Anda di halaman 1dari 13

1.

5 Sentralisasi Obat
1.5.1 Pengertian
Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan konsumsi Obat merupakan
salah satu peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam suatu pola yang sistematis
sehingga penggunaan Obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko
kerugian secara materiil maupun non materiil dapat diellminir. Upaya sistematik meliputi
uraian terinci tentang pengelolaan Obat secara tepat oleh perawat diperlukan sebagai
bentuk tanggung jawab perawat dalam menyelenggarakan kegiatan keperawatan.
Sentralisasi obat (teknik pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan obat dimana
seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat,
pengeluaran dan pembagian Obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
1.5.2 Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat
1. Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga diserahkan
kepada perawat dan keluarga menerima tanda bukti serah terima Obat.
2. Perawat menuliskan nama pasien, registrasi, jenis Obat, jumlah (sediaan)
dan diketahui oleh keluarga atau klien dalam format pemberian obat.
Keluarga atau klien selanjutnya mendapatkan informasi bila mana obat
tersebut akan habis.
3. Klien atau keluarga selanjutnya mendapatkan tanda bukti semh terima obat
yang berisi nama obat, jumlah, dosis obat yang diberikan perawat.
4. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disrmpan oleh perawat dalam
kotak Obat,
5. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian Obat.
6. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian Obat,
dengan terlebih dahulu di cocokkan dengan terapi di dalam advis dokter.
7. Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, efek samping obat. Usahakan tempat obat kembali
setelah obat dikonsumsi. Pantau adanya efek samping pada pasien.
8. Sediaan Obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala ruangan
atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam format pemberian
Obat pada kolom sisa-
Hal yang perlu diperhatikan:
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
optimal dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol penggunaan
Obat.
3. Penerimaan Obat
4. Pembagian Obat
5. Penambahan Obat baru
Jika ada penambahan / perubahan jenis, dosis atau perubahan rute pemberian
Obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam format pemberian Obat
pada kolom terima.
6. Obat khusus
a) Obat disebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal,
menggunakan rute pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping
yang cukup besar atau hanya diberikan pada waktu tertentu.
b) Pemberian Obat khusus didokumentasikan di format pemberian Obat
(tidak ada format khusus)
c) Informasi yang diberikan pada klien/ keluarga yaitu nama Obat,
kegunaan Obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian dan tempat Obat sebaiknya diserahkan/ditunjukkan pada
keluarga setelah pemberian.
Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat
1.5.3 Alur Sentralisasi Obat
Pendekatan Perawat → Dokter → Keluarga/ Pasien → Farmasi/ Apotik →
Keluarga Pasien → Karu/ PP / PA yang menerima → Pengaturan / Pengelolaan
oleh Perawat (Surat persetujuan → Lembar serah terima obat klien)
1.5.4 Petunjuk Teknis Pengisian Format Persetujuan Sentralisasi Obat
1. Nama, umur, jenis kelamin, alamat dapat diisi dengan nama pasien sendiri,
anak, istri, suami, orang tua, dan lain-lain.
2. Nama Klien, Umur, Jenis kelamin, alamat, no.reg diisi sesuai dengan data
klien yang bersangkutan.
3. Ruangan diisi sesuai tempat pasien dirawat.
4. Pengisian tanggal sesuai dengan tanggal pelaksanaan informed concent.
5. Format ditandatangani oleh perawat yang menerangkan dan klien yang
menyetujui dilakukan tindakan sentralisasi obat, disertai para saksi-saksi.
1.5.5 Petunjuk teknis Pengisian Format Pemberian Obat
1. Pengisian nama pasien, No. Register, umur, ruangan.
2. Kolom Nama obat diisi sesuai dengan obat yang diberikan sesuai dosis, dan
cara pemberian.
3. Kolom tanggal diisi tanggal penerimaan obat, secara vertikal begitu juga pada
kolom terima yaitu jurnlah obat yang diterima dan ditulis nama terang
perawat dan keluarga yang menerima,
4. Kolom pemakaian obat diisi sesuai jam berapa obat diberikan beserta nama
perawat.
5. Kolom sisa diisi oleh perawat shift malam yaitu jumlah obat yang masih ada
setelah pamberian beserta nama perawat.
1.5.6 Petunjuk Teknis Pengisian Tanda Bukti Serah Terima Obat (Untuk Pasien)
1. Pengisian nama pasien, umur, No. Registmsi ruangan
2. Kolom tanggal penerimaan Obat diisi sesuai dengan tanggal serah terima
Obat.
3. Kolom nama obat, dosis dan jumlah (sediaan) diisi sesuai dengan nama obat,
frekuensi pemberian dan jumlah yang diterima.
