Disusun Oleh :
A. Definisi
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa
ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker
tidak terkontrol, maka sel-sel kanker bisa bermetastase pada bagian-bagian tubuh yang lain.
Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain
itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel
ductus maupun lobulusnya. (Kemenkes, 2017)
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan, sebelum gejala
berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan. Sebagian besar massa terlihat saat
terjadi benjolan di payudara dimana awalnya bersifat jinak dan terus berkembang dan
menyebar sehingga tidak terkendali. Analisi mikroskopis payudara diperlukan untuk diagnosis
definitis dan untuk mengetahui tingkat penyebaran (in situ atau invasif) dan ciri jenis
penyakitnya. Analisis mikroskopis jaringan didapat melalui biopsi jarum atau bedah. Biopsi
didasarkan pada klinis pasien individu faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan sumber daya
tertentu (American Cancer Soxiety, 2015).
B. Etiologi
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain :
1. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita
berusia 75 tahun
2. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko tertinggi
menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya
karsinoma pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3
kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya kanker payudara, yaitu
BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka
kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar
5. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun,
kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Semakin dini menarke,
semakin besar resiko Ca Mamae. Resiko menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali lebih besar
pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang tergantung kepada
usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan
tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama
lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca mammae dan
resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
7. Obesitas pasca menopause
Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan. Beberapa penelitian
menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae kemungkinan karena tingginya
kadar estrogen pada wanita yang obes.
8. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca
mammae.
9. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai
estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industry lainnya) mungkin
meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
10. DES (dietstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi
menderita Ca Mamae
11. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-
kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
12. Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium dan kanker usus besar
serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca
Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).
C. Klasifikasi
Klasifikasi Stadium
Stadium Ca mammae ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American Joint
Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk Ca mammae yaitu :
1. Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara
tanpa tumor
T1 Tumor 2 cm atau kurang
pada dimensi terbesar
T1mic Mikroinvasi 0.1 cm atau
kurang pada dimensi
terbesar
T1 a Tumor lebih dari 0.1 cm
tetapi tidak lebih dari 0.5
cm pada dimensi terbesar
Gambar 1.5
Stadium
tumor Ca
mammae
(Sumber :
American
Cancer Soxiety, 2015)
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium 1A T1 N0 M0
Stadium 1B T0 N1 M0
T1 NI M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1- M0
N2
Stadium IIIB T4 N1- M0
N2
Stadium IIIC Semua N3 M0
T
Stadium IV Semua Semua M1
T N
a.Stadium 0
Dikatakan stadium 0 karena kanker masih berada di pembuluh/saluran payudara serta
kelenjar susu, belum mengalami penyebaran keluar dari area tersebut
b.Stadium 1
Stadium 1 A
Kanker payudara stadium 1B berarti bahwa sel kanker payudara dalam bentuk yang
kecil ditemukan pada kelenjar getah bening dekat payudara. Tidak ada tumor dalam
payudara, atau umor memiliki ukuran lebih kecil dari 2cm.
c.Stadium 2
Stadium 2A
Stadium 2 B
Gambar 2 Stadium 2B (Sumber : Soleha, 2017)
4. Stadium 3
Stadium 3A
Telah dideteksi bahwa sel-sel kanker telah menyebat ke titik-titik pembuluh getah
bening yaitu sekitar 10 area getah bening telah tersebar sel-sel kanker, tepatnya
dibawah tulang selangka.
5.Stadium 4
D. Patofisiologi
CA MAMMAE
Mendesak jaringan sekitarnya Mensuplai nutrisi ke jaringan Mendesak pembuluh darah
Ca
Aliran terhambat hingga
Pembengkakan Mammae Pe ↓ hipermetabolisme jaringa terjadi hipoxia
lain →BB turun
Peningkatan massa tumor Bakteri patogen
Defisit Nutrisi
Tindakan pembedahan
Ketidakefektifan
Stress psikologi Massa tumor Fisiologi Psikologi
Pola Nafas
mendesak
jaringan
Insisi jaringan Perubahan
mammae bentuk
Nyeri akut
mammae
Defisit
Ansietas Gangguan
Pengetahuan Citra Tubuh
Kerusakan Terputusnya
integritas otot/jaringan
Pendidikan kulit/jaringan sekitar aksila
kesehatan
Resiko Infeksi
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
1. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
2. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan
3. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar putting susu,
mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara
4. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
5. Ada cairan yang keluar dari puting susu
6. Ada rasa sakit
7. Ada pembengkakan di daerah lengan
8. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
9. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati, serta
puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
10. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain
F. Komplikasi
1. Metastase ke karingan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darah kapiler
2. Gangguan Neurovaskuler
3. Fibrosis Payudara
4. Kematian
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
d. Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks
puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
1) Tumor phyllodes besar
2) Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif menghilangkan
tumor.
3) Penyakit Paget tanpa massa tumor
4) DCIS
e. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara, dengan
preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa diseksi kelenjar
getah bening aksila
indikasi:
1) Mastektomi profilaktik
2) Prosedur onkoplasti
f. Breast Conserving Therapy (BCT)
Pengertian BCT secara klasik meliputi : BCS (=Breast Conserving Surgery),
dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS adalah pembedahan atas
tumor payudara dengan mempertahankan bentuk (cosmetic) payudara,
dibarengi atau tanpa dibarengi dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan
adalah lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening
aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor secara
onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi sensasi. BCT
merupakan salah satu pilihan terapi lokal Ca mammae stadium awal. Beberapa
penelitian RCT menunjukkan DFS dan OS yang sama antara BCT dan
mastektomi. Namun pada follow up 20 tahun rekurensi lokal pada BCT lebih
tinggi dibandingkan Mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS. Sehingga
pilihan BCT harus didiskusikan terutama pada pasien Ca mammae usia muda.
Secara umum, BCT merupakan pilihan pembedahan yang aman pada pasien Ca
mammae stadium awal dengan syarat tertentu. Tambahan radioterapi pada BCS
dikatakan memberikan hasil yang lebih baik
Indikasi :
1) Ca mammae stadium I dan II.
2) Ca mammae stadium III dengan respon parsial setelah terapi neoajuvan
Kontra indikasi :
1) Ca mammae yang multisentris, terutama multisentris yang lebih dari 1
kwadran dari payudara.
2) Ca mammae dengan kehamilan
3) Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
4) Tumor di kuadran sentral (relatif)
Syarat :
1) Terjangkaunya sarana mamografi, potong beku, dan radioterapi.
2) Proporsi antara ukuran tumor dan ukuran payudara yang memadai.
3) Pilihan pasien dan sudah dilakukan diskusi yang mendalam (Kemenkes,
2017).
g. Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua ovarium dengan/
tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan secara terbuka ataupun per-
laparaskopi.Tindakan ini boleh dilakukan olehspesialis bedah umum atau
Spesiali Konsultan Bedah Onkologi, dengan ketentuan tak ada lesi primer di
organ kandungan.
Indikasi :
a. Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan mempunyai timyang
berpengalaman.( Spesialis bedah konsultan onkologi).
b. Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan reseptor hormonal
positif.
Catatan : Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif dapat dilakukan dalam
konteks penelitian klinis dan harus mendapatkan ethical clearance dari lembaga
yang berwenang. (Kemenkes, 2017)
h. Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada Ca mammae.
Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para ahli, namun
dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup yang lebih panjang
bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu.Tindakan ini dilakukan pada Ca
mammae dengan metastasis kulit, paru, hati, dan payudara kontralateral.Pada
metastasis otak, metastatektomi memiliki manfaat klinis yang masih
kontroversi.
Indikasi:
a. Tumor metastasis tunggal pada satu organ
b. Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ sekitar
Syarat:
a. Keadaan umum cukup baik (status performa baik = skorWHO >3)
b. Estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan
c. Masa bebas penyakit > 36 bulan (Kemnkes, 2017)
2. Terapi Sistemik
a. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan
beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara bertahap
biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan
dengan efek samping yang masih dapat diterima. Hasil pemeriksaan
imunohistokimia memberikan beberapa pertimbangan penentuan regimen
kemoterapi yang akan diberikan. Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah
menjadi standar lini pertama (first line) adalah :
1. CHF
Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral)(dapat diganti injeksi
cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8 ), Methotrexate 50 mg / m2 IV,
hari 1 & 85 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8.
2. CAF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
3. CEF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
Regimen Kemoterapi
1. AC
Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1
Interval 3-4 minggu, 4 siklus
2. TA (Kombinasi Taxane – Doxorubicin)
Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1
3. ACT
TC
Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
4. Pilihan kemoterapi kelompok HER 2 negatif
Dose Dence AC + paclitaxel
Docetaxel cyclophospamide
5. Pilihan kemoterapi HER 2 positif
AC (Antharacycline) + TH (Taxotere dan Herceptin)
TCH (Taxotere, Carboplatin, Herceptin)
b. Terapi hormonal
Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam menentukan
pilihan kemo atau hormonal sehingga diperlukan validasi pemeriksaan
tersebut dengan baik. Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan
hormonal positif. Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV.
Pada kasus kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan
utamanya adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik
dari hormonal terapi..Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan
dibandingkan pemberian aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang sudah
menopause dan Her2-.Lama pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun.
(Kemnkes, 2017)
c. Terapi target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B.
Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan IHK yang
Her2 positif. Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih diutamakan pada
kasus-kasus yang stadium dini dan yang mempunyai prognosis baik (selama
satu tahun: tiap 3 minggu). Penggunaan anti VEGF atau m-tor inhibitor belum
direkomendasikan. (Kemnkes, 2017)
d. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana Ca
mammae. Radioterapi dalam tatalaksana Ca mammae dapat diberikan sebagai
terapi kuratif ajuvan dan paliatif.
Radioterapi Kuratif Ajuvan
Radioterapi pasca BCS (radioterapi seluruh payudara)
Indikasi
Radioterapi seluruh payudara pada pasca BCS diberikan pada semua kasus Ca
mammae (ESMO Level 1, grade A). Hal ini disebabkan radioterapi pada BCS
meningkatkan kontrol lokal dan mengurangi angka kematian karena Ca
mammae dan memiliki kesintasan yang sama dengan pasien Ca mammae
stadium dini yang ditatalaksana dengan MRM. Radioterapi seluruh payudara
dapat diabaikan pada pasien Ca mammae pasca BCS berusia > 70 tahun
dengan syarat: (ESMO Level 2, grade B, NCCN kategori 1). Reseptor estrogen
+ Klinis N0 T1 yang mendapat terapi hormonal (Kemenkes, 2017)
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CA MAMAE
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur (usia lebih dari 50 tahun beresiko terkena Ca mamae), jenis kelamin (jenis
kelamin perempuan sangat beresiko terkena Ca mammae dibandingkan dengan laki-laki),
agama, pendidikan, alamat, No. RM, pekerjaan, status perkawinan (wanita yang belum
menikah memiliki resiko untuk terkena Ca Mamae) tanggal MRS, tanggal pengkajian,
dan sumber informasi.
2. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik : Ca Mamae
2. Keluhan Utama :
Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini makin lama makin
mengeras
b. Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
c. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit
payudara jinak, hyperplasisa tipikal, dan pernah mengalami sakit bagian dada
sehingga mendapatkan terapi penyinaran
b. Alergi (obat, makanan, plester,dll)
Tidak ada
c. Imunisasi
Imunisasi lengkap
d. Kebiasaan/pola hidup/life style
Kebiasaan makan tinggi lemak
e. Obat-obat yang digunakan
Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3
kali lebih besar untuk menderita Ca mammae. Adanya keluarga yang mengalami ca
adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan klien
mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker
lainnya, seperti kanker ovarium dan kanker serviks
Genogram :
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak perempuannya menderita ca
mamae
5. Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien menganggap benjolan di payudara adalah hal yang biasa dan tidak perlu
untuk dibawa ke dokter
b. Pola Nutrisi/metabolic
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi karena klien susah
makan dan akibatnya klien tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya. Adanya
penurunan berat badan
c. Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit makan
d. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
Adanya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya rasa nyeri pada
payudara
Makan / minum
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi / ROM
Ket : 0: tergantung total, 1: bantuan petugas dan alat, 2: bantuan petugas, 3: bantuan alat,
4: mandiri
e. Pola Tidur & Istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri pada payudara yang ia
rasakan
f. Pola Kognitif & Perceptual
Biasanya klien mengalami pusing pasca bedah sehingga ada komplikasi pada kognitif,
sensorik maupun motorik
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Organ payudara merupakan alat vital bagi manusia. Kelainan atau kehilangan bahkan
adanya gangguan mengakibatkan klien tidak percaya diri, malu dan kehilangan haknya
sebagai wanita
h. Pola Seksual & Reproduksi
Biasanya ada sedikit gangguan dalam kebutuhan reproduksinya dan biasanya kurang
puas
i. Pola Peran & Hubungan
Ada gangguan dalam hubungan dengan keluarga maupun orang lain. Gangguan peran
pun ada karena klien tidak dapat melakukan perannya seperti biasa
j. Pola Manajemen Koping & Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan dan ada keputusasaan
k. Sistem Nilai & Keyakinan
Aktivitas spiritual pasien mengalami penurunan khusunya dalam melaksanakan ibadah
akibat dari nyeri dan ketidakmampuan melakukan aktivitas
6. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, RR, dan suhu
Pengkajian Fisik Head to toe
1. Kepala
Normal, kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital
dibagian posterior.
2. Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang tidak
adekuat
3. Telinga
Terlihat bersih dan tidak ada gangguan
4. Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan cuping hidung yang
disebabkan oleh sesak nafas karena kanker sudah bermetastase ke paru
5. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Biasanya gusi klien mudah terjadi
perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah. Lidah terlihat tampak pucat dan kurang
bersih. Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
6. Leher
Biasanya terdapat pembesaran getah bening
7. Dada
Adanya kelainan kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit jeruk), dumpling,
ulserasi atau tanda-tanda radang
8. Mamae
a. Inspeksi
Terdapat benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan berwarna merah, dan
payudara mengerut seperti kulit jeruk
b. Palpasi
Terasa benjolan keras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran kelenjar
getah bening diketiak
9. Abdomen
a. Inspeksi
Tidak ada pembesaran
b. Palpasi
Biasanya tidak terdapat bising usus
c. Perkusi
Biasanya hepar dan lien tidak teraba
d. Auskultasi
e. Tympani
10. Urogenital
Biasanya genitalia bersih dan tidak ada gangguan
11. Ekstremitas
Biasanya terjadi edema pada ekstremitas atas
12. Kulit dan kuku
Terjadi perubahan kelembapan kulit, dan turgor kulit tidak elastis
7. Pemeriksaan penunjang
1. Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna untuk
klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.
2. Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
3. CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang sulit
diperiksa dengan mammografi
4. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan kista
dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil komplemen dari
5. Mammografi.
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat untuk
mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan Ca Mamae antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma)
2. Defist nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk
makan)
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan fungsi atau struktur tubuh berubah/hilang
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1 Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri L.08066 I.08238 Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam, maka
dengan Agen pencedera Observasi
tingkat nyeri menurun, dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis (mis. Inflamasi,
Kriteria hasil skor frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
iskemia, neoplasma) (D.007) 2. Identifikasi skala nyeri
1 2 3 4 5 3. Identifikasi respons nyeri nonverbal
Gejala dan tanda mayor 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
Keluhan nyeri
Subjektif: memperingan nyeri
1. Mengeluh nyeri 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
Objektif:
Meringis tentang nyeri
1. Tampak meringis 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
Sikap protektif
2. Bersikap protektif (misal respon nyeri
waspada, posisi Gelisah 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
menghindari nyeri) hidup
3. Gelisah
Keluhan lelah 8. Monitor keberhasilan terapi
4. Frekuensi nadi meningkat komplementer yang sudah diberikan
Kesulitan tidur
5. Sulit tidur 9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Muntah/Mual
Gejala dan tanda minor Terapeutik
Subjektif:
(tidak tersedia) Ket: 1: Menurun, 2: Cukup Menurun, 3: Sedang, 1. Berikan teknik nonfarmakologis yntuk
4 : Cukup Meningkat, 5 : Meningkat mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
Objektif: hipnosis, akupresur, terapi musik,
Kriteria hasil skor biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
1. Tekanan darah meningkat
1 2 3 4 5
teknik imajinasi terbimbing, kompres
2. Pola napas berubah hangat/dingin, terapi bermain)
3. Nafsu makan berubah Frekuensi nadi 2. Kontrol lingkungan yang memperberat
Pola napas rasa nyeri (mis. suhu
4. Proses berpikir terganggu
ruangan,pencahayaan, kebisingan)
Tekanan darah
5. Menarik diri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
6. Berfokus pada diri sendiri 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
Nafsu makan dalam pemilihan strategi meredakan
7. Diaforesis nyeri
Pola tidur
Edukasi
