Nic Label: Perawatan Hipertermia
inflamasi, sepsis keperawatan ...x... diharapkan a. Monitor tanda-tanda vital
(infeksi) suhu tubuh pasien dalam rentan b. Berikan metode pedinginan
normal, dengan kriteria hasil: ekternal (misalkan kompres
NOC Label: Termoregulasi hangat/dingin pada leher,
1. Melaporkan kenyamanan suhu. abdomen, ketiak, dan
2. Penurunan suhu kulit selangkangan).
NOC Label: Tanda-tanda vital c. Pasang akses IV.
1. Suhu tubu 36,5-37̊ C 2. Nic Label: Monitor tanda-tanda
2. Denyut nadi radial dalam batas vital
normal a. Monitor tekanan darah, suhu,
nadi, dan pernafasan.
b. Monitor warna, suhu kulit, dan
kelembaban.
c. Monitor dan laporkan tanda dan
gejala hipotermia dan
hipertermia.
3. Nic Label: Pemberian Obat
a. Ikuti 5 benar dalam pemberian
obat.
b. Resepkan atau rekomendaikan
obat yang sesuai berdasarkan
kewenangan untuk meresepkan.
c. Catat alergi yang dialami pasien
sebelum pemberia obat.
d. Siapkan obat-obatan dengan
menggunakan peralatan dan
teknik yang sesuai.
e. Dengan teknik dan cara yang
tepat bantu pasien dalam
pemberian obat
Kerusakan Setelah dilakukan tindakan NIC Label : Perlindungan Infeksi
integritas keperawatan selama ....x.....  Monitor adanya tanda dan gejala
jaringan b/d diharapkan : infeksi sistemik dan lokal
prosedur bedah NOC Label :integritas jaringan :  Monitor kerentanan terhadap
kulit & membran mukosa infeksi
 Integritas kulit tidak terganggu  Periksa kondisi setiap sayatan atau
 Suhu kulit tidak terganggu bedah
 Elastisitas kulit tidak terganggu  Mengetahui adanya perubahan
 Tidak ada lesi pada kulit warna kulit.
 Tidak ada jaringan parut pada  Mencegah terjadinya gesekan yang
kulit keras yang dapat menyebabkan
 Tidak terjadi nekrosis lecet/luka.
 Cegah penekanan kain/kerutan
pakaian yang dapat menyebabkan
kemerahan, lecet/luka.
 Berikan perawatan kulit yang tepat.
 Anjurkan asupan cairan dengan
tepat.
 Anjurkan istirahat.
2) NIC Label:Pressure Management
 Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang longgar
 Hindari kerutan pada tempat tidur
 Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering
 Mobilisasi pasien (ubah posisi
pasien) setiap dua jam sekali
 Monitor kulit akan adanya
kemerahan
 Oleskan lotion atau minyak/baby oil
pada daerah yang tertekan
 Monitor aktivitas dan mobilisasi
pasien
 Monitor status nutrisi pasien
 Memandikan pasien dengan sabun
dan air hangat
Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Nic Label: Kontrol Infeksi
b/d adanya luka keperawatan ...x... diharapkan a. Bersihkan lingkungan dengan
insisi akibat pasien terhindar dari infeksi, baik setelah digunakan setiap
pembedahan dengan kriteria hasil: pasien.
operasi NOC Label: Status imunitas. b. Pertahankan teknik isolasi yang
1. Suhu tubuh tidak terganggu. sesuai.
2. Integritas kulit tidak c. Ajarkan cara cuci tangan bagi
terganggu. tenaga kesehatan.
3. Integritas mukosa tidak d. Ajarkan pasien mengenai teknik
terganggu. mencuci tangan dengan tepat.
4. Tidak terjadi infeksi berulang. e. Kolaborasikan pemberian
antibiotik yang sesuai.
f. Anjurkan pasien untuk
meminum antibiotik yang
diresepkan
2. Nic Label: Perlindungan Infeksi
a. Monitor adanya tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal.
b. Tingkatkan asupan nutrisi yang
cukup.
c. Anjurkan asupan cairan dengan
tepat.
d. Anjurkan istirahat.
e. Pantau adanya perubuhan
tingkat energi atau malaise.
f. Jaga penggunaan antibiotik
dengan bijaksana.
Ansietas b/d Setelah dilakukan tindakan NIC Label : Pengurangan Kecemasan
prosedur keperawatan selama ....x.....  Berikan informasi faktual terkait
pembedahan: diharapkan : diagnosis, perawatan dan prognosis
apendiktomi NOC Label : Tingkat Kecemasan  Gunakan pendekatan yang tenang
 Tidak ada wajah tegang dan meyakinkan
 Tidak ada gangguan istirahat  Identifikasi pada saat terjadi
 Tidak ada peningkatan tekanan perubahan tingkat kecemasan
darah  Dorong keluarga untuk
 Tidak ada gangguan tidur mendampingi klien dengan cara
yang tepat

D. EVALUASI
1. Evalusi formatif
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan di mana evaluasi dilakukan sampai
dengan tujuan tercapai. Selama melakukan asuhan keperawatan diharapkan:
a. Turgor kulit tidak terganggu, membran mukosa lembab, intake cairan tidak
terganggu, output urine tidak terganggu, tidak ada warna urine keruh, tidak
ada bola mata cekung dan lunak, tidak ada diare.
b. Tidak ada nadi lemah, tidak ada kulit pucat, tidak ada tanda lesu, tidak ada
penurunan kesadaran.
c. Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, tidak ada retraksi dinding dada,
tidak ada sianosis, tidak ada suara nafas tambahan, frekuensi pernafasan
normal 16 -20 x/menit, irama pernafasan teratur, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
d. Nyeri yang dilaporkan berkurang, tidak ada ekspresi nyeri wajah.
e. Hasrat/keinginan untuk makan, merasakan makanan, intake makanan
meningkat, mual dan muntah berkurang.
f. Melaporkan kenyamanan suhu, penurunan suhu kulit, ttv dalam rentang
normal.
g. Integritas kulit tidak terganggu, suhu kulit tidak terganggu, elastisitas kulit
tidak terganggu, tidak ada lesi pada kulit, tidak ada jaringan parut pada kulit,
tidak terjadi nekrosis.
h. Suhu tubuh tidak terganggu, integritas mukosa tidak terganggu, tidak terjadi
infeksi berulang.
i. Tidak ada wajah tegang, tidak ada gangguan istirahat, tidak ada peningkatan
tekanan darah, tidak ada gangguan tidur.
2. Evaluasi somatif
Merupakan evaluasi akhir di mana dalam metode evaluasi ini menggunakan
SOAP.
S : data yang didapatkan melalui keluhan pasien dan anamnesis (wawancara)
O : data yang diamati atau diobservasi oleh perawat dan tenaga
medis lainnya melalui pemeriksaan fisik.
A : tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tindakan
P : rencana yang akan dilanjutkan, bila tujuan tersebut tidak tercapai
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan NANDA NIC-NOC.(2015).Edisi