4. Kolom TT atau nama terang yang menyerahkan disi oleh keluarga atau klien.
5. Kolom TT atau nama terang yang menerima dlisi oleh perawat atau keluarga
yang menerima.
1.5.7 Petunjuk teknis Sentralisasi Obat
1. Perawat menjelaskan tujuan dan manfaat dari sentralisasi obat.
2. Pasien/ keluarga mengisi format peersetujuan sentralisasi obat.
3. Pasien / keluarga memberi Obat ke perawat dan menerima tanda bukti serah
terima obat dari perawat.
4. Perawat menerima Obat dari pasien/ keluarga dan mengisi format pemberian
Obat pada kolom terima.
5. Perawat menyimpan Obat yang telah diterima di kotak Obat,
6. Perawat meletakkan obat di tempat obat saat memberikan obat sesuai jadwal.
7. Perawat memberikan obat ke pasien.
8. Perawat mengisi format pemberian Obat dan LK
1.6 Ronde Keperawatan
1.6.1 Pengertian
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim,
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu yang harus
dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, perawat Asocciate
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan.
Karakteritik:
a) Pasien dan keluarga dilibatkan secara langsung
b) Pasien merupakan Fokus kegiatan
c) Perawatan Assosiate, Perawatan primer dan konselor melakukan diskusi bersama
d) Konselor memfasilitasi kreativitas (kegiatan ronde keperawatan).
e) Konselor membantu mengembangkan kemampuan Perawat assosiate dan Perawat
Primer dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
1.6.2 Tujuan dan Manfaat Ronde Keperawatan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis
2. Tujuan Khusus
a) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis,
b) Meningkatkan validasi data pasien.
c) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
d) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorentasi
pada masalah pasien.
e) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
f) Meningkatkan kemampuan justifikasi,
g) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja,
3. Manfaat
a) Masalah pasien dapat teratasi
b) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
c) Terciptanya komonitas keperawatan yang profesional.
d) Terjalinnya kerja sama antar tim kesehatan.
e) Perawat dapat melaksanakan model asuhan kepemwatan dengan tepat dan
benar.
1.6.3 Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
2. Pasien dengan kasus baru atau langka.
1.6.4 Peran Masing-Masing Anggota
1. Peran Perawat Primer dan Perawat Assosiate
a) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien,
b) Menjelaskan diagnosis keperawatan.
c) Menjelaskan intervensi yang dilakukan,
d) Menjelaskan hasil yang didapat
e) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
2. Peran Perawat Konselor
a) Memberikan justi fikasi b, Memberikan reinforcement
b) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
c) Mengarahkan dan koreksi
d) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
1.6.5 Evaluasi Tindakan Ronde Keperawatan
1. Struktur
a) Persyaratan administratif (informed consent, alat, dll)
b) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
c) Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan
3. Hasil
a) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
b) Masalah pasien dapat teratasi
c) Perawat dapat:
 Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
 Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
 Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
 Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
1.7 Langkah Pengelolaan MAKP
1.7.1 Pengumpulan data
1. Sumber daya manusia (M1-Man)
 Pasien: Alur, Kasus, Tingkat Ketergantungan
 Struktur organisasi ruang MAKP
 Uraian tugas perawat
 Mengidentifikasi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan (menurut
Douglas)
 Pengaturan ketenagaan atau pembagian tugas (sesuaikan dengan
kesepakatan ruangari) atau menurut tingkat ketergantungan Orem
Metoda Formulasi Nina
Nina (1990) menggunakan lima tahapan dalam menghitung kebutuhan
tenaga. Contoh pengitungannya:
Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur,
didapatkan jumlah ratarata klien yang dimwat (BOR) 60 %, sedangkan rata-
rata jam perawatan adaalah 4 jam perhari. Berdasarkan situasi tetsebut maka
dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:
Tahap I
Dihitung A jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Dari contoh
diatas A— 4 jam/ hari
Tahap II
Dihitung B= jumlah rata-rata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu
hari.
B tempat tidur-4x 300 1200
Tahap III
Dihitung jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun.
B x 365 hari = 1200 x 365 = 438000jam
Tahap IV
Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan
selama setahun.
x BOR/ 80 -438000x 180/ 80 985500
Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180,
Sedangkan 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan.
Tahap V
Didapat E— jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan.
985500/ 1878 = 524,76 (525 orang)
Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun (365 — 52 hari minggu = 313
hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif perhari (6 jam)
2. Sarana Prasarana (M2-Material)
Identifikasi peralatan dan perlengkapan yang terdapat di mangan MAKP
meliputi alat medis, alat keperawatan, alat emergency, alat linen, alat dapur,
alat administrasi dan sebagainya.
