Anda di halaman 1dari 3

Fundus Autofluorescence Fundus autofluoresens (FAF) merupakan teknik pencitraan non invasif

menggunakan confocal scanning laser ophthalmoscope (cSLO) yang mampu mendeteksi flurofor di
fundus okuli. Sumber utama flurofor adalah A2-E pada granul lipofusin sebagai produk sisa akibat
degradasi tidak sempurna segmen luar fotoreseptor (photoreceptor outer segments), yang menumpuk
di liposom sel retinal pigmen epitelium. Oleh karena itu, pemeriksaan ini dapat merefleksikan
metabolisme sel epitel retina berpigmen yang menggambarkan aktivitas penyakit. FAF digunakan untuk
memantau aktivitas penyakit di sel epitel berpigmen seperti nonexudative agerelated macular
degeneration, intoksikasi obat, gangguan viteliform, penyakit retina bawaan, serta koroiditis serpiginosa
(gambar 8). Koroiditis serpiginosa diklasifikasikan dalam 4 tahap:3,6, Tahap 1: koroiditis serpiginosa
dengan tepi aktif (area hiper-autofluoresens)

- Tahap 2: gabungan lesi yang menyembuh dengan autofluoresens (didominasi hiperfluoresens) - Tahap
3: lesi menyembuh progresif (campuran autofluoresen dengan hipofluoresen dominan) - Tahap 4:
seluruh lesi telah menyembuh dan terbentuk jejas (hipofluoresen total). Pada uveitis, dapat terlihat
gambaran hipo dan hiper-autofluoresen. Pada pasien dengan penurunan tajam akibat sindrom dot akan
tampak gambaran hipo-autofluoresen di area fovea. Pada kondisi edema makula sistik, tampak
hiperautofluoresen di area fovea disertai gambaran hiper-autofluoresen dengan konfigurasi petaloid di
regio prefovea.3,6,7 Penggunaan FAF secara luas dapat memperlihatkan abnormalitas perifer seperti
spot hipofluoresen multifokal, spot hiperfluoresen, dan pola mirip selada pada pasien dengan sindrom
vogt-koyanagi-harada (VKH) kronik.3,6,7

Fundus autofluorescence (FAF) is a non-invasive imaging technique that detects fluorophores, naturally
occurring molecules that absorb and emit light of specified wavelengths [1]. To produce
autofluorescence, a fluorophore absorbs a photon of the excitation wavelength, which elevates an
electron to an excited, high energy state. The electron dissipates some energy through molecular
collisions, then emits a quantum of light at a lower energy and longer wavelength as it transitions back
to ground state. Classically, FAF utilizes blue-light excitation, then collects emissions within a preset
spectra to form a brightness map reflecting the distribution of lipofuscin, a dominant fluorophore
located in the RPE. FAF may use other excitation wavelengths to detect additional fluorophores, such as
melanin with near-infrared autofluorescence.
Fundus Autofluorescence Fundus autofluoresens (FAF) merupakan teknik pencitraan non
invasif menggunakan confocal scanning laser ophthalmoscope (cSLO) yang mampu mendeteksi
flurofor di fundus okuli. Sumber utama flurofor adalah A2-E pada granul lipofusin sebagai
produk sisa akibat degradasi tidak sempurna segmen luar fotoreseptor (photoreceptor outer
segments), yang menumpuk di liposom sel retinal pigmen epitelium. Oleh karena itu,
pemeriksaan ini dapat merefleksikan metabolisme sel epitel retina berpigmen yang
menggambarkan aktivitas penyakit.

Fundus autofluorescence (FAF) dapat mendeteksi abnormalitas yang juga ditemukan


pada saat pemeriksaan funduskopi, fluorescein angiography (FA) atau optical coherence
tomogram[hy (OCT). Gambaran FAF dapat membantu untuk menegakan diagnosis pada
kelainan yang terdapat di retina, kelainan yang berhubungan dengan genotip dan fenotip, dan
digunakan untuk melihat perubahan dari waktu ke waktu. Kelebihan FAF adalah mudah
digunakan dan spesifik dalam mendeteksi penyakit di retina.Given its ease of use, noninvasive
nature and value in characterizing retinal disease, FAF enjoys increasing clinical relevance. This
review summarizes basic principles and FAF findings in various hereditary retinal diseases.
SUB BAB REFERAT

1. Definisi
2. Fungsi faf
3. Prinsip kerja faf
4. ‘

Anda mungkin juga menyukai