Revisi.Jakarta:EGC.
Bararah Taqqiyah. Jauhur Mohammad (2013). Asuhan Keperawatan: Panduan Lengkap
Menjadi Perawat Profesional Jilid 1. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Brunner & Suddart. (2013).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Prevalensi Apendisitis di
Indonesia.Tersedia di www.depkes.go.id/ Diakses pada 26 Juni 2018.
Kowalak, dkk . (2011). Buku Ajar Patofisiologi,Proses Penyakit, Tanda dan Gejala,

Penatalaksanaan, Efek Pengobatan dan Ilustrasi Berwarna. Jakarta : EGC.

Mansjoer, A. (2008) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.


Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: CV. Trans Info Media
Nurarif, Huda Amin & Kusuma, Hardhi. (2014) .Handbook for Health Student.
Yogyakarta:Media Action Publishing.
Huda Nurarif, Amin. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda. Yogjakarta:Mediaction
Price & Wilson (2013) Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Sloane, E.(2014). Anatomi dan Fisiologi: untuk Pemula.Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C. (2008) Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
WHO (World Health Organization).Appendisitis.Tersedia di http://lib.ui.ac.id Diunduh
tanggal 26 Juni 2018.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN.AS
DENGAN POST OPERASI APPENDICTOMY
DI RUANG TENUN RAWAT INAP LANTAI III
RSU SURYA HUSADHA DENPASAR
TANGGAL 10-14 MEI 2021

OLEH :
CHRISTINA NI LUH HENNY WAHYUNI, S.Kep
NIM.C2221001

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
BINA USADA BALI
SK MENDIKNAS RI. NOMOR 122/D/O/2007
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 351/SK/BAN-PT/ Akred/
PT/IV/2015
Kompleks Kampus MAPINDO Jl. Padang Luwih, Tegal Jaya Dalung - Badung
Telp. (0361) 9072036,Email: binausada@yahoo.com Web: binausadabali.ac.id

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN. AS


DENGAN POST OPERASI APPENDICTOMY
TANGGAL 10-13 MEI 2021
DI RUANG TENUN RAWAT INAP LANTAI III
RSU SURYA HUSADHA DENPASAR

I. PENGKAJIAN
A. Tanggal Masuk : 10 Mei 2021
B. Tanggal Pengkajian : 10 Mei 2021
C. Jam Pengkajian : 14.30 WITA
D. CM : xx
E. Sumber Data : Observasi, wawancara, pemeriksaan fisik
F. Identitas
1. Identitas klien
Nama : Nn. AS
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Sidakarya Denpasar
Status Pernikahan : Belum kawin
2. Penanggung Jawab Pasien
Nama : Ny. EP
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Sidakarya Denpasar
Status Pernikahan : Kawin
Hub. Dengan PX : Ibu kandung
G. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Utama Masuk Rumah Sakit dan Perjalanan Penyakit Saat Ini
a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan nyeri perut di sebelah kanan bawah sejak tanggal 9 Mei 2021.
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi di perut sebelah kanan bawah.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien mengatakan pada tanggal 9 Mei 2021 malam hari ia merasa nyeri perut di
sebelah kanan bawah, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri terasa terus-menerus, pasien
juga sempat muntah sebanyak 2x. Keesokan harinya pada tanggal 10 Mei 2021 pagi
hari pasien diantar ibunya periksa ke poli bedah. Pasien disarankan untuk
pemeriksaan USG perut, dan dari hasil USG perut didapatkan pasien menderita
appendicitis. Dokter menyarankan pasien untuk MRS dan akan dilakukan tindakan
operasi pada pukul 12.00.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 10 Mei 2021 pukul 14.30 pasien
mengatakan nyeri pada daerah luka operasi di perut sebelah kanan bawah. Nyeri
dirasakan terus-menerus, nyeri bertambah jika pasien berubah posisi dari telentang ke
miring kanan atau kiri, nyeri berkurang jika pasien tidur terlentang. Nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6 (dari 0- 10). Nyeri tersebut mengakibatkan pasien
menjadi sulit melakukan aktivitas sendiri.
.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya, ia hanya pernah sakit
batuk dan flu. Pasien mengatakan belum pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya.

4. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat-obatan, makanan, maupun
kondisi lingkungan.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan ayah kandungnya pernah menjalani operasi usus buntu seperti ini.
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit diabetes,
hipertensi, jantung, asma, maupun penyakit menular.
6. Genogram

Keterangan Genogram
: laki-laki : keturunan
: perempuan : tinggal bersama
: laki-laki meninggal : pasien
: perempuan meninggal

H. Pola Fungsi Kesehatan


1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Sebelum sakit : pasien mengatakan selalu menjaga kebersihan lingkungan dan
kebersihan diri dengan mandi 2x/hari dan menggosok gigi 2x/hari. Pasien mengatakan
jika sakit pasien dan keluarganya biasa berobat ke pelayanan kesehatan terdekat.
Saat sakit : pasien mengatakan menyerahkan penanganan sakitnya kepada tim
medis di rumah sakit dan berusaha mematuhi obat dan saran yang dianjurkan tim
medis. Pasien belum dilap badannya setelah operasi dan belum menggosok gigi.

2. Nutrisi dan Metabolik


Sebelum sakit : pasien mengatakan biasa makan 3x/hari, porsi kadang habis 1 piring,
dengan jenis menu nasi, sayur, lauk pauk. Pasien biasa minum 1,5 liter/hari.
Saat sakit : pasien mengatakan belum diperbolehkan makan setelah operasi
sampai bisa kentut, ia hanya diperbolehkan untuk minum air putih sedikit-sedikit.

3. Aktivitas dan Latihan


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Mobilisasi di tempat tidur & ambulasi ROM √
0: mandiri, 2: dibantu orang, 4: tergantung total
1: menggunakan alat bantu, 3: dibantu orang lain dan alat,
4. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur malam sekitar 7-8 jam/hari, pasien jarang
tidur siang.
Saat sakit : pasien mengatakan belum dapat tidur setelah operasi selesai.

5. Eliminasi
Sebelum salit : pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, warna
kuning kecoklatan. BAK 5-6x/ hari, urine berwarna kuning jernih. Tidak ada nyeri
saat BAK maupun BAB.
Saat sakit : pasien mengatakan sudah BAK 1x setelah operasi, tidak ada nyeri
saat BAK. Pasien belum BAB setelah operasi.

6. Pola Persepsi Diri (Konsep Diri)


Sebelum sakit : pasien mengatakan ia adalah anak sulung dari tiga bersaudara, pasien
memiliki dua adik, mereka tinggal bersama kedua orangtuanya. Pasien mengatakan
merasa dihargai dan disayangi oleh orangtua dan adik-adiknya. Pasien selalu
semangat dalam menjalankan aktivitas di rumah maupun aktivitas sebagai pelajar
SMA.
Saat sakit : pasien mengatakan merasa sedih karena tidak bisa berkumpul dengan
keluarganya di rumah. Tetapi pasien merasa senang karena orangtua dan adik-adiknya
selalu memberi semangat agar ia bisa segera pulih dan pulang ke rumah.

7. Peran dan Hubungan Sosial


Sebelum sakit : pasien mengatakan berperan sebagai anak dan seorang pelajar SMA.
Pasien dapat bersosialisasi dengan keluarga, teman maupun masyarakat sekitarnya.
Saat sakit : pasien mengatakan tidak mampu menjalankan aktivitas sebagai
pelajar. Pasien tetap memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-
temannya.

8. Seksual dan Reproduksi


Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan atau masalah
pada organ reproduksinya, pasien mengatakan mengalami siklus haid yang teratur
setiap bulannya.
Saat sakit : pasien mengatakan tidak ada keluhan dengan organ reproduksinya.

9. Manajemen Koping
Sebelum sakit : pasien mengatakan jika memiliki masalah apapun termasuk masalah
kesehatan, pasien menceritakannya pada ibunya.
Saat sakit : pasien mengatakan menyerahkan kepada orangtuanya untuk
mengambil keputusan tentang pengobatannya selama sakit.

10. Kognitif Perseptual


Sebelum sakit : pasien mengatakan memiliki status mental yang baik dan panca
indera yang baik. Pasien biasa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Bali.
Saat sakit : pasien mengatakan tidak ada masalah pada status mental maupun
panca inderanya.

11. Nilai dan Kepercayaan


Sebelum sakit : pasien mengatakan beragama Hindu, setiap hari pasien biasanya
sembahyang. Pasien dan keluarganya mempunyai pantangan mengkonsumsi daging
sapi.
Saat sakit : pasien mengatakan tidak bisa sembahyang seperti sebelumnya tetapi
ia tetap berdoa di tempat tidur, pasien berharap segera sembuh dan bisa segera pulang.

I. Pemeriksaan Fisik
1. Vital Sign
TD : 100/60 mmHg
Suhu : 36,3 ̊C
Nadi : 94 x/menit
RR : 18 x/menit
2. Kesadaran : composmentis
GCS : 15
Eye :4
Motorik :5
Verbal :6
3. Keadaan Umum:
a. Sakit/ nyeri : Ringan √ Sedang Berat
Skala nyeri : 6 (dari 0-10)
Lokasi nyeri : perut kuadran kanan bawah
b. Status gizi : Gemuk √ Normal Kurus
BB : 54 kg TB : 155 cm
c. Sikap : √ Tenang Gelisah Menahan nyeri
d. Personal hygiene : √ Bersih Kotor
Lain-lain :-
e. Orientasi waktu/ tempat/ orang : √ Baik Terganggu
4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala
 Bentuk : √ Mesochepale Mikrochepale
Hidrochepale
Lain-lain :-
 Lesi/luka : Hematome Perdarahan Luka sobek
Lain-lain :-
b. Rambut
 Warna : hitam
 Distribusi rambut : merata
 Kelainan :-
c. Mata
 Penglihatan : √ Normal Kaca Mata/ Lensa
Lain-Lain :-
 Sklera : Ikterik √ Tidak ikterik

 Konjungtiva : Anemis √ Tidak Anemis


 Pupil : √ Isokor Anisokor
Midriasis Katarak
 Kelainan : Kebutaan kanan/kiri
 Data tambahan : -
d. Hidung
 Penghidu : √ Normal Ada gangguan…………
 Secret/darah/polip :-
 Tarikan cuping hidung : Ya √ Tidak
Lain-lain: -
e. Telinga
 Pendarahan : √ Normal Kerusakan
Tuli kanan/kiri Tinnitus
Alat bantu dengar
Lain-lain :-
 Sekret/ cairan/ darah : Ada Tidak

