LONG CASE
“GASTROENTERITIS AKUT ”
Disusun Oleh :
Fatia Murni Chamida
G4A017092
I
LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA
“GASTROENTERITIS AKUT”
Disusun Oleh :
Fatia Murni Chamida
G4A017092
II
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dapat
menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Gastroenteritis akut” ini. Terima
kasih yang sebesar-besarnya juga penulis haturkan kepada dr. Dwi Arini
Ernawati, MPH dan dr. Hariyo Saloka WN selaku pembimbing penulis sehingga
laporan kasus ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis tunjukan
kepada segenap dokter-dokter dan civitas Puskesmas Lumbir yang telah
memberikan dukungan baik secara moral dan keilmuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini. Demikian penulis sampaikan, mohon maaf
apabila terdapat kesalahan baik dalam tutur kata maupun tulisan yang mungkin
tidak berkenan. Penulis berharap supaya laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
para dokter, dokter muda, ataupun para medis lainnnya.
Penulis
III
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN…............................................................................. II
KATA PENGANTAR.........................................................................................III
DAFTAR ISI........................................................................................................IV
I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA.................................1
II. STATUS PENDERITA
A. Pendahuluan……...................................................................................2
B. Identitas Penderita..................................................................................2
C. Anamnesis………..................................................................................2
D. Pemeriksaan Fisik..................................................................................6
E. Resume………….................................................................................. 7
F. Diagnosis holistik….............................................................................. 8
G. Tata Laksana Komprehensif…..............................................................9
III.IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik.....................................................................................12
B. Fungsi Fisiologis..................................................................................13
C. Fungsi Patologis...................................................................................16
D. Genogram..….......................................................................................17
E. Informasi Pola Interaksi Keluarga.......................................................18
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku……………………….19
B. Identifikasi Lingkungan Rumah…………………………………….. 21
V. DAFTAR MASALAH
A. Masalah Medis………………………………………………………. 22
B. Masalah Non Medis…………………………………………………. 22
C. Diagram Permasalahan Pasien………………………………………. 22
D. Matrikulasi Masalah………………………………………………….23
E. Prioritas Masalah……………………………………………………. 24
F. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah…………………………. 24
IV
VI. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA
A. Rencana Pembinaan Keluarga……………………………………….27
B. Hasil Pembinaan Keluarga…………………………………………..28
C. Hasil Evaluasi……………………………………………………….28
VII.TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi……………………………………………………………… 31
B. Etiologi……………………………………………………………….31
C. Patomekanisme……………………………………………………….31
D. Manifestasi Klinis…………………………………………………… 34
E. Penegakan Diagnosis…………………………………………………34
F. Tatalaksana…………………………………………………………...35
VIII. PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………….38
B. Saran…………………………………………………………………39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
LAMPIRAN……………………………………………………………………..41
V
I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
1
II. STATUS PENDERITA
A. Pendahuluan
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang wanita
berusia 32 tahun pada tanggal 3 Januari 2020 dari Poli di Puskesmas
Lumbir, Kabupaten Banyumas.
B. Identitas Penderita
Nama : Ny. K
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Karanggayam RT 02/ RW 05, Lumbir
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Tanggal periksa : 3 Januari 2010
C. Anamnesis
Keluhan utama : BAB Cair dan sering ≥ 6x
Keluhan tambahan : Demam, mual, muntah
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang di Puskesmas Lumbir tanggal 3 Januari 2020 dengan
keluhan BAB cair dan sering yaitu 6 kali sejak 7 jam sebelum berobat.
BAB cair, berwarna coklat dengan sedikit ampas, lendir (-), darah (-), bau
busuk (-). Pasien juga mengeluhkan adanya demam yang muncul
bersamaan dengan keluhan utama. Selain itu pasien juga mengeluhkan
mual dan muntah. Mual dirasa muncul bersamaan dengan keluhan utama.
Mual dirasa memberat setiap pasien makan/minum, pasien mengaku
sempat muntah satu kali. Muntah berisikan makanna dan minuman yang
pasien konsumsi.
2
Seminggu sebelum pasien mengeluhkan BAB cair dan sering, anak
ketiga pasien juga mengeluhkan hal serupa. Anak pasien lalu dirawat di
Puskesmas Lumbir sejak 2/1/2020. Pasien mengaku lupa makan siang 1
hari sebelumnya lalu membeli makanan di luar pada malam harinya.
3
b. Home
Pasien tinggal di sebuah rumah dengan bangunan permanen. Luas
rumah 12 x 10 m2 dengan jumlah penghuni 5 orang. Lantai rumah pasien
menggunakan keramik. Dinding rumah sudah menggunakan tembok,
sedangkan atap menggunakan seng. Rumah pasien memiliki 3 kamar tidur,
1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kamar mandi. Lokasi dapur dan kamar mandi
bersebelahan dan tidak ada sekat pemisahnya, Setiap ruangan memiliki
jendela dan ventilasi yang cukup. Kesan pencahayaan baik. Sumber air
yang didapat berasal dari sumur. Disisi kiri rumah pasien, ada 2 rumah
lainnya yang berada berdekatan, rumah tersebut dihuni oleh ibu kandung
pasien dan saudara saudaranya. Ketiga rumah tersebut di kelilingi oleh
kebun dan berjarak jauh dengan rumah tetangga.
