Disusun oleh :
Nurbaiti Andiyani
20100310196
Dosen Pembimbing :
dr. Achmad Amirudin Al Husain
LEMBAR PENGESAHAN
TB PARU BARU KATEGORI I FASE INTENSIF DAN DIABETES MELLITUS TIPE
II TERKONTROL PADA LAKI-LAKI USIA 48 TAHUN DENGAN KEKHAWATIRAN
AKAN PENYAKITNYA PADA KELUARGA YANG TIDAK BERPHBS
Disusun oleh:
Nurbaiti Andiyani
20100310196
Telah dipresentasikan dan disetujui pada:
Agustus 2015
Mengetahui,
Dosen Pembimbing & Penguji Klinik
Dosen Pembimbing Fakultas
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, iman danIslam
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik dengan judul TB PARU
BARU KATEGORI I FASE INTENSIF DAN DIABETES MELLITUS TIPE II
TERKONTROL PADA LAKI-LAKI USIA 48 TAHUN DENGAN KEKHAWATIRAN
AKAN PENYAKITNYA PADA KELUARGA YANG TIDAK BERPHBS untuk
memenuhi sebagian syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran
Keluarga di Puskesmas Tegalrejo. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang telah berjuang dengan membawa agama
Allah.
Banyak hambatan dalam penyusunan makalah ini, namun berkat dukungan dari
banyak pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik kedokteran
keluarga ini. Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada yang terhormat:
1. dr. Riska Novriana , selaku Kepala Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta.
2. dr. Widyastuti dan dr. Amirudin, sebagai dokter pembimbing klinik di Puskesmas
Tegalrejo.
3. dr.Iman Permana, sebagai dokter pembimbing Ilmu Kedokteran Keluarga Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dan selanjutnya.
Semoga laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua pihak yang membacanya.
Yogyakarta, Oktober 2015
Penyusun,
Nurbaiti Andiyani
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
:Bp. Sumargono
Usia
: 48 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Agama
: Katolik
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: PNS
Status Perkawinan
: Menikah
Pendidikan Terakhir
: SMA
: 03.2692
Kunjungan Puskesmas
: 25 Oktober 2015
Kunjungan Rumah
Jaminan Kesehatan
: Jamkesmas
A. ANAMNESIS HOLISTIK
ASPEK KLINIS
1. Keluhan Utama
Kontrol rutin penyakit TB
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Tegalrejo untuk mengambil obat TB tiap 1
minggusekali. Pasien mengaku terdiagnosis TB sejak bulan September 2015 dan
dalam pengobatan rutin sejak saat itu. Pada awalnya pasien mengalami batuk lama > 1
bulan, demam, sering berkeringat di malam hari dan penurunan berat badan 5 kg.
pasien masih mengeluhkan batuk dan sering berkeringat di malam hari. Pasien juga
terdiagnosis Diabetes Melitus tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu dan mendapat obat rutin
berupa metformin.
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat TB
: disangkal
: disangkal
Riwayat DM
Riwayat hipertensi
: disangkal
: ibu
: disangkal
Riwayat asma
Riwayat alergi
: disangkal
Pendidikan
Pasien merupakan lulusan SMA tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya karena
masalah biaya
sudah
menikah
selama
17
tahun,
dikaruniai
orang
anak.
Sosialisasi
Pasien menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar, bergaul dan
tidak menutup diri dari aktivitas masyarakat.
Gaya hidup
Pasien dahulu merokok, pernah berhenti selama 2 bulan, lanjut merokok lagi
tapi jarang. Semenjak sakit pasien sudah tidak pernah merokok.
Pasien tidur malam dari jam 10 dan bangun jam 5 pagi. Setiap pagi pasien
berolahraga ringan dengan berjalan-jalan di sekitar rumah selama 30 menit.
Pasien makan teratur 3x sehari. Pasien mengaku tidak ada diit khusus untuk
penyakit DM yang dia derita tetapi sejak beberapa bulan yang lalu, pasien
mengganti konsumsi nasi dengan kentang atau ubi rebus dan lebih banyak
mengonsumsi sayurang yang direbus dan buah-buahan. Pasien juga jarang
mengonsumi minuman manis dan lebih banyak minum air putih.
Sistem pernafasan
Sistem pencernaan
Sistem pernafasan
ASPEK PERSONAL
Illness merupakan keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang diperoleh
dari penyakit tersebut (bersifat subyektif). Illness terdiri atas beberapa komponen yaitu ide
(pemahaman terhadap penyakit), efek terhadap fungsi (akibat penyakit yang dirasakan
pasien terhadap fungsi hidupnya seperti pergaulan, pekerjaan, dll), perasaan, dan harapan.
