Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DIAGNOSA MEDIK CA MAMAE

Disusun Oleh :

Eka Risky Amelia, S.Kep


Nim : P2205122

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS


WIYATA HUSADA SAMARINDA
PROGRAM PROFESI NERS
2023
BAB I
CA MAMAE

A. Definisi
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa
ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker
tidak terkontrol, maka sel-sel kanker bisa bermetastase pada bagian-bagian tubuh yang lain.
Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain
itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel
ductus maupun lobulusnya. (Kemenkes, 2017)
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan, sebelum gejala
berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan. Sebagian besar massa terlihat saat
terjadi benjolan di payudara dimana awalnya bersifat jinak dan terus berkembang dan
menyebar sehingga tidak terkendali. Analisi mikroskopis payudara diperlukan untuk diagnosis
definitis dan untuk mengetahui tingkat penyebaran (in situ atau invasif) dan ciri jenis
penyakitnya. Analisis mikroskopis jaringan didapat melalui biopsi jarum atau bedah. Biopsi
didasarkan pada klinis pasien individu faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan sumber daya
tertentu (American Cancer Soxiety, 2015).
B. Etiologi
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain :
1. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita
berusia 75 tahun

2. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko tertinggi
menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya
karsinoma pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3
kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya kanker payudara, yaitu
BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka
kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar
5. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun,
kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Semakin dini menarke,
semakin besar resiko Ca Mamae. Resiko menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali lebih besar
pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang tergantung kepada
usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan
tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama
lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca mammae dan
resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
7. Obesitas pasca menopause
Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan. Beberapa penelitian
menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae kemungkinan karena tingginya
kadar estrogen pada wanita yang obes.
8. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca
mammae.
9. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai
estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industry lainnya) mungkin
meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
10. DES (dietstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi
menderita Ca Mamae
11. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-
kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
12. Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium dan kanker usus besar
serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca
Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).
C. Klasifikasi
Klasifikasi Stadium
Stadium Ca mammae ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American Joint
Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk Ca mammae yaitu :
1. Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara
tanpa tumor
T1 Tumor 2 cm atau kurang
pada dimensi terbesar
T1mic Mikroinvasi 0.1 cm atau
kurang pada dimensi
terbesar
T1 a Tumor lebih dari 0.1 cm
tetapi tidak lebih dari 0.5
cm pada dimensi terbesar

T1b Tumor lebih dari 0.5 cm


tetapi tidak lebih dari 1 cm
pada dimensi terbesar
T1c Tumor lebih dari 1 cm
tetapi tidak lebih dari 2 cm
pada dimensi terbesar
T2 Tumor lebih dari 2 cm
tetapi tidak lebih dari 5 cm
padadimensi terbesar
T3 Tumor berukuran lebih dari
5 cm pada dimensi terbesar
T4 Tumor berukuran apapun
dengan ekstensi langsung
ke dinding dada / kulit

T4a Ekstensi ke dinding dada,


tidak termasuk otot
pectoralis
T4b Edema (termasuk peau
d’orange) atau ulserasi
kulit payudara atau satellite
skin nodules pada payudara
yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma

Gambar 1.5
Stadium
tumor Ca
mammae
(Sumber :
American
Cancer Soxiety, 2015)

2.Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)


N0: tidak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1: metastasis kelenjar limfe regional
N2: Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau KGB mamaria
interna yang terdekteksi secara klinis* jika tidak terdapat metastasis KGB aksila secara
klinis.
N3 : Metastatis pada KGB infraklavikula iplateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB
aksila aau pada KGB mamaria interna yang terdeteksi secara klinis dan jika terdapat
metastasi KGB aksila secara klinis atau metastasis pada KGB supraklivkula ipsilateral
dengan atau tanpa keterlibatan KGB kasila atau mamaria interna.

3. Metastasis Jauh (M)


a. Mx Metastasis jauh tak dapat dinilai
b. M0 Tak ada metastasis jauh
4. Pengelompokan Stadium
c. M1 Terdapat Metastasis jauh

Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium 1A T1 N0 M0
Stadium 1B T0 N1 M0
T1 NI M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1- M0
N2
Stadium IIIB T4 N1- M0
N2
Stadium IIIC Semua N3 M0
T
Stadium IV Semua Semua M1
T N

a.Stadium 0
Dikatakan stadium 0 karena kanker masih berada di pembuluh/saluran payudara serta
kelenjar susu, belum mengalami penyebaran keluar dari area tersebut

b.Stadium 1
Stadium 1 A

Gambar 1.7 Stadium 1 A


(Sumber : Soleha, 2017)
Ukurannya masih sangat kecil dan tidak menyebar serta belum ditemukannya pada
pembuluh getah bening.
Stadium 1B
Gambar 1.8 Stadium 1B (Sumber : Soleha, 2017)

Kanker payudara stadium 1B berarti bahwa sel kanker payudara dalam bentuk yang
kecil ditemukan pada kelenjar getah bening dekat payudara. Tidak ada tumor dalam
payudara, atau umor memiliki ukuran lebih kecil dari 2cm.
c.Stadium 2
Stadium 2A

