Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA


MEDIS CA MAMMAE DI RUANG BEDAH GLADIOL RSUD DR SOETOMO
SURABAYA

Dosen Pembimbing:

Lailatun Ni’mah, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:

Irawati Dewi

132113143081

PRAKTIK PROFESI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2021
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS

1. DEFINISI CA MAMMAE
Karsinoma Mammae atau Kanker Payudara adalah jenis tumor ganas yang berasal
dari kelenjar kulit, saluran kelenjar, dan jaringan di sebelah rongga dada. Dimana sel
kanker payudara bersembunyi di dalam tubuh tanpa disadari dan tiba-tiba menjadi tumor
ganas atau kanker (American Cancer Society, 2016; Yuslikhah, Wijayanti and Rustiana,
2019). Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum didiagnosis pada wanita
dan menjadi penyebab paling umum kedua kematian akibat kanker di kalangan wanita di
dunia (Nurhayati, 2018).
Kanker payudara merupakan jenis kanker yang berkembang dari sel-sel payudara.
Kanker payudara biasanya dimulai dari lapisan dalam saluran susu atau lobulus. Kanker
payudara yang dimulai dalam lobulus dikenal sebagai karsinoma lobular, sementara
yang terjadi dalam saluran susu disebut karsinoma duktal (Nurhayati, 2018). Secara
anatomis, payudara memiliki kelenjar penghasil susu di depan dinding dada. Mereka
terletak di otot pectoralis mayor, dan ada ligamen yang menopang payudara dan
menempelkannya ke dinding dada. 15 sampai 20 lobus tersusun melingkar membentuk
payudara. Lemak yang menutupi lobus menentukan ukuran dan bentuk payudara. Setiap
lobus dibentuk oleh lobulus yang mengandung kelenjar yang bertanggung jawab untuk
produksi susu sebagai respons terhadap stimulasi hormon. (Alkabban and Ferguson,
2021)

Gambar 1. Anatomi dan histologic Kanker Payudara

(sumber: Feng et al., 2018)


2. FAKTOR RISIKO CA MAMMAE
Faktor risiko Ca mammae diantaranya sebagai berikut (Alkabban and Ferguson, 2021)
1) Usia
Insiden kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia
2) Jenis kelamin
Sebagian besar kanker payudara terjadi pada wanita
3) Riwayat pribadi kanker payudara
Riwayat kanker pada satu payudara meningkatkan kemungkinan kanker primer kedua
pada payudara kontralateral.
4) Faktor risiko histologis:
Kelainan histologis yang didiagnosis dengan biopsi payudara merupakan kategori
penting dari faktor risiko kanker payudara. Kelainan ini termasuk karsinoma lobular
in situ (LCIS) dan perubahan proliferatif dengan atypia.
5) Riwayat keluarga dengan kanker payudara dan faktor risiko genetik:
Kerabat tingkat pertama dari pasien dengan kanker payudara memiliki risiko 2 kali
lipat hingga 3 kali lipat untuk mengembangkan penyakit ini. Lima persen hingga 10%
dari semua kasus kanker payudara disebabkan oleh faktor genetik (pembawa mutasi
gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53 (p53). BRCA1 dan BRCA2 adalah 2 gen
paling penting yang bertanggung jawab atas peningkatan kerentanan kanker
payudara.
6) Faktor risiko reproduksi:
Tonggak reproduksi yang meningkatkan paparan estrogen seorang wanita dianggap
meningkatkan risiko kanker payudaranya. Hal tersebut termasuk onset menarche
sebelum usia 12 tahun, melahirkan pertama setelah usia 30 tahun, nulipara dan tidak
menyusui, dan menopause setelah usia 55 tahun.
7) Penggunaan hormon eksogen:
Terapi atau suplemen estrogen dan progesteron digunakan untuk berbagai kondisi,
dengan dua kondisi yang paling umum adalah kontrasepsi pada wanita pramenopause
dan terapi penggantian hormon pada wanita pascamenopause.
8) Gaya hidup: konsumsi alkohol, aktivitas fisik (aktivitas fisik yang konsisten dapat
menurunkan risiko kanker payudara), obesitas
9) Radiasi
Paparan radiasi dari berbagai sumber termasuk pengobatan medis dan ledakan nuklir
meningkatkan risiko kanker payudara. Radiasi ke dinding dada untuk pengobatan
kanker anak meningkatkan risiko kanker payudara secara linier dengan dosis radiasi
dada (Shah, Rosso and David Nathanson, 2014).
3. KLASIFIKASI DAN STAGING CA MAMMAE

Berdasarkan kriteria patologis dan invasif, kanker payudara umumnya dapat dibgi
menjadi tiga kelompok besar yaitu kanker payudara non-invasif (in situ), invasif, dan
metastasis (Feng et al., 2018).