c. Hobby
Pasien senang mengisi waktu luangnya di pagi hari dengan berjalan
keliling lingkungan rumah sembari menjaga anaknya bermain. Selebihnya
pasien hanya mengerjakan pekerjaan rumah dan berisitrahat di rumah.
d. Occupational
Pasien merupakan ibu rumah tangga yang kesehariannya dihabiskan
di rumah.
e. Personal habbit
Pasien sering membeli makanan/jajanan dari pedagang keliling yang
sering lewat depan rumahnya, seperti gorengan, mie ayam, bakso, dan
cilok. Sebelum makan pasien mencucui tangan dengan air namun tidak
menggunakan sabun. Pasien mencuci sayuran yang akan dimasak, namun
tidak di air mengalir.
f. Drug
Pasien tidak sedang mengonsusmi obat-obatan secara rutin. Pasien
dan keluarganya tidak memiliki riwayat alergi obat.
g. Riwayat gizi
Pasien kesehariannya mengaku sering makan tidak teratur, pasien
sering membeli jajan di luar rumah. Makanan pasien terdiri dari nasi,
sayur, dan gorengan sebagai lauk.
4
h. Riwayat Ekonomi
Pasien tinggal bersama suami dan ketiga anaknya. Pasien berasal
dari keluarga dengan ekonomi menengah kebawah. Pasien merupakan ibu
rumah tangga. Pendapatan keluarga pasien berkisar Rp 600.000 per bulan
per anggota keluarga yang didapatkan dari penghasilan suami sebagai
buruh.
i. Riwayat Demografi
Hubungan pasien dengan anggota keluarga cukup baik. Interaksi
sesama anggota keluarga di dalamnya juga harmonis. Pasien terbuka
menyampaikan permasalahannya kepada anggota keluarga, termasuk
permasalahan kesehatan
j. Riwayat sosial
Penyakit gastroenteritis yang dialami pasien dan anak pasien
membuat aktivitas sosial pasien terganggu dengan warga sekitar, karena
pasien secara penuh menjaga anaknya yang dirawat di puskesmas.
D. Anamnesis Sistemik :
Keluhan Utama : BAB cair dan sering ≥ 6 kali
Kulit : tidak ada keluhan
Kepala : tidak ada keluhan
Leher : tidak ada keluhan
Mata : tidak ada keluhan
Hidung : tidak ada keluhan
Telinga : tidak ada keluhan
Mulut : tidak ada keluhan
Tenggorokan : tidak ada keluhan
Pernafasan : tidak ada keluhan
Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
Gastrointestinal : BAB cair, mual, muntah
Genitourinaria : tidak ada keluhan
5
Neuropsikiatri : Demam
Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
Ekstremitas Atas : tidak ada keluhan
Bawah : tidak ada keluhan
E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Tampak lemas, compos mentis
2. Status gizi
a. BB : 55 kg
b. TB : 155 cm
Kesan status gizi : gizi normal (IMT 22.9)
3. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 85 x /menit, regular
c. RR : 22 x /menit
d. Suhu : 37.8 OC
4. Status generalis
Kepala : Bentuk simetris, mesosefal
Rambut : Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Kulit : Sianosis (-), turgor kulit kembali cepat (<1 detik), ikterus (-)
Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Telinga : Bentuk simetris dan discharge (-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-) dan discharge (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa basah (+), Lidah kotor (-)
Tenggorokan : T1/T1(-), hiperemis(-)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-),
ketinggalan Gerak (-)
Jantung
Inspeksi : Benjolan (-), tanda radang (-), jejas (-), dan lesi (-).
6
Auskultasi : Bunyi jantung normal, murmur (-), gallop (-)denyut
jantung reguler
Palpasi : Kardiomegali (-), nyeri tekan (-), thril (-)
Perkusi : Normal redup
Pulmo
Inspeksi : Bentuk dada normal simetris, retraksi (-), gerakan
parusimetris, benjolan (-), tanda radang (-), jejas (-), lesi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), retraksi (-)
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi: Vesikular normal, wheezing (-) ronki (-/-)
Punggung : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung, asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-), tanda
radang (-)
Auskultasi: Peristaltik usus meningkat (+)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Genitalia : Tidak dilakukan
Anorektal : Tidak dilakukan
Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
F. Resume
Pasien datang di Puskesmas dengan keluhan BAB cair dan sering
yaitu 6 kali sejak 7 jam sebelum berobat. BAB cair, berwarna coklat
dengan sedikit ampas, lendir (-), darah (-), bau busuk (-). Pasien juga
mengeluhkan adanya demam, mual, muntah yang muncul bersamaan
7
dengan keluhan utama. Selain itu pasien juga mengeluhkan mual dan
muntah. Mual dirasa memberat setiap pasien makan/minum, pasien
mengaku sempat muntah satu kali. Muntah berisikan makanan dan
minuman yang pasien konsumsi.
