KEPERAWATAN MANAJEMEN
MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)
Fasilitator:
Sartika Wulandari, S.Kep.,Ns M.Kep.
Disusun Oleh Kelompok 2:
Kelas A1-2017
Novita Setiyawati 131711133004
Ananda Hanna Pratiwi 131711133005
Tri Widiyastuti 131711133006
Tya Wahyun Kurniawati 131711133007
Alfia Nuril Firdaus 131711133024
Dwi Adven Erina Putri 131711133025
Farid Enggal Dwiyanto 131711133077
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)” ini tepat waktu.
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya.
Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah
ini, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Sartika Wulandari, S.Kep.,Ns M.Kep selaku fasilitator mata kuliah
Keperawatan Manajemen di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga,
yang memberikan bimbingan dan saran.
2. Teman-teman anggota kelompok 2 kelas A1-2017 Program Studi S1
Kperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, yang
memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungannya kepada
penulis.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan sangat kami butuhkan
demi penyempurnaan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi
kita semua. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum...............................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1 Konsep dan Penerapan MAKP............................................................................3
2.2 Model Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).........................7
2.3 Timbang Terima.................................................................................................16
2.4 Sentralisasi Obat................................................................................................19
2.5 Ronde Keperawatan...........................................................................................22
2.6 Langkah Pengelolaan MAKP (Pengumpulan Data)..........................................25
2.7 Langkah Pengelolaan MAKP (Analisis SWOT)...............................................32
2.8 Langkah Pengelolaan MAKP (Identifikasi Masalah)........................................36
2.9 Langkah Pengelolaan MAKP (Penyusunan Rencana).......................................37
BAB III.......................................................................................................................39
PENUTUP..................................................................................................................39
3.1 Kesimpulan........................................................................................................39
3.2 Saran..................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Mutu pelayanan rumah sakit yang berkualitas selalu menjadi harapan bagi setiap
pengguna jasa pelayanan kesehatan dan seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, masyarakat seakin kritisa dalam menilai pelayanan
kesehatan. untuk itu rumah sakit harus terus berbenah meningkatkan kualitas
pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dan
pelayanan yang terkait dengan kebutuhan pasien, yang mudah diakses, pelayanan
yang cepat dan akurat, bermutu dan tentunya dengan biaya yang mudah dijangkau
(Nusalam, 2015).
1
apabila tanggung jawab atau peran perawat baik dalam hal dokumentasi, timbang
terima, supervise dan sentralisasi obat tidak dijalankan dengan baik, yng berarti
menunjukkan kinerja perawat juga menurun (Nursalam, 2002). Kepuasan pasien akan
tercapai bilaa diperoleh hasil yang optimal bagi setiap pasien dan pelayanan
kesehatan memperhatikan pasien dan keluarganya, ada perhatian terhadap keluhan,
kondisi lingkungan fisik dan tanggap kepada kebutuhan pasien (Anna, 2001).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah “Bagaimanakah Konsep dan Penerapan Model Metode Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP)”
1.3 Tujuan
2
4. Mampu membuat struktur organisasi, uraian tugas di ruang MAKP
5. Mampu menyusun instrumen evaluasi pelayanan di ruang MAKP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Model MAKP
1. MAKP
2. Dasar Pertimbangan Pemilihan MAKP
3. Jenis-jenis MAKP (Konsep, Kelebihan Kelemahan, Uraian Tugas)
B. Aplikasi Model MAKP
1. Pengumpulan Data (M1-M5 dijelaskan)
2. Analisis (SWOT dan BSC)
3. Identifikasi Masalah
4. Perencanaan (Rencana Strategis)
5. Pelaksanaan
6. Evaluasi
3
2.1 Konsep dan Penerapan MAKP
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produk/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki
nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang independen, maka
tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak
akan dapat terwujud
4
Pada pembahasan praktik keperawatan akan dijabarkan tentang model praktik,
metode praktik dan standar.
1. oksigen;
2. cairan dan elektrolit;
3. eliminasi;
4. kemananan;
5. kebersihan dan kenyamanan fisik;
6. istirahat dan tidur;
7. aktivitas dan gerak;
8. spiritual;
9. emosional;
10. komunikasi;
5
11. mencegah dan mengatasi risiko psikologis;
12. pengobatan dan membantu proses penyembuhan;
13. penyuluhan;
14. rehabilitasi.
6
Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan untuk praktik
keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan berpengalaman
secara sendiri/perorangan membuka praktik keperawatan dalam jam praktik
tertentu untuk memberi asuhan keperawatan, khususnya konsultasi dalam
keperawatan bagi masyarakat yang memerlukan. Bentuk praktik
keperawatan ini sangat diperlukan oleh kelompok/golongan masyarakat yang
tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang
dikembangkan pemerintah.