Bau: - Warna: -

f. Mulut dan Gigi


 Bibir : √ Lembab Kering Cianosis Pecah-pecah
 Mulut dan Tenggorokan: √ Normal Lesi Stomatitis
 Gigi : √ Penuh/Normal Ompong Lain-lain: -
g. Leher
 Pembesaran tyroid : Ya √ Tidak
 Lesi : √ Tidak Ya, di sebelah…………
 Nadi karotis : √ Teraba Tidak
 Pembesaran limfoid : Ya √ Tidak
h. Thorax
 Jantung :1. Nadi 94 x/menit
2. Kekuatan : √ Kuat Lemah
3. Irama : √ Teratur Tidak
4. Lain-lain: -
 Paru-paru : 1. Frekuensi nafas : √ Teratur Tidak
2. Kualitas : √ Normal Dalam Dangkal
3. Suara nafas : √Vesikuler Ronchi
Wheezing
4. Batuk : Ya √ Tidak
5. Sumbatan jalan nafas : Sputum Lendir
Darah Ludah
 Retraksi dada : Ada √ Tidak
 I : kulit berwarna sawo matang, lesi tidak ada, payudara simetris
P : nyeri tekan tidak ada, taktil fremitus teraba, massa (-)
P : suara sonor di seluruh lapang paru
A : terdengar suara vesikuler
i. Abdomen
 Peristaltik usus : √ Ada: 8 x/menit Tidak ada
Hiperperistaltik Lain-lain : -
 Kembung : Ya √ Tidak
 Nyeri tekan : Tidak √ Ya,dikuadran kanan bagian bawah
 Ascites : Ada √ Tidak ada
 I : terdapat luka operasi pada kuadran kanan bagian bawah, keadaan
luka tertutup balutan, panjang luka ± 5 cm, tidak tampak rembesan darah pada
balutan, tidak tampak kemerahan maupun bengkak di sekitar balutan luka
operasi
A : bising usus 8 x/menit
P : terdengar suara timpani
P : nyeri tekan pada kuadran kanan bawah
j. Genetalia
 Pimosis : Ya √ Tidak
 Alat bantu : Ya √ Tidak
 Kelainan : √ Tidak Ya, berupa………………………
k. Kulit
 Turgor : √ Elastis Kering Lain-lain………………
 Laserasi : √ Luka di daerah perut bagian kanan bawah Memar
 Warna kulit : √ Normal(putih/sawo matang/hitam) Pucat
Sianosis Ikterik Lain-lain…………
l. Ekstrimitas
 Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
 ROM : Penuh √ Terbatas
 Hemiplegic/ parese : √ Tidak Ya, kanan/kiri
 Akral : √ Hangat Dingin
 Capillary refill time : √ <3 detik >3detik
 Edema : √ Tidak ada Ada di daerah
 Lain-lain: -

m. Data pemeriksaan fisik tambahan


-

n. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
*Darah Lengkap tanggal 10 Mei 2021
Jenis Hasil Normal Interpretasi
WBC 13,06 4,1 - 11 Abnormal
HGB 12,1 12 - 16 Normal
HCT 37,3 36 - 46 Normal
PLT 267 145 - 445 Normal

*Antigen SARS-CoV tanggal 10 Mei 2021


Jenis Hasil Normal Interpretasi
Antigen SARS- Negative Negative Normal
CoV

*Faal Hemostasis tanggal 10 Mei 2021


Jenis Hasil Normal Interpretasi
BT 2’00” 1-3 Normal
CT 12’00” 5-15 Normal

 Rontgen
1) Foto thorax tanggal 10 Mei 2021:
Kesan : cor dan pulmo saat ini tak tampak kelainan
2) USG Abdomen Atas Bawah
Kesan : Tampak appendix yang edematous
Hepar, gall bladder, pancreas, lien, ginjal kanan kiri, buli, uterus dan adnexa
tak tampak kelainan

o. Terapi Medik
No Terapi Dosis Fungsi Terapi Cara Pemakaian
1. Rycef 3x1 gram Antibiotik Intravena
2. RL 20 tpm Mempertahankan Intravena
keseimbangan cairan
3. Tramal 250mg + 28 tpm Analgetik Intravena
Blastofen 100mg dalam (mikro
Dextrose 5% 500ml set)
4. Asam mefenamat 3x500mg Analgetik Oral
II. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien : NN. AS No RM : xx
Umur /JK : 18 tahun / Perempuan Dx Medis : post operasi
appendictomy

Masalah
No Tanggal Data Fokus Etiologi
Keperawatan
1. 10 Mei DS : Tindakan pembedahan Nyeri akut
2021 Pasien mengatakan nyeri
pada daerah luka operasi Luka insisi
P : Luka operasi
appendictomy Kerusakan jaringan/sel
Q : Nyeri dirasakan seperti Tubuh melepaskan zat kimia
ditusuk-tusuk (histamin, bradikinin,
R : Perut sebelah kanan prostaglandin, serotonin)
bawah
S : skala nyeri 6 (dari 0-10) Talamus (otak
T : Nyeri dirasakan terus- menginterpretasikan signal,
menerus, nyeri bertambah memproses informasi zat kimia
jika pasien berubah posisi
dari telentang ke miring Stimulus korteks serebri
kanan atau kiri, nyeri
berkurang jika pasien tidur
terlentang Mempersepsi Nyeri

DO :
-KU : lemah
-Pasien tampak meringis
-Terdapat nyeri tekan pada
perut di kuadran kanan
bawah
-TD : 100/60 mmHg
-Suhu : 36,3 ̊C
-Nadi : 94 x/menit
-RR : 18x/menit
2. 10 Mei DS : Tindakan pembedahan Intoleransi
2021 Pasien mengatakan sulit aktivitas
melakukan aktivitas sendiri Luka insisi
karena masih terasa nyeri
pada daerah luka operasi Keterbatasan gerak

DO : Intoleransi aktivitas
-Pasien tampak lemah
-Pasien tampak berbaring
di tempat tidur
-Aktivitas pasien masih dibantu
keluarga dan perawat

3. 10 Mei DS : Tindakan pembedahan Risiko infeksi


2021 Pasien mengatakan nyeri
pada daerah luka operasi
Luka Insisi
DO :
-Terdapat luka operasi pada Risiko infeksi
perut kuadran kanan bagian
bawah, keadaan luka
tertutup balutan, panjang
luka ± 5 cm, tidak tampak
rembesan darah pada
balutan, tidak tampak
kemerahan maupun
bengkak di sekitar balutan
luka operasi
-TD : 100/60 mmHg
-Suhu : 36,3 ̊C
-Nadi : 94 x/menit
-RR : 18x/menit