Gambar 1.9 Stadium 2A (Sumber : Soleha, 2017)


1. Kanker berukuran lebih kecil dari 2cm, mulai ditemukan titik-titik pada getah
bening di area sekitar ketiak.
2. Kanker telah berukuran 2-5 cm, pada pembuluh getah bening belum terjadi
penyebaran titik-titik sel kanker
3. Titik-titik di pembuluh getah bening ketiak mulai ditemukan namun tidak ada
tanda tumor pada bagian payudara

Stadium 2 B
Gambar 2 Stadium 2B (Sumber : Soleha, 2017)

1. Kanker berukuran 2-5 cm


2. Titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak telah tersebar sel-sel kanker
payudara
3. Tumor telah berukuran 5 cm namun belum terjadi penyebaran

4. Stadium 3
Stadium 3A

Gambar 2.1 Stadium 3A (Sumber : Soleha, 2017)


Kanker telah berukuran < 5cm dan telah terjadi penyebaran sel-sel kanker pada titik-
titik pembuluh getah bening di ketiak
Atau

Gambar 2.2 Stadium 3A (Sumber : Soleha, 2017)


Tumor lebih besar dari 5cm dan bentuk kecil sel kanker payudara berada di kelenjar
getah bening.

Gambar 2.3 Stadium 3A


(Sumber : Soleha, 2017)
Tumor lebih dari 5 cm dan telah menyebar ke hingga 3 kelenjar getah bening di ketiak
atau ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada
Stadium 3B

Gambar 2.3 Stadium 3B

(Sumber : Soleha, 2017)


Terjadinya pembengkakan pada dinding dada yang juga sudah mulai adanya luka
yang menghasilkan nanah pada dada. Penyebarannya bisa sudah mengenai getah
bening di ketiak dan lengan atas
Stadium 3C.
Gambar 2.4 Stadium 3C

(Sumber : Soleha, 2017)

Telah dideteksi bahwa sel-sel kanker telah menyebat ke titik-titik pembuluh getah
bening yaitu sekitar 10 area getah bening telah tersebar sel-sel kanker, tepatnya
dibawah tulang selangka.
5.Stadium 4

Gambar 2.5 Stadium 4 (Sumber : Soleha, 2017)


Tidak diketahui telah berapa ukuran pasti sel kanker pada fase ini. Karena sel kanker
telah menyebar ke jaringan lainnya yang sulit untuk diketahui. Sel kanker yang
menyebar telah mulai menyebar ke berbagai lokasi, seperti tulang, paru-paru, hati dan
juga tulang rusuk.

D. Patofisiologi

Faktor resiko : Pertumbuhan sel abnormal


Genetic
Hormonal
Merokok, alcohol, pola makan Hyperplasia pada sel
mammae

CA MAMMAE
Mendesak jaringan sekitarnya Mensuplai nutrisi ke jaringan Mendesak pembuluh darah
Ca
Aliran terhambat hingga
Pembengkakan Mammae Pe ↓ hipermetabolisme jaringa terjadi hipoxia
lain →BB turun
Peningkatan massa tumor Bakteri patogen
Defisit Nutrisi

Keluar cairan putih di nanah


Tumor jinak

Tindakan pembedahan

Pre Op Efek anestesi Post Op

Ketidakefektifan
Stress psikologi Massa tumor Fisiologi Psikologi
Pola Nafas
mendesak
jaringan
Insisi jaringan Perubahan
mammae bentuk
Nyeri akut
mammae

Defisit
Ansietas Gangguan
Pengetahuan Citra Tubuh
Kerusakan Terputusnya
integritas otot/jaringan
Pendidikan kulit/jaringan sekitar aksila
kesehatan
Resiko Infeksi

E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
1. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
2. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan
3. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar putting susu,
mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara
4. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
5. Ada cairan yang keluar dari puting susu
6. Ada rasa sakit
7. Ada pembengkakan di daerah lengan
8. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
9. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati, serta
puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
10. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

F. Komplikasi
1. Metastase ke karingan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darah kapiler
2. Gangguan Neurovaskuler
3. Fibrosis Payudara
4. Kematian

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)

Gambar 1.6 Fine Needle Aspiration Biopsi


(FNAB)
(Sumber : Jitendra, 2017)
Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran 22–25 gauge
melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh cairan dari kista
payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada payudara. Setelah
dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara akan diperiksa di bawah
mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengecatan sampel. Sebelum
dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan pembersihan pada kulit payudara
yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba maka jarum halus tersebut di masukan
ke daerah benjolan. Apabila benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan
dengan panduan dari sistem pencitraan yang lain seperti mammografi atau USG. Setelah
jarum dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal, maka dilakukan aspirasi
melalui jarum tersebut. Pada prosedur FNAB seringkali tidak dilakukan pembiusan lokal
karena prosedur anastesi lebih memberikan rasa sakit dibandingkan pemeriksaan FNAB
itu sendiri. Selain itu, lidokain yang digunakan sebagai bahan anestesi bisa menimbulkan
artefak yang dapat terlihat pada pemeriksaan mikroskopis Hampir semua tumor dapat
dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang
terletak di dalam rongga tubuh unpalpable, dengan indikasi:
a. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan
b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku intraoperatif
c.Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan wanita lanjut usia
d.Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e.Penderita yang menolak operasi atau anestesi
f.Nodul–nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
g.Kasus Ca mammae stadium lanjut yang sudah inoperabel
h.Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB adalah metode
tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun insisi payudara. Hasil dapat
diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat segera mendapatkan terapi selanjutnya.
Keuntungan lain dari metode ini adalah biaya pemeriksaan lebih murah, rasa cemas dan
stress pasien lebih singkat dibandingkan metode biopsi. Kekurangan dari metode ini
hanya mengambil sangat sedikit jaringan atau sel payudara sehingga hanya dapat
menghasilkan diagnosis berdasarkan keadaan sel. Dari kekurangan tersebut, FNAB tidak
dapat menilai luasnya invasi tumor dan terkadang subtipe kanker tidak dapat
diidentifikasi sehingga dapat terjadi negatif palsu.
2. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang sangat
halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil jaringan. Kemudian
jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi maupun eksisi dilakukan
pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode biopsi eksisi maupun insisi ini
merupakan pengambilan jaringan yang dicurigai patologis disertai pengambilan
sebagian jaringan normal sebagai pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis metode
ini hampir 100% karena pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan kemungkinan
kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini memiliki kekurangan seperti harus
melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama
karena harus di insisi, menimbulkan bekas berupa jaringan parut yang nantinya akan
mengganggu gambaran mammografi, serta dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan
dan infeksi,
3. Mammografi dan ultrasonografi
Berperan dalam membantu diagnosis lesi payudara yang padat palpable maupun
impalpable serta bermanfaat untuk membedakan tumor solid, kistik dan ganas. Teknik
ini merupakan dasar untuk program skrinning sebagai alat bantu dokter untuk
mengetahui lokasi lesi dan sebagai penuntun FNAB. Menurut Muhartono (2012), FNAB
yang dipandu usg untuk mendiagnosis tumor payudara memiliki sensitivitas tinggi yaitu
92% dan spesifisitas 96%. Pemeriksaan ini mempergunakan linear scanner dengan
transduser berfrekuensi 5 MHz. Secara sistematis, scanning dimulai dari kuadran medial
atas dan bawah dilanjutkan ke kuadran lateral atas dan bawah dengan film polaroid pada
potongan kraniokaudal dan mediolateral oblik. Nilai ketepatan USG untuk lesi kistik
adalah 90–95%, sedangkan untuk lesi solid seperti FAM adalah 75–85%. Untuk
mengetahui tumor ganas nilai ketepatan diagnostik USG hanya 62–78% sehingga masih
diperlukan pemeriksaan lainnya untuk menentukan keganasan pada payudara.

4. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN


Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun secara
umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena biayanya mahal dan
memerlukan waktu pemeriksaan yang lam. Akan tetapi MRI dapat dipertimbangkan
pada wanita muda dengan payudara yang padat atau pada payudara dengan implant,
dipertimbangkan pasien dengan resiko tinggi untuk menderita Ca Mamae.
5. USG payudara
USG payudara dapat memberi gambaran jelas mengenai kondisi jaringan kelenjar
susu , tepi, ada tidaknya benjolan, ukuran, bentuk, sifat tumor, dan lainnya. Ketepatan
USG dalam mendiagnosa sekitar 80-85%
6. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan menggunakan antibody
sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan jaringan (tissue sections)
ataupun bentuk preparasi sel lainnya. IHK merupakan standar dalam menentukan subtipe
kanker payudara. Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara berperan dalam membantu
menentukan prediksi respons terapi sistemik dan prognosis.
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk karsinoma payudara adalah :
1. Reseptor hormonal yaitu reseptor esterogen (ER) dan reseptor progesterone (PR)
2. HER2
3. Ki-67

