Anda di halaman 1dari 65

STUDI KASUS LONGITUDINAL

PEMANTAUAN JANGKA PANJANG ANAK


DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 1
DAN GIZI BURUK TIPE MARASMUS

ZUBAIDAH HEHANUSSA

C110213107

PESERTA PPDS DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN

ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
STUDI KASUS LONGITUDINAL

PENANGANAN JANGKA PANJANG ANAK DENGAN

DIABETES MELITUS TIPE-1 DAN GIZI BURUK TIPE MARASMUS,

ZUBAIDAH HEHANUSSA

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FK-UNHAS/RSP UNIVERSITAS HASANUDDIN

PENDAHULUAN

Pertumbuhan dan perkembangan seorang individu berlangsung sejak konsepsi


sampai usia remaja dan saling berkaitan satu sama lain. Pertumbuhan yang mengalami
gangguan anak berdampak pada perkembangan. Untuk itu pemantauan perlu dilakukan
secara berkesinambungan antara pertumbuhan dan perkembangan. Tiga tahun pertama
merupakan periode emas (golden period) atau jendela kesempatan (window of opportunity)
atau masa kritis (critical period) untuk proses tumbuh kembang yang optimal. Dengan
melakukan pemantauan tumbuh kembang secara berkala, diharapkan dapat menghasilkan
anak yang berkualitas. Anak yang sehat pada umumnya akan bertumbuh dengan baik.1.2

Tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat


tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan
lingkungan bio-fisiko-psikososial (biologis, fisik, dan psikososial). Proses yang unik dan
hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.1,2

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak, sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Tumbuh kembang sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Tumbuh kembang seorang anak memerlukan pemenuhan
kebutuhan dasar anak, yaitu kebutuhan “asuh” (fisik

1
biomedik), asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang) dan asah (pemberian stimulasi atau
rangsangan). Seorang anak diharapkan dapat tumbuh dan berkembang baik secara fisik,
mental, emosi, dan social sesuai dengan potensi yang dimilikinya agar menjadi manusia
dewasa yang berkualitas.3

Diabetes mellitus (DM) berasal dari kata Yunani, diabainein, tembuh atau pancuran
air, dan kata lain mellitus yang berarti “rasa manis”. Diabetes mellitus yang umum dikenal
sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan
kadar gula darah) yang terus menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. 4
DM tipe-1
paling sering menyebabkan ketoasidosis diabetik. Ketoasidosis diabetik ditandai dengan
hiperglikemi dan asidosis metabolik. Hal ini dapat menyebabkan mual, muntah, nyeri perut,
dan dapat berlanjut menjadi edema otak, koma dan kematian.5

Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah
penderita DM di dunia. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang
mengidap diabetes. Namun pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes mellitus
di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang. Di Indonesia, insiden DM tipe-1 terjadi
tidak lebih dari lima per 100.000 populasi6.

Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber daya manusia (SDM) di
masa yang akan datang. Pembangunan manusia masa depan dimulai pembinaan anak pada
masa sekarang. Untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas di masa yang akan dating
maka anak perlu disiapkan agar anak bias tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
dengan kemampuannya.4

Untuk mendapatkan tumbuh kembang anak yang optimal bukanlah hal yang mudah.
Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pada anak dengan penyakit
kronik seperti penderita diabetes mellitus, dapat terjadi gangguan dalam tumbuh
kembangnya. Dampaknya, anak-anak tersebut mengalami keterlambatan dalam
perkembangan sosialisasi dibandingkan dengan anak-anak normal. Penyimpanan tumbuh
kembang terjadi akibat dari pengobatan yang lama, keterbatasan aktifitas/mobilitas,
keterbatasan sosialisasi oleh karena rasa percaya

2
diri yang kurang. Peran pelayanan mengurangi dampak dari gangguan kesehatan yang kronik,
sedapat mungkin mencegah terjadinya disfungsi dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
Untuk mendapatkan hasil ini diperlukan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada keluarga
(family-centered approach).

Tujuan penanganan tumbuh kembang pada kasus ini adalah:

1. Optimalisasi penanganan DM sehingga mencapai kadar glukosa darah terkontrol dan


mencegah terjadinya komplikasi.
2. Memperbaiki status gizi dari gizi buruk menjadi berat badan ideal
3. Tercapainya optimalisasi tumbuh kembang anak
4. Mengamati respon pengobatan dan efek samping obat
5. Membentuk kemandirian terhadap pemeriksaan gula darah dan pemberian
insulin.diet
6. Berupaya menanggulangi kesulitan yang mungkin terjadi (misalnya masalah
psikologi) baik terhadap pasien maupun keluarganya yang berpotensi menganggu
perkembangan pasien.

Makalah ini melaporkan tentang pemantauan jangka panjang penderita diabetes mellitus
dan gizi buruk pada anak perempuan berumur 5 tahun 2 bulan.

3
PELAKSANAAN KASUS LONGITUDINAL

Masuk Rumah Sakit : 16 Januari 2017

Mulai dijadikan kasus longitudinal : 16 Januari 2017

IDENTIFIKASI PENDERITA

Nama Penderita : FQ Nama Ayah : Tn. E

Nomor RM : 07. 30. 35 Umur ayah : 36 tahun

Tanggal lahir : 04/11/2011 Pendidikan : S1

Umur awal observasi: 5 tahun 2 bulan Pekerjaan : Guru SMA

Jenis Kelamin : Perempuan Nama Ibu : Ny. E

Anak : kedua dari tiga Umur Ibu : 34 tahun


bersaudara
Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Laksamana
Pekerjaan : Guru SMA
dg. Mangatta No.9, Kabupaten Bone,
Sulawesi Selatan

DATA AWAL

ANAMNESIS

Riwayat penyakit sekarang

FQ, anak perempuan, umur 5 tahun 2 bulan, dari alloanamnesis dengan ibu penderita
dan dengan catatan medik (nomor rekam medik 07.30.53) diperoleh keterangan anak FQ
datang berobat ke Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin dengan keluhan sering
kencing frekuensi 15 kali/hari diperhatikan sejak 3 minggu sebelum masuk rumah skait
disertai sering haus, sering lapar, walaupun

4
banyak makan berat badan anak tidak naik, awalnya anak gendut malah terjadi penurunan
berat badan diperhatikan 1 bulan terakhir, kadang penderita merasa lemah, dan berkeringat.

Riwayat Penyakit Sebelumnya

Riwayat sebelumnya nafsu makan baik terutama suka mengkonsumsi susu ultra
cokelat, kue cokelat. Riwayat menderita penyakit alergi tidak ada. Riwayat menderita
penyakit asma tidak ada. Riwayat menderita penyakit bengkak babi (mumps) tidak ada.
Riwayat sering-sering demam tidak ada. Riwayat keluarga yang menderita diabetes mellitus
ada yaitu pamannya ibu dan kakek serta tante dari ayah pasien. Riwayat berobat di dokter
praktek konsultan endokrinologi anak dengan keluhan yang sama dan dianjurkan untuk
memeriksakan darah di prodia dengan hasil didiagnosis diabetes mellitus dan dirujuk ke
rumah sakit pendidikan Universitas Hasanuddin Makassar.

Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Adik laki-laki pasien usia 2
tahun menderita mikropenis dan hipospadia dan sementara mendapatkan terapi hormon.
Tidak terdapat konsanguitas diantara kedua orang tua pasien. Riwayat ibu haid pertama kali
usia 14 tahun dan ayah mimpi basah usia 14 tahun.

Riwayat kehamilan

Kehamilan ke dua dan tidak pernah keguguran. Selama kehamilan ibu penderita
kontrol cukup teratur di bidan puskesmas, diberi vitamin dan tablet penambah darah serta
injeksi tetanus toxoid (TT) 2 kali, ibu tidak pernah sakit selama hamil, tidak pernah minum
obat-obatan lain serta jamu-jamuan.

Kesan: Riwayat kontrol antenatal baik.

Riwayat Kelahiran dan persalinan

Penderita adalah anak kedua dari dua bersaudara. Lahir dari ibu G 2P1A0, jarak
kehamilan sebelumnya 1 tahun. Penderita lahir spontan di rumah sakit bersalin, ditolong
oleh bidan, cukup bulan, segera menangis, apgar skor tidak

5
diketahui, berat badan lahir 2800 gram, panjang badan lahir 47 cm, mendapatkan injeksi
vitamin K. saat lahir pasien dinyatakan berjenis kelamin perempuan.

Kesan: Riwayat kelahiran bayi cukup bulan dan sesuai masa kehamilan.

Riwayat Imunisasi

Anak sudah di Imunisasi BCG, imunisasi hepatitis B 3x, imunisasi polio 4x,
imunisasi DPT 3x, campak 1x.

Kesan : Imunisasi masih berjalan sesuai umur.

Riwayat asupan nutrisi

Penderita mendapat ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 3 bulan, dilanjutkan
pemberian susu formula, pada usia 6 bulan anak diberikan makanan pendamping, . Anak
makan makanan keluarga mulai usia 1 tahun sampai saat ini. Anak tidak suka makan sayur-
sayuran hanya menyukai makanan yang manis-manis.

Kesan : Tidak mendapat ASI eksklusif, anak pemilih dalam hal makanan.

Riwayat tumbuh kembang

Berat badan saat lahir 2800 gram dengan panjang badan 47 cm. tengkurap dan
terlentang sendiri usia 4 bulan, menggapai mainan 5 bulan, duduk sendiri 6 bulan,
mengeluarkan suara maa..maa usia 7 bulan, berdiri sendiri dengan berpeganan usia 9 bulan,
dan berjalan usia 1 tahun.

Kesan: tidak ada riwayat gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

6
Riwayat penyakit dalam keluarga

Terdapat penyakit yang sama dalam keluarga yaitu pamannya ibu pasien dan
kakek serta tante dari ayah pasien menderita diabetes mellitus tipe II. Saudara bungsu laki-lai
penderita menderita alat kelamin pendek (mikropenis) dan lubang kencing tidak pada ujung
penis (hipospadia)

Kesan : terdapat kelainan hormonal pada adik kandung pasien. Penyakit yang dialami
penderita tidak berkaitan dengan faktor genetik.

PEMERIKSAAN FISIS

Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Komposmentis, GCS 15 (E4M6V5)

Tanda vital

Tekanan darah : 90/60 mmHg

Nadi : 90 kali/menit, regular, equal, isi cukup

Respirasi : 22 kali/menit, regular, kedalaman cukup

Suhu : 36,7 oC (aksilla)

Kesan : Tanda vital dalam batas normal.

7
Status gizi dan antropometri

Berat badan (BB) : 13 kilogram

Tinggi Badan (TB) : 103 cm

Lingkar kepala : 50 cm (Normosefal menurut kurva Nelhaus)

Lingkar lengan atas (LILA) : 11 cm (Gizi Buruk)

BB/TB : 13 17 100% = 76.4%, 2000 ( )

BB/U : 13 18 100 % = 72.2%, 2000 ( )

TB/U :103 109 100% = 94.5%, terletak antara persentil 3 – 10, kurva CDC 2000
(Perawakan normal)

Tinggi badan ayah 169 cm dan tinggi badan ibu 149 cm.

Tinggi potensial genetik 144 cm – 161 cm (P3 – P25 CDC NCHS 2000), dengan
midparental height 152.5 cm.

Kesan : Gizi Buruk, perawakan normal.

Status general

OrganDeskripsi
Kulit Sawo matang

Kepala Mesosefal, normosefal, ubun-ubun cekung, tidak membonjol

Rambut Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.

Wajah Simetris kiri dan kanan, tidak tampak dismorfik, tidak ada

moon face, ada old man face

8
Mata Tidak ada mata cekung, tidak ada bitot spot, konjungtiva tidak

pucat dan tidak ada injeksi konjungtiva, sclera tidak ikterik, pupil

isokor, diameter ± 2 mm, refleks cahaya +/+ kesan normal.

Septum nasal di tengah, tidak tampak sekret. Tidak

Hidung terdapat sekret, membrana timpani intak.

Telinga Tidak ada bibir kering. Tonsil ukuran T1 – T1, tidak hiperemis. Faring

Mulut tidak hiperemis, tidak ada ulkus oral, tidak ada

|
stomatitis, gigi sudah tumbuh
|

Tidak teraba pembesaran kelenjar servikal dan submandibular, tidak


Leher
teraba kelenjar tiroid, tidak ada kaku kuduk, tidak ada rangsang

meningeal.

Ada iga gambang, bentuk dan pergerakkan simetris.


Dada

Pergerakkan simetris, perkusi sonor, fremitus kanan=kiri, bunyi


Paru
napas vesikuler, lapangan paru tidak terdengar bunyi napas

tambahan (ronki maupun wheezing).

Iktus kordis tidak tampak, bunyi jantung satu dan dua murni regular,
Jantung
tidak ada bising atau irama gallop.

Datar ikut gerak napas, tidak tampak hernia umbilikalis, bising usus
Abdomen
kesan normal, hepar dan lien tidak teraba.

Ada wasting, tidak ada edema. Kekuatan dan tonus dalam


Ekstremitas

9
batas normal, refleks fisiologis kesan normal, refleks patologis tidak

ditemukan.

Genitalia Tidak ada kelainan.

Col. Vertebralis Gibbus tidak ada, Scoliosis tidak ada

Status pubertas A1P1M1

Pemeriksaan neurologis:

Tonus : Normal

Refleks fisiologis : Normal

Refleks patologis : Negatif

Gerakkan involunter : Negatif

Pemeriksaan Denver II

 Personal sosial : mampu menyiapkan sereal, menggosok gigi tanpa


bantuan, bermain ular tangga, berpakaian tanpa bantuan.
 Adatif-motorik halus : mampu mencontoh kotak, menggambar orang 6 bagian,
memilih garis yang lebih panjang.
 Bahasa : mampu mengartikan 7 kata, menyebut 2 kata berlawanan,
menghitung 5 kubus.
 Motorik kasar : mampu bediri 1 kaki 6 detik, berjalan tumit ke jari kaki.

Kesan: perkembangan meliputi aspek motorik kasar, motorik halus, bahasa dan
personal sosial sesuai usia.

10
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium:

Darah rutin (5 Januari 2017)

Hemoglobin 11,9 gr/dL, Leukosit 13.100/mm3, eritrosit 4.590.000/mm3, hematocrit


33,8%, trombosit 301.000/mm3.

Kesan Laboratorium : Leukositosis.

Kimia darah (5 Januari 2017)

Gula darah sewaktu : 441 mg/dl

GDP : 166 mg/dl

Natrium : 156 mmol/L

Kalium : 4.0 mmol/L

Klorida : 125 mmol/L

HbA1c (NGSP) : 10.6 % (Normal < 7.5%)

HbA1c (IFCC) : 92 mmol/mol (normal < 58 mmol/mol) C-

peptida : 0.1 ng/ml (Normal 0.9 – 7.1 ng/mL)

Kesan Laboratorium : Hiperglikemia, Diabetes mellitus tipe 1

Urinalisis (5 Januari 2017)

Warna kuning, berat jenis 1.010, pH 5.0, leukosit esterase negatif, nitrit negatif, albumin
negatif, glukosa 1000 mg/dl (+4), keton 150 mg/dl (+4), urobillinogen normal, bilirubin
negatif, darah negatif, sedimen eritrosit: eritrosist negatif, leukosit 0- 2/LPB, epitel 0-2/LPB.

Kesan Urinalisis : glukosuria, ketonuria.

11
Hasil Foto Bone Age manus Kiri (16 Januari 2017)

Kesan: Bone Age sesuai untuk anak perempuan usia 5 tahun menurut Greulich and
pyle.

PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT DASAR


DAN TUMBUH KEMBANG PENDERITA

1. FAKTOR GENETIK/KONSTITUSIONAL

Penderita adalah anak yang diinginkan, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Tidak terdapat konsanguitas antara kedua orang tua. Kakak penderita berjenis kelamin laki-
laki dan sehat. Adik laki-laki pasien menderita penyakit penis kecil (mikropenis) dan lubang
penis tidak berada diujung penis (hipospadia). Kakek dari pihak ayah dan nenek dari pihak
ibu menderita diabetes mellitus tipe II. Selama hamil ibu melalukan control secara teratur di
puskesmas, tidak pernah sakit dan ibu tidak pernah minum obat-obatan selain vitamin dan
penambah darah. Tinggi badan ayah 169 cm dan tinggi badan ibu 149 cm. tinggi potensial
genetik 144 – 161 cm (P<3 sampai P25-50) Mid parental height 152,5 cm.

12
Pedigree:

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Laki-laki penderita DM tipe 2

: Perempuan penderita DM tipe 2

: Perempuan penderita DM tipe 1

Kesan: ada riwayat diabetes mellitus tipe II dalam keluarga. Penyakit yang dialami
penderita tidak berkaitan dengan faktor genetik.

2. FAKTOR LINGKUNGAN (EKOSISTEM)


2.1. Pranatal

Bayi lahir spontan di rumah bersalin, ditolong oleh bidan, cukup bulan, segera
menangis, berat badan lahir 2800 gram, panjang badan lahir 47 cm. Telah mendapat injeksi
vitamin K sejak lahir.

Kesan : Riwayat kelahiran cukup bulan dengan berat badan sesuai masa kehamilan

13
2.2. Postnatal
2.2.1. Ekosistim Mikro

Ibu penderita lahir 18-08-1983, saat ini berusia 34 tahun, suku Bugis, beragama
islam, pendidikan terakhir Strata 1 (S1). Ibu seorang pegawai negeri sipil (guru di sebuah
SMA) dengan penghasilan perbulan 2.500.000/bulan. Ibu cukup terbuka, sangat kooperatif,
sabar dan telaten.

Ibu mengerti mengenai penyakit anaknya dan kebutuhan akan pengobatannya. Ibu
aktif bertanya tentang perkembangan masalah kesehatan yang dialami anaknya dan
mengkhawatirkan tentang masa depan anaknya kelak. Ibu memiliki cukup waktu untuk
merawat anaknya. Ibu selalu memantau kepatuhan suntik insulin dan mendampingi penderita
bila kontrol ke rumah sakit. Ibu belum mempunyai pengetahuan tentang kebutuhan gizi
anaknya.

Kesan:

- Pengetahuan ibu tentang penyakit penderita masih kurang dan semangat untuk
mengobati dan merawat anaknya sangat tinggi.
- Pengetahuan ibu tentang pemenuhan gizi yang seimbang masih kurang.

2.2.2. Ekosistim Mini

Ayah penderita lahir tanggal 20-9-1981, saat ini berusia 36 tahun, suku bugis,
beragama islam, pendidikan terakhir strata satu (S1). Ayah bekerja sebagai guru pesantren
dengan penghasilan 2.500.000/bulan. Penghasilan ayah cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.

Penghuni rumah terdiri dari penderita, kedua orang tua, kedua saudara kandung
penderita, nenek serta paman penderita. Dengan penghasilan yang dimiliki oleh ayah
penderita, cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ayah pasien cukup kooperatif dan bersifat sedikit temperamental. Ayah sangat
menyayangi penderita dan khawatir tentang masa depan anaknya kelak.

14
Hubungan dalam keluarga sangat harmonis dan saling menghargai satu sama lain. Ayah
penderita masih kurang pengetahuannya tentang penyakit yang dialami anaknya, pengobatan
serta efek samping pengobatan.

Kesan:

- Penghasilan ayah cukup mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga


- Tingkat pengetahuan ayah penderita masih kurang tentang penyakit, pengobatan
serta efek samping pengobatan penderita.
- Walaupun sifat ayah temperamental namun sangat menyayangi anaknya.

2.2.3. Ekosistim Meso

Penderita tinggal Jl. Laksamana dg. Mangatta No.9. Kabupaten Bone, Sulawesi
Selatan. Rumah permanen berukuran 10 x 15 meter terdiri atas 1 lantai. Dinding terbuat dari
campuran beton. Rumah terdiri dari 4 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang makan, 1 ruang
nonton, 1 dapur, 3 toilet. Kondisi rumah kurang teratur, kebersihan memadai, ventilasi udara
baik, mempunyai perkarangan yang luas dan bersih. Sumber listrik berasal dari PLN,
sedangkan sumber air minum, mandi dan cuci diperoleh dari air PAM.

Masyarakat sekitar rumah penderita merupakan masyarakat yang dengan status


ekonomi menengah. Kompleks perumahan teratur, hubungan antara tetangga terkesan akrab
satu sama lainnya.

Sarana peribadatan berupa sebuah masjid terletak 100 meter dari rumah penderita.
Sarana kesehatan yang terdekat adalah Rumah Sakit Umum Daerah Biru berjarak 1 kilometer
dari rumah penderita. Sarana pendidikan berupa play group dan taman kanak-kanak berjarak
2 kilometer dari rumah penderita. Untuk menuju ke RSUD BIRU Kabupaten Bone pasien
hanya menempuh perjalanan selama kurang lebih 10 menit dari rumah dengan menggunakan
kendaraan pribadi.

15
Kesan:

- Kondisi rumah bersih, kurang teratur dan ventilasi udara baik.


- Lingkungan tempat tinggal teratur.
- Sarana kesehatan, pendidikan dan ibadah cukup terjangkau.

PENILAIAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PENDERITA

1. Kebutuhan fisik-biomedis (“ASUH”)

Pangan : Ibu belum paham tentang nutrisi yang seimbang seusia kebutuhan
penderita. Penderita mendapat ASI dari lahir sampai umur 3 bulan.

Sandang : Pakaian yang digunakan sederhana namun tampak bersih. Pasien sering
diberikan baju oleh kedua orang tuanya.

Papan : Keluarga penderita tinggal di rumah sendiri dengan kondisi rumah yang
teratur dan tertata baik.

Higiene perorangan : Penderita mandi dua kali sehari

Sanitasi lingkungan : Kebersihan lingkungan sekitar cukup, masih ada sampah- sampah
kering yang berserakkan, selokan-selokan meskipun tidak berbau tetapi
masih ada sampah di dalamnya.

Perawatan kesehatan dasar : penderita mendapat imunisasi dasar lengkap yang masih berjalan
sesuai usia. Kebutuhan pengobatan penderita ditanggung oleh BPJS.
Pengobatan yang diberikan saat ini adalah insulin. Obat tersebut tersedia di
Bone. Pembiayaan obat, pemeriksaan laboratorium serta radiologi masih
dalam tanggung jawab BPJS kesehatan. Bila penderita sakit, orang tua
membawa penderita ke RS Wahidin Sudirohusodo.

16
Kesan:

- Kebutuhan sandang, pangan, dan pengobatan terpenuhi


- Imunisasi dasar lengkap
- Penderita mempunyai jaminan kesehatan BPJS

2. Kebutuhan Emosi/Kasih Sayang (ASIH)

Sejak lahir penderita diasuh oleh kedua orang tuanya. Penderita cukup mendapat
kasih sayang orang tua. Ibu bersikap sabar dan berusaha untuk memberikan perhatian
terhadap pasien dengan senantiasa mengikuti pertumbuhan dan perkembangan pasien. Ibu
senantiasa terlibat langsung dalam perawatan anaknya, ayah masih kurang keterlibatannya
dalam perawatan dan perkembangan pasien. Mengenai perawatan dan pengasuhan, lebih
banyak diperankan oleh ibu, namun ayah juga dengan senang hati apabila ada waktu luang
akan bermain dengan penderita.

Kesan : Penderita mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orang tua dan keluarga.

3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)

Orang tua yang menyayangi penderita dan selalu berusaha memberikan yang terbaik
untuk anaknya. Orang tua berusaha memberi stimulasi sejak dini pada penderita dengan
mengajak anaknya tertawa, bicara, memberikan rangsangan suara dan mainan yang
merangsang anaknya untuk melihat objek tersebut. Ibu juga sangat telaten dalam hal
perawatan anaknya. Orang tua dan keluarga sangat memberikan dukungan penuh kepada
penderita sedari kecil sehingga kelak penderita tidak terganggu dengan interaksi sosialnya
sehari-hari.

Kesan : Kebutuhan stimulasi mental melalui pendidikan non formal cukup terpenuhi.

17
PENILAIAN SEGI-SEGI KELUARGA

1. Family Relation/Hubungan Intra dan Antar Keluarga


Hubungan antar anggota keluarga baik, sesekali ayah dan ibu bertengkar karena masalah
rumah tangga. Hubungan dengan tetangga baik, silahturahmi dengan kerabat-kerabat
baik.
2. Child Care/Membimbing Anak
Anak diasuh dan dididik dengan baik oleh kedua orang tuanya. Waktu ibu untuk
membimbing anak lebih banyak dibanding ayah penderita. Pengetahuan orang tua masih
kurang dalam memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang anaknya.
3. Food/Makanan
Makanan dalam keluarga cukup baik, kurang variasi dan belum memenuhi gizi seimbang.
Penderita hanya mendapatkan ASI sampai usia 3 bulan dilanjutkan dengan pemberian
susu formula.
4. Clothing/Pakaian
Pakaian dalam keluarga layak meskipun sederhana. Ibu sering membeli baju untuk
penderita.
5. Housing/Perumahan
Rumah yang ditempati adalah rumah milik nenek penderita dengan ukuran 10 x 15 m2,
terletak Jl. Laksamana dg. Mangantta No.9, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Ventilasi
dan penerangan rumah belum cukup memadai. Rumah masih bersih serta perabot yang
dimiliki baik.
6. Health/Kesehatan
Kesehatan jasmani, rohani, dan social anggota keluarga baik. Anak diikutkan dalam
BPJS kesehatan. Dari segi rohani, orang tua taat beribadah dan cukup menjalankan
norma-norma agama dengan baik. Dari segi sosial, ibu cukup aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan dilingkungannya. Semua anggota keluarga dalam keadaan sehat.
7. Family Incomenaan /Keuangan
Total penghasilan ayah sebagai guru yang mengajar di pesantren dan penghasilan ibu
sebagai guru SMA dengan penghasilan sebesar 5.000.000 per bulan dapat dikatakan
cukup untuk membiayai kebutuhan rumah tangga dan

18
pengobatan pasien setiap bulan. Selain itu, keluarga tidak mempunyai sumber
penghasilan lain.
8. Home Management/Tata laksana Rumah tangga
Sebagian besar pekerjaan rumah tangga dilakukan oleh ibu, terkadang dibantu oleh nenek
penderita.
9. Security/Keamanan Lahir Batin
Keluarga mempunyai tabungan di bank. Untuk jaminan kesehatan pasien memiliki BPJS
kesehatan mandiri.
10. Sound Planning/ Perencanaan sehat
Orang tua berencana untuk menyekolahkan anaknya hingga mereka mendapatkan
pekerjaan yang layak, meraih cita-cita serta dapat membina rumah tangga sendiri. Selain
itu, orang tua belum berencana mempunyai anak lagi.

MASALAH MEDIS:

- Diabetes mellitus tipe 1


- Gizi Buruk tipe Marasmus

RENCANA PENGELOLAAN MASALAH MEDIS (PLANNING):

a. Tatalaksana Kegawat-daruratan

Saat dijadikan kasus, tidak ditemukan adanya kegawat-daruratan

b. Rencana Pemeriksaan Penunjang Diagnosis


 Evaluasi terapi : Gula darah berkala dan HbA1c pertiga bulan
 Evaluasi Etiologi : Islet cell autoantibodies (ICSAs)
 Evaluasi Tumbuh kembang : Denver II
c. Terapi Medikamentosa
 Injeksi ampicillin 85 mg/ 6 jam/intravena via conecta
 Injeksi gentamicin 8,5 mg/12 jam/intravena via conecta
 Asam folat 5 mg/24 jam/oral (hari I) , dilanjutkan 1 mg/ 24 jam/oral
 Vitamin A 100.000 IU/24 jam/oral
 Vitamin B complex 1 tablet/ 24 jam/oral

19
 Vitamin C 50 mg/ 24 jam/oral
 Injeksi Lantus 5 unit/ 24 jam/ subcutan jam 06.00
 Dosis Injeksi Novorapid sesuai gula darah 15 menit sebelum makan. Bila GDS
90 – 150 mg/dl diberikan 3 unit. Bila gula darah melebihi target dosis insulin
disesuaikan dengan rasio insulin dan gula darah.
Tiap kenaikan 150 mg/dl dari target ditambahkan 1 unit insulin novorpid. Tiap
penurunan 150 mg/dl dari target dikurangi 1 unit insulin novorapid.
d. Asuhan Nutrisi
 Nutritional assessment : Gizi Buruk
 Nutritional requirement : Kebutuhan kalori BBI x RDA menurut height
age = 1530 kkal/hari
Karbohidrat : Protein: lemak = 50% : 15% : 35%
= 765 kkal : 230 kkal : 535 kkal
= 191 gram: 57,5 gram: 59.5 gram
 Nutritional Route : Peroral
 Nutritional selection : terdiri 3 kali makan utama dan 3 kali makanan
snack. Dengan alokasi kalori (Lampiran 10):
Makan Pagi 25% total kalori KH, snack pagi 10% total kalori KH Makan
Siang 25% total kalori KH, snak siang 10% total kalori KH Makan Malam
20% total kalori KH, snack malam 10% total kalori KH
 Nutritional Monitoring : pemantauan GDS (Gula darah sewaktu) dan
asupan.

MASALAH NON MEDIS (KELUARGA ATAU LINGKUNGAN)


- Pengetahuan orang tua yang masih kurang tentang penyakit diabetes mellitus tipe
1.
- Pengetahuan ibu tentang pemenuhan kebutuhan gizi anaknya masih kurang
- Pengetahuan orang tua masih kurang dalam memberikan stimulasi untuk tumbuh
kembang anaknya.
- Anak bersifat penakut, sedikit manja dan tidak mandiri sehingga sulit untuk diajak
pergi kontrol, dan menyuntikan sendiri insulin sendiri.

20
TATALAKSANA NON MEDIS:

- Menjelaskan pada keluarga tentang penyakit DM tipe 1, manfaat dan pentingnya


kepatuhan pemberian insulin secara teratur agar mencegah komplikasi dari DM tipe 1
serta menjelaskan efek samping yang timbul dari obat-obatan yang dikonsumsi.
- Mengajarkan pada orang tua pentingnya asupan nutrisi yang adekuat dan diajarkan
menyiapkan menu makanan sehat serta nilai gizi yang harus dicukupkan untuk
pertumbuhan
- Memberikan edukasi keluarga untuk menciptakan lingkungan bersih mulai dari
dalam rumah dan area depan rumah, kemudian mulai mengajak tetangga untuk
sama-sama bergotong-royong membersihkan lingkungan.
- Mengajarkan orang tua untuk memberikan stimulasi dirumah yang dibekali dengan
panduan stimulasi sesuai usia perkembangan yang dicapai.

21
MASALAH MEDIS DAN NON MEDIS YANG PERLU DIPANTAU, UPAYA
PEMECAHAN DAN KELUARAH YANG DIHARAPKAN SELAMA PROSES
PENGAMATAN.

A. Masalah pada penderita


MASALAH/HAL
KELUARAN YANG
No YANG PERLU UPAYA PEMECAHAN
DIHARAPKAN
DIPANTAU
1. Anak menderita DM  Memberikan informasi tentang DM tipe  Orang tua
tipe 1 1 melalui bahan bacaan mencakup mengerti mengenai
penyebabnya, perjalanan penyakit, penyakit DM tipe
pengobatan jangka panjang dan 1 (pengobatan
komplikasinya dan komplikasinya)
 Pemeriksaan gula darah secara berkala dan  Gula darah dan
memberikan suntikan insulin. HbA1c terkontrol
 Kontrol teratur di subdivisi Endokrin RSUP
wahidin sudirohusodo Makassar untuk
memantau tanda vital, pengukuran berat
bdan dan tinggi badan. Serta pemeriksaa
HbA1C setiap 3 (tiga) bulan untuk kontrol
pengobatan
 Pemberian diet DM sesuai dengan
pengaturan diet berdasarkan berat badan
 Meminta bantuan kepada pihak sekolah
(TK) untuk turut mengawasi kondisi
penderita selama disekolah
 Mengamati komplikasi penyakit maupun
pengobatan

2. Perlu suntikan  Memberikan nasehat kepada orang tuanya  Suntikan


insulin seumur hidup untuk memberikan suntikan secara teratur insulin secara
setiap hari sampai anak dapat mandiri teratur dan
menyuntikan dirinya sendiri & memberikan mandiri
informasi yang terperinci tentang
pentingnya penyuntikan insulin seumur
hidup agar anak dapat mencapai tumbuh
kembang yang optimal.
 Memperlihatkan gambar dan video tentang
penderita DM dan penderita sendiri saat
MRS sehingga insulin
menjadi suatu kebutuhan bagi penderita

22
sendiri dan bukan merupakan suatu terapi
terhadap penyakit dan
mengajarkan tempat suntikan yang tidak
terlalu nyeri.
3. Komplikasi dan efek  Melakukan pemeriksaan kadar gula 3 kali  Tidak mengalami
samping pengobatan setiap hari komplikasi berupa
 Menjelaskan tentang tanda-tanda ketoasidosis
hiperglikemi dan hipoglikemia dan tindakan metabolik,
apa yang harus dilakukan jika terdapat tanda Retinopati
tersebut. diabetik, dan
 Menjelaskan bahwa jarum suntik dan tempat nefropati diabetik.
suntikan harus steril agar terhindar dari
komplikasi DM yang tidak diinginkan
seperti infeksi.
 Menyarankan lokasi penyuntikan berpindah
tempat di perut dan di paha.
 Membawa anak untuk memeriksakan
penglihatannya ke dokter ahli mata karena
anak merasakan penglihatannya sudah mulai
kabur, dan menjelaskan kepada orang tua
komplikasi apa saja yang bias muncul jika
glukosa darahnya
tidak terkontrol.
4. Kepatuhan suntikan  Memastikan pemberian insulin kepada  Kontrol
insulin seumur hidup penderita dengan cara memberikan metabolik baik
pengertian bahwa penderita perlu insulin
seumur hidupnya untuk menjamin
pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. Saat awal terapi disarankan
membuat catatan dosis, jumlah insulin yang
diberikan dan nilai GDS setiap harinya. Dan
pengawasannya dilakukan oleh orang tua.
 Untuk memantau kepatuhan suntikan,
jumlah dosis yang digunakan dan jumlah
kalori dari diet DM yang dikonsumsi,
pengamat rutin memeriksakan
GDS dan HbA1c per tiga bulan.

23
5. Keinginan anak  Menjelaskan kepada orang tua dan penderita  Anak disiplin
untuk selalu pentingnya disiplin mengikuti jumlah diet mengikuti jumlah
mengkonsumsi susu yang telah dihitung dan mengetahui bahan diet
dan makanan manis makanan penukar agar makanan yang
diberikan kepada anak sesuai selera tapi
tidak melebihi jumlah kalori yang
seharusnya.

6. Gizi buruk tipe  Pemantauan secara berkala, mencakup BB,  Gizi baik
marasmus PB, dan LK.
 Ibu dianjurkan untuk memperhatikan asuhan
nutrisi yang cukup dan seimbang
 Pengamat mengajarkan jadwal pemberian
makanan dengan menu pengganti yang
bervariasi, dan diberi
contoh daftar pengganti bahan makanan.

B. Masalah Keluarga
MASALAH/HAL KELUARAN
No YANG PERLU UPAYA PEMECAHAN YANG
DIPANTAU DIHARAPKAN
1. Rasa khawatir orang  Menjelaskan kepada orang tua mengenai  Ibu penderita
tua terhadap perjalanan penyakit, komplikasi yang dapat mengerti dan
penyakit anaknya timbul, prognosis penyakit dan perlunya memahami bahwa
pengobatan seumur hidup. pengobatan DM
 Mengajarkan kepada orang tua dan adalah pengobatan
penderita cara penyuntikan dan kapan seumur hidup
penyuntikan insulin dilakukan. dengan insulin
 Berusaha memberikan ketenangan kepada sehingga dan
orang tua bahwa anaknya memiliki bisa mengalami
prognosis cukup baik dan masih dapat perbaikan
melewati masa remaja dengan baik jika sehingga ibu
displin terhadap diet makanan DM dan penderita tidak
pengobatan lagi khawatir.
insulinnya.

2. Ibu masih khawatir  Memberikan daftar makanan kepada orang  Ibu mengerti
mengenai pemberian tua, daftar makanan pengganti, yang pengaturan diet
makanan karena mengantung kadar glukosa tinggi dan DM serta
takut gula rendah. pengganti
darah anak tinggi. karbohidrat yang
bias digunakan

24
sesuai daftar
makanan
pengganti
2. Kemungkinan anak  Menjelaskan kepada orang tuanya mengenai
yang lain menderita penyakit yang diderita anaknya bukanlah
penyakit yang sama penyakit turunan.
 Bila ada gejala sering haus, sering
kencing, dan sering lapar segera bawa ke
rumah sakit terdekat.
3. Rasa khawatir  Memberikan penjelasan kepada kedua orang Orang tua
terhadap tua bahwa bila pengobatan teratur maka mengerti dan
pertumbuhan dan anak dengan diabetes mellitus tipe 1 dapat memahami
perkembangan tumbuh dan berkembang seperti anak pertumbuhan dan
anaknya normal lainnya serta risiko terjadinya perkembangan
komplikasi penyakit akan berkurang. anak, terutama
anak yang
menderita DM
tipe 1 sehingga
orang tua tidak
lagi khawatir

C. Masalah pada lingkungan


MASALAH/HAL KELUARAN
No YANG PERLU UPAYA PEMECAHAN YANG
DIPANTAU DIHARAPKAN
1. Lingkungan sekitar  Mengedukasi keluarga untuk menciptakan  Terciptanya
rumah yang kurang lingkuran bersih mulai dari dalam rumah lingkungan
bersih dan area depan rumah, kemudin mulai yang bersih
mengajak tetangga untuk sama-sama tanpa
bergotong royong membersihkan sampah,
lingkungan. tertata rapi
dan sehat.

25
PROSES PENGAMATAN LANJUT

PERIODE I : JANUARI 2017 – MARET 2017

Periode I : Januari 2017 – Maret 2017 ( 5 tahun 2 bulan – 5 tahun 4 Bulan)


S Keadaan umum anak baik dan sadar. Selera makan biasa tapi rasa sering haus masih
ada, Buang air kecil sering-sering sudah agak berkurang
O Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital dalam batas normal
Pertumbuhan : BB : 13 kg
TB : 103 cm
LK : 50 cm (normosefal) LiLA:
11 cm (gizi buruk)

CDC 2000 : BB/TB : 13/17 x 100 % = 76.4% (Gizi Kurang)


BB/U : 13/18 X 100% = 72.2 % (Kurus)
TB/U : 103/109 X 100% = 94.5% (terletak pada P10-3 kurva CDC
2000, perawakan normal)
Perkembangan:
Denver II :
Personal sosial : menyiapkan sereal, gosok gigi tanpa bantuan, bermain ular tangga,
berpakaian tanpa bantuan
Adaptif-Motorik halus : mencontoh , menggambar orang 6 bagian, men c ntoh
ditunjukkan
Bahasa: menyebut 2 kata berlawanan, mengetahui 3 kata sifat, mengartikan 5 kata. Motorik
kasar : berdiri 1 kaki 6 detik, berjalan tumit ke jari kaki.
Kesan: perkembang sesuai usia
Hasil kadar glukosa

26
Kadar GDS PERIODE JANUARI 2017
600

500

400
GDS 06.00 WITA
300
GDS 12.00 WITA
200 GDS 18.00 WITA

100

0
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Kadar GDS Periode Februari 2017


400

300

200

100

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

A - Diabetes mellitus tipe I


- Gizi buruk tipe marasmus
P - Injeksi Lantus 5 unit/ 24 jam/ subcutan jam 06.00
- Dosis Injeksi Novorapid sesuai gula darah 15 menit sebelum makan. Bila GDS 90
– 150 mg/dl diberikan 3 unit. Bila gula darah melebihi target dosis insulin
disesuaikan dengan rasio insulin dan gula darah.
Tiap kenaikan 150 mg/dl dari target ditambahkan 1 unit insulin novorpid.
- Tiap penurunan 150 mg/dl dari target dikurangi 1 unit insulin novorapid
- Tatalaksana gizi :

27
Kebutuhan kalori = BBI x RDA menurut HA = 1530 kkal/hari
Kalori KH = 50% kebutuhan kalori = 765 kkal/hari
Dengan alokasi energi sebagai berikut:
Makan Pagi 25%, snack pagi 10%
Makan Siang 25%, snak siang 10%
Makan Malam 20%, snack malam 10%

PERMASALAHAN

 Orang tua khawatir dengan dengan gula darah anak yang tinggi dan kadang sering
rendah (hipoglikemia) setelah diberikan insulin terutama pada malam hari.
 Orang tua malas menuliskan follow up insulin pasien pada periode maret sehingga
sulit untuk memonitor kadar GDS pasien.
 Anak masih rewel untuk diperiksakan gula darahnya 3 kali/hari.
 Orang tua khawatir mengenai pola makan anak dan pertumbuhan anaknya yang
masih gizi buruk
 Pengetahuan ibu tentang nutrisi dan gizi seimbang sesuai kebutuhan anak masih
kurang.
 Ibu merasa khawatir mengenai makanan yang dimakan oleh anak saat disekolah.

ANALISIS MASALAH/PLANNING

Pada anak:

1. Memaksimalkan pemberian asupan nutrisi pada anak untuk mengoptimalkan


pertumbuhannya.
2. Pemberian nasehat kepada anak mengenai pentingnya pemeriksaan gula darah 3
kali/hari sebelum pemberian insulin.

28
3. Pemantauan secara berkala berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan
perkembangan penderita.
4. Menjelaskan kepada anak tentang penyakti DM yang diderita, bagaimana saja
kondisi hipoglikemi ataupun kondisi hiperglikemia.

Pada keluarga:

1. Memberikan motivasi pada ibu untuk terus memberikan nutrisi yang cukup tanpa
harus takut gula darah anak akan semakin tinggi terutama cara menyusun menu
bergizi dan jadwal makan yang sesuai dan disukai anak sesuai dengan diet yang
diberikan berdasarkan daftar bahan manakan dengan indeks glisemiknya, dan
dianjurkan untuk memilih makanan dengan indeks glisemik < 55.
2. Membantu orang tua mencarikan informasi tentang penyakit penderita melalui buku-
buku maupun internet, agar orang tua tidak khawatir dan overpprotektif terhadap
penderita
3. Memotivasi ibu agar selalu mengantar anaknya kontrol teratur di dokter spesialis
anak konsultan endokrin.
4. Menyarankan kepada orang tua untuk memberitahukan kondisi penyakit anaknya
kepada pihak sekolah tempat anaknya bersekolah untuk membantu mengawasi
makanan yang dimakan, makanan yang diberikan temannya, membantu mengawasi
kondisi hiperglikemi atau hipoglikemi.

Evaluasi periode I pengamatan:

1. Ibu selalu memeriksakan gula darah dan menyuntikan insulin kepad si penderita
dengan teratur dan dosis yang disuntikan selalu dikonfirmasi terlebih dahulu oleh ibu
penderita untuk disuntikan.
2. Orang tua tidak khawatir lagi mengenai penyakit anak.

29
PERIODE II: APRIL 2017 – JUNI 2017

Periode II : April 2017 – Juni 2017 ( 5 tahun 5 bulan – 5 tahun 7 Bulan)


S Keadaan umum anak baik dan sadar. rasa sering haus tidak ada, buang air kecil normal.
Selera makan menurun terutama pada bulan mei 2017: pasien demam selama 4 hari dan
sakit kepala, didagnosis menderita radang tenggorokan oleh
dokter praktek di bone.
O Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital dalam batas normal
Pertumbuhan : BB : 17 kg
TB : 105 cm
LK : 50 cm (normosefal) LLA:
15 cm

CDC 2000 : BB/TB : 17/17 x 100 % = 100% (Gizi baik)


BB/U : 17/19 X 100% = 89.4 % (Kurus)
TB/U : 105/111 X 100% = 94.5% (terletak pada persentil-10,
perawakan normal)
Perkembangan:
Denver II :
Personal sosial : menyiapkan sereal, gosok gigi tanpa bantuan, bermain ular tangga,
berpakaian tanpa bantuan
Adaptif-Motorik halus : mencontoh , menggambar orang 6 bagian, menconto h
ditunjukkan
Bahasa: menyebut 2 kata berlawanan, mengetahui 3 kata sifat, mengartikan 5 kata.
Motorik kasar : berdiri 1 kaki 6 detik, berjalan tumit ke jari kaki.
Kesan: perkembang sesuai usia
Hasil Laboratorium (6/4/2017):
Darah rutin: WBC 10.300 /Ul, Hb 12.7 gr/dl, HCT 38%, PLT 270.000/uL.
Kimia Darah: GDS 110 mg/dl, ureum 16 mg/dl, kreatinin 0.40 mg/dl, SGOT 24

30
U/L, SGPT 16 U/L, Albumin 3.9 gr/dl, kolesterol 192 mg/dl, FT4 1.52 ng/dl,
TSHS 2.17 mIU/ml, Natrium 140 mmol/l, Kalium 4.0 mmol/l, klorida 106 mmol/l.
HBA1c 9.6 %.
Urinalisis: warna kuning muda, pH 6.0, BJ 1.025, protein negatif, glukose
+3/500 mg/dl, bilirubin negatif, urobilinogen normal, keton negatif, nitrit negatif,
blood negatif, leukosit +-/15 WBC/ul, vitamin C 0 mg/dl, sedimen leukosit 0 lpb,
sedimen eritrosit 0 lpb, sedimen torak negatif, sedimen kristal, sedimen epitel sel 1 lpk.

Kadar GDS PERIODE APRIL 2017


400

300

200

100

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

31
Kadar GDS Periode Mei 2017
400
350
300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

Kadar GDS PERIODE JUNI 2017


450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

Hasil Foto Bone Age Manus Sinistra (6/4/2017):


Hasil Pemeriksaan: Estimasi bone age sesuai usia 5 tahun.

Hasil konsultasi dengan bagian Mata (6/10/2018). Tidak


didapatkan adanya retinopati diabetik.
A - Diabetes mellitus tipe I
P - Injeksi Lantus 7 unit/ 24 jam/ subcutan jam 06.00
- Dosis Injeksi Novorapid sesuai gula darah 15 menit sebelum makan.

32
Bila GDS 90 – 150 mg/dl diberikan 4 unit. Bila gula darah melebihi
target dosis insulin disesuaikan dengan rasio insulin dan gula darah. Tiap
kenaikan 100 mg/dl dari target ditambahkan 1 unit insulin novorpid.
- Tiap penurunan 100 mg/dl dari target dikurangi 1 unit insulin
novorapid
Energi = BBI x RDA = 17 x 90 kkal/kgBB/hari = 1530 kkal/hari
Kebutuhan kalori KH = 50% kebutuhan total = 765 kkal/hari Dengan
alokasi energi sebagai berikut:
Makan Pagi 25%, snack pagi 10%
Makan Siang 25%, snak siang 10%
Makan Malam 20%, snack malam 10%

PERMASALAHAN

 Orang tua khawatir karena pasien sempat demam tinggi pada bulan maret selama
4 hari dan menyebabkan gula darah mengalami kenaikan.
 Anak malas makan pada malam hari sehingga gula darahnya sempat turun
(hipoglikemi).
 Anak masih rewel untuk diperiksakan gula darahnya 3 kali/hari.
 Pengetahuan ibu tentang nutrisi dan gizi seimbang sesuai kebutuhan anak mulai
ada perubahan namun masih kurang.
 Ibu merasa khawatir mengenai makanan yang dimakan oleh anak saat disekolah.

ANALISIS MASALAH/PLANNING

Pada anak:

 Memaksimalkan pemberian asupan nutrisi pada anak untuk mengoptimalkan


pertumbuhannya.
 Pemberian nasehat kepada anak mengenai pentingnya pemeriksaan gula darah 3
kali/hari sebelum pemberian insulin.

33
 Pemantauan secara berkala berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan
perkembangan penderita.
 Menjelaskan kepada anak tentang penyakti DM yang diderita, bagaimana saja
kondisi hipoglikemi ataupun kondisi hiperglikemia.

Pada keluarga:

 Memberikan motivasi pada ibu untuk terus memberikan nutrisi yang cukup tanpa
harus takut gula darah anak akan semakin tinggi terutama cara menyusun menu
bergizi dan jadwal makan yang sesuai dan disukai anak sesuai dengan diet yang
diberikan berdasarkan daftar bahan manakan dengan indeks glisemiknya, dan
dianjurkan untuk memilih makanan dengan indeks glisemik < 55.
 Membantu orang tua mencarikan informasi tentang penyakit penderita melalui buku-
buku maupun internet, agar orang tua tidak khawatir dan overprotektif terhadap
penderita
 Memotivasi ibu agar selalu mengantar anaknya kontrol teratur di dokter spesialis
anak konsultan endokrin.
 Menyarankan kepada orang tua untuk memberitahukan kondisi penyakit anaknya
kepada pihak sekolah tempat anaknya bersekolah untuk membantu mengawasi
makanan yang dimakan, makanan yang diberikan temannya, membantu mengawasi
kondisi hiperglikemi atau hipoglikemi.

Evaluasi periode II pengamatan:

 Ibu selalu memeriksakan gula darah dan menyuntikan insulin kepada penderita
dengan teratur dan dosis yang disuntikan selalu dikonfirmasi terlebih dahulu oleh ibu
penderita untuk disuntikan.
 Anak mulai menuruti perintah ibu dan pendamping untuk rutin makan sesuai menu
yang diberikan oleh ibu pasien.
 Gizi anak sudah baik.
 Orang tua tidak khawatir lagi mengenai penyakit anak.

34
PERIODE III: JULI 2017 – SEPTEMBER 2017

Periode III : Juli 2017 – September 2017 ( 5 tahun 8 bulan – 5 tahun 10 Bulan)
S Keadaan umum anak baik dan sadar, rasa sering haus tidak ada, selera makan
baik. Buang air kecil normal.
O Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital dalam batas normal
Pertumbuhan : BB : 19 kg
TB : 107 cm
LK : 51 cm (normosefal)
LiLA: 16 cm

CDC 2000 : BB/TB : 19/18 x 100 % = 105.5% (Gizi Baik)


BB/U : 19/20 X 100% = 95 % (Normal)
TB/U : 107/114 X 100% = 93.8% (terletak pada P10-25 kurva CDC 2000,
perawakan normal)
Perkembangan:
Denver II :
Personal sosial : menyiapkan sereal, gosok gigi tanpa bantuan, bermain ular tangga,
berpakaian tanpa bantuan
Adaptif-Motorik halus : mencontoh , menggambar orang 6 bagian, menconto h
ditunjukkan
Bahasa: menyebut 2 kata berlawanan, mengetahui 3 kata sifat, mengartikan 5 kata.
Motorik kasar : berdiri 1 kaki 6 detik, berjalan tumit ke jari kaki.
Kesan: perkembang sesuai usia

Hasil Laboratorium (10/7/2017):


Darah rutin: WBC 8.700 /Ul, Hb 13.7 gr/dl, HCT 41%, PLT 263.000/uL.
Kimia Darah: GDS 68 mg/dl, ureum 20 mg/dl, kreatinin 0.46 mg/dl, SGOT 41

35
U/L, SGPT 43 U/L, Albumin 4.4 gr/dl, kolesterol 189 mg/dl, Natrium 142 mmol/l,
Kalium 4.1 mmol/l, klorida 107 mmol/l. HBA1c 6.7 %.
Urinalisis: warna kuning muda, pH 6.0, BJ 1.005, protein negatif, glukosa
negatif, bilirubin negatif, urobilinogen normal, keton negatif, nitrit negatif, blood
negatif, leukosit +/70 WBC/ul, vitamin C 0 mg/dl, sedimen leukosit 0 lpb,
sedimen eritrosit 3 lpb, sedimen torak negatif, sedimen kristal, sedimen epitel sel
0 lpk.

Kadar GDS PERIODE JULI 2017


400

300

200

100

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

Kadar GDS PERIODE AGUSTUS 2017


600

400

200

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

36
Kadar GDS Periode September 2017
400
300
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

Hasil Foto Bone Age Manus Sinistra (10/7/2017):


Hasil Pemeriksaan: Estimasi bone age sesuai usia 5 tahun.

A - Diabetes mellitus tipe I


P - Injeksi Lantus 7 unit/ 24 jam/ subcutan jam 06.00
- Dosis Injeksi Novorapid sesuai gula darah 15 menit sebelum makan. Bila
GDS 90 – 150 mg/dl diberikan 4 unit. Bila gula darah melebihi target
dosis insulin disesuaikan dengan rasio insulin dan gula darah. Tiap kenaikan
100 mg/dl dari target ditambahkan 1 unit insulin novorpid.
- Tiap penurunan 100 mg/dl dari target dikurangi 1 unit insulin novorapid
- Diet DM
Kebutuhan kalori = BBI x RDA menurut height aged= 18 x 90
KKal/kgBB/hari = 1620 Kkal/hari
Kebutuhan karbohidrat = 50% x kebutuhan kalori = 810 kkal/hari. Dengan
alokasi energi sebagai berikut:
Makan Pagi 25%, snack pagi 10%
Makan Siang 25%, snak siang 10%
Makan Malam 20%, snack malam 10%

37
PERMASALAHAN

 Ibu merasa khawatir mengenai makanan yang dimakan oleh anak saat disekolah yang
belum bisa dikontrol sehingga sempat membuat GDS anak naik pada bulan Agustus
2018.

ANALISIS MASALAH/PLANNING

Pada anak:

 Memaksimalkan pemberian asupan nutrisi pada anak untuk mengoptimalkan


pertumbuhannya.
 Pemberian nasehat kepada anak mengenai pentingnya pemeriksaan gula darah 3
kali/hari sebelum pemberian insulin.
 Pemantauan secara berkala berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan
perkembangan penderita.
 Menjelaskan kepada anak tentang penyakti DM yang diderita, bagaimana saja
kondisi hipoglikemi ataupun kondisi hiperglikemia.

Pada keluarga:

 Memberikan motivasi pada ibu untuk terus memberikan nutrisi yang cukup tanpa
harus takut gula darah anak akan semakin tinggi terutama cara menyusun menu
bergizi dan jadwal makan yang sesuai dan disukai anak sesuai dengan diet yang
diberikan berdasarkan daftar bahan manakan dengan indeks glisemiknya, dan
dianjurkan untuk memilih makanan dengan indeks glisemik < 55.
 Membantu orang tua mencarikan informasi tentang penyakit penderita melalui buku-
buku maupun internet, agar orang tua tidak khawatir dan overprotektif terhadap
penderita
 Memotivasi ibu agar selalu mengantar anaknya kontrol teratur di dokter spesialis
anak konsultan endokrin.
 Menyarankan kepada orang tua untuk memberitahukan kondisi penyakit anaknya
kepada pihak sekolah tempat anaknya bersekolah untuk membantu

38
mengawasi makanan yang dimakan, makanan yang diberikan temannya,
membantu mengawasi kondisi hiperglikemi atau hipoglikemi.

Evaluasi periode III pengamatan:

 Ibu selalu memeriksakan gula darah dan menyuntikan insulin kepada penderita
dengan teratur dan dosis yang disuntikan selalu dikonfirmasi terlebih dahulu oleh ibu
penderita untuk disuntikan
 Ibu sudah bisa mengatur diet diabetes anak.
 Anak mulai menuruti perintah ibu dan pendamping untuk rutin makan sesuai menu
yang diberikan oleh ibu pasien.
 Gizi anak sudah baik.
 Orang tua tidak khawatir lagi mengenai penyakit anak.

39
PERIODE IV: OKTOBER 2017 – DESEMBER 2017

Periode IV : Oktober – Desember 2017 ( 5 tahun 11 bulan – 6 tahun 1 Bulan)


S Keadaan umum anak baik dan sadar, rasa sering haus tidak ada, selera makan
baik. Anak sering mengemil saat disekolah. Buang air kecil normal
O Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital dalam batas normal
Pertumbuhan : BB : 20 kg
TB : 108 cm
LK : 51 cm (normosefal) LLA:
16 cm

CDC 2000 : BB/TB : 20/18 x 100 % = 111,1% (Overweight)


BB/U : 20/20 X 100% = 100 % (Normal)
TB/U : 108/114 X 100% = 94.7% (Terletak diantara P10-25 kurva CDC
2000, perawakan normal)
Perkembangan:
Denver II :
Personal sosial : menyiapkan sereal, gosok gigi tanpa bantuan, bermain ular tangga,
berpakaian tanpa bantuan
Adaptif-Motorik halus : mencontoh , menggambar orang 6 bagian, menconto h
ditunjukkan
Bahasa: menyebut 2 kata berlawanan, mengetahui 3 kata sifat, mengartikan 5 kata.
Motorik kasar : berdiri 1 kaki 6 detik, berjalan tumit ke jari kaki.
Kesan: perkembang sesuai usia

Hasil Laboratorium (16/10/2017):


Darah rutin: WBC 8.700 /Ul, Hb 13.4 gr/dl, HCT 40%, PLT 253.000/uL.
Kimia Darah: GDS 254 mg/dl, ureum 17 mg/dl, kreatinin 0.40 mg/dl, SGOT 22
U/L, SGPT 12 U/L, Albumin 4.4 gr/dl, kolesterol 227 mg/dl, Natrium 137 mmol/l,

40
Kalium 4.2 mmol/l, klorida 103 mmol/l. HBA1c 8 %.
Urinalisis: warna kuning muda, pH 6.0, BJ 1.005, protein negatif, glukosa +3, bilirubin
negatif, urobilinogen normal, keton negatif, nitrit negatif, blood negatif, leukosit +/70
WBC/ul, vitamin C 0 mg/dl, sedimen leukosit 1 lpb, sedimen eritrosit 3 lpb, sedimen
torak negatif, sedimen kristal, sedimen epitel sel 0 lpk.

Kadar GDS Periode Oktober 2017


600
500
400
300
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

Kadar GDS Periode November 2017


600
500
400
300
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

41
Kadar GDS Periode Desember 2017
600
500
400
300
200
100
0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

Hasil Foto Bone Age Manus Sinistra (10/7/2017):


Hasil Pemeriksaan: Estimasi bone age sesuai usia 5 tahun 9 Bulan.

A - Diabetes mellitus tipe I


- Overweight
- Dislipidemia
P - Injeksi Lantus 6 unit/ 24 jam/ subcutan jam 06.00
- Dosis Injeksi Novorapid sesuai gula darah 15 menit sebelum makan. Bila
GDS 90 – 150 mg/dl diberikan 3 unit. Bila gula darah melebihi target
dosis insulin disesuaikan dengan rasio insulin dan gula darah. Tiap kenaikan
150 mg/dl dari target ditambahkan 1 unit insulin novorpid.
- Tiap penurunan 150 mg/dl dari target dikurangi 1 unit insulin novorapid
- Diet DM
Kebutuhan kalori = BBI x RDA = 18 x 90 kkal/kgBB/hari = 1620
Kkal/hari
Kebutuhan karbohidrat = 50% x kebutuhan kalori = 810 kkal/hari
Dengan alokasi energi sebagai berikut:
Makan Pagi 25%, snack pagi 10%

42
Makan Siang 25%, snak siang 10%
Makan Malam 20%, snack malam 10%
Masing-masing dengan komposisi terdiri dari karbohidrat 50-60%, lemak 30-
35%, dan protein 10-15%.
PERMASALAHAN

 Ibu merasa khawatir mengenai makanan yang dimakan oleh anak saat disekolah yang
belum bisa dikontrol sehingga sempat membuat GDS anak naik pada bulan
Desember 2018 serta kolesterol anak meningkat.

ANALISIS MASALAH/PLANNING

Pada anak:

 Memaksimalkan pemberian asupan nutrisi pada anak untuk mengoptimalkan


pertumbuhannya.
 Pemberian nasehat kepada anak mengenai pentingnya pemeriksaan gula darah 3
kali/hari sebelum pemberian insulin.
 Pemantauan secara berkala berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan
perkembangan penderita.
 Menjelaskan kepada anak tentang penyakti DM yang diderita, bagaimana saja
kondisi hipoglikemi ataupun kondisi hiperglikemia.

Pada keluarga:

 Memberikan motivasi pada ibu untuk terus memberikan nutrisi yang cukup tanpa
harus takut gula darah anak akan semakin tinggi terutama cara menyusun menu
bergizi dan jadwal makan yang sesuai dan disukai anak sesuai dengan diet yang
diberikan berdasarkan daftar bahan manakan dengan indeks glisemiknya, dan
dianjurkan untuk memilih makanan dengan indeks glisemik < 55.
 Membantu orang tua mencarikan informasi tentang penyakit penderita melalui buku-
buku maupun internet, agar orang tua tidak khawatir dan overprotektif terhadap
penderita

43
 Memotivasi ibu agar selalu mengantar anaknya kontrol teratur di dokter spesialis
anak konsultan endokrin.
 Menyarankan kepada orang tua untuk memberitahukan kondisi penyakit anaknya
kepada pihak sekolah tempat anaknya bersekolah untuk membantu mengawasi
makanan yang dimakan, makanan yang diberikan temannya, membantu mengawasi
kondisi hiperglikemi atau hipoglikemi.

Evaluasi periode IV pengamatan:

 Ibu selalu memeriksakan gula darah dan menyuntikan insulin kepada penderita
dengan teratur dan dosis yang disuntikan selalu dikonfirmasi terlebih dahulu oleh ibu
penderita untuk disuntikan.
 Anak mulai menuruti perintah ibu dan pendamping untuk rutin makan sesuai menu
yang diberikan oleh ibu pasien.
 Gizi anak overweight.
 Orang tua masih khawatir lagi mengenai penyakit anak.

44
PERIODE V: JANUARI 2018 – MARET 2018

Periode V : Januari – Maret 2018 ( 6 tahun 2 Bulan– 6 tahun 4 Bulan)


S Keadaan umum anak baik dan sadar, rasa sering haus tidak ada, selera makan
meningkat. Buang air kecil normal.
O Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital dalam batas normal
Pertumbuhan : BB : 21 kg
TB : 110 cm
LK : 51 cm (normosefal) LLA:
16 cm
CDC 2000 : BB/TB : 21/19 x 100 % = 110,5% (Gizi Overweight)
BB/U : 21/21 X 100% = 100 % (Normal)
TB/U : 110/116 X 100% = 94,8% (terletak pada P10-25 kurva CDC
2000, perawakan normal)
Perkembangan:
PSC: 19
Hasil Laboratorium (1/1/2018):
Darah rutin: WBC 9.200 /Ul, Hb 14.4 gr/dl, HCT 43,2%, PLT 353.000/uL.
Kimia Darah: GDS 182 mg/dl, ureum 9 mg/dl, kreatinin 0.20 mg/dl, SGOT 32 U/L,
SGPT 12 U/L, Albumin 3.7 gr/dl, kolesterol total 206 mg/dl, kolesterol HDL
34 mg/dl, Kolesterol LDL 87 mg/dl, Natrium 142 mmol/l, Kalium 4.0 mmol/l, klorida
101 mmol/l. HBA1c 7.8 %.
Urinalisis: warna kuning muda, pH 6.0, BJ 1.005, protein negatif, glukosa negatif,
bilirubin negatif, urobilinogen normal, keton negatif, nitrit negatif, blood negatif,
leukosit +/70 WBC/ul, vitamin C 0 mg/dl, sedimen leukosit 1 lpb, sedimen eritrosit 0
lpb, sedimen torak negatif, sedimen kristal, sedimen epitel sel 0 lpk.

Hasil Foto Bone Age Manus Sinistra (1/1/2018):


Hasil Pemeriksaan: Estimasi bone age sesuai usia 5 tahun 9 Bulan.

45
Kadar GDS Periode
Januari 2018
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

Kadar GDS Februari 2018


400
350
300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

46
Kadar GDS Periode Maret 2018
400
350
300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

A - Diabetes mellitus tipe I


- Dislipidemia
P - Injeksi Lantus 8 unit/ 24 jam/ subcutan jam 06.00
- Dosis Injeksi Novorapid sesuai gula darah 15 menit sebelum makan. Bila
GDS 90 – 150 mg/dl diberikan 4 unit. Bila gula darah melebihi target
dosis insulin disesuaikan dengan rasio insulin dan gula darah. Tiap kenaikan
95 mg/dl dari target ditambahkan 1 unit insulin novorpid.
- Tiap penurunan 95 mg/dl dari target dikurangi 1 unit insulin novorapid
- Diet DM : Kebutuhan kalori= BBI x RDA = 19 x 90 KKal/kgBB/hari =
1710 Kkal/hari
Kebutuhan karbohidrat = 50% x kebutuhan kalori = 855 kkal/hari.
Dengan alokasi energi sebagai berikut:
Makan Pagi 25%, snack pagi 10%
Makan Siang 25%, snak siang 10%
Makan Malam 20%, snack malam 10%
- Diet lemak

47
PERMASALAHAN

 Ibu merasa khawatir mengenai makanan yang dimakan oleh anak saat disekolah
yang belum bisa dikontrol
 Ibu merasa khawatir dengan hasil kolesterol anak yang tinggi

ANALISIS MASALAH/PLANNING

Pada anak:

 Memaksimalkan pemberian asupan nutrisi pada anak untuk mengoptimalkan


pertumbuhannya.
 Pemberian nasehat kepada anak mengenai pentingnya pemeriksaan gula darah 3
kali/hari sebelum pemberian insulin.
 Pemantauan secara berkala berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan
perkembangan penderita.
 Menjelaskan kepada anak tentang penyakti DM yang diderita, bagaimana saja
kondisi hipoglikemi ataupun kondisi hiperglikemia.
 Menjelaskan kepada anak mengenai pembatasan makanan berlemak seperti
gorengan.

Pada keluarga:

 Memberikan motivasi pada ibu untuk terus memberikan nutrisi yang cukup tanpa
harus takut gula darah anak akan semakin tinggi terutama cara menyusun menu
bergizi dan jadwal makan yang sesuai dan disukai anak sesuai dengan diet yang
diberikan berdasarkan daftar bahan manakan dengan indeks glisemiknya, dan
dianjurkan untuk memilih makanan dengan indeks glisemik < 55.
 Membantu orang tua mencarikan informasi tentang penyakit penderita melalui buku-
buku maupun internet, agar orang tua tidak khawatir dan overprotektif terhadap
penderita

48
 Memotivasi ibu agar selalu mengantar anaknya kontrol teratur di dokter spesialis
anak konsultan endokrin.
 Menyarankan kepada orang tua untuk memberitahukan kondisi penyakit anaknya
kepada pihak sekolah tempat anaknya bersekolah untuk membantu mengawasi
makanan yang dimakan, makanan yang diberikan temannya, membantu mengawasi
kondisi hiperglikemi atau hipoglikemi.

Evaluasi akhir periode V:

1. Status Gizi overweight


2. Perkembangan penderita tidak terdapat keterlambatan yang harus tetap dipantau dan
diberikan stimulasi.

PERIODE VI: APRIL 2018 – JUNI 2018

Periode VI : April – Juni 2018 ( 6 tahun 5 Bulan– 6 tahun 7 Bulan)


S Keadaan umum anak baik dan sadar, rasa sering haus tidak ada, selera makan
baik. Buang air kecil normal.
O Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital dalam batas normal
Pertumbuhan : BB : 20 kg
TB : 113.5 cm
LK : 51 cm (normosefal) LLA:
16 cm

CDC 2000 : BB/TB : 20/20 x 100 % = 100% (Gizi Baik)


BB/U : 20/21 X 100% = 95.2%
TB/U : 112/120 X 100% = 93,5% (terletak pada P10-25 kurva CDC
2000, perawakan normal)
Perkembangan:
PSC: 13

49
Hasil Laboratorium (14/4/2018):
Darah rutin: WBC 8.100 /Ul, Hb 12.5 gr/dl, HCT 37,6%, PLT 404.000/uL.
Kimia Darah: GDS 102 mg/dl, ureum 24 mg/dl, kreatinin 0.40 mg/dl, SGOT 21
U/L, SGPT 16 U/L, Albumin 4.1 gr/dl, kolesterol total 167 mg/dl, Natrium 140 mmol/l,
Kalium 4.7 mmol/l, klorida 100 mmol/l. HBA1c 7.2 % dan HBA1c (15/7/2018) =
9.8%.
Urinalisis: warna kuning muda, pH 6.0, BJ 1.005, protein negatif, glukosa negatif,
bilirubin negatif, urobilinogen normal, keton negatif, nitrit negatif, blood negatif,
leukosit +/- WBC/ul, vitamin C 0 mg/dl, sedimen leukosit 1 lpb, sedimen eritrosit 0 lpb,
sedimen torak negatif, sedimen kristal, sedimen epitel sel 0 lpk.

Kadar GDS April 2018


300

250

200

150

100

50

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

50
Kada GDS Periode Mei 2018
300

250

200

150

100

50

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

Kadar GDS Periode Juni 2018


400
350
300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930

GDS 06.00 WITA GDS 12.00 WITA GDS 18.00 WITA

Hasil Foto Bone Age Manus Sinistra (15/4/2018):


Hasil Pemeriksaan: Estimasi bone age sesuai usia 5 tahun 9 bulan.

Tes IQ (15/4/2018): Nilai Tes IQ 75 (Average) menggunakan tes RAVEN anak

A - Diabetes mellitus tipe I


P - Injeksi Lantus 8 unit/ 24 jam/ subcutan jam 06.00

51
- Dosis Injeksi Novorapid sesuai gula darah 15 menit sebelum makan. Bila
GDS 90 – 150 mg/dl diberikan 4 unit. Bila gula darah melebihi target
dosis insulin disesuaikan dengan rasio insulin dan gula darah. Tiap kenaikan
90 mg/dl dari target ditambahkan 1 unit insulin novorpid.
- Tiap penurunan 90 mg/dl dari target dikurangi 1 unit insulin novorapid
- Diet DM
Kebutuhan kalori= BBI x RDA = 20 x 90 KKal/kgBB/hari = 1800
Kkal/hari
Kebutuhan karbohidrat = 50% x kebutuhan kalori = 900 kkal/hari.
Dengan alokasi energi sebagai berikut:
Makan Pagi 25%, snack pagi 10%
Makan Siang 25%, snak siang 10%
Makan Malam 20%, snack malam 10%

PERMASALAHAN

 Ibu masih khawatir mengenai makanan yang dimakan oleh anak saat disekolah yang
belum bisa dikontrol.

ANALISIS MASALAH/PLANNING

Pada anak:

 Memaksimalkan pemberian asupan nutrisi pada anak untuk mengoptimalkan


pertumbuhannya.
 Pemberian nasehat kepada anak mengenai pentingnya pemeriksaan gula darah 3
kali/hari sebelum pemberian insulin.
 Pemantauan secara berkala berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan
perkembangan penderita.

52
 Menjelaskan kepada anak tentang penyakti DM yang diderita, bagaimana saja
kondisi hipoglikemi ataupun kondisi hiperglikemia.

Pada keluarga:

 Memberikan motivasi pada ibu untuk terus memberikan nutrisi yang cukup tanpa
harus takut gula darah anak akan semakin tinggi terutama cara menyusun menu
bergizi dan jadwal makan yang sesuai dan disukai anak sesuai dengan diet yang
diberikan berdasarkan daftar bahan manakan dengan indeks glisemiknya, dan
dianjurkan untuk memilih makanan dengan indeks glisemik < 55.
 Membantu orang tua mencarikan informasi tentang penyakit penderita melalui buku-
buku maupun internet, agar orang tua tidak khawatir dan overprotektif terhadap
penderita
 Memotivasi ibu agar selalu mengantar anaknya kontrol teratur di dokter spesialis
anak konsultan endokrin.
 Menyarankan kepada orang tua untuk memberitahukan kondisi penyakit anaknya
kepada pihak sekolah tempat anaknya bersekolah untuk membantu mengawasi
makanan yang dimakan, makanan yang diberikan temannya, membantu mengawasi
kondisi hiperglikemi atau hipoglikemi.

Evaluasi akhir pengamatan:

1. Status Gizi menjadi baik


2. Perkembangan penderita tidak terdapat keterlambatan yang harus tetap
dipantau dan diberikan stimulasi.

Prognosis

Qua vitam ad bonam Qua

functionam bonam Qua

Sanationam bonam

53
ANALISIS KASUS

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri khas seorang anak yang terjadi
bersama-sama secara utuh. Hal ini merupakan hasil interaksi antara faktor genetik-herediter-
konstitusi dengan faktor lingkungan, baik lingkungan prenatal maupun post natal. Faktor
lingkungan ini yang akan memberikan segala macam kebutuhan dasar yang diperlukan oleh
anak untuk tumbuh dan berkembang. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang
secara garis besar dibagi dalam 3 kelompok yaitu pertama, kebutuhan fisik-biomedik
(“asuh”) yaitu kebutuhan akan nutrisi, perawatan kesehatan dasar, pakaian, perumahan,
kebersihan diri dan sanitasi lingkungan serta kesegaran jasmani. Kebutuhan yang kedua
yaitu kebutuhan akan kasih sayang/emosi (asih) meliputi kasih sayang orang tua, rasa aman,
harga diri, kebutuhan akan sukses, mandiri, dorongan, kebutuhan akan kesempatan dan
pengalaman serta rasa memiliki. Kebutuhan ketiga yaitu kebutuhan akan intervesi (asah)
merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak berupa pendidikan dan pelatihan7.

Pada kasus ini kebutuhan fisik-biomedis (“asuh”) sudah terpenuhi dengan baik
terlihat dari penghasilan orang tua yang cukup dan pemenuhan kebutuhan perawatan
kesehatan dasar terpenuhi dengan dilakukannya imunisasi dasar lengkap dan ibu yang
tanggap segera membawa anaknya ke dokter jika sakit. kebutuhan nutrisi terpenuhi namun
dikarenakan penyakit DM tipe-1 anak mengalami penurunan berat badan secara drastis.

Kebutuhan akan emosi / kasih sayang (asih) juga terpenuhi. Penderita cukup
mendapat kasih sayang dan perhatian namun belum mandiri dalam mengerjakan tugas-
tugasnya.

Kebutuhan akan stimulasi (asah) merupakan stimulasi mental untuk mengembangkan


perkembangan mental psikososial seperti kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas,
agama, kepribadian, moral-etika dan produktivitas. sarana belajar dapat diperoleh melalui
pendidikan formal maupun informal. Pada kasus ini orang tua sangat over protektif dan
membatasi anaknya

54
untuk bergaul dengan teman-temannya karena khawatir dengan penyakitnya. Dengan
semakin bertambahnya wawasan orang tua tentang perannya stimulasi, anak pada akhirnya
sudah diberi keleluasaan untuk bermain di luar rumah. Orang tua juga membekali anak
dengan pendidikan agama dengan mengajak shalat berjamah serta mengajari anak mengaji.
Penderita sudah memasuki usia pendidikan formal dan sementara bersekolah di SD.

Diabetes melitus tipe-1 yang dulu dikenal sebagai insuline-dependent diabetes


(IDDM) atau diabetes anak-anak, dikarakteristikkan dengan kekurangan insulin pada tubuh.
Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Gejala klinis berupa
polidipsi, poliuria, polifagia, berat badan turun, hiperglikemia (GDS ≥ 200 mg/dl),
ketonemia, glukosuria. Anak dengan DM tipe-1 mudah sekali mengalami ketoasidosis
diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi
dengan baik. Oleh karena itu, pada dugaan DM tipe-1, penderita harus segera dirawat inap.8

Sebagian besar penderita Diabetes mellitus pada anak termasuk dalam Diabetes
mellitus (DM) tipe-1. DM tipe -1 mempunyai karakteristik yang berbeda dibanding DM tipe-
2 (Tabel 1). Sesuai patogenisitasnya, proses autoimun yang mendestruksi sel beta pankreas
sehingga menyebabkan produksi insulin bisa berkurang bahkan berhenti pada DM tipe-1 dan
resistensi insulin pada DM tipe-2, kedua jenis DM ini seharusnya bisa dibedakan dari kadar
insulin atau c-peptidenya. Selain itu, pada DM tipe-1 akan terdeteksi autoantibodi terhadap
sel beta pankreas sedangkan pada DM tipe-2 tidak.8

55
Tabel 1. Karakteristik DM tipe-1, tipe-2 dan diabetes monogenik pada anak remaja

Karakteristik Tipe-1 Tipe-2 Monogenik


Genetik Poligenik Poligenik Monogenik
6 bulan sampai Bervariasi Biasanya pasca
dewasa muda pubertal, kecuali
akibat mutasi
Usia
dengan gen GCK
dan diabetes
neonatal
Biasanya akut Bervariasi: Bervariasi
Gambaran klinis perlahan, ringan,
sampai berat
Autoimun pankreas Ya Tidak Tidak
Sering Jarang Sering pada
diabetes neonatal,
Ketosis
jarang pada yang
lain
Sesuai prevalensi Lebih sering Sesuai prevalensi
Obesitas obesitas di populasi obesitas di populasi

Acanthosis Tidak Ya Tidak


nigricans
Biasanya > 90% Pada umumnya 1-4%
Persentase dari
<10% (60-80%
seluruh DM anak dijepang)
Sumber: Craig ME, Jefferies C, Dabelea D, Balde N, Seth A, Donaghue KC. Definiton,
epidemiology, and classification of diabetes in childen and adolescents. Pediatr Diabetes.
2014;15:4-17.

Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan dalam terjadinya DM tipe-1.


Walaupun hampir 90% penderita DM tipe-1 baru tidak mempunyai riwayat keluarga dengan
penyakit serupa, namun faktor genetik diakui berperan dalam patogenesis DM tipe-1. Faktor
genetik dikaitkan dengan pola HLA tertentu, tetapi sistem HLA bukan merupakan faktor
satu-satunya ataupun faktor dominan pada patogenesis DM tipe-1. Sistem HLA berperan
sebagai suatu susceptibility gene atau faktor kerentanan. Diperlukan suatu faktor pemicu
yang berasal dari lingkungan (infeksi, virus, toksin dll) untuk menimbulkan gejala klinis DM
tipe-1 pada seseorang yang rentan.9

Saat ini, diabetes mellitus tipe-1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat

56
monitor pengujian darah. Pengobatan dasar pada diabetes mellitus tipe-1, bahkan untuk tahap
paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tujuan terapi insulin adalah menjamin
ketersediaan kadar insulin yang cukup di dalam tubuh selama 24 jam untuk memenuhi
kebutuhan sebagaian insulin basal maupun insulin koreksi dengan kadar yang lebih tinggi
(bolus) akibat efek glikemik makanan. Kebutuhan insulin biasanya didasarkan pada berat
badan, usia, dan status pubertas. Anak-anak dengan diagnosis DM tipe-1 biasanya
membutuhkan dosis harian total mulai 0,5 – 1,0 unit/kgBB. Kebutuhan insulin selama masa
pubertas dapat meningkatkan sebanyak 1,5 unit/kg perhari karena pengaruh peningkatan
hormon pertumbuhan dan sekresi hormon seks. Anak-anak dengan DM tipe-1 sering
membutuhkan beberapa suntikan insulin setiap hari, menggunakan kombinasi rapid-,short-,
intermediet-, atau long-acting insulin sebelum makan dan pada waktu tidur untuk
mempertahankan kontrol glukosa darah yang optimal. 10 Insulin yang digunakan pada pasien
ini berupa analog insulin jenis rapid acting (insulin aspartat, NovoRapid®) dan basal
analog (insulin glargine, Lantus®). Pada jurnal berbasis bukti didapatkan bahwa tidak ada
perbedaan dalam keamanan dan efektifitas antara analog insulin dan human insulin.11
(Jurnal 1, Level of evidence 1a) jurnal ini dapat diterapkan pada pasien karena dengan
menggunakan analog insulin kadar glukosa pasien terkontrol dan pengadaan obat
ditanggung oleh BPJS. Pasien ini menggunakan regimen basal-bolus, regimen ini biasa
digunakan pada anak remaja ataupun dewasa. Komponen basalnya biasanya berkisar 40-60%
dari kebutuhan total insulin, yang diberikan menjelang tidur malam atau sebelum makan pagi
atau siang; sisanya komponen bolus terbagi yang disuntikan 15 – 20 menit sebelum makan
bila menggunakan analoq insulin kerja cepat untuk mendapatkan efek yang maksimal.

Tanpa insulin, ketosis dan ketoasidosis diabetik dapat terjadi dan akhirnya akan
mengakibatkan koma dan kematian. Diet dan olah raga pada pasien diabetes mellitus tipe-1
juga perlu dilakukan. Perawatan yang tepat dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan
pengobatan akan meningkatkan kualitas hidup sehingga dapat beraktivitas secara normal.
Tingkat glukosa rata-rata untuk pasien diabetes mellitus tipe-1 harus sedekat mungkin ke
angka normal 80 – 120 mg/dl (4 – 6 mmol/l). beberapa dokter menyarankan antara 140 –
150 mg/dl (7 – 7,5 mmol/l) untuk

57
mereka yang sering hipoglikemia pada kadar 80 – 120 mg/dl (frequent hypoglycemic
events). GDS diatas 200 mg/dl (10 mmol/l) sering diikuti dengan rasa tidak nyaman dan
buang air kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. GDS diatas 300 mg/dl
(15 mmol/l) perlu dikontrol dengan ketat karena dapat mengarah ke ketoasidosis diabetik.
Tingkat glukosa darah yang rendah (hipoglikemia) dapat menyebabkan kejang dan
kehilangan kesadaran10.

DM tipe-1 tidak dapat disembuhkan tetapi kualitas hidup pasien dapat tetap optimal
dengan mengusahakan kontrol metabolik yang baik. Diperlukan adanya usaha pemantauan
mandiri. Pemeriksaan HbA1C merupakan parameter kontrol metabolik standar pada DM.
Tujuan pengobatan pada DM tipe-1 adalah untuk menghindari komplikasi penyakit akut
dan kronis. Ketoasidosis diabetikum (KAD) dan hipoglikemia adalah komplikasi akut yang
paling signifikan dari DM tipe-1 dan pengobatannya, kedua komplikasi menimbulkan risiko
yang signifikan terhadap morbiditas dan mortalitas. Komplikasi kronis tergantung lama
menderita diabetes, biasanya diperlukan satu dekade untuk menunjukkan gejala yang
signifikan pada komplikasi kronis. Sebuah studi menunjukkan adanya kontrol metabolik yang
baik dimana penurunan HbA1c sebesar 1% dapat mengurangi risiko komplkasi sebanyak 25
– 50%.12

Tabel 2. Kadar HbA1c selama pengamatan kasus

Periode Pengamatan Kadar HbA1c


(%)
Periode I 10.6

Periode II 9.6

Periode III 6.7

Periode IV 8

Periode V 7.8

Periode VI 7.2

Periode VII 9.8

58
Tabel 3. Target metabolik pada DM tipe 1

Target
Baik sekali Baik Sedang Kurang
Metabolik
HbA1c <7% 7 -7.9% 8 – 9% >10%
Sumber: Ukk endokrinologi anak dan remaja IDAI. 2015. Buku ajar endokrinologi
anak.p.153.

Salah satu parameter kontrol metabolik yang penting penting pada DM tipe 1 adalah
HbA1c. kadar HbA1c menggambarkan rerata glukosa darah dalam 2-3 bulan terakhir.
Pemeriksaan ini merupakan baku emas evaluasi kontrol metabolik pasien DM.13 Target
HbA1c bervariasi sesuai usia yaitu 7,5 – 8,5% untuk anak < 6 tahun,
<8% untuk anak 6 -12 tahun, <7,5% untuk anak 13 -19 tahun. Penyesuaian dosis insulin tidak
selalu memberikan hasil kontrol metabolik yang diharapkan karena belum ada regimen
insulin yang sepenuhnya menyamai kerja alami insulin tubuh. Rerata kadar HbA1c yang
didapatkan di Indonesia pada studi tahun 2006 adalah 10,6±2,7%. Selama pemantauan pasien
memiliki kadar HbA1c berkisar antara 6,7% hingga 10,6%. Kadar HbA1c pada pasien pernah
normal pada periode III yaitu 6,7% disebabkan adanya periode “Honeymoon” dimana
periode ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu atau bulan setelah terapi
insulin. Kriteria periode honeymoon bila kebutuhan insulin kurang dari 0,5 U/kgBB/hari
dengan HbA1c <7%. Hal ini perlu dijelaskan kepada keluarga yang biasanya menganggap
fenomena ini sebagai tanda-tanda kesembuhan, padahal keadaan ini hanya bersifat sementara
sebelum memasuki periode ketergantungan total terhadap insulin. Pada pasien ini kadar
HbA1c pada pasien belum berhasil mencapai kadar HbA1c yang diharapkan yaitu < 7.5%
berdasarkan kadar HbA1c rerata pasien DM tipe 1 di Indonesia dan kadar HbA1c sesuai
kelompok umur (kontrol metabolik kurang). 13 Kadar HbA1c yang masih belum optimal pada
pasien ini disebabkan oleh faktor usia pasien, jenis kelamin perempuan dan lama pengobatan
yang masih baru. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosenbauer dkk
(2011) bahwa usia, jenis kelamin perempuan dan durasi diabetes secara signifikan
berhubungan dengan buruknya kontrol metabolik pada pasien diabetes mellitus tipe 1.14