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


No.
Tgl Tgl
Dx Diagnosa Keperawatan Paraf
Muncul Teratasi
Kep
I 10 Mei Nyeri akut berhubungan dengan tindakan 13 Mei Henny
2021 pembedahan dibuktikan dengan pasien 2021
mengatakan nyeri pada daerah luka operasi di
perut sebelah kanan bawah, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, skala nyeri 6 (dari 0-10), nyeri
dirasakan terus-menerus, nyeri bertambah jika
pasien berubah posisi dari telentang ke miring
kanan atau kiri, nyeri berkurang jika pasien tidur
terlentang, pasien tampak meringis, terdapat nyeri
tekan pada perut di kuadran kanan bawah, TD :
100/60 mmHg, suhu : 36,3 ̊C, nadi : 94 x/menit,
RR : 18x/menit.
II 10 Mei Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri 13 Mei Henny
2021 luka operasi dibuktikan dengan pasien mengatakan 2021
sulit melakukan aktivitas sendiri karena masih
terasa nyeri pada daerah luka operasi, pasien
tampak lemah, pasien tampak berbaring di tempat
tidur, aktivitas pasien masih dibantu keluarga dan perawat.
III 10 Mei Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur 13 Mei Henny
2021 invasive dibuktikan dengan pasien mengatakan 2021
nyeri pada daerah luka operasi, terdapat luka
operasi pada perut kuadran kanan bagian bawah,
keadaan luka tertutup balutan, panjang luka ± 5
cm, tidak tampak rembesan darah pada balutan,
tidak tampak kemerahan maupun bengkak di
sekitar balutan luka operasi, TD : 100/60 mmHg,
suhu : 36,3 ̊C, nadi: 9 4 x/menit, RR : 18x/menit.

IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Hari/ No. Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Tang Dx Hasil
gal
Senin I Setelah diberikan NIC Label:
10 tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
Mei selama 3x24 jam 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui
2021 diharapkan tingkat adanya peningkatan
nyeri berkurang dan suhu, dan
kontrol nyeri peningkatan nafas
meningkat dengan 2. Lakukan pengkajian nyeri 2. Berguna dalam
kriteria hasil: yang komperhesif yang pengawasan dan
NOC Label: Tingkat meliputi lokasi, keefisienan obat,
Nyeri karakteristik, onset/durasi, kemajuan
1. Nyeri yang kualitas, intensitas, atau penyembuhan
dilaporkan dari beratnya nyeri dan faktor
skala 3 ke skala 4 pencetus
yg ditandai dengan 3. Beri posisi yang nyaman 3. Agar klien merasa
pasien mengatakan nyaman, dengan
nyeri berkurang rasa nyaman nyeri
2. Ekspresi nyeri klien berkurang.
wajah dari skala 3 4. Ajarkan pasien teknik non 4. Oksigen yang
ke 4 ditandai farmakologi untuk masuk dengan
dengan pasien mengurangi nyeri seperti konsentrasi tinggi
tidak meringis relaksasi nafas dalam, dapat beredar ke
terapi musik, dan pijatan pembuluh darah,
sehingga
merelaksasikan
daerah yang nyeri
5. Mengajarkan pasien teknik 5. Mengalihkan
distraksi pikiran (distraksi)
pada sesuatu hal
yang
menyenangkan
dapat mengurangi
rasa nyeri
6. Kolaborasi dalam 6. Pemberian obat
pemberian obat analgetik analgetik untuk
menghilangkan
nyeri
Senin II Setelah diberikan NIC Label :
10 tindakan keperawatan Terapi Aktivitas
Mei selama 3x24 jam 1. Catat respon emosi terhadap 1. Imobilisasi yang di
2021 diharapkan klien dapat mobilitas paksakan akan
melakukan toleransi memperbesar
aktivitas. Dengan kegelisahan
kriteria hasil: 2. Berikan aktivitas sesuai 2. Meningkatkan
NOC Label : dengan keadaan klien normalitas organ
Toleransi terhadap sesuai yang
aktivitas diharapkan
- Kemudahan dalam 3. Berikan klien untuk latihan 3. Memperbaiki
melakukan ADL gerak pasif dan aktif mekanika tubuh
dari skala 3 ke 4. Bantu klien dalam aktivitas 4. Menghindari hal yang
skala 4 yg ditandai yang memberatkan dapat memperparah
dengan pasien keadaan
dapat melakukan
ADL
Energy Psikomotor
- Menunjukkan
tingkat energi yang
stabil dari skala 3
ke skala 5 yang
ditandai dengan
klien mengatakan
mampu melakukan
ADL, pasien tidak
lemas
Senin III Setelah diberikan NIC Label :
10 askep selama 3x 24 Kontrol Infeksi
Mei jam diharapkan infeksi 1. Observasi keadaan umum 1. Perubahan status
2021 tidak terjadi dengan dan tanda-tanda vital kesehatan dapat
kriteria hasil diketahui dari
NOC Label : adanya perubahan
Kontrol infeksi tanda-tanda vital.
- Mengidentifikasi 2. Kaji tanda-tanda infeksi 2. Luka operasi dapat
tanda dan gejala terutama pada daerah sebagai jalan
infeksi dari skala 3 sekitar luka masuknya
ke skala 1 mikroorganisme
- Mencuci tangan 3. Berikan antibiotik yang 3. Pemberian antibiotik
dari skala 2 ke sesuai dapat mencegah
skala 4 infeksi

V. IMPLEMENTASI
Hari/ No. Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
Tgl Dx
Senin I 16.00 Mengukur TTV S : pasien bersedia diukur Henny
10 dan TTV
Mei III O:
2021 TD : 100/60 mmHg
S : 36,5 ̊C
N : 98 x/menit
RR : 18 x/menit

Senin I 16.10 Mengkaji skala nyeri pasien S : pasien mengatakan Henny


10 nyeri pada daerah luka
Mei operasi di perut sebelah
2021 kanan bawah, nyeri
dirasakan seperti ditusuk-
tusuk, skala nyeri 6 (dari
0-10), nyeri dirasakan
terus-menerus, nyeri
bertambah jika pasien
berubah posisi dari
telentang ke miring
kanan atau kiri, nyeri
berkurang jika pasien
tidur terlentang
O:
KU lemah
Pasien tampak meringis

Senin III 16.15 Mengkaji tanda-tanda infeksi S : pasien mengatakan Henny


10 tidak demam
Mei O:
2021 terdapat luka operasi
pada perut kuadran kanan
bagian bawah, keadaan
luka tertutup balutan,
panjang luka ± 5 cm,
tidak tampak rembesan
darah pada balutan, tidak
tampak kemerahan
maupun bengkak di
sekitar balutan luka
operasi

Senin I 16.20 Mengajarkan teknik relaksasi S : pasien mengatakan Henny


10 nafas dalam mau berlatih teknik nafas
Mei dalam
2021 O:
pasien tampak berlatih
teknik nafas dalam

Senin II 17.00 Mengkaji aktivitas yang bisa S : pasien mengatakan Henny


10 dilakukan pasien sudah mencoba miring ke
Mei kiri saja
2021 O:
KU lemah
pasien tampak miring ke
kiri di tempat tidur

Senin II 17.10 Membantu pasien mobilisasi S : pasien mengatakan Henny


10 miring ke kiri dan kanan sudah bisa miring ke kiri
Mei dan kanan secara
2021 perlahan-lahan
O:
pasien tampak miring ke
kiri dan kanan sendiri

Senin III 18.00 Memberikan injeksi Rycef 1 S : pasien bersedia Henny


10 gram i.v diberikan injeksi
Mei O:
2021 tidak ada tanda-tanda
alergi obat

Selasa I 09.00 Mengukur TTV S : pasien bersedia diukur Henny


11 dan TTV
Mei III O:
2021 TD : 100/70 mmHg
S : 36,2 ̊C
N : 90 x/menit
RR : 18 x/menit

Selasa I 09.15 Mengkaji skala nyeri pasien S : pasien mengatakan Henny


11 nyeri pada daerah luka
Mei operasi di perut sebelah
2021 kanan bawah, nyeri
dirasakan seperti ditusuk-
tusuk, skala nyeri 5 (dari
0-10), nyeri dirasakan
terus-menerus, nyeri
bertambah jika pasien
berubah posisi dari
telentang ke miring
kanan atau kiri, nyeri
berkurang jika pasien
tidur terlentang
O:
KU lemah
Pasien tampak meringis

Selasa III 09.20 Mengkaji tanda-tanda infeksi S : pasien mengatakan Henny


11 tidak demam
Mei O:
2021 terdapat luka operasi
pada perut kuadran kanan
bagian bawah, keadaan
luka tertutup balutan,
panjang luka ± 5 cm,
tidak tampak rembesan
darah pada balutan, tidak
tampak kemerahan
maupun bengkak di
sekitar balutan luka
operasi
Selasa I 09.30 Mengajarkan teknik relaksasi S : pasien mengatakan Henny
11 nafas dalam mau berlatih teknik nafas
Mei dalam
2021 O:
pasien tampak berlatih
teknik nafas dalam

Selasa III 10.00 Memberikan injeksi Rycef 1 S : pasien bersedia Henny


11 gram i.v diberikan injeksi
Mei O:
2021 tidak ada tanda-tanda
alergi obat

Selasa II 11.00 Mengkaji aktivitas yang bisa S : pasien mengatakan Henny


11 dilakukan pasien sudah bisa miring ke kiri
Mei dan kanan, pasien ingin
2021 mencoba berdiri
O:
KU lemah
pasien tampak miring ke
kiri dan ke kanan di
tempat tidur

Selasa II 11.30 Membantu pasien mobilisasi S : pasien mengatakan Henny


11 duduk dan berdiri nyeri luka operasi saat
Mei duduk
2021 Pasien mengatakan nyeri
luka operasi dan pusing
saat mencoba berdiri
O:
Pasien tampak duduk
sambil meringis, lalu
pasien berdiri sambil
memegang side guard
tempat tidur

Selasa II 12.00 Membantu pasien mobilisasi S : pasien mengatakan Henny


11 jalan pusing dan nyeri luka
Mei operasi yang dirasakan
2021 saat berdiri sudah mulai
berkurang
O : pasien tampak berdiri
di samping tempat tidur
lalu mulai berjalan
perlahan-lahan
Rabu I 09.00 Mengukur TTV S : pasien bersedia diukur Henny
12 TTV
Mei O:
2021 TD : 110/70 mmHg
S : 36,2 ̊C
N : 86 x/menit
RR : 18 x/menit

Rabu I 09.15 Mengkaji skala nyeri pasien S : pasien mengatakan Henny


12 nyeri pada daerah luka
Mei operasi di perut sebelah
2021 kanan bawah, nyeri
dirasakan seperti ditusuk-
tusuk, skala nyeri 4 (dari
0-10), nyeri dirasakan
terus-menerus, nyeri
bertambah jika pasien
berubah posisi/bergerak
O:
Pasien tampak meringis
saat berubah
posisi/bergerak

Rabu I 09.30 Menganjurkan pasien S : pasien mengatakan Henny


12 melakukan teknik relaksasi mau melakukan teknik
Mei nafas dalam saat nyeri nafas dalam saat nyeri
2021 O:
pasien tampak
melakukan teknik nafas
dalam saat berubah
posisi/bergerak

Rabu III 09.50 Mengkaji tanda-tanda infeksi S : pasien mengatakan Henny


12 tidak demam
Mei O:
2021 terdapat luka operasi
pada perut kuadran kanan
bagian bawah, keadaan
luka tertutup balutan,
panjang luka ± 5 cm,
tidak tampak rembesan
darah pada balutan, tidak
tampak kemerahan
maupun bengkak di
sekitar balutan luka
operasi

Rabu III 10.00 Memberikan injeksi Rycef 1 S : pasien bersedia Henny


12 gram i.v diberikan injeksi
Mei O:
2021 tidak ada tanda-tanda
alergi obat

Rabu II 10.15 Mengkaji aktivitas yang bisa S : pasien mengatakan Henny


12 dilakukan pasien sudah bisa berjalan ke
Mei toilet dan di sekitar
2021 tempat tidur
O:
pasien tampak berjalan di
sekitar tempat tidur dan
ke toilet

Rabu III 12.00 Merawat luka operasi S : pasien bersedia Henny


12 appendectomy dirawat luka operasinya
Mei O:
2021 Luka operasi tampak
bersih, panjang luka ± 5
cm, tidak tampak
rembesan darah pada
luka operasi, tidak
tampak kemerahan
maupun bengkak di
sekitar luka operasi