1) Kanker payudara non-invasif (atau in situ)


Karsinoma duktal in situ (DCIS; juga disebut karsinoma intraduktal): Sebagai salah
satu jenis kanker payudara yang paling umum, DCIS adalah kanker payudara
noninvasif atau pra-invasif, yang berkembang di dalam saluran normal yang sudah
ada sebelumnya. Karsinoma in situ memiliki potensi tinggi untuk menjadi kanker
invasif, sehingga pengobatan dini dan memadai penting dalam mencegah pasien
berkembang menjadi kanker invasif.

2) Kanker payudara invasif


Kanker payudara invasif memiliki sel kanker yang menyerang dan menyebar di luar
lobulus dan duktus payudara normal, tumbuh ke dalam jaringan stroma payudara
yang mengelilinginya. Karsinoma invasif berpotensi menyebar ke bagian tubuh lain,
seperti kelenjar getah bening atau organ lain dan membentuk metastasis sehingga
masuk dalam klasifikasi kanker payudara metastatik. Berdasarkan jaringan dan jenis
sel yang terlibat, kanker payudara invasif dibagi menjadi berikut:
a. Karsinoma Ductal Invasif (IDC): IDC adalah jenis kanker payudara yang paling
umum dengan sekitar 80% dari semua kanker payudara didasari oleh karsinoma
duktal invasif. Klasifikasi IDC mencakup beberapa subtipe karsinoma tubular
payudara, karsinoma meduler payudara, karsinoma musinosa payudara,
karsinoma papiler payudara, dan karsinoma cribriform payudara.
b. Karsinoma Lobular Invasif (ILC): ILC adalah jenis kanker payudara kedua yang
paling umum dan menyumbang sekitar 10-15% dari semua kanker payudara.
Meskipun ILC dapat mempengaruhi wanita pada usia berapa pun, itu lebih sering
terjadi pada orang tua. ILC cenderung terjadi di kemudian hari dari IDC.
Bersama-sama, 90-95% dari semua kasus kanker payudara termasuk dalam
subkategori invasif. Kanker IDC dan ILC masing-masing menunjukkan fitur
patologis yang berbeda. Karsinoma lobular tumbuh sebagai sel tunggal yang
tersusun secara individual, dalam file tunggal, atau dalam lembaran, dan mereka
memiliki penyimpangan molekuler dan genetik yang membedakannya dari
karsinoma duktal. Karsinoma duktal dan lobular mungkin memiliki prognosis dan
pilihan pengobatan yang berbeda dan dengan demikian penting untuk diketahui
dengan jelas membedakan satu sama lain.

3) Kanker payudara metastasis


Kanker payudara metastatik, juga dikenal sebagai kanker payudara stadium IV atau
stadium lanjut, adalah kanker payudara stadium akhir, yang telah menyebar ke organ
lain di dalam tubuh. Metastasis dari kanker payudara dapat ditemukan di kelenjar
getah bening di ketiak, dan/atau di tempat yang jauh seperti paru-paru, hati, tulang
dan otak. Bahkan setelah tumor primer diangkat, sel tumor mikroskopis atau mikro-
metastasis dapat tetap berada di dalam tubuh, yang memungkinkan kanker untuk
kembali dan menyebar.

Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem Klasifikasi TNM American


Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk kanker payudara ((Kemenkes
RI, 2019)

1) Kategori T (Tumor)
a. TX: Tumor primer tidak bisa diperiksa
b. T0: Tumor primer tidak terbukti
c. Tis: Karsinoma in situ
d. Tis (DCIS): ductal carcinoma in situ
e. Tis (LCIS): lobular carcinoma in situ
f. Tis (Paget’s): Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor
g. T1: Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar
- T1mic: Mikroinvasi 0.1 cm atau kurang pada dimensi terbesar
- T1 a: Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm pada dimensi
terbesar
- T1b: Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm pada dimensi
terbesar
- T1c: Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm pada dimensi terbesar
f. T2: Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm padadimensi terbesar
g. T3: Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
h. T4: Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada / kulit
- T4a: Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis
- T4b: Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara atau
satellite skin nodules pada payudara yang sama
- T4c: Gabungan T4a dan T4b
- T4d: Inflammatory carcinoma

2) Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)


a. Nx: KGB regional tak dapat dinilai (mis.: sudah diangkat)
b. N0: Tak ada metastasis KGB regional
c. N1: Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang masih dapat
digerakkan
- pN1mi: Mikrometastasis >0,2 mm < 2 mm pN1a 1-3 KGB aksila
- pN1b: KGB mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node
biopsy tetapi tidak terlihat secara klinis
- pN1c: T1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna denganmetastasis mikro
melalui sentinel node biopsy tetapi tidakterlihat secara klinis
d. N2: Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau KGB
mamaria interna yang terdekteksi secara klinis* jika tidak terdapat metastasis
KGB aksila secara klinis.
- N2a: Metastatis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir satu sama lain
(matted) atau terfiksir pada struktur lain
- pN2a: 4-9 KGB aksila
- N2b: Metastasis hanya pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara
klinis* dan jika tidak terdapat metastasis KGB aksila secara klinis.
- pN2b: KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB aksila
e. N3: Metastatis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan
KGB aksila, atau pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis* dan
jika terdapat metastasis KGB aksila secara klinis; atau metastasis pada KGB
supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau
mamaria interna
- N3a: Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
- pN3a: > 10 KGB aksila atau infraklavikula
- N3b: Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila
- pN3b: KGB mamaria interna, terlihat secara klinis, dengan KGB aksila atau
>3 KGB aksila dan mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel
node biopsy namun tidak terlihat secara klinis
- N3c: Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
- pN3c: KGB supraklavikula *Terdeteksi secara klinis maksudnya terdeteksi
pada pemeriksaan imaging (tidak termasuk lymphoscintigraphy) atau pada
pemeriksaan fisis atau terlihat jelas pada pemeriksaan patologis

3) Metastasis Jauh (M)


a. Mx: Metastasis jauh tak dapat dinilai
b. M0: Tak ada metastasis jauh
c. M1: Terdapat Metastasis jauh

Pengelompokan Stadium

Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium IA T1 N0 M0
Stadium IB T0 N1mic M0
T1 N1mic M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
Stadium IIIB T4 N1-N2 M0
Stadium IIIC Semua T N3 M0
Stadium IV Semua T Semua N M1

4. TANDA DAN GEJALA CA MAMAAE

Tanda dan gejala yang tampak pada penderiita kanker payudara adalah sebagai berikut
(Purwoastusi, 2012; Arsittasari, 2017):
1) Adanya benjolan payudara yang tidak dapat digerakkan dari dasar/jaringan sekitar,
pada awalnya tidak terasa sakit atau nyeri sehingga kurang mendapat perhatian dari
penderita
2) Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara
3) Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar
4) Payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan
5) Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati,
serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
6) Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d’ Orange)
7) Terkadang keluar cairan, darah merah kehitam-hitaman, atau nanah dari puting susu,
atau keluar air susu pada wanita yang tidak sedang hamil atau tidak sedang menyusui
8) Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah
9) Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar alat tubuh lain

5. PATOFISIOLOGI CA MAMMAE

Patofisiologi kanker payudara bersifat multidimensi dan masih kurang dipahami,


tetapi faktor risiko tertentu telah diketahui. Usia lanjut dan jenis kelamin wanita adalah
faktor risiko yang paling umum. Mutasi genetik, khususnya BRCA 1 dan 2,
menyumbang sekitar 10% dari kanker payudara. Faktor risiko lain yang diketahui
termasuk riwayat karsinoma duktal in situ, indeks massa tubuh tinggi (BMI), kelahiran
pertama pada usia lebih dari 30 tahun atau nuliparitas , menarche dini (sebelum usia 12
tahun), riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium, menopause terlambat,
dan penggunaan terapi hormon pascamenopause.Wanita dengan riwayat radiasi dada
sebelumnya juga memiliki peningkatan risiko (Watkins, 2019).