I. Penatalaksaan Farmakologi dan Non Farmakologi


1. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat kemo yang paling umum digunakan untuk Ca mammae dini meliputi antrasiklin
(seperti doxorubicin/Adriamycin dan epirubicin/Ellence) dan taxanes (seperti
paclitaxel/Taxol dan docetaxel/Taxotere). Ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan
obat-obatan tertentu lainnya, seperti fluorouracil (5-FU), siklofosfamid (Cytoxan), dan
carboplatin.Wanita yang memiliki gen HER2 dapat diberikan trastuzumab (Herceptin)
dengan salah satu taxanes. Pertuzumab (Perjeta) juga dapat dikombinasikan dengan
trastuzumab dan docetaxel untuk kanker HER2 positif. Banyak obat kemoterapi yang
berguna dalam mengobati wanita dengan Ca mammae stadium lanjut, seperti:
1) Docetaxel
2) Paclitaxel
3) Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
4) Vinorelbine (Navelbine)
5) Capecitabine (Xeloda)
6) Liposomal doxorubicin (Doxil)
7) Gemcitabine (Gemzar)
8) Mitoxantrone
9) Ixabepilone (Ixempra)
10) Albumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
11) Eribulin (Halaven)(Samiadi, 2017).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Terapi pada Ca mammae harus didahului dengan diagnosa yang lengkap dan akurat
( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi pada Ca mammae haruslah
dilakukan dengan pendekatan humanis dan komprehensif. Terapi pada Ca mammae
sangat ditentukan luasnya penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau
biomolekuler-signaling. Terapi pada Ca mammae selain mempunyai efek terapi yang
diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan (adverse effect), sehingga
sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan untung ruginya dan harus
dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan
mengenai faktor usia, co-morbid, evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan
seri pengobatan sistemik termasuk end of life isssues.
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan Ca
mammae. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
1) Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving surgery,
diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
2) Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : Ovariektomi,
Adrenalektomi, dsb.
3) Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
4)Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal atau regional
dapat dilakukan pada saat bersamaan setelah beberapa waktu
Jenis pembedahan pada Ca mammae:
1. Mastektomi
a. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara
termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening
aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi: Ca mammae stadium I, II,
IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi
neoajuvan untuk pengecilan tumor. (Kemenkes, 2017)
b. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks puting-
areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening aksilaris
level I, II, III secara en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan operasi
yang pertama kali dikenal oleh Halsted untuk Ca mammae, namun dengan
makin meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor yang
ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang lebih minimal.
Indikasi:
 Ca mammae stadium IIIb yang masih operable
 Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
c. Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu ataupun
ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa
meninggalkan prinsip bedah onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan
menggunakan jaringan autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau transverse
rectus abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan prosthesis seperti
silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun dua tahap, misal
dengan menggunakan tissue expander sebelumnya. (Kemenkes, 2017)

d. Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks
puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
1) Tumor phyllodes besar
2) Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif menghilangkan
tumor.
3) Penyakit Paget tanpa massa tumor
4) DCIS
e. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara, dengan
preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa diseksi kelenjar
getah bening aksila
indikasi:
1) Mastektomi profilaktik
2) Prosedur onkoplasti
f. Breast Conserving Therapy (BCT)
Pengertian BCT secara klasik meliputi : BCS (=Breast Conserving Surgery),
dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS adalah pembedahan atas
tumor payudara dengan mempertahankan bentuk (cosmetic) payudara,
dibarengi atau tanpa dibarengi dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan
adalah lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening
aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor secara
onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi sensasi. BCT
merupakan salah satu pilihan terapi lokal Ca mammae stadium awal. Beberapa
penelitian RCT menunjukkan DFS dan OS yang sama antara BCT dan
mastektomi. Namun pada follow up 20 tahun rekurensi lokal pada BCT lebih
tinggi dibandingkan Mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS. Sehingga
pilihan BCT harus didiskusikan terutama pada pasien Ca mammae usia muda.
Secara umum, BCT merupakan pilihan pembedahan yang aman pada pasien Ca
mammae stadium awal dengan syarat tertentu. Tambahan radioterapi pada BCS
dikatakan memberikan hasil yang lebih baik
Indikasi :
1) Ca mammae stadium I dan II.
2) Ca mammae stadium III dengan respon parsial setelah terapi neoajuvan
Kontra indikasi :
1) Ca mammae yang multisentris, terutama multisentris yang lebih dari 1
kwadran dari payudara.
2) Ca mammae dengan kehamilan
3) Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
4) Tumor di kuadran sentral (relatif)
Syarat :
1) Terjangkaunya sarana mamografi, potong beku, dan radioterapi.
2) Proporsi antara ukuran tumor dan ukuran payudara yang memadai.
3) Pilihan pasien dan sudah dilakukan diskusi yang mendalam (Kemenkes,
2017).
g. Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua ovarium dengan/
tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan secara terbuka ataupun per-
laparaskopi.Tindakan ini boleh dilakukan olehspesialis bedah umum atau
Spesiali Konsultan Bedah Onkologi, dengan ketentuan tak ada lesi primer di
organ kandungan.
Indikasi :
a. Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan mempunyai timyang
berpengalaman.( Spesialis bedah konsultan onkologi).
b. Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan reseptor hormonal
positif.
Catatan : Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif dapat dilakukan dalam
konteks penelitian klinis dan harus mendapatkan ethical clearance dari lembaga
yang berwenang. (Kemenkes, 2017)

h. Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada Ca mammae.
Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para ahli, namun
dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup yang lebih panjang
bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu.Tindakan ini dilakukan pada Ca
mammae dengan metastasis kulit, paru, hati, dan payudara kontralateral.Pada
metastasis otak, metastatektomi memiliki manfaat klinis yang masih
kontroversi.
Indikasi:
a. Tumor metastasis tunggal pada satu organ
b. Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ sekitar
Syarat:
a. Keadaan umum cukup baik (status performa baik = skorWHO >3)
b. Estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan
c. Masa bebas penyakit > 36 bulan (Kemnkes, 2017)
2. Terapi Sistemik
a. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan
beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara bertahap
biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan
dengan efek samping yang masih dapat diterima. Hasil pemeriksaan
imunohistokimia memberikan beberapa pertimbangan penentuan regimen
kemoterapi yang akan diberikan. Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah
menjadi standar lini pertama (first line) adalah :
1. CHF
Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral)(dapat diganti injeksi
cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8 ), Methotrexate 50 mg / m2 IV,
hari 1 & 85 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8.
2. CAF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
3. CEF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
Regimen Kemoterapi
1. AC
Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1
Interval 3-4 minggu, 4 siklus
2. TA (Kombinasi Taxane – Doxorubicin)
Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1
3. ACT
TC
Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
4. Pilihan kemoterapi kelompok HER 2 negatif
Dose Dence AC + paclitaxel
Docetaxel cyclophospamide
5. Pilihan kemoterapi HER 2 positif
AC (Antharacycline) + TH (Taxotere dan Herceptin)
TCH (Taxotere, Carboplatin, Herceptin)
b. Terapi hormonal
Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam menentukan
pilihan kemo atau hormonal sehingga diperlukan validasi pemeriksaan
tersebut dengan baik. Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan
hormonal positif. Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV.
Pada kasus kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan
utamanya adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik
dari hormonal terapi..Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan
dibandingkan pemberian aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang sudah
menopause dan Her2-.Lama pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun.
(Kemnkes, 2017)
c. Terapi target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B.
Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan IHK yang
Her2 positif. Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih diutamakan pada
kasus-kasus yang stadium dini dan yang mempunyai prognosis baik (selama
satu tahun: tiap 3 minggu). Penggunaan anti VEGF atau m-tor inhibitor belum
direkomendasikan. (Kemnkes, 2017)
d. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana Ca
mammae. Radioterapi dalam tatalaksana Ca mammae dapat diberikan sebagai
terapi kuratif ajuvan dan paliatif.
Radioterapi Kuratif Ajuvan
Radioterapi pasca BCS (radioterapi seluruh payudara)
Indikasi
Radioterapi seluruh payudara pada pasca BCS diberikan pada semua kasus Ca
mammae (ESMO Level 1, grade A). Hal ini disebabkan radioterapi pada BCS
meningkatkan kontrol lokal dan mengurangi angka kematian karena Ca
mammae dan memiliki kesintasan yang sama dengan pasien Ca mammae
stadium dini yang ditatalaksana dengan MRM. Radioterapi seluruh payudara
dapat diabaikan pada pasien Ca mammae pasca BCS berusia > 70 tahun
dengan syarat: (ESMO Level 2, grade B, NCCN kategori 1). Reseptor estrogen
+ Klinis N0 T1 yang mendapat terapi hormonal (Kemenkes, 2017)

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CA MAMAE

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur (usia lebih dari 50 tahun beresiko terkena Ca mamae), jenis kelamin (jenis
kelamin perempuan sangat beresiko terkena Ca mammae dibandingkan dengan laki-laki),
agama, pendidikan, alamat, No. RM, pekerjaan, status perkawinan (wanita yang belum
menikah memiliki resiko untuk terkena Ca Mamae) tanggal MRS, tanggal pengkajian,
dan sumber informasi.
2. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik : Ca Mamae
2. Keluhan Utama :
Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini makin lama makin
mengeras
b. Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
c. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit
payudara jinak, hyperplasisa tipikal, dan pernah mengalami sakit bagian dada
sehingga mendapatkan terapi penyinaran
b. Alergi (obat, makanan, plester,dll)
Tidak ada
c. Imunisasi
Imunisasi lengkap
d. Kebiasaan/pola hidup/life style
Kebiasaan makan tinggi lemak
e. Obat-obat yang digunakan
Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3
kali lebih besar untuk menderita Ca mammae. Adanya keluarga yang mengalami ca
adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan klien
mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker
lainnya, seperti kanker ovarium dan kanker serviks
Genogram :
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak perempuannya menderita ca
mamae
5. Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien menganggap benjolan di payudara adalah hal yang biasa dan tidak perlu
untuk dibawa ke dokter
b. Pola Nutrisi/metabolic
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi karena klien susah
makan dan akibatnya klien tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya. Adanya
penurunan berat badan
c. Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit makan
d. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
Adanya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya rasa nyeri pada
payudara

Aktivitas Harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah
Ambulasi / ROM

Ket : 0: tergantung total, 1: bantuan petugas dan alat, 2: bantuan petugas, 3: bantuan alat,
4: mandiri
e. Pola Tidur & Istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri pada payudara yang ia
rasakan
f. Pola Kognitif & Perceptual
Biasanya klien mengalami pusing pasca bedah sehingga ada komplikasi pada kognitif,
sensorik maupun motorik
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Organ payudara merupakan alat vital bagi manusia. Kelainan atau kehilangan bahkan
adanya gangguan mengakibatkan klien tidak percaya diri, malu dan kehilangan haknya
sebagai wanita
h. Pola Seksual & Reproduksi
Biasanya ada sedikit gangguan dalam kebutuhan reproduksinya dan biasanya kurang
puas
i. Pola Peran & Hubungan
Ada gangguan dalam hubungan dengan keluarga maupun orang lain. Gangguan peran
pun ada karena klien tidak dapat melakukan perannya seperti biasa
j. Pola Manajemen Koping & Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan dan ada keputusasaan
k. Sistem Nilai & Keyakinan
Aktivitas spiritual pasien mengalami penurunan khusunya dalam melaksanakan ibadah
akibat dari nyeri dan ketidakmampuan melakukan aktivitas
6. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, RR, dan suhu
Pengkajian Fisik Head to toe
1. Kepala
Normal, kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital
dibagian posterior.
2. Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang tidak
adekuat
3. Telinga
Terlihat bersih dan tidak ada gangguan
4. Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan cuping hidung yang
disebabkan oleh sesak nafas karena kanker sudah bermetastase ke paru
5. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Biasanya gusi klien mudah terjadi
perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah. Lidah terlihat tampak pucat dan kurang
bersih. Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
6. Leher
Biasanya terdapat pembesaran getah bening
7. Dada
Adanya kelainan kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit jeruk), dumpling,
ulserasi atau tanda-tanda radang
8. Mamae
a. Inspeksi
Terdapat benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan berwarna merah, dan
payudara mengerut seperti kulit jeruk
b. Palpasi
Terasa benjolan keras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran kelenjar
getah bening diketiak
9. Abdomen
a. Inspeksi
Tidak ada pembesaran
b. Palpasi
Biasanya tidak terdapat bising usus
c. Perkusi
Biasanya hepar dan lien tidak teraba
d. Auskultasi
e. Tympani
10. Urogenital
Biasanya genitalia bersih dan tidak ada gangguan
11. Ekstremitas
Biasanya terjadi edema pada ekstremitas atas
12. Kulit dan kuku
Terjadi perubahan kelembapan kulit, dan turgor kulit tidak elastis
7. Pemeriksaan penunjang
1. Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna untuk
klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.
2. Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
3. CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang sulit
diperiksa dengan mammografi
4. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan kista
dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil komplemen dari
5. Mammografi.
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat untuk
mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan Ca Mamae antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma)
2. Defist nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk
makan)
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan fungsi atau struktur tubuh berubah/hilang
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1 Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri L.08066 I.08238 Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam, maka
dengan Agen pencedera Observasi
tingkat nyeri menurun, dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis (mis. Inflamasi,
Kriteria hasil skor frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
iskemia, neoplasma) (D.007) 2. Identifikasi skala nyeri
1 2 3 4 5 3. Identifikasi respons nyeri nonverbal
Gejala dan tanda mayor 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
Keluhan nyeri
Subjektif: memperingan nyeri
1. Mengeluh nyeri 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
Objektif:
Meringis tentang nyeri
1. Tampak meringis 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
Sikap protektif
2. Bersikap protektif (misal respon nyeri
waspada, posisi Gelisah 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
menghindari nyeri) hidup
3. Gelisah
Keluhan lelah 8. Monitor keberhasilan terapi
4. Frekuensi nadi meningkat komplementer yang sudah diberikan
Kesulitan tidur
5. Sulit tidur 9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Muntah/Mual
Gejala dan tanda minor Terapeutik
Subjektif:
(tidak tersedia) Ket: 1: Menurun, 2: Cukup Menurun, 3: Sedang, 1. Berikan teknik nonfarmakologis yntuk
4 : Cukup Meningkat, 5 : Meningkat mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
Objektif: hipnosis, akupresur, terapi musik,
Kriteria hasil skor biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
1. Tekanan darah meningkat
1 2 3 4 5
teknik imajinasi terbimbing, kompres
2. Pola napas berubah hangat/dingin, terapi bermain)
3. Nafsu makan berubah Frekuensi nadi 2. Kontrol lingkungan yang memperberat
Pola napas rasa nyeri (mis. suhu
4. Proses berpikir terganggu
ruangan,pencahayaan, kebisingan)
Tekanan darah
5. Menarik diri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
6. Berfokus pada diri sendiri 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
Nafsu makan dalam pemilihan strategi meredakan
7. Diaforesis nyeri
Pola tidur
Edukasi
Ket: 1:memburuk,2:cukup memburuk,3: sedang; 4:
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
cukup meningkat; 5: meningkat nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secaramandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

I.08243 Pemberian Analgesik


Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri
(mis.pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
Intensitas, frekuensi, durasi)
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
(mis. narkotika, non-narkotik,
atauNSAID) dengan tingkat keparahan
nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesic
5. Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgesik yang disukai
untuk mencapai analgesik optimal, jika
perlu
2. Perimbangkan penggunaan infus kontinu,
atau bolus opioid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
3. Tetapkan target efektifitas untuk
mengoptimalkan respons pasien
4. Dokumentasikan respons terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek sampingobat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgetik, sesuai indikasi

2 Defist nutrisi berhubungan Status Nutrisi I.03030 Manajemen Nutrisi I. 03119


dengan faktor psikologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi Observasi
(mis, stres, keengganan
membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
untuk makan)
2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Gejala dan tanda mayor
makanan
Kriteria hasil skor
Subjektif: (tidak tersedia) 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
1 2 3 4 5
Objektif: nutrient
Porsi makanan yang dihabiskan 4. Monitor asupan makanan
Berat badan menurum
Serum albumin 5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
minimal 10% di bawah
rentang ideal Ket: 1: memburuk,2:cukup memburuk,3: sedang; 4: cukup Terapeutik
meningkat; 5:meningkat 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
Gejala dan tanda minor
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis,
Subjektif: Kriteria hasil skor
piramida makanan
1. Cepat kenyang
1 2 3 4 5 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
setelahmakan
Frekuensi makan yang tepat
2. Kram/nyeri abdomen
Nafsu makan 4. Berikan suplemen makanan jika perlu
3. Nafsu makan menurun
Bising usus Edukasi
Objektif:
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Membrane
1. Bising usus hiperaktif mukosa 2. Ajarkan diet yang diprogramkan

Ket: 1: memburuk, 2:cukup memburuk 3: sedang; 4: cukup Kolaborasi


2. Otot pengunyah lemah
membaik; 5: membaik 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
3. Otot menelan lemah makan (mis, Pereda nyeri, antiemetik),

4. Membran mukosa pucat jika perlu


Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
5. Sariawan
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
3 Gangguan citra tubuh Kriteria hasil skor PROMOSI CITRA TUBUH (I.09305)
berhubungan dengan fungsi 1 2 3 4 5
Observasi
atau struktur tubuh
Melihat bagia tubuh
berubah/hilang (D.0083)
Menyentuh bagian tubuh 1. Identifikasi harapan citra tubuh
Gejala dan tanda mayor
berdasarkan tahap perkembangan
Subjektif: mengungakpan Verbalisasi kehilangan bagian 2. Identifikasi budaya, agama, jenis kelami,
kecatattan/ kehilangan bagia tubu
tubuh dan umur terkait citra tubuh
Objektif: Citra Tubuh L.09067 3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang
1. kehilangan bagian tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan citra tubuh mengakibatkan isolasi sosial
2. Fungsi/ struktur tubuh meningkat dengan kriteria hasil 4. Monitor frekuensi pernyataan kritik
berubah/ hilang Ket: 1: memburuk,2:cukup memburuk,3: sedang; 4: cukup tehadap diri sendiri
Gejala dan Tanda Minor meningkat; 5:meningkat 5. Monitor apakah pasien bisa melihat
Subyjektif: bagian tubuh yang berubah
1. Tidak mau
mengungkapkan Terapiutik

kecatatannya/ kehilangan
6. Diskusikan perubahn tubuh dan fungsinya
bagian tubuh
7. Diskusikan perbedaan penampilan fisik
2. Mengungkapkan perasaan
terhadap harga diri
negatif tentang perubahan
8. Diskusikan akibat perubahan pubertas,
tubuh Ket: 1: meningkat, 2. Cuckup meningkat, 3. Sedang, 4. kehamilan dan penuwaan
3. Mengungkapkan Cukup menurun, 5. mnurun 9. Diskusikan kondisi stres yang
kekhawatiran pada Kriteria hasil skor mempengaruhi citra tubuh (mis.luka,
penolakan/ reaksi orang lain 1 2 3 4 5 penyakit, pembedahan)
4. Mengungkapkan 10. Diskusikan cara mengembangkan harapan
Verbalisasi perasaan negatif
perubahan gaya hidup tentang perubahan tubuh citra tubuh secara realistis
Obyektif: Fokus pada bagian tubuh 11. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga
1. Menyembunyikan/ tentang perubahan citra tubuh
Menyembunyikan bagiann tubuh
menunjukkna bagian tubuh
Edukasi
secara berlebihan Ket: 1. Memburuk, 2. Cukup buruk, 3. Sedang, 4. Cukup
2. Mengindari melihat dan/
Kriteria hasil skor 12. Jelaskan kepad keluarga tentang
atau menyentuh bagian
1 2 3 4 5 perawatan perubahan citra tubuh
tubuh
13. Anjurka mengungkapkan gambaran diri
Respon nonverbal pada
3. Fokus berlebihan pada
perubahan tubut terhadap citra tubuh
perubahan tubuh
Hubungan sisoal 14. Anjurkan menggunakan alat bantu( mis.
4. Rspon nonverbal pada
Pakaian , wig, kosmetik)
membaik 5. membaik
perubahan dan persepsi
15. Anjurkan mengikuti kelompok
tubuh
pendukung( mis. Kelompok sebaya).
5. Fokus pada penampilan
16. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
dan kekuatan masa lalu
17. Latih peningkatan penampilan diri (mis.
6. Hubungan sosial berubah
berdandan)
1.
18. Latih pengungkapan kemampuan diri
kepad orang lain maupun kelompok

4 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam Ansietas menurun Reduksi Ansietas:
dengan krisis situasional dengan kriteria hasil: Observasi
(D.0080) 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Kriteria hasil skor
Gejalan dan tanda mayor (mis. Kondisi, waktu, stresor)
1 2 3 4 5
Subjektif: 2. Identifikasi kemampuan mengambil
1. merasa bingung Prilaku gelisah keputusan
2. merasa khawatir dengan Keluhan pusing 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
akibat dari kondisi yang Perilaku tegang non verbal)
dihadapi Tremor Terapeutik
3. sulit berkonsentrasi 4. Ciptakan suasana terapeutik untuk
Objektif: Ket: 1. Meningkat, 2. Cukup meningkat, 3. Sedang, 4. menumbuhkan kepercayaan
1. tampak gelisah Cukup menurun. 5. Menurun 5. Temani pasien untuk mengurangi
2. tampak tegang kecemasan, jika memungkinkan
3. sulit tidur 6. Pahami situasi yang membuat ansietas
Gejala dan tanda minor 7. Dengarkan denag penuh perhatian
Subjektif 8. Gunakan pendekatan yang tenang dan
1. Mengeluh pusing menyakinkan
2. Anoreksia 9. Tempatkan barang pribadi yang
3. Palpitasi memberikan kenyamanan
4. Merasa tidak berdaya 10. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
Objektif memicu kecemasan
1. Frekuensi nafas meningkat 11. Diskusikan perencanaan realistis tentang
2. Frekuensi nadi meningkat peristiwa yang akan datang
3. Tekanan darah meningkat Edukasi
4. Diaforesis 12. Jelaskan prosedur, termasuk sensai yang
5. Tremor mungkin dialami
6. Muka tampak pucat 13. Informasikan secara faktual mengenai
7. Suara bergetar diagnosis, pengobatan, dan prognosis
8. Kontak mata buruk 14. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
9. sering berkemih pasien, jika perlu
10. Berorientasi pada masa 15. Anjukan untuk melakukan kegiatan yang
lalu tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
16. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
17. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
18. Latih pengguanan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
19. Latihan teknik relaksasi
Kolaborasi
20. Kolaborasi pemberian obat antiansietas
DAFTAR PUSTAKA
Administrator. (2012). Kanker Payudara. https://bukusakudokter.org/2012/11/04/ca-mamae-
kanker-payudara/. [diakses tanggal 8 Januari 2018].
American Cancer Society. 2015. Breast cancer facts and figure 2015-2016. Diambil dari
https://www.cancer.org/content/dam/cancer-org/research/cancer-facts-and-statistics/
breast-cancer-facts-and-figures/breast-cancer-facts-and-figures-2015-2016.pdf [diakses
pada 8 januari 2018].
Bioherbaka. (2016). Tinjauan Medis: Cara Mengencangkan Payudara.
http://bioherbaka.com/tinjauan-medis-cara-mengencangkan-payudara.html. [diakses
tanggal 14 Januari 2017].
Buku saku dokter. 2017.Ca mammae atau Ca mammae. Diambil dari
https://bukusakudokter.org/2012/11/04/ca-mamae-kanker-payudara/ [Diakses pada 8 Januari
2018].
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher., Joanne M. Dochterman., cheryl M. Wagner. 2013.
Nursing Interventions Classification (NIC). 6th Edition. Singapore: Mosby, Elsevier Inc.
Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Interventions
Classification (NIC). Edisi Ke-6. Indonesia: CV Mocomedia.
Erik, T. (2005). Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta: Gramedia.
Irmayanti, U. 2016. Anatomi Fisiologi Masa Nifas. Diambil dari
https://sites.google.com/site/ulfhairmayyy05/anatomi-dan-fisiologi-payudara [Diakses
pada 8 Januari 2018].
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf. [diakses tanggal 8 Januari 2018].
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj11KP54
dHYAhVEro8KHSwAB-UQFggoMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.depkes.go.id
%2Fdownload.php%3Ffile%3Ddownload%2Fpusdatin%2Fbuletin%2Fbuletin-
kanker.pdf&usg=AOvVaw35Jb54sFMKwOES38rnotah. [diakses tanggal 12 Januari
2017].
Konsula Amarta Nusantara. (2016). Kanker Payudara. https://www.konsula.com/blog/kanker-
payudara/komplikasi-kanker-payudara/. [diakses tanggal 9 Januari 2018].
Lusiana, Bidan. (2017). Patofisiologi dan Proses Terjadinya Sel-Sel Kanker Payudara.
https://bidanlusiana.com/kanker-payudara/patofisiologi-kanker-payudara/. [diakses
tanggal 9 Januari 2018].
Modern Cancer Hospital Guangzhou. (2015). Diagnosis Kanker Payudara.
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/breast-cancer-diagnosis/.
[diakses tanggal 9 Januari 2018].
Moorhead, Sue., Marion Johnson., Meridean L. Maas., Elizabeth Swanson. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Mosby, Elsevier Inc.
Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Edisi Ke-5. Indonesia: CV Mocomedia.
Pandik. (2018). Laporan Pendahuluan Ca Mamae (Carsinoma Mamae) / Kanker Payudara.
https://www.academia.edu/14732106/LAPORAN_PENDAHULUAN_CA_MAMMAE_
CARSINOMA_MAMMAE_KANKER_PAYUDARA?auto=download. [diakses tanggal
8 Januari 2018].
Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M. (1995). Buku 1 Patofisiologi “Kosep Klinis Proses-Proses
Penyakit”, edisi : 4. Jakarta : EGC.
Samiadi, Lika Aprilia. (2017). Komplikasi Pengobatan Kanker Payudara.
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/kanker-payudara/komplikasi-pengobatan-kanker-
payudara/. [diakses tanggal 9 Januari 2018].
Sjamsuhidayat, R dan De Jong W. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Syaiffudin. (2010). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan &
Kebidanan, Ed. 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai