Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN CASE STUDY

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)


DI RSUD ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

Bangsal Bedah

“Ca Mammae (S) ”

Preseptor :
Dr. ISMELDI, SpB (K)Onk

Nadia Ningrum, S.Farm (1641012317)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara

yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara

merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia (KPKN, 2015). Kanker

payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan

jaringan penunjang payudara (Depkes RI, 2009). Setiap 2 dari 10.000 perempuan

didunia diperkirakan akan mengalami kanker payudara setiap tahunnya. Kanker

payudara merupakan salah satu penyebab utama kematian yang diakibatkan oleh

kanker pada perempuan diseluruh dunia (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD

menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. Diperkirakan

angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika

adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu

27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita (KPKN, 2015).

Penyakit ini juga dapat diderita pada laki – laki dengan frekuensi sekitar 1% Di

Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut

(KPKN, 2015).

Menurut WHO kanker payudara merupakan penyakit yang umum dan

berakibat fatal bagi wanita dan merupakan penyebab kematian kedua terbesar.

Didaerah Timur Mediterania lebih dari 1,2 juta wanita didiagnosis menderita

kanker payudara (WHO, 2006). Setiap tahunnya diperkirakan bahwa kasus baru

terkait kanker payudara terus meningkat dari 10 juta pada tahun 2002 menjadi 15

juta pada tahun 2025, dengan perkiraan sebanyak 60% kasus terjadi didaerah

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 1


berkembang (WHO, 2006). Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan

insiden kanker payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun, riwayat

keluarga dan genetik . Pemeriksaan Payudara berguna untuk memastikan bahwa

payudara seseorang masih normal, sehingga apabila terjadi kelainan seperti

infeksi, tumor, atau kanker dapat ditemukan lebih awal. Kanker payudara yang

diobati pada stadium dini memiliki kemungkinan sembuh 95% (Depkes RI, 2009).

Di Indonesia, sebagian besar penyakit kanker ditemukan pada stadium

lanjut, ditambah dengan ditemukannya kasus-kasus yang tidak mendapatkan

pengobatan kanker menyebabkan angka harapan hidup yang lebih pendek. Pasien-

pasien dengan kondisi tersebut mengalami penderitaan yang memerlukan

pendekatan terintegrasi berbagai disiplin agar pasien memiliki kualitas hidup yang

baik. Oleh karena itu perlu dilakukannya perawatan dari saat diagnosis yang dapat

mendukung pasien dan keluarga melalui periode sulit dan merencanakan dan

mempersiapkan perawatan yang berkelanjutan yang efektif dan efeisien.

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara


yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya (KPKN, 2015). Kanker
payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan
jaringan penunjang payudara (Depkes RI, 2009).

2.2 Epidemiologi

Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD


menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. Diperkirakan
angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika
adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu
27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita (KPKN, 2015).
Penyakit ini juga dapat diderita pada laki – laki dengan frekuensi sekitar 1% Di
Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut
(KPKN, 2015).

2.3 Etiologi

Faktor resiko yang paling kuat untuk kanker payudara adalah jenis
kelamin wanita dan peningkatan usia. Faktor resiko tambahan termasuk faktor
endokrin (contohnya menstruasi dini, tidak pernah mengandung atau memiliki
anak, melahirkan anak pertama pada usia tua, terapi penggantian hormone), faktor
genetik, faktor lingkungan dan gaya hidup (Yulinah dkk, 2011).

Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker


payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun, riwayat keluarga dan
genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53 (p53)), riwayat
penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama, LCIS, densitas
tinggi pada mamografi), riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche
lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui),

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 3


hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, faktor
lingkungan. Sel kanker payudara sering menyebar tidak terdeteksi oleh penularan,
saluran limfa, dan melalui darah pada tahap awal penyakit, menyebabkan penyakit
metastatik setelah terapi lokal (Yulinah dkk, 2011).

2.4 Patofisiologi

Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari
sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor tergantung
dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya, autonominya dalam
pertumbuhan, kemampuan dalam berinfiltrasi dan menyebabkan metastase.

Selama pertumbuhan tumor masih terbatas pada organ tempat asalnya


maka tumor dikatakan mencapai tahap lokal, namum bila telah infiltrasi ke organ
sekitarnya dikatakan mencapai tahap invasive atau infiltratif. Sel tumor bersifat
tumbuh terus sehingga makin lama makin besar dan mendesak jaringan
sekitarnya.

2.5 Penatalaksanaan Kanker Payudara

Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan


kanker payudara. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
 Terapiatas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving
surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
 Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : ovariektomi,
adrenalektomi, dsb.
 Terapi terhadap kanker residif dan metastase.
 Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi
lokal/regional, dapat dilakukan pada saat bersamaan (immediate) atau
setelah beberapa waktu (delay).

Jenis pembedahan pada kanker payudara:


1. Mastektomi

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 4


 Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
o MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh
payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi
kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc.
o Indikasi: Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila
diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi
neoajuvan untuk pengecilan tumor.
 Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
o Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara,
kompleks puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta
kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis
tindakan ini merupakan tindakan operasi yang pertama kali dikenal
oleh Halsted untuk kanker payudara, namun dengan makin
meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor
yang ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang
lebih minimal
o Indikasi: Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable,
Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
 Mastektomi dengan teknik onkoplasti
o Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang
mampu ataupun ahli bedah yang kompetendalam hal rekonstruksi
payudara tanpa Meninggalkan prinsip bedah onkologi.
Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan
autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau transverse rectus
abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan prosthesis
seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun
dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander
sebelumnya.
 Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting-areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 5


o Indikasi: Tumor phyllodes besar, Keganasan payudara stadium
lanjut dengan tujuan paliatif menghilangkan tumor. Penyakit Paget
tanpa massa tumor
 Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan
payudara, dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola,
dengan atau tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila
o Indikasi: Mastektomi profilaktik, Prosedur onkoplasti
2. Breast Conserving Therapy (BCT)
Pengertian BCT secara klasik meliputi : BCS (=Breast Conserving
Surgery), dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS adalah
pembedahan atas tumor payudara dengan mempertahankan bentuk
(cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi dengan rekonstruksi.
Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau kuadrantektomi disertai
diseksi kelenjar getah bening aksila level 1 dan level 2.Tujuan utama dari
BCT adalah eradikasi tumor secara onkologis dengan mempertahankan
bentuk payudara dan fungsi sensasi.
BCT merupakan salah satu pilihan terapi lokal kanker payudara
stadium awal. Beberapa penelitian RCT menunjukkan DFS dan OS yang
sama antara BCT dan mastektomi. Namun pada follow up 20 tahun
rekurensi lokal pada BCT lebih tinggi dibandingkan mastektomi tanpa ada
perbedaan dalam OS. Sehingga pilihan BCT harus didiskusikan terutama
pada pasien kanker payudara usia muda. Secara umum, BCT merupakan
pilihan pembedahan yang aman pada pasien kanker payudara stadium awal
dengan syarat tertentu. Tambahan radioterapi pada BCS dikatakan
memberikan hasil yang lebih baik
a. Indikasi : Kanker payudara stadium I dan II. Kanker payudara
stadium III dengan respon parsial setelah terapi neoajuvan

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 6


2.5 Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa
gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara
bertahap, biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan
dengan efek samping yang masih dapat diterima.
Siklus Sel
Proses pembelahan sel manusia terdapat lima fase poliferasi sel, baik pada
sel normal maupun pada sel tumor. Poliferasi sel normal berlangsung melalui satu
siklus sel yang terdiri dari 4 fase yang ditentukan oleh waktu sintesis DNA, yaitu
pada fase G1, fase S, fase G2 dan fase M. Setelah mitosis, sel memasuki G1, yaitu
fase sel sangat aktif tetapi tidak mensintesis DNA, atau memasuki fase G0 untuk
istirahat. Pada fase G0/G1 kandungan DNA sel adalah diploid (2N).Siklus sel
kemudian berlanjut ke fase S saat terjadi sintesis DNA dan kandungan DNA
berubah menjadi 4N.Fase selanjutnya adalah fase G2 sebelum memasuki fase M
dimana sel membelah diri menjadi 2 sel diplod.Waktu yang diperlukan M dimana
sel membelah diri menjai 2 sel diploid.Waktu yang diperlukan untuk satu siklus
bergantung pada jenis sel dan perbedaan waktu terutama di fase G1, bila perlu
siklus sel berhenti pada fase ini (G1 arrest).

Penggolongan Obat Kemoterapi


A.Berdasarkan kerjanya pada siklus sel, obat kemoterapi dapat dibedakan:
1. Cell cyle phase non spesifik (CCSN)

Obat ini bekerja pada semua atau sepanjang siklus sel. Cntohnya yaitu

golongan alkaliting agen, antibiotik.

2. Cell cyle phase spesifik (CCS)

Obat ini bekerja pada fase khusus.Misal nya obat kanker golongan

antimetabolit yang bekerja pada fase S. Obat yang spesifik siklus-spesifik

fase hanya efektif pada suatu fase atau tahap tertentu dari siklus

pertumbuhan sel.

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 7


Pada fase G-0 (gap zero atau fase istirahat) sebuah sel akan berada
dalam keadaan tidak tumbuh dan pada fase ini sel tersebut menjalankan
suatu fungsi khusus tertentu sesuai programnya. Pada fase ini hampir
semua sel akan refrakter terhadap kemoterapi.
Fase G-1 (Gap 1 atau interphase) ialah suatu masa fungsional di
mana sebuah sel bersiap memasuki fase S. Di sini RNA dan berbagai
protein disintesis untuk memenuhi kebutuhan bagi fungsi tertentu sel. Di
akhir tahap ini terjadi suatu “ledakan” produksi RNA dan di sini pula
terjadi pembentukan enzim enzim yang dibutuhkan bagi sintesis DNA.
Contoh obat spesifik untuk fase ini L-asparaginse.
Pada fase S (Sintesis DNA) seluruh isi DNA inti sel mengalami
penggandaan secara lengkap dan rinci, termasuk seluruh struktur kompleks
kromosom, dan siap untuk pembelahan pada peristiwa mitosis. Contoh
obat yang efektif untuk fase ini adalah obat antimetabolit, hidroksiurea,
prokarbasin, dan heksametilmelamin.
Dalam fase G-2 (Gap 2) sintesis DNA berhenti, sedangkan sintesis
RNA dan protein berjalan terus, dan prekursor mikrotubular spindle
mitotik terbentuk. Obat spesifik untuk fase ini adalah bleomisin dan
alkaloid tanaman.
Dalam fase M (mitosis) sintesis RNA dan protein secara mendadak
berhenti dan bahan-bahan genetik terbagi ke sel turunan. Setelah proses
mitosis berakhir, sel baru masuk ke fase G-0 atau G-1. Contoh obat pada
fase ini adalah adalah alkaloid tanaman.

Farmakokinetik :
Obat sitostatik dalam kategori ini mempunyai keterbatasan dalam
kemampuan/daya bunuhnya, tetapi efeknya dipengaruhi oleh konsentrasi tertentu,
peningkatan dosis tidak akan diikuti oleh kenaikan daya bunuh, tetapi bila suatu
dosis tertentu dipertahankan dalam kurun waktu tertentu, semakin banyak sel
yang masuk dalam fase siklus tertentu dan dibunuh.

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 8


B. Menurut mekanisme kerjanya, maka obat kemoterapi dapat
diklasifikasikan menjadi:
1. Alkylating Agent
Merupakan spesifik non siklus sel. Bekerja dengan cara
memberikan gugus alkyl yang tidak stabil untuk berikatan dengan DNA sehingga
merusak replikasi DNA umumnnya bekerja pada fase G1 atau mitosis namun pada
dosis tinggi dapat bekerja pada G0.

Yang termasuk golongan ini adalah:


• Cyclophospamid
• Sisplatin
• Carboplatin
• Dakarbazin

2. Antibiotik
Golongan anti tumor antibiotik umumnya obat yang dihasilkan oleh suatu
mikroorganisme, yang umumnya bersifat sel non spesifik, terutama berguna untuk
tumor yang tumbuh lambat. Mekanisme kerja terutama dengan jalan menghambat
sintesa DNA dan RNA. Yang termasuk golongan ini:
- Actinomicin D - Mithramicin.
- Bleomicin - Mitomicyn.
- Daunorubicin - Mitoxantron.
- Doxorubicin

3. Antimetabolit
Golongan ini menghambat sintesa asam nukleat.Beberapa antimetabolit
memiliki struktur analog dengan molekul normal sel yang diperlukan untuk
pembelahan sel, beberapa yang lain menghambat enzym yang penting untuk
pembelahan.Secara umum aktifitasnya meningkat pada sel yang membelah cepat.

Yang termasuk golongan ini:


- Azacytidine – Cytarabin

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 9


- Capecitabine – Fludarabin
- Mercaptopurin – 5 – Fluorouracil (5-FU)
- Metotrexate – Luekovorin
- Mitoguazon – Capecitabine
- Pentostatin – Gemcitabine
- Cladribin – Hydroxyurea
- Mercaptopurin – Thioguanin
- Metothrexate – Pentostatin
- Mitoguazone

XELODA
 Kandungan : capesitabin 150 mg, 500 mg/tab
 Indikasi :kanker payudara setela gagal regimen, paklitasel dan
antrasiklin, dan kanker kolorektal lini pertama (monoterapi)
 Kontra Indikasi :Hipersensitif 5 FU atau fluoropirimidin
 Efek samping: kelainan saluran pencernaan, nyeri (abdomen dan
stomatitis), hand foot syndrome, fatigue, sakit kepala, anoreksia
 Kemasan : botol 120 tab 500 mg; 60 kap 150 mg; 120 kap 500 mg
 Dosis : 2500 mg/m2/hari dibagi 2 dosis selama 2 minggu diikuti 1
minggu istirahat dalam satu siklus.

4. Mitotic Spindle
Golongan obat ini berikatan dengan protein mikrotubuler sehingga
menyebabkan disolusi struktur mitotic spindle pada fase mitosis.
Antara lain:
- Plakitaxel (Taxol) – Vinorelbin
- Docetaxel – Vindesine
- Vinblastine – Vincristine

5. Topoisomerase Inhibitor
Obat ini mengganggu fungsi enzim topoisomerase sehingga menghambat
proses transkripsi dan replikasi. Macam-macamnya antara lain:

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 10


- Irinotecan
- Topotecan
- Etoposit

6. Hormonal
Beberapa hormonal yang dapat digunakan dalam kemoterapi antara lain:
- Adrenokortikosteroid (Prednison,Metilprednisolon,Dexametason)
- Adrenal inhibitor(Aminoglutethimide,Anastrozole,Letrozole,Mitotane)
- Androgen
- Antiandrogen
- LHRH
- Progestin

7. Cytoprotektive Agents
Macam- macamnya antara lain:
- Amifostin
- Dexrazoxan

8. Monocronal Antibodies
Obat ini memiliki selektifitas relatif untuk jaringan tumor dan
toksisitasnya relatif rendah.mObat ini dapat menyerang sel tertentu secara
langsung, dan dapat pula digabungkan dengan zat radioaktif atau kemoterapi
tertentu. Macam-macamnya antara lain:
- Rituximab
- Trastuzumab

9. Hematopoietic Growth Faktors


Obat-obat ini sering digunakan dalam kemoterapi tetapi tidak satupun
yang menunjukan peningkatan survival secara nyata. Macam-macamnya antara
lain:
- Eritropoitin
- Coloni stimulating faktors (CSFs)

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 11


- Platelet growth Factors

10. Lain-lain
Obat ini tidak mempunyai mekanisme khusus, antara lain:
- L- Asparaginase
- Estramustine
- Lavamisol
- Oktreotide
- Suramin
- Hexamethylmelamine
- Anagrelide
- Interferon alfa
- IL-2

Cara Pemberian Obat Kemoterapi


a. Kemoterapi Tunggal
Pemakaian kemoterapi tunggal hanya terbatas pada beberapa jenis
keganasan saja, dan pada berbagai keadaan tertentu, misalnya :
1) Bila kemoterapi kombinasi tidak efektif;
2) Bila pasien berumur di atas 70 tahun;
3) Pasien dalam status kebugaran buruk;
4) Bila terdapat penyakit penyerta sistemik (penyakit jantung, ginjal);
5) Bila pasien tinggal di tempat yang jauh dan sulit untuk dipantau secara
medis.

b. Kemoterapi Kombinasi
Pemberian kemoterapi kombinasi untuk mencaegah timbulnnya sel kanker
yang resisten kometerapi saat ini tidak ada yang dapat menghancurkan sel kanker
secara tuntas atau 100 % setiap kali obat kemoterapi diberikan, paling banyak
99,9 % sel kanker yang mati. Menggunakan kemoterapi kombinasi, diharapkan
semakin banyak sel kanker yang dapat mati. Pemberian kemoterapi kombinasi
akan menyebabkan bertambahnnya kejadian dan kualitas efek samping.

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 12


Syarat pemberian obat Kemoterapi
Sebelum pengobatan dimulai beberapa kondisi pasien harus dipenuhi yaitu :
• Keadaan umum harus cukup baik
• Penderita mengerti pengobatan dan mengetahui efek samping yang
akan terjadi
• Faal ginjal ( kadar ureum < 40 mg % dan kadar kreatinin < 1,5 mg % )
dan faal hati baik
• Diagnosis hispatologik diketahui
• Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi
• Hemoglobin > 10 gr %
• Leucosit > 5000 / ml
• Trombosit > 100.000 / ml
Efek Samping Obat Kemoterapi
Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain:
1. Lemas
Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau
perlahan. Tidak langsung menghilang dengan istirahat, kadang berlangsung terus
hingga akhir pengobatan.

2. Mual dan Muntah


Ada beberapa obat Kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah.
Selain itu ada beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal
ini dapat dicegah dengan obat anti mual yang diberikan sebelum,selama, atau
sesudah pengobatan Kemoterapi. Mual muntah dapat berlangsung singkat ataupun
lama.

3. Gangguan Pencernaan
Beberapa jenis obat Kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi
diare disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi.
Bila diare: kurangi makanan berserat, sereal, buah dan sayur. Minum banyak

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 13


untuk mengganti cairan yang hilang. Bila susah BAB: perbanyak makanan
berserat, olahraga ringan bila memungkinkan.

4. Rambut Rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga
minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di
dekat kulit kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat
tumbuh lagi setelah kemoterapi selesai.

5. Otot dan Saraf


Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada
jari tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit
pada otot.

6. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah.
Penurunan jumlah trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam,
bercak merah di kulit.

7. Anemia
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh
penurunan Hb (hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah merah.
Akibat anemia adalah seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak
pucat.

8. Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna


Lebih sensitive terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat
garis putih melintang.

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 14


BAB III
TINJAUAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Data Umum
No MR : 437753
Nama Pasien : Maiyasni
Agama : Islam
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 62 Tahun (22-05-1954)
Ruangan : Kelas II
Diagnosa : Ca Mammae (S)
Mulai perawatan : 08/05/2017
Dokter yang merawat : dr. Ismeldi, Sp.B (K) Onk

2.2 Riwayat Penyakit

2.2.1 Keluhan Utama

- Pasien masuk IGD dengan keluhan nyeri pada bahu dan terdapat benjolan

ditempat lain, pasien dengan ca mammae sudah dioperasi 6 bulan yang lalu

dan mendapatkan xeloda 2x2 tab.

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

- Ca mammae (S)

2.2.3 Riwayat Penyakit terdahulu (-)

2.2.4 Riwayat Penyakit keluarga (-)

2.3 Data Penunjang

2.3.1 Data Pemeriksaan Fisik

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Nafas : 20

- Nadi : 120 x/menit

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 15


2.3.2 Data Organ Vital

Tanggal
Data
Klinik
8/5 9/5 10/5 11/5 12/5

Suhu (°C) 36,5 - - 36.5 -

Nadi 120 - - 78 -

Nafas 20 - - 20 -

Tekanan 120 - 130 130


/80 - /70 /80
Darah

BB 53 53 53 53 53

Tinggi 150 150 150 150 150

2.3.3 Data Laboratorium

Test Normal 17/2

HGB 12,0 – 14,0 g/dL 14,0

RBC 4 – 5 [106/uL] 4,50

HCT 37,0 – 43,0 % 40,3

MCH 27-31 µg 31,1

MCHC 32-36 g/dL 34,7

WBC 5 - 10 [103/uL] 5,72

EO% 1–3% 0,5

NEUT% 50 – 70 % 53,4

LYMPH% 20 – 40 % 36,9

PLT 150 – 400 [103/uL] 362

Kalium 3,5 – 5,5 mEq/l 4,23

Natrium 135 - 147 mEq/l 134,3

Klorida 100 - 106 mEq/l 99,7

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 16


2.4 Diagnosis
- Ca Mammae (S) Tu N2 Mx

FOLLOW UP

Tanggal Keterangan

8/5 Pasien mengatakan nyeri pada daerah payudara sebelah kiri,


pasien tampak meringis dengan skala nyeri 4-5.
Diberi terapi :
 Ranitidin inj 2 x 50 mg
 MST 3x10 mg
 IVFD RL 28 gtt/1