Berikut adalah komponen Illness dan hasil yang diperoleh pasien terhadap penyakitnya :
Tabel komponen Illness
No
1
Komponen
Ide
Pasien
Menurut pasien penyakit TB bisa menular terutama lewat
air ludah dan membutuhkan pengobatan yang lama. Pasien
tertular dari rekan kerjanya yang mempunyai riwayat
batuk lama seperti pasien. Sedangkan penyakit DM yang
pasien derita merupakan penyakit keturunan dari ibunya
6
Perasaan
Harapan
TD
: 110/70 mmHg
3.
4.
Nadi
RR
: 22x/ menit
Suhu
: 36,6 0C
Antropometri
BB Lama
: 55 kg
BB sekarang
: 48 kg
TB
: 170 cm
Indeks Massa Tubuh : 16,68 (Underweight)
Status Gizi
Kurang
5. Kepala
Bentuk kepala
: Normosephal
Rambut
: lurus , warna hitam, distribusi merata
6. Mata
Palpebra
: Edema (-/-)
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
7. Telinga
Otore (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), serumen (-/-)
Pemeriksaan Otoskopi
: Tidak dilakukan
Tes fungsi pendengaran
: tidak dilakukan
8. Hidung
Sekret (-/-) , epistaksis (-/-)
9. Mulut
: sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), mukosa basah
(+), papil lidah atrofi (-), ulcus di palatum (-), karies (-)
10. Tenggorokan: uvula di tengah, tonsil T1 T1, faring hiperemis (-),
11. Leher
membesar
12. Thorax
intercostal(-), spider nevi (-), sela iga melebar (-), pembesaran KGB axilla (-/-)
13. Cor
Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis teraba di SIC V
Perkusi
: batas jantung kanan atas : SIC II parasternal dextra. Kanan
bawah : SIC IV parasternal dextra. Kiri atas : SIC II
parasternal sinistra. Kiri bawah : SIC V linea midclavikula
sinistra.
Auskultasi
: Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
14. Pulmo
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
15. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
16. Ekstremitas
Tabel pemeriksaan ekstremitas
Tungkai
Kanan
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat
Gerakan
Tonus
Trofi
Edema
Akral
Lengan
Kiri
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat
Kanan
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat
Kiri
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
-
26 september 2015
BTA
: (+++/++/ scanty)
12 Oktober 2015
Gula Darah Sewaktu
: 133
Cholesterol total
: 176
19 Oktober 2015
Asam urat
:6
Ureum
: 22,1
Creatinin
: 0,83
D. Diagnosis
Diabetes Mellitus Tipe II
TB Paru
DD : Bronchitis Kronis
70
DM,JT
D,TB
55
53
50
DM
45
48
DM, TB
15
45
40
38
AB
10
AB
Keterangan:
:
Laki-laki
Meninggal
Pasien
Perempuan
Adaptasi
Kemitraan
PERTANYAAN
Apakah pasien puas dengan
keluarga karena masing-masing
anggota
keluarga
sudah
menjalankan kewajiban sesuai
dengan seharusnya
Apakah pasien puas dengan
keluarga karena dapat membantu
memberikan solusi terhadap
Hampir
selalu
Kadang
Hampir
tidak
pernah
10
Pertumbuhan
Kasih Sayang
Kebersamaan
TOTAL
Skoring : Hampir selalu=2 , kadang-kadang=1 , hampir tidak pernah=0
Total skor
8-10 = fungsi keluarga sehat
4-7 = fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = fungsi keluarga sakit
Dari tabel APGAR keluarga diatas total nilai skoringnya adalah 7 ini menunjukan
fungsi keluarga kurang sehat.
SCREEM Keluarga
SCREEM adalah alat yang digunakan untuk menilai sumber daya dalam keluarga.
Aspek
Sosial
Kultural
Sumber Daya
Pasien sering berinteraksi
dengan
tetangga
sekitar,
hubungan keluarga dengan
para tetangga baik.
