Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
Irawati Dewi
132113143081
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI CA MAMMAE
Karsinoma Mammae atau Kanker Payudara adalah jenis tumor ganas yang berasal
dari kelenjar kulit, saluran kelenjar, dan jaringan di sebelah rongga dada. Dimana sel
kanker payudara bersembunyi di dalam tubuh tanpa disadari dan tiba-tiba menjadi tumor
ganas atau kanker (American Cancer Society, 2016; Yuslikhah, Wijayanti and Rustiana,
2019). Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum didiagnosis pada wanita
dan menjadi penyebab paling umum kedua kematian akibat kanker di kalangan wanita di
dunia (Nurhayati, 2018).
Kanker payudara merupakan jenis kanker yang berkembang dari sel-sel payudara.
Kanker payudara biasanya dimulai dari lapisan dalam saluran susu atau lobulus. Kanker
payudara yang dimulai dalam lobulus dikenal sebagai karsinoma lobular, sementara
yang terjadi dalam saluran susu disebut karsinoma duktal (Nurhayati, 2018). Secara
anatomis, payudara memiliki kelenjar penghasil susu di depan dinding dada. Mereka
terletak di otot pectoralis mayor, dan ada ligamen yang menopang payudara dan
menempelkannya ke dinding dada. 15 sampai 20 lobus tersusun melingkar membentuk
payudara. Lemak yang menutupi lobus menentukan ukuran dan bentuk payudara. Setiap
lobus dibentuk oleh lobulus yang mengandung kelenjar yang bertanggung jawab untuk
produksi susu sebagai respons terhadap stimulasi hormon. (Alkabban and Ferguson,
2021)
Berdasarkan kriteria patologis dan invasif, kanker payudara umumnya dapat dibgi
menjadi tiga kelompok besar yaitu kanker payudara non-invasif (in situ), invasif, dan
metastasis (Feng et al., 2018).
1) Kategori T (Tumor)
a. TX: Tumor primer tidak bisa diperiksa
b. T0: Tumor primer tidak terbukti
c. Tis: Karsinoma in situ
d. Tis (DCIS): ductal carcinoma in situ
e. Tis (LCIS): lobular carcinoma in situ
f. Tis (Paget’s): Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor
g. T1: Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar
- T1mic: Mikroinvasi 0.1 cm atau kurang pada dimensi terbesar
- T1 a: Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm pada dimensi
terbesar
- T1b: Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm pada dimensi
terbesar
- T1c: Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm pada dimensi terbesar
f. T2: Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm padadimensi terbesar
g. T3: Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
h. T4: Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada / kulit
- T4a: Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis
- T4b: Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara atau
satellite skin nodules pada payudara yang sama
- T4c: Gabungan T4a dan T4b
- T4d: Inflammatory carcinoma
Pengelompokan Stadium
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium IA T1 N0 M0
Stadium IB T0 N1mic M0
T1 N1mic M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
Stadium IIIB T4 N1-N2 M0
Stadium IIIC Semua T N3 M0
Stadium IV Semua T Semua N M1
Tanda dan gejala yang tampak pada penderiita kanker payudara adalah sebagai berikut
(Purwoastusi, 2012; Arsittasari, 2017):
1) Adanya benjolan payudara yang tidak dapat digerakkan dari dasar/jaringan sekitar,
pada awalnya tidak terasa sakit atau nyeri sehingga kurang mendapat perhatian dari
penderita
2) Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara
3) Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar
4) Payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan
5) Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati,
serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
6) Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d’ Orange)
7) Terkadang keluar cairan, darah merah kehitam-hitaman, atau nanah dari puting susu,
atau keluar air susu pada wanita yang tidak sedang hamil atau tidak sedang menyusui
8) Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah
9) Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar alat tubuh lain
5. PATOFISIOLOGI CA MAMMAE
Kanker payudara berkembang karena kerusakan DNA dan mutasi genetik yang dapat
dipengaruhi oleh paparan estrogen. Terkadang akan ada pewarisan cacat DNA atau gen
pro kanker seperti BRCA1, BRCA2 dan p53, dengan demikian riwayat keluarga kanker
ovarium atau payudara meningkatkan risiko perkembangan kanker payudara. Pada
individu normal, sistem kekebalan menyerang sel-sel dengan DNA abnormal atau
pertumbuhan abnormal, namun hal tersebut gagal pada mereka dengan penyakit kanker
payudara yang menyebabkan pertumbuhan dan penyebaran tumor (Alkabban and
Ferguson, 2021).