(MAKP)
7
4. Sistem Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
a. Fungsional
b. Kasus
c. Tim
d. Primer
e. Modifikasi tim-primer
8
Setiap perubahan harus selalu mempertimbangkan biaa dan efektifitas dalam
kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana baiknya suatu model, tanpa
ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapatkan hasil yang
sempurna
3. Kualitas asuhan dan kepuasan klien
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien
dalam asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu
model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang
terhadap kepuasan klien
4. Kepuasan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan
kinerja perawat. Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat
meningkatkan kepuasan perawat bukan justru menambah beban kerja dan
frustasu dalam pelaksanaannya
5. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan
keperawatan diharapkan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang
baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
9
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu,
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat
hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat
luka) kepada semua pasien di bangsal.
Bagan 2.1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis dan Huston,
1998: 138)
Kelebihan:
a. manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas
dan pengawasan yang baik;
b. sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;
c. perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan:
a. tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;
b. pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan;
10
c. persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
2. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit
rawat jalan, dan unit gawat darurat.
Kelebihannya:
a. memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;
b. mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
c. memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah di atasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
11
a. memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya;
b. kerja sama dengan anggota tim dan antartim;
c. memberikan laporan.
e. menyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruang:
a) perencanaan:
menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing;
mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya;
mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi, dan persiapan
pulang, bersama ketua tim;
mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan;
merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan;
mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis
yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter
tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien;
mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan proses
keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk
12
pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga
yang baru masuk;
membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri;
membantu membimbing peserta didik keperawatan;
menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
b) pengorganisasian:
merumuskan metode penugasan yang digunakan;
merumuskan tujuan metode penugasan;
membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas;
membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, dan ketua
tim membawahi 2–3 perawat;
mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain;
mengatur dan mengendalikan logistik ruangan,
mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik;
mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada ketua
tim;
memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien;
mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya;
identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c) pengarahan:
memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim;
memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik;
13
membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya;
meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d) pengawasan:
melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien;
melalui supervisi:
1. pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati sendiri,
atau melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki/ mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga;
2. pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas;
3. evaluasi;
4. mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim;
5. audit keperawatan.
3. MAKP Primer
14
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat.
Kelebihan:
a. bersifat kontinuitas dan komprehensif;
b. perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri;
c. keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies,
1989).
15
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu
tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer
karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbarui dan komprehensif.
16
Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer:
a. sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer;
b. orientasi dan merencanakan karyawan baru;
c. menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten;
d. evaluasi kerja;
e. merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf;
f. membuat 1–2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi.
17
5. Modifikasi: MAKP Tim-Primer
Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Sitorus (2002) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada
beberapa alasan berikut.
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer,
karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3,
bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat primer/ketua
tim.
18
2.3 Timbang Terima
2.3.1 Pengertian
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien
1. Persiapan
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian sift operan
19
b. Semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan timbang terima
khususnya pasien baru masuk dan pasien yang memiliki permasalahan
yang belum teratasi
c. Semua sarana prasarana terkait pelayanan keperawatan dilaporkan dan
dioperkan
2. Pelaksanaan di nurse station dan di bed pasien
a. Kedua kelompok dinas sudah siap
b. Kelompok yang akan bertigas menyiapkan catatan
c. Kepala ruang membuka acara timbang terima
d. Perawat yang sedang jaga menyampaikan timbang terima kepada perawat
berikutnya
e. Perawat sift dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab, dan validasi
f. Melakukan validasi keliling ke bed pasien
Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift
Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal
penting lainnya
Hal yang bersifat khusus dan memerlukan rincian yang lengkap dicatat secara
khusus untuk kemudian diserahkan kepada perawat jaga berikutnya
Hal yang perlu diberitahukan dalam timbang terima: identitas dan diagnosa
medis, masalah keperawatan, tindakan yang sudah dan belum dilakukan,
intervensi
3. Pasca
a. Diskusi/klarifikasi
b. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung tanda tangan
pergantian sift serta penyerahan laporan
c. Ditutup oleh kepala ruangan
20
Pre conference adalah komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpn oleh ka
primer atau penanggung jawab primer. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat
(rencana harian) dan tambahan rencana dari kepala primer dan penanggung jawab
primer
Kegiatan :
21
Waktu : sebelum operan ke dinas berikutnya
Kegiatan :
2.4.1 Pengertian
22
Sentralisasi obat (teknik pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya
kepada perawat, pengeluaran dan pembagian Obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat.
1. Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada
perawat dan keluarga menerima tanda bukti serah terima Obat.
2. Perawat menuliskan nama pasien, registrasi, jenis Obat, jumlah (sediaan) dan
diketahui oleh keluarga atau klien dalam format pemberian obat. Keluarga atau
klien selanjutnya mendapatkan informasi bila mana obat tersebut akan habis.
3. Klien atau keluarga selanjutnya mendapatkan tanda bukti semh terima obat yang
berisi nama obat, jumlah, dosis obat yang diberikan perawat.
4. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disrmpan oleh perawat dalam kotak Obat,
5. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar pemberian
Obat.
6. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian Obat, dengan
terlebih dahulu di cocokkan dengan terapi di dalam advis dokter.
7. Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat,
jumlah obat, efek samping obat. Usahakan tempat obat kembali setelah obat
dikonsumsi. Pantau adanya efek samping pada pasien.
23
8. Sediaan Obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala ruangan atau
petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam format pemberian Obat pada
kolom sisa-
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara optimal
dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol penggunaan Obat.
3. Penerimaan Obat
4. Pembagian Obat
Jika ada penambahan / perubahan jenis, dosis atau perubahan rute pemberian
Obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam format pemberian Obat pada
kolom terima.
6. Obat khusus
a) Obat disebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal,
menggunakan rute pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang
cukup besar atau hanya diberikan pada waktu tertentu.
24
b) Pemberian Obat khusus didokumentasikan di format pemberian Obat (tidak
ada format khusus)
c) Informasi yang diberikan pada klien/ keluarga yaitu nama Obat, kegunaan
Obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan
tempat Obat sebaiknya diserahkan/ditunjukkan pada keluarga setelah
pemberian.
1. Nama, umur, jenis kelamin, alamat dapat diisi dengan nama pasien sendiri, anak,
istri, suami, orang tua, dan lain-lain.
2. Nama Klien, Umur, Jenis kelamin, alamat, no.reg diisi sesuai dengan data klien
yang bersangkutan.
25
5. Format ditandatangani oleh perawat yang menerangkan dan klien yang
menyetujui dilakukan tindakan sentralisasi obat, disertai para saksi-saksi.
2. Kolom Nama obat diisi sesuai dengan obat yang diberikan sesuai dosis, dan cara
pemberian.
3. Kolom tanggal diisi tanggal penerimaan obat, secara vertikal begitu juga pada
kolom terima yaitu jurnlah obat yang diterima dan ditulis nama terang perawat
dan keluarga yang menerima,
4. Kolom pemakaian obat diisi sesuai jam berapa obat diberikan beserta nama
perawat.
5. Kolom sisa diisi oleh perawat shift malam yaitu jumlah obat yang masih ada
setelah pamberian beserta nama perawat.
2.4.6 Petunjuk Teknis Pengisian Tanda Bukti Serah Terima Obat (Untuk
Pasien)
2. Kolom tanggal penerimaan Obat diisi sesuai dengan tanggal serah terima Obat.
26
3. Kolom nama obat, dosis dan jumlah (sediaan) diisi sesuai dengan nama obat,
frekuensi pemberian dan jumlah yang diterima.
4. Kolom TT atau nama terang yang menyerahkan disi oleh keluarga atau klien.
5. Kolom TT atau nama terang yang menerima dlisi oleh perawat atau keluarga
yang menerima.
3. Pasien / keluarga memberi Obat ke perawat dan menerima tanda bukti serah
terima obat dari perawat.
4. Perawat menerima Obat dari pasien/ keluarga dan mengisi format pemberian
Obat pada kolom terima.
6. Perawat meletakkan obat di tempat obat saat memberikan obat sesuai jadwal.
27
2.5 Ronde Keperawatan
2.5.1 Pengertian
Karakteritik:
28
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3. Manfaat
29
d) Terjalinnya kerja sama antar tim kesehatan.
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki
kriteria sebagai berikut:
30
f) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
1. Struktur
2. Proses
31
b) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
3. Hasil
c) Perawat dapat:
32
Struktur organisasi ruang MAKP
Douglas)
Tahap I
Tahap II
33
Dihitung B= jumlah rata-rata jam perawatan untuk sekuruh klien
dalam satu hari.
Tahap III
Tahap IV
Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 =
180, Sedangkan 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam
perawatan.
Tahap V
34
Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun (365 — 52 hari
minggu = 313 hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif perhari
(6 jam)
3. Metode (M3-Method)
c) Discharge Planning
35
Petunjuk Teknis Pengisian Lembar Dyscharge Planning:
5) Ruang rawat:
36
11) Diagnosa keperawatan: Diagnosa klicn berdasarkan
masalah kepcrawatan selama MRS
16) Yang dibawa pulang (hasil lab, foto, ECG, dll): Hasil
dari pemeriksaan klien yang diperbolehkan dibawa
pulang.
d) Ronde keperawatan
e) Dokumentasi
37
4. Uang: (M4-Money)
a) Pemasukan.
5. Mutu: (M5-Mutu)
b) Kepuasan pasien.
c) Kenyamanan.
d) Kecemasan.
e) Perawatan diri.
38
f) Pengetahuan/perilaku pasien
39
5) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik
identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan
lokasi
40
1) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengatur identifikasi, lokasi, pemberian label, dan
penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai.
41
semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat/benar, dan fungsional.
42
3) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mendukung pengurangan secara berkelanjutan
risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
b) Kepuasan
43
- Perawatan Diri
- Kenyamanan
- Kecemasan
- Pengetahuan
Perencanaan Strategis
44
2. Penyusunan Perencanaan Strategis.
45
Proses Perumusan Perencanaan Strategis (Supriyanto, 2011)
46
3. Indikator Perencanaan Strategis.
47
organisasi/institusi terhadap perencanaan strategis dapat meningkatkan
kinerja organisasi/ institusi. Keahlian dalam perencanaan strategis adalah
pengetahuan dan keahlian pimpinan organisasi/institusi untuk menerapkan
perencanaan strategis (Asmarani, 2006).
2) Faktor Lingkungan.
3) Budaya Organisasi.
48
Budaya organisasi dapat menjadi alat praktis manajemen yang mampu
mendukung adanya perubahan strategis. Budaya mencakup nilai, aturan,
kepercayaan di dalamnya yang membentuk perilaku, sikap yang
menguntungkan (Asmarani, 2006) sehingga budaya organisasi dapat
memengaruhi komitmen terhadap organisasi yang tentu berdampak pada
perencanaan strategis. Budaya juga merupakan dasar dari seluruh faktor
manajemen sumber daya manusia. Ini juga memengaruhi perilaku yang
merujuk pada hasil yaitu, komitmen, motivasi, moral, dan kepuasan.
Analisis SWOT
Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang
ada dalam pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh
pengumpulan data pada bagian lain di dalam buku ini). Data tersebut dibedakan
menjadi 2, yaitu IFAS (internal factors) yang meliputi aspek Weakneses dan
Strength dan faktor EFAS (external factors) yang meliputi aspek Opportunity dan
Threatened.
2. Bobot.
Beri Bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai dengan
0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi
perusahaan.
3. Peringkat (Rating).
49
Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari
4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang/poor) berdasarkan pengaruh faktor
tersebut. Data rating didapatkan berdasarkan hasil pengukuran baik secara
observasi, wawancara, pengukuran langsung. Faktor Strength dan Opportunity
menggambarkan nilai kinerja positif, sebaliknya faktor Weakneses dan
Threatened. menggambarkan nilai kinerja yang negatif. Kemudian, kalikan Bobot
dengan rating untuk mendapatkan nilai masing-masing faktor.
1. M1 (Ketenagaan)
50
a. Keselamatan pasien
b. Kepuasan pasien
c. Kecemasan pasien
d. Kenyamanan (nyeri)
e. Perawatan diri
f. Pengetahuan pasien
1. Masalah
Masalah yang ditemukan pada setiap sistem setelah dilakukan identifikasi
masalah dan disusun prioritas masalah
2. Tujuan
Tujuan yang diharapkan setelah dilakukan program/kegiatan yang diusulkan
3. Program/Kegiatan
Program/kegiatan yang diusulkan didasarkan tujuan dan masalah yang
ditemukan
4. Indikator/Target Keberhasilan
Indikator sebagai acuan keberhasilan dari program/kegiatan yang akan
dilakukan
5. Penanggung Jawab
Orang yang bertanggunga jawab atas perencanaan yang telah dirancang
51
6. Waktu
Waktu yang dirancangan untuk melaksanakan program/kegiatan di ruangan
52
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan dan masih perlu
perbaikan. Maka dari itu kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
53
pada sumber yang relevan dan valid. Kami juga sangat mengharapkan kritik dan
saran tentang pembahasan makalah diatas.
54
DAFTAR PUSTAKA
55
Hidayah, Nur. 2014. Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Tim Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan.
Volume VII No. 2
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 2017. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit.
Edisi 1
Nursalam. 2014. Manajemen keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional (A. Suslia (ed.); 4th ed.). Salemba Medika.
56