Keluarga
pasien
dan
masyarakat sekitar memliki
budaya kekeluargaan dan
tolong menolong
Religius
Ekonomi
Pendidikan
Patologi
11
Kesehatan
Family Map
istri
pasien
Anak 2
Anak 1
Keterangan
Hubungan fungsional
Hubungan disfungsional
Hubungan jelas tetapi bila ada masalah bisa di negosiasikan
Age
2010
2014
2015
Life Event/Crisis
43
47
48
Pasien didiagnosis DM
Pasien batuk darah selama 4 hari
Pasien didiagnosis TB
Severity of
Illness
Stressor psikologis
Stressor psikologis
Stressor psikologis
12
.
1.
2.
Jawaba
Skor
n
-
Ya
Tidak
1
0
Tidak
Tidak
Tidak
0
0
Ya
Ya
6.
Menggunakan jamban sehat.
7.
8.
9.
Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10.
Tidak merokok di dalam rumah.
Edukasi tentang healthy life style serta menjaga pola makan (diet DM) dan
konseling tentang aktivitas fisik yang dapat pasien lakukan
Edukasi tentang factor-faktor yang dapat dikendalikan agar tidak terjadi penularan
TB dan juga agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dari DM.
Preventif
13
Non Farmakologis
Edukasi
Rehabilitative
Belum diperlukan
Paliatif
Belum diperlukan
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TB PARU
A. Definisi
Penyakit TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya (Depkes RI , 2002)
B. Faktor Risiko
Beberapa factor risiko untuk menderita TB adalah
-
Jenis kelamin
Penyakit TB dapat menyerang laki-laki dan perempuan
Status Gizi
Telah terbukti bahwa malnutrisi akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga
akan menurunkan resistensi terhadap berbagai macam penyakit termasuk TB.
Sosioekonomi
Penyakit TB banyak menyerang masyarakat yang berasal dari kalangan
sosioekonomi rendah. Lingkungan yang buruk dan pemukiman yang terlampau
15
2) Rontgen
Foto rontgen dada dapat menunjang menegakkan diagnosa TB. Paling
mungkin bila ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau
kelenjar paratrakeal. Gejala lain dari foto rontgen yang mencurigai TB adalah :
a) Atelektasis
b) Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus / paratrakeal
c) Iconsolidasi (lobus)
d) Reaksi pleura atau efusi pleura
e) Bronkiektasis
f) Destroyed lung
3) Tes Montoux / Tuberculin
Tes ini sering digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa TB paru
anak-anak. Biasanya dipakai montoux tes dengan menyuntikkan 0,1 cc
tuberkulin secara intrakutan. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah
penyuntikan.
Diabetes Mellitus Tipe II
Dalam DM Tipe 2, pankreas dapat menghasilkan cukupjumlah insulin untuk
metabolisme glukosa (gula), tetapi tubuh tidak mampu untuk memanfaatkan secara
efisien.Seiring waktu, penurunan produksi insulin dan kadar glukosa darah meningkat
(Adhi, 2011).
Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2
Adapun Faktor resikonya yaitu (Rakhmadany, 2010):
2. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara
drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering
muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah
usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga
tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.
17
18
Belum pasti DM
DM
Plasma Vena
< 110
110 199
200
Darah Kapiler
< 90
90 - 199
200
Plasma Vena
Darah Kapiler
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
< 110
110 125
126
< 90
90 - 109
110
Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang
19
baru satu kali saja abnormal , belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis
klinis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan menddapatkan sekali lagi
angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl, kadar glukosa darah
sewaktu 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral
(TTGO) yang abnormal.
Cara pelaksanaan TTGO menurut WHO 1985
1) 3 (tiga) hari sebelumnya makan seperti biasa
2) Kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa dilakukan
3) Puasa semalam, selama 10-12 jam
4) Kadar glukosa darah puasa diperiksa
5) Diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgbb, dilarutkan dalam air 250 ml
dan diminum selama/dalam waktu 5 menit
6) Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa; selama
pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Kriteria diagnostik Diabetes Melitus*
1) Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) 200 mg/dl , atau
2) Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) 126 mg/dl (Puasa berarti tidak ada
masukan kalori sejak 10 jam terakhir ) atau
3) Kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram
pada TTGO**
* Kriteria diagnostik tsb harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain, kecuali
untuk keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti
ketoasidosis atau berat badan yang menurun cepat.
**Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin diklinik
Tuberculosis Paru pada Penderita Diabetes Melitus
Cahyadi (2011) menyatakan bahwa DM merupakan factor risiko paling penting dalam
perburukan TB. DM menyebabkan defek fungsi sel-sel imun dan mekanisme
pertahanan penjamu. Dari beberapa penelitian didapatkan, bahwa tingkat bakterisidal
leukosit pada pasien TB dengan DM lebih rendah disbanding non DM, terutama pada
pasien dengan control gula yang buruk. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh
Wang et al., menyatakan bahwa meningkatnya resiko TB pada pasien DM disebabkan
oleh defek makrofag alveolar atau limfosit T. Wang menemukan bahwa pada pasien
TB dengan DM terdapat jumlah peningkatan makrofag alveolar matur yang dianggap
kunci penting dalam perluasan TB dan jumlah bakteri dalam sputum pasien TB.
20
Prinsip pengobatan pasien TB dengan DM serupa dengan pengobatan pada pasien non
DM dengan syarat gula darah terkontrol. Yang menjadi perhatian pada pasien ini
adalah efek samping dari obat-obatan TB yang seharusnya dapat dicegah. Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah pada pasien dengan pengobatan antidiabetes
sulfonylurea karena obat-obatan TB dapat meningkatkan metabolisme sulfonylurea
sehingga dosis sulfonylurea harus ditingkatkan. Kadar Rifampisin dalam plasma
pasien TB dengan DM hanya 50% dibandingkan non DM sehingga dapat
mendeskripsikan bahwa respon pengobatan pasien TB dengan DM lebih rendah
disbanding pasien non DM.
21
a. BAB III
b. PEMBAHASAN
c.
A. Analisis Kasus
d.
Diagnosis klinis pada pasien ini adalah TB Paru Baru Kategori 1 Fase
Intensif dan. Diagnosis tersebut didasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjangyang mengarah pada diagnosis tersebut. Diagnosis banding untuk
pasien ini adalah Bronkhitis Kronis karena pasien mempunyai riwayat batuk lama lebih
dari 1 bulan. Berdasarkan anamnesis pasien menderita TB sejak akhir September 2015,
hal tersebut dibuktikan dengan hasil pemerikaan BTA yang positif (+++/++/scanty) dan
didukung dengan pemeriksaan rontgen dada yang mengarah ke TB paru, pasien belum
pernah meminum obat TB sebelumnya.. Pasien rutin datang ke puskesmas tiap minggu
untuk kontrol kesehatannya dan mengambil obat TB. Pasien mengaku minum obat
teratur sesuai anjuran dokter puskesmas yaitu minum 3 butir obat 4FDC per hari.
e.
Pasien juga mengaku didiagnosis Diabetes mellitus Tipe 2 sejak tahun
2010. Pasien mengaku kontrol gula darah rutin tiap bulan dan hasil pemeriksaan GDS
terakhir bulan Oktober adalah 133. Pasien mendapatkan terapi metformin 1x1. Pasien
mengaku beberapa bulan ini pasien mengganti konsumsi nasi dengan kentang. Pasien
makan 3x sehari dan pasien mengonsumsi 2 buah kentang ditambah sayur-sayuran yang
kadang direbus. Pasien kadang merasa jenuh dengan makanan yang dikonsumsinya.
Setiap pagi pasien juga melakukan olahraga ringan dengan berjalan-jalan di sekitar
rumah selama kurang lebih 30 menit.
f.
Pasien merupakan tamatan SMA dan bekerja sebagai PNS di DPU
dengan penghasilan 2 jutaan per bulan. Untuk menambah penghasilan keluarga istri
pasien bekerja sebagai penjaga gereja. Pasien dan keluarganya sudah tinggal di rumah
milik gereja yang berada tepat disamping gereja kurang lebih selama 3 tahun. Pasien
merasa penghasilan keluarganya cukup untuk biaya kehidupan sehari-hari dan mebiayai
sekolah kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMP dan SD. Hubungan pasien
dengan istri harmonis walaupun kadang sering terjadi pertengkaran kecil, dan anak-anak
pasien mengaku lebih dekat dengan pasien dibanding dengan istri pasien.
g.
Pasien jarang mengikuti aktivitas-aktivitas masyarakat tapi pasien
tidak menutup diri dalam bergaul dan menjalin hubungan yang harmonis dengan
masyarakat sekitar. Pasien kadang mengikuti ibadah dan acara-acarayang dilakukan
gereja apabila pasien tidak mempunyai kegiatan di tempat dia bekerja. Pasien mengaku
istri dan anaknya lebih rajin dalam beribadah disbanding dengan dirinya.
h.
tetapi pasien lanjut merokok lagi dengan inensitas yang berkurang. Setelah pasien sakit,
pasien mengaku sudah tidak pernah merokok. Setiap pagi pasien berjalan-jalan di sekitar
rumah selama kurang lebih 30 menit untuk menghirup udara segar dan melakukan
gerakan-gerakan ringan untuk melemaskan otot. Beberapa bulan terakhir pasien
mengaku mengganti konsumsi nasi dengan kentang. Pasien mengaku mendapat ide
tersebut dari dokter. Sejak awal pasien terdiagnosis TB pasien selalu memakai masker
saat di rumah maupun saat berkativitas di luar rumah. Anak perempuan pasien selalu
mengingatkan pasien jika pasien lupa memakai masker atau saat pasien lupa sudah
waktunya minum obat.
i.
Hasil anamnesis psikososial dari pasien didapatkan pasien miliki
kekhawatiran terhadap penyakitnya. Pasien takut meninggal karena penyakitnya dan
terbebani pemikiran tentang anak-anaknya yang masih sangat membutuhkan kasih
sayang seorang ayah. Istri dan anak-anak pasien juga mempunyai kekhawatiran yang
sama dengan pasien Karen takut ditinggalkan oleh pasien dan takut kehilangan tumpuan
hidup. Pada awal pasien terdiagnosis TB pasien merasa dirinya pembawa sial bagi
keluarganya tapi anak pasien selalu memberikan semangat dan dukungan bagi pasien
agar selalu semangat dan mematuhi anjuran dokter dalam pengobatan agar pasien dapat
sembuh total.
B. Analisis Kunjungan Rumah
j.
Berikut adalah hasil kunjungan rumah yang telah dilakukan sebanyak 2 kali
m.
Pasien berumur 48 tahun, seorang PNS di DPU, jam kerja mulai jam 07.00
sampai jam 16.00. penghasilan perbulan kira-kira 2 jutaan dan pasien mengatakan
penghasilan tersebut cukup untuk kehidupan sehari-hari.
3. Keadaan Rumah
- Lokasi Rumah
n.
Rumah terletak di Dusun Janten RT 04/23. Rumah tersebut terletak
-
ada 4 orang.
Pembagian ruang
r.
Rumah terdiri atas satu ruang depan yang berfungsi untuk ruang tamu
dan ruang keluarga, dapur berada satu ruangan dengan ruang tamu hanya
dipisahkan oleh sekat. Terdapat dua ruang tidur dan dua kamar mandi.
Pencahayaan
s.
Cahaya yang masuk ke dalam rumah cukup, hanya terdapat jendela di
depan dan ventilasi kecil. Jendela ruang tamu setiap hari dibuka tapi tidak
terlalu lebar. Pencahayaan diukur dengan cara manual yaitu periksa
kemampuan membaca di dalam ruangan tanpa menggunakan alat bantu
8 terang.
penerangan. Terdapat lampu yang dapat dinyalakan berwarna putih
Kebersihan dan tata letak barang dalam ruangan
t.
Kebersihan rumah cukup bersih tapi di bagian kamar mandi belakang
agak kotor, tata letak barang Nampak longgar hanya penuh di bagian dapur.
Sanitasi dasar
u.
Kebutuhan air sehari-hari menggunakan air sumur. Secara fisik air
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
v.
Denah Rumah
w.
x.
y.
7
6
z.
aa.
4
ab.
ac.
ad.
ae.
af.
ag.
ah.
ai.
aj.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
ak.
Keterangan :
Ruang tamu
Ruang tidur anak
Kamar mandi
Ruang tidur orang tua
Dapur
Kamar mandi luar
Sumur
Gereja
al.
am.
an.
ap. KRITERIA
aq.
ar.
as.
au.
B
av.
at.
aw.
ba.
bb. Langi
tlangit
bc.
bt.
bu. Dindi
ng
bv.
cn.
co. Lanta
i
a.
az.
3
bm.
bn.
bo.
bp.
bq.
br.
bs.
0
ce.
cf.
cg.
ch.
ci.
cj.
ck.
cl.
cm.
3
cz.
da.
df.
3
cp.
cv.
db.
dc.
dd.
de.
dl.
dp.
dq.
dr.
ds.
1
dy.
ec.
ed.
ee.
ef.
1
eq.
er.
es.
et.
eu.
ev.
ew.
1
fi.
fj.
fk.
fl.
fm.
fn.
fo.
1
ga.
gb.
gc.
gd.
ge.
gf.
gg.
gh.
gi.
2
gn. Saran
a air
bersi
h
he.
hf.
hg.
hh.
dg.
dh. Jende
la
kama
r
tidur
di.
dt.
du. Jende
la
ruang
kelua
rga
dv.
eh. Venti
lasi
eg.
ex.
fp.
gj.
gm.
gr.
gu.
gl.
2
hq.
3
(SGL
/
SPT/
PP/K
U/PA
H)
go.
hr.
ji.
kq.
hs. Jamb
an
(sara
na
pemb
uang
an
kotor
an)
ht.
hu.
hv.
hw.
hx.
hy.
hz.
ia.
ib.
ic.
id.
ie.
jj. Saran
a
pemb
uang
an air
limba
h
(SPA
L)
jk.
kr. Saran
a
pemb
uang
an
samp
ah
(temp
at
samp
gt.
gv. c. Ada, milik sendiri dan tidak
memenuhi syarat kesehatan
gw.
gy. d. Ada, bukan milik sendiri dan
memenuhi syarat kesehatan
gz.
hb. e. Ada, milik sendiri
hc.
hd.
if. a. Tidak ada
ig.
ii. b. Ada, bukan leher angsa, tidak
ada tutup, disalurkan ke
sungai/kolam
ij.
il. c. Ada, bukan leher angsa ada
ditutup (leher angsa), disalurkan
ke sungai/kolam
im.
io. d. Ada, bukan leher angsa ada
tutup, septic tank
ip.
ir. e. Ada, leher angsa, septic tank
is.
it.
hi.
hj.
hk.
hl.
hm.
hn.
ho.
hp.
gx.
ha.
ih.
iu.
iv.
iw.
ix.
iy.
iz.
ja.
jb.
jc.
jd.
je.
jf.
jg.
ik.
in.
iq.
jh.
4
kp.
1
2
3
lf.
lg.
lh.
li.
lj.
lk.
ll.
lm.
ln.
lo.
1
lp.
ah)
le.
ks.
lq. PERILAKU PENGHUNI
ls.
lt.
Mem
buka
jende
la
kama
r
lu.
ml. Mem
buka
jende
la
ruang
kelua
rga
mm.
mk.
nc.
nd. Mem
bersi
hkan
hala
man
ruma
h
ne.
nv. Mem
buan
g
tinja
bayi
dan
balita
ke
jamb
an
nw.
nu.
oj.
lx.
ma.
mp.
ms.
nh.
nk.
nm.
nx. a. Dibuang ke sungai/ kebun/
kolam/ sembarangan
nz. b. Kadang-kadang ke jamban
ob. c. Setiap hari ke jamban
oc.
od.
ok. Mem
om. a. Dibuang ke sungai/ kebun/
buan
kolam/ sembarangan
g
on.
samp
op. b. Kadang-kadang dibuang ke
ah ke
tempat sampah
temp
oq.
at
os. c. Setiap hari dibuang ke tempat
samp
sampah
ah
ot.
ol.
ou.
pd. TOTAL HASIL PENILAIAN
pg.
ph.
pi.
lr.
4
Keterangan :
Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut :
Cara menghitung hasil penilaian = nialix bobot
Rumah Sehat
= 1.068 1200
Rumah tidak sehat
= 1.068
ny.
oa.
oo.
or.
me.
mf.
mg.
mh.
mi.
mj.
1
mw.
mx.
my.
mz.
na.
nb.
2
nn.
no.
np.
nq.
nr.
ns.
nt.
2
oe.
of.
og.
oh.
oi.
0
ov.
ow.
ox.
oy.
oz.
pa.
pb.
pc.
1
pe.
pf.
pj.
pk.
-
pv. N
pw.
px.
O
pz. 1
PUGS
Jawaban
qb.
qd.2
qh.3
energi
qi. Keluarga makan makanan
karbohidrat setengah dari
ql. 4
Tidak
qf.
Ya
qj.
Tidak
dam
minyak
qn.
Tidak
energi sehari
qq. Keluarga
menggunakan
qt. 6
garam beryodium
qu. Keluarga makan makanan
py.
qr.
Ya
qv.
Skor
qc.
qg.
qk.
qo.
qs.
qw.
qx. 7
rb. 8
rf. 9
makan pagi
rg. Keluarga minum air bersih
rj. 1
rn. 1
secara teratur
ro. Keluarga
1
rr. 1
2
rv. 1
menghindari
Tidak
qz.
Ya
rd.
Ya
rh.
Ya
rl.
Tidak
rp.
Ya
rt.
Ya
rx.
dikemas
rz.
Tidak
ra.
re.
ri.
rm.
rq.
ru.
ry.
sa.
Total
sb.