Pasien merupakan seorang IRT dengan suami bekerja sebagai
buruh, kesan ekonomi menengah ke bawah. Pasien tinggal bersama suami
dan 3 anak kandungnya. Pasien memiliki riwayat maag sejak remaja
namun biasa hilang dengan obat warung. Sejak anak nya dirawat di
Puskesmas karena diare ditambah pasien yang juga terkena diare membuat
pasien berada di puskesmas menjaga anaknya sehingga tidak bersosialisasi
dengan tetangga. Pasien peduli dengan kondisi kesehatannya dan terbuka
menyampaikan permasalahannya kepada anggota keluarga
G. Diagnosis Holistik
1. Aspek personal
a. Keluhan Utama : BAB cair dan sering ≥6 kali
b. Keluhan tambahan : mual, muntah, demam
c. Idea : pasien berpikir bahwa dengan berobat badannya
akan menjadi lebih kuat, berhenti mual dan
muntah, bisa makan dan minum
d. Concern : pasien merasa penyakit tersebut membuat pasien
lemas dan agak mengganggu aktivitas sehari hari
e. Expectacy :pasien mempunyai harapan segera sembuh sehingga
bisa merawat anaknya secara maksimal dan beraktivitas
seperti biasanya.
f. Anxiety :pasien cemas kondisinya saat ini namun setelah diberi
obat pasien merasa lebih tenang dan percaya penyakitnya
bisa sembuh
2. Aspek klinis
Diagnosa : Gastroenteritis Akut tanpa dehidrasi
Gejala klinis yang muncul : BAB cair dan sering ≥6 kali, demam,
mual dan muntah
8
Tanda klinis yang muncul : nyeri tekan epigastrium (+), peristaltik
usus meningkat (+)
3. Aspek faktor intrinsik
a. Jenis kelamin perempuan, usia 32 tahun
b. Kebiasaan konsumsi makanan dengan gizi tidak seimbang
c. Pasien makan tidak teratur
d. Pasien sering membeli jajan/makanan di luar rumah
e. Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
f. Kebiasaan mencuci sayur di air tergenang
g. Pasien sedang memikirkan kondisi anaknya yang sakit.
4. Aspek faktor ekstrinsik
a. Pendidian rendah, pengetahuan tentang makanan sehat kurang
b. Tingkat ekonomi menengah kebawah
c. Lingkungan banyak menjual jajanan/makanan yang kurang terjamin
kebersihannya
d. Lokasi dapur dan kamar mandi yang jadi satu tanpa penyekat.
5. Aspek skala penilaian fungsi sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 2 dikarenakan pasien lemas
sehingga sedikit terganggu dalam melakukan aktivitas seperti biasanya dan
pasien masih dapat melakukan perawatan pada diri sendiri.
H. Tatalaksana komprehensif
1. Personal Care
a. Aspek Kuratif
1) Medikamentosa
PO Ondansentron 4 mg/12 jam
PO Lansoprazole 2x20 mg
PO New Diatab 3x1 tab k/p
PO Paracetamol 3x500 mg k/p
PO Zink tablet 1x20 mg selama 10 hari
9
2) Non Medikamentosa
Diet lunak
Intake cairan 2L/hari
Istrahat yang cukup
b. KIE (Konseling, informasi, dan edukasi)
1. Penjelasan tentang penyakit Gastroenteritis
2. Edukasi mengenai higienitas dan gizi seimbang dalam makanan
3. Edukasi untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
atau memasak
4. Edukasi untuk mencuci sayur di air mengalir
5. Edukasi untuk tidak membeli jajan/makanan yang kurang
terjamin kebersehatannya
6. Edukasi untuk makan teratur
7. Edukasi untuk manajemen stres
c. Rehabilitatif
Memberitahu pasien untuk minum obat secara teratur, tetap
menjaga asupan makanan sekalipun masih sering mual dan muntah.
d. Monitoring
Monitoring terhadap keadaan umum, keseimbangan cairan dan
asupan nutrisi pasien.
2. Family Care
a) Edukasi mengenai penyakit gastroenteritis, mulai dari definisi,
etiologi, gejala, pencegahan, pengobatan dan komplikasi
b) Mengedukasi keluarga mengenai higenitas dan keseimbangan asupan
nutrisi
c) Mengedukasi keluarga mengenai PHBS
d) Mengedukasi keluarga untuk terus mensupport pasien dalam
menjalankan pengobatan
e) Mengedukasi keluarga terkait tata denah ruang yang sehat yaitu
dengan memberikan sekat pemisah antara dapur dan kamar mandi.
10
3. Community Care
a. Edukasi mengenai penyakit gastroenteritis, mulai dari definisi,
etiologi, gejala, pencegahan, pengobatan dan komplikasi
b. Memberikan pengetahuan mengenai makanan sehat, gizi seimbang
dan rumah sehat yang mendukung pencegahan gastroenteritis
c. Membudayakan PHBS
11
III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik
a) Fungsi Biologis
Bentuk keluarga ini adalah nuclear family, dengan Tn. A (35 tahun)
sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai buruh di Jakarta. Pada
keluarga ini tinggal bersama suami, istri dan ke 3 anak kandungnya.
Pasien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, ibu pasien memiliki
riwayat hipertensi. Suami pasien merupakan anak ke 1 dari 3 bersaudara.
Pasien memiliki 3 orang anak. 2 dari anaknya adalah balita.
b)Fungsi Psikologis
Pasien merupakan seorang ibu dengan kehidupan pernikahan yang
harmonis. Dalam keluarga, pasien lebih sering terbuka dan bercerita
mengenai masalah kesehatannya kepada saudara pasien. Suami pasien juga
terbuka untuk bercerita ke pasien. Anak pasien tertutup dan segan bercerita
ke orangtuanya karena takut membebani pikiran pasien. Suami pasien
bekerja di Jakarta sehingga hanya pulang 3 bulan sekali. Dalam rumah
tersebut jarang terdapat waktu untuk berbincang bersama. Hanya pasien
dan anak perempuan pasien yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk
bercerita
c) Fungsi Sosial
Pasien gemar bersosialisasi dan mengikuti kegiatan di lingkungan
rumah. Rumah pasien sering digunakan untuk kegiatan arisan.
d) Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Keluarga pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah
kebawah dengan pendapatan Rp 600.000/bulan untuk tiap anggota
keluarga. Sumber penghasilan bersaal dari suami pasien yang bekerja
sebagai buruh. Jika ada kekurangan biaya, pasien menggunakan hasil
berjualan ciki sebagai tambahan.
12
B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R
SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota
keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis
keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 =
baik.
ADAPTATION
Pasien sering menceritakan keluhan kesehatannya kepada saudara dan
suaminya. Saat pasien menceritakan keluhannya, keluarga akan memotivasi
pasien dan mendukung pengobatan pasien
PARTNERSHIP
Komunikasi antara anggota keluarga biasanya dilakukan namun
keluarga jarang memiliki waktu untuk berbincang bersama dikarenakan
suami yang pergi mernatau dan pulang hanya 3 bulan sekali.
GROWTH
Pasien terlihat cukup puas atas segala bentuk dukungan dan bantuan
dari keluarga untuk kegiatan atau hal-hal baru yang hendak dilakukan pasien.
AFFECTION
Pasien merasa keluarga pasien mengerti perasaan pasien. Pasien juga sangat
menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.
RESOLVE
Pasien merasa bahwa keluarganya memiliki hubungan kasih sayang
yang cukup baik.Demikian sebaliknya, pasien juga sangat menyayangi
keluarganya yang selalu ada untuk dirinya di kala sehat maupun sakit.Selain
itu pasien juga merasa cukup puas dengan segala bentuk dukungan dan
bantuan dari keluarga untuk kegiatan atau hal-hal baru yang hendak
dilakukan pasien.
13
Tabel 3.1 Nilai APGAR dari Ny. K (Penderita)
A.P.G.A.R Ny. K terhadap keluarga Hampir Kadang- Hampir
selalu kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru atau
arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 9 , fungsi fisiologis Ny. K terhadap keluarga cukup sehat.
14
Total poin = 9, fungsi fisiologis Tn. A terhadap keluarga cukup sehat.
15
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
Fungsi patologis dari keluarga Ny. K dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
Tabel 3.4 SCREEM
SUMBER PATOLOGI KET
Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga -
dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan
kemasyarakatan aktif. Rumah pasien sering digunakan
untuk arisan sekelompok warga desa
Cultural Kepuasan atau kebanggaan pasien terhadap budaya dan -
kebiasaan sekitar baik. Pasien merupakan warga asli
Banyumas yang menerima segala bentuk kebudayaan
sekitar
Religion Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, -
hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang
rutin menjalankan sholat lima waktu.
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah,
Suami pasien adalah buruh di Jakarta, sehingga pasien +
mencoba membantu perekonomian dengan berjualan
kecil kecilan berupa jajan ciki di rumah.
Education Pendidikan anggota keluarga kurang.Pasien tamatan +
SMP, suami lulusan SMA, sedangkan anak pasien
sudah lulus SMA
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga -
menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan
kartu Jamkesmas (BPJS) untuk berobat.
Keterangan :
Education (+) artinya keluarga pasien masih memiliki pengetahuan
yang kurang, khususnya mengenai permasalahan kesehatan pasien
Economic (+) artinya keluarga pasien masih memiliki tingkat
ekonomi yang kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup
Kesimpulan :
Dalam keluarga Ny. K fungsi patologis yang positif adalah economic dan
education.
D. GENOGRAM
16
Tn. D Ny. K Tn. A Ny. S
62 th 60 th 70 th 68 th
Ny. D Ny. R
Nn P
Tn B 35 th 33 th
22 th
27 th
An K
An. L An. F (14 bulan)
12 th (4 th)
Keterangan
17
Diagram 1. Pola Interaksi Keluarga Ny. K
An L (12)
18
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
19
Diagram 2. Faktor Perilaku dan Non Perilaku
Kebiasaan Lingkungan:
Beli makanan yang kurang Banyak dijual makanan
terjamin kebersihannya kurang sehat
Makan tidak teratur Kamar mandi dan dapur
Kebiasaan mencuci sayur bersebelahan dan tanpa
di air tergenang penyekat
Tidak memperhtikan
keseimbangan gizi dalam
makanannya
Pengetahuan :
Tidak mencuci tangan
Pendidikan rendah, pasien
dengan sabun sebelum makan
Keluarga kurang mengetahui
dan masak
Ny. K mengenai makanan sehat
Sikap:
Pasien sangat
memikirkan dan
mengkhawatirkan
kesehatann anaknya
Ekonomi :
Tingkat ekonomi pasien
menegah kebawah
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
20
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Pasien tinggal di sebuah rumah dengan bangunan permanen. Luas
rumah 12 x 10 m2 dengan jumlah penghuni 5 orang. Lantai rumah pasien
menggunakan keramik. Dinding rumah sudah menggunakan tembok,
sedangkan atap menggunakan seng. Rumah pasien memiliki 3 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kamar mandi. Dapur dan kamar mandi
berada sebelahan tanpa pembatas. Rumah dikelilingi dengan kebun.
