Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA

LONG CASE STUDY


DISLIPIDEMIA

Disusun Oleh
Febri Rachmawati G4A018024

Pembimbing
dr. Diah Krisnansari, M.Si

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA


JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NEGERI JENDRAL SOEDIRMAN
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN LONG CASE STUDY
KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA
“DISLIPIDEMIA”

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari


Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga
Jurusan Kedokteran Umum
Fakultas Kedokteran
Universitas Jendral Soedirman

Disusun Oleh:
Febri Rachmawati G4A018024

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan:


Tanggal, Juni 2020

dr. Diah Krisnansari, M.Si


NIP. 19770202 200501 2 001

2
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. S


Alamat lengkap : Jl. Danau Ranau I no. 20
Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 1.1.Daftar anggota keluarga


No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan
Terakhir
1. Tn. S Kepala L 57 tahun S2 PNS
keluarga
2. Ny. T Istri P 51 tahun SMA PNS
Sumber : Data Primer, Juni 2020

Kesimpulan dari demografi keluarga diatas adalah bentuk keluarga dari


Ny. T berbentuk Nuclear Family. dengan Ny. T sebagai istri dalam keluarga dan
bekerja sebagai PNS. Ny. T memiliki seorang suami, yaitu Tn. S yang juga
bekerja sebagai PNS. Saat ini Ny. T tinggal Bersama suaminya dirumahnya. Ny.
T mempunyai dua orang anak yang tinggal terpisah yang berada diluar kota. Ny. T
merupakan penderita dislipidemia dan hipertensi. Beliau rutin berobat di klinik
yang berada di kantornya.

3
BAB II
STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
perempuan berusia 51 tahun. Pasien mengaku sering memiliki keluhan nyeri
kepala, leher cengeng, tangan kesemutan dan kebas. Beliau memiliki
hipertensi namun terkontrol, serta memiliki kadar kolesterol yang tinggi.
Data di Indonesia yang diambil dari riset kesehatan dasar nasional
(RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan ada 35.9 % dari penduduk Indonesia
yang berusia ≥ 15 tahun dengan kadar kolesterol abnormal (berdasarkan
NCEP ATP III, dengan kadar kolesterol ≥ 200 mg/dl) dimana perempuan
lebih banyak dari laki-laki dan perkotaan lebih banyak dari di pedesaan. Data
RISKEDAS juga menunjukkan 15.9 % populasi yang berusia ≥ 15 tahun
mempunyai proporsi LDL yang sangat tinggi (≥ 190 mg/dl), 22.9 %
mempunyai kadar HDL yang kurang dari 40 mg/dl, dan 11.9% dengan kadar
trigliserid yang sangat tinggi (≥ 500 mg/dl).
Dislipidemia merupakana faktor risiko primer untuk PJK dan mungkin
berperan sebelum faktor risiko utama lainnya muncul. Data epidemiologi
menunjukkan bahwa hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko untuk
stroke iskemia. Perkiraan ini akan menjadi kenyataan apabila tidak ada upaya
kita semua untuk mencegah atau paling tidak mengeliminasi faktor-faktor
penyebab meningkatnya jumlah kasus tersebut. Maka penting bagi kita untuk
memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya
sebagai pengalaman di lapangan.

4
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. T
Usia : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMA
Penghasilan/bulan : Rp 1.500.000 s.d. Rp 3.000.000
Alamat : Jl. Danau Ranau I, No.20
Kecamatan Kelapa Dua, Kab. Tangerang
Tanggal Periksa : 18 Juni 2020

C. ANAMNESIS (diambil melalui autoanamnesis)


1. Keluhan Utama
Leher terasa cengeng
2. Keluhan Tambahan
Kepala terkadang terasa nyeri, tangan sering terasa kesemutan dan kebas
hingga sering terbangun dimalam hari, badan sering terasa pegal, dan
mudah merasa tidak enak badan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien perempuan usia 51 tahun sering merasakan leher cengeng yang
dirasakan sejak 8 tahun terakhir. Pasien mengaku keluhan dirasakan hilang
timbul dan sering kambuh sebelum mengkonsumsi obat serta tidak
membaik walaupun telah mengkonsumsi obat darah tinggi. Namun setelah
mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter keluhan dirasakan
berkurang dan jarang timbul. Keluhan kerap kali dirasakan pasien saat
pasien memiliki banyak pekerjaan ataupun timbul secara tiba-tiba. Pasien
merasa keluhannya membaik setelah pasien mengkonsumsi obat serta
memiliki waktu istirahat yang cukup.

5
Pasien mengaku bahwa keluhan leher cengeng sering disertai nyeri
kepala, seluruh badan terasa pegal, dan kedua tangan kesemutan hingga
mengganggu aktivitas dan membuat sering terbangun dari tidur. Pasien
mengaku tidak ada keluhan lain seperti sesak nafas, nyeri dada, kelemahan
anggota gerak, serta gangguan BAK ataupun BAB.
Pasien mempunyai riwayat darah tinggi yang terkontrol rutin minum
obat. Pasien tinggal hanya berdua dengan suaminya yang sama-sama
bekerja sebagai PNS namun di tempat yang berbeda di rumah karena
kedua anaknya tinggal di kota yang berbeda dikarenakan telah berkeluarga
dan sedang menjalani Pendidikan perkuliahan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan yang sama :diakui
b. Riwayat mondok :disangkal
c. Riwayat darah tinggi :diakui (Rutin minum obat)
d. Riwayat kolesterol :diakui
e. Riwayat kencing manis :disangkal
f. Riwayat penyakit jantung :disangkal
g. Riwayat asma :disangkal
h. Riwayat alergi makanan/obat :disangkal
i. Riwayat Operasi :diakui (1tahun lalu, OP tiroidektomi
ec. Kanker tiroid)
j. Riwayat Anemia :disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat kencing manis : disangkal
c. Riwayat darah tinggi : diakui (ayah dan ibu pasien)
d. Riwayat penyakit jantung : diakui (ayah dan ibu pasien)
e. Riwayat asma : disangkal
f. Riwayat alergi makanan/obat : disangkal
6. Riwayat Sosial dan Exposure:
a. Community : Pasien tinggal di lingkungan perkotaan di Kota
Tangerang. Penduduk perkotaan ini mayoritas bekerja