Kanker payudara menyerang secara lokal dan menyebar melalui kelenjar getah
bening regional, aliran darah, atau keduanya. Kanker payudara metastatik dapat
mempengaruhi hampir semua organ dalam tubuh — paling umum, paru-paru, hati,
tulang, otak, dan kulit. Kebanyakan metastasis kulit terjadi di dekat lokasi operasi
payudara; metastasis kulit kepala jarang terjadi (Kosir, 2020).
Reseptor estrogen dan progesteron, hadir pada beberapa kanker payudara, adalah
hormon Nuclear receptors (NRs) yang mendorong replikasi DNA dan pembelahan sel
ketika hormon yang sesuai mengikatnya. Dengan demikian, obat-obatan yang memblokir
reseptor ini mungkin berguna dalam mengobati tumor dengan reseptor. Sekitar dua
pertiga pasien pascamenopause dengan kanker memiliki tumor reseptor esterogen positif
(ER+). Insiden tumor ER+ lebih rendah pada pasien premenopause. Reseptor seluler
lainnya adalah Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2; juga disebut
HER2/neu atau ErbB2); kehadirannya berkorelasi dengan prognosis yang lebih buruk
pada setiap tahap kanker tertentu. Pada sekitar 20% pasien dengan kanker payudara,
reseptor HER2 diekspresikan secara berlebihan. Obat yang memblokir reseptor ini adalah
bagian dari pengobatan standar untuk pasien ini (Kosir, 2020).
6. PENATALAKSANAAN
1) Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan kanker
payudara. Jenis pembedahan pada kanker payudara:
a. Mastektomi
- Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM): tindakan pengangkatan tumor payudara
dan seluruh payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar
getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi: Kanker payudara
stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan
setelah terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor
- Mastektomi Radikal Klasik: tindakan pengangkatan payudara, kompleks puting-
areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening aksilaris level
I, II, III secara en bloc. Indikasi meliputi Kanker payudara stadium IIIb yang
masih operable dan Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
- Mastektomi dengan teknik onkoplasti: Rekonstruksi dapat dilakukan dengan
menggunakan jaringan 12 autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau
transverse rectus abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan prosthesis
seperti silikon.
- Mastektomi simpel: Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara
beserta kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
- Mastektomi subkutan: pengangkatan seluruh jaringan payudara, dengan
preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa diseksi kelenjar
getah bening aksila
- Breast Conserving Therapy (BCT): Pengertian BCT secara klasik meliputi BCS
(Breast Conserving Surgery), dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS
adalah pembedahan atas tumor payudara dengan mempertahankan bentuk
(cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi dengan rekonstruksi.
Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi
kelenjar getah bening aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah
eradikasi tumor secara onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan
fungsi sensasi
2) Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan beberapa
kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya
sebanyak 6 – 8 siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping
yang masih dapat diterima. Hasil pemeriksaan imunohistokimia memberikan
beberapa pertimbangan penentuan regimen kemoterapi yang akan diberikan.
Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah menjadi standar lini pertama (first line)
adalah :
a. CMF
- Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral) (dapat diganti injeksi
cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8 )
- Methotrexate 50 mg / m2 IV, hari 1 & 8
- 5 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8
Interval 3-4 minggu, 6 siklus
b. CAF
- Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
- Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
- 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
c. CEF
- Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
- Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
- 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
3) Terapi hormonal
Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam menentukan pilihan
kemo atau hormonal sehingga diperlukan validasi pemeriksaan tersebut dengan baik.
Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif. Terapi
hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV. Pada kasus kanker dengan
luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan utamanya adalah hormonal bukan
kemoterapi. Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan dibandingkan pemberian
aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang sudah menopause dan Her2-. Lama
pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun
4) Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana kanker
payudara. Radioterapi dalam tatalaksana kanker payudara dapat diberikan sebagai
terapi kuratif ajuvan dan paliatif.
2) Mammography
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara yang
dikompresi.Mamogram adalah gambar hasil mamografi.Untuk memperoleh
interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan
proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan mediolateralobligue). Mamografi
dapat bertujuan skrining kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan follow up /
kontrol dalam pengobatan. Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari
ke 7-10 dihitung dari hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi
rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu di kompresi dan akan memberi hasil yang
optimal (Kemenkes RI, 2019).
standarisasi penilaian dan pelaporan hasil mamografidigunakan BIRADS yang
dikembangkan oleh American College of Radiology. Tanda primer berupa
(Kemenkes RI, 2019) :
Tanda primer:
1. Densitas yang meninggi pada tumor
2. Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan
sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign).
3. Gambaran translusen disekitar tumor
4. Gambaran stelata.
5. Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
6. Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.
Tanda sekunder:
1. Retraksi kulit atau penebalan kulit
2. Bertambahnya vaskularisasi
3. Perubahan posisi putting
4. Kelenjar getah bening aksila (+)
5. Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
6. Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas
4) USG Payudara
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik. Penggunaan USG
untuk tambahan mamografi meningkatkan akurasinya sampai 7,4 % (Kemenkes RI,
2019). Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya:
a. Permukaan tidak rata
b. Taller than wider
c. Tepi hiperekoik
d. Echo interna heterogen
e. Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor membentuk
sudut 90 derajat
5) Patologi anatomi
a. Biopsi: untuk menentukan tumor jinak atau tumor ganas dengan pengambilan
massa, bahan pemeriksaan ER dan PgR
b. Pemeriksaan Immunohistokimia (IHK): pemeriksaan ER, PR, HER2, Ki-67
8. SKRINING CA MAMMAE
9. KOMPLIKASI CA MAMMAE
1) Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darah kapiler
2) Gangguan neurovaskular
3) Fibrosis payudara
4) Kematian
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Identitas klien: nama, usia (risiko meningkat seiring bertambahnya usia), jenis kelamin
(paling banyak pada wanita), agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan
lain-lain
2) Keluhan utama : dapat berupa adanya massa tumor di payudara, rasa sakit di payudara,
keluar cairan pada putting, kemerahan pada payudara, payudara terasa retraksi
3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang: riwayat penyakit yang dialami pasien mulai dari
sebelum dan terjadinya keluhan utama hingga saat pengkajian. Riwayat kanker
payudara dari tanda gejala munjul, penetapan biopsi, keluhan yang paling
dirasakan hingga penanganan yang sudah diberikan untuk menangani keluhan
tersebut.
b. Riwayat penyakit dahulu: apakah pernah mengalami penyakit payudara jinak, perlu
dikaji usia saat menarche dan menopause, riwayat pemakaian kontrasepsi oral, usia
saat melahirkan anak pertama, riwayat konsumsi alkohol.
c. Riwayat penyakit keluarga: anggota keluarga yang memiliki penyakit kronis,
menular, menurun dan menahun. Apakah keluarga ada yang memiliki riwayat
kanker payudara
4) Pemeriksaan Fisik
a. Keadan umum
b. Tanda-tanda vitasl
c. Kepala: bentuk kepala, penyebaran rambut, warna rambut, warna kulit, konjugtiva,
mukosa bibir, keadaan gusi dan gigi, keadaan lidah, dan lain-lain
d. Leher: apakah terdapat pembesaran KGB dan peningkatan JVP
e. Dada atau thoraks dan payudara:
pada payudara meliputi inspeksi (biasanya terjadi perubahan pigmentasi kulit
seperti kemerahan,papila mamae tertarik kedalam, hiperpigmentasi aerola
mammae, ada atau tidak pengeluaran cairan pada puting susu, ada atau tidak
oedem, dan ansimetris payudara serta apakah terlihat adanya ulkus pada bagian
payudara). Palpasi hasil (biasanya teraba ada massa pada payudara, ada atau tidak
pembesaran kelenjar getah bening, kemudian disertai dengan pengkajian nyeri
tekan).
Pada pemeriksaan dada atau torak meliputi ispeksi (bentuk payudara yang tidak
simetris karena terjadi pembengkakan baik satu payudara maupun keduanya),
perkusi (pada stadium 4 dapat terdengar pekak karena terjadi efusi pleura apabila
bermetastase ke paru-paru), auskultasi (terdengar suara napas bronchial, suara
napas tambahan seperti rochi atau wheezing pada stadium 3 dan 4).
