Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

DAN KASUS ETIK LEGAL PADA SISTEM ENDOKRIN DIABETES TIPE II

Disusun oleh kelompok 1 :

1. Monique Indah Tri Ana Santi (201811001)


2. Adrianus Janson (201811002)
3. Agata Cynthia (201811003)
4. Aisyia Muktisari (201811004)
5. Anastasia Noverina Suryoputri (201811006)
6. Angelina Ajeng Lestari Kunu (201811007)

S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES ST. ELISABETH SEMARANG

TAHUN AJAR 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas


tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau
glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang
menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan
(1)
prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir.
DMT2 menjadi masalah kesehatan dunia karena prevalensi dan insiden
penyakit ini terus meningkat, baik di negara industri maupun negara
berkembang, termasuk juga Indonesia. DMT2 merupakan suatu epidemi yang
berkembang, mengakibatkan penderitaan individu dan kerugian ekonomi yang
luar biasa. Meningkatnya prevalensi DMT2 di beberapa negara berkembang
harus diantisipasi oleh pembuat kebijaksanaan dalam upaya menentukan
rencana jangka panjang kebijakan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini sangat
diperlukan tindakan preventif dan promotif yang dapat membantu masyarakat
dalam memahami dan menjalankan perilaku hidup sehat. (2)
Diabetes melitus tipe 2 meliputi lebih 90% dari semua populasi
diabetes. Prevalensi DMT2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3-6% pada
populasi dewasa.International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2011
mengumumkan 336 juta orang di seluruh dunia mengidap DMT2 dan
penyakit ini terkait dengan 4,6 juta kematian tiap tahunnya, atau satu kematian
setiap tujuh detik. Penyakit ini mengenai 12% populasi dewasa di Amerika
Serikat dan lebih dari 25% pada penduduk usia lebih dari 65 tahun. World
Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM
di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada
tahun 2030. International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya
kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014
menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. Berdasarkan data dari IDF 2014,
Indonesia menempati peringkat ke-5 di dunia, atau naik dua peringkat
dibandingkan dengan tahun 2013 dengan 7,6 juta orang penyandang DM.
Penelitian epidemiologi yang dilakukan hingga tahun 2005 menyatakan
bahwa prevalensi diabetes melitus di Jakarta pada tahun 1982 sebesar 1,6%,
tahun 1992 sebesar 5,7%, dan tahun 2005 sebesar 12,8%. (2)
Penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari 5 pilar yaitu edukasi,
diet, latihan fisik, kepatuhan obat, selain itu juga termasuk pencegahan
diabetes mellitus dengan pemantauan kadar gula darah. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi kenaikan kasus diabetes mellitus. Salah satunya adalah
pengetahuan. Pengetahuan penderita tentang diabetes mellitus sangat
membantu pasien dalam menjalankan penanganan diabetes mellitus selama
hidupnya sehingga semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya
semakin mengerti bagaimana harus berperilaku dalam penanganan
penyakitnnya. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan pasien diabetes mellitus pada rumah sakit sanglah terhadap
penatalaksanaan daripada diabetes mellitus. (3)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang sistem endokrin berhubungan
dengan diabetes mellitus
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang salah satu patofisiologi di
sistem endokrin yaitu diabetes mellitus II
b. Mahasiswa mampu mengerti etiologi dari diabetes tipe II
c. Mahasiswa mampu menjelaskan pathway diabetes tipe II secara umum
d. Mahasiswa mampu menjelaskan pathway diabetes tipe II sesuai
khasus
e. Mahasiswa mampu membuat Asuhan Keperawatan diabetes tipe II
f. Mahasiswa mampu Menentukan etik legal sesuai khasus
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa

Makalah ini bisa sebagai tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa


dalam mengatasi khasus diabetes tipe II dalam sistem endokrin

2. Bagi IPTEK

Makalah ini bisa digunakan banyak orang untuk mengembangkan dan


meningkatkan manajemen khasus diabetes tipe II dalam sistem endokrin
BAB II

KONSEP TEORI
BAB 3
PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Tn Norman Usia 45 tahun dirawat diruang Vincentius karena Diabetes Melitus
tipe II. Saat ini tampak dikaki sebelah kanan terdapat luka yang sangat
dalam,bernanah dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Luka sudah lama kurang
lebih 1 bulan. Klien mengatakan merasa lemah dan sering sekali minum dan inginnya
makan terus menerus. Dari hasil pengujian sementara didapatkan data : Kondisi
umum klien lemah, TTV : TD 100/90 mmhg, HR : 92x/mnt, Suhu : 36,5ºC, RR : 18
x/menit, sudah terjadi neuropati ekstremitas kanan bawah, GDS : 350 mg/dl, mukosa
bibir kering, nafas bau aseton, pruritus, Pada hasil lab urine glukosa positif, urine
protein 35, keton 7. Keluarga pasien dan pasien menyampaikan bahwa mereka tidak
tahu cara pencegahan luka pada pasien DM dan perawatan pasien DM sehari-hari
A. PENGKAJIAN OREM SESUAI KASUS PEMICU
Nama perawat yang mengkaji : Aisyia
Unit : Rawat Inap
Kamar/ruang : 005/Vincentius
Tanggal/waktu masuk RS : 26 Maret 2020/ 10.00 WIB
Tanggal/waktu pengkajian : 30 Maret 2020/ 10.30 WIB

1. Identitas klien
Nama : Tn.N
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 45 tahun
Tempat/tgl lahir : Semarang, 7 Agustus 1974
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Status perkawinan : Kawin
Agama : Hindu
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Kemerdekaan 05 Semarang
Dx Medis : Diabetes Mellitus tipe II
Cara Pengkajian : a. Autoanamnesa
b. Alloanamnesa
c. Observasi
2. Identitas penanggungjawab
Nama : Ny.Y
Alamat : Jl. Kemerdekaan 05 Semarang
Hubungan dengan klien : Istri

3. Riwayat keperawatan masa lalu


Penyakit yang pernah di derita : Pasien mengatakan ada penyakit Diabetes
Melitus tipe II sejak usia 43 tahun.
Penyakit keturunan yang pernah diderita : Tidak terkaji.
Operasi yang pernah dilakukan : Pasien mengatakan belum pernah
melakukan operasi apapun.
Alergi : Pasien mengatakan tidak memiliki alergi.
Imunisasi : Pasien mengatakan menerima imunisasi
lengkap.
Kebiasaan buruk : Pasien jarang berolahraga, suka minum
soda, dan sering stres karena tidak
masalah ekonomi(tidak punya uang).
Obat- obatan : Pasien mengatakan jika sakit
mengkonsumsi obat yang
direkomendasikan oleh petugas di
apotek.
4. Riwayat Keperawatan Saat Ini
Alasan masuk rumah sakit : Pasien mengatakan merasa lemah dan
sering sekali minum dan inginnya makan
terus menerus.
Tindakan/terapi yang sudah diterima : Tidak ada.
Keluhan utama : a. Pasien mengatakan di kaki kanan nya
terdapat luka yang sangat dalam,
bernanah dan sudah bau sudah kurang
lebih 1 bulan.
b. Pengkajian nyeri dengan menggunakan
PORST :
P : Pasien mengeluh merasa nyeri pada
luka di kaki kanannya
Provocative : pasien mengatakan nyeri
tambah ketika tidak sengaja tersentuh.
Palliative : pasien mengatakan nyeri
dapat berkurang saat minum obat yang
direkomendasikan oleh petugas di
apotek.
Q : nyeri seperti tertusuk tusuk
R : nyeri terasa di area luka pada kaki
kanan bagian betis samping.
S : skala nyeri 7 (nyeri sedang)
T : nyeri dirasakan sewaktu-waktu.
Keluhan penyerta : Pasien mengatakan mati rasa pada
kakinya yang terdapat luka.
5. Kebutuhan
a. Oksigenasi
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan tidak ada masalah saluran
pernafasannya.
Saat di RS : Pasien tidak terpasang alat bantu pernafasan.
b. Cairan
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan dalam sehari biasa minum air
putih kurang lebih 7 gelas dan minum soda sehari
3x390ml(1 botol ukuran sedang).
Saat di RS : Pasien mengatakan sehari minum air putih
hampir 12 gelas air putih karena disarankan
perawat untuk mengganti soda dengan air putih.

c. Nutrisi (Pengkajian A,B,C,D)


Sebelum masuk RS :
Antropometri :
BB : 70 kg
TB : 160 cm
BBI = (TB-100)-10%(TB-100)
=(160-100)-10%(160-100)
= 60-6=54 kg
BBN = BBI + (10% x BBI)
= 54kg + (10% x54)
= 59,4 + 48,6 kg
IMT : = 27,34 Kelebihan berat badan tingkat berat. (Kemenkes

RI. 2019)
Biochemical : Tidak terkaji
Clinical Sign : Tidak terkaji
Diet : Pasien mengatakan biasa makan 4x sehari porsi
banyak dengan komposisi nasi lebih
banyak,dibandingkan lauk dan sayur. Kebiasaan
minum air putih kurang lebih 7 gelas dan minum
soda sehari 3x390ml(1 botol ukuran sedang).

Saat di RS : Pasien mengatakan sehari minum air putih hampir


12 gelas air putih karena disarankan perawat untuk
mengganti soda dengan air putih.
Antropometri :
BB : 50 kg
TB : 160 cm
BBI = (TB-100)-10%(TB-100)
=(160-100)-10%(160-100)
= 60-6=54 kg
BBN = BBI + (10% x BBI)
= 54kg + (10% x 54)
= 54kg + 5,4
= 59,4 + 48,6 kg
IMT : = 19,53 Normal. (Kemenkes RI, 2019)

Perbedaan berat badan


Biochemical :
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Waktu Pemeriksaan
GDS 400mg/dl <200 mg/dl 29 Maret 2020 pukul
09.00

Clinical Sign : Pasien tampak mukosa bibir kering, nafas bau aseton.
Diet : Kuantitas : makan 3 x sehari (3x makan utama
untuk pagi, siang, malam)
Kualitas : makan utama (nasi, sayur, lauk)
d. Eliminasi Fekal
Frekuensi Konsistensi Warna Bau Keluhan
Sebelum 2 kali dalam Lembek Coklat Bau Tidak ada
masuk RS sehari khas lendir atau
darah
Saat di RS 3 kali Padat Coklat Bau Tidak ada
dalam sehari khas lendir atau
darah

e. Eliminasi Urin
Frekuensi Warna Bau Keluhan
Sebelum 5x/hari Kuning Bau khas Tidak ada
masuk RS pekat darah.
Saat di RS 10x/hari Kuning Bau khas Tidak ada
muda darah.
f. Aktivitas
Keterangan Sebelum Saat di
masuk RS
RS
Mandi Dapat mengerjakan sendiri √
Pada bagian tertentu dibantu √
Memerlukan bantuan
Berpakaian Seluruhnya tanpa dibantu √
Pada kondisi tertentu dibantu √
Seluruhnya memerlukan bantuan
Pergi ke toilet Dapat mengerjakan sendiri √
Memerlukan bantuan √
Tidak dapat pergi ketoilet
Berpindah atau Tanpa bantuan √
berjalan
Dengan bantuan √
Tidak dapat melakukan
BAB dan BAK Dapat mengontrol √ √
Kadang⁻kadang ngompol
Dibantu seluruhnya
Makan Tanpa bantuan √ √
Dapat makan sendiri kecuali
hal⁻hal tertentu
Seluruhnya dibantu
SKOR A E

Keterangan :
A : Mandiri untuk 6 fungsi
B : Mandiri untuk 5 fungsi
C : Mandiri, kecuali mandi dan fungsi lain
D : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan fungsi lain
E : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet dan fungsi
lainnya
F : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah
dan fungsi lainnya
G : Tergantung untuk 6 fungsi.
Dari data tersebut untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sebelum sakit
klien mandiri untuk 6 fungsi, dan saat sakit klien dibantu untuk 4 fungsi.

g. Tidur
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan selalu tidur nyenyak dengan
kurun waktu 7 jam.
Saat di RS : Pasien mengatakan kurang nyenyak karena harus
ke kamar mandi untuk BAK.
h. Seksualitas
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan tidak ada gangguan reproduksi
pasien.
Saat di RS : tidak terkaji.
i. Interaksi sosial
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan merasa malu jika tetangga
menengok, karena lukanya memunculkan bau
tidak sedap.
Saat di RS : Pasien mengatakan merasa malu dengan perawat
saat melakukan pembersihan luka.
j. Pencegahan masalah kesehatan
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan mengkonsumsi obat yang
direkomendasikan oleh ptugas apotek untuk
menghilangkan nyerinya.
Saat di RS : Pasien mengatakan akhirnya mengetahui
penyebab luka pada kakinya dan ingin menjaga
pola hidupnya.
k. Promosi kesehatan
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan belum pernah mendapat
pendidikan kesehatan tentang DM tipe II.
Saat di RS : Pasien mengatakan diberikan pendidikan
kesehatan tentang pencegahan DM tipe II dan
keluarga diajarkan tentang pencegahan DM tipe II
dan cara merawat lukanya.
l. Konsep diri /psikososial
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan dirinya sudah bertanggung
jawab terhadap keluarganya.
Saat di RS : Pasien mengatakan tanggung jawab dialihkan
kepada istrinya.
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Pasien tampak lemas.
Kesadaran : Kualitatif : Composmentis
Kuantitatif : E4 V5 M6 GCS 15
TTV : Tekanan Darah : 100/90 mmHg
Nadi : 92x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu : 36,5 ͦ C
Head to Toe
a. Kepala
Inspeksi : Rambut tipis, lurus, muka simetris, rambut warna putih,
kulit kepala kotor, tak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan/benjolan
b. Wajah
Inspeksi : Wajah pasien tampak pucat
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka, Finger print (-
)
c. Mata
Inspeksi : Mata simetris, menggunakan kaca mata, konjungtiva
mata ananemis, pupil isokor
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
d. Hidung
Inspeksi : Tidak terdapat bekas luka, hidung simetris, tidak ada
polip
e. Telinga
Inspeksi : Tidak terdapat lesi, bentuk telinga simetris
f. Mulut
Inspeksi : Bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering, mulut
dan gigi bersih, bau nafas aseton.
g. Leher
Inspeksi : Leher tampak simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak terdapat pembesaran vena jugularis
Palpasi : Tidak ada pembesaran vena, teraba hangat.
h. Dada
Inspeksi : Tidak menggunakan otot bantu pernafasan ,bentuk dada
simetris kiri dan kanan, ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Vocal fremitus teraba seimbang kanan dan kiri.
Perkusi : Bunyi sonor sisi disemua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas bersih, vesicular.
i. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis kuat angkat
Perkusi :
1) Batas kanan atas : ICS II linea para sternalis dextra
2) Batas kanan bawah : ICS IV linea para sternalis dextra
3) Batas kiri atas : ICS II linea para sternalis sinistra
4) Batas kiri bawah : ICS IV linea mid clavikula sinistra
Auskultasi : S1 : terdengar bunyi lup diruang ICS 5 sebelah kiri
sternum
S2 : terdengar bunyi dup di ICS 2 sebelah kanan
sternum
j. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris ,tidak ada edema ,tidak ada lesi ,terlihat
datar.
Auskultasi : Bising usus 35 x/menit
Perkusi : Bunyi tympani
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan lepas pada perut, tidak
terdapat hepatomegali dan splenomegali.
k. Ekstremitas atas
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tampak pasien pruritus.
Palpasi : Turgor kulit tidak elastis, capillary refill 5 detik, telapak
tangan basah.
l. Ekstremitas bawah
Inspeksi : Tampak luka pada kaki sebelah kanan, luka tampak
bernanah, dan menimbulkan bau yang tidak sedap,
warna kulit disekitar luka tampak menghitam dan
terdapat eritema disekitar kulit yang menghitam.
Palpasi : Turgor kulit tidak elastis, capillary refill 2 detik
m. Kekuatan otot
5 5
5 5

2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Darah (27 Maret 2020 08.00 WIB)
Pemeriksaan Klinik Hasil Nilai Satuan
Rujukan
Gula Darah Sewaktu 350 mg/dl <200 mg/dl
Kolesterol 210 <100 mg/dl-
Trigliserida 200 mg/dl <150 mg/dl

b. Pemeriksaan Urin Rutin (28 Maret 2020 09.30 WIB)