6
sebagai PNS ataupun karyawan swasta dengan tingkat
ekonomi yang bervariasi dan pendidikan yang
bervariasi. Pasien tinggal di perkotaan padat penduduk.
Lingkungan sekitar tempat tinggal pasien cukup
gersang, dan sering dilewati banyak kendaraan
bermotor.
b. Home : Pasien tinggal disebuah rumah sederhana dengan tipe
rumah 21 , dengan jumlah penghuni dua orang. Rumah
pasien memiliki ventilasi udara, cahaya matahari masuk
ke rumah yang kurang, lantai rumah terbuat dari
keramik, dinding rumah terbuat dari tembok. Tidak
semua kamar memiliki jendela. Kebersihan rumah
cukup terjaga dengan baik. Atap rumah terbuat dari
genteng. Tingkat kelembapan rumah terkesan lembab
terutama di kamar. Rumah terdiri dari ruang tamu, 4
kamar tidur, dan 1 dapur, dan 2 kamar mandi. Pasien
memasak dengan menggunakan kompor gas. Sumber
air bersih berasal dari air PAM. Terdapat septic tank
untuk pembuangan feses. Antara rumah pasien dan
rumah tetangga saling berdekatan. Jarak antar rumah
sekitar 1-2 meter. Tempat sampah keluarga diletakkan
di samping rumah dan rutin diangkut petugas untuk
dibuang ke TPA. Kesan kebersihan lingkungan rumah
baik.
c. Hobby : Pasien tidak memiliki hobi tertentu, sehari hari pasien
mengisi waktu luangnya untuk bekerja, membersihkan
rumah dan berbincang dengan warga sekitar.
d. Occupational : Pasien merupakan seorang lulusan SMA, keseharian
pasien adalah bekerja sebagai PNS yang bekerja setiap
hari dimana mulai berangkat kerja sejak pukul 05.15
WIB hingga 17.00 WIB, jika kantor sedang

7
mengadakan suatu acara maka waktu pulang tidak
menentu dan bisa lebih lama dari biasanya.
e. Personal Habit: Dalam sehari pasien menghabiskan waktu di tempat
kerja serta beraktivitas di rumah (membersihkan rumah
serta mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya).
Pasien dan keluarga selalu mencuci tangan sebelum dan
setelah makan ataupun setelah beraktivitas. Pasien rutin
berolahraga setiap hari jumat di kantornya dengan
mengikuti senam sehat. Pasien juga sering membeli
makanan dengan bahan dasar tepung seperti roti dan
cake.
f. Drug : Pasien rutin mengkonsumsi obat darah tinggi yaitu
amlodipine 10mg 1x1, dan atorvastatin 20mg 1x1
setiap kali merasa leher mulai kaku.
7. Riwayat Gizi
Pola makan pasien tidak teratur, rata-rata pasien makan 2-3 kali sehari
dengan nasi, lauk, sayur dan sambal (lebih sering sambal goreng). Pasien
sering mengkonsumsi buah dan sayur. Pasien jarang memasak makanan
sendiri dan lebih sering membeli makanan di luar. Pasien sering
mengkonsumsi gorengan, nasi padang, ikan asin dan kerap kali memakan
makanan cepat saji serta makanan instan. Pasien sering menyimpan dan
menghangatkan masakan berkali-kali. Kesan gizi cukup.
8. Riwayat Psikologi
Pasien mengaku sering banyak pikiran (dari berbagai hal, ex.
Pekerjaan dan keluarga), suami yang sama sama bekerja dan kedua anak
yang tinggal berjauhan, sehingga terkadang membuat pasien merasa
kesepian.
9. Riwayat Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah. Pasien bekerja
sebagai PNS. Suami pasien juga bekerja sebagai PNS, Pasien dan
keluarganya menggunakan BPJS dalam mengakses pelayanan kesehatan.

8
10. Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya kurang cukup harmonis.
Pasien jarang berbincang dengan anak anaknya karena pasien tidak tinggal
bersama anak anaknya. Pasien merasa kesepian. Namun menurut pasien
anak anaknya cukup perhatian tentang kesehatan pasien.
11. Riwayat Sosial
Pasien berhubungan baik dengan tetangga disekitar rumahnya. Pasien
mengikui kegiatan ibu ibu di kompleknya seperti pengajian dan arisan
serta rutin kontrol di klinik kantornya.
12. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : leher terasa cengeng
b. Kulit : tidak ada keluhan
c. Kepala : nyeri kepala
d. Leher : leher kaku
e. Mata : tidak ada keluhan
f. Hidung : tidak ada keluhan
g. Telinga : tidak ada keluhan
h. Mulut : tidak ada keluhan
i. Tenggorokan : tidak ada keluhan
j. Pernafasan : tidak ada keluhan
k. Sistem Kardiovaskuler : terkadang pasien merasa nyeri dada dan
dada berdebar (jarang)
l. Sistem Gastrointestinal : terkadang terasa perih dan mual
m. Sistem Saraf : tangan kanan dan kiri sering kebas dan
kesemutan
n. Sistem Muskuloskeletal : badan sering terasa pegal dan ngilu
o. Sistem Genitourinaria : tidak ada keluhan
p. Ekstremitas Atas : kebas dan kesemutan
Bawah : tidak ada keluhan

