NEUROPATI DIABETIKUM
Disusun Oleh
Nabilah Ramadhini H
G4A018020
Pembimbing
Dr. dr. Nendyah Roestijawati, MKK
NEUROPATI DIABETIKUM
Disusun Oleh
Nabilah Ramadhini H
G4A018020
Hari :
Pembimbing
Kesimpulan :
Bentuk keluarga Ny. SM merupakan keluarga orang tua tunggal atau Single
Parent Family. Saat ini Ny. SM dan anaknya tinggal berdua dalam satu rumah.
Ny. SM menderita penyakit Neuropati diabetikum ec Diabetes Melitus Tipe II.
BAB II
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
perempuan berusia 55 tahun yang mengalami neuropati diabetikum ec
Diabetes Melitus tipe 2, yang sempat berhenti pengobatan 2 bulan karena
adanya pandemic covid-19 ini.
Neuropati diabetik adalah adanya gejala dan atau tanda dari disfungsi
saraf penderita diabetes tanpa ada penyebab lain selain Diabetes Melitus (DM)
(Sjahrir, 2006). Data epidemiologi menyatakan bahwa kira-kira 30% sampai
40% pasien dewasa dengan DM tipe 2 menderita Distal Peripheral Neuropathy
(DPN). DPN berkaitan dengan berbagai faktor resiko yang mencakup derajat
hiperglikemia, indeks lipid, indeks tekanan darah, durasi menderita diabetes
dan tingkat keparahan diabetes. Maka penting bagi kita untuk memperhatikan
dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman
di lapangan.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. SM
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Cerai Meninggal
Agama : Islam
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Asisten Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Penghasilan/bulan : Rp 1.800.000
Alamat : Jalan Kalibata Tengah RT 003/007,
Pancoran, Jakarta Selatan
Tanggal periksa : 09 Juni 2020
C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Baal pada ujung-ujung jari tangan dan
kaki
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Onset : 5 bulan yang lalu
Durasi : sepanjang hari
Frekuensi : terus menerus
Kuantitas : tidak dapat membedakan permukaan
benda dengan ujung-ujung jari tangan dan
merasa tebal pada bagian telapak kaki
Kualitas : kadang mengganggu aktivitas
Yang memperberat :-
Yang memperingan :-
Gejala penyerta : lemes, mudah lapar, kencing malam hari
meningkat
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran Compos Mentis, status underweight
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah: 130/80 mmHg
b. Nadi : 80 x /menit, regular
c. RR : 20 x /menit
d. Suhu : 36,8O C
3. Status gizi
a. BB : 40 kg
b. TB : 150 cm
Kesan status gizi : kurang (IMT=17.8 kg/m2)
4. Kulit : Sianosis (-), turgor kulit kembali cepat (<1 detik),
ikterus
(-)
5. Kepala : Bentuk kepala normal
6. Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-),
sklera
ikterik (-/-), air mata (+), mata cekung (-/-)
7. Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
8. Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
9. Mulut : Terdapat bekas jahitan pada bagian rahang kiri bawah,
Bibir sianosis (-), mulut basah (+), Lidah kotor (-)
10. Tenggorokan : Radang (-)
11. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
12. Thoraks :
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Perkusi : batas kiri atas : SIC II LPSS
Batas kiri bawah : SIC V LMCS
Batas kanan atas : SIC II LPSD
Batas kanan bawah : SIC IV LPSD
Palpasi : Ictus cordis tak kuat angkat
Auskultasi : S1> S2, reguler, gallop (-), murmur (-)
Pulmo :
Inspeksi : Bentuk dada normal simetris, retraksi (-), gerakan
paru simetris, benjolan (-), jejas (-), lesi (-)
Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikular (+/+), wheezing (-), rhonki
(-)
13. Punggung : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
14. Abdomen :
Inspeksi : Datar, asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan pada ulu hati (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani
15. Genitalia : Tidak dilakukan
16. Ekstremitas :
Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
17. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : Dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : Dalam batas normal
Fungsi Sensorik : hipestesi ujung-ujung jari tangan dan kaki
Fungsi motorik :
KM 5 5 T N N RF + + RP - -
5 5 N N + + - -
18. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : Sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : Kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : Appropriate
Psikomotor : Normoaktif
Insight : Baik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Disarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang:
1. Cek GDS teratur untuk monitor kadar gula darah. Pemeriksaan kadar gula
darah sewaktu terakhir adalah sebesar 338 mg/dl.
2. Cek GDP, GD2PP, HbA1c
3. Tes lab fungsi jantung dan ginjal.
F. RESUME
Ny. SM usia 55 tahun, tinggal dalam satu rumah anak angkatnya
sehingga bentuk keluarga disebut single parent family. Diagnosis pasien
adalah neuropati diabetikum. Dengan keluhan yang saat ini masih dirasakan
pasien adanya rasa baal pada ujung-ujung jari tangan dan kaki. Hal tersebut
dirasakan terus menerus dan kadang mengganggu aktivitas pasien. Keluhan
seperti ingin buang air kecil yang sering dimalam hari, mudah lapar dan
mudah lemas juga dikeluhkan pasien. Pasien juga mengaku dahulu sering
mengkonsumsi minuman kemasan yang hamper ikonsumsi setiap harinya.
Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan keadaan umum pasien
composmentis, kesan status gizi underweight. TD : 130/80 mmHg, N : 80
O
x/menit, RR : 20x/menit dan T : 36,8 C. Kondisi psikologi dengan
keluarganya saat ini kurang baik, seperti yang disampaikan oleh pasien,
bahwa pasien merasakan adanya jarak dengan anak angkatnya.
G. DIAGNOSTIK HOLISTIK
1. Aspek Personal
Pasien mengeluh baal pada ujung-ujung jari tangan dan kaki yang sudah
berlangsung sejak 5 bulan yang lalu.
Idea : Pasien mengeluhkan rasa baal terus menerus dan tidak
pernah berhenti.
Concern : Pasien menginginkan perhatian dari anaknya untuk
mendukung pengobatan dan mengendalikan penyakitnya.
Expectacy : Pasien berharap bisa terus sabar dan tetap terus berusaha
beribadah dalam kondisi penyakitnya.
Anxiety : Pasien merasa takut anaknya tidak mau mendengarkannya
terutama mengenai ibadah. Dan khawatir ketika beliau
tidak ada anaknya meninggalkan ibadahnya.
2. Aspek Klinis
Diagnosa : Neuropati Diabetikum
Diagnosis banding : Neuropati karena sebab lain
3. Aspek Faktor Resiko Intrinsik Individu
a. Faktor Risiko yang tidak dapat diubah :
1). Karakteristik pasien : pasien berusia 55 tahun.
2). Keturunan : pasien memiliki riwayat keluarga yaitu kedua
orang tua yang mengalami penyakit DM
b. Faktor Risiko yang dapat diubah :
1). Status Gizi : pasien dahulu seseorang yang suka minum
minuman kemasan, dan saat ini pasien masih mengkonsumsi nasi sebagai
makan pokoknya.
2). Aktivitas : pasien tidak pernah melakukan olah raga, dan
meganggap aktivitas yang dilakukan setiap hari sudah lebih dari cukup
sebagai pengganti olah raga.
4. Aspek Faktor Resiko Ekstrinsik Individu
Pelayanan kesehatan di sekitar rumah pasien cukup mudah
dijangkau. Pasien menyelesaikan pendidikan sampai jenjang SMP
sehingga tingkat pengetahuan yang cukup rendah dapat mempengaruhi
penyakit pasien. Pasien berasal dari golongan ekonomi kelas menengah
kebawah setelah mengalami kebangkrutan. Hal tersebut membuat pasien
terlambat dalam mengakses pelayanan kesehatan.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 1, hal ini dikarenakan
pasien masih mampu mengerjakan pekerjaannya, dan mandiri dalam
melakukan perawatan diri.
H. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
1. Personal Care
Initial Plan
a. Pemeriksaan lab
1) GDS, GDP, GD2PP, HbA1c
2) Profil lipid : kolesterol, trigliserida, HDL, LDL
3) Tes fungsi ginjal : ureum, kreatinin
4) EKG
5) Rontgen Thorax
Aspek Kuratif
a. Medikamentosa
1) Meformin 500 mg 3x1 tablet
2) Glibenclamide 5 mg tablet 1-0-0
3) Vitamin B compleks tablet 2x1
b. Non Medikamentosa
1) Diet dengan makan rendah gula dan atau membatasi asupan gula
2) Aktivitas fisik olahraga rutin minimal 3 x dengan durasi minimal
15 menit
3) Hindari stres, bersifat lebih terbuka terhadap keluarga dan
menyelesaikan masalah dalam keluarga bersama-sama
4) Istirahat yang cukup
c. Konseling, Informasi dan Edukasi
1) Edukasi pasien mengenai definisi, etiologi, faktor risiko, tanda
gejala, pencegahan, komplikasi dan pengobatan neuropati
diabetikum
2) Edukasi pasien mengenai definisi, etiologi, faktor risiko, tanda
gejala, pencegahan, komplikasi dan pengobatan diabetes mellitus
d. Monitoring
1) Kontrol tiap bulan ke puskesmas terdekat untuk monitoring
keadaan umum, tanda vital, gejala klinis, komplikasi, kemajuan
terapi, kemajuan aktivitas fisik pasien serta hasil lab GDS.
2) Mengikuti program Prolanis di Puskesmas tiap 2 minggu
2. Family Care
a. Edukasi keluarga mengenai definisi, etiologi, faktor risiko, tanda
gejala, pencegahan, komplikasi dan pengobatan neuropatidiabetikum
b. Edukasi keluarga mengenai definisi, etiologi, faktor risiko, tanda
gejala, pencegahan, komplikasi dan pengobatan diabetes mellitus
c. Edukasi keluarga mengenai tanda-tanda komplikasi gawat yang
mungkin muncul sehingga perlu segera dibawa ke unit pelayanan
kesehatan, misalnya hipoglikemia, sepsis atau HHS
d. Edukasi keluarga untuk selalu mendukung pasien selama pengobatan,
misalnya mengingatkan minum obat, mendampingi saat kontrol atau
mengawasi makanan dan aktivitas fisik pasien
e. Edukasi untuk membina hubungan baik antar keluarga
f. Edukasi pola hidup sehat
g. Skrining penyakit pada keluarga
3. Local Community Care
a. Edukasi komunitas mengenai definisi, etiologi, faktor risiko, tanda
gejala, pencegahan, komplikasi dan pengobatan neuropati diabetikum
b. Edukasi komunitas mengenai definisi, etiologi, faktor risiko, tanda
gejala, pencegahan, komplikasi dan pengobatan diabetes mellitus
I. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia
Ad fungsionam : dubia
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga yang tinggal bersama dalam satu rumah terdiri dari Ny.
SM dan satu anaknya sehingga bentuk keluarga yaitu single parent family.
Keluarga terdiri dari penderita (Ibu Ny. SM) dan Nn. S adalah
anak angkat pasien yang masih berumur 17 tahun.. Pada awal diketahui
menderita DM 5 tahun lalu, pasien mengeluhkan gejala klasik DM
(polidipsi, polifagi, poliuri) kemudian pasien memeriksakan diri
kepuskesmas, dan kemudian didiagnosis menderita DM. Setelah itu
pasien rajin minum obat DM dan kontrol ke playanan kesehatan, namun
2 bulan terakhir pasien tidak datang kontrol karena merasa takut akan
pandemic covid.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan Ny. SM dengan anak angkatnya akhir-akhir ini kurang
baik. Ny. SM lebih sering memendam masalah yang dialaminya
dibandingkan bercerita dengan anaknya.
3. Fungsi Sosial
Pasien mengenal baik tetangga disekitar rumahnya dan teman kerja
pasien.sehingga dalamberkomunikasi pasien merasa terjalin dengan baik.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari hasil kerja pasien yaitu sebesar
Rp. 1.800.000 setiap bulannya. Pasien merasa cukup dengan
penghasilannya dapat mecukupi kebutuhan sehati-hari pasien dengan anak
angkatnya.
75 Th
58 Th 48 Th
55 Th
17 Th
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Terkena DM
: Adopsi
: Pasien
E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA
Ny. SM Nn. S
Keterangan :
hubungan baik
Gambar 1 Pola interaksi keluarga Ny. SM
Kesimpulan :
Hubungan antara Ny. SM dan Nn. S selaku orang tua dan anak kurang baik
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
Pengetahuan :
Kurangnya
pengetahuan baik Stres:
pasien itu sendiri Terdapat beberapa
maupun keluarga masalah dalam
mengenai penyakit keluarga yang
diabetes melitus mengurangi
(dimasa lampau). dukungan keluarga
dalam pengobatan
pasien
Sikap:
Penderita belum
mematuhi pola diet
DM masih
mengkonsumsi nasi Keluarga Ny. SM
putih, tidak
membiasakan
berolahraga teratur
Tindakan: Keturunan:
Keluarga tidak Ada faktor keturunan
mengontrol makan yaitu kedua orang tua
dan pengobatan pasien semasa hidupnya
penderita secara rutin. juga terkena DM
Keterangan :
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
B. IDETIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
1. Gambaran Lingkungan
Pasien tinggal di daerah padat penduduk, dalam rumah dengan
jumlah penghuni 2 orang, yaitu pasien dan anak angkatnya. Rumah pasien
1 tingkat dengan total luas bangunan 50 m2 terletak di pinggir jalan.
Terdapat 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1
dapur didalam rumah, dan 1 kamar mandi didalam rumah. Dinding rumah
dari bata dan lantainya menggunakan keramik. Jendela rumah, pintu
depan dan belakang rumah sering dibuka sehingga ventilasi dan
pencahayaan dalam rumah pasien cukup. Sumber air berasal dari PDAM ,
pembuangan tinja menggunakan septitank namun pasien tidak tahu
letaknya. Dapur rumah pasien menggunakan kompor gas, sampah rumah
tangga dibuang ditempat penampungan sampah didepan rumah pasien
yang diangkut 3-4x dalam seminggu.
2. Denah Rumah
Kamar Tidur
Kamar
Kamar tidur
Tidur
Ruang tamu
Ruang Makan
Kamar Dapur
mandi
Tempat cuci
Gambar 4 Denah rumah Ny. SM
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. MASALAH MEDIS
Neuropati diabetikum ec Diabetes Mellitus Tipe 2
Sedentary lifestyle
Pengetahuan yang
kurang mengenai
penyakit yang diderita
4. Kriteria D (PEARL)
Propriety : Kesesuaian (1/0)
Economic : Ekonomi murah (1/0)
Acceptability : Dapat diterima (1/0)
Resourcesavailability : Tersedianya sumber daya (1/0)
Legality : Legalitas terjamin (1/0)
Tabel 7. Kriteria D Hanlon Kuantitatif
E A R L N
i
N
Daftar Masalah P l
o
a
i
1 Sedentary lifestyle 1 1 1 1 1 1
2 Masalah keluarga 1 1 1 1 1 1
3 Pengetahuan yang kurang 1 1 1 1 1 1
mengenai penyakit yang
diderita
Penetapan nilai:
Setelah nilai kriteria A, B, C, dan D didapatkan kemudian nilai tersebut
dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut:
a. Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B) x C
b. Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D
Tabel 8. Penetapan Prioritas Masalah
Uru
N N
N Daftar tan
A B C D P P
o Masalah Prio
D T
ritas
1 Sedentary 3 3 2 1 1 1 2
lifestyle 2 2
2 1 2 3 1 1 1 3
Masalah . 0 0
keluarga 6 . .
8 8
3 Pengetahuan 3 4 5 1 3 13
yang kurang 5 5
mengenai
penyakit yang
diderita
Prioritas pertama masalah diperoleh dengan nilai NPT tertinggi. Berdasarkan
hasil perhitungan dengan metode Hanlon kuantitatif urutan prioritas masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan yang kurang mengenai penyakit yang diderita
2. Sedentary lifestyle
3. Masalah keluarga
1. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit
Neuropati diabetikum karena Diabetus Mellitus.
Tujuan Khusus
Meningkatkan standart kesadaran akan kesehatan pasien dan keluarga
2. Materi
3. Cara Pembinaan
5. Rencana Evaluasi
6. Evaluasi
B. Hasil Evaluasi
1. Evaluasi formatif
Kegiatan edukasi dan konsultasi dilakukan pada Ny. SM selaku pasien dan
Nn. S selaku anak angkat pasien. Metode pada kegiatan ini yang
digunakan berupa pemberian materi secara tatap muka dan diselingi
dengan konseling mengenai penyakit Neuropati Diabetikum ec DM, diet
sehat DM, dan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
2. Evaluasi promotif
Sasaran konseling sebanyak dua orang yang terdiri dari pasien (Ny. SM)
dan anak angkat pasien (Nn. S). Yang dilaksankan pada tanggal 12 Juni
2020 di rumah pasien dengan tetap menggunkan protocol Covid-19.
Selama dilakukan edukasi dan konsultasi pasien dan keluarga tampak
memperhatikan dengan baik dan terlihat sangat antusias dan semua
berjalan dengan lancar.
3. Evaluasi sumatif
Sebelum dilakukan edukasi dan konsultasi, pasien dan keluarga mengaku
belum mengetahui mengenai neuropati diabetikum, mereka hanya
mengetahui mengenai DM. Namun pasien dan keluarga mengetahu hanya
sebatas penyakit yang disebabkan oleh gula, pasien dan keluarga belum
memahami betul terkait macam-macam penyebab, faktor risiko,perjalanan
penyakit hingga menjadi neuropati diabetikum, komplikasi yang lebih
serius dan prognosisnya. Setelah dilakukan edukasi dan konsultasi pasien
dan keluarga diberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan materi,
baik pasien dan keluarga dapat menjawab dengan tepat pertanyaan yang
diajukan.