9/5 Pasien mengatakan bahwa nafsu makan pasien menurun, namun


tidak ada alergi makanan apapun, nyeri pada bagian payudara
dengan skala 4.
Diberi terapi :
 Ranitidin inj 2 x 50 mg
 MST 3x10 mg
 IVFD RL 28 gtt/1
10/5 Pasien tampak meringis, nyeri dibagian payudara menjalar
kepunggung, nyeri pada bagian tangan, benjolan (+), mual tidak
disertai muntah.
Diberi terapi :
 Ranitidin inj 2 x 50 mg
 MST 3x10 mg
 IVFD RL 28 gtt/1
11/5 Pasien tampak meringis, nyeri dibagian payudara menjalar
kepunggung, nyeri pada bagian tangan, benjolan (+), mual tidak
disertai muntah.
Diberi terapi :

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 17


 Ranitidin inj 2 x 50 mg
 MST 3x10 mg
 IVFD RL 28 gtt/1
12/5 Pasien mengatakan nyeri pada payudara, pasien merasa cemas
akan tindakan kemoterapi
Diberi terapi :
Diberi terapi :
 Ranitidin inj 2 x 50 mg
 MST 3x10 mg
 IVFD RL 28 gtt/1
13/5 Pasien diperbolehkan pulang, nafsu makan masih kurang dan
agak mual.
Diberi terapi :
 MST 3x10 mg
 Xeloda 2x2 Tab
 Osteocal 1x1 Tab
 Neurodex 2x1 Tab

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 18


DOKUMEN FARMASI PASIEN
Lembar 1- Lembar Pengobatan

Tgl Tanggal Pemberian


No Nama Obat Aturan Pakai
Mulai 8/5 9/5 10/5 11/5 12/5 13/5

1 Ranitidin Inj 2x50 mg 8/5 √ √ √ √ √ -


2 MST 3x10 mg 8/5 √ √ √ √ √ √
3 IVFD RL 28 gtt/1 8/5 √ √ √ √ √ -
4 Xeloda 2x2 13/5 - - - - - √
5 Osteocal 1x1 13/5 - - - - - √
6 neurodex 2x1 13/5 - - - - - √

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 19


Lembar 2

Nama: Maiyasni No RM :437753 Diagnosa :Ca Mammae (S) Dokter : dr. I


Umur : 62 tahun BB :53 kg Ruangan : Kelas II Apoteker : E

Tgl
No Jenis obat Indikasi obat Komentar dan Alasan
Mulai
- Untuk mengatasi efek samping dari
Untuk mengatasi nyeri lambung akibat
1 Ranitidin Inj 8/5 obat-obat yang dapat menyebabkan
kemoterapi dan penggunaan obat NSAID
nyeri lambung.
Penatalaksanaan nyeri kronik pada pasien
2 MST 8/5 - Mengatasi nyeri berat
yang perlu analgesik opioid
- Untuk mencegah pasien dari
3 IVFD RL 8/5 Mengembalikan keseimbangan eletrolit
kekurangan elektrolit
Untuk pengobatan kanker payudara setelah
4 Xeloda 13/5 - Menghambat pertumbuhan sel kanker
gagal dengan regimen
5 Osteocal 13/5 Suplemen kalsium - Untuk mencegah kekurangan kalsium
Pencegahan dan penyembuhan terhadap
6 Neurodex 13/5 - Untuk mencegah kekurangan vitamin
kekurangan vitamin

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 20


KERTAS KERJA FARMASI
MASALAH YANG TERKAIT DENGAN OBAT

Nama: Maiyasni No RM :437753 Diagnosa :Ca Mammae (S) Dokter : dr. I


Umur : 62 tahun BB :53 kg Ruangan : Kelas II Apoteker : E

NO JENIS ANALISA MASALAH PERMASALAHAN YANG KOMENTAR/ REKOMENDASI


PERMASALAHAN TERKAIT DENGAN OBAT
1 Korelasi antara terapi obat- 1. Adakah obat tanpa indikasi medis? Tidak Ada permasalahan Semua pengobatan diberikan sudah
dengan penyakit sesuai dengan indikasi

2. Adakah pengobatan yang tidak dikenal? Tidak ada permasalahan Berdasarkan terapi farmakologi
pasien tidak ada pengobatan yang
tidak diketahui

3. Adakah kondisi klinis yang tidak Tidak ada permasalahan Dari kondisi pasien, tidak ada
diterapi?dan apakah kondisi tersebut kondisi yang tidak diterapi.
membutuhkan terapi obat?

2 Pemilihan obat yang sesuai 1. Bagaimana pemilihan obat? Apakah sudah Tidak ada permasalahan Sudah efektif dan sesuai untuk
efektif dan merupakan obat terpilih pada terapi Ca Mammae
kasus ini?

2. Apakah pemilihan obat tersebut relative Tidak ada permasalahan Semua obat yang diberikan relatif
aman? aman selama dirawat di RS.

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 21


3. Apakah terapi obat dapat ditoleransi oleh Tidak ada permasalahan Terapi obat yang diberikan dapat
pasien? ditoleransi oleh pasien.
3 Regimen dosis 1. Apakah dosis, frekwensi dan cara Tidak ada permasalahan Dosis pemberian obat sudah
pemberian sudah mempertimbangkan disesuaikan dengan luas
efektifitas keamanan dan kenyamanan serta permukaan tubuh pasien.
sesuai dengan kondisi pasien?

2. Apakah jadwal pemberian dosis bisa Tidak ada permasalahan Pasien kemoterapi harus
memasikmalkan efek terapi, kepatuhan, mengikuti sikus kemo secara
meminimalkan efek samping, interaksi obat, teratur.
dan regimen yang komplek?

3. Apakah lama terapi sesuai dengan indikasi? Tidak ada permasalahan Terapi sudah diberikan sesuai
dengan indikasi.
4 Duplikasi terapi 1. Apakah ada duplikasi terapi? Tidak Ada permasalahan Tidak ada duplikasi terapi dalam
pengobatan
5 Alergi obat atau intoleran 1. Apakah pasien alergi atau intoleran Tidak ada permasalahan Pasien tidak memiliki riwayat alergi
terhadap salah satu obat (atau bahan kimia obat.
yang berhubungan dengan pengobatanya)?

2. Apakah pasien telah tahu yang harus Tidak ada permasalahan Keluarga pasien disarankan untuk
dilakukan jika terjadi alergi serius? melapor kepada petugas medis jika
terjadi alergi obat.
6 Efek merugikan obat 1. Apakah ada gejala / permasalahan medis Ada permasalahan - Obat kemoterapi umumnya
yang diinduksi obat? dapat menimbulkan efek

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 22


samping mual, muntah dan
sakit kepala. Efek samping
sudah diatasi dengan
pemberian ranitidine inj
- Obat kemoterapi dapat
menyebabkan penurunan
nafsu makan. Dianjurkan
makan dengan porsi kecil
dengan frekwensi sering
7 Interaksi dan 1. Apakah ada interaksi obat dengan obat? Tidak ada permasalahan -Tidak ada interaksi antara obat
Kontraindikasi Apakah signifikan secara kilnik dengan obat lainnya.

2. Apakah ada interaksi obat dengan Tidak ada permasalahan Tidak ada interaksi obat dengan
makanan? Apakah bermakna secara klinis? makanan
3. Apakah ada interaksi obat dengan data Tidak ada permasalahan Tidak ada interaksi obat dengan
laboratorium? Apakah bermakna secara data laboraturium
klinis?

4. Apakah ada pemberian obat yang kontra Tidak Ada permasalahan Tidak ada obat yang kontraindikasi
indikasi dengan keadaan pasien? dengan keadaan pasien.

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 23


DRP 2-LEMBAR PENGKAJIAN OBAT

Nama: Maiyasni No RM :437753 Diagnosa :Ca Mammae (S) Dokter : dr. I


Umur : 62 tahun BB :53 kg Ruangan : Kelas II Apoteker : E

No. Hari/Tanggal Kode Masalah Uraian Masalah


Rekomendasi/Saran

1 10/5 9 Penggunaan MST berefek pada rasa mual Sudah diberikan terapi Ranitidine Untuk
mengatasi efek samping dari obat-obat yang
dapat menyebabkan nyeri lambung.
2 13/5 5 Pasien mendapatkan obat pulang Xeloda Sampaikan pada pasien, dan pasien mengerti.
yang digunakan pagi dan sore

1. Indikasi 4. Interval waktu pemberian 9. Efek samping obat


a. Tidak ada indikasi 5. Cara/waktu pemberian 10. Ketidaksesuain RM denggan :
b. Ada indikasi, tidak ada terapi 6. Rute pemberian a. Resep
c. Kontraindikasi 7. Lama pemberian b. Buku Injeksi
2. Pemilihan obat 8. Interaksi obat 11. Kesalahan penulisan resep
3. Dosis obat a. Obat 12. Stabilitas sediaan injeksi
a. Kelebihan b. Makananan/minuman 13. Sterilitas sediaan injeksi
b. Kurang c. Hasil laboraturium 14. Kompatibilitas obat
15. Ketersediaan obat/kegagalan mendapat obat
16. Kepatuhan 17. Duplikasi terapi

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 24


BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang pasien Ny M yang berumur 62 tahun masuk bangsal bedah pada

tanggal 8 Mei 2017, Pasien masuk IGD dengan keluhan nyeri pada bahu sejak 2

hari sebelumnya, pasien dengan ca mammae sudah dioperasi 6 bulan yang lalu

dipayakumbu dan mendapatkan xeloda 2x2. Tekanan darah pasien pada saat

masuk 120/80 mmHg, RR : 20 X/detik, N : 120 X/detik, Suhu : 36,5 0C.

Pengobatan selama di Ruma sakit, pasien mendapatkan IVFD RL 28 gtt/1, Injeksi

Ranitidin 2x50 mg dan MST 3x10 mg. untuk pengobatan antikanker pasien

mendapatkan xeloda dengan kandungan capesitabin 500 mg/tab dengan Indikasi

kanker payudara setelah gagal regimen, paklitasel dan antrasiklin, dan kanker

kolorektal lini pertama (monoterapi). Perhitungan dosis sitostatika menggunakan

rumus luas permukaan tubuh atau dikenal dengan BSA (Body Surface Area) agar

mendapat dosis yang benar-benar sesuai dengan pasien untuk menghindari

munculnya efek samping.

Dalam perhitungan luas permukaan tubuh pasien ada beberapa rumus yang

dapat digunakan. Sebagai contoh perhitungan luas permukaan tubuh berdasarkan

rumus Mosteller, yaitu :

√𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 (𝑐𝑚)𝑥 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)


LPT =
3600

Pada kasus ini tinggi badan pasiennya 150 cm dan berat badan pasien 53

kg. Dari rumus diatas didapat luas permukaan tubuh pasien adalah 1,48 m2.

 Perhitungan dosis obat xeloda

Dosis yang diberikan = 1.48 m2 x 2500 mg/m2 = 3700 mg

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 25


Obat kemoterapi umumnya dapat menimbulkan efek samping mual,

muntah, anemia, bahkan kerontokan rambut.Dalam pencegahan dan penanganan

efek sampingnya telah diberikan ranitidine injeksi yang dapat digunakan untuk

mengurangi gangguan pencernaan. Ranitidin merupakan antagonis histamine 2

yang dapat menghambat sekresi asam lambung.

Selain penggunaan obat selama di Rumah Sakit, pasien juga diberikan

obat pulang sebagai obat untuk mengatasi efek samping yang muncul akibat

kemoterapi seperti mual, muntah, sakit kepala, dan kehilangan nafsu makan. Obat

kanker ada yang diberikan tunggal dan ada juga yang diberikan dengan

kombinasi.

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 26


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
- Perawatan dari saat diagnosis yang dapat mendukung pasien dan keluarga

melalui periode sulit dan merencanakan dan mempersiapkan perawatan

yang berkelanjutan yang efektif dan efeisien dapat meningkatkan kualitas

hidup pasien.

- Pemeriksaan Payudara berguna untuk memastikan bahwa payudara

seseorang masih normal, sehingga apabila terjadi kelainan seperti infeksi,

tumor, atau kanker dapat ditemukan lebih awal.

- Obat kemoterapi dapat digunakan secara terapi tunggal dan terapi

kombinasi.

5.2 SARAN

- Lakukanlah monitoring terkait terapi terutama terkait efek samping obat.

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 27


DAFTAR PUSTAKA

Dark, Graham G. 2013. Oncology at a. Glance. UK : Newcastle University

Departemen kesehatan RI . 2009. Pelayanan Informasi Obat. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI

Departemen kesehatan RI . 2009. Buku Saku Pencegahan kanker leher rahim dan
kanker payudara. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Kementrian kesehatan : Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara : Jakarta :


Kementrian Kesehatan RI
Kementrian kesehatan. 2013.Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker. Jakarta
: Kementrian Kesehatan RI
Komite Nasional Penanggulangan Kanker. 2015. Panduan Nasional Penanganan
Kanker, kanker payudara. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
WHO. 2006. Guidelines for management of breast cancer. WHO regional office
for the eastern Mediterranean

Yulinah, dkk. 2018. ISO Farmakoterapi, Buku 2. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia

LAMPIRAN

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 28


Lampiran 1. Tinjauan Farmakologi Obat

1. Ranitidin
 Kelas terapi : Antiulkus, antagonist H2
 Indikasi : Terapi jangka pendek dan pemeliharaan untuk tukak
lambung, tukak duodenum, tukak ringan aktif, refluks
gastroesofagus dan esofagitis erosive, kondisi hipersekresi
patologis. Sebagai bagian regimen multiterapi H. pylori untuk
mengurangi risiko kekambuhan tukak.
 Mekanisme Aksi : Menghambat secara kompetitif histamin pada
reseptor H2 sel-sel parietal lambung, yang menghambat sekresi
asam lambung; volume lambung dan konsentrasi ion hidrogen
berkurang. Tidak mempengaruhi sekresi pepsin, sekresi faktor
intrinsik yang distimulasi oleh penta-gastrin, atau serum gastrin.
 Dosis : Profilaksis ulkus gastrik dan duodenal terkait NSAID,
dewasa dan anak >12 tahun 300 mg, 2x1; Penurunan asam
lambung (profilaksis aspirasi asam); prosedur operasi i.m atau i.v
lambat 50 mg 45-60 menit sebelum induksi anaestesi (iv injeksi
diencerkan hinggal 20 mL dan diberikan lebih dari 2 menit), PO
150 mg 2 jam sebelum induksi anaestesi dan jika mungkin malam
sebelum operasi. iv infus, 25 mg/jam selama 2 jam; dapat diulangi
setiap 6-8 jam. Profilaksis stres ulcer, dewasa dan anak > 12 tahun,
awal injeksi iv lambat 50 mg, kemudian infus 125-250
mikrogram/kg/jam (atau dengan 150 mg 2x1 PO).
 Absorpsi : oral 50%.
 Distribusi : volume distribusi untuk fungsi ginjal normal: 1,7 L/kg;
Clcr 25-35 ml/menit:1,76 L/kg; penetrasi melalui sawar darah otak
minimal; berdistribusi ke dalam ASI; ikatan dengan protein 15%;
dimetabolisme di hati menjadi metabolit N-oksida, S-oksida, dan
N-desmetil. Bioavailabilitas oral : 48%.
 Waktu paruh eliminasi oral : untuk fungsi ginjal normal : 2,5-3
jam; Clcr 25-35 ml/menit:4-8 jam;

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 29


 Waktu paruh eliminasi IV untuk fungsi ginjal normal : 2-2,5 jam.
Waktu untuk mencapai kadar puncak dalam serum : oral : 2-3 jam,
IM : <=15 menit.
 Ekskresi : di dalam urin : oral = 30%, IV = 70%(dalam bentuk tak
berubah), feses (sebagai metabolit).
 Kontra Indikasi : Hipersensitivitas terhadap ranitidin atau bahan-
bahan lain dalam formulasi.
 Efek samping : aritmia, vaskulitis, pusing, halusinasi, sakit kepala,
confusion, mengantuk, vertigo, eritema multiforme, kemerahan,
pankreatitis, anemia haemolitic acquired, agranulositosis, anemia
aplastik, granulositopenia, leukopenia, trombositopenia,
pansitopenia, gagal hati, anafilaksis, reaksi hipersensitivitas.

2. RL (Ringer Laktat)
 Komposisi : Na laktat 3,1 g, NaCl 6 g, KCl 0,3 g, CaCl2 0,2 g, air untuk
injeksi ad 1000 ml.
 Mekanisme aksi : Merupakan larutan isotonic natrium klorida, kalium
klorida, kalsium klorida, dan natrium laktat yang komposisinya mirip
dengan cairan ekstra seluler, terdistribusi kedalam cairan intravaskuler
dan interstisial.
 Indikasi : Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi.
 Dosis: 500 – 1000 ml IV, disesuaikan dengan kondisi penderita.
 Kontra Indikasi : Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati,
laktat asidosis.
 Efek samping :Panas, infeksi pada tempat penyuntikan, thrombosis
vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.
 Interaksi obat : Larutan yang mengandung fosfat.
3. MST
 Kandungan : Morfin Sulfat / Morphine sulfate
 Indikasi :Penanganan nyeri kronis pada pasien yang membutuhkan
analgesik opiat.
 Kontra Indikasi :Depresi pernafasan, penyakit penyumbatan
saluran nafas, penyakit hati akut, penggunaan bersama penghambat

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 30


mono amin oksidase (MAOI) atau dalam waktu 2 minggu
penggunaan, ileus paralitikum, sensitif terhadap Morfin.
 Perhatian :Bukan untuk nyeri setelah operasi, penggunaan pada
anak-anak, hamil.
 Efek Samping :Hipoventilasi, mual, muntah, konstipasi (susah
buang air besar), ketagihan tidur, kebingungan, halusinasi, keadaan
emosi yang gembira berlebihan.
 Indeks Keamanan Pada Wanita Hamil C: Penelitian pada hewan
menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau
embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali
pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia.
Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial
memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
 Kemasan : Tablet 15 mg x 60's
 Dosis :Penggunaan pada pasien yang sebelumnya tidak pernah
menggunakan opiat : diawali dengan 10-15 mg.Dosis disesuaikan
beberapa hari berikutnya untuk mencapai 12 jam hilang nyeri.
Nyeri yang tidak dapat terkontrol dengan opiat yang lebih lemah :
diawali dengan 20-30 mg tiap 12 jam.Dosis yang lebih tinggi
mungkin dibutuhkan pada pasien dengan berat badan 70 kg atau
lebih.
4. XELODA
 Kandungan : capesitabin 150 mg, 500 mg/tab
 Indikasi :kanker payudara setela gagal regimen, paklitasel dan
antrasiklin, dan kanker kolorektal lini pertama (monoterapi)
 Kontra Indikasi :Hipersensitif 5 FU atau fluoropirimidin
 Efek samping: kelainan saluran pencernaan, nyeri (abdomen dan
stomatitis), hand foot syndrome, fatigue, sakit kepala, anoreksia
 Kemasan : botol 120 tab 500 mg; 60 kap 150 mg; 120 kap 500 mg
 Dosis : 2500 mg/m2/hari dibagi 2 dosis selama 2 minggu diikuti 1
minggu istirahat dalam satu siklus.
5. OSTEOCAL

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 31


 Kandungan : kalsium karbonat, manitol, avicel, povidon, sakarin
natrium, magnesium stearat, amylum maydis, aerosil
 Indikasi :suplemen kalsium untuk membantu kekurangan kalsium
pada wanita hamil dan menyusui
 Perhatian : hati-hati penggunaan pada penderita gangguan ginjal
atau pernah mengalami batu saluran kemih, dianjurkan untuk
minum air yang banyak. Vitamin D dosis tinggi sebaiknya
dihindarkan selama terapi kalsium kecuali bila ada indikasi khusus.
 Kemasan : dus 5x6 tab
 Dosis : sehari 1-2 tab
6. NEURODEX
 Kandungan : Vit-B1 mononitrat 100 mg, vit B6 200 mg, vit B12
250 mcg
 Indikasi :pencegahan dan penyembuhan kurang vitamin,
neurotropik, gangguan pada system saraf seperti neuralgia, neuritis
perifer, polyneuritis, parestesia, sindrom bahu-lengan, hispatenia,
skiatika, kon-vulsi akibat hiperitabilitas dan herpes zoster, rasa
pusing dan muntah waktu hamil, terapi tambah pada pengobatan
penyakit kulit, migraine, masa penyembuhan, kelelahan kerja dan
kelelahan akibat ketuaan
 Kemasan : dus 10x10 tab
 Dosis : sehari 3x1 tab

Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 32


Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 33
Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 34
Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 35
Bangsal Bedah | Ca Mammae (S) 36

Anda mungkin juga menyukai