f. Kardiovaskuler: jarang ditemukan disritmia, bunyi jantung normal, dan tidak ada
murmur atau gallop
g. Hepar: biasanya tidak ada pembesaran hepar
h. Ekstremitas: tidak ada gangguan pada ekstremitas
5) Pengkajian 11 pola fungsional gordon
a. Persepsi: biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada
payudaranya karena menganggap itu hanya benjolan biasa
b. Nutrisi-metabolik: kebiasaan diet yang buruk, biasanya klien akan mengalami
anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan
c. Eliminasi: biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami
melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen, dan konstipasi
d. Aktivitas dan latihan: pola aktivitas dan latihan akan terganggu akibat anoreksia
dan muntah, kelemahan dan nyeri
e. Kognitif dan persepsi: biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah
sehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik, maupun motorik
f. Istirahat dan tidur: biasanya klien akan mengalami gangguan pola tidur karena
nyeri
g. Persepsi dan konsep diri: payudara merupakan alat vital bagi wanit. kelainan atau
kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan
kehilangan haknya sebagai wanita normal
h. Peran dan hubungan: pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam
melakukan perannya dalam berinteraksi sosial
i. Reproduksi dan seksual: biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan
perubahan pada tingkat kepuasan
j. Koping dan toleransi stre: biasanya klien akan mengalami stres yang berlebihan,
denial, dan keputusasaan
k. Nilai keyakinan: diperlukan pendekatan agama agar klien dapat menerima
kondisinya dengan lapang dada
6) Pemeriksaan Penunjang
a. Mamografi
b. USG payudara
c. MRI
d. Patologi anatomi: biopsi, IHK
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dispnea, pola napas berubah
(D.0005)
2. Nyeri kronis b.d infiltrasi tumor d.d mengeluh nyeri, tertekan, tampak meringis,
gelisah (D.0078)
3. Defisit nutrisi b.d kanker d.d berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang
ideal (D.0019)
4. Keletihan b.d kondisi fisiologis (Ca Payudara) d.d merasa kurang tnaga, tidak mampu
mempertahankan aktivitas rutin, tampak lesu (D.0057)
5. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan sirkulasi d.d kerusakan jaringan
dan/atau lapisan kulit (D.0129)
6. Risiko infeksi d.d penyakit kronis (Ca Payudara) (D.0142)
Post pembedahan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, gelisah (D.0077)
2. Gangguan citra tubuh b.d perubaham struktur/bentuk tubuh d.d kehilangan bagian
tubuh (D.0083)
3. Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif (D.0142)
Alkabban, F. M. and Ferguson, T. (2021) ‘Breast Cancer’, StatPearls [Internet]. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482286/.
Arsittasari, T. (2017) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kanker Payudara Di
Rsud Kota Yogyakarta Tahun 2016’, Jurnal Kebidanan, pp. 1–90.
Feng, Y. et al. (2018) ‘Breast cancer development and progression: Risk factors, cancer stem
cells, signaling pathways, genomics, and molecular pathogenesis’, Genes and Diseases.
Elsevier Ltd, 5(2), pp. 77–106. doi: 10.1016/j.gendis.2018.05.001.
ICCC (2021) Apa itu Screening Mamografi? Available at: https://iccc.id/apa-itu-screening-
mamografi.
Kemenkes RI (2019) ‘Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara (Breast Cancer Treatment
Guideline)’, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(4), pp. 1–50. Available at:
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf.
Kosir, M. A. (2020) ‘Breast Cancer’, MSD Manual Professional Version. Available at:
https://www.msdmanuals.com/professional/gynecology-and-obstetrics/breast-
disorders/breast-cancer#.
Nurhayati (2018) ‘Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker payudara di
rumah sakit umum daerah kota padangsidimpuan’, Jurnal Warta Edisi 56, (April).
P2PTM Kemenkes RI (2016) Enam Langkah SADARI untuk Deteksi Dini Kanker Payudara.
Available at: http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/enam-langkah-sadari-untuk-deteksi-
dini-kanker-payudara.
Shah, R., Rosso, K. and David Nathanson, S. (2014) ‘Pathogenesis, prevention, diagnosis and
treatment of breast cancer’, World Journal of Clinical Oncology, 5(3), pp. 283–298. doi:
10.5306/wjco.v5.i3.283.
Watkins, E. J. (2019) ‘Overview of breast cancer’, Journal of the American Academy of
Physician Assistants, 32(10), pp. 13–17. doi: 10.1097/01.JAA.0000580524.95733.3d.
Yuslikhah, A. M., Wijayanti, Y. and Rustiana, E. R. (2019) ‘the Effectiveness of Health
Education Method on Early Detection Carcinoma Mammae in Teenage Girls of Madrasah
Aliyah in Mijen Sub-District’, Public Health Perspective Journal, 4(2), pp. 109–115.