Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA GANGGUAN NUTRISI


Disusun Untuk Penugasan Mata Kuliah Praktek Klinik Keperawatan Dasar
Program Diploma III Keperawatan
Dosen pembimbing : Tunggul S, S.Kep.,Ners.,M.Kep

oleh

Nama : Putri Ayu

NIM : 19.130

Tingkat : II C

AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT DUSTIRA

CIMAHI

2020/2021

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Nutrisi)

1. Definisi

Kata Nutrisi berasal dari kata “nutrition” yang di Indonesia lebih dikenal dengan
sebutan “gizi” yang memiliki makna sebagai makanan yang menyehatkan. Nutrisi
atau zat gizi terdapat dalam asupan makanan yang dikonsumsi. Namun tidak semua
makanan yang dikonsumsi mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan, seperti makan yang mengandung
pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan, yang akan memberikan dapat negative
pada tubuh. (Dyah, 2018)
Nutrisi adalah zat zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidup nya dan menggunakan bahan-
bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya.
(Tarwoto dan Wartonah,2015)
Gizi (Nutrion) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, matabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi (Supariasa, 2012).
Dari beberapa referensi tentang definisi nutrisi dapat disimpulkan bahwa nutrisi
adalah zat zat gizi yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk
keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan melalui proses
digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, matabolisme, dan pengeluaran zat-zat
yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

2. Anatomi fisiologi Nutrisi

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal adalah sistem organ dalam manusia
yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan
energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan
yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar, rektum dan anus.
a) Mulut

merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk
untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai
macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
b) Tenggorokan (faring)

merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari


bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium
Tekak terdiri dari:
- Bagian superior Bagian yang sangat tinggi dengan hidung. Bagian superior
disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak
dengan ruang gendang telinga
- Bagian media Bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian media disebut
orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah
- Bagian inferior Bagian yang sama tinggi dengan laring. bagian inferior disebut
laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
c) Kerongkongan (esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga
disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan phagus –
“memakan”). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke6 tulang belakang.
Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus)
d) Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu :
- Kardia.
- Fundus.
- Antrum
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung
berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzimenzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :
1. Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2. Asam klorida (HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang
tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

e) Usus halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan
sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus
halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler),
lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar). Usus
halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus
dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan
organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.
pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua
belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke
dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh
usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
2. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong
berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas
permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan
dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit
untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa
Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti
“kosong”.
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
f) Usus besar (kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
1. Kolon asendens (kanan)
2. Kolon transversum
3. Kolon desendens (kiri)
4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah
diare.

g) Rektum 

Rektum merupakan bagian dari usus besar yang berada di bagian akhir. Bagian
sempit tersebut akan mengarah ke anus untuk saluran sisa makanan. Area ini
termasuk rentan terkena gangguan kanker. Selain itu, gangguan
pada rektum tersebut jika juga terjadi pada usus besar, maka disebut dengan
kanker kolorektal. Organ terakhir dari usus besar pada beberapa
jenis mamalia yang berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
h) Anus

Anus adalah bagian terakhir dari saluran pencernaan. Panjang anus adalah kira-
kita 4-5 cm. Anus memainkan peranan penting untuk defekasi. Sekiranya terjadi
kelainan,defekasi tidak dapat berlangsung normal.Terdapat beberapa otot yang
membantu anus agar defekasi lancar seperti m.puborektal merupakan bagian dari
otot levator ani,sfingter ani eksternus (otot lurik) dan sfingter ani internus (otot
polos).Anus dubur, atau lubang bokong adalah sebuah bukaan dari rektum ke
lingkungan luar tubuh. Anus manusia terletak di bagian tengah bokong,
bagian posterior dari peritoneum. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh
otot sphinkter. Terdapat dua otot sphinkter anal (di sebelah dalam dan luar). Otot
ini membantu menahan feses saat defekasi. Salah satu dari otot sphinkter
merupakan otot polos yang bekerja tanpa perintah, sedangkan lainnya
merupakan otot rangka. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang
air besar) yang merupakan fungsi utama anus. Anus adalah pembukaan yang
dilewati oleh kotoran saat kotoran tersebut meninggalkan tubuh. Anus imperforata
terjadi ketika tidak adanya pembukaan di ujung saluran pencernaan atau tidak ada
lubang di anus. Saluran pencernaan mungkin akan berakhir di dalam kantong
tertutup di suatu tempat yang ada di dalam tubuh.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi

Menurut Alimul (2015) faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah


sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat memengaruhi
pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi
sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi.
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe
merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan
yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi
makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu
juga dapat memengaruhi status gizi.Misalnya di beberapa daerah, terdapat
larangan makan pisang dan papaya bagi para gadis remaja.Padahal, makanan
tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik.Ada pula larangan makan
ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan,
padahal ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kekurangan variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang
dibutuhkan secara cukup.Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada
remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.Oleh karena itu,
masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu
mencukupi kebutuhan gizi keluargannya dibandingkan masyarakat dengan
kondisi perekonomian rendah.
6. Penyakit
Beberapa penyakit tertentu dapat menyebabkan kekurangan nutrisi.

4. Masalah yang mungkin muncul

Masalah Kebutuhan Nutrisi Menurut Asmadi (2008) menuliskan secara umum,


gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas,
malnutrisi, diabetes militus, hipertensi, jantung coroner, kanker, dan anoreksia
nervosa.
1. Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan
yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko
penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme.
2. Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme
secara berlebih.
3. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari
20% berat badan normal.Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan
metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan
kalori.
4. Malnutrisi
Malnutrisi adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada
tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan tubuh.
5. Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
6. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan seperti penyebab dari obesitas, serta asupan
kalsium, natrium dan gaya hidup yang berlebihan.
7. Penyakit Jantung
Koroner Penyakit jantung coroner merupakan gangguan nutrisi yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Gangguan ini
sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas,
dan lain-lain.
8. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh konsumsi
lemak secara berlebihan. 9. Anoreksia Nervosa Anoreksia Nervosa merupakan
penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan
adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan
kelebihan energy

9. Anoreksia Nervosa
Anoreksia Nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri
abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energy

B. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Nutrisi


1. Pengkajian

a. Identitas
Identitas klien yang dikaji meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa. Identitas yang paling penting
untuk ketahui seorang perawat adalah usia pasien, karena ada beberapa penyakit
banyak terjadi pada klien di usia 60 tahun ke atas.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan adalah keluhan berat badan berlebih,
kelelahan, keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan mobilitas fisik, gula
darah yang tidak stabil, IGT dan IFG abnormal.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang berupa uraian mengenai penyakit yang diderita oleh klien
mulai dari timbulnya keluhan hingga klien menuju pelayanan kesehatan serta
pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana perubahannya dan data yang
didapat saat pengkajian. Kaji tentang sejak kapan terjadinya peningkatan berat badan
dan bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji tentang penentuan frekuensi dan jenis kegiatan, perkirakan keluaran energi,
penetuan keterbatasan dalam penerapan olahraga, penilaian kemauan dan kemampuan
untuk beraktivitas, penggunaan obat-obatan, riwayat mengkonsumsi alkohol dan
merokok
e. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan fisik: apatis, lesu.
b. Berat badan: obesitas, kurus (underweight).
c. Otot: flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.
d. Sistem saraf: bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun.
e.Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran
liver/lien.
f. Kariovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal, tekanan
darah rendah/tinggi.
g.Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
h.Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
i. Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane mukosa pucat.
j. Gusi: pendarahan, peradangan.
k. Lidah: edema, hiperemis.
l. Gigi: karies, nyeri, kotor.
m. Mata: konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
n. Kuku: mudah patah.
o. Pengukuran antropometri:
- Berat badan ideal : (TB-100) ± 10%
- Lingkar pergelangan tangan
- Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm

- Lipatan kulit pada otot trisep (TSF):


Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5 cm
Atau dapat dilakukan dengan metode “A, B, C, D” yakni sebagai berikut:
Pengkajian status nutrisi meliputi: anthropometric measurement (A), Biochemical
data (B), clinical sign (C), dan dietary history (D).
1. Anthropometric Measurement (A) Antropometri adalah suatu sistem pengukuran
ukuran dan susunan tubuh dan bagian khusus tubuh. Pengukuran antropometrik yang
membantu dalam mengidentifikasi masalah nutrisi termasuk :
a. Tinggi badan dan berat badan Pengukuran tinggi badan dan berat badan klien harus
diperoleh ketika masuk rumah sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan. Apabila
memungkinkan, klien harus ditimbang pada waktu yang sama setiap hari, pada skala
yang sama, dan dengan pakaian atau linen yang sama.
b. Lingkar pergelangan tangan
1) Digunakan untuk memperkirakan kerangka tubuh klien.
2) Ukuran kerangka adalah tinggi badan dibagi lingkar pergelangan tangan, hasilnya
dihitung nilai r
3) r = {tinggi badan (cm): lingkar pergelangan tangan (cm)}.
4) Wanita: nilai r > 11,0 (kecil); nilai r 10,1 sampai 11,0 (sedang), dan nilai r < 10,1
(besar).
5) Laki-laki: nilai r > 10,4 (kecil), nilai r 9,6 sampai 10,4 (sedang), dan < 9,6 (besar).
c. Lingkar lengan bagian tengah atas (mid-upper arm circumference, MAC)
1) Memperkirakan massa otot skelet.
2) Lengan non dominan klien direlaksasikan, dan lingkarnya diukur pada titik tengah,
antara ujung dari prosesus akromial skapula dan prosesus olekranon ulna.
d. Lipatan kulit tricep (triceps skinfold, TSF)
1) Digunakan untuk memperkirakan isi lemak dari jaringan subkutan.
2) TSF adalah pengukuran yang paling umum
3) Dengan ibu jari dan jari tengah, lipatan panjang dari kulit dan lemak yang
dipegang kira-kira 1 cm dari titik tengah MAC. Jepitan dari jangka lengkungan
lipatan kulit standar ditempatkan pada sisi lain dari lipatan lemak. Pengukuran rata-
rata diambil dari ketiga catatan. Area anatomi lain untuk pengukuran lipatan kulit
termasuk bisep, skapula, dan otot abdominal.
e. Lingkar otot lengan bagian tengah atas (mid-upper arm muscle circumference,
MAMC)  MAMC adalah perkiraan dari masa otot skelet, dihitung dari pengukuran
antropometrik MAC dan TSF. MAMC = MAC – (TSF x 3,14). Nilai untuk MAC,
TSF, dan MAMC dibandingkan dengan standar dan dihitung sebagai suatu persentase
standar.

2. Biochemical Data (B)


a. Tes laboratorium
Tes laboratorium biasanya digunakan untuk memelajari status nutrisi termasuk
ukuran protein plasma, seperti albumin, transferin, retinol yang mengikat protein,
total kapasitas ikatan zat besi, dan hemoglobin. Waktu respons untuk perubahan
dalam protein ini sebagai hasil jarak pemberian makan dari jam ke minggu.
Kebanyakan protein plasma memiliki waktu paruh >7 hari dan tidak akan
merefleksikan perubahan kurang dari seminggu.

b. Tes lain
Tes lain digunakan untuk menentukan status nutrisi termasuk ukuran imunitas,
seperti penundaan sensitivitas kutaneus, dan ukuran metabolisme protein, seperti
studi 24 jam nitrogen urea urine dan keseimbangan nitrogen.
3. Cinical Sign (C) Klien dengan masalah nutrisi akan memperlihatkan tanda-tanda
klinik yang jelas. Tanda-tanda abnormal tersebut bukan saja pada organ-organ
fisiknya, tetapi juga fungsi fisiologisnya.

Tabel 1.2 Tanda Klinis Status Nutrisi


Organ/sistem tubuh Tanda nutrisi baik Tanda nutrisi buruk
Pemampilan umum Sadar, responsive Lesu, apatis, kaheksia
Berat badan Normal untuk tinggi badan, Obesitas atau kurus
usia, bentuk tubuh
Postur Tegak, lengan dan tungkai Bahu kendur, dada cekung,
lurus punggung bungkuk
Otot Berkembang baik, kuat, tonus Tidak/kurang berkembang,
bagus, beberapa lemak di lemah, tonus buruk, edema,
bawah kulit tidak mampu berjalan dengan
baik
Kontrol sistem saraf Perhatian baik, refleks Kurang perhatian, iritabilitas,
normal, psikologis stabil bingung, tangan dan kaki
terasa terbakar dan
kesemutan, kehilangan posisi,
kelemahan dan nyeri otot,
penurunan atau kehilangan
refleks lutut dan tumit.
Fungsi gastrointestinal Nafsu makan dan pencernaan Anoreksia, tidak dapat
baik, eliminasi teratur dan mencerna, konstipasi atau
normal, tidak ada diare, pembesaran hati/limfa
organ/massa yang teraba
Fungsi kardiovaskular Denyut dan irama jantung Takikardia, pembesaran
normal, tidak ada mur-mur, jantung, irama tidak normal,
tensi normal tensi meningkat
Vitalitas umum Ketahanan, bertenaga, Mudah lelah, kurang energi,
kebiasaan tidur baik, kuat mudah tertidur, dan apatis
Rambut Bersinar, berkilau, kuat, tidak Rambut berserabut, kusam,
mudah dicabut, kulit kepala kusut, kering, tipis, dan kasar,
sehat depigmentasi, mudah rontok
Kulit (umum) Halus, sedikit lembab, warna Kasar, kering, bersisik, pucat,
baik, turgor baik berpigmen, iritasi, ruam,
kehilangan lemak subkutan
Wajah dan leher Merah muda, warna merata, Berminyak, diskolorasi,
halus, tidak ada bengkak bersisik, bengkak, kulit gelap
di pipi dan di bawah mata,
kulit sekitar hidung dan mulut
kasar
Bibir Halus, warna baik, lembab Kering, bersisik, kemerahan
(tidak pecah atau bengkak) atau bengkak (keilosis), lesi
sudut mulut, fisura atau skar
(stomatitis)
Mulut, membran mukosa Membran mukosa rongga Membran mukosa mulut
mulut warna merah muda lembut dan bengkak
sampai kemerahan
Gusi Warna merah muda, tidak Gusi bengkak dan mudah
bengkak atau berdarah berdarah, margin kemerahan,
inflamasi, gusi tertarik ke
belakang
Lidah Warna merah muda atau Bengkak, skarlet dan kasar,
kemerahan gelap, tidak warna magenta, seperti
bengkak, halus, terdapat daging (glositis), papila
papila di permukaan, tidak hiperemia dan hipertrofi,
ada lesi papila atrofi
Gigi Tidak berlubang dan nyeri, Karies tidak terisi, gigi tidak
terang dan lurus, bersih dan ada, permukaan terpakai,
tidak ada diskolorasi burik (flourosis), salah posisi
Mata Terang, jernih, bersinar, tidak Konjungtiva pucat &
ada luka di sudut membran, membran kemerahan
bulu mata lembab, warna (kunjungtivitis), kering, tanda
merah muda, pembuluh darah infeksi, bintik bitot,
terlihat atau tidak ada kemerahan, fisura sudut
benjolan pada jaringan atau kelopak mata (anular
sklera, tidak ada lingkaran palpebritis), membran mata
kelelahan di bawah mata kering (konjungtiva serosis),
kornea buram (kornea
serosis), kornea lunak
(keratomalasia)
Leher (kelenjar) Tidak ada pembesaran Pembesaran tiroid
kelenjar
Kuku Keras, merah muda Bentuk seperti sendok
(koilonisia), mudah patah,
berpunggung
Kaki, tungkai Tidak nyeri, lemah, atau Edema, nyeri betis,
bengkak, warna baik kesemutan, lemah
Kerangka Tidak ada malformasi Kaki bengkok, lutut menyatu,
deformitas dada pada
diafragma, skapula dan rusuk
menonjol