Ket: 1:memburuk,2:cukup memburuk,3: sedang; 4:
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
cukup meningkat; 5: meningkat nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secaramandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
kecatatannya/ kehilangan
6. Diskusikan perubahn tubuh dan fungsinya
bagian tubuh
7. Diskusikan perbedaan penampilan fisik
2. Mengungkapkan perasaan
terhadap harga diri
negatif tentang perubahan
8. Diskusikan akibat perubahan pubertas,
tubuh Ket: 1: meningkat, 2. Cuckup meningkat, 3. Sedang, 4. kehamilan dan penuwaan
3. Mengungkapkan Cukup menurun, 5. mnurun 9. Diskusikan kondisi stres yang
kekhawatiran pada Kriteria hasil skor mempengaruhi citra tubuh (mis.luka,
penolakan/ reaksi orang lain 1 2 3 4 5 penyakit, pembedahan)
4. Mengungkapkan 10. Diskusikan cara mengembangkan harapan
Verbalisasi perasaan negatif
perubahan gaya hidup tentang perubahan tubuh citra tubuh secara realistis
Obyektif: Fokus pada bagian tubuh 11. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga
1. Menyembunyikan/ tentang perubahan citra tubuh
Menyembunyikan bagiann tubuh
menunjukkna bagian tubuh
Edukasi
secara berlebihan Ket: 1. Memburuk, 2. Cukup buruk, 3. Sedang, 4. Cukup
2. Mengindari melihat dan/
Kriteria hasil skor 12. Jelaskan kepad keluarga tentang
atau menyentuh bagian
1 2 3 4 5 perawatan perubahan citra tubuh
tubuh
13. Anjurka mengungkapkan gambaran diri
Respon nonverbal pada
3. Fokus berlebihan pada
perubahan tubut terhadap citra tubuh
perubahan tubuh
Hubungan sisoal 14. Anjurkan menggunakan alat bantu( mis.
4. Rspon nonverbal pada
Pakaian , wig, kosmetik)
membaik 5. membaik
perubahan dan persepsi
15. Anjurkan mengikuti kelompok
tubuh
pendukung( mis. Kelompok sebaya).
5. Fokus pada penampilan
16. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
dan kekuatan masa lalu
17. Latih peningkatan penampilan diri (mis.
6. Hubungan sosial berubah
berdandan)
1.
18. Latih pengungkapan kemampuan diri
kepad orang lain maupun kelompok
4 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam Ansietas menurun Reduksi Ansietas:
dengan krisis situasional dengan kriteria hasil: Observasi
(D.0080) 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Kriteria hasil skor
Gejalan dan tanda mayor (mis. Kondisi, waktu, stresor)
1 2 3 4 5
Subjektif: 2. Identifikasi kemampuan mengambil
1. merasa bingung Prilaku gelisah keputusan
2. merasa khawatir dengan Keluhan pusing 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
akibat dari kondisi yang Perilaku tegang non verbal)
dihadapi Tremor Terapeutik
3. sulit berkonsentrasi 4. Ciptakan suasana terapeutik untuk
Objektif: Ket: 1. Meningkat, 2. Cukup meningkat, 3. Sedang, 4. menumbuhkan kepercayaan
1. tampak gelisah Cukup menurun. 5. Menurun 5. Temani pasien untuk mengurangi
2. tampak tegang kecemasan, jika memungkinkan
3. sulit tidur 6. Pahami situasi yang membuat ansietas
Gejala dan tanda minor 7. Dengarkan denag penuh perhatian
Subjektif 8. Gunakan pendekatan yang tenang dan
1. Mengeluh pusing menyakinkan
2. Anoreksia 9. Tempatkan barang pribadi yang
3. Palpitasi memberikan kenyamanan
4. Merasa tidak berdaya 10. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
Objektif memicu kecemasan
1. Frekuensi nafas meningkat 11. Diskusikan perencanaan realistis tentang
2. Frekuensi nadi meningkat peristiwa yang akan datang
3. Tekanan darah meningkat Edukasi
4. Diaforesis 12. Jelaskan prosedur, termasuk sensai yang
5. Tremor mungkin dialami
6. Muka tampak pucat 13. Informasikan secara faktual mengenai
7. Suara bergetar diagnosis, pengobatan, dan prognosis
8. Kontak mata buruk 14. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
9. sering berkemih pasien, jika perlu
10. Berorientasi pada masa 15. Anjukan untuk melakukan kegiatan yang
lalu tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
16. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
17. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
18. Latih pengguanan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
19. Latihan teknik relaksasi
Kolaborasi
20. Kolaborasi pemberian obat antiansietas
DAFTAR PUSTAKA
Administrator. (2012). Kanker Payudara. https://bukusakudokter.org/2012/11/04/ca-mamae-
kanker-payudara/. [diakses tanggal 8 Januari 2018].