Rabu I 14.00 Memberikan obat Asam S : pasien bersedia Henny


12 Mefenamat 500mg per oral minum obat
Mei O:
2021 tidak ada tanda-tanda
alergi obat

VI. EVALUASI
No Hari/ No. Jam Evaluasi Paraf
Tanggal Dx

1 Kamis I 09.00 S: Henny


13 Mei Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka
2021 operasi sudah berkurang
P : Luka operasi appendictomy
Q : Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
R : Perut sebelah kanan bawah
S : Skala nyeri 3 (dari 0-10)
T : Nyeri dirasakan hilang timbul, hanya saat
pasien berubah posisi/bergerak

O:
KU : baik
Pasien tampak tenang
Terdapat nyeri tekan pada perut di kuadran
kanan bawah
-TD : 110/70 mmHg
-Suhu : 36,2 ̊C
-Nadi : 76 x/menit
-RR : 18x/menit

A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
2 Kamis II 09.00 S: Henny
13 Mei Pasien mengatakan sudah bisa berjalan di sekitar
2021 tempat tidur, berjalan ke toilet, makan dan
minum bisa sendiri

O:
KU stabil
Pasien tampak makan dan minum mandiri
Pasien tampak berjalan ke toilet sendiri

A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
3 Kamis III 09.00 S: Henny
13 Mei -Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka
2021 operasi sudah berkurang
-Pasien mengatakan tidak demam

O:
Tampak luka operasi pada perut kuadran kanan
bagian bawah, keadaan luka tertutup balutan,
panjang luka ± 5 cm, tidak tampak rembesan
darah pada balutan, tidak tampak kemerahan
maupun bengkak di sekitar balutan luka operasi
-TD : 110/70 mmHg
-Suhu : 36,2 ̊C
-Nadi : 76 x/menit
-RR : 18x/menit

A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


BINA USADA BALI
SK MENDIKNAS RI. NOMOR 122/D/O/2007
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 351/SK/BAN-PT/ Akred/
PT/IV/2015
Kompleks Kampus MAPINDO Jl. Padang Luwih, Tegal Jaya Dalung - Badung
Telp. (0361) 9072036,Email: binausada@yahoo.com Web: binausadabali.ac.id

FORMAT STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama : NN.AS No. RM : xx
Umur : 18 Tahun Tgl MRS : 10/5/2021
Jenis kelamin : Perempuan Dx medis: post operasi appendectomy
Ruang : Tenun Rawat Inap Lantai III

Kondisi Klien:
Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi di perut sebelah kanan bawah.

Alasan Masuk Rumah Sakit


Pasien mengatakan pada tanggal 9 Mei 2021 malam hari ia merasa nyeri perut di sebelah
kanan bawah, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri terasa terus-menerus, pasien juga sempat
muntah sebanyak 2x. Keesokan harinya pada tanggal 10 Mei 2021 pagi hari pasien diantar
ibunya periksa ke poli bedah. Pasien disarankan untuk pemeriksaan USG perut, dan dari hasil
USG perut didapatkan pasien menderita appendicitis. Dokter menyarankan pasien untuk
MRS dan akan dilakukan tindakan operasi pada pukul 12.00.

Data Fokus
Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi di perut sebelah kanan bawah. Nyeri
dirasakan terus-menerus, nyeri bertambah jika pasien berubah posisi dari telentang ke miring
kanan atau kiri, nyeri berkurang jika pasien tidur terlentang. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk, skala nyeri 6 (dari 0- 10). Nyeri tersebut mengakibatkan pasien menjadi sulit
melakukan aktivitas sendiri.

Diagnosa Keperawatan (masalah)


Nyeri akut berhubungan dengan tindakan pembedahan dibuktikan dengan pasien mengatakan
nyeri pada daerah luka operasi di perut sebelah kanan bawah, nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk, skala nyeri 6 (dari 0-10), nyeri dirasakan terus-menerus, nyeri bertambah jika pasien
berubah posisi dari telentang ke miring kanan atau kiri, nyeri berkurang jika pasien tidur
terlentang, pasien tampak meringis, terdapat nyeri tekan pada perut di kuadran kanan bawah.

Tujuan Khusus : tujuan yang akan dicapai, kriteria hasil


Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri berkurang
dan kontrol nyeri meningkat dengan kriteria hasil:
NOC Label: Tingkat Nyeri
1. Nyeri yang dilaporkan dari skala 3 ke skala 4 yg ditandai dengan pasien mengatakan nyeri
berkurang
2. Ekspresi nyeri wajah dari skala 3 ke 4 ditandai dengan pasien tidak meringis

