Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA

NEUROPATI DIABETIKUM

Disusun Oleh
Nabilah Ramadhini H
G4A018020

Pembimbing
Dr. dr. Nendyah Roestijawati, MKK

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA

NEUROPATI DIABETIKUM

Disusun Oleh
Nabilah Ramadhini H
G4A018020

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan:

Hari :

Tanggal : Juni 2020

Pembimbing

Dr. dr. Nendyah Roestijawati, MKK


NIP. 19701110200812026
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Ny. SM


Alamat lengkap : Jalan Kalibata Tengah RT 003/007, Pancoran,
Jakarta Selatan
Bentuk Keluarga : Single Parent Family

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


No Nama Status L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Diagnosis Ket
1. Ny. SM KK P 55 th SMP Asisten Neuropati -
Rumah diabetikum
Tangga
2. Nn. S Anak P 17 th SMP Pelajar - -
Angkat

Kesimpulan :
Bentuk keluarga Ny. SM merupakan keluarga orang tua tunggal atau Single
Parent Family. Saat ini Ny. SM dan anaknya tinggal berdua dalam satu rumah.
Ny. SM menderita penyakit Neuropati diabetikum ec Diabetes Melitus Tipe II.
BAB II
STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
perempuan berusia 55 tahun yang mengalami neuropati diabetikum ec
Diabetes Melitus tipe 2, yang sempat berhenti pengobatan 2 bulan karena
adanya pandemic covid-19 ini.
Neuropati diabetik adalah adanya gejala dan atau tanda dari disfungsi
saraf penderita diabetes tanpa ada penyebab lain selain Diabetes Melitus (DM)
(Sjahrir, 2006). Data epidemiologi menyatakan bahwa kira-kira 30% sampai
40% pasien dewasa dengan DM tipe 2 menderita Distal Peripheral Neuropathy
(DPN). DPN berkaitan dengan berbagai faktor resiko yang mencakup derajat
hiperglikemia, indeks lipid, indeks tekanan darah, durasi menderita diabetes
dan tingkat keparahan diabetes. Maka penting bagi kita untuk memperhatikan
dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman
di lapangan.

B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. SM
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Cerai Meninggal
Agama : Islam
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Asisten Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Penghasilan/bulan : Rp 1.800.000
Alamat : Jalan Kalibata Tengah RT 003/007,
Pancoran, Jakarta Selatan
Tanggal periksa : 09 Juni 2020

C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Baal pada ujung-ujung jari tangan dan
kaki
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Onset : 5 bulan yang lalu
Durasi : sepanjang hari
Frekuensi : terus menerus
Kuantitas : tidak dapat membedakan permukaan
benda dengan ujung-ujung jari tangan dan
merasa tebal pada bagian telapak kaki
Kualitas : kadang mengganggu aktivitas
Yang memperberat :-
Yang memperingan :-
Gejala penyerta : lemes, mudah lapar, kencing malam hari
meningkat

3. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat penyakit : Pasien mengaku menderita DM
sejak 5 tahun yang lalu
- Riwayat mondok : Saat operasi abses pada rahang
bawah
- Riwayat alergi obat/makanan : Disangkal
- Riwayat pengobatan : Rutin mengkonsumsi obat DM, 2
bulan tidak mengkonsumsi obat
karena habis dan belum kontrol
- Riwayat operasi : Operasi abses pada rahang kiri
bawah 1 tahun yang lalu
- Riwayat hipertensi : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Orang tua : Ayah dan ibu pasien menderita penyakit DM
- Keluarga : Disangkal
- Saudara : Disangkal
5. Riwayat Sosial dan Exposure
 Community : Pasien dalam kesehariannya tinggal berdua dengan
anak angkatnya, pasien bekerja pada keluarga
dengan majikan yang berjumlah 3 orang dan
beberapa asisten lainnya yang berjumlah 6 orang.
 Home : Pasien tinggal disebuah rumah dengan luas kirakira
50 m2, dengan jumlah penghuni dua orang. Rumah
yang ditinggali pasien cukup memenuhi kriteria
rumah sehat dengan jumlah ventilasi yang cukup,
memiliki lantai dan atap yang mudah dibersihkan,
serta memiliki sumber air bersih dan jamban sendiri,
namun kelembaban pada kamar pasien kurang baik,
pencahayaan pada kamar pasien kurang baik. Jarang
antar rumah pasien dengan tetangga antara 1-2
meter. Lingkungan tempat pasien tinggal dekat
dengan jalan raya.
 Hobby : Pasien mengaku memiliki hobi memasak terutama
membuat roti
 Occupational : Pasien sebagai asisten rumah tangga, yang mulai
bekerja pukul 07.00 sampai pukul 15.00, pekerjaan
pasien meliputi memasak, mencuci, menyetrika
pakaian.
 Personal habit : Dalam keseharian pasien beraktivitas ditempat
kerja, pasien berangkat pukul 06.30 hingga tiba
dirumah pukul 15.30 dan langsung melanjutkan
pekerjaan rumah pasien. Pasien mengaku tidak
terbiasa melakukan olahraga secara teratur, dengan
alasan pekerjaan yang saat ini dilakukannya sudah
seperti olahraga setiap hari.
 Diet : Pasien mengaku makan 2-3 x sehari, pasien masih
mengkonsumsi nasi putih sebagai makanan pokok
pasien, namun pasien mengaku mengurangi porsi
nasinya. Untuk sayuran pasien mengaku makan
sayur-sayuran seperti kangkung dan buncis, dan lauk
pauk sederhana seperti tahu, tempe dan telur ayam.
Pasien mengaku sudah tidak mengonsumsi gula dan
meminum minuman kemasan. Namun, dimasa lalu
(sebelum mengetahui dirinya menderita DM) pasien
gemar mengkonsumsi minuman kemasan setiap
harinya.
 Drug : Pasien mengaku sempat 2 bulan tidak minum obat
DM karena obat pasien habis dan merasa takut pergi
kepuskesmas. Namun sebelumnya pasien rutin
mengkonsumsi obat DM yang diresepkan dari
dokter dan rutin mengunjungi puskemas setiap bulan
sekali.
6. Riwayat Psikologi :
Pasien dahulu adalah seorang yang memiliki beberapa cabang
warteg di Jakarta, dan memiliki 12 karyawan, usaha tersebut telah ia dan
suami rintis sejak awal pernikahannya. Usaha warteg mereka berjalan
begitu lancar dan sukses, namun karena tidak dikarunia keturunan, pasien
dan suami mengadopsi 2 anak dari tetangga warteg mereka, hingga 5
tahun terakhir suami pasien meninggal, dan usaha warteg pasien mulai
bangkrut. Sehingga pasien memutuskan untuk menutup warteg dan
beberapa kali sempat merantau ke luar negri untuk bekerja sebagai asisten
rumah tangga, sehingga setelah pasien operasi pasien memutuskan
kembali ke Jakarta dan bekerja lagi sebagai asisten rumah tangga. Namun
terakhir pasien menceritakan mengenai anak angkatnya, dimana pasien
merasa sedih karena anak angkatnya sudah mengetaui bahwa pasien bukan
ibu kandungnya dan pasien merasa sifat anak angkatnya berubah kepada
pasien. Hal tersebut membuat pasien kadang tidak terlalu fokus dalam
mengerjakan pekerjaannya.
7. Riwayat Ekonomi :
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah kebawah.
Pasien saat ini merupakan tulang punggung keluarga yang harus
menghidupi 1 anak nya. .
8. Riwayat Demografi :
Hubungan antara pasien dengan keluarganya akhir-akhir ini sedikit
ada jarak. Hal tersebut beliau sampai sendiri. Namun pasien mengaku terus
berusaha untuk menjaga komunikasi dengan anak-anaknya.
9. Riwayat Sosial :
Pasien memiliki 1 anak angkat yang saat ini hubungannya dirasa
sedang berjarak. Namun ditempat kerja, hubungan pasien dengan asisten
lainnya terjalin dengan baik. Hal tersebut terlihat dari cara mereka saling
berkomunikasi dan saling membantu dalam pekerjaannya.
10. Review of System :
a. Keluhan Utama : Baal pada ujung-ujung jari tangan dan kaki
b. Kulit : Tidak ada keluhan
c. Kepala : Simetris, ukuran normal, sakit kepala (-)
d. Mata : Tidak ada keluhan
e. Hidung : Keluar cairan (-)
f. Telinga : Pendengaran jelas, keluar cairan (-)
g. Mulut : Sariawan (-), mulut kering (-), mukosa
merah muda
h. Tenggorokan : Sakit menelan (-)
i. Pernafasan : Sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)
j. Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-)
k. Sistem Gastrointestinal : Mual (-), kembung (-), nyeri perut bagian
atas (-), BAB (+).
l. Sistem Muskuloskeletal : Lemas (-)
m. Sistem Genitourinaria : Kencing (↑↑) terutama di malam hari
n. Ekstremitas : Atas : Bengkak (-), luka (-)
Bawah : bengkak (-), luka (-)