Kanker payudara berkembang karena kerusakan DNA dan mutasi genetik yang dapat
dipengaruhi oleh paparan estrogen. Terkadang akan ada pewarisan cacat DNA atau gen
pro kanker seperti BRCA1, BRCA2 dan p53, dengan demikian riwayat keluarga kanker
ovarium atau payudara meningkatkan risiko perkembangan kanker payudara. Pada
individu normal, sistem kekebalan menyerang sel-sel dengan DNA abnormal atau
pertumbuhan abnormal, namun hal tersebut gagal pada mereka dengan penyakit kanker
payudara yang menyebabkan pertumbuhan dan penyebaran tumor (Alkabban and
Ferguson, 2021).

Kanker payudara menyerang secara lokal dan menyebar melalui kelenjar getah
bening regional, aliran darah, atau keduanya. Kanker payudara metastatik dapat
mempengaruhi hampir semua organ dalam tubuh — paling umum, paru-paru, hati,
tulang, otak, dan kulit. Kebanyakan metastasis kulit terjadi di dekat lokasi operasi
payudara; metastasis kulit kepala jarang terjadi (Kosir, 2020).

Reseptor estrogen dan progesteron, hadir pada beberapa kanker payudara, adalah
hormon Nuclear receptors (NRs) yang mendorong replikasi DNA dan pembelahan sel
ketika hormon yang sesuai mengikatnya. Dengan demikian, obat-obatan yang memblokir
reseptor ini mungkin berguna dalam mengobati tumor dengan reseptor. Sekitar dua
pertiga pasien pascamenopause dengan kanker memiliki tumor reseptor esterogen positif
(ER+). Insiden tumor ER+ lebih rendah pada pasien premenopause. Reseptor seluler
lainnya adalah Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2; juga disebut
HER2/neu atau ErbB2); kehadirannya berkorelasi dengan prognosis yang lebih buruk
pada setiap tahap kanker tertentu. Pada sekitar 20% pasien dengan kanker payudara,
reseptor HER2 diekspresikan secara berlebihan. Obat yang memblokir reseptor ini adalah
bagian dari pengobatan standar untuk pasien ini (Kosir, 2020).

6. PENATALAKSANAAN

1) Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan kanker
payudara. Jenis pembedahan pada kanker payudara:
a. Mastektomi
- Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM): tindakan pengangkatan tumor payudara
dan seluruh payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar
getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi: Kanker payudara
stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan
setelah terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor
- Mastektomi Radikal Klasik: tindakan pengangkatan payudara, kompleks puting-
areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening aksilaris level
I, II, III secara en bloc. Indikasi meliputi Kanker payudara stadium IIIb yang
masih operable dan Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
- Mastektomi dengan teknik onkoplasti: Rekonstruksi dapat dilakukan dengan
menggunakan jaringan 12 autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau
transverse rectus abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan prosthesis
seperti silikon.
- Mastektomi simpel: Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara
beserta kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
- Mastektomi subkutan: pengangkatan seluruh jaringan payudara, dengan
preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa diseksi kelenjar
getah bening aksila
- Breast Conserving Therapy (BCT): Pengertian BCT secara klasik meliputi BCS
(Breast Conserving Surgery), dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS
adalah pembedahan atas tumor payudara dengan mempertahankan bentuk
(cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi dengan rekonstruksi.
Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi
kelenjar getah bening aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah
eradikasi tumor secara onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan
fungsi sensasi
2) Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan beberapa
kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya
sebanyak 6 – 8 siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping
yang masih dapat diterima. Hasil pemeriksaan imunohistokimia memberikan
beberapa pertimbangan penentuan regimen kemoterapi yang akan diberikan.
Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah menjadi standar lini pertama (first line)
adalah :
a. CMF
- Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral) (dapat diganti injeksi
cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8 )
- Methotrexate 50 mg / m2 IV, hari 1 & 8
- 5 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8
Interval 3-4 minggu, 6 siklus
b. CAF
- Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
- Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
- 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
c. CEF
- Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
- Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
- 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
3) Terapi hormonal
Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam menentukan pilihan
kemo atau hormonal sehingga diperlukan validasi pemeriksaan tersebut dengan baik.
Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif. Terapi
hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV. Pada kasus kanker dengan
luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan utamanya adalah hormonal bukan
kemoterapi. Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan dibandingkan pemberian
aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang sudah menopause dan Her2-. Lama
pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun
4) Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana kanker
payudara. Radioterapi dalam tatalaksana kanker payudara dapat diberikan sebagai
terapi kuratif ajuvan dan paliatif.