D. PEMERIKSAAN FISIK

9
1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran Compos Mentis, status gizi kesan cukup .
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 130/85 mmHg
b. Nadi : 96 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
c. Pernafasan : 20 x/menit, reguler
d. Suhu : 36,7 oC
3. Status gizi
a. BB : 62 kg
b. TB : 158 cm
c. IMT : 24,8 kg/m2
d. Kesan status gizi : Overweight
4. Kulit : Sianosis (-), turgor <2 detik), ikterus(-)
5. Kepala : Bentuk kepala mesocephal
6. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
7. Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
8. Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
9. Mulut : Bibir sianosis (-), mulut basah (+), Lidah kotor (-)
10. Tenggorokan : Hiperemis (-)
11. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
12. Thoraks : Simetris, retraksi (-/-)
a. Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas : SIC II LPSS
batas kiri bawah : SIC V 2 jari lateral LMCS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi: S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
b. Pulmo
Inspeksi : Bentuk dada normal, retraksi (-), gerakan paru simetris
Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri

10
Auskultasi : Vesikular normal, wheezing (-), ronkhi (-)
13. Abdomen
Inspeksi : Datar, asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba pembesaran
Perkusi : Timpani
14. Collumna Vertebralis
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
15. Genitalia : Tidak dilakukan
16. Anorektal : Tidak dilakukan
17. Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
18. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi Motorik :
K 5 5 T N N RF + + RP - -
5 5 N N + + - -
19. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : aktif
Insight : baik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboraturium RS. Sari Asih Kota Tangerang 15/2/2019
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Kolesterol Total 320 <200 mg/dL
Trigliserid 167 <150 mg/dL

11
LDL 200 <100 mg/dL
HDL 38 40-60 mg/dL

Usulan pemeriksaan penunjang:


1. Pemeriksaan EKG
2. Pemeriksaan Rontgen Thorax
3. Cek rutin kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida
4. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum, ceratinin)

F. RESUME
Pasien perempuan usia 51 tahun mengeluh leher sering terasa cengeng
yang dirasakan sudah sejak + 8 tahun yang lalu. Pasien mengaku keluhan
dirasakan terus menerus bila keluhan sedang kambuh namun membaik setelah
mengkonsumsi obat. Keluhan muncul ataupun terasa memberat saat banyak
pikiran ataupun saat banyaknya pekerjaan dan membaik jika pasien
beristirahat dan minum obat darah tinggi serta kolesterol. Pasien juga
mengeluhkan kepala sering terasa nyeri sehingga membuat aktivitas sehari
hari menjadi tidak nyaman. Selain itu, pasien juga merasa sering kebas dan
kesemutan terutama dimalam hari hingga terbangun dan menggaggu kualitas
tidur. Pasien mengaku BAK dan BAB normal, tidak ada sesak nafas, maupun
kelemahan anggota gerak.
Pasien memiliki kebiasaan makan gorengan dan jarang berolahraga.
Pasien mengaku kerap banyak pikiran. Pasien tinggal berdua di rumah karena
kedua anaknya tinggal diluar kota.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak baik, compos
mentis, status gizi overweight. TD : 130/85 mmHg, N : 96 x/menit, irama
regular, RR : 20 x/menit, S : 36,7oC. Pada pemeriksaan fisik lainnya dalam
batas normal.

G. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Pasien mengeluh leher sering terasa cengeng sejak + 8 tahun yang lalu
disertai nyeri kepala.

12
Idea : Pasien ingin memeriksakan dirinya dengan leher terasa
kaku
Concern : Pasien merasakan penyakitnya mengganggu aktivitas
Expectacy : Pasien mempunyai harapan penyakitnya dapat segera
disembuhkan dan mendapatkan obat yang efisien untuk
menghilangkan keluhan dan tekanan darah juga kadar
kolesterolnya menjadi normal kembali
Anxiety : Pasien merasa takut akan kondisi kesehatanya yang belum
stabil dan penyakitnya dapat menimbulkan komplikasi
seperti stroke dan penyakit jantung. Keadaan ini sangat
mengganggu aktifitas dalam kehidupannya sehari-hari.

2. Aspek Klinis
a. Diagnosa Kerja : Dislipidemia
Gejala klinis : leher terasa cengeng disertai Nyeri kepala
Diagnosis Banding :
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
Penyakit tampak mengganggu psikologis pasien, hal itu dapat
diketahui dari pasien yang sangat mengkhawatirkan kondisi kesehatannya.
Apabila ditinjau dari faktor usia, usia pasien merupakan usia yang sudah
memasuki masa rentan untuk mengidap penyakit tidak menular lainnya
seperti penyakit jantung ataupun stroke. Usia seseorang yang telah
memasuki usia 50 tahun keatas memiliki kecenderungan mengidap
penyakit Hiperetnsi lebih tinggi dari pada yang berusia kurang dari 50
tahun. Ayah dan Ibu pasien adalah penderita hipertensi dan mengidap
penyakit jantung, diagnosa ayah hipertensi diperkirakan karena genetic
karena ayah pasien memiliki kebiasaan hidup pasien yang cukup baik
seperti berolah raga dan gemar makan sayur serta mengurangi konsumsi
daging ataupun gorengan (walaupun untuk kehidupan masa mudanya tidak
terlalu diketahui oleh pasien dikarenakan tidak dibesarkan oleh orang
tuanya), serta tidak merokok, sedangkan untuk ibu pasien memang kurang

13
memiliki gaya hidup yang sehat. Karena keluarga tinggal di desa maka
sering kali memiliki kebiasaan memakan ikan asin.