Setiap ruangan memiliki jendela dan ventilasi yang cukup. Kesan
pencahayaan baik. Sumber air yang didapat berasal dari sumur.
2. Denah Rumah
Di dalam rumah pasien terdapat 7 buah ruangan terdiri dari 1 kamar
mandi, 1 dapur, 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang tengah dan Jumlah
jendela sebagai tempat ventilasi cukup, namun keluarga pasien mengaku
sering membuka jendela rumahnya. Sumber air yang digunakan berasal
dari sumur.
Denah Rumah
Kamar
Ruang
Tidur
tengah
Ruang Tamu
Ruang
Tamu
Kamar Tidur Ruang tamu
21
V. DAFTAR MASALAH
A. MASALAH MEDIS
Gastroenteritis akut tanpa dehidrasi
23
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
E. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga
Ny K adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan yang kurang tentang makanan sehat
2. Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang
3. Stress psikologis
4. Lingkungan dengan makanan kurang sehat dan denah ruang rumah yang
kurang sehat
5. Ekonomi yang rendah
24
Efektifitas jalan keluar meliputi besarnya masalah yang dapat diatasi,
pentingnya jalan keluar, sedangkan efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan
biaya yang diperlukan untuk melakukan jalan keluar.
1) Kriteria efektifitas jalan keluar
a. M (besarnya masalah yang dapat diatasi) :
1. Masalah yang dapat diatasi sangat kecil
2. Masalah yang dapat diatasi kecil
3. Masalah yang dapat diatasi cukup besar
4. Masalah yang diatasi besar
5. Masalah yang diatasi dapat sangat besar
b. I (pentingnya jalan keluar yang dikaitkan dengan kelanggengan
selesainya masalah):
1. Sangat tidak langgeng
2. Tidak langgeng
3. Cukup langgeng
4. Langgeng
5. Sangat langgeng
c. V (sensitivitas jalan keluar yang dikaitkan dengan kecepatan
penyelesaian masalah):
1. Penyelesaian masalah sangat lambat
2. Penyelesaian masalah lambat
3. Penyelesaian cukup cepat
4. Penyelesaian masalah cepat
5. Penyelesaian masalah sangat cepat
1) Kriteria efisiensi jalan keluar (yang dikaitkan dengan biaya yang
dikeluarkan dalam menyelesaikan masalah)
1. Biaya sangat murah
2. Biaya murah
3. Biaya cukup murah
4. Biaya mahal
5. Biaya sangat mahal
25
Prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode RINKE untuk
penyakit Ny.K adalah sebagai berikut :
26
VI. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA
27
maka dianggap mereka sudah memahami materi yang telah disampaikan
sebelumnya dan dapat saling mengingatkan antar anggota keluarga.
C. Hasil Evaluasi
1. Input
a. Sasaran
Sebanyak 3 dari total 5 anggota keluarga mengikuti kegiatan
penyuluhan dan konseling. Maka target penyuluhan terpenuhi, yaitu
28
minimal 3 orang dari anggota keluarga. Sasaran yang mengikuti
kegiatan penyuluhan terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan. Hal
ini dapat dilihat dari pertanyaan yang diajukan oleh pasien dan
anggota keluarganya serta pasien yang ikut berinteraksi aktif
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh pemateri.
b. Sumber Daya
Ruang tamu di kediaman Ny. K menjadi tempat memberikan
penyuluhan. Pemateri yaitu Fatia dan dibantu dokumentasi oleh
Tiara. Fatia menyampaikan materi yang berisi pengertian, faktor
risiko, tanda dan gejala, pencegahan melalui PHBS dan langkah
aplikatif pada keluarga pasien untuk menerapkan teori PHBS
tersebut. Anggaran yang dihabiskan adalah sejumlah Rp. 0.
2. Proses
a. Keberlangsungan acara
Acara diselenggarakan di ruang tamu kediaman Ny. K. Sebelum
dimulai penyuluhan oleh pemateri, pemateri memberikan pretest
berupa 5 pertanyaan terkait gastroenteritis dengan tujuan untuk
mengetahui seberapa paham pasien dengan penyakitnya, serta untuk
membandingkan dengan posttest setelah penyuluhan sebagai indikator
keberhasilan dari penyuluhan itu sendiri. Dari 5 pertanyaan, pasien dan
keluarga pasien hanya bisa menjawab 2 pertanyaan dengan benar.
Kegiatan dilanjutkan dengan penyuluhan. Penyuluhan berlangsung
kondusif. Semua kegiatan terlaksana dengan baik dan antusiasme
peserta baik dibuktikan dengan jumlah pertanyaan yang diajukan
peserta ada sebanyak tiga pertanyaan yang berhubungan dengan
gastroenteritis. Materi disampaikan dengan metode presentasi
langsung/oral tanpa menggunakan media lain yang meliputi
pengertian, faktor risiko, tanda dan gejala, pencegahan melalui PHBS
dan langkah aplikatif pada keluarga pasien untuk menerapkan teori
PHBS tersebut
b. Jadwal pelaksanaan kegiatan
29
Kegiatan berhasil dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Januari
2020. Acara dimulai pukul 13.00 WIB – 14.00 WIB dan berlangsung
selama 60 menit diakhiri oleh review kembali dan pembagian leaflet.
Kegiatan penyuluhan terlaksana sesuai yang direncanakan.
3. Output
Sebelum dilakukan konseling pasien dan keluarga mengaku masih
bingung mengenai penyakit yang diderita Ny. K, hal ini bisa dilihat dari
hasil pretest, dari 5 pertanyaan pasien dan keluarga pasien hanya bisa
menjawab 2 pertanyaan dengan benar, sehingga bisa disimpulkan tingkat
pengetahuan pasien beserta keluarga sebelum penyuluhan adalah 40%.
Setelah dilakukan penyuluhan pasien merasa puas dan senang karena
menjadi lebih paham tentang penyakitnya. Setelah penyuluhan, dilakukan
tanya jawab, narasumber kembali memberikan 5 pertanyaan terkait
gastroenteritis Pasien beserta keluarga dapat menjawab 5 pertanyaan
dengan tepat sehingga tingkat pengetahuan pasien meningkat menjadi 100
% dari sebelumnya yang hanya 40%.
30
VII. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada
bagian mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah
(Betz & Linda, 2009). Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi
feses yang lebih lembek atau cair (kandungan air pada feses lebih banyak dari
biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam) (Sodikin, 2011).
Gastroenteritis akut adalah diare dengan onset mendadak dengan frekuensi
lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan muntah dan berlangsung kurang
dari 14 hari.
B. Etiologi
Gastroenteritis akut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, menurut dari
World Gastroenterology Organisation (2012) ada beberapa agen yang bisa
menyebabkan terjadinya gastroenteritis akut yaitu agen infeksi dan non-infeksi.
Lebih dari 90 % diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10 %
karena sebab lain. Di negara berkembang, penyebab tersering adalah virus, seperti
rotavirus. Infeksi bakteri juga menjadi penyebab dari kasus gastroenteritis akut
bakteri yang sering menjadi penyebabnya adalah Diarrheagenic Escherichia coli,
Shigella species, Vibrio cholera, Salmonella. Sedangkan untuk faktor noninfeksi,
seperti malabsorbsi makronutrien.
C. Patomekanisme
Pada umumnya gastroenteritis akut 90% disebabkan oleh agen infeksi yang
berperan dalam terjadinya gastroenteritis akut terutama adalah faktor agent dan
faktor host. Faktor agent yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa,
kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus
serta daya lekat kuman. Faktor host adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut,
31
terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna antara
lain: keasaman lambung, motilitas usus, imunitas, dan lingkungan mikroflora usus
Berikut beberapa pathogenesis dari gastroenteritis (Sudoyo et al., 2009):
1. Bakteri non invasive (enterotoksigenik)
Diare jenis ini biasanya disebut juga sebagai diare tipe sekretorik dengan
konsistensi berair dengan volume yang banyak. Bakteri yang memproduksi
enterotoksin ini tidak merusak mukosa seperti V. cholerae Eltor,
Eterotoxicgenic E. coli (ETEC) dan C. Perfringens. V.cholerae Eltor
mengeluarkan toksin yang terkait pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah
diproduksi vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan
nikotinamid adenin di nukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan
kadar adenosin 3’-5’-siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang
menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti oleh
air, ion bikarbonat, kation, natrium dan kalium .
2. Bakteri/parasit invasif
Diare yang diakibatkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare
Inflammatory. Bakteri yang merusak (invasif) antara lain Enteroinvasive E. coli
(EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, C. perfringens tipe C. diare disebabkan
oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. Kuman
salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu S. paratyphi B,
Styphimurium, S enterriditis, S choleraesuis. Penyebab parasite yang sering
yaitu E. histolitika dan G. lamblia
Diare inflammatory ditandai dengan kerusakan dan kematian enterosit,
dengan peradangan minimal sampai berat, disertai gangguan absorbsi dan
sekresi. Setelah kolonisasi awal, kemudian terjadi perlekatan bakteri ke sel
epitel dan selanjutnya terjadi invasi bakteri kedalam sel epitel, atau pada IBD
mulai terjadinya inflamasi. Tahap berikutnya terjadi pelepasan sitokin antara
lain interleukin 1 (IL-l), TNF-α, dan kemokin seperti interleukin 8 (IL-8) dari
epitel dan subepitel miofibroblas. IL-8 adalah molekul kemostatik yang akan
mengaktifkan sistim fagositosis setempat dan merangsang sel-sel fagositosis
lainnya ke lamina propia. Apabila substansi kemotaktik (IL-8) dilepas oleh sel
epitel, atau oleh mikroorganisme lumen usus (kemotaktik peptida) dalam
konsentrasi yang cukup kedalam lumen usus, maka neutrofil akan bergerak
32
menembus epitel dan membentuk abses kripta, dan melepaskan berbagai
mediator seperti prostaglandin, leukotrin, platelet actifating factor, dan
hidrogen peroksida dari sel fagosit akan merangsang sekresi usus oleh enterosit,
dan aktifitas saraf usus.
Terdapat 3 mekanisme diare inflamatori, kebanyakan disertai
kerusakan brush border dan beberapa kematian sel enterosit disertai
ulserasi. Invasi mikroorganisme atau parasit ke lumen usus secara langsung
akan merusak atau membunuh sel-sel enterosit. Infeksi cacing akan
mengakibatkan enteritis inflamatori yang ringan yang disertai pelepasan
antibodi IgE dan IgG untuk melawan cacing. Selama terjadinya infeksi atau
reinfeksi, maka akibat reaksi silang reseptor antibodi IgE atau IgG di sel
mast, terjadi pelepasan mediator inflamasi yang hebat seperti histamin,
adenosin, prostaglandin, dan lekotrin
Mekanisme imunologi akibat pelepasan produk dari sel lekosit
polimorfonuklear, makrophage epithelial, limfosit-T akan mengakibatkan
kerusakan dan kematian sel-sel enterosit. Pada keadaan-keadaan di atas sel
epitel, makrofag, dan subepitel miofibroblas akan melepas kandungan
(matriks) metaloprotein dan akan menyerang membrane basalis dan
kandungan molekul interstitial, dengan akibat akan terjadi pengelupasan sel-
sel epitel dan selanjutnya terjadi remodeling matriks (isi sel epitel) yang
mengakibatkan vili-vili menjadi atropi, hiperplasi kripta-kripta di usus halus
dan regenerasi hiperplasia yang tidak teratur di usus besar (kolon).
Pada akhirnya terjadi kerusakan atau sel-sel imatur yang rudimenter
dimana vili-vili yang tak berkembang pada usus halus dan kolon. Sel sel
imatur ini akan mengalami gangguan dalam fungsi absorbsi dan hanya
mengandung sedikit (defisiensi) disakaridase, hidrolase peptida,
berkurangnya tidak terdapat mekanisme Na-coupled sugar atau mekanisme
transport asam amino, dan berkurangnya atau tak terjadi sama sekali
transport absorbsi NaCl. Sebaliknya sel-sel kripta dan sel-sel baru vili yang
imatur atau sel-sel permukaan mempertahankan kemampuannya untuk
mensekresi Cl- (mungkin HCO3-). Pada saat yang sama dengan
dilepaskannya mediator inflamasi dari sel-sel inflamatori di lamina propia
33
akan merangsang sekresi kripta hiperplasi dan vili-vili atau sel-sel
permukaan yang imatur. Kerusakan immune mediated vascular mungkin
menyebabkan kebocoran protein dari kapiler. Apabila terjadi ulserasi yang
berat, maka eksudasi dari kapiler dan limfatik dapat berperan terhadap
terjadinya diare.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi. dari salah
satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%),
muntah (81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya
merupakan gejala yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien.
Selain itu terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti
membran mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan
status mental, terdapat pada <10 % pada hasil pemeriksaan. Gejala
pernafasan, yang mencakup radang tenggorokan, batuk, dan rinorea,
dilaporkan sekitar 10% (Bresee et al., 2012).
E. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus
dicatat, dengan perhatian khusus pada karakteristik feses (misalnya,
berair, berdarah, berlendir, purulen). Pasien harus dievaluasi untuk
tanda-tanda mengetahui dehidrasi, termasuk kencing berkurang, rasa
haus, pusing, dan perubahan status mental. Muntah lebih sugestif
penyakit virus atau penyakit yang disebabkan oleh ingesti racun
bakteri. Gejala lebih menunjukkan invasif bakteri (inflamasi) diare
adalah demam, tenesmus, dan feses berdarah (Sudoyo, 2009).
Makanan dan riwayat perjalanan sangat membantu untuk
mengevaluasi potensi paparan agent. Anak-anak di tempat penitipan,
penghuni panti jompo, penyicip makanan, dan pasien yang baru
dirawat di rumah sakit berada pada risiko tinggi penyakit diare
menular. Wanita hamil memiliki 12 kali lipat peningkatan risiko
34
listeriosis, terutama yang mengkonsumsi olahan daging beku, keju
lunak, dan susu mentah. Riwayat sakit terdahulu dan penggunaan
antibiotik dan obat lain harus dicatat pada pasien dengan diare akut
(Sudoyo, 2009).
2. Pemeriksaan Fisik
Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk menilai tingkat
dehidrasi pasien. Umumnya penampilan sakit, membran mukosa
kering, waktu pengisian kapiler yang tertunda, peningkatan denyut
jantung dan tanda-tanda vital lain yang abnormal seperti penurunan
tekanan darah dan peningkatan laju nafas dapat membantu dalam
mengidentifikasi dehidrasi. Demam lebih mengarah pada diare dengan
adanya proses inflamasi. Pemeriksaan perut penting untuk menilai
nyeri dan proses perut akut. Pemeriksaan rektal dapat membantu
dalam menilai adanya darah, nyeri dubur, dan konsistensi feses.
Dehidrasi Ringan (hilang cairan 2-5% BB) gambaran klinisnya turgor
kurang, suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok. Dehidrasi
Sedang (hilang cairan 5-8% BB) turgor buruk, suara serak, pasien
jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.
Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10 BB) tanda dehidrasi sedang
ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot otot kaku,
sianosis (How, 2010).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan penunjang yang perlu dilakukan meliputi : darah lengkap,
profil elektrolit, pemeriksaan feses untuk mencari etiologi, dan analisa
gas darah jika terdapat gejala ketidakseimbangan asam-basa (Sudoyo,
2009)..
F. Tatalaksana
Panduan pengobatan menurut WHO (World Health Organization) diare
akut dapat dilaksanakan secara sederhana yaitu dengan terapi cairan dan
elektrolit per-oral dan melanjutkan pemberian makanan, sedangkan terapi non
spesifik dengan anti diare tidak direkomendasikan dan terapi antibiotika
35
hanya diberikan bila ada indikasi. Pemberian cairan dan elektrolit secara
parenteral hanya untuk kasus dehidrasi berat (Widoyo, 2008).
Pemberian antibiotik secara rutin tidak diperlukan. Tetapi antibiotik
diberikan sesuai dengan tatalaksana diare akut atau apabila ada infeksi non
intestinal seperti pneunomia, infeksi saluran kencing atau sepsis. Pemberian
antibiotika hanya terbatas karena pada umumnya diare dapat sembuh dengan
sendirinya (self-limiting disease).
Terapi Zinc berfungsi untuk reepitalisasi sel enterosit. Terapi zinc pada
kasus diare akut tertentu ternyata dapat menurunkan kejadian berlanjutnya
diare akut menjadi diare persisten Dosis Zink adalah 20 mg/ hari diberikan
selama 10 hari (Widoyo, 2008).
Pengobatan Simptomatik yang bisa diberikan pada pasien dengan
gastroenteritis akut;
1. Obat-obat antidiare: obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara
cepat. Antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, loperamid dan
sebagainya) yang menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan
terjadi peningkatan (overgrowth) bakteri, gangguan digesti dan absorbsi.
Obat-obat ini berkhasiat menghentikan peristaltik, akibatnya diarenya
tidak terlihat tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi
bertambah berat.
2. Adsorbens: obat-obat adsorben seperti kaolin, pektin, charcoal (norit,
Tabonal®) dan sebagainya, telah dibuktikan tidak ada manfaatnya.
3. Stimulans: obat-obat stimulan seperti adrenalin, nikotinamide dan
sebagainya tidak akan memperbaiki dehidrasi (hipovolemic shock)
sehingga pengobatan yang paling tepat pemberian cairan secepatnya
4. Antiemetic: obat antiemetik seperti chlorpromazine dan prochlorperazine
mempunyai efek sedatif, menyebabkan anak tidak mau mengkonsumsi
cairan. Oleh karena itu antiemetik tidak digunakan pada anak yang diare
(Widoyo, 2008).
36
VIII. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ny. K adalah seorang pasien yang didiagnosis
Gastroenteritis akut
1. Aspek personal
Keluhan Utama : BAB cair dan sering ≥6x
Keluhan tambahan : Demam, mual, muntah
a) Idea : pasien berpikir bahwa dengan berobat badannya akan
menjadi lebih kuat, berhenti mual dan muntah, bisa makan
dan minum
b) Concern : pasien merasa penyakit tersebut membuat pasien lemas
sehingga agak mengganggu aktivitas sehari hari
c) Expectacy : pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh
sehingga bisa merawat anaknya secara maksimal dan
beraktivitas seperti biasanya
d) Anxiety : pasien cemas kondisinya saat ini namun setelah diberi obat
pasien merasa lebih tenang dan percaya penyakitnya
segera sembuh
2. Aspek klinis
Diagnosa : Gastroenteritis Akut tanpa dehidrasi
Gejala klinis yang muncul : BAB cair dan sering ≥6x, mual, muntah
37
f.Kebiasaan mencuci sayur di air tergenang
g. Pasien sering memikirkan kondisi kesehatan anaknya yang sakit
4. Aspek faktor ekstrinsik
a. Pendidikan rendah, pengetahuan tentang makanan sehat kurang
b. Tingkat ekonomi menengah kebawah
c. Lingkungan banyak yang menjual jajanan/makanan yang kurang terjamin
kebersihannya
d. Lokasi dapur dan kamar mandi yang bersebelahan dan tanpa penyekat
5. Aspek skala penilaian fungsi sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 2 dikarenakan pasien lemas
sehingga sedikit terganggu dalam melakukan aktivitas seperti biasanya
dannamun pasien masih dapat melakukan perawatan pada diri sendiri.
B. Saran
1. Pemberian penyuluhan dengan materi utama pada penyuluhan dan edukasi
yang diberikan kepada pasien dan keluarga adalah mengenai pengertian,
faktor risiko, tanda dan gejala, pencegahan melalui PHBS dan langkah
aplikatif pada keluarga pasien untuk menerapkan teori PHBS tersebut
2. Menyarankan untuk melakukan pola hidup sehat serta menerapkan menu gizi
seimbang
38
DAFTAR PUSTAKA
39
LAMPIRAN
40
2. Home visit 4/1/2020
41
4. Leaflet
42