3. Metode (M3-Method)
a) Tentukan metode MAKP sesuai kriteria pemilihan model manajemen
asuhan keperawatan profesional (MAKP)
b) Penerimaan pasien baru
c) Discharge Planning

Petunjuk Teknis Pengisian Lembar Dyscharge Planning:


1) No. Reg: Diisi sesuai dengan nomor register pasien
2) Nama: Diisi sesuai dengan nama pasien
3) Jenis kelamin: Diisi laki-laki atau perempuan
4) Alamat: Diisi sesuai dengan alamat pasien
5) Ruang rawat:
6) Diisi sesuai dengan ruang pasien dirawat (Ruang bedah Teratai)
7) Tanggal MRS: Sesuai klien maşuk Rumah Sakit
8) Diagnosa MRS: Diisi oleh perawat berdasarkan diagnosa medis
yang ditentukan oleh dokter
9) Tanggaı KRS: Tanggal ditetapkannya pasien pulang oleh dokter
10) Diagnosa KRS: Diagnosa klien berdasarkan pemeriksaan klinis
setelah klien diperbolehkan pulang
11) Diagnosa keperawatan: Diagnosa klicn berdasarkan masalah
kepcrawatan selama MRS
12) Anjuran Diet: Diisi berdasarkan anjuran dari ahli gizi
13) Obat-obat yang diminum dan jumlahnya: Diisi sesuai obat yang
dibawa pulang aturannya, jumlahnya, dosisnya
14) Aktivitas: Diisi perawat sesuai keadaan pasien saat pulang tentang
kegiatannya dan istirahatnya di rumah
15) Tanggal/tcmpat kontrol: Diisi sesuai tempat kontrol dimana klicn
kontrol
16) Yang dibawa pulang (hasil lab, foto, ECG, dll): Hasil dari
pemeriksaan klien yang diperbolehkan dibawa pulang.
17) Dipulangkan dari RS X dengan keadaan: Diisi berdasarkan kondisi
pasien pulang
18) Lain-lain: Diisi hal di luar ketentuan diatas misal: obat-obat yang di
stop/dihentikan.
d) Ronde keperawatan
e) Dokumentasi
4. Uang: (M4-Money)
Difokuskan pada berikut:
a) Pemasukan.
b) RAB, yang meliputi dana untuk kegiatan berikut.
1) Operasional (kegiatan pelayanan).
2) Manajemen (pembayaran pegawai, listrik, air, telepon, dan
lainnya).
3) Pengembangan (sarana prasarana dan sumber daya manusia).
5. Mutu: (M5-Mutu)
a) Patient safety (medication error, flebitis, dicubitus, jatuh, restrains,
injuri, ILO, INOS).
b) Kepuasan pasien.
c) Kenyamanan.
d) Kecemasan.
e) Perawatan diri.
f) Pengetahuan/perilaku pasien
Mutu Pelayanan Keperawatan:
a) Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Berdasarkan Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh
Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan JCI
Acredition, maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut.
 Sasaran I: Ketepatan identifikasi pasien.
1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak
boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien
2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah.
3) Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis (lihat juga).
4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur
5) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi
 Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)
1) Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah
atau hasil pemeriksaan tersebut.
2) Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan
secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau
hasil pemeriksaan tersebut.
3) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu
yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
4) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten
dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi
lisan melalui telepon
 Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
(high-alert medications)
1) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengatur
identifikasi, lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat-
obat yang perlu diwaspadai.
2) Kebijakan dan prosedur diimplementasikan.
3) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien
kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil
untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja di area tersebut,
bila diperkenankan kebijakan.
4) Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien
diberi label yang jelas dan disimpan dengan cara yang
membatasi akses (restrict access)
 Sasaran lV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
operasi
1) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali
untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam
proses penandaan/pemberian tanda.
2) Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain
untuk melakukan verifikasi praoperasi tepat-lokasi, tepat-
prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang diperlukan tersedia, tepat/benar, dan fungsional.
3) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan
mencatat/mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum
induksi); “sebelum insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya
suatu prosedur/tindakan pembedahan dan sign out (sebelum
meninggalkan kamar operasi).
4) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses guna memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
tindakan pengobatan gigi/dental yang dilaksanakan di luar
kamar operasi.
 Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
1) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
hygiene terbaru yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah
diterima secara umum (antara lain dari WHO Patient Safety).
2) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mendukung
pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
 Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh
1) Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien
jatuh dan melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
2) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh
bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko.
3) Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang
keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak
yang berkaitan secara tidak disengaja.
4) Kebijakan dan/atau prosedur mendukung pengurangan
berkelanjutan dari risiko cedera pasien akibat jatuh di rumah
sakit.
b) Kepuasan
- Tingkat Kepuasan Pasien
- Tingkat Kepuasan Perawat
- Perawatan Diri
- Kenyamanan
- Kecemasan
- Pengetahuan
Daftar Pustaka:
Soemantri, Imran. 2011. Konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional
Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai