Anda di halaman 1dari 44

PRESENTASI KASUS

TB PARU BARU KATEGORI I FASE INTENSIF DAN DIABETES MELLITUS TIPE


II TERKONTROL PADA LAKI-LAKI USIA 48 TAHUN DENGAN KEKHAWATIRAN
AKAN PENYAKITNYA PADA KELUARGA YANG TIDAK BERPHBS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga

Disusun oleh :
Nurbaiti Andiyani
20100310196
Dosen Pembimbing :
dr. Achmad Amirudin Al Husain

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

LEMBAR PENGESAHAN
TB PARU BARU KATEGORI I FASE INTENSIF DAN DIABETES MELLITUS TIPE
II TERKONTROL PADA LAKI-LAKI USIA 48 TAHUN DENGAN KEKHAWATIRAN
AKAN PENYAKITNYA PADA KELUARGA YANG TIDAK BERPHBS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di


Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga

Disusun oleh:
Nurbaiti Andiyani
20100310196
Telah dipresentasikan dan disetujui pada:
Agustus 2015
Mengetahui,
Dosen Pembimbing & Penguji Klinik
Dosen Pembimbing Fakultas

Dosen Pembimbing Puskesmas

dr. Iman Permana

dr. Achmad Amirudin Al Husain

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, iman danIslam
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik dengan judul TB PARU
BARU KATEGORI I FASE INTENSIF DAN DIABETES MELLITUS TIPE II
TERKONTROL PADA LAKI-LAKI USIA 48 TAHUN DENGAN KEKHAWATIRAN
AKAN PENYAKITNYA PADA KELUARGA YANG TIDAK BERPHBS untuk
memenuhi sebagian syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran
Keluarga di Puskesmas Tegalrejo. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang telah berjuang dengan membawa agama
Allah.
Banyak hambatan dalam penyusunan makalah ini, namun berkat dukungan dari
banyak pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik kedokteran
keluarga ini. Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada yang terhormat:
1. dr. Riska Novriana , selaku Kepala Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta.
2. dr. Widyastuti dan dr. Amirudin, sebagai dokter pembimbing klinik di Puskesmas
Tegalrejo.
3. dr.Iman Permana, sebagai dokter pembimbing Ilmu Kedokteran Keluarga Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dan selanjutnya.
Semoga laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua pihak yang membacanya.
Yogyakarta, Oktober 2015
Penyusun,

Nurbaiti Andiyani

BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama

:Bp. Sumargono

Usia

: 48 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: TegalreJo TR III 13/04

Agama

: Katolik

Suku

: Jawa

Pekerjaan

: PNS

Status Perkawinan

: Menikah

Pendidikan Terakhir

: SMA

Nomor Rekam Medis

: 03.2692

Kunjungan Puskesmas

: 25 Oktober 2015

Kunjungan Rumah

: 30 Oktober dan 1 November 2015

Jaminan Kesehatan

: Jamkesmas

A. ANAMNESIS HOLISTIK
ASPEK KLINIS
1. Keluhan Utama
Kontrol rutin penyakit TB
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Tegalrejo untuk mengambil obat TB tiap 1
minggusekali. Pasien mengaku terdiagnosis TB sejak bulan September 2015 dan
dalam pengobatan rutin sejak saat itu. Pada awalnya pasien mengalami batuk lama > 1
bulan, demam, sering berkeringat di malam hari dan penurunan berat badan 5 kg.
pasien masih mengeluhkan batuk dan sering berkeringat di malam hari. Pasien juga
terdiagnosis Diabetes Melitus tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu dan mendapat obat rutin
berupa metformin.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah batuk darah selama 4 hari

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat TB

: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan serupa

: disangkal

Riwayat DM

: Ibu dan kakak paling tua

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat sakit jantung

: ibu

Riwayat sakit ginjal

: disangkal

Riwayat asma

: Istri dan anak pertama

Riwayat alergi

: disangkal

5. Riwayat Personal Sosial Lingkungan

Pendidikan
Pasien merupakan lulusan SMA tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya karena
masalah biaya

Pekerjaan dan ekonomi


Pasien adalah seorang PNS yang bertugas di DPU yang bekerja dari pukul 07.00
sampai pukul 16.00 WIB. Penghasilan per bulan berkisar 2 jutaan yang digunakan
untuk kebutuhan sehari-hari dan membiayai sekolah kedua anaknya yang masih
duduk di bangku SMP dan SD. Untuk menambah penghasilan keluarga, istri pasien
bekerja sebagai penunggu gereja. Pasien merasa penghasilan keluarganya cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Perkawinan dan Keluarga


Pasien

sudah

menikah

selama

17

tahun,

dikaruniai

orang

anak.

Hubungan/komunikasi dengan seluruh anggota keluarga baik dan harmonis.

Sosialisasi
Pasien menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar, bergaul dan
tidak menutup diri dari aktivitas masyarakat.

Gaya hidup

Pasien dahulu merokok, pernah berhenti selama 2 bulan, lanjut merokok lagi
tapi jarang. Semenjak sakit pasien sudah tidak pernah merokok.

Pasien tidur malam dari jam 10 dan bangun jam 5 pagi. Setiap pagi pasien
berolahraga ringan dengan berjalan-jalan di sekitar rumah selama 30 menit.

Pasien makan teratur 3x sehari. Pasien mengaku tidak ada diit khusus untuk
penyakit DM yang dia derita tetapi sejak beberapa bulan yang lalu, pasien
mengganti konsumsi nasi dengan kentang atau ubi rebus dan lebih banyak
mengonsumsi sayurang yang direbus dan buah-buahan. Pasien juga jarang
mengonsumi minuman manis dan lebih banyak minum air putih.

Sejak awal terdiagnosis TB pasien menggunakan masker. Pasien membuang


dahak di kamar mandi.

Pasien rutin mengambil obat ke puskesmas tiap 1 minggu sekali. Pasien


meminum obat yang didapat dari puskesmas secara teratur sesuai anjuran. Anak
pertama pasien bertindak sebagai pengawas minum obat.

6. Review Anamnesis Sistem

Sistem pernafasan

: tidak ada keluhan

Sistem peredaran darah dan jantung

: tak ada keluhan

Sistem pencernaan

: tak ada keluhan

Sistem saluran kencing dan kelamin

: tak ada keluhan

Sistem tulang dan otot

: tak ada keluhan

Sistem pernafasan

: tak ada keluhan

ASPEK PERSONAL
Illness merupakan keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang diperoleh
dari penyakit tersebut (bersifat subyektif). Illness terdiri atas beberapa komponen yaitu ide
(pemahaman terhadap penyakit), efek terhadap fungsi (akibat penyakit yang dirasakan
pasien terhadap fungsi hidupnya seperti pergaulan, pekerjaan, dll), perasaan, dan harapan.
Berikut adalah komponen Illness dan hasil yang diperoleh pasien terhadap penyakitnya :
Tabel komponen Illness
No
1

Komponen
Ide

Pasien
Menurut pasien penyakit TB bisa menular terutama lewat
air ludah dan membutuhkan pengobatan yang lama. Pasien
tertular dari rekan kerjanya yang mempunyai riwayat
batuk lama seperti pasien. Sedangkan penyakit DM yang
pasien derita merupakan penyakit keturunan dari ibunya
6

dan tidak bisa disembuhkan. Pasien tidak mengetahui


2

Efek terhadap fungsi

komplikasi akibat penyakit DM ang ia derita.


Fungsi pekerjaan pasien terganggu. Sebelumnya pasien
ditugaskan di bagian trasportasi sebagai sopir dinas,

setelah sakit pasien ditempatkan di bagian informasi.


Pasien merasa khawatir dan takut apabila penyakitnya

Perasaan

menyebabkan kematian karena anak-anaknya masih kecil


4

dan masih membutuhkan sosok seorang ayah.


Pasien berharap penyakit TB yang dideritanya sembuh

Harapan

total, sedangkan untuk DM pasien berharap gula darahnya


tetap normal dan tidak pernah tinggi.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
: baik, compos mentis
2. Tanda-tanda vital

TD

: 110/70 mmHg

3.

4.

Nadi

: 88x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

RR

: 22x/ menit

Suhu

: 36,6 0C

Antropometri
BB Lama
: 55 kg
BB sekarang
: 48 kg
TB
: 170 cm
Indeks Massa Tubuh : 16,68 (Underweight)
Status Gizi
Kurang

5. Kepala
Bentuk kepala
: Normosephal
Rambut
: lurus , warna hitam, distribusi merata
6. Mata
Palpebra
: Edema (-/-)
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
7. Telinga
Otore (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), serumen (-/-)
Pemeriksaan Otoskopi
: Tidak dilakukan
Tes fungsi pendengaran
: tidak dilakukan
8. Hidung
Sekret (-/-) , epistaksis (-/-)
9. Mulut
: sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), mukosa basah
(+), papil lidah atrofi (-), ulcus di palatum (-), karies (-)
10. Tenggorokan: uvula di tengah, tonsil T1 T1, faring hiperemis (-),

11. Leher

: trachea ditengah, kelenjar thyroid tidak membesar, KGB tidak

membesar
12. Thorax

: bentuk normochest, simetris, atrofi musculus pectoralis (-), retraksi

intercostal(-), spider nevi (-), sela iga melebar (-), pembesaran KGB axilla (-/-)
13. Cor
Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis teraba di SIC V
Perkusi
: batas jantung kanan atas : SIC II parasternal dextra. Kanan
bawah : SIC IV parasternal dextra. Kiri atas : SIC II
parasternal sinistra. Kiri bawah : SIC V linea midclavikula
sinistra.
Auskultasi
: Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
14. Pulmo
-

Inspeksi

: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi (-)

Palpasi

: Simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus normal

Perkusi

: sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi

: vesikuler (+/+) normal, Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

15. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi

: Dinding perut sejajar dinding dada, distensi (-),


venektasi(-), sikatrik (-), striae (-)
: bising usus (+) normal, metalic sound (-)
: supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
: tympani, pekak alih (-), undulasi (-)

16. Ekstremitas
Tabel pemeriksaan ekstremitas
Tungkai
Kanan
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat

Gerakan
Tonus
Trofi
Edema
Akral

Lengan
Kiri
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat

Kanan
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat

Kiri
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
-

26 september 2015

BTA

: (+++/++/ scanty)

12 Oktober 2015
Gula Darah Sewaktu

: 133

Cholesterol total

: 176

19 Oktober 2015
Asam urat

:6

Ureum

: 22,1

Creatinin

: 0,83

D. Diagnosis
Diabetes Mellitus Tipe II
TB Paru
DD : Bronchitis Kronis

FAMILY ASSESMENT TOOLS

Genogram keluarga Bp. Sumargono(Dibuat tanggal 30 Oktober 2015)


65

70

DM,JT

D,TB

55

53

50

DM

45

48
DM, TB

15

45

40

38

AB

10

AB

Keterangan:
:

Laki-laki

Meninggal

Pasien

Perempuan

Tinggal 1 rumah D : Decision Maker : Pengambil Keputusan

B :Breadwinner : yang mencari nafkah

DM : Diabetes Mellitus tipe 2 TB : TB paru AB : Asma Bronkhial JT : jantung


TABEL NILAI APGAR
Respons
KRITERIA

Adaptasi

Kemitraan

PERTANYAAN
Apakah pasien puas dengan
keluarga karena masing-masing
anggota
keluarga
sudah
menjalankan kewajiban sesuai
dengan seharusnya
Apakah pasien puas dengan
keluarga karena dapat membantu
memberikan solusi terhadap

Hampir
selalu

Kadang

Hampir
tidak
pernah

10

Pertumbuhan

Kasih Sayang

Kebersamaan

permasalahan yang dihadapi


Apakah pasien puas dengan
kebebasan
yang
diberikan
keluarga untuk mengembangkan
kemampuan yang pasien miliki
Apakah pasien puas dengan
kehangatan / kasih sayang yang
diberikan keluarga
Apakah pasien puas dengan
waktu yang disediakan keluarga
untuk menjalin kebersamaan

TOTAL
Skoring : Hampir selalu=2 , kadang-kadang=1 , hampir tidak pernah=0
Total skor
8-10 = fungsi keluarga sehat
4-7 = fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = fungsi keluarga sakit
Dari tabel APGAR keluarga diatas total nilai skoringnya adalah 7 ini menunjukan
fungsi keluarga kurang sehat.
SCREEM Keluarga
SCREEM adalah alat yang digunakan untuk menilai sumber daya dalam keluarga.
Aspek
Sosial

Kultural

Sumber Daya
Pasien sering berinteraksi
dengan
tetangga
sekitar,
hubungan keluarga dengan
para tetangga baik.
Keluarga
pasien
dan
masyarakat sekitar memliki
budaya kekeluargaan dan
tolong menolong

Religius

Ekonomi

Pendidikan

Patologi

Pasien kadang-kadang ikut beribadah di gereja


pada hari minggu jika tidak ada pekerjaan atau
kegiatan lain di hari Minggu. Pasien jarang
mengikuti kegiatan kegiatan yang diadakan
oleh gereja.
Untuk saat ini pasien merasa
penghasilannya cukup untuk
menghidupi keluarga dan
menyekolahkan anak-anaknya.
Pasien merupakan tamatan
SMA

11

Kesehatan

Akses ke pelayanan medis


mudah, pasien dan keluarga
selalu periksa ke puskesmas
bila ada masalah kesehatan,
pasien
punya
jaminan
kesehatan Jamkesmas.

Family Map
istri
pasien

Anak 2

Anak 1

Keterangan
Hubungan fungsional
Hubungan disfungsional
Hubungan jelas tetapi bila ada masalah bisa di negosiasikan

Family Life Line


Year

Age

2010
2014
2015

Life Event/Crisis
43
47
48

Pasien didiagnosis DM
Pasien batuk darah selama 4 hari
Pasien didiagnosis TB

Severity of
Illness
Stressor psikologis
Stressor psikologis
Stressor psikologis

Family Life Cycle


Family with young children.

12

Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


No

Kriteria yang dinilai

.
1.
2.

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

Jawaba

Skor

n
-

Ya
Tidak

1
0

Tidak

Tidak
Tidak

0
0

Ya

Ya

Memberi ASI ekslusif.


3.
4.
5.

Menimbang balita setiap bulan.


Menggunakan air bersih.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

6.
Menggunakan jamban sehat.
7.
8.

Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.


Makan buah dan sayur setiap hari.

9.
Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10.
Tidak merokok di dalam rumah.

Karena terdapat 1 jawaban tidak , termasuk kategori tidak berperilaku


hidup bersih dan sehat.
Diagnostik Holistik
TB Paru Baru Kategori I Fase Intensif dan Diabetes mellitus Tipe 2 Pada Laki-Laki
Usia 48 Tahun dengan Kekhawatiran akan Penyakitnya pada Keluarga yang tidak
Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Manajemen Komrehensif
Promotif

Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai penyakit DM dan TB

Menjelaskan pentingnya periksa rutin dan kepatuhan minum obat terhadap


penyakitnya

Edukasi tentang healthy life style serta menjaga pola makan (diet DM) dan
konseling tentang aktivitas fisik yang dapat pasien lakukan

Edukasi tentang factor-faktor yang dapat dikendalikan agar tidak terjadi penularan
TB dan juga agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dari DM.

Preventif
13

Dapat dilakukan dengan pencegahan primer (mencegah munculnya penyakit) dan


pencegahan sekunder (mencegah terjadinya komplikasi dari penyakit yang diderita).
Tindakan pencegahan ini meliputi pola dan konsumsi makanan yang sesuai untuk
penderita DM, pencegahan penularan infeksi TB pada orang lain terutama keluarga
dengan penggunaan masker dan cara membuang dahak serta konsumsi obat secara rutin.
Kuratif
Farmakologis
-

4 FDC tablet setiap hari selama 56 hari sekali minum 3 tablet

Vitamin B6 setelah minum FDC

Metformin 1x sehari setelah makan

Non Farmakologis
Edukasi

Penyakit dan komplikasi penyakit yang diderita pasien

Modifikasi gaya hidup sehat

Ketaatan pengobatan dan minum obat

Control rutin ke puskesmas

Pencegahan terhadap komplikasi

Pengaturan pola makan dan aktivitas seusai panduan untuk penderita


DM

Deteksi dini DM bagi anggota keluarga lain yang mempunyai factor


risiko

Pentingnya peran keluarga dalam mencapai tujuan penyembuhan pasien

Mengontrol emosi dan memanage stress dengan baik

Menerima segala sesuatu pemberian Tuhan dan berpasrah diri kepada


Tuhan

Rehabilitative
Belum diperlukan
Paliatif
Belum diperlukan

14

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TB PARU
A. Definisi
Penyakit TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya (Depkes RI , 2002)
B. Faktor Risiko
Beberapa factor risiko untuk menderita TB adalah
-

Jenis kelamin
Penyakit TB dapat menyerang laki-laki dan perempuan
Status Gizi
Telah terbukti bahwa malnutrisi akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga
akan menurunkan resistensi terhadap berbagai macam penyakit termasuk TB.
Sosioekonomi
Penyakit TB banyak menyerang masyarakat yang berasal dari kalangan
sosioekonomi rendah. Lingkungan yang buruk dan pemukiman yang terlampau

padat sangat potensial dalam penyebaran penyakit TB.


Pendidikan
Rendahnya pendidikan seorang penderita TB dapat mempengaruhi seseorang

dalam mencari pelayanan kesehatan .


Factor-faktor toksis
Merokok, minuman alkoholdan tembakau merupakan factor penting dalam

penurunan daya tahan tubuh.


C. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Depkes RI (2002) ada tiga jenis pemeriksaan untuk TB paru yaitu :
1) Pemeriksaan sputum BTA
Diagnosa TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukan
BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dirinya
akan positif apabila sedikitnya 2 dan 3 sputum SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu)
BTA positif. Pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap
pengobatan yang sudah diberikan.

15

2) Rontgen
Foto rontgen dada dapat menunjang menegakkan diagnosa TB. Paling
mungkin bila ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau
kelenjar paratrakeal. Gejala lain dari foto rontgen yang mencurigai TB adalah :
a) Atelektasis
b) Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus / paratrakeal
c) Iconsolidasi (lobus)
d) Reaksi pleura atau efusi pleura
e) Bronkiektasis
f) Destroyed lung
3) Tes Montoux / Tuberculin
Tes ini sering digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa TB paru
anak-anak. Biasanya dipakai montoux tes dengan menyuntikkan 0,1 cc
tuberkulin secara intrakutan. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah
penyuntikan.
Diabetes Mellitus Tipe II
Dalam DM Tipe 2, pankreas dapat menghasilkan cukupjumlah insulin untuk
metabolisme glukosa (gula), tetapi tubuh tidak mampu untuk memanfaatkan secara
efisien.Seiring waktu, penurunan produksi insulin dan kadar glukosa darah meningkat
(Adhi, 2011).
Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2
Adapun Faktor resikonya yaitu (Rakhmadany, 2010):

Unchangeable Risk Factor


1. Kelainan Genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes mellitus, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak
dapat menghasilkan insulin dengan baik.
16

2. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara
drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering
muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah
usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga
tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.

Changeable risk factor


1. Stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin
otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan
stress, tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang
beresiko terkena diabetes mellitus.
2. Pola Makan yang Salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan keduanya meningkatkan
resiko terkena diabetes mellitus. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak
pankreas, sedangkan berat badan lebih (obesitas) mengakibatkan
gangguan kerja insulin ( resistensi insulin).
3. Minimnya Aktivitas Fisik
Setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan mengeluarkan
tenaga dan energi, yang biasa dilakukan atau aktivitas sehari-hari sesuai
profesi atau pekerjaan. Sedangkan faktor resiko penderita DM adalah
mereka yang memiliki aktivitas minim, sehingga pengeluaran tenaga dan
energi hanya sedikit.
4. Obesitas
80% dari penderita NIDDM adalah Obesitas/gemuk.
5. Merokok
Sebuah universitas di Swiss membuat suatu analisis 25 kajian yang
menyelidiki hubungan antara merokok dan diabetes yang disiarkan antara
1992 dan 2006, dengan sebanyak 1,2 juta peserta yang ditelusuri selama
30 tahun. Mereka mendapati resiko bahkan lebih tinggi bagi perokok berat.
Mereka yang menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok sehari memiliki
resiko terserang diabetes 62% lebih tinggi dibandingkan dengan orang

17

yang tidak merokok. Merokok dapat mengakibatkan kondisi yang tahan


terhadap insulin, kata para peneliti tersebut. Itu berarti merokok dapat
mencampuri cara tubuh memanfaatkan insulin. Kekebalan tubuh terhadap
insulin biasanya mengawali terbentuknya Diabetes tipe 2.
6. Hipertensi
Pada orang dengan diabetes mellitus, hipertensi berhubungan dengan
resistensi insulin dan abnormalitas pada sistem renin-angiotensin dan
konsekuensi metabolik yang meningkatkan morbiditas. Abnormalitas
metabolik berhubungan dengan peningkatan diabetes mellitus pada
kelainan fungsi tubuh/ disfungsiendotelial. Sel endotelial mensintesis
beberapa substansi bioaktif kuat yang mengaturstruktur fungsi pembuluh
darah.
Skrining dan Tes
U.S preventive services task force (2014) merekomendasikan pasien dengan
factor risiko berikut untuk melakukan skrining Diabetes Melitus Tipe 2 setiap 3
tahun sekali menggunakan gula darah puasa atau HbA1c,
Usia 45 tahun
Overweight atau obesitas ( BMI 25)
Factor genetic
Polycystic ovarian syndrome pada wanita
Sedangkan pada pasien yang mempunyai riwayat hipertensi di sarankan untuk
melakukan tes setiap 2 tahun sekali.
Diagnosa Diabetes Melitus Tipe 2
Dalam menegakkan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil
dan cara pemeriksaan yang dipakai (Shahab,2006).
a. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu
faktor risiko untuk DM, yaitu:
1) Kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )
2) Kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT> 27 (kg/m2)}
3) Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmhg)
4) Riwayat keluarga DM
5) Riwayat kehamilan dengan bb lahir bayi > 4000 gram
6) Riwayat dm pada kehamilan

18

7) Dislipidemia (HDL< 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl


8) Pernah TGT (toleransi glukosa terganggu) atau GDPT (glukosa darah puasa
terganggu)
Tabel 1.
Kadar glukosa darah sewaktu* dan puasa* sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (mg/dl)

Kadar glukosa darah sewaktu


Bukan DM

Belum pasti DM

DM

Plasma Vena

< 110

110 199

200

Darah Kapiler

< 90

90 - 199

200

Kadar glukosa darah puasa

Plasma Vena
Darah Kapiler

Bukan DM

Belum pasti DM

DM

< 110

110 125

126

< 90

90 - 109

110

Sumber :Perkeni, 2006


Keterangan:
*metode enzimatik
b. Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM
berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah
kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria, serta pruritus vulvae
pada pasien wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu 200
mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar
glukosa darah puasa

126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM.

Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang

19

baru satu kali saja abnormal , belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis
klinis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan menddapatkan sekali lagi
angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl, kadar glukosa darah
sewaktu 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral
(TTGO) yang abnormal.
Cara pelaksanaan TTGO menurut WHO 1985
1) 3 (tiga) hari sebelumnya makan seperti biasa
2) Kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa dilakukan
3) Puasa semalam, selama 10-12 jam
4) Kadar glukosa darah puasa diperiksa
5) Diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgbb, dilarutkan dalam air 250 ml
dan diminum selama/dalam waktu 5 menit
6) Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa; selama
pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Kriteria diagnostik Diabetes Melitus*
1) Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) 200 mg/dl , atau
2) Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) 126 mg/dl (Puasa berarti tidak ada
masukan kalori sejak 10 jam terakhir ) atau
3) Kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram
pada TTGO**
* Kriteria diagnostik tsb harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain, kecuali
untuk keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti
ketoasidosis atau berat badan yang menurun cepat.
**Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin diklinik
Tuberculosis Paru pada Penderita Diabetes Melitus
Cahyadi (2011) menyatakan bahwa DM merupakan factor risiko paling penting dalam
perburukan TB. DM menyebabkan defek fungsi sel-sel imun dan mekanisme
pertahanan penjamu. Dari beberapa penelitian didapatkan, bahwa tingkat bakterisidal
leukosit pada pasien TB dengan DM lebih rendah disbanding non DM, terutama pada
pasien dengan control gula yang buruk. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh
Wang et al., menyatakan bahwa meningkatnya resiko TB pada pasien DM disebabkan
oleh defek makrofag alveolar atau limfosit T. Wang menemukan bahwa pada pasien
TB dengan DM terdapat jumlah peningkatan makrofag alveolar matur yang dianggap
kunci penting dalam perluasan TB dan jumlah bakteri dalam sputum pasien TB.

20

Prinsip pengobatan pasien TB dengan DM serupa dengan pengobatan pada pasien non
DM dengan syarat gula darah terkontrol. Yang menjadi perhatian pada pasien ini
adalah efek samping dari obat-obatan TB yang seharusnya dapat dicegah. Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah pada pasien dengan pengobatan antidiabetes
sulfonylurea karena obat-obatan TB dapat meningkatkan metabolisme sulfonylurea
sehingga dosis sulfonylurea harus ditingkatkan. Kadar Rifampisin dalam plasma
pasien TB dengan DM hanya 50% dibandingkan non DM sehingga dapat
mendeskripsikan bahwa respon pengobatan pasien TB dengan DM lebih rendah
disbanding pasien non DM.

21

a. BAB III
b. PEMBAHASAN
c.
A. Analisis Kasus
d.

Diagnosis klinis pada pasien ini adalah TB Paru Baru Kategori 1 Fase

Intensif dan. Diagnosis tersebut didasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjangyang mengarah pada diagnosis tersebut. Diagnosis banding untuk
pasien ini adalah Bronkhitis Kronis karena pasien mempunyai riwayat batuk lama lebih
dari 1 bulan. Berdasarkan anamnesis pasien menderita TB sejak akhir September 2015,
hal tersebut dibuktikan dengan hasil pemerikaan BTA yang positif (+++/++/scanty) dan
didukung dengan pemeriksaan rontgen dada yang mengarah ke TB paru, pasien belum
pernah meminum obat TB sebelumnya.. Pasien rutin datang ke puskesmas tiap minggu
untuk kontrol kesehatannya dan mengambil obat TB. Pasien mengaku minum obat
teratur sesuai anjuran dokter puskesmas yaitu minum 3 butir obat 4FDC per hari.
e.
Pasien juga mengaku didiagnosis Diabetes mellitus Tipe 2 sejak tahun
2010. Pasien mengaku kontrol gula darah rutin tiap bulan dan hasil pemeriksaan GDS
terakhir bulan Oktober adalah 133. Pasien mendapatkan terapi metformin 1x1. Pasien
mengaku beberapa bulan ini pasien mengganti konsumsi nasi dengan kentang. Pasien
makan 3x sehari dan pasien mengonsumsi 2 buah kentang ditambah sayur-sayuran yang
kadang direbus. Pasien kadang merasa jenuh dengan makanan yang dikonsumsinya.
Setiap pagi pasien juga melakukan olahraga ringan dengan berjalan-jalan di sekitar
rumah selama kurang lebih 30 menit.
f.
Pasien merupakan tamatan SMA dan bekerja sebagai PNS di DPU
dengan penghasilan 2 jutaan per bulan. Untuk menambah penghasilan keluarga istri
pasien bekerja sebagai penjaga gereja. Pasien dan keluarganya sudah tinggal di rumah
milik gereja yang berada tepat disamping gereja kurang lebih selama 3 tahun. Pasien
merasa penghasilan keluarganya cukup untuk biaya kehidupan sehari-hari dan mebiayai
sekolah kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMP dan SD. Hubungan pasien
dengan istri harmonis walaupun kadang sering terjadi pertengkaran kecil, dan anak-anak
pasien mengaku lebih dekat dengan pasien dibanding dengan istri pasien.
g.
Pasien jarang mengikuti aktivitas-aktivitas masyarakat tapi pasien
tidak menutup diri dalam bergaul dan menjalin hubungan yang harmonis dengan
masyarakat sekitar. Pasien kadang mengikuti ibadah dan acara-acarayang dilakukan
gereja apabila pasien tidak mempunyai kegiatan di tempat dia bekerja. Pasien mengaku
istri dan anaknya lebih rajin dalam beribadah disbanding dengan dirinya.

h.

Pasien dulu adalah seorang perokok, sempat berhenti 2 bulan akan

tetapi pasien lanjut merokok lagi dengan inensitas yang berkurang. Setelah pasien sakit,
pasien mengaku sudah tidak pernah merokok. Setiap pagi pasien berjalan-jalan di sekitar
rumah selama kurang lebih 30 menit untuk menghirup udara segar dan melakukan
gerakan-gerakan ringan untuk melemaskan otot. Beberapa bulan terakhir pasien
mengaku mengganti konsumsi nasi dengan kentang. Pasien mengaku mendapat ide
tersebut dari dokter. Sejak awal pasien terdiagnosis TB pasien selalu memakai masker
saat di rumah maupun saat berkativitas di luar rumah. Anak perempuan pasien selalu
mengingatkan pasien jika pasien lupa memakai masker atau saat pasien lupa sudah
waktunya minum obat.
i.
Hasil anamnesis psikososial dari pasien didapatkan pasien miliki
kekhawatiran terhadap penyakitnya. Pasien takut meninggal karena penyakitnya dan
terbebani pemikiran tentang anak-anaknya yang masih sangat membutuhkan kasih
sayang seorang ayah. Istri dan anak-anak pasien juga mempunyai kekhawatiran yang
sama dengan pasien Karen takut ditinggalkan oleh pasien dan takut kehilangan tumpuan
hidup. Pada awal pasien terdiagnosis TB pasien merasa dirinya pembawa sial bagi
keluarganya tapi anak pasien selalu memberikan semangat dan dukungan bagi pasien
agar selalu semangat dan mematuhi anjuran dokter dalam pengobatan agar pasien dapat
sembuh total.
B. Analisis Kunjungan Rumah
j.

Berikut adalah hasil kunjungan rumah yang telah dilakukan sebanyak 2 kali

pada tanggal 31 Oktober dan 2 november 2015


1. Kondisi Pasien
k.
Kunjungan rumah pertama dilakukan pada tanggal 31 Oktober 2015. Kondisi
pasien tampak baik, sadar penuh, hanya mengeluh masih batuk. Pasien dan keluarga
terbuka dalam menceritakan keadaan diri sendiri dan keluarganya.
l.
Pada kunjungan kedua pasien dan keluarga mengaku sudah lebih memahami
tentang penyakitnya, pengaturan asupan nutrisi serta kepatuhan minum obat bagi
kesehatannya setelah diberikan penjelasan yang disampaikan pada hari pertama
kunjungan.
2. Pekerjaan

m.

Pasien berumur 48 tahun, seorang PNS di DPU, jam kerja mulai jam 07.00

sampai jam 16.00. penghasilan perbulan kira-kira 2 jutaan dan pasien mengatakan
penghasilan tersebut cukup untuk kehidupan sehari-hari.
3. Keadaan Rumah
- Lokasi Rumah
n.
Rumah terletak di Dusun Janten RT 04/23. Rumah tersebut terletak
-

dikawasan padat penduduk.


Kepemilikan
o.
Rumah bukan milik pribadi tapi milik gereja.
Kondisi Rumah
p.
Bangunan permanen, berdinding tembok, lantai keramik, atap dari

genting dan tidak terdapat langit-langit.


Luas rumah
q.
Luas rumah 6 m x 8 m = 48 m 2, jumlah penghuni dalam satu rumah

ada 4 orang.
Pembagian ruang
r.
Rumah terdiri atas satu ruang depan yang berfungsi untuk ruang tamu
dan ruang keluarga, dapur berada satu ruangan dengan ruang tamu hanya

dipisahkan oleh sekat. Terdapat dua ruang tidur dan dua kamar mandi.
Pencahayaan
s.
Cahaya yang masuk ke dalam rumah cukup, hanya terdapat jendela di
depan dan ventilasi kecil. Jendela ruang tamu setiap hari dibuka tapi tidak
terlalu lebar. Pencahayaan diukur dengan cara manual yaitu periksa
kemampuan membaca di dalam ruangan tanpa menggunakan alat bantu

8 terang.
penerangan. Terdapat lampu yang dapat dinyalakan berwarna putih
Kebersihan dan tata letak barang dalam ruangan
t.
Kebersihan rumah cukup bersih tapi di bagian kamar mandi belakang

agak kotor, tata letak barang Nampak longgar hanya penuh di bagian dapur.
Sanitasi dasar
u.
Kebutuhan air sehari-hari menggunakan air sumur. Secara fisik air
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
v.
Denah Rumah
w.
x.
y.
7
6
z.

aa.
4

ab.
ac.
ad.
ae.
af.
ag.
ah.
ai.
aj.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
ak.

Keterangan :
Ruang tamu
Ruang tidur anak
Kamar mandi
Ruang tidur orang tua
Dapur
Kamar mandi luar
Sumur
Gereja

al.
am.
an.

Indikator Rumah Sehat


Tabel Indikator Rumah Sehat
ao. ASP
EK
PEN
ILAI
AN

ap. KRITERIA
aq.
ar.

as.

au.
B
av.

at.
aw.

ax. KOMPONEN RUMAH


ay.

ba.

bb. Langi
tlangit
bc.

bt.

bu. Dindi
ng
bv.

cn.

co. Lanta
i

a.

bd. a. Tidak ada


bf.
be.
bg. b. Ada, kotor, sulit dibersihkan
bi.
dan rawan kecelakaan
bh.
bj. c. Ada, bersih, dan tidak rawan
kecelakaan
bk.
bl.
Bukan tembok (terbuat dari anyaman
bx.
bambu/ilalang)
bw.
by. b. Semi permanen/setengah
ca.
tembok/pasangan bata atau batu
yang tidak diplester/papan tidak
kedap air
bz.
cb. c. Permanen (tembok/pasangan batu
bata yang diplester), papan kedap air
cc.
cd.
cq. a. Tanah
cs.
cr.

az.
3
bm.
bn.
bo.
bp.
bq.
br.

bs.
0

ce.
cf.
cg.
ch.
ci.
cj.
ck.
cl.

cm.
3

cz.
da.

df.
3

cp.

ct. b. Papan/anyaman bambu dekat


dengan tanah/plesteran yang retak
dan berdebu
cu.
cw. c. Diplester/ubin/keramik/papan
(rumah panggung)
cx.
cy.
dj. a. Tidak ada
dk.
dm. b. Ada
dn.
do.

cv.

db.
dc.
dd.
de.

dl.

dp.
dq.
dr.

ds.
1

dw. a. Tidak ada


dx.
dz. b. Ada
ea.
eb.

dy.

ec.
ed.
ee.

ef.
1

ei. a. Tidak ada


ek.
ej.
el. b. Ada, luas ventilasi permanen <
en.
10% dari luas lantai
em.
eo. c. Ada, luas ventilasi permanen >
10% dari luas lantai
ep.
ey. Luba
ez. a. Tidak ada
fb.
ng
fa.
Asap
fc. b. Ada, lubang ventilasi dapur <
fe.
Dapu
10% dari luas lantai dapur
r
fd.
ff. c. Ada, lubang ventilasi dapur > 10%
dari luas lantai dapur (asap keluar
dengan sempurna) atau ada exhaust
fan/ada peralatan lain yang sejenis
fg.
fh.
fq. Penc
fr. a. Tidak terang (tidak dapat
ft.
ahaya
digunakan untuk membaca)
an
fs.
fu. b. Kurang terang, sehingga
fw.
kurang jelas untuk
dipergunakan membaca
dengan normal
fv.
fx. c. Terang dan tidak silau
sehingga dapat dipergunakan
untuk membaca dengan normal
fy.
fz.
gk. SARANA SANITASI

eq.
er.
es.
et.
eu.
ev.

ew.
1

fi.
fj.
fk.
fl.
fm.
fn.

fo.
1

ga.
gb.
gc.
gd.
ge.
gf.
gg.
gh.

gi.
2

gn. Saran
a air
bersi
h

he.
hf.
hg.
hh.

dg.

dh. Jende
la
kama
r
tidur
di.

dt.

du. Jende
la
ruang
kelua
rga
dv.
eh. Venti
lasi

eg.

ex.

fp.

gj.
gm.

gp. a. Tidak ada


gq.
gs. b. Ada, bukan milik sendiri dan
tidak memenuhi syarat kesehatan

gr.
gu.

gl.
2
hq.
3

(SGL
/
SPT/
PP/K
U/PA
H)
go.

hr.

ji.

kq.

hs. Jamb
an
(sara
na
pemb
uang
an
kotor
an)
ht.
hu.
hv.
hw.
hx.
hy.
hz.
ia.
ib.
ic.
id.
ie.
jj. Saran
a
pemb
uang
an air
limba
h
(SPA
L)
jk.

kr. Saran
a
pemb
uang
an
samp
ah
(temp
at
samp

gt.
gv. c. Ada, milik sendiri dan tidak
memenuhi syarat kesehatan
gw.
gy. d. Ada, bukan milik sendiri dan
memenuhi syarat kesehatan
gz.
hb. e. Ada, milik sendiri
hc.
hd.
if. a. Tidak ada
ig.
ii. b. Ada, bukan leher angsa, tidak
ada tutup, disalurkan ke
sungai/kolam
ij.
il. c. Ada, bukan leher angsa ada
ditutup (leher angsa), disalurkan
ke sungai/kolam
im.
io. d. Ada, bukan leher angsa ada
tutup, septic tank
ip.
ir. e. Ada, leher angsa, septic tank
is.
it.

hi.
hj.
hk.
hl.
hm.
hn.
ho.
hp.

gx.
ha.

ih.

iu.
iv.
iw.
ix.
iy.
iz.
ja.
jb.
jc.
jd.
je.
jf.
jg.

ik.

in.

iq.

jl. a. Tidak ada, sehingga tergenang


jn.
tidak teratur di halaman rumah
jm.
jo. b. Ada, diresapkan tetapi
jq.
mencemari sumber air (jarak
dengan sumber air < 10 m)
jp.
jr. c. Ada, dialirkan ke selokan
jt.
terbuka
js.
ju. d. Ada, diresapkan dan tidak
jw.
mencemari sumber air (jarak
dengan sumer air > 10 m)
jv.
jx. e. Ada, disalurkan ke selokan tertutup
(saluran kota) untuk diolah lebih
lanjut)
jy.
jz.
kt. a. Tidak ada
kv.
ku.
kw. b. Ada, tapi kedap air dan tidak
ky.
ada tutup
kx.
kz. c. Ada, kedap air dan tidak
lb.
bertutup
la.
lc. d. Ada, kedap air dan bertutup
ld.

jh.
4

kp.
1

2
3

lf.
lg.
lh.
li.
lj.
lk.
ll.
lm.
ln.

lo.
1

lp.

ah)
le.
ks.
lq. PERILAKU PENGHUNI

ls.

lt.

Mem
buka
jende
la
kama
r

lu.
ml. Mem
buka
jende
la
ruang
kelua
rga
mm.

mk.

nc.

nd. Mem
bersi
hkan
hala
man
ruma
h
ne.
nv. Mem
buan
g
tinja
bayi
dan
balita
ke
jamb
an
nw.

nu.

oj.

lv. a. Tidak pernah dibuka


lw.
ly. b. Kadang-kadang
lz.
mb. c. Setiap hari dibuka
mc.
md.
mn. a. Tidak pernah dibuka
mo.
mq. b. Kadang-kadang
mr.
mt. c. Setiap hari dibuka
mu.
mv.
nf. a. Tidak pernah
ng.
ni. b. Kadang-kadang
nj.
nl. c. Setiap hari

lx.
ma.

mp.
ms.

nh.
nk.

nm.
nx. a. Dibuang ke sungai/ kebun/
kolam/ sembarangan
nz. b. Kadang-kadang ke jamban
ob. c. Setiap hari ke jamban
oc.
od.

ok. Mem
om. a. Dibuang ke sungai/ kebun/
buan
kolam/ sembarangan
g
on.
samp
op. b. Kadang-kadang dibuang ke
ah ke
tempat sampah
temp
oq.
at
os. c. Setiap hari dibuang ke tempat
samp
sampah
ah
ot.
ol.
ou.
pd. TOTAL HASIL PENILAIAN

pg.
ph.
pi.

lr.
4

Keterangan :
Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut :
Cara menghitung hasil penilaian = nialix bobot
Rumah Sehat
= 1.068 1200
Rumah tidak sehat
= 1.068

ny.
oa.

oo.
or.

me.
mf.
mg.
mh.
mi.

mj.
1

mw.
mx.
my.
mz.
na.

nb.
2

nn.
no.
np.
nq.
nr.
ns.

nt.
2

oe.
of.
og.
oh.

oi.
0

ov.
ow.
ox.
oy.
oz.
pa.
pb.

pc.
1

pe.

pf.

pj.
pk.
-

Pada pasien termasuk ke dalam kategori Rumah tidak sehat


Identifikasi Fungsi keluarga
Fungsi Biologis
pl.
Pasien berada pada usia paruh baya.
Fungsi Afektif
pm.
Hubungan antara pasien dengan istri
: cukup baik
pn.
Hubungan antara pasien dengan anak
: baik
po.
Hubungan antara pasien dengan saudara
: cukup baik
pp.
Hubungan antar saudara
: cukup baik
Fungsi social dan budaya
pq.
Kedudukan pasien di lingkungan tempat tinggalnya biasa saja, pasien
hanya berkumpul dengan para tetangga jika ada acara saja.
Fungsi pendidikan
pr.
Pasien tamatan SMA.
Fungsi ekonomi
ps.
Kebutuhan sehari-hari bergantung pada pasien yang bekerja sebagai
PNS.
Fungsi Religius
pt.
Pasien jarang beribadah di gereja, anak dan istri pasien rajin beribadah
di gereja.
pu. Pedoman Umum Gizi Sehari-hari (PUGS)

pv. N

pw.

px.

O
pz. 1

PUGS

Jawaban
qb.

qd.2

qa. Keluarga makan beraneka


ragam makanan
qe. Keluarga makan makanan
untuk memenuhi kecukupan

qh.3

energi
qi. Keluarga makan makanan
karbohidrat setengah dari

ql. 4

Tidak
qf.
Ya
qj.
Tidak

kebutuhan energi sehari


qm.
Keluarga membatasi konsumsi
lemak

dam

minyak

qn.
Tidak

seperempat dari kebutuhan


qp.5

energi sehari
qq. Keluarga
menggunakan

qt. 6

garam beryodium
qu. Keluarga makan makanan

py.

qr.
Ya
qv.

Skor
qc.

qg.

qk.

qo.

qs.
qw.

qx. 7

sumber zat besi


qy. Ibu memberikan ASI sampai

rb. 8

bayi umur 6 bulan


rc. Keluarga
membiasakan

rf. 9

makan pagi
rg. Keluarga minum air bersih

rj. 1

dan aman yang cukup


rk. Keluarga
melakukan

aktivitas fisik dan olahraga

rn. 1

secara teratur
ro. Keluarga

1
rr. 1

minum minuman beralkohol


rs. Keluarga makan makanan

2
rv. 1

yang aman bagi kesehatan


rw. Keluarga terbiasa membaca

menghindari

label pada makanan yang

Tidak
qz.
Ya
rd.
Ya
rh.
Ya
rl.
Tidak
rp.
Ya
rt.
Ya
rx.

dikemas
rz.

Tidak

ra.
re.
ri.

rm.

rq.
ru.

ry.

sa.

Total
sb.
Interpretasi :
sc.

se.

Nilai PUGS Keluarga <60%


sd.
Keluarga tidak menerapkan pedoman umum gizi seimbang
sf.
sg.
Pelaksanaan Program
sh.

si.

sj. K

sk. Hasil

g
ia
ta
sl.

sm.
3

n
sn. A

sq. Pasien mengeluhkan masih batuk,

berkeringat di malam hari, berat

badan sudah bertambah sedikit.

Pasien tidak mengeluhkan gatal-

gatal pada badan, nyeri sendi tidak

dikeluhkan, serta tidak ada

si

gangguan penglihatan maupun

s
h
o
li
st
i
k
so. P

pendengaran.
sr. Pasien merupakan tamatan SMA
yang bekerja sebagai PNS di DPU
dengan jam kerja mulai jam 07.00
sampai 16.00, dengan penghasilan
kurang lebih 2 jutaan perbulan dan
dirasa cukup untuk kehidupan
sehari-hari keluarganya. Pasien

yang dahulu merokok, setelah

sakit berhenti merokok, beberapa

bulan mengganti konsumsi nasi

ri

dengan kentang dan ubi-ubian.

Sejak awal terdiagnosis TB pasien

selalu menggunakan masker baik

di dalam rumah ataupun di luar

rumah. Pasien merasa khawatir

dan takut mati karena penyakit

fi

yang dideritanya karena anak dan

si

istrinya masih sangat bergantung

k
sp. I

padanya. Pada awal terdiagnosis

d
e
n
ti
fi

pasien menganggap dirinya adalah


pembawa sial bagi keluarganya
akan tetapi anak perempuan pasien
selalu memberikan dukungan dan
motivasi bagi pasien.
ss. Pemeriksaan fisik : Keadaan

umum baik tekanan darah 110/70,

pemeriksaan organ dalam batas

si

normal. Pasien tinggal di

lingkungan yang cukup padat

dekat dengan sawah, dengan

pencahayaan dan sanitasi yang

al

cukup baik.

a
st.

su.
1

h
sv. F

sz. Pengetahuan pasien akan

penyakitnya menjadi lebih baik

ll

dan kekhawatiran pasien akan

penyakitnya menjadi berkurang

bahkan hilang sama sekali setelah

mendapat penjelasan secara lebih

luas tentang penyakitnya, dan

pasien menjadi lebih bersemangat

dalam menjalani pengobatan dan

si

keinginan untuk sembuh menjadi

l
a
n
a
m
n
e

lebih kuat.
ta. Pasien dan keluarga mengerti
tentang pentingnya nutrisi dalam
penyembuhan dan pengontrolan
penyakitnya, makan yang teratur
dan terprogram sesuai panduan
kesehatan bagi penderita Diabetes

si

mellitus.
tb. Pasien dan keluarga tahu tentang

s
sw. E

kriteria rumah sehat dan sanitasi,

d
u
k
a
si
p
a
si
e
n
te

ini menjadi acuan untuk


memperbaikinya.

n
ta
n
g
p
e
n
y
a
k
it
y
a
n
g
s
e
d
a
n
g
d
i
d
e
ri
ta
sx. M
e
n
je
la
s
k

a
n
k
ri
te
ri
a
r
u
m
a
h
y
a
n
g
s
e
h
at
d
a
n
s
a
n
it
a
si
y
a
n
g
b

ai
k
sy. E
d
u
k
a
si
te
n
ta
n
g
p
o
la
h
i
d
u
p
d
a
n
p
o
la
n
u
tr
is
i
y
a

n
g
b
ai
k.
tc.
td.
-

Diagnosis Kedokteran Keluarga


Bentuk keluarga
Diagnosis Holistik

: Nuclear Family
: TB Paru Baru Kategori I Fase Intensif dan Diabetes

Mellitus Tipe II pada Laki-Laki Usia 48 Tahun dengan Kekhawatiran Terhadap


Penyakitnya pada Keluarga yang tidak Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat.
te.

Prioritas Masalah dan Pelaksanaan Program

tf.

tg.

No

ah yang

tl.

dihadapi
tm.
TB

tn.

Masal

th.

Targe

ti.

Sasa tj.

ran
Semb

uh Total

to.

Pasi

en dan
keluarga

Rencana

tk.

Pembinaan

aborasi

tp.
tq.

tz.

Promotif
Melakukan

edukasi

mengenai

penyakit

TB

mengenai

Do

kter, sub
bagian
P2m,
psikolog,

penyebab,

factor

risiko, gejala, cara


penularan,

cara

membuang

dahak

secara benar,

dan

pengobatan kepada
pasien dan keluarga
sehingga
pemahaman pasien
dan

keluarga

terhadap

penyakit

yang diderita dapat


meningkat sehingga
meningkatkan
awareness

Kol

pasien

ahli gizi,
farmasi

dan

keluarga

terhadap

penyakit

tersebut

sehingga

manajemen
komprehensif dapat
berjalan
baik.
tr.

dengan

Preventif

Penggunaan masker
setiap hari terutama
bila

berinteraksi

dengan orang lain


untuk

mencegah

penularan lebih luas


ts.
Membuang
dahak secara benar
tt.
Kuratif
tu.
R/ OAT 4
FDC

Kategori

Fase Intensif No
XXV
tv.
S 1 dd tab 3
tw.
R/ Vit B6

ua.

ub.

Diabe

tes Mellitus

uc.

Gula

darah
terkontrol
dan preventif
tidak terkena

ud.

Pasi

en dan
keluarga

No X
tx.
S 1 dd tab 1
ty.
ue.
Promotif
uf.
Meningkatk
an

pengetahuan

pasien dan anggota


keluarga
DM

tentang
meliputi,

pengertian, gejala,
factor risiko, cara
deteksi

DM,

pengobatan,
perubahan

pola

up.

Do

kter, ahli
gizi

hidup untuk pasien


DM,

healty

life

style agar terhindar


dari DM.
ug.
Preventif
uh.
Menyaranka
n anggota keluarga
yang lain (terutama
saudara pasien yang
berusia >40 tahun,
dan

cenderung

overweight) untuk
melakukan deteksi
DM
ui.

Farmakote

rapi : Metformin
1x1
uj.

Non

farmakologi
uk.
Pengaturan
pola makan setiap
hari (3 J Jenisjam-jumlah
pembagian 3 kali
makan besar dan 23

kali

makan

selingan) konsumsi
makanan

rendah

garam dan rendah


lemak.
ul.
Aktivitas
fisik

3-4

kali/seminggu
minimal 30 menit,
senam kaki diabetes
um. Istirahat

yang cukup 6-8 jam


un.
Managemen

uq.

ur.

PHBS

tidak baik

us.

10

ut.

Pasi

stress
uo.
uu.
Edukasi

Ruma

h tidak sehat

Pus

poin PHBS

en dan

tentang pentingnya kesmas,

tercapai

Kleuarga

PHBS dan aplikasi Masyaraka


dalam

uw. ux.

uv.

uy.

Indik

uz.

Pasi

kehidupan t

sehari-hari
va.
Edukasi dan vb.

ator Rumah

en dan

saran

Sehat

keluarga

menjadikan rumah

Pus

untuk kesmas

sehat,
membersihkan
rumah,

mengatur

pencahayaan
ventilasi, membuka
Kekh

ve.

Acce

vd.

awatiran

pting and

en dan

dan edukasi pada kter,

terhadap

Letting Go

keluargany

pasien

keluarganya tentang

vl.

penyakitnya.
vm. Edukasi dan vn.

penyakitnya
Penge

vk.

Peng

vf.

Pasi

jendela
vg.
Konseling

vc.

Pasi

vh.

Do

dan Psikolog

vi.

vj.

tahuan pasien

etahuan

en dan

konseling

dan keluarga

bertambah

keluarga

pasien

Do

dengan kter
dan

tentang

keluarganya tentang

penyakit

TB dan DM

yang diderita
vo.

pasien
vp.
Kelua

vq.

rga tidak

tercukupi

menerapkan

Gizi

vr.

Pasi

vs.

Edukasi

Do

en dan

pentingnya masalah kter, ahli

keluarga

gizi

dalam gizi

pedoman

penyembuhan

umum gizi

penyakitnya
vt.
Edukasi

sehari-hari

vv.

tentang

gizi

seimbang
vu.
Edukasi
tentang pengaturan
pola makan bagi
vw. vx.
8

Kebia

saan

Tidak vz.

menularkan

membuang
dahak

vy.

Pasi

pasien DM
wa.
Edukasi

wb.

en dan

pasien

untuk kter

keluarga

membuang

dahak

Do

di larutan detergen

wc.
wd.

Penerapan Prinsip Kedokteran Keluarga

1. Holistic care
we.Dalam menghadapi pasien ini, tidak hanya digali tentng keluhan klinis, tetapi
psikolgis dan sosialnya.
2. Comprehensive care
wf. Penanganan pada pasien ini secara menyeluruh dari promotif, preventif dan
kuratif
3. Personal care
wg.Pelayanan yang memberikan kenyamanan dan kesempatan bagi pasien untuk
mengetahui penyakit yang sedang dialaminya.
4. Continuing care
wh.Sejak ditetapkan diagnosis, selama pengobatan sampai dilakukan home visite
untuk memantau perkembangan pengobatan pasien.
5. Patient centered, family focused and community oriented
wi. Dalam memanajemen pasien ini, melibatkan keluarga dan masyarakat
sehingga tidak timbul dampak negatif dari penyakit ini di masyarakat luas.
6. Emphasive preventive medicine
wj. Pencegahan supaya tidak terjadi komplikasi dengan terapi obat dan asupan
nutrisi yang baik sesuai panduan dan mencegah penularam dari pernyakit ini
baik dikeluarga maupun di masyarakat sekitar.
7. Collaborative dan coordinate care
wk.Kolaborasi multidisplin dalam mengangani pasien ini, diantaranya dokter,
perawat, petugas lab pemegang program pemberantasan TB, ahli gisi, dan
DOTS.
8. Patient advocacy
wl. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada pasien dan
menjelakan tentang penyakitny secara rinci sesuai dengan kebutuhan pasien.
wm.

wn.BAB V
wo.KESIMPULAN DAN SARAN
wp.
A. Kesimpulan
wq. Dari hasil kunjungan rumah pasien penderita TB dan DM tipe II yang
berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dokter keluarga melalui institusi Puskesmas dapat menjadi salah satu sektor yang
berperan dalam menangani kasus TB paru dan DM tipe 2 yang mencakup promotif,
preventif, kuratif sampai rehabilitative dan merujuk ke pusat pelayanan kesehatan
yang berkompeten dalam menangani kasus.
2. Kerjasama antara petugas kesehatan, pasien dan keluarga menentukan keberhasilan
terapi.
B. Saran
wr.
1. Bagi mahasiswa
Berusaha lebih mendalami, aktif, kreatif, dan variatif dalam menganalisa
permasalahan kesehatan, baik pada keluarga maupun lingkungannya
Meningkatkan profesionalisme sebelum terjun ke masyarakat
ws.
2. Bagi Puskesmas
Hendaknya terus melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan usaha promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
wt.

wu.DAFTAR PUSTAKA
wv.
ww.
1. Anthony Fauci, e. b. Harrison's Principles of Internal Medicine 17th edition .
McGraw Hill Medical.
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis
bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
wx.
3. Sylvia Price. 2005. Edisi 6 Vol 1 Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
wy.
4. LM, Wilson, Dkk.1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses proses Penyakit. Jakarta
: EGC
5. Setiadi. 2007. Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu
wz.
6. Price, and Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
xa.
7. Hirlan. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
xb.

xc. Lampiran
xd.

xe.
xf. Teras Depan
xg.

xh.
xi.
xj.

xk.
xl.

xm.
xn.

xo.
xp.

xq.
xr.

xs.

Anda mungkin juga menyukai