Interpretasi :
sc.
se.
si.
sj. K
sk. Hasil
g
ia
ta
sl.
sm.
3
n
sn. A
si
s
h
o
li
st
i
k
so. P
pendengaran.
sr. Pasien merupakan tamatan SMA
yang bekerja sebagai PNS di DPU
dengan jam kerja mulai jam 07.00
sampai 16.00, dengan penghasilan
kurang lebih 2 jutaan perbulan dan
dirasa cukup untuk kehidupan
sehari-hari keluarganya. Pasien
ri
fi
si
k
sp. I
d
e
n
ti
fi
si
al
cukup baik.
a
st.
su.
1
h
sv. F
ll
si
l
a
n
a
m
n
e
lebih kuat.
ta. Pasien dan keluarga mengerti
tentang pentingnya nutrisi dalam
penyembuhan dan pengontrolan
penyakitnya, makan yang teratur
dan terprogram sesuai panduan
kesehatan bagi penderita Diabetes
si
mellitus.
tb. Pasien dan keluarga tahu tentang
s
sw. E
d
u
k
a
si
p
a
si
e
n
te
n
ta
n
g
p
e
n
y
a
k
it
y
a
n
g
s
e
d
a
n
g
d
i
d
e
ri
ta
sx. M
e
n
je
la
s
k
a
n
k
ri
te
ri
a
r
u
m
a
h
y
a
n
g
s
e
h
at
d
a
n
s
a
n
it
a
si
y
a
n
g
b
ai
k
sy. E
d
u
k
a
si
te
n
ta
n
g
p
o
la
h
i
d
u
p
d
a
n
p
o
la
n
u
tr
is
i
y
a
n
g
b
ai
k.
tc.
td.
-
: Nuclear Family
: TB Paru Baru Kategori I Fase Intensif dan Diabetes
tf.
tg.
No
ah yang
tl.
dihadapi
tm.
TB
tn.
Masal
th.
Targe
ti.
Sasa tj.
ran
Semb
uh Total
to.
Pasi
en dan
keluarga
Rencana
tk.
Pembinaan
aborasi
tp.
tq.
tz.
Promotif
Melakukan
edukasi
mengenai
penyakit
TB
mengenai
Do
kter, sub
bagian
P2m,
psikolog,
penyebab,
factor
cara
membuang
dahak
secara benar,
dan
pengobatan kepada
pasien dan keluarga
sehingga
pemahaman pasien
dan
keluarga
terhadap
penyakit
Kol
pasien
ahli gizi,
farmasi
dan
keluarga
terhadap
penyakit
tersebut
sehingga
manajemen
komprehensif dapat
berjalan
baik.
tr.
dengan
Preventif
Penggunaan masker
setiap hari terutama
bila
berinteraksi
mencegah
Kategori
Fase Intensif No
XXV
tv.
S 1 dd tab 3
tw.
R/ Vit B6
ua.
ub.
Diabe
tes Mellitus
uc.
Gula
darah
terkontrol
dan preventif
tidak terkena
ud.
Pasi
en dan
keluarga
No X
tx.
S 1 dd tab 1
ty.
ue.
Promotif
uf.
Meningkatk
an
pengetahuan
tentang
meliputi,
pengertian, gejala,
factor risiko, cara
deteksi
DM,
pengobatan,
perubahan
pola
up.
Do
kter, ahli
gizi
healty
life
cenderung
overweight) untuk
melakukan deteksi
DM
ui.
Farmakote
rapi : Metformin
1x1
uj.
Non
farmakologi
uk.
Pengaturan
pola makan setiap
hari (3 J Jenisjam-jumlah
pembagian 3 kali
makan besar dan 23
kali
makan
selingan) konsumsi
makanan
rendah
3-4
kali/seminggu
minimal 30 menit,
senam kaki diabetes
um. Istirahat
uq.
ur.
PHBS
tidak baik
us.
10
ut.
Pasi
stress
uo.
uu.
Edukasi
Ruma
h tidak sehat
Pus
poin PHBS
en dan
tercapai
Kleuarga
uw. ux.
uv.
uy.
Indik
uz.
Pasi
kehidupan t
sehari-hari
va.
Edukasi dan vb.
ator Rumah
en dan
saran
Sehat
keluarga
menjadikan rumah
Pus
untuk kesmas
sehat,
membersihkan
rumah,
mengatur
pencahayaan
ventilasi, membuka
Kekh
ve.
Acce
vd.
awatiran
pting and
en dan
terhadap
Letting Go
keluargany
pasien
keluarganya tentang
vl.
penyakitnya.
vm. Edukasi dan vn.
penyakitnya
Penge
vk.
Peng
vf.
Pasi
jendela
vg.
Konseling
vc.
Pasi
vh.
Do
dan Psikolog
vi.
vj.
tahuan pasien
etahuan
en dan
konseling
dan keluarga
bertambah
keluarga
pasien
Do
dengan kter
dan
tentang
keluarganya tentang
penyakit
TB dan DM
yang diderita
vo.
pasien
vp.
Kelua
vq.
rga tidak
tercukupi
menerapkan
Gizi
vr.
Pasi
vs.
Edukasi
Do
en dan
keluarga
gizi
dalam gizi
pedoman
penyembuhan
umum gizi
penyakitnya
vt.
Edukasi
sehari-hari
vv.
tentang
gizi
seimbang
vu.
Edukasi
tentang pengaturan
pola makan bagi
vw. vx.
8
Kebia
saan
Tidak vz.
menularkan
membuang
dahak
vy.
Pasi
pasien DM
wa.
Edukasi
wb.
en dan
pasien
untuk kter
keluarga
membuang
dahak
Do
di larutan detergen
wc.
wd.
1. Holistic care
we.Dalam menghadapi pasien ini, tidak hanya digali tentng keluhan klinis, tetapi
psikolgis dan sosialnya.
2. Comprehensive care
wf. Penanganan pada pasien ini secara menyeluruh dari promotif, preventif dan
kuratif
3. Personal care
wg.Pelayanan yang memberikan kenyamanan dan kesempatan bagi pasien untuk
mengetahui penyakit yang sedang dialaminya.
4. Continuing care
wh.Sejak ditetapkan diagnosis, selama pengobatan sampai dilakukan home visite
untuk memantau perkembangan pengobatan pasien.
5. Patient centered, family focused and community oriented
wi. Dalam memanajemen pasien ini, melibatkan keluarga dan masyarakat
sehingga tidak timbul dampak negatif dari penyakit ini di masyarakat luas.
6. Emphasive preventive medicine
wj. Pencegahan supaya tidak terjadi komplikasi dengan terapi obat dan asupan
nutrisi yang baik sesuai panduan dan mencegah penularam dari pernyakit ini
baik dikeluarga maupun di masyarakat sekitar.
7. Collaborative dan coordinate care
wk.Kolaborasi multidisplin dalam mengangani pasien ini, diantaranya dokter,
perawat, petugas lab pemegang program pemberantasan TB, ahli gisi, dan
DOTS.
8. Patient advocacy
wl. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada pasien dan
menjelakan tentang penyakitny secara rinci sesuai dengan kebutuhan pasien.
wm.
wn.BAB V
wo.KESIMPULAN DAN SARAN
wp.
A. Kesimpulan
wq. Dari hasil kunjungan rumah pasien penderita TB dan DM tipe II yang
berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dokter keluarga melalui institusi Puskesmas dapat menjadi salah satu sektor yang
berperan dalam menangani kasus TB paru dan DM tipe 2 yang mencakup promotif,
preventif, kuratif sampai rehabilitative dan merujuk ke pusat pelayanan kesehatan
yang berkompeten dalam menangani kasus.
2. Kerjasama antara petugas kesehatan, pasien dan keluarga menentukan keberhasilan
terapi.
B. Saran
wr.
1. Bagi mahasiswa
Berusaha lebih mendalami, aktif, kreatif, dan variatif dalam menganalisa
permasalahan kesehatan, baik pada keluarga maupun lingkungannya
Meningkatkan profesionalisme sebelum terjun ke masyarakat
ws.
2. Bagi Puskesmas
Hendaknya terus melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan usaha promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
wt.
wu.DAFTAR PUSTAKA
wv.
ww.
1. Anthony Fauci, e. b. Harrison's Principles of Internal Medicine 17th edition .
McGraw Hill Medical.
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis
bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
wx.
3. Sylvia Price. 2005. Edisi 6 Vol 1 Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
wy.
4. LM, Wilson, Dkk.1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses proses Penyakit. Jakarta
: EGC
5. Setiadi. 2007. Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu
wz.
6. Price, and Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
xa.
7. Hirlan. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
xb.
xc. Lampiran
xd.
xe.
xf. Teras Depan
xg.
xh.
xi.
xj.
xk.
xl.
xm.
xn.
xo.
xp.
xq.
xr.
xs.