Urine Rutin Hasil Nilai Normal
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Ph 6,0 5,0-80
Nitrit Negative Negative
Protein 35 < 10mg/dl
Glukosa Positive Negative
Keton 7 <15mg/dl
Bilirubin Negative Negative
3. Terapi
Nama Rute Dosis Indikasi Mekanisme Kerja Jam
Obat Obat
Metformin Oral Dewasa Untuk Bekerja sebagai anti Jam
diatas 18 mengobati hiperglikemia, 12.00
tahun, Diabetes mekanisme kerja WIB
500mg, Melitus tipe metformin
2-3 kali II (non meningkatkan up-take
sehari insulin diperifer dengan
dependent) meningkatkan
sensitifitas jaringan
terhadap insulin,
menekan produksi
glukosa oleh hati dan
meningkatkan
pemakaian glukosa
dalam usus melalui
proses non oksidatif
A. Analisa Data

Analisa Data Masalah Etiologi


DS: Risiko Kurang pengetahuan
1. Pasien mengatakan ada Ketidakstabilan tentang manajemen
penyakit Diabetes Melitus Kadar Glukosa penyakit.
tipe II Darah
2. Pasien merasa lemah
3. Pasien mengatakan sering
sekali minum
4. Pasien mengatakan ingin
makan terus menerus
DO
1. GDS : 350 mg/dL

2. IMT : 27,34 (Kelebihan berat


badan tingkat berat)
3. Hasil pemeriksaan urine rutin
a. Glukosa positif (+)
b. Urine protein 35
c. Keton 7
DS : Kerusakan Gangguan Sirkulasi
1. Pasien mengatakan kaki Integritas Jaringan
sebelah kanan terdapat luka
yang sangat dalam
2. Pasien mengatakan sudah
hampir 1 bulan kaki sebelah
kanannya luka
3. Pasien mengatakan kebas,
kesemutan dan mati rasa pada
kaki kanannya yang luka.
DO:
1. Tampak luka pada kaki
sebelah kanan.
2. Luka tampak bernanah dan
menimbulkan bau yang tidak
sedap.
3. Warna kulit disekitar luka
tampak menghitam.
4. Sudah terjadi neuropati
ekstremitas kanan bawah
5. Pasien tampak pucat

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan
integritas jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi ditandai dengan pasien
mengatakan kaki sebelah kanan terdapat luka yang sangat dalam, pasien mengatakan
sudah hampir 1 bulan kaki sebelah kanannya luka, pasien mengatakan kebas,
kesemutan dan mati rasa pada kaki kanannya yang luka, tampak luka pada kaki
sebelah kanan, luka tampak bernanah dan menimbulkan bau yang tidak sedap, warna
kulit disekitar luka tampak menghitam, sudah terjadi neuropati ekstremitas kanan
bawah.
2. Risiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
manajemen penyakit, ditandai dengan pasien mengatakan ada penyakit diabetes
melitus tipe II, hasil GDS : 350 mg/dl, IMT : 27,34 (Kelebihan berat badan tingkat
berat), hasil pemeriksaan urine rutin dengan glukosa positif (+), urine protein 35,
keton 7.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

TANGGAL/ NO NOC NIC RASIONAL


WAKTU DP
28 Maret 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Perawatan Luka (3660) 1. Perawatan Luka (3660)
2020 Jam 7x24 jam, masalah Kerusakan integritas Monitor: Monitor:
09.30 WIB jaringan dapat diminimalkan dengan kriteria a. Monitor karakteristik luka, termasuk a. Karena pasien terdapat luka pada kaki
hasil : drainase, warna, ukuran, dan bau sebelah kanan maka harus dimonitor
Domain : Kemanan/perlindungan (11) b. Bandingkan dan catat setiap perubahan karakteristik dari luka untuk
Kelas : Cedera fisik (2) luka mengetahui keadaan luka yang
Outcome : Perfusi Jaringan : Perifer (0407) dialami pasien
Indikator A T Keterangan b. Karena pasien terdapat luka maka
Pengisian 3 5 1. 9-10 detik perlu dicatat jika ada perubahan pada
kapiler jari 2. 7-8 detik luka pasien
3. 5-6 detik Mandiri:
4. 3-4 detik a. Bersihkan dengan normal saline atau Mandiri:
5.≤2 detik pembersih yang tidak beracun a. Karena pasien terdapat luka maka
Mati rasa 1 4 1.sangat berat b. Ganti balutan sesuai dengan jumlah perlu dibersihkan agar menghindari
2.berat eksudat mikroorganisme yang dapat masuk ke
3.sedang c. Berikan perawatan ulkus pada kulit, yang dalam luka
4.ringan diperlukan b. Karena pasien mengatakan terdapat
5.tidak ada luka pada kakinya maka perlu
Parestesia 2 4 1.sangat sering dilakukan perawatan luka dengan cara
2.sering mengganti balutan
3.kadang c. Agar luka pasien dapat teratasi
4.jarang Edukasi:
5.tidak ada a. Anjurkan pasien dan keluarga untuk Edukasi:
mengenal tanda dan gejala infeksi a. Agar pasien dan keluarga dapat
Outcome : Status Sirkulasi (0401) b. Anjurkan pasien dan keluarga pada mengetahui tanda dan gejala adanya
Indikator A T Keterangan prosedur perawatan luka luka DM
Luka 2 4 1. Berat b. Karena pasien dan keluarga belum
ekstremitas 2. Cukup berat mengetahui cara merawat luka DM
bawah 3. Sedang maka perlu diberi arahan bagaimana
4. Ringan Kolaborasi: cara merawat luka yang tepat
5. Tidak ada a. Kontak petugas kesehatan atau institusi
Wajah pucat 3 5 1. Berat sesuai kebutuhan dalam rangka Kolaborasi :
2. Cukup berat menyusun perawatan kaki khusus a. Agar perawatan kaki pasien dapat
3. Sedang terjadwal dan dapat dilakukan
4. Ringan dengan rutin
5. Tidak ada

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


2 2. Pengajaran : Proses Penyakit (5602)
7x24 jam, masalah Risiko ketidakstabilan kadar
28 Maret Monitor :
glukosa darah dapat diminimalkan dengan
2020 Jam 2. Pengajaran: Proses Penyakit (5602) a. Agar kita mengetahui seberapa tinggi
kriteria hasil :
10.00 WIB Monitor: tingkat pengetahuan mengenai proses
Domain : Nutrisi (2)
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait penyakitnya
Kelas : Metabolisme (4)
dengan proses penyakit yang spesifik b. Agar mengetahui perubahan pada fisik
Outcome : Keparahan Hiperglikemia (2111)
b. Identifikasi perubahan kondisi fisik pasien yang berkaitan dengan
Indikator A T Keterangan pasien penyakit diabetes mellitus
Peningkatan 2 4 1.sangat sering
haus 2.sering Mandiri :
3.kadang c. Agar pasien dapat mengetahui tanda
4.jarang Mandiri: dan gejala tentang penyakit yang
5.tidak ada c. Jelaskan tanda dan gejala yang umum berkaitan.
Lapar 2 4 1.sangat sering dari penyakit, sesuai kebutuhan. d. Agar penyebab terjadinya penyakit
berlebihan 2.sering d. Identifikasi kemungkinan penyebab, dapat diketahui.
3.kadang sesuia kebutuhan. e. Agar pasien dapat mengetahui
4.jarang e. Jelaskan komplikasi kronik yang kemungkinan adanya komplikasi.
5.tidak ada mungkin ada sesuai kebutuhan.
Outcome : Kadar glukosa darah (2300)
Indikator A T Keterangan Edukasi :
Glukosa 3 5 1. <400 mg/dl Edukasi : a. Agar pasien dapat mengetahui tentang
darah 2. 351-400 mg/dl a. Edukasi pasien mnegenai tindakan untuk tindakan penanganan untuk mengontrol
3. 301-350 mg/dl mengontrol atau meminimalkan gejala atau meminimalkan gejala.
4. 200-300 mg/dl b. Jelaskan kepada pasien dan keluarga b. Agar pasien dan keluarga mengetahui
5. <200 mg/dl mengenai alasan dari tujuan tindakan keperawatan
penanganan/tindakan yang dilakukan c. Karena pasien mengalami perubahan
c. Diskusikan dengan pasien dan keluarga berat badan maka perlu mendiskusikan
perubahan gaya hidup terutama tentang dengan pasien mengenai adanya
nutrisi yang mungkin diperlukan untuk perubahan gaya hdup terkait nutrisi
mencegah komplikasi
Kolaborasi :
Kolaborasi: a. Agar data mengenai status kesehatan
a. Perkuat informasi yang diberikan dengan pasien akurat dan dapat masalah pasien
anggota kesehatan lain sesuai kebutuhan. dapat diatasi dengan kolaborasi tim
b. Diskusikan dengan pasien dan keluarga kesehatan lain.
perubahan gaya hidup yang mungkin b. Agar pasien dapat mengetahui tindakan
diperlukan untuk mencegah komplikasi mencegah atau meminimalkan efek
dan atau mengontrol proses penyakit. samping dari penanganan penyakit
C. Analisa Kasus Etik Legal

1. Otonomi (Kebebasan)
Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri. Menghargai otonomi berarti memberikan kesempatan seseorang untuk
memutuskan tindakannya sendiri. Perawat yang menghargai otonomi pasien secara tidak langsung menghargai pasien yang memiliki
harga diri dan martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Oleh karena itu perawat harus selalu melibatkan pasien dalam
mengambil segala keputusan tentang perawatan diri pasien itu sendiri.Undang - undang untuk otonomi tercantum dalam :
a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 4 : “Setiap orang berhak atas kesehatan.”
b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 5 :
1) “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi
dirinya.”
c. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 7 : “Setiap orang berhak untuk mendapatkan
informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.”
d. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 8 : “Setiap orang berhak memperoleh informasi
tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga
kesehatan.”
e. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 56 :
1) “Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya
setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.
2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku pada:
a. Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke dalam masyarakat yang lebih luas;
b. Keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau
c. Gangguan mental berat.
3) Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.”
2. Beneficience (Berbuat Baik)
Beneficience adalah melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain. Beneficience juga merupakan kewajiban untuk
melakukan hal tidak membahayakan pasien/ orang lain dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasiennya.
Undang - undang untuk beneficience tercantum dalam :
a. Undang - Undang Republik Indonesia no.36 tahun 2014 tentang Kesehatan Pasal 60 ayat c : “bersikap dan berperilaku sesuai
dengan etika profesi”
b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 35 :
1. “Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian
obat sesuai dengan kompetensinya.
2. Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.
3. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
4. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan
keilmuannya.
5. Ketentuan lebih lanjut”
3. Justice (keadilan)
Keadilan adalah memperlakukan sama pada seluruh pasien tanpa memandang suku, agama, ras, dan ekonomi. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan
yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Keadilan terdapat pada pasal:
a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 16 : “Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.”
b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 170 :
a. “Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
b. Unsur-unsur pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas sumber pembiayaan, alokasi, dan
pemanfaatan.
c. Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain.”
4. Tidak Merugikan (Non - Maleficient)
Tidak merugikan adalah tidak melukai, tidak membahayakan, dan tidak mencederai orang lain. Prinsip ini berarti tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Undang - undang untuk non - maleficient tercantum dalam :
a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 35 :
1) “Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian
obat sesuai dengan kompetensinya.
2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.
3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan
keilmuannya.
5) Ketentuan lebih lanjut”
b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 53 :
1) Pelayanan kesehatan perseorang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan
keluarga.
2) Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu
kelompok dan masyarakat.
3) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa
pasien dibanding kepentingan lainnya.
5. Veracity (Kejujuran)
Kejujuran adalah menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak berbohong. Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun
harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien
mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
Undang - undang untuk non - maleficient tercantum dalam : UU Keperawatan no. 38 tahun 2014 tentang Kesehatan Pasal 37e “
Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar,jelas, dan mudah dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganyasesuai dengan batas kewenangannya.”
6. Fidelity (Menepati Janji)
Menepati janji adalah tanggung jawab untuk setia terhadap segala sesuatu yang telah disepakati bersama. Menepati janji
merupakan tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya
kepada orang lain.
Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang Kesehatan Pasal 61 : “Dalam menjalankan praktik, Tenaga
Kesehatan yang memberikan pelayanan langsung kepada Penerima Pelayanan Kesehatan harus melaksanakan upaya terbaik untuk
kepentingan Penerima Pelayanan Kesehatan dengan tidak menjanjikan hasil.”
7. Confidentiality (Rahasia)
Rahasia adalah informasi tentang klien harus dijaga privacy klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Namun, diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari. Rahasia
terdapat pada pasal :
a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang Kesehatan Pasal 37 ayat 3 : “Tenaga Kesehatan dalam
menjalankan praktik wajib: Menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan”
b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 57 :
1) “Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan.
2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal:
a) Perintah undang-undang;
b) Perintah pengadilan;
c) Izin yang bersangkutan;
d) Kepentingan masyarakat; atau
e) Kepentingan orang tersebut.”
8. Tanggungjawab
Tanggung jawab adalah Eksekusi terhadap tugas-tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat. Tanggung jawab
berarti perawat bersedia menyelesaikan tugas sesuai dengan kewajiban dan bergerak dibawah hukum.
Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang Kesehatan Pasal 37 ayat 1: “Tenaga Kesehatan dalam
menjalankan praktik wajib: Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, Standar
Prosedur Operasional, dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan”

Kasus etik legal


Saat ini pasien marah- marah karena perawat dan keluarga menolak keinginan pasien untuk membelikan minuman soda kesukaannya.
Dari hasil diskusi kelompok kami berdasarkan kasus diatas, bahwa etik legal yang dilakukan perawat tersebut adalah benefience. Yang
dilakukan perawat tersebut yaitu menolak keinginan pasien untuk dibelikan minuman soda, hal ini dilakukan perawat karena demi kesehatan
dan keelamatan pasien sendiri. Seharusnya perawat memberikan pendidikan keksehatan kepada pasien maupun keluarga tentang penyakit
dan pembatasan makanan atau minuman yang mengandung kalori atau lemak, sehingga pasien paham dan tidak marah marah. Hal ini sesuai
dengan Undang Undang No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
1. Pasal 37 e perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban: memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas,
dan mudah dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada klien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.
2. Pasal 38 a dalam praktik keperawatan, klien berhak: mendapatkan informasi secara benar, jelas, dan jujur tentang tindakan
keperawatan yang akan dilakukan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur
gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah
kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh
para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kenaikan kasus diabetes mellitus. Salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan penderita tentang diabetes mellitus
sangat membantu pasien dalam menjalankan penanganan diabetes mellitus selama hidupnya sehingga semakin baik penderita mengerti
tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus berperilaku dalam penanganan penyakitnnya.

B. Saran

Sebagai tim kesehatan terutama sebagai perawat, sebaiknya perawat perlu lebih caring dan memberikan pengetahuan dan pendidikan
kesehatan terhadap pasien dan keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Khairani. 2018. Hari diabetes sedunia cegah, cegah, dan cegah. Infodatin pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI.
2. Decroli Eva. 2019. Diabetes Melitus tipe 2. Padang. Pusat penerbitan bagian ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran universitas
andalas.
3. Aditya hindrata, Kadek Ni. 2017. Diabetes melitus tipe 2. Sanglah. Fakultas kedokteran universitas udayana.
4. Ariani, Y. Gayatri, D. Sitorus, R. 2012. Motivasi dan Efikasi Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Asuhan Keperawatan. Depok :
Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol.15, No.1, hal: 29-38.
5. Agustin, Y. Kariasa, IM. 2013. Nurachmah, E. Pengalaman Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Pasca Ambutasi Mayor Ekstremitas Bawah.
Depok: Jurnal Keperawatan Indonesia Vol.16, No.2, Hal 107-113.
6. Fatimah, RN. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Lampung: J Majority Vol.4, No.5.
7. Herdman dkk., Nanda-1 Diagnosis Keperawatan. Edisi11.Jakarta:EGC, 2018.229.
8. Moorhead dkk., Nursing Outcomes Classification. Edisi 5. Yogyakarta: Moco Media,2013.650,115,559.
9. Bulechek dkk., Nursing Interventions Classification. Edisi 6. Yogyakarta: Moco Media,2013.,564,364,417
10. Kementerian Kesehatan RI. 2019. Tabel Batas Ambang indeks Massa tubuh (IMT). (http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/obesitas/tabel-batas-ambang-indeks-massa-tubuh-imt)

Anda mungkin juga menyukai