Tindakan keperawatan: Mengukur TTV


SOP Mengukur TTV
Pengertian Pemeriksaan tanda vital (Vital Sign) merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya
perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi
pernafasan dan tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada
fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat
menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh; denyut nadi dapat menunjukkan
perubahan pada sistem kardiovaskuler; frekuensi pernafasan dapat menunjukkan
fungsi pernafasan; dan tekanan darah dapat menilai kemampuan system
kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.
Tujuan  Untuk mengetahui adanya kelainan pada pasien
 Mengetahui kondisi dan perkembangan vital sign pasien
 Mengetahui frekuensi, irama pernafasan, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu
tubuh pasien
Peralatan 1. Handscoon
2. Thermometer air raksa
3. 3 botol masing-masing berisi: Cairan sabun, cairan desinfektan, air bersih
4. Tissue
5. Tensimeter : Spingmomanometer/tensi air raksa
6. Stetoskop
7. Jam tangan/stopwatch
8. Baki beserta alasnya
9. Bengkok 
10. Grafik perkembangan vital sign
11. Alat lulis
Prosedur Tahap Pra Interaksi
1. Menyiapkan alat dan pasien dengan benar 
Pelaksanaan
2. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar dan posisi pemeriksa dengan
benar 
 Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik 
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Memberikan kesempatan pasien bertanya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
 Tahap Kerja
1. Mencuci tangan
2. Menjaga privasi pasien
3. Atur posisi yang nyaman : duduk atau berbaring dengan posisi tangan rileks
4. Memakai sarung tangan
5. Memposisikan perawat di sisi sebelah kanan pasien
6. Keringkan ujung thermometer. Kemudian turunkan air raksa sampai skala nol.
Sebelum meletakkan di aksila, bersihkan/keringkan aksila sebelah kiri pasien
terlebih dahulu dengan menggunakan tissue
7. Letakkan thermometer di aksila sebelah kiri. Selanjutnya sambil menunggu
naiknya air raksa pada thermometer lakukan pemeriksaan nadi, pernafasan dan
tekanan darah dengan cara:
 Letakkan ujung tiga jari-jari tangan kecuali ibu jari pada arteri/nadi yang
akan diukur, (mulai dari radialis, brakhialis, carotis, dan temporalis) tekan
dengan lembut
 Hitung frekuensi nadi mulai hitungan nol (0) selama 30 detik (kalikan 2x
untuk memperoleh frekuensi dalam satu menit). Jika ritme nadi tidak teratur,
hitung selama satu menit. Lanjutkan perhitungan pernafasan
 Lalu sembari memegang arteri radialis (seolah-olah masih menghitung denyut
nadi), hitung jumlah pernafasan klien selama 1 menit (naik turunnya dada
klien)
8. Selanjutnya siapkan pasien untuk pemeriksaan tekanan darah (persiapan tensi
meter)
9. Bebaskan area brakhialis dengan cara gulung lengan baju klien
10. Palpasi arteri brakhialis. Letakkan manset 2,5 cm di atas nadi brakhialis (ruang
antekubital)
11. Naikkan tekanan dalam manset sambil meraba arteri radialis sampai denyutnya
hilang kemudian tekanan dinaikkan lagi kurang lebih 30 mmhg.
12. Letakkan stetoskop pada arteri brakhialis pada fossa cubitti dengan cermat dan
tentukan tekanan sistolik 
13. Mencatat bunyi korotkoff I dan V atau bunyi detak pertama (sistole) dan terakhir
(diastole) pada manometer sebagaimana penurunan tekanan
14. Turunkan tekanan manset dengan kecepatan 4 mmhg/detik sambil mendengar
hilangnya pembuluh yang mengikuti 5 fase korotkof 
15. Ulang pengukuran 1 kali lagi dengan air raksa dalam spigmomanometer
dikembalikan pada angka 0. Lakukan tindakan seperti di atas
16. Kemudian membuka manset, melepaskan manset dan merapikan kembali
17. Melepaskan thermometer dari aksila, membaca kenaikan suhu, kemudian
mencuci thermometer ke dalam air sabun kemudian air desinfektan terakhir ke
air bersih
18. Keringkan thermometer dan turunkan kembali air raksanya
19. Merapikan kembali pasien dan alat-alat
20. Melepaskan handscoon
21. Mencuci tangan
Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
STRATEGI KOMUNIKASI
DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

ORIENTASI
Salam terapeutik
“Selamat pagi adik, saya perawat henny yang bertugas hari ini dari jam 8 s/d jam 2
siang nanti”

Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan adik pagi ini? Apa semalam bisa tidur?”

Kontrak (topik, waktu, tempat)


“ Pagi ini saya akan mengukur tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi dan pernafasan
adik sekitar 15-20 menit di ruangan ini, di tempat tidur adik. Tujuannya untuk mengetahui
berapa tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, dan pernapasan adik, apakah dalam batas
normal atau tidak, sehingga bias dipantau perkembangan kondisi adik. Bagaimana, apakah
adik bersedia? ”

FASE KERJA
“Pertama saya akan mengukur suhu tubuh adik. Saya naikkan lengan baju sebelah kiri ya dik.
Permisi, saya mau membersihkan ketiak adik dengan tisu terlebih dahulu, lalu saya letakkan
thermometer di ketiak adik, tolong dijepit sebentar ya.”
”Sambil menunggu pengukuran suhunya, saya akan menghitung denyut nadi dan pernafasan
adik.”
“Denyut nadi adik 86x per menit, denyutnya teratur. Sedangkan pernafasan adik 20x per
menit, irama nafas teratur. Untuk denyut nadi dan pernafasan adik dalam batas normal ya.”
“Selanjutnya saya akan mengukur tekanan darah adik. Lengan baju sebelah kanan saya
naikkan sedikit ya dik.”
“Tekanan darah adik 110/70 mmHg, dalam batas normal ya. Lengan bajunya saya turunkan
sekarang.”
“Sekarang saya ambil termometernya ya. Suhu tubuh adik 36,5 ̊C, adik tidak demam,
suhunya dalam batas normal. Lengan bajunya saya turunkan ya.”

TERMINASI
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif:
“Bagaimana perasaan adik setelah diukur tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, serta
pernafasannya? Selama tindakan apa adik ada keluhan?”
Evaluasi objektif:
TD : 110/70mmHg, suhu : 36,5C, frekuensi nadi : 86x/menit, frekuensi nafas : 20x/menit.

Tindak lanjut klien


“Tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi dan pernafasan adik semuanya dalam batas normal.
Terima kasih atas kerjasamanya selama tindakan ya dik.”

Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)


“Nanti 1 jam lagi kira-kira jam 13 saya akan kembali lagi ke ruangan ini untuk memberikan
obat injeksi antibiotik melalui infus adik. Nanti bila ada keluhan, silakan adik tekan belnya
ya. Saya permisi dulu.”

karena saya rasa mas sudah


lebih baik saya sudahi dulu
nanti saya akan
mengecek kembali suhu mas
pada jam 10 siang, disini yaa
untuk
mengobservasi kembali
apakah suhu tubuh sudah tidak
demam
karena saya rasa mas sudah
lebih baik saya sudahi dulu
nanti saya akan
mengecek kembali suhu mas
pada jam 10 siang, disini yaa
untuk
mengobservasi kembali
apakah suhu tubuh sudah tidak
demam
“karena saya rasa mas sudah
lebih baik saya sudahi dulu
nanti saya akan
mengecek kembali suhu mas
pada jam 10 siang, disini yaa
untuk
mengobservasi kembali
apakah suhu tubuh sudah tidak
demam”
“karena saya rasa mas sudah
lebih baik saya sudahi dulu
nanti saya akan
mengecek kembali suhu mas
pada jam 10 siang, disini yaa
untuk
mengobservasi kembali
apakah suhu tubuh suda

Anda mungkin juga menyukai