7. DIAGNOSIS dan PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Riwayat dan Pemeriksaan Fisik


Riwayat klinis diarahkan untuk menilai risiko kanker dan menetapkan ada atau tidak
adanya gejala yang menunjukkan penyakit payudara. Ini harus mencakup usia saat
menarche, status menopause, kehamilan sebelumnya dan penggunaan kontrasepsi
oral atau penggantian hormon pascamenopause. Riwayat pribadi kanker payudara dan
usia saat terdiagnosis, serta riwayat kanker lain yang diobati dengan radiasi. Selain
itu, riwayat keluarga kanker payudara dan/atau kanker ovarium pada kerabat tingkat
pertama harus ditegakkan. Riwayat payudara sebelumnya yang signifikan harus
dijelaskan termasuk biopsi payudara sebelumnya (Shah, Rosso and David Nathanson,
2014).
Setelah perkiraan risiko kanker payudara ditentukan, pasien harus dinilai untuk gejala
spesifik seperti nyeri payudara, keluarnya cairan dari puting, malaise, nyeri tulang,
dan penurunan berat badan. Pemeriksaan fisik harus mencakup inspeksi visual yang
cermat dengan pasien duduk tegak. Perubahan puting, asimetri dan massa yang jelas
harus dicatat. Kulit harus diperiksa untuk perubahan seperti; dimpling, erythema,
peaud' orange (terkait dengan kanker payudara stadium lanjut atau inflamasi lokal).
Setelah pemeriksaan yang cermat dan dengan pasien dalam posisi duduk, cekungan
kelenjar getah bening serviks, supra klavikula dan aksila dipalpasi untuk adenopati.
Ketika teraba ukuran, jumlah dan mobilitas harus dipastikan. Palpasi paren chyma
payudara sendiri dilakukan dengan pasien terlentang dan lengan ipsilateral diletakkan
di atas kepala. Subareolar (kuadran tengah) dan setiap kuadran kedua payudara diraba
secara sistematis. Massa dicatat sehubungan dengan ukuran, bentuk, lokasi,
konsistensi, dan mobilitasnya (Shah, Rosso and David Nathanson, 2014).

2) Mammography
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara yang
dikompresi.Mamogram adalah gambar hasil mamografi.Untuk memperoleh
interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan
proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan mediolateralobligue). Mamografi
dapat bertujuan skrining kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan follow up /
kontrol dalam pengobatan. Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari
ke 7-10 dihitung dari hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi
rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu di kompresi dan akan memberi hasil yang
optimal (Kemenkes RI, 2019).
standarisasi penilaian dan pelaporan hasil mamografidigunakan BIRADS yang
dikembangkan oleh American College of Radiology. Tanda primer berupa
(Kemenkes RI, 2019) :
Tanda primer:
1. Densitas yang meninggi pada tumor
2. Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan
sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign).
3. Gambaran translusen disekitar tumor
4. Gambaran stelata.
5. Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
6. Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.
Tanda sekunder:
1. Retraksi kulit atau penebalan kulit
2. Bertambahnya vaskularisasi
3. Perubahan posisi putting
4. Kelenjar getah bening aksila (+)
5. Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
6. Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas

3) Magnetic Resonance Imaging


MRI payudara telah menjadi bagian integral dari diagnosis dan manajemen kanker
payudara pada pasien tertentu. Indikasi saat ini untuk MRI payudara termasuk
evaluasi pasien yang evaluasi mamografinya dibatasi oleh augmentasi (termasuk
implan silikon dan saline dan injeksi silikon), menentukan tingkat penyakit pada saat
diagnosis awal kanker payudara (termasuk identifikasi invasi pektoralis mayor,
serratus anterior, dan otot interkostal), evaluasi temuan yang tidak meyakinkan pada
pemeriksaan klinis, mamografi, dan/atau ultrasonografi, skrining payudara
kontralateral pada pasien terpilih dengan karsinoma payudara yang baru didiagnosis,
dan skrining tanpa gejala pada pasien dengan risiko sangat tinggi kanker payudara
(dalam hubungannya dengan mamografi rutin). Kegunaan lain dari MRI payudara
termasuk evaluasi respon kemoterapi neoadjuvant dengan pencitraan sebelum,
selama, dan/atau setelah pengobatan, dan identifikasi penyakit residual pada pasien
dengan margin positif setelah lumpektomi (Shah, Rosso and David Nathanson, 2014).