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran Compos Mentis, status underweight
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah: 130/80 mmHg
b. Nadi : 80 x /menit, regular
c. RR : 20 x /menit
d. Suhu : 36,8O C
3. Status gizi
a. BB : 40 kg
b. TB : 150 cm
Kesan status gizi : kurang (IMT=17.8 kg/m2)
4. Kulit : Sianosis (-), turgor kulit kembali cepat (<1 detik),
ikterus
(-)
5. Kepala : Bentuk kepala normal
6. Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-),
sklera
ikterik (-/-), air mata (+), mata cekung (-/-)
7. Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
8. Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
9. Mulut : Terdapat bekas jahitan pada bagian rahang kiri bawah,
Bibir sianosis (-), mulut basah (+), Lidah kotor (-)
10. Tenggorokan : Radang (-)
11. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
12. Thoraks :
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Perkusi : batas kiri atas : SIC II LPSS
Batas kiri bawah : SIC V LMCS
Batas kanan atas : SIC II LPSD
Batas kanan bawah : SIC IV LPSD
Palpasi : Ictus cordis tak kuat angkat
Auskultasi : S1> S2, reguler, gallop (-), murmur (-)
Pulmo :
Inspeksi : Bentuk dada normal simetris, retraksi (-), gerakan
paru simetris, benjolan (-), jejas (-), lesi (-)
Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikular (+/+), wheezing (-), rhonki
(-)
13. Punggung : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
14. Abdomen :
Inspeksi : Datar, asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan pada ulu hati (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani
15. Genitalia : Tidak dilakukan
16. Ekstremitas :
Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
17. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : Dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : Dalam batas normal
Fungsi Sensorik : hipestesi ujung-ujung jari tangan dan kaki
Fungsi motorik :
KM 5 5 T N N RF + + RP - -
5 5 N N + + - -
18. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : Sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : Kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : Appropriate
Psikomotor : Normoaktif
Insight : Baik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Disarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang:
1. Cek GDS teratur untuk monitor kadar gula darah. Pemeriksaan kadar gula
darah sewaktu terakhir adalah sebesar 338 mg/dl.
2. Cek GDP, GD2PP, HbA1c
3. Tes lab fungsi jantung dan ginjal.

F. RESUME
Ny. SM usia 55 tahun, tinggal dalam satu rumah anak angkatnya
sehingga bentuk keluarga disebut single parent family. Diagnosis pasien
adalah neuropati diabetikum. Dengan keluhan yang saat ini masih dirasakan
pasien adanya rasa baal pada ujung-ujung jari tangan dan kaki. Hal tersebut
dirasakan terus menerus dan kadang mengganggu aktivitas pasien. Keluhan
seperti ingin buang air kecil yang sering dimalam hari, mudah lapar dan
mudah lemas juga dikeluhkan pasien. Pasien juga mengaku dahulu sering
mengkonsumsi minuman kemasan yang hamper ikonsumsi setiap harinya.
Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan keadaan umum pasien
composmentis, kesan status gizi underweight. TD : 130/80 mmHg, N : 80
O
x/menit, RR : 20x/menit dan T : 36,8 C. Kondisi psikologi dengan
keluarganya saat ini kurang baik, seperti yang disampaikan oleh pasien,
bahwa pasien merasakan adanya jarak dengan anak angkatnya.

G. DIAGNOSTIK HOLISTIK
1. Aspek Personal
Pasien mengeluh baal pada ujung-ujung jari tangan dan kaki yang sudah
berlangsung sejak 5 bulan yang lalu.
Idea : Pasien mengeluhkan rasa baal terus menerus dan tidak
pernah berhenti.
Concern : Pasien menginginkan perhatian dari anaknya untuk
mendukung pengobatan dan mengendalikan penyakitnya.
Expectacy : Pasien berharap bisa terus sabar dan tetap terus berusaha
beribadah dalam kondisi penyakitnya.
Anxiety : Pasien merasa takut anaknya tidak mau mendengarkannya
terutama mengenai ibadah. Dan khawatir ketika beliau
tidak ada anaknya meninggalkan ibadahnya.
2. Aspek Klinis
Diagnosa : Neuropati Diabetikum
Diagnosis banding : Neuropati karena sebab lain
3. Aspek Faktor Resiko Intrinsik Individu
a. Faktor Risiko yang tidak dapat diubah :
1). Karakteristik pasien : pasien berusia 55 tahun.
2). Keturunan : pasien memiliki riwayat keluarga yaitu kedua
orang tua yang mengalami penyakit DM
b. Faktor Risiko yang dapat diubah :
1). Status Gizi : pasien dahulu seseorang yang suka minum
minuman kemasan, dan saat ini pasien masih mengkonsumsi nasi sebagai
makan pokoknya.
2). Aktivitas : pasien tidak pernah melakukan olah raga, dan
meganggap aktivitas yang dilakukan setiap hari sudah lebih dari cukup
sebagai pengganti olah raga.
4. Aspek Faktor Resiko Ekstrinsik Individu
Pelayanan kesehatan di sekitar rumah pasien cukup mudah
dijangkau. Pasien menyelesaikan pendidikan sampai jenjang SMP
sehingga tingkat pengetahuan yang cukup rendah dapat mempengaruhi
penyakit pasien. Pasien berasal dari golongan ekonomi kelas menengah
kebawah setelah mengalami kebangkrutan. Hal tersebut membuat pasien
terlambat dalam mengakses pelayanan kesehatan.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 1, hal ini dikarenakan
pasien masih mampu mengerjakan pekerjaannya, dan mandiri dalam
melakukan perawatan diri.

H. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
1. Personal Care
Initial Plan
a. Pemeriksaan lab
1) GDS, GDP, GD2PP, HbA1c
2) Profil lipid : kolesterol, trigliserida, HDL, LDL
3) Tes fungsi ginjal : ureum, kreatinin
4) EKG
5) Rontgen Thorax
Aspek Kuratif
a. Medikamentosa
1) Meformin 500 mg 3x1 tablet
2) Glibenclamide 5 mg tablet 1-0-0
3) Vitamin B compleks tablet 2x1
b. Non Medikamentosa
1) Diet dengan makan rendah gula dan atau membatasi asupan gula
2) Aktivitas fisik olahraga rutin minimal 3 x dengan durasi minimal
15 menit
3) Hindari stres, bersifat lebih terbuka terhadap keluarga dan
menyelesaikan masalah dalam keluarga bersama-sama
4) Istirahat yang cukup
c. Konseling, Informasi dan Edukasi
1) Edukasi pasien mengenai definisi, etiologi, faktor risiko, tanda
gejala, pencegahan, komplikasi dan pengobatan neuropati
diabetikum
2) Edukasi pasien mengenai definisi, etiologi, faktor risiko, tanda
gejala, pencegahan, komplikasi dan pengobatan diabetes mellitus
d. Monitoring
1) Kontrol tiap bulan ke puskesmas terdekat untuk monitoring
keadaan umum, tanda vital, gejala klinis, komplikasi, kemajuan
terapi, kemajuan aktivitas fisik pasien serta hasil lab GDS.
2) Mengikuti program Prolanis di Puskesmas tiap 2 minggu
2. Family Care
a. Edukasi keluarga mengenai definisi, etiologi, faktor risiko, tanda
gejala, pencegahan, komplikasi dan pengobatan neuropatidiabetikum
b. Edukasi keluarga mengenai definisi, etiologi, faktor risiko, tanda
gejala, pencegahan, komplikasi dan pengobatan diabetes mellitus
c. Edukasi keluarga mengenai tanda-tanda komplikasi gawat yang
mungkin muncul sehingga perlu segera dibawa ke unit pelayanan
kesehatan, misalnya hipoglikemia, sepsis atau HHS
d. Edukasi keluarga untuk selalu mendukung pasien selama pengobatan,
misalnya mengingatkan minum obat, mendampingi saat kontrol atau
mengawasi makanan dan aktivitas fisik pasien
e. Edukasi untuk membina hubungan baik antar keluarga
f. Edukasi pola hidup sehat
g. Skrining penyakit pada keluarga
3. Local Community Care
a. Edukasi komunitas mengenai definisi, etiologi, faktor risiko, tanda
gejala, pencegahan, komplikasi dan pengobatan neuropati diabetikum
b. Edukasi komunitas mengenai definisi, etiologi, faktor risiko, tanda
gejala, pencegahan, komplikasi dan pengobatan diabetes mellitus

I. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia
Ad fungsionam : dubia
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga yang tinggal bersama dalam satu rumah terdiri dari Ny.
SM dan satu anaknya sehingga bentuk keluarga yaitu single parent family.
Keluarga terdiri dari penderita (Ibu Ny. SM) dan Nn. S adalah
anak angkat pasien yang masih berumur 17 tahun.. Pada awal diketahui
menderita DM 5 tahun lalu, pasien mengeluhkan gejala klasik DM
(polidipsi, polifagi, poliuri) kemudian pasien memeriksakan diri
kepuskesmas, dan kemudian didiagnosis menderita DM. Setelah itu
pasien rajin minum obat DM dan kontrol ke playanan kesehatan, namun
2 bulan terakhir pasien tidak datang kontrol karena merasa takut akan
pandemic covid.

2. Fungsi Psikologis
Hubungan Ny. SM dengan anak angkatnya akhir-akhir ini kurang
baik. Ny. SM lebih sering memendam masalah yang dialaminya
dibandingkan bercerita dengan anaknya.
3. Fungsi Sosial
Pasien mengenal baik tetangga disekitar rumahnya dan teman kerja
pasien.sehingga dalamberkomunikasi pasien merasa terjalin dengan baik.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari hasil kerja pasien yaitu sebesar
Rp. 1.800.000 setiap bulannya. Pasien merasa cukup dengan
penghasilannya dapat mecukupi kebutuhan sehati-hari pasien dengan anak
angkatnya.

B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)


Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R score
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R score dilakukan pada masing-masing anggota keluarga, kemudian
dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan.
Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.
1. Adaptation
Pasien jarang menceritakan masalah atau keluhan yang dialaminya
kepada keluarga, lebih sering memendam sendiri atau bercerita hanya
ketika beliau melakukan solat tahajud. Penyakit yang diderita tidak
membatasi aktivitas pasien, namun kadang-kadang mengganggu aktivitas
pasien.
2. Partnership
Komunikasi interpersonal pasien dengan keluarga kurang baik,
meskipun tinggal serumah.
3. Growth
Kebutuhan rumah tangga Ny. SM dapat terpenuhi secara materil.
Namun, Ny. SM merasa kurang puas terhadap dukungan dari keluarganya.
4. Affection
Hubungan interpersonal Ny. SM dengan keluarga kurang baik dan
terdapat beberapa masalah dalam keluarga, sehingga Ny. SM sering
merasa kurang disayangi oleh keluarganya.
5. Resolve
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari
keluarga maupun dari saudara-saudara.