4. Dietary history (D)


a. Kebiasaan asupan makanan dan cairan: pilihan, alergi, masalah, dan area yang berhubungan
lainnya, seperti kemampuan klien untuk memperoleh makanan.
b. Tingkat aktivitas: untuk menentukan kebutuhan energi dan membandingkannya dengan
asupan makanan.
c. Faktor yang memengaruhi pola diet dan status nutrisi:
1) Status kesehatan: nafsu makan, anoreksia, dukungan nutrisi
2) Kultur dan agama: jenis makanan dan diet, jumlah, kebiasaan makanan etnik
3) Status sosial ekonomi: kecukupan ekonomi untuk menunjang harga makanan
4) Pilihan pribadi: kesukaan terhadap diet, makanan favorit atau yang dihindari, makanan
mewah (simbol status)
5) Faktor psikologis: motivasi untuk makan makanan yang seimbang, persepsi tentang diet,
makanan mempunyai nilai simbolik (susu/kelemahan, daging/kekuatan).
6) Alkohol dan obat-obatan: alkohol dan obat berlebihan berdampak pada defisiensi
nutrisi, memengaruhi organ gastrointestinal, menekan nafsu makan, menghabiskan zat gizi
yang tersimpan, dan mengurangi absorbsi zat gizi di dalam intestinal.
7) Kesalahan informasi dan keyakinan terhadap makanan: mitos terhadap makanan, minat
terhadap makanan, tekanan sebaya, keinginan untuk mengontrol pilihan diet. Keyakinan
terhadap makanan sering salah (yogurt lebih bernutrisi dari susu, kerang meningkatkan
potensi seksual, madu lebih menyehatkan daripada gula).
d. Catatan makanan dalam 24 jam, frekuensi makan yang membantu untuk menyusun pola
makanan sepanjang waktu.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul berdasarkan SDKI

1. Berat badan lebih berhubungan dengan gangguan kebiasaan makan


2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
3. Obesitas berhubungan dengan faktor keturunan
2. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
D.0018 L.03018 Observasi Observasi
- Identifikas 1. Untuk
Berat badan Berat badan i kebiasaan mengetahui
lebih Setelah dilakukan makan dan tentang
berhubungan tindakan keperawatan perilaku keadaan dan
dengan 3x24 jam maka makan kebutuhan
gangguan berat badan membaik yang akan nutrisi pasien
kebiasaan dengan kriteria hasil : diubah 2. Untuk
makan - Berat - Identifikas mengetahui
badan i kemajuan apakah klien
membaik modifikasi telah
- Tebal diet secara melaksanakan
lipatan regular program diet
kulit Terapeutik
membaik Terapeutik 1. Sebagai
- Indeks - Bina upaya
massa hubungan membina
tubuh terapeutik hubungan
membaik - Sepakati terapeutik
lama dengan
waktu keluarga
pemberian pasien
konseling 2. Untuk
- Gunakan tanggung
standar jawab pasien
nutrisi dan ajakan
sesuai unyuk
program kerjasama
diet dalam proses
Edukasi konseling
- Jelaskan 3. Untuk
program mencapai
gizi dan hasil yang
persepsi diinginkan
pasien Edukasi
terhadap 1. Untuk
diet yang mencapai atau
diprogram menjaga berat
kan badan yang
Kolaborasi terkontrol
- Rujuk Kolaborasi
pada ahli 1. Agar kondisi
gizi jika pasien pulih
perlu dan stabil
kembali
D.0019 L.06053 Obeservasi Observasi