4) USG Payudara
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik. Penggunaan USG
untuk tambahan mamografi meningkatkan akurasinya sampai 7,4 % (Kemenkes RI,
2019). Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya:
a. Permukaan tidak rata
b. Taller than wider
c. Tepi hiperekoik
d. Echo interna heterogen
e. Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor membentuk
sudut 90 derajat
5) Patologi anatomi
a. Biopsi: untuk menentukan tumor jinak atau tumor ganas dengan pengambilan
massa, bahan pemeriksaan ER dan PgR
b. Pemeriksaan Immunohistokimia (IHK): pemeriksaan ER, PR, HER2, Ki-67

8. SKRINING CA MAMMAE

1) Periksa Payudara Sendiri (SADARI)


langkah-langkah dari Yayasan Kanker Indonesia yang bisa Anda ikuti saat
melakukan SADARI 7-10 hari setelah menstruasi (P2PTM Kemenkes RI, 2016):
a. Berdiri tegak. Cermati bila ada perubahan pada bentuk dan permukaan kulit
payudara, pembengkakan dan/atau perubahan pada puting. Bentuk payudara
kanan dan kiri tidak simetris? Jangan cemas, itu biasa.
b. Angkat kedua lengan ke atas, tekuk siku dan posisikan tangan di belakang kepala.
dorong siku ke depan dan cermati payudara; dan dorong siku ke belakang dan
cermati bentuk maupun ukuran payudara.
c. Posisikan kedua tangan pada pinggang, condongkan bahu ke depan sehingga
payudara menggantung, dan dorong kedua siku ke depan, lalu kencangkan
(kontraksikan) otot dada Anda.
d. Angkat lengan kiri ke atas, dan tekuk siku sehingga tangan kiri memegang bagian
atas punggung. Dengan menggunakan ujung jari tangan kanan, raba dan tekan
area payudara, serta cermati seluruh bagian payudara kiri hingga ke area ketiak.
Lakukan gerakan atas-bawah, gerakan lingkaran dan gerakan lurus dari arah tepi
payudara ke puting, dan sebaliknya. Ulangi gerakan yang sama pada payudara
kanan Anda.
e. Cubit kedua puting. Cermati bila ada cairan yang keluar dari puting.
Berkonsultasilah ke dokter seandainya hal itu terjadi.
f. Pada posisi tiduran, letakkan bantal di bawah pundak kanan. Angkat lengan ke
atas. Cermati payudara kanan dan lakukan tiga pola gerakan seperti sebelumnya.
Dengan menggunakan ujung jari-jari, tekan-tekan seluruh bagian payudara hingga
ke sekitar ketiak.
2) Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS)
Pemeriksaan ini serupa dengan SADARI, hanya saja dilakukan oleh tenaga
kesehatan, yaitu dokter atau perawat di fasilitas kesehatan. Tenaga kesehatan
mungkin akan meraba payudara Anda untuk menemukan benjolan atau perubahan
lain yang mungkin terjadi pada payudara.
3) Mammografi skrining
Screening mamografi merupakan pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar
X dosis rendah. Teknik mamografi dapat mendeteksi tumor atau kanker pada
payudara, bahkan pada ukuran yang sangat kecil. Pada saat screening mamografi,
payudara akan ditekan diantara dua pelat pada mesin X-ray selama beberapa detik,
tujuan ditekan adalah untuk memperluas permukaan jaringan payudara sehingga
didapatkan gambar payudara yang lebih jelas. Screening mamografi sangat
direkomendasikan untuk wanita yang sudah memasuki usia 40-49 tahun (satu kali
setiap tahun) dan usia 50- atas (satu kali setiap 2 tahun) (ICCC, 2021).