59
Pemberian nutrisi pada pasien diabetes merupakan salah satu pilar pada DM tipe-1.
Terapi nutrisi yang dikombinasikan dengan pelayanan medis diabetes dapat meningkatkan
outcome klinis dan laboratorium. Disarankan bahwa total intake kalori harian yang
dibutuhkan dihitung berdasarkan berat badan ideal. Dengan distribusi sebagai berikut
karbohidrat 50 - 55%, lemak 30 – 35%, protein 10 – 15%. Karbohidrat sangat berpengaruh
terhadap kadar glukosa darah setelah makan, dalam 1-2 jam setelah makan 90% karbohidrat
akan menjadi glukosa, sehingga jumlah karbohidrat dalam makanan harus dihitung. Tujuan
terapi nutrisi pada DM untuk mendorong perilaku makan dan kebiasaan makan sehat yaitu
tiga kali makan besar dan makanan ringan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi esensial,
menjaga berat badan dan mendukung kontrol serta regulasi gula darah. 15
Pada awal
pengamatan didapatkan adanya gizi buruk. Hal ini disebabkan defisiensi insulin pada pasien
DM tipe-1 juga mengakibatkan berkurangnya ambilan asam amino dan sintesis protein,
sehingga pemenuhan nitrogen otot kurang. Katabolisme protein juga meningkat, sehingga
secara klinis massa otot dijaringan perifer berkurang mengakibatkan penurunan berat badan.
Pengaturan makanan pada penderita DM tipe-1 bertujuan untuk mencapai kontrol metabolik
yang baik tanpa mengabaikan kalori yang dibutuhkan untuk metabolisme basal,
pertumbuhan, pubertas, maupun aktivitas sehari hari. Dengan pengaturan makanan ini
diharapkan anak dapat tumbuh optimal dengan berat badan yang ideal, dan dapat dicegah
timbulnya hipoglikemia. Sehingga dengan pengaturan makanan dan pemberian terapi insulin
yang baik berat badan akan menjadi normal.19 Hingga pada akhir pengamatan terdapat
kemajuan pada status nutrisi menjadi gizi baik.
Latihan fisik juga merupakan bagian dari pilar DM tipe-1. Latihan fisik akan
membantu meningkatkan jati diri anak, disamping membantu mempertahankan berat badan
ideal. Beberapa penelitian terlihat bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kapasitas kerja
jantung dan mengurangi terjadinya komplikasi jangka panjang. Pada penelusuran jurnal
berbasis bukti dijelaskan bahwa latihan fisik penting bagi manajemen diabetes dan memiliki
potensi untuk menunda penyakit kardiovaskular. (Jurnal 2, Level of evidence 1 a)
latihan fisik juga membantu kerja metabolisme tubuh sehingga dapat mengurangi kebutuhan
akan insulin. Pasien DM yang tidak

60
terkontrol dengan baik, latihan fisik dapat menyebabkan keadaan yang tidak diinginkan
seperti hiperglikemia sampai KAD dan hipoglikemia sehingga perlu konsultasi dengan dokter
sebelum memutuskan untuk melakukan latihan fisik. Selain itu, karena DM tipe-1 merupakan
penyakit kronik dan memerlukan pemantauan secara mandiri tentang kondisi penyakitnya.
Pemantauan kadar glukosa darah bisa dilakukan secara mandiri di rumah dengan teknologi
yang sudah tersedia saat ini.16

Unsur lain yang penting untuk pengelolaan DM tipe-1 adalah edukasi, yang harus
dilakukan secara terus menerus dan bertahap sesuai tingkat pengetahuan serta status sosial
penderita/keluarga. Penderita maupun keluarga harus disadarkan bahwa DM tipe-1
merupakan life long disease yang keberhasilan pengelolaannya sangat bergantung pada
kemauan penderita dan keluarganya untuk hidup dengan gaya hidup yang sehat13. Tujuan
edukasi adalah:

1. Menimbulkan pengertian dan pemahaman mengenai penyakit dan


komplikasinya.
2. Memotivasi penderita dan keluarganya agar patuh berobat
3. Memberikan keterampilan penanganan DM tipe-1.
4. Mengembangkan sikap positif terhadap penyakit sehingga tercermin dalam
pola hidup sehari-hari.
5. Mencapai kontrol metabolik yang baik sehingga terhindar dari komplikasi
6. Mengembangkan kemampuan untuk memberikan keputusan yang tepat dan
logis dalam pengelolaan sehari-hari.
7. Menyadarkan penderita bahwa DM tipe-1 bukanlah penghalang untuk
mencapai cita-cita.

Pertumbuhan merupakan salah satu parameter kesehatan yang penting pada anak.
Gangguan pertumbuhan sering sekali ditemukan pada pasien DM tipe-1. Gangguan tersebut
dihubungkan dengan kontrol metabolik yang buruk dan durasi penyakit sejak terdiagnosis.
Studi Oxford menunjukkan kehilangan tinggi badan sebesar 0,06 SD setiap tahun sejak
diagnosis hingga oset pubertas. Gangguan pertumbuhan berhubungan dengan penurunan
kadar insulin like growth factor-1 (IGF-1) yang bersirkulasi dan peningkatan kadar IGFBP-
1 (inhibitor bioaktivitas IGF)

61
akibat kadar insulin portal yang rendah pada anak. Insulin portal yang memproduksi insulin
yang cukup untuk pembentukkan IGF-1, supresi IGFBP-1 dan insulin yang dibutuhkan agar
reseptor Growth hormone berfungsi normal17. Studi kasus kontrol di India melaporkan
bahwa anak DM memiliki tinggi badan lebih rendah secara bermakna dibandingkan anak
normal. Pasien DM yang mendapatkan terapi insulin basal bolus memiliki TB lebih tinggi
dibandingkan yang mendapatkan terapi split-mix walaupun tidak bermakna secara statistik
(height-age Z-score/HAZ-1,0±1,0 vs - 1,3±1,3).18 Pada awal pengamatan tinggi badan
pasien berada pada persentil-10 kurva CDC 2000 sampai akhir pengamatan tinggi badan
berada diantara P10-25 kurva CDC 2000 dalam hal ini perawakan pasien normal.

Pada awal pengamatan ekosistim mikro didapatkan tingkat pengetahuan ibu masih
kurang tentang pemberian nutrisi untuk anak DM tipe 1. Setelah menjalani beberapa kali
kontrol dan mengetahui terapi nutrisi DM pada anak akhirnya ibu mulai belajar dan pengamat
membantu membelikan buku “daftar bahan makanan penukar” dan buku “konsumsi jajanan
pada diabetes”. Pada akhir pengamatan tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian nutrisi
meningkat.
Dari sistem ekonomi mini, ayah penderita sangat mengerti keadaan penderita dan
menginginkan agar tumbuh kembang pasien tidak terganggu akibat penyakit DM serta
anaknya tidak mengalami komplikasi diabetes walaupun awalnya ayah sangat sulit untuk
mengantar anaknya kontrol ke rumah sakit, tetapi setelah itu ayah sudah dapat menyesuaikan
jadwal kerja ayah untuk dapat mengantar penderita. Hubungan dalam keluarga cukup
harmonis. Ayah dan ibu menjalankan fungsi masing-masing dengan cukup baik, keduanya
saling menghormati serta mempunyai keinginan dan perhatian cukup besar untuk pemenuhan
kebutuhan dasar anaknya, termasuk perencanaan masa depan anaknya.
Lingkungan sekitar rumah penderita (ekosistem meso) juga sangat mendukung
tumbuh kembang penderita. Rumah tinggal keluarga cukup layak, sumber penerangan dan air
baik, namun kondisi rumah kurang teratur, kebersihan dan sanitasi lingkungan cukup. Setelah
dilakukan intervensi, ibu dan keluarga lainnya agar lebih menata rumah sehingga lebih rapi
dan menjaga kebersihannya, sehingga pada akhir pemantauan periode II kondisi rumah
sudah mulai tertata rapi.

62
Sarana kesehatan berupa puskesmas dan rumah sakit hanya berjarak 1 km dari rumah
penderita sehingga memudahkan penderita untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar
dan kesehatan lanjutan secara cepat.
Pada periode IV dan V terdapat komplikasi DM yaitu dislipidemia. Hal ini
disebabkan pola makan anak yang suka mengemil gorengan saat disekolah menyebabkan
hasil kolesterol total pasien 227 mg/dl. Target kolesterol LDL <100 mg/dl dan untuk pasien
ini kadar kolesterol LDL yaitu 87 mg/dl. Berdasarkan konsensus DM tipe 1 anak dengan
penyesuaian diet dan penatalaksaan DM dapat menurukan kadar kolesterol. Bila intervensi
untuk mengoptimalkan kontrol metabolik dan penyesuaian diet tidak dapat menurunkan ke
target dapat dipikirkan pemberian statin.13 Pada akhir pengamatan tidak didapatkan adanya
dislipidemia.

Tumbuh kembang pasien dapat dilihat dari prestasi sekolahnya, dalam hal ini nilai
rapor pasien dan tes IQ (Intelligence Quotient). Dari hasil tes IQ yang dilakukan nilai pasien
yang didapatkan berada pada nilai rata-rata anak (average). Hal ini menunjukkan pasien
tumbuh kembang normal. Cooper (2016) menyebutkan bahwa prestasi sekolah pasien
diabetes usia sekolah tidak akan berpengaruh bila kontrol metaboliknya baik.20 Pasien
memilki skor untuk PSC periode V adalah 19 dan pada akhir pengamatan didapatkan skor
PSC 13. Dengan interpretasi hasil tidak didapatkan gangguan perilaku dan emosional baik.

Prognosis pasien dipengaruhi oleh kepatuhan pasien dalam berobat. Jika pasien tidak
patuh berobat makan kondisi penyakit akan sulit terkontrol dan komplikasi akan lebih cepat
timbul. Pemberian pengobatan secara adekuat dan kepatuhan terhadap pengobatan akan
menghasilkan outcome yang baik. Kerjasama beberapa pihak dari pasien, dokter, keluarga,
dan lingkungan berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan. (Jurnal 3, Level of
incidence 1a) jurnal ini menunjukkan bahwa kerjasama antara anak, keluarga dan
lingkungan dapat menghasilkan kontrol metabolik dan kualitas hidup yang baik dan
menunjang tumbuh kembang anak secara optimal. Prognosis kasus ini termasuk qua ad
vitam bonam dan qua ad sanationem bonam serta qua ad fuctional bonam yaitu
kualitas hidupnya akan baik dan tidak ada kecacatan karena telah dilakukan intervensi dini
terhadap penyakitnya

63
karena ibu cepat mengetahui kondisi anaknya yang sakit sehingga cepat terdiagnosis dan
cepat dilakukan intervensi berupa pemberian insulin, pemberian makanan bergizi, sehat dan
seimbang, perilaku hidup sehat, stimulasi perkembangan, mengurangi faktor pencetus
terjadinya infeksi serta dukungan mental dari seluruh anggota keluarga dan lingkungannya.

KESIMPULAN

Telah dilakukan pemantauan jangka panjang selama 1 tahun 6 Bulan terhadap anak
laki-laki usia 5 tahun 2 bulan dengan diagnosis diabetes mellitus tipe 1 dan gizi buruk. Pada
awal pemantauan terdapat gangguan pertumbuhan. Setelah dilakukan terapi insulin, asupan
nutrisi adekuat serta penanganan medis secara sepat menghasilkan kemajuan status
pertumbuhan penderita tetapi belum mencapai kontrol metabolik yang baik. Oleh karena itu
pemantauan secara holistik dan komprehensif masih harus terus dilakukan secara berkala
sampai penderita berusia 18 tahun bahkan sampai dewasa.

SARAN

- Kontrol di poliklinik endokrinologi anak secara berkala untuk evaluasi gejala dan adanya
komplikasi diabetes mellitus per 3 bulan, dan pemantauan tumbuh kembang anak.
- Pemberian imunisasi booster yang disesuaikan dengan jadwal imunisasi.

64

Anda mungkin juga menyukai