Tabel 3 A.P.G.A.R score Ny. SM terhadap keluarga


Hampir
Hampir Kadang
tidak
A.P.G.A.R Ny. J Terhadap Keluarga selalu -kadang
pernah
Saya puas bahwa saya dapat
A kembali ke keluarga saya bila 
saya menghadapi masalah
Saya puas dengan cara keluarga
P saya membahas dan membagi 
masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga 
saya menerimadan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup
yang baru
Saya puas dengan cara keluarga
saya mengekspresikan kasih
A sayangnya dan merespon emosi 
saya seperti kemarahan, perhatian
dll
Saya puas dengan cara keluarga
R saya dan saya membagi waktu  `
bersama-sama
Total = 6
Fungsi fisiologis Ny. SM terhadap keluarga
sedang

Tabel 4 A.P.G.A.R score Nn. S terhadap keluarga


Hampir
Hampir Kadang
tidak
A.P.G.A.R Tn. P Terhadap Keluarga selalu -kadang
pernah
Saya puas bahwa saya dapat
A kembali ke keluarga saya bila 
saya menghadapi masalah
Saya puas dengan cara keluarga
P saya membahas dan membagi 
masalah dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga
saya menerimadan mendukung

G keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup
yang baru
Saya puas dengan cara keluarga
saya mengekspresikan kasih
A sayangnya dan merespon emosi 
saya seperti kemarahan, perhatian
dll
Saya puas dengan cara keluarga
R saya dan saya membagi waktu 
bersama-sama
Total = 6
Fungsi fisiologis Nn. S terhadap keluarga sedang
Rerata A.P.G.A.R score keluarga pasien = (6+6) / 2 = 6
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Ny. SM sedang

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)


Fungsi patologis keluarga dinila menggunakan S.C.R.E.E.M sebagai
berikut:
Tabel 5 S.C.R.E.E.M keluarga Ny. SM
SUMBER PATOLOGI KET
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga
Social juga dengan saudara, partisipasi mereka dalam -
kegiatan kemasyarakatan aktif.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik,
hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik
dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak
Cultural -
tradisi budaya yang masih diikuti. Sering
mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan,
yasinan, mauludan, dll.
Pemahaman agama cukup. Ny. SM dan anaknya
rajin beribadah baik yang wajib maupun yang
Religion sunnah, pasien mengaku sering melakukan ibadah
-
malam dan mengeluhkan setiap keluhkesahnya
kepada Allah dan pasien juga sering mengikuti
pengajian melalui televisi.
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah
menengah kebawah, untuk kebutuhan primer
sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu
Economic +
mencukupi kebutuhan sekunder. Rencana
ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas
untuk pemenuhan kebutuhan hidup
Pendidikan anggota keluarga kurang memadai.
Pendidikan dan pengetahuan penderita kurang.
Education Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki +
fasilitas pendidikan seperti buku dan koran
terbatas.
Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga
Medical menggunakan BPJS PBI. Akses layanan ke
-
Puskesmas cukup mudah karena letak rumah
pasien dengan puskesmas terjangkau
Kesimpulan :
Pada keluarga Ny. SM, fungsi patologis yang ditemukan yaitu fungsi
ekonomi dan edukasi.
D. GENOGRAM

75 Th

58 Th 48 Th

55 Th

17 Th

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan
: Laki-laki meninggal

: Perempuan meninggal

: Terkena DM

: Adopsi

: Pasien
E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA

Ny. SM Nn. S

Keterangan :
hubungan baik
Gambar 1 Pola interaksi keluarga Ny. SM

Kesimpulan :
Hubungan antara Ny. SM dan Nn. S selaku orang tua dan anak kurang baik
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN

A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU


KELUARGA
1. Faktor Perilaku Keluarga
Perilaku keluarga yang berhubungan dengan kesehatan sebagain
besar dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang kurang. Keluarga ini
sadar akan kesehatan, namun masih belum mengetahui standar atau pola
hidup sehat. Definisi sehat menurt keluarga ini adalah kondisi tubuh yang
sehat, tidak cacat dan memiliki akal yang sehat. Keluarga ini juga
meyakini bahwa sakitnya disebakan oleh infeksi kuman atau penyebab
lainnya dan bukan berasal dari guna-guna, sihir, supranatural atau
takhayul. Keluarga ini tidak mempercayai mitos-mitos mengenai penyakit
dan mempercayakan pemeriksaan dan pengobatan penyakitnya pada
petugas kesehatan.
Keluarga ini juga menjaga kebersihan lingkungan rumahnya
dengan baik yang biasanya dikerjakan oleh anaknya. Pola makan Ny. SM
sebelum mengetahui bahwa dirinya menderita DM tidak teratur, makan
makanan sembarangan dan senang mengonsumsi minuman kemasan yang
manis-manis. Selain itu, kebiasaan Ny. SM juga jarang melakukan
olahraga. Masalah dalam keluarga yang belakangan ini terjadi, membuat
Ny. SM sedih, namun Ny. SM selalu berusaha menguatkan diri dengan
mendekatkan diri kepada Allah.
2. Faktor Non Perilaku
Faktor non perilaku yang memiliki andil besar terhadap penyakit
Ny. SM adalah genetik, dimana kedua orang tua Ny. SM semasa
hidupnya sempat memiliki penyakit Diabetes Mellitus. Dari segi
ekonomi, Ny. SM saat ini termasuk keluarga menengah kebawah. Rumah
yang dihuni Ny. S juga. Rumah yang dihuni keluarga ini dapat dikatakan
sebagai rumah sehat. dengan jumlah ventilasi yang cukup, kelembaban
yang baik, pencahayaan yang baik, memiliki lantai dan atap yang mudah
dibersihkan, serta memiliki sumber air bersih dan jamban sendiri.
Gambar 3 Faktor perilaku dan non perilaku

Pengetahuan :
Kurangnya
pengetahuan baik Stres:
pasien itu sendiri Terdapat beberapa
maupun keluarga masalah dalam
mengenai penyakit keluarga yang
diabetes melitus mengurangi
(dimasa lampau). dukungan keluarga
dalam pengobatan
pasien

Sikap:
Penderita belum
mematuhi pola diet
DM masih
mengkonsumsi nasi Keluarga Ny. SM
putih, tidak
membiasakan
berolahraga teratur

Tindakan: Keturunan:
Keluarga tidak Ada faktor keturunan
mengontrol makan yaitu kedua orang tua
dan pengobatan pasien semasa hidupnya
penderita secara rutin. juga terkena DM

Keterangan :
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
B. IDETIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
1. Gambaran Lingkungan
Pasien tinggal di daerah padat penduduk, dalam rumah dengan
jumlah penghuni 2 orang, yaitu pasien dan anak angkatnya. Rumah pasien
1 tingkat dengan total luas bangunan 50 m2 terletak di pinggir jalan.
Terdapat 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1
dapur didalam rumah, dan 1 kamar mandi didalam rumah. Dinding rumah
dari bata dan lantainya menggunakan keramik. Jendela rumah, pintu
depan dan belakang rumah sering dibuka sehingga ventilasi dan
pencahayaan dalam rumah pasien cukup. Sumber air berasal dari PDAM ,
pembuangan tinja menggunakan septitank namun pasien tidak tahu
letaknya. Dapur rumah pasien menggunakan kompor gas, sampah rumah
tangga dibuang ditempat penampungan sampah didepan rumah pasien
yang diangkut 3-4x dalam seminggu.
2. Denah Rumah
Kamar Tidur

Kamar
Kamar tidur
Tidur

Ruang tamu
Ruang Makan

Kamar Dapur
mandi
Tempat cuci
Gambar 4 Denah rumah Ny. SM
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA

A. MASALAH MEDIS
Neuropati diabetikum ec Diabetes Mellitus Tipe 2

B. MASALAH NON MEDIS


1. Pengetahuan Ny. SM dan keluarga mengenai kesehatan terutama
mengenai penyakit yang diderita kurang
2. Ny. SM memiliki gaya hidup (Sedentary lifestyle) seperti pola makan
tidak teratur, sering mengkonsumsi minuman kemasan yang manis, jarang
berolahraga
3. Adanya masalah dalam keluarga yang menyebabkan kurangnya dukungan
kelurga terhadap Ny. SM

C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN


(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor risiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Sedentary lifestyle

Stres emosional dari


masalah keluarga Ny. SM (55 tahun)
Neuropati diabetikum ec
Diabetes mellitus Tipe II

Pengetahuan yang
kurang mengenai
penyakit yang diderita

Gambar 5 Diagram permasalahan pasien


D. Matrikulasi Masalah
Penentuan prioritas masalah pada keluarga Ny. SM dengan menggunakan
metode Hanlon Kuantitatif dengan empat kelompok kriteria, yaitu:
1. Kelompok kriteria A : besarnya masalah
2. Kelompok kriteria B : kegawatan masalah, penilaian terhadap dampak,
urgensi dan biaya
3. Kelompok kriteria C : kemudahan dalam penanggulangan, yaitu penilaian
terhadap tingkat kesulitan penanggulangan
masalah
4. Kelompok kriteria D : PEARL factor, yaitu penilaian terhadap propriety,
economic, ecceptabilitu, resources, availability,
legality
Adapun perincian masing-masing bobot kriteria pada prioritas masalah di
keluarga Tn. T adalah sebagai berikut:
1. Kriteria A (Besarnya Masalah)
Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari besarnya
orang lain yang terkena efek langsung.
1= Efek langsung ringan
2= Efek langsung sedang
3= Efek langsung berat
Tabel 4. Kriteria A Hanlon Kuantitatif
P
N o
Daftar Masalah
o i
n
1 Sedentary lifestyle 3
2 Masalah keluarga 1
3 Pengetahuan yang kurang mengenai penyakit yang 3
diderita

2. Kriteria B (Kegawatan Masalah)


a. Kegawatan (paling cepat mengakibatkan kematian)
Skor:
1= Tidak gawat
2= Kurang gawat
3= Cukup gawat
4= Gawat
5= Sangat gawat
b. Urgensi (harus segera ditangani, apabila tidak menyebabkan kematian)
Skor:
1= Tidak urgen
2= Kurang urgen
3= Cukup urgen
4= Urgen
5= Sangat urgen
c. Biaya (Biaya penanggulangan)
Skor:
1= Sangat mahal
2= Mahal
3= Cukup mahal
4= Murah
5= Sangat murah
Tabel 5. Kriteria B Hanlon Kuantitatif
Ur B N
gen i i
N Kegaw
Daftar Masalah si a l
o atan
y a
a i
1 4 3 3
Sedentary lifestyle
2
2 2 2 4 2
Masalah keluarga .
6
3 Pengetahuan yang 3 4 5 4
kurang mengenai
penyakit yang diderita

3. Kriteria C (Penanggulangan Masalah)


Untuk menilai kemudahan dalam penanggulangan, pertanyaan yang harus
dijawab adalah apakah sumber-sumber dan teknologi yang tersedia
mampu menyelesaikan masalah. Makin sulit dalam penanggulangan, skor
yang diberikan makin kecil.
Skor:
1= Sangat sulit ditanggulangi
2= Sulit ditanggulangi
3= Cukup bisa ditanggulangi
4= Mudah ditanggulangi
5= Sangat mudah ditanggulangi
Pada tahap ini skor tertinggi merupakan masalah yang paling mudah
ditanggulangi. Adapun hasilnya sebagai berikut:
Tabel 6. Kriteria C Hanlon Kuantitatif
P
N o
Daftar Masalah
o i
n
1 Sedentary lifestyle 2
2 Masalah keluarga 3
3 Pengetahuan yang kurang mengenai penyakit yang 5
diderita

4. Kriteria D (PEARL)
Propriety : Kesesuaian (1/0)
Economic : Ekonomi murah (1/0)
Acceptability : Dapat diterima (1/0)
Resourcesavailability : Tersedianya sumber daya (1/0)
Legality : Legalitas terjamin (1/0)
Tabel 7. Kriteria D Hanlon Kuantitatif
E A R L N
i
N
Daftar Masalah P l
o
a
i
1 Sedentary lifestyle 1 1 1 1 1 1
2 Masalah keluarga 1 1 1 1 1 1
3 Pengetahuan yang kurang 1 1 1 1 1 1
mengenai penyakit yang
diderita
Penetapan nilai:
Setelah nilai kriteria A, B, C, dan D didapatkan kemudian nilai tersebut
dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut:
a. Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B) x C
b. Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D
Tabel 8. Penetapan Prioritas Masalah
Uru
N N
N Daftar tan
A B C D P P
o Masalah Prio
D T
ritas
1 Sedentary 3 3 2 1 1 1 2
lifestyle 2 2
2 1 2 3 1 1 1 3
Masalah . 0 0
keluarga 6 . .
8 8
3 Pengetahuan 3 4 5 1 3 13
yang kurang 5 5
mengenai
penyakit yang
diderita
Prioritas pertama masalah diperoleh dengan nilai NPT tertinggi. Berdasarkan
hasil perhitungan dengan metode Hanlon kuantitatif urutan prioritas masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan yang kurang mengenai penyakit yang diderita
2. Sedentary lifestyle
3. Masalah keluarga

D. PENENTUAN ALTERNATIF TERPILIH


Penentuan alternatif terpilih berdasarkan metode Rinke yang
menggunakan dua kriteria yaitu efektifitas dan effisiensi jalan keluar. Kriteria
efektifitas dan pertimbangan mengenai besarnya masalah yang dapat diatasi,
kelanggengan selesainya masalah, dan kecepatan penyelesaian masalah.
Efisiensi dikaitkan dengan jumlah biaya yang diperlukan untuk menyelesaika
masalah. Skoring efisiensi jalan keluar adalah sangat murah
Tabel 5.2 Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar
C
M I V (biaya yang
Sko (besarnya (kelanggengan (kecepatan diperlukan
r masalah yang selesainya penyelesaian untuk
dapat diatasi) masalah) masalah) penyelesaian
masalah)
Sangat tidak
1 Sangat kecil Sangat lambat Sangat murah
langgeng
Tidak
2 Kecil Lambat Murah
langgeng
Cukup
3 Cukup besar Cukup cepat Cukup murah
langgeng
4 Besar Langgeng Cepat Mahal
Sangat
5 Sangat besar Sangat cepat Sangat mahal
langgeng

Tabel 5.3 Alternatif Terpilih


Efisiens Urutan
No Daftar akternatif Efektivitas
i MIV/C prioritas
. jalan keluar
M I V C masalah
Edukasi dan
konsultasi mengenai
penyakit yang
1 diderita pasien 4 5 4 2 40 1
seperti penyebab,
faktor risiko,
komplikasi
Penyuluhan dengan
pembagian leaflet
2 3 4 4 2 24 2
mengenai penyakit
yang diderita pasien
BAB VI
RENCANA PEMBINAAN KELUARGA

A. Rencana Pembinaan Keluarga

1. Tujuan

Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit
Neuropati diabetikum karena Diabetus Mellitus.
Tujuan Khusus
Meningkatkan standart kesadaran akan kesehatan pasien dan keluarga

2. Materi

Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai:


a. Penjelasan mengenai definisi Neuropati Diabetikum.
b. Penjelasan mengenai tanda dan gejala dari penyakit
c. Penjelasan mengenai faktor risiko dari penyakit
d. Menjelaskan kepada pasien mengenai perjalanan penyakit hingga ke
komplikasi.
e. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya
pengobatan.
f. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai pola hidup sehat,
dan diet diabetes mellitus.
g. Mengajak pasien keluarga untuk melakukan pola hidup sehat, seperti
diet gizi DM dan melakukan olah raga yang rutin.
h. Menyarankan kepada pasien untuk terus rutin control ke fasilitas
kesehatan.
i. Menyarankan kepada keluarga pasien untuk melakukan screening .

3. Cara Pembinaan

Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah


ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan
konseling kepada pasien dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai
sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pasien dan
keluarga, selain itu dengan menggunakan gambar atau vidio untuk
memvisualisasikan edukasi yang diberikan.
4. Sasaran

Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarganya

5. Rencana Evaluasi

a. Input : terdiri dari 1 orang pemberi


(pembina) materi pembinaan keluarga

b. Proses : proses pembinaan diikuti dari


awal sampai dengan akhir oleh anggota keluarga di rumah

c. Output : Perubahan perilaku dan


penambahan pengetahuan tentang neuropati diabetikum dan DM yang
diukur melalui pertanyaan yang diberikan oleh pelaksana pembinaan
keluarga di akhir proses pembinaan keluarga.

6. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan berdasarkan


materi yang disampaikan kepada pasien dan anggota keluarga lain yang
hadir. Apabila setiap anggota keluarga dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan, maka dapat disimpulkan sudah mengetahui dan memahami
materi. Tingkat keberhasilan diukur dalam bentuk persentase.

B. Hasil Evaluasi
1. Evaluasi formatif
Kegiatan edukasi dan konsultasi dilakukan pada Ny. SM selaku pasien dan
Nn. S selaku anak angkat pasien. Metode pada kegiatan ini yang
digunakan berupa pemberian materi secara tatap muka dan diselingi
dengan konseling mengenai penyakit Neuropati Diabetikum ec DM, diet
sehat DM, dan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
2. Evaluasi promotif
Sasaran konseling sebanyak dua orang yang terdiri dari pasien (Ny. SM)
dan anak angkat pasien (Nn. S). Yang dilaksankan pada tanggal 12 Juni
2020 di rumah pasien dengan tetap menggunkan protocol Covid-19.
Selama dilakukan edukasi dan konsultasi pasien dan keluarga tampak
memperhatikan dengan baik dan terlihat sangat antusias dan semua
berjalan dengan lancar.
3. Evaluasi sumatif
Sebelum dilakukan edukasi dan konsultasi, pasien dan keluarga mengaku
belum mengetahui mengenai neuropati diabetikum, mereka hanya
mengetahui mengenai DM. Namun pasien dan keluarga mengetahu hanya
sebatas penyakit yang disebabkan oleh gula, pasien dan keluarga belum
memahami betul terkait macam-macam penyebab, faktor risiko,perjalanan
penyakit hingga menjadi neuropati diabetikum, komplikasi yang lebih
serius dan prognosisnya. Setelah dilakukan edukasi dan konsultasi pasien
dan keluarga diberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan materi,
baik pasien dan keluarga dapat menjawab dengan tepat pertanyaan yang
diajukan.

C. Hasil Pembinaan Keluarga


Tanggal Kegiatan Partisipa Hasil Kegiatan
n
12 Juni 2020 1. Menggali pengetahuan dan Pasien dan 1. Pasien dan
pemahaman pasien tentang anak keluarga pasien
penyakit yang diderita pasien angkat memahami
2. Memberikan penjelasan pasien menegani
mengenai definisi, etiologi, neuropati
faktor risiko, gejala dan diabetikum dan
tanda, perjalanan penyakit DM
komplikasi lebih lanjut, 2. Pasien dan
prognosis dan pengobatan keluarga juga
lebih lanjut memahami
3. Memberikan penjelasan mengenai diet
mengenai diet diabetes dan dan anjuran
anjuran untuk aktivitas fisik aktivitas fisik
pada pasien untuk pasien
sehingga akan
belajar
memperbaiki
pola diet dan
rutin melakukan
aktivitas fisik
sesuai anjuran.

Anda mungkin juga menyukai