9. KOMPLIKASI CA MAMMAE
1) Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darah kapiler
2) Gangguan neurovaskular
3) Fibrosis payudara
4) Kematian
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1) Identitas klien: nama, usia (risiko meningkat seiring bertambahnya usia), jenis kelamin
(paling banyak pada wanita), agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan
lain-lain
2) Keluhan utama : dapat berupa adanya massa tumor di payudara, rasa sakit di payudara,
keluar cairan pada putting, kemerahan pada payudara, payudara terasa retraksi
3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang: riwayat penyakit yang dialami pasien mulai dari
sebelum dan terjadinya keluhan utama hingga saat pengkajian. Riwayat kanker
payudara dari tanda gejala munjul, penetapan biopsi, keluhan yang paling
dirasakan hingga penanganan yang sudah diberikan untuk menangani keluhan
tersebut.
b. Riwayat penyakit dahulu: apakah pernah mengalami penyakit payudara jinak, perlu
dikaji usia saat menarche dan menopause, riwayat pemakaian kontrasepsi oral, usia
saat melahirkan anak pertama, riwayat konsumsi alkohol.
c. Riwayat penyakit keluarga: anggota keluarga yang memiliki penyakit kronis,
menular, menurun dan menahun. Apakah keluarga ada yang memiliki riwayat
kanker payudara
4) Pemeriksaan Fisik
a. Keadan umum
b. Tanda-tanda vitasl
c. Kepala: bentuk kepala, penyebaran rambut, warna rambut, warna kulit, konjugtiva,
mukosa bibir, keadaan gusi dan gigi, keadaan lidah, dan lain-lain
d. Leher: apakah terdapat pembesaran KGB dan peningkatan JVP
e. Dada atau thoraks dan payudara:
pada payudara meliputi inspeksi (biasanya terjadi perubahan pigmentasi kulit
seperti kemerahan,papila mamae tertarik kedalam, hiperpigmentasi aerola
mammae, ada atau tidak pengeluaran cairan pada puting susu, ada atau tidak
oedem, dan ansimetris payudara serta apakah terlihat adanya ulkus pada bagian
payudara). Palpasi hasil (biasanya teraba ada massa pada payudara, ada atau tidak
pembesaran kelenjar getah bening, kemudian disertai dengan pengkajian nyeri
tekan).
Pada pemeriksaan dada atau torak meliputi ispeksi (bentuk payudara yang tidak
simetris karena terjadi pembengkakan baik satu payudara maupun keduanya),
perkusi (pada stadium 4 dapat terdengar pekak karena terjadi efusi pleura apabila
bermetastase ke paru-paru), auskultasi (terdengar suara napas bronchial, suara
napas tambahan seperti rochi atau wheezing pada stadium 3 dan 4).
f. Kardiovaskuler: jarang ditemukan disritmia, bunyi jantung normal, dan tidak ada
murmur atau gallop
g. Hepar: biasanya tidak ada pembesaran hepar
h. Ekstremitas: tidak ada gangguan pada ekstremitas
5) Pengkajian 11 pola fungsional gordon
a. Persepsi: biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada
payudaranya karena menganggap itu hanya benjolan biasa
b. Nutrisi-metabolik: kebiasaan diet yang buruk, biasanya klien akan mengalami
anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan
c. Eliminasi: biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami
melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen, dan konstipasi
d. Aktivitas dan latihan: pola aktivitas dan latihan akan terganggu akibat anoreksia
dan muntah, kelemahan dan nyeri
e. Kognitif dan persepsi: biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah
sehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik, maupun motorik
f. Istirahat dan tidur: biasanya klien akan mengalami gangguan pola tidur karena
nyeri
g. Persepsi dan konsep diri: payudara merupakan alat vital bagi wanit. kelainan atau
kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan
kehilangan haknya sebagai wanita normal
h. Peran dan hubungan: pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam
melakukan perannya dalam berinteraksi sosial
i. Reproduksi dan seksual: biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan
perubahan pada tingkat kepuasan
j. Koping dan toleransi stre: biasanya klien akan mengalami stres yang berlebihan,
denial, dan keputusasaan
k. Nilai keyakinan: diperlukan pendekatan agama agar klien dapat menerima
kondisinya dengan lapang dada
6) Pemeriksaan Penunjang
a. Mamografi
b. USG payudara
c. MRI
d. Patologi anatomi: biopsi, IHK
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dispnea, pola napas berubah
(D.0005)
2. Nyeri kronis b.d infiltrasi tumor d.d mengeluh nyeri, tertekan, tampak meringis,
gelisah (D.0078)
3. Defisit nutrisi b.d kanker d.d berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang
ideal (D.0019)
4. Keletihan b.d kondisi fisiologis (Ca Payudara) d.d merasa kurang tnaga, tidak mampu
mempertahankan aktivitas rutin, tampak lesu (D.0057)
5. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan sirkulasi d.d kerusakan jaringan
dan/atau lapisan kulit (D.0129)
6. Risiko infeksi d.d penyakit kronis (Ca Payudara) (D.0142)
Post pembedahan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, gelisah (D.0077)
2. Gangguan citra tubuh b.d perubaham struktur/bentuk tubuh d.d kehilangan bagian
tubuh (D.0083)
3. Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif (D.0142)

3. KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI

DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08298)
keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
diharapkan tingkat nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
menurun dengan kriteria (observasi)
hasi: (L.08066) 2. Identifikasi skala nyeri (Observasi)
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri (Observasi)
2. Meringis menurun 4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
3. Tertekan menurun mengurangi rasa nyeri (napas dalam)
4. Gelisah menurun (terapeutik)
5. Fasilitasi istirahat dan tidur (terapeutik)
DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
6. Anjurkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri (napas dalam) (terapeutik)
7. Kolaborasi pemberian analgetik (kolaborasi)
8. Kolaborasi tindakan pembedahan
(kolaborasi)
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi (o)
diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
membaik dengan kriteria nutrien (o)
hasil: 3. Monitor asupan makan (o)
1. Porsi makan yang 4. Monitor hasil lab (o)
dihabiskan meningkat 5. Berikan makanan tinggi kalori dan protein (t)
2. Serum albumin 6. Fasilitasi menentukan program diet (t)
meningkat 7. Ajarkan diet yang diprogramkan (t)
3. Berat badan membaik 8. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
4. IMT membaik makan (pereda nyeri) (k)
5. Nafsu makan membaik 9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
6. Membran mukosa menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
membaik yang dibutuhkan (k)
Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Perawatan area insisi (I.14558)
(post op) keperawatan 3x24 jam 1. Periksa lokasi insisi adanya kemerahan,
diharapkan tingkat infeksi bengkak, atau tanda-tanda dehisens (o)
menurun dengan kriteria 2. Monitor tanda dan gejala infeksi (o)
hasil: (L.14137) 3. Bersihkan area insisi dengan pembersih yang
1. Nafsu makan tepat (t)
meningkat 4. Ganti balutan sesuai jadwal (t)
2. Kemerahan menurun 5. Ajarkan cara merawat area insisi (e)
3. Nyeri menurun
DAFTAR PUSTAKA

Alkabban, F. M. and Ferguson, T. (2021) ‘Breast Cancer’, StatPearls [Internet]. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482286/.
Arsittasari, T. (2017) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kanker Payudara Di
Rsud Kota Yogyakarta Tahun 2016’, Jurnal Kebidanan, pp. 1–90.
Feng, Y. et al. (2018) ‘Breast cancer development and progression: Risk factors, cancer stem
cells, signaling pathways, genomics, and molecular pathogenesis’, Genes and Diseases.
Elsevier Ltd, 5(2), pp. 77–106. doi: 10.1016/j.gendis.2018.05.001.
ICCC (2021) Apa itu Screening Mamografi? Available at: https://iccc.id/apa-itu-screening-
mamografi.
Kemenkes RI (2019) ‘Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara (Breast Cancer Treatment
Guideline)’, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(4), pp. 1–50. Available at:
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf.
Kosir, M. A. (2020) ‘Breast Cancer’, MSD Manual Professional Version. Available at:
https://www.msdmanuals.com/professional/gynecology-and-obstetrics/breast-
disorders/breast-cancer#.
Nurhayati (2018) ‘Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker payudara di
rumah sakit umum daerah kota padangsidimpuan’, Jurnal Warta Edisi 56, (April).
P2PTM Kemenkes RI (2016) Enam Langkah SADARI untuk Deteksi Dini Kanker Payudara.
Available at: http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/enam-langkah-sadari-untuk-deteksi-
dini-kanker-payudara.
Shah, R., Rosso, K. and David Nathanson, S. (2014) ‘Pathogenesis, prevention, diagnosis and
treatment of breast cancer’, World Journal of Clinical Oncology, 5(3), pp. 283–298. doi:
10.5306/wjco.v5.i3.283.
Watkins, E. J. (2019) ‘Overview of breast cancer’, Journal of the American Academy of
Physician Assistants, 32(10), pp. 13–17. doi: 10.1097/01.JAA.0000580524.95733.3d.
Yuslikhah, A. M., Wijayanti, Y. and Rustiana, E. R. (2019) ‘the Effectiveness of Health
Education Method on Early Detection Carcinoma Mammae in Teenage Girls of Madrasah
Aliyah in Mijen Sub-District’, Public Health Perspective Journal, 4(2), pp. 109–115.

Anda mungkin juga menyukai