American Cancer Society. 2015. Breast cancer facts and figure 2015-2016. Diambil dari
https://www.cancer.org/content/dam/cancer-org/research/cancer-facts-and-statistics/
breast-cancer-facts-and-figures/breast-cancer-facts-and-figures-2015-2016.pdf [diakses
pada 8 januari 2018].
Bioherbaka. (2016). Tinjauan Medis: Cara Mengencangkan Payudara.
http://bioherbaka.com/tinjauan-medis-cara-mengencangkan-payudara.html. [diakses
tanggal 14 Januari 2017].
Buku saku dokter. 2017.Ca mammae atau Ca mammae. Diambil dari
https://bukusakudokter.org/2012/11/04/ca-mamae-kanker-payudara/ [Diakses pada 8 Januari
2018].
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher., Joanne M. Dochterman., cheryl M. Wagner. 2013.
Nursing Interventions Classification (NIC). 6th Edition. Singapore: Mosby, Elsevier Inc.
Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Interventions
Classification (NIC). Edisi Ke-6. Indonesia: CV Mocomedia.
Erik, T. (2005). Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta: Gramedia.
Irmayanti, U. 2016. Anatomi Fisiologi Masa Nifas. Diambil dari
https://sites.google.com/site/ulfhairmayyy05/anatomi-dan-fisiologi-payudara [Diakses
pada 8 Januari 2018].
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf. [diakses tanggal 8 Januari 2018].
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj11KP54
dHYAhVEro8KHSwAB-UQFggoMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.depkes.go.id
%2Fdownload.php%3Ffile%3Ddownload%2Fpusdatin%2Fbuletin%2Fbuletin-
kanker.pdf&usg=AOvVaw35Jb54sFMKwOES38rnotah. [diakses tanggal 12 Januari
2017].
Konsula Amarta Nusantara. (2016). Kanker Payudara. https://www.konsula.com/blog/kanker-
payudara/komplikasi-kanker-payudara/. [diakses tanggal 9 Januari 2018].
Lusiana, Bidan. (2017). Patofisiologi dan Proses Terjadinya Sel-Sel Kanker Payudara.
https://bidanlusiana.com/kanker-payudara/patofisiologi-kanker-payudara/. [diakses
tanggal 9 Januari 2018].
Modern Cancer Hospital Guangzhou. (2015). Diagnosis Kanker Payudara.
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/breast-cancer-diagnosis/.
[diakses tanggal 9 Januari 2018].
Moorhead, Sue., Marion Johnson., Meridean L. Maas., Elizabeth Swanson. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Mosby, Elsevier Inc.
Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Edisi Ke-5. Indonesia: CV Mocomedia.
Pandik. (2018). Laporan Pendahuluan Ca Mamae (Carsinoma Mamae) / Kanker Payudara.
https://www.academia.edu/14732106/LAPORAN_PENDAHULUAN_CA_MAMMAE_
CARSINOMA_MAMMAE_KANKER_PAYUDARA?auto=download. [diakses tanggal
8 Januari 2018].
Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M. (1995). Buku 1 Patofisiologi “Kosep Klinis Proses-Proses
Penyakit”, edisi : 4. Jakarta : EGC.
Samiadi, Lika Aprilia. (2017). Komplikasi Pengobatan Kanker Payudara.
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/kanker-payudara/komplikasi-pengobatan-kanker-
payudara/. [diakses tanggal 9 Januari 2018].
Sjamsuhidayat, R dan De Jong W. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Syaiffudin. (2010). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan &
Kebidanan, Ed. 4. Jakarta : EGC.