a. Faktor resiko yang


tidak dapat diubah
i. Usia pasien 51
tahun
ii. Ayah pasien
menderita hipertensi dan penyakit jantung
iii. Ibu pasien
menderita hipertensi dan penyakit jantung
b. Faktor resiko yang
dapat diubah
i. Pasien senang
mengkonsumsi makanan asin, gorengan, makanan cepat saji,
makanan instan, dan olahan tepung
ii. Pasien jarang
berolahraga
iii. Pasien
memiliki banyak pikiran
iv. Pasien merasa
kesepian karena kurangnya perhatian dari anak anak dan suaminya
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Pendidikan Ny. T hanya sampai SMA
b. Pengetahuan kurang mengenai penanganan melalui pola hidup sehat
sebagai bentuk terapi ataupun pencegahan dislipidemia, hiperetnsi dan
komplikasi lainnya
c. Keadaan ekomoni yang termasuk ekonomi menengah
d. APGAR keluarga yang rendah
e. Lingkungan dan tuntutan pekerjaan mempengaruhi gaya hidup
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial

14
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 2, karena pasien mulai
terganggu dalam melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari.

H. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
a. Aspek kuratif
a) Initial Plan
Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum, ceratinin)
Pemeriksaan rutin kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL
Pemeriksaan Rontgen Thorax
Pemeriksaan EKG

b) Medikamentosa
PO Amlodipin 10 mg/ 24 jam
PO Atorvastatin 20mg/ 24 jam
PO Antasida 200 mg (KP)
c) Non Medikamentosa
Diet rendah garam
Diet rendah kalori (sayur, buah, ikan, daging tanpa lemak serta
sebisa mungkin hindari pengolahan makanan menggunakan minyak
ataupun olahan tepung)
Kurangi kebiasaan memanaskan makanan berulang kali
Tingkatkan aktivitas fisik minimal 30 menit/ 4-6x seminggu dengan
intensitas sedang (ex. jalan cepat, bersepeda, berenang)
Dukungan psikologis keluarga agar pasien tidak stress
d) KIE (konseling, informasi dan edukasi)
Edukasi pasien tentang penyebab dan komplikasi dislipidemia
Edukasi tentang cara konsumsi obat dan efek samping obat
b. Aspek Preventif
a) Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai dislipidemia dan
hipertensi

15
b) Pola diet sehat (kurangi makanan yang mengandung garam dan
kolesterol)
c) Pola hidup sehat (olah raga) 4-6 kali seminggu durasi 30 menit.
d) Hindari stress
c. Aspek Promotif
a) Memberikan penjelasan mengenai pentingnya pola hidup sehat,
dan menerangkan bahwa
b) Memberikan penjelasan mengenai makanan apa yang harus dipilih
dan bagaimana cara mengolahnya dengan baik
c) Memberikan penjelasan mengenai pemilihan olahraga yang tepat,
intensitas yang baik serta frekuensi yang sesuai
d) Memberikan informasi tentang pengelolaan stress

d. Aspek Rehabilitatif
Monitoring terhadap keadaan umum, tanda vital terutama tekanan darah
serta kadar kolesterol darah, kemajuan terapi dan efek samping obat.
Selain itu, berikan informasi diet yang sesuai, hindari stress dan olah
raga teratur.
2. Family Care
a. Memberikan edukasi pengetahuan kepada keluarga mengenai
dislipidemia dan hipertensi terkait etiologi, faktor resiko, tanda dan
gejala, penatalaksanaan, pencegahan, komplikasi, prognosis.
b. Melakukan skrining terhadap anggota keluarga agar dapat lebih
waspada, serta mendapat penanganan awal.
c. Melakukan pola hidup sehat seperti menghindari makanan yang
mengandung garam serta kolesterol serta membiasakan untuk rutin
berolahraga minimal 30 menit perhari.
d. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk mengawasi kepatuhan
minum obat pasien.
e. Dukungan moral dari keluarga dalam pengendalian penyakit pasien.
f. Memberikan edukasi tentang manajemen stress.
g. Melakukan perbaikan APGAR score dalam keluarga

16
3. Community Care
a. Memberikan edukasi pengetahuan mengenai definisi dislipidemia,
etiologi, faktor resiko, tanda dan gejala, penatalaksanaan, pencegahan,
komplikasi, prognosis.
b. Melakukan pola hidup sehat.
c. Memberikan edukasi tentang manajemen stress.

17
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari pasien (Ny. T, 51 tahun), yang merupakan
seorang ibu rumah tangga sekaligus PNS dan Tn. S adalah suami yang
bekerja sebagai PNS dari Ny. T berumur 57 tahun Tn. S dan Ny.T
mempunyai dua orang anak yaitu Tn. K, Nn. F dimana anak pertama
sudah menikah dan anak kedua masih berkuliah dan tinggal terpisah
dengan pasien karena tempat kerja dan berkuliah di kota yang berbeda.
Pasien mempunyai 1 orang cucu yang masih berusia 7 bulan. Pasien
biasanya control sendiri ke klinik yang berada di kantornya.
Keluarga Ny. T merupakan keluarga yang memiliki pengetahuan
yang kurang tentang kesehatan. Pada awalnya pasien hanya diketahui
menderita Hipertensi sejak 10 tahun lalu, namun rasa leher kaku tidak
hilang walaupun telah meminum obat anti hipertensi dan tekanan darah
Kembali normal, pasien mengeluhkan terkadang nyeri kepala, seluruh
badan terasa mudah pegal dan kedua tangan yang sering terasa kebas
dan kesemutan. Setelah itu pasien melakukan pengecekan kolesterol
dan didapatkan kadar kolesterol yang tinggi. Pasien rutin minum obat
Hipertensi ataupun dislipidemia dan kontrol ke pelayanan kesehatan.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dan keluarga secara umum terjalin kurang baik,
terbukti dengan pasien yang tinggal sendiri dengan suaminya dan
terkadang merasa kesepian, kemudian anaknya jarang ada mengantar
pasien untuk kontrol berobat serta anak dan cucunya berada di luar kota
sehingga komunikasi yang terjalin semakin jarang. Hubungan di antara
mereka cukup dekat satu sama lain.

18
3. Fungsi Sosial
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dan PNS yang bekerja dari
pagi buta hingga sore hari, jarang memiliki waktu libur dan istirahat.
Pasien cukup aktif dalam mengikuti kegiatan di di kantor ataupun di
lingkungan rumahnya, Ny. T mengikuti arisan tiap bulannya dan pengajian
tiap minggunya. Namun karena pekerjaan kantornya sudah cukup
melelahkan dan harus mengurus rumah sendirian sehingga pasien jarang
berinteraksi dengan tetangga disekitarnya hanya jika ada kegiatan saja.
Namun sejauh ini hubungan sosial Ny. T dengan tetangga dan masyarakat
sekitar masih terbilang baik.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari kerja suami pasien yaitu Tn. S dan Ny. T
sebagai seorang PNS. Penghasilan keluarga setiap bulannya cukup untuk
memenuhi kebutuhan yang ada, dan masih bisa digunakan juga untuk
menabung. Biaya pengobatan pasien di Klinik Kantor gratis dan Rumah Sakit
menggunakan fasilitas BPJS.

Kesimpulan :
Ny. T merupakan seorang ibu rumah tangga sekaligus seorang PNS,
tinggal di rumah bersama suaminya. Ny. T memiliki dua orang anak ada yang
sudah bekeluarga dan mempunyai tempat tinggal sendiri dan ada yang masih
berkuliah di kota yang berbeda. Keluarga Ny. T nampak kurang harmonis,
terbukti dengan Ny. T yang saat ini tinggal bersama suaminya yang bekerja
dan ketika kontrol lebih sering seorang diri. Pasien tinggal hanya Bersama
suaminya namun suaminya pun jarang memiliki waktu kosong dikarenakan
sibuk bekerja. Ny. T masih terkadang terlibat dalam kegiatan ke masyarakat.
Ny. T berasal dari kalangan ekonomi menengah. Penghasilan yang
didapatkan cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan masih dapat
disisihkan untuk menabung.

19
B. Fungsi Fisiologis (A.P.G.A.R Score)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R
SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota
keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis
keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 =
baik.
1. Adaptation
Dalam menghadapi masalah selama ini pasien selalu mendapatkan
dukungan berupa nasehat dari suaminya dan anak anaknya, Jika penderita
menghadapi suatu masalah kadang menceritakan kepada suaminya. Tetapi
terkadang memendamnya sendiri dan menjadi beban pikirannya sendiri.
Pasien kerap merasa cemas atas segala sesuatu hal kecil yang dialaminya.
2. Partnership
Komunikasi terjalin satu sama lain. Setiap ada permasalahan jarang
didiskusikan bersama dengan anggota keluarga lainnya karena kondisi
tempat tingggal yang bebeda dan bahkan ada yang diluar kotra.
komunikasi dengan anaknya dan anggota keluarga lainnya berjalan dengan
kurang baik.
3. Growth
Pasien merasa bersyukur masih dapat mengurusi kebutuhan rumah
tangganya dengan penghasilan yang dirasa cukup.
4. Affection
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan suaminya
berjalan lancar, namun dengan anak-anaknya kurang berjalan dengan
lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya.
5. Resolve
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien dirasa masih kurang
dari suami dan anak anaknya,
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R Score
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R Score dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan dirata-

20
rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai
rata-rata 1-4 = jelek, 4-6 = sedang, 7-10 = baik. Penilaian A.P.G.A.R.
Tabel 3.1. Nilai APGAR dari Ny. T (Pasien)
A.P.G.A.R Hampir Kadang Hampir
selalu -kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali 
ke keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya 
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya 
dan saya membagi waktu bersama-
sama
Total nilai skor APGAR Ny. T adalah 4

Tabel 3.2. Nilai APGAR dari Tn. S ( Suami Pasien)


A.P.G.A.R Hampir Kadang- Hampir tidak
selalu kadang pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali 
ke keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya 
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya 
dan saya membagi waktu bersama-
Total nilai skor APGAR Tn. S adalah 5
A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (4+5)/2
= 4.5

21
Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang
Dalam komunikasi sehari-hari, pasien dan suaminya termasuk suka
berkomunikasi yang disempatkan setelah suami pulang kerja. Jika ada
masalah, terkadang pasien mendiskusikannya dengan suaminya, namun tidak
dengan anak anaknya. Secara keseluruhan total poin dari skor APGAR
keluarga pasien adalah 9, sehingga rata-rata skor APGAR dari keluarga pasien
adalah 4.5 Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki
keluarga pasien berada dalam keadaan sedang.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)


Fungsi patologis dari keluarga Ny.T dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
Tabel 3.4. Nilai SCREEM dari keluarga pasien
Sumber Patologi Ket
Social Interaksi yang kurang antara anggota keluarga serta +
masyarakat sekitar. Keluarga pasien terkadang mengikuti
kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya
Cultural Dalam sehari-hari keluarga ini menggunakan budaya jawa, hal -
ini terlihat pada pergaulan mereka sehari – hari yang
menggunakan bahasa Jawa.
Religion Pemahaman agama baik. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat -
dilihat dari pasien dan keluarga rutin menjalankan sholat lima
waktu dan sering mengikuti pengajian.
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong menengah, untuk kebutuhan -
primer sudah bisa terpenuhi, mampu mencukupi kebutuhan
sekunder, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan
hidup
Education Pendidikan anggota keluarga kurang. Latar belakang pendidikan
pasien dan suami adalah SMA dan S2. Pasien dan keluarga telah
+
mengetahui tentang bahaya dislipidemia dan hipertensi namun
masih bingung dalam penerapan penatalaksanaannya
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan -
pelayanan klinik kantor dan rumah sakit dengan jenis
pembiayaannya BPJS

Keterangan :
1. Education (+) artinya bahwa keluarga pasien kurang memiliki edukasi
yang cukup terutama mengenai cara pengelolaan atau pencegahan untuk
dislipidemia dan hipertensi.

22
2. Social (+) artinya bahwa keluarga pasien kurang memiliki interaksi
yang cukup baik dikarenakan kesibukannya setiap hari.
Kesimpulan :
Dalam keluarga Ny, S fungsi patologis yang positif adalah fungsi sosial
dan edukasi.

D. Family Genogram
Alamat : Jl. Danau Ranau I/20 RT/RW : 05/05
Kecamatan Kelapa Dua
Kabupaten Tangerang
Provinsi Banten
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tn. Y Ny. K Tn. A Ny. S


79 th 73 th

Tn B Ny. A Ny. D Ny. R


45 th 38 th 71 th 64 th

Ny. T Tn. S
51 th 57 th

Tn. K Nn. F
28 th 23 th

Keterangan :
:Tinggalsatu rumah : Laki-laki
: Meninggal : Perempuan
: Pasien Warna : Penderita dislipidemia dan
abu hipertensi
Sumber : Data Primer, 21 Juni 2020

23
Kesimpulan :
Dari genogram di atas nampak bahwa dalam silsilah keluarga Ny. T terdapat
riwayat penyakit hipertensi dan penyakit jantung yaitu ayah dan ibu pasien

E. Pola Interaksi Keluarga

Ny. T
Tn S

Gambar 3.2. Pola Interaksi Keluarga Ny. T


Keterangan : hubungan
Kesimpulan :
Hubungan pasien dengan suami pasien baik.

24
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga


1. Faktor Perilaku
Pola makan Ny T sebelum mengetahui jika dia mengidap hipertensi dan
dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko yang bisa mencetuskan
penyakit yang sekarang beliau derita. Pasien memiliki perilaku senang
makan makanan asin, makan gorengan, dan memanaskan makanan berulang
kali. Pasien kesehariannya bekerja sebagai ibu rumah tangga sekaligus PNS.
Pasien memiliki aktivitas olahraga rutin dikantornya setiap hari Jumat, jarang
berjalan jalan keluar rumah untuk olahraga dan lebih sering menghabiskan
waktunya dirumah untuk beristirahat selepas selesai bekerja dari kantor dan
mengurus pekerjaan rumah tangga.

2. Faktor Non Perilaku


Faktor genetik merupakan salah satu faktor non perilaku yang
memiliki andil paling besar terhadap kejadian penyakit dislipidemia
ataupun hipertensi yang sekarang diderita oleh Ny. T. Dari hasil anamnesis
didapatkan bahwa ada riwayat orang tua Ny. T mengidap penyakit serupa.
Faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor pengetahuan, pendidikan,
dan lingkungan. Keluarga ini menyadari arti penting kesehatan, hal itu
terbukti dengan kesadaran untuk berobat ketika sakit dan kontrol kesehatan
rutin tiap bulannya, namun belum menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan di bidang kesehatan.
Menurut anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat adalah
keadaan terbebas dari sakit yang dapat menghalangi aktivitasnya. Keluarga
ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka
menjadi tidak dapat beraktivitas lagi. Pasien dan keluarga masih belum

25
memahami penyakit dislipidemia secara menyeluruh dari penyebab, faktor
risiko, dan pencegahannya.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah sibuknya dalam hal
pekerjaan dan mengurus rumah sendirian, sehingga pasien kurang bisa
membagi waktu untuk dapat memilah serta memilih makanannya dan
waktu berolahraga tidak ada sehingga menimbulkan pola hidup yang
tidak sehat. Teman-teman kantor pun melakukan hal yang sama sehingga
pasien terpengaruh dengan kebiasaan dan gaya hidup teman-teman
sekitarnya. Keluarga ini menjaga kebersihan lingkungan rumahnya
dengan baik.

26
Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Pengetahuan : Lingkungan:
Kurangnya Pasien berada pada
pengetahuan baik lingkungan ataupun
pasien itu sendiri keadaan yang
maupun keluarga dikelilingi oleh
mengenai penyakit kebiasaan
kebiasaan yang
kurang baik

Sikap:
Penderita tidak Pelayanan
mematuhi pola diet, Kesehatan:
dan tidak Jika sakit langsung
membiasakan Keluarga Ny. T berobat ke dokter
berolahraga teratur,
namun patuh kontrol
dan minum obat rutin

Tindakan:
Keluarga tidak
mengontrol makan Keturunan:
dengan baik serta tidak
berolahraga rutin Ada faktor keturunan
yaitu ayah dan ibu
pasien yang menderita
Ekonomi: penyakit yang sama.
Termasuk status
ekonomi menengah

Psikologis/Stress

Suami pasien sibuk


: Faktor Perilaku bekerja dan saat ini
pasien kesepian
karena sudah tidak
tinggal lagi dengan
anak anaknya
27
: Faktor Non Perilaku

B. Identifikasi Lingkungan Rumah


1. Gambaran Lingkungan
Pasien tinggal disebuah rumah sederhana dengan luas rumah 12x10
m2 , dengan jumlah penghuni dua orang setelah anak tertuanya menikah
dan anak terakhirnya merantau untuk kuliah. Rumah pasien memiliki
ventilasi udara, cahaya matahari yang masuk ke rumah kurang, lantai
rumah terbuat dari keramik, dinding rumah terbuat dari tembok. Tidak
semua kamar memiliki jendela yang langsung terpapar lingkungan luar.
Kebersihan rumah cukup terjaga dengan baik. Atap rumah terbuat dari
genting. Tingkat kelembapan rumah terkesan lembab terutama di
beberapa kamar. Rumah terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, 4 kamar
tidur, dan 1 ruang dapur, dan 2 kamar mandi. Pasien memasak dengan
menggunakan kompor gas. Sumber air bersih berasal dari air PAM.
Terdapat septic tank untuk pembuangan feses. Antara rumah pasien dan
rumah tetangga saling berdekatan. Jarak antar rumah sekitar 1-2 meter.
Lingkungan tempat tinggal Ny.T berada di jalan yang hanya dapat dilalui
oleh satu mobil. Tempat sampah keluarga diletakkan di halaman samping
rumah dan di buang ke TPA yang dolektifkan 1-2 hari sekali. Kesan
kebersihan lingkungan rumah baik.
Kesan: Kebersihan rumah dan lingkungannya baik.
2. Denah Rumah

28
Kamar 1
dapur

Kamar
mandi

Kamar 2 Tempat
mencuci baju
Dan jemur
pakaian
Kamar
mandi Kamar 3

Teras atas
Kamar 4

Gambar 4.1. Denah rumah Ny. T

29
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA

A. Masalah medis :
Dislipidemia
Hipertensi grade II terkontrol

B. Masalah nonmedis :
1. Pasien sering memiliki banyak pikiran dan sering merasa kesepian.
2. Pengetahuan pasien tentang penyakitnya kurang.
3. Lingkungan pasien yang kurang baik
4. Perilaku pasien yang masih suka makanan asin, gorengan, memanaskan
makanan berulang kali serta jarang berolahraga rutin

C. Diagram Permasalahan Pasien

Stress

Pengetahuan kurang Ny. T, 51 tahun


dengan Dislipidemia
dan Hipertensi
Lingkungan kurang sehat

Perilaku makan gorengan


dan jarang brolahraga

30
Gambar 5.1. Diagram Hubungan Penyakit dengan Faktor Risiko

D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks.
Tabel 5.1. Matrikulasi Masalah
No Daftar Masalah I T R Jumlah
IxTxR
P S SB Mn Mo Ma
1. Pasien banyak pikiran dan 3 3 4 3 3 3 3 270
sering merasa kesepian
2. Pengetahuan pasien 5 5 4 4 4 3 4 616
tentang penyakitnya
kurang.
3. Lingkungan pasien yang 4 4 4 3 3 3 2 288
kurang baik
4. Perilaku pasien yang 5 5 4 3 2 3 3 336
masih suka makanan asin,
gorengan, sering
memanaskan makanan
berulang kali serta jarang
berolahraga rutin.
Tabel 5.1 Matrikulasi Masalah (Azrul, 1996).

Keterangan
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (ketersedian sarana)

Kriteria Penilaian
1 : Tidak penting
2 : Agak penting

31
3 : Cukup penting
4 : Penting
5 : Sangat penting

Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga


Ny. T adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan pasien tentang penyakitnya kurang
2. Perilaku pasien yang masih suka makanan asin, gorengan, memanaskan
makanan berulang kali serta jarang berolahraga rutin
3. Lingkungan pasien yang kurang baik
4. Pasien sering memiliki banyak pikiran dan sering merasa kesepian.

Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah tentang kurangnya pengetahuan
pasien tentang penyakitnya.

32
BAB VI
RENCANA PEMBINAAN KELUARGA

A. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah


Metode pemecahan masalah yang pada Ny. T dapat dibuat beberapa
alternatif. Metode yang digunakan adalah metode RINKE. Metode ini
menggunakan dua kriteria yaitu efektifitas dan efisiensi jalan keluar.
Efektifitas jalan keluar meliputi besarnya masalah yang dapat diatasi,
pentingnya jalan keluar, sedangkan efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan
biaya yang diperlukan untuk melakukan jalan keluar.
1. Kriteria efektifitas jalan keluar
a. M (besarnya masalah yang dapat diatasi) :
1) Masalah yang dapat diatasi sangat kecil
2) Masalah yang dapat diatasi kecil
3) Masalah yang dapat diatasi cukup besar
4) Masalah yang diatasi besar
5) Masalah yang diatasi dapat sangat besar
b. I (pentingnya jalan keluar yang dikaitkan dengan kelanggengan
selesainya masalah):
1) Sangat tidak langgeng
2) Tidak langgeng
3) Cukup langgeng
4) Langgeng
5) Sangat langgeng
c. V (sensitivitas jalan keluar yang dikaitkan dengan kecepatan
penyelesaian masalah):
1) Penyelesaian masalah sangat lambat
2) Penyelesaian masalah lambat
3) Penyelesaian cukup cepat
4) Penyelesaian masalah cepat
5) Penyelesaian masalah sangat cepat

33
2. Kriteria efisiensi jalan keluar (yang dikaitkan dengan biaya yang
dikeluarkan dalam menyelesaikan masalah)
a. Biaya sangat murah
b. Biaya murah
c. Biaya cukup murah
d. Biaya mahal
e. Biaya sangat mahal
Prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode RINKE
untuk penyakit Ny. T di Kecamatan Kelapa Dua Karawaci Tangerang adalah
sebagai berikut :
Tabel 5.2 Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar
Urutan
Efektivitas Efi MxIxV
No Daftar Alternatif Jalan Keluar Prioritas
C
M I V C Masalah
1 Pembinaan Keluarga meliputi 4 3 3 2 18 1
penyakit dislipidemia dan
hipertensi dari faktor risikonya, tata
cara penatalaksanaan, mengontrol
penyakit, serta mencegah terjadinya
komplikasi sedini mungkin dari
kedua penyakit tersebut
2 Pembagian leaflet mengenai 4 2 2 3 5,3 2
dislipidemia

Berdasarkan hasil perhitungan penentuan alternatif terpilih menggunakan


metode Rinke, didapatkan alternatif terpilih yaitu Pembinaan Keluarga
meliputi penyakit dislipidemia dan hipertensi mengenai faktor risikonya, tata
cara penatalaksanaan, mengontrol penyakit, serta mencegah terjadinya
komplikasi sedini mungkin dari kedua penyakit tersebut dengan skor 18.

B. Rencana Pembinaan Keluarga


1. Tujuan
Tujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit dislipidemia dan
hipertensi.
2. Materi

34
Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit dislipidemia
dan hipertensi misalnya :
a. Penjelasan mengenai definisi.
b. Penjelasan mengenai gejala-gejala dan komplikasi dari penyakit tersebut.
c. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit harus terkontrol.
d. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai diet dan pengelolaan
yang baik untuk kedua penyakit tersebut.
e. Menganjurkan untuk kontrol rutin kolesterol darah dan tekanan darah
secara mandiri ke klinik atau puskesmas.
f. Menjelaskan agar pasien menghindari stressor pikiran dan cara
pengelolaannya serta berolah-raga teratur.
g. Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga agar fungsi keluarga
meningkat.
3. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah ditentukan
bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan konseling kepada
pasien dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai sehingga pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh pasien dan keluarga.
4. Sasaran
Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarganya.
5. Rencana Evaluasi
a. Input : terdiri dari 1 orang pemberi
(pembina) materi pembinaan keluarga
b. Proses : proses pembinaan diikuti
dari awal sampai dengan akhir
c. Output : Perubahan perilaku dan
penambahan pengetahuan tentang dislipidemia dan hipertensi yang diukur
melalui pertanyaan yang diberikan oleh pelaksana pembinaan keluarga di
akhir proses pembinaan keluarga.
d. Angka keberhasilan:
>80% : baik
60%-80% : cukup

35
<60% : kurang
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan memberikan 5 pertanyaan berdasarkan materi
yang disampaikan kepada pasien dan anggota keluarga lain yang hadir.
Apabila setiap anggota keluarga dapat menjawab pertanyaan yang diajukan,
maka dapat disimpulkan sudah mengetahui dan memahami materi.

C. Hasil Pembinaan Keluarga


1. Evaluasi formatif
Kegiatan edukasi dan konsultasi dilakukan pada Ny. T selaku
pasien dan Tn. S selaku suami pasien. Metode yang digunakan pada
kegiatan ini berupa konseling edukasi tentang penyakit Dislipidemia dan
Hipertensi mulai dari definisi, etiologi, komplikasi, penatalaksanaan serta
pencegahan komplikasi dan pencegahan terjadinya penyakit (diet sehat
serta aktivitas fisik atau pola hidup sehat).
2. Evaluasi promotif
Sasaran konseling sebanyak dua orang yang terdiri dari pasien (Ny.
T) dan suami pasien (Tn. S). Waktu pelaksanaan kegiatan pada Minggu,
21 Juni 2020 di rumah pasien dengan tetap menggunakan protocol Covid-
19. Konseling berjalan dengan lancar dan pasien merasa puas karena
merasa lebih diperhatikan dengan adanya konseling serta kunjungan untuk
memberikan edukasi. Pasien juga tampak antusias tentang penyakit yang
sedang di derita Ny. T.
3. Evaluasi sumatif
Sebelum dilakukan konseling, pasien dan suami pasien mengaku
belum begitu memahami penyakit yang diderita Ny. T sehingga dengan
adanya konseling pasien merasa puas dan senang karena menjadi lebih
paham tentang penyakitnya. Setelah konseling dilakukan tanya jawab,
narasumber memberikan 7 pertanyaan dan pasien mampu menjawab 5
(71%) pertanyaan, dan suami pasien juga mampu menjawab 5 (71%)
pertanyaan dengan tepat.

36
Tanggal Kegiatan Partisipan Hasil Kegiatan
21 Juni 1. Menggali pengetahuan Pasien dan 1. Pasien dan suami
2020 dan pemahaman pasien suami bersedia untuk
tentang Dislipidemia pasien dilakukan konseling
dan Hipertensi serta dan edukasi lebih
mencari faktor risiko lanjut
yang menyertai. 2. Pasien dan suami
2. Memberikan penjelasan pasien memiliki
mengenai Dislipidemia peningkatan
dan Hipertensi mulai pengetahuan tentang
dari pengertian, faktor Dislipidemia dan
risiko, tanda dan gejala, Hipertensi
pencegahan, komplikasi 3. Pasien mampu
dan penatalaksanaan mengulang info dan
3. Review materi menjawab
pengetahuan pertanyaan yang
4. Memotivasi pasien diberikan
untuk memperbaiki pola 4. Pasien dan suami
hidup, pola makan, dan sepakat untuk
aktivitas serta Langkah mencoba
aplikatif yang dapat memperbaiki pola
dilakukan agar dapat hidup.
benar benar dijalani. 5. Suami sepakat untuk
5. Memotivasi Suami lebih waspada dalam
pasien untuk mencegah berperilaku agar
terjadinya penyakit dan mencegah terjadinya
komplikasi penyakit serta
Dislipidemia dan komplikasi yang
Hipertensi pada anggota ditimbulkan.
keluarga yang lain.

37

Anda mungkin juga menyukai