Defisit nutrisi Status nutrisi - Identifikas 1. Untuk


berhubungan Setelah dilakukan i status mengetahui
dengan tindakan keperawatan nutrisi kekurangan
ketidakmampu 3x24 jam maka mobilitas Terapeutik nutrisi pasien
an mencerna gastrointestinal membaik - Lakukan 2. Pasien
makanan dengan kriteria hasil : oral cenderung
- Porsi hygiene mengalami
makan sebelum luka atau
yang makan, pendarahan
dihabiskan jika perlu gusi dan rasa
meningkat - Berikan tidak enak
- Kekuatan makanan pada mulut
otot tinggi serat dimana
pengunyah untuk menambah
meningkat mencegah anoreksia
- Kekuatan kostipasi 3. Untuk
otot - Monitor membantu
menelan asupan proses dalam
- Verbalisasi makanan pemenuhan
keinginan - Monitor kebutuhan
untuk berat nutrisi
meningkat badan 4. Dokumentasi
kan nutrisi Edukasi kan masuknya
- Pengetahu - Ajarkan oral selama
an tentang diet yang 24 jam,
pilihan diprogram riwayat
makanan kan makanan
yang sehat Kolaborasi 5. Untuk menilai
- Pengetahu - Kolaborasi keadaan berat
an tentang pemberian badan
minuman medikasi Edukasi
yang sehat sebelum 1. Kepatuhan
- Perasaan makan terhadap diet
cepat (mis. dapat
kenyang Pereda mencegah
menurun nyeri, komplikasi
- Nafsu antiemetik terjadinya
makan ) hipoglikemia
membaik atau
hiperglikemia
Kolaborasi
1. Untuk
mencegah
kekambuhan
pada saat
makan
D.0030 L.03018 Observasi Observasi
- Identifikas 1. Memahami
Obesitas Berat badan i kesiapan kemampuan
berhubungan Setelah dilakukan dan pasien dalam
dengan faktor tindakan keperawatan kemampua menerima
keturunan 3x24 jam maka berat n informasi
badan membaik dengan menerima
kriteria hasil : informasi 2. Mencegah
- Berat Terapeutik kepenatan dan
badan - Sediakan meningkatkan
membaik materi dan perasaan
- Tebal media sehat
lipatan edukasi
kulit - Jadwalkan 3. Mencegah
membaik pendidikan kepenatan
- Indeks kesehatan dalam
massa sesuai beristirahat
tubuh kesepakata dan
membaik n meningkatkan
- Beri pengetahuan
kesempata
n pada 4. Mengkaji
keluarga pengetahuan
untuk pasien dan
bertanya keluarga
Edukasi selama proses
- Jelaskan belajar
risiko
kondisi Edukasi
kegemuka
n 1. Untuk
(overweig mengetahui
penanganan
ht), dan dini
kurus terjadinya
(underwei obesitas
ght) Kolaborasi
Kolaborasi 1. Untuk
- Kolaborasi penurunan
dengan berat badan
dokter
dalam
pemberian
obat
penekan
nafsu
makan

DAFTAR PUSTAKA

Annisa,faida dkk.2016.pemeriksaan fisik head to toe.Jakarta Timur: Akademi


Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Alimul, A. 2010. Pengantar Pendidikan Keperawatan . Jakarta: Sagung Seto.
Bararah, Taqiyyah. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional Jilid 1. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.
Dyah, Umiyarni Purnamasari. 2018. Panduan Gizi & Kesehatan Anak Sekolah.
Yogyakarta:Penerbit Andi.
Hidayat,A.Aziz Alimul.2015.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2 Buku 2.
Jakarta:Salemba Medika.
Mardi, adi dan Sunarsih rahayu.2016.Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan
Kebutuhan Dasar Manusia II,Jakarta: pusdik SDM Kesehatan
PPNI 2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakart: DPP PPNI.
PPNI 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI 2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tarwoto & Wartonah. 2015.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai