Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi sistemik yang
menjadi masalah dunia. Tidak hanya di negara-negara tropis, namun di
negara-negara subtropis pun prevalensi demam tifoid cukup tinggi, terlebih di
negara berkembang. Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica khususnya turunannya,
Salmonella typhi (Alba, 2016). Penularan demam tifoid melalui fecal dan oral
yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Mogasale, 2016).
Demam tifoid telah menjadi masalah yang cukup penting di beberapa
negara. Diperkirakan 17 juta orang menderita penyakit ini per tahunnya.
Hampir sebagian besar terjadi di negara dengan pendapatan pertahun yang
masih rendah . WHO memperkirakan 70% kematian terjadi di Asia. Indonesia
merupakan negara endemik demam tifoid. Diperkirakan terdapat 800
penderita per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang
tahun. Penyakit ini tersebar di seluruh wilayah dengan insidensi yang tidak
berbeda jauh antar daerah.(Andayani,2018)

Sebuah penelitian yang dilakukan di daerah kumuh di Jakarta


memperkirakan angka kejadian demam tifoid 148,7 per 100.000 penduduk per
tahun pada kelompok umur 2-4 tahun, 180,3 per 100.000 penduduk pada
kelompok umur 5-15 tahun dan 51,2 per 100.000 penduduk di antaranya lebih
dari 16 tahun, dengan onset usia rata-rata 10,2 tahun . Tanpa pengobatan yang
efektif, demam tifoid memiliki CFR sebesar 10-30%. Namun jumlah itu
berkurang menjadi 1-4% setelah menerima pengobatan yang adekuat .
(Andayani,2018)
WHO mencatat Indonesia sebagai salah satu negara endemik untuk
demam tifoid. Di Indonesia, terdapat rata-rata 900.000 kasus demam tifoid
dengan angka kematian lebih dari 20.000 setiap tahunnya.1 Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, angka prevalensi demam tifoid
secara nasional adalah 1,6% dengan 12 provinsi yang memiliki prevalensi
diatas angka nasional, yaitu: Provinsi Nangroe Aceh Darusalam, Bengkulu,
Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Papua Barat dan
Papua (DEPKES, 2011).
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
penderita thypoid, berjenis kelamin perempuan dan berusia 24 tahun, dimana
penderita merupakan salah satu pasien tifoid rawat inap di puskesmas waru,
Kabupaten Sidoarjo, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi.
Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya di
wilayah kerja Puskesmas waru , Kabupaten Sidoarjo, beserta permasalahannya
seperti masih kurang pengetahuan masyarakat tentang thyfoid fever, terutama
masalah tentang penatalaksanaan jangka panjangnya. Oleh karena itu, penting
kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk
kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah hubungan antara kehidupan sosial dan ekonomi pasien
dengan penyakit yang diderita pasien?
2. Bagaimanakah hubungan antara lingkungan sekitar pasien dengan
penyakit yang diderita pasien?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui hubungan antara kehidupan sosial dan
ekonomi pasien dengan penyakit yang diderita pasien
b. Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sekitar pasien
dengan penyakit yang diderita pasien

2
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui identifikasi pasien sesuai dengan yang
ditetapkan puskesmas
b. Untuk mengetahui identifikasi kehidupan pasien dalam
keluarga melalui APGAR
c. Untuk mengetahui identifikasi faktor sosial ekonomi pasien
melalui SCREEM
d. Untuk mengetahui identifikasi faktor keturunan pasien melalui
Genogram
e. Untuk mengetahui identifikasi faktor pelayanan kesehatan
f. Untuk mengetahui identifikasi perilaku pasien disertai dengan
penyakitnya
g. Untuk mengetahui identifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial,
ekonomi, dsb)
D. MANFAAT
1. Bagi Pasien dan Keluarganya
Memberikan wawasan dan pemahaman kepada pasien dan
keluarganya mengenai penyakitnya serta pentingnya menjaga
kebersihan terutama lingkungan agar terhindar dari berbagai penyakit
dimana salah satunya adalah thyfoid fever.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Manfaat kunjungan rumah ini bagi pelayanan kesehatan
adalah sebagai sumber evaluasi dalam memberikan pelayanan
terhadap penyakit thyfoid fever sehingga bisa dicari solusinya
bersama.
3. Manfaat bagi Puskesmas
Manfaat kunjungan rumah ini bagi puskesmas adalah sebagai
pengetahuan dan sumber evaluasi dalam peningkatan pelayanan
terhadap penyakit thyfoid fever.

3
BAB II
HASIL KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

A. IDENTIFIKASI PASIEN
1. Identitas Penderita
Nama : Nn. I
Umur : 24 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Kariawan
Pendidikan : S1 Akutansi
Agama : Islam
Alamat :Rusunawa Tambak Sawah Blok D 1/12
Kabupaten Sidoarjo

Suku : Jawa
Tanggal periksa : 29 Mei 2019
2. Anamnesis
1) Keluhan Utama
Demam
2) Riwayat Penyakit Sekarang (Heteroanamnesa)
Pasien datang diantar ayahnya kepoli umum puskesmas waru dengan
keluhan demam tinggi sejak 5 hari yang lalu. pasien mengatakan
demam dirasakan naik turun, saat pagi sampai siang turun namun
demam cenderung naik menjelang sore sampai malam hari. Pasien
juga mengatakan badan terasa menggigil dan kepala pusing. Selama 5
hari terakhir pasien juga dikeluhkan adanya nafsu makan
menurun,pasien juga mengeluhkan adanya mual dan nyeri perut sejak
5 hari yang lalu .Pasien mengeluh diara cair ada ampas tidak ada
lender selama 2 hari ini . BAK dalam batas normal.
3) Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien pernah menderita seperti ini saat usia 17 tahun.

4
4) Riwayat Penyakit Keluarga
a) Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat atau menderita
penyakit serupa.
b) Riwayat hipertensi : Ayah pasien punyak riwayat hipertensi
c) Riwayat diabetes melitus : Ayah pasien punyak riwayat diabetes
melitus

5) Riwayat Kebiasaan
Pasien sering membeli makanan dan minuman di warung sekitar
kantor selama pasien berkerja.
a) Merokok : Pasien tidak merokok
b) Kebersihan badan : Mandi 2x sehari
c) Olah raga : Pasien kadang berolaraga

6) Riwayat Sosial Ekonomi


Penderita adalah anak pertama dari pasangan suami istri Tn.R
dan Ny.S. Penderita merupakan karyawan suatu swalayan di desa
tropodo kecamatan waru Kabupaten Sidoarjo. Saat ini ayah Penderita
bekerja sebagai sopir bayaran dan bekerja pada saat ada pesanan sopir,
apabila tidak ada pesanan ayah pasien hanya dian di rumah saja.
Istrinya bekerja sebagai karyawan pabrik rokok. Sumber pendapatan
keluarga didapatkan dari ayah,ibu dan anak kurang lebih pendapat /
bulan Rp.3.500.000 . Sebagian besar hasil pendapatan digunakan
sebagai kebutuhan rumah tangga.
Penderita saat ini tinggal di rusunawa tambak sawah kecamatan
waru, dengan kondisi lingkungan rumah dan sekitarnya yang cukup
bersih. Pasien tinggal dirumah rumah yang berukuran 5 m x 5 m2dan
letaknya berdekatan dengan rumah tetangga lainnya. Rumah memiliki
WC, sumber air yang dimiliki pasien adalah air PDAM yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan
mencuci baju tampak cukup bersih,terdapat jendela hanya pada ruang
tamu dan rumah kurang tertata rapi. Suasana sekitar rumah pasien

5
tampak cukup bersih. Sebelah rumah pasien saling berdempetan
dengan tetangga.
7) Riwayat Gizi.
Penderita makan teratur 3 kali sehari namun penderita terlalu
banyak menghabiskan waktu makan di luar saat bekerja, Penderita
jarang makan di rumah , penderita mengatakn selama di tempat kerja
senang sekali membeli cemilan seperti gorengan,pentol,cilok dan lain-
lainnya.penderita selama ini jarang makan buah-buahan dan sayuran
3. Anamnesis Sistem
a. Kulit : warna kulit kuning langsat, kulit gatal (-)
b. Kepala : rambut kepala tidak rontok, luka pada kepala (-),
benjolan/borok di kepala(-)
c. Mata : ketajaman penglihatan baik
d. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
e. Telinga : keluar cairan (-)
f. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), thypoid tounge (-)
g. Tenggorokan : serak (-), nyeri telan (-)
h. Pernafasan : sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)
i. Kardiovaskular : nyeri dada (-)
j. Gastrointestinal : mual (+), muntah (-), diare (+), nyeri perut (+),
konstipasi (-), nafsu makan menurun (+),
k. Genitourinaria : BAK lancar, warna kuning.
l. Neuropsikiatri :Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
m. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri
otot (-)
n. Ekstremitas : Atas: bengkak(-), sakit (-) Ptekie (-) sinistra, Bawah:
bengkak(-), sakit (-)

6
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum:
Tampak sakit, kesadaran compos mentis, GCS (EVM): 4.5.6 status
gizi kesan cukup
2. Tanda Vital dan status gizi:
a. Tanda vital:
Nadi: 88 x / menit, reguler, kuat angkat
Pernafasan: 18 x / menit
Suhu: 36 oC
Tensi: 110/70
b. Status gizi:
BB: 50 kg
TB: 160 cm
Kesan = Gizi baik
3. Kulit
a. Warna:, ikterik (-), sianosis (-)
b. Kepala: bentuk normocephali; tidak ada luka; keadaan rambut
tebal, tidak mudah dicabut; tidak ada atrofi M.Temporalis; tidak
ada papula, nodula; tidak ada kelainan mimik wajah/bell’s palsy
4. Mata
Conjuctiva tidak pucat; sklera tidak ikterik; pupil bulat isokor
3mm/3mm; reflek cahaya+/+.

5. Hidung
Nafas cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada, deformitas hidung
tidak ada.
6. Mulut
Bibir tidak pucat, bibir kering, lidah kotor (thypoid tongue), papil
lidah tidak atrofi.

7
7. Telinga
Nyeri tekan mastoid tidak ada; sekret tidak ada; pendengaran tidak
berkurang; keadaan cuping telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil tidak membesar, pharing tidak hiperemis
9. Leher
Posisi trakea di tengah; tidak ada pembesaran kelenjar tiroid; tidak ada
pembesaran kelenjar limfe; tidak ada lesi pada kulit
10. Thoraks
Cor: I: ictus cordis tidak tampak
P: ictus cordis tidak teraba
P: Batas kanan atas : ICS II garis parasternal kanan.
Batas kanan bawah : ICS IV garis parasternal kanan
Batas kiri atas : ICS II garis parasternal kiri
Batas kiri bawah : ICS IV garis midklavikula kiri.
A: S1S2 tunggal, tidak ada suara tambahan.
c. Pulmo:

Kanan Kiri

I: Simetris, Retraksi (-) I: Simetris, Retraksi (-)

Depan P: Fremitus raba (+), dBN P: Fremitus raba (+), dBN

P: Sonor P: Sonor

A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)

I: Simetris, Retraksi (-) I: Simetris, Retraksi (-)

Belakang P: Fremitus raba (+), dBN P: Fremitus raba (+), dBN

P: Sonor P: Sonor

8
A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)

11. Abdomen
I: Flat
A: BU 16x/m
P: konsistensi kenyal, nyeri tekan regio umbilicalis, H/L/R tidak
teraba pembesaran
P: tympani di seluruh lapang perut
12. Ekstremitas:
Hangat: oedem:

Atrofi:

5. Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap :
Hemoglobin : 14.0 gr/dl (13-17 gr/dl)
Leukosit : 9.900 /cmm (4700-10.300 %)
Hematokrit : 60 % ( 40-50 %)
Trombosit : 148.000 /cmm (150.000-450.000 /cmm)
Serologis :
Widal O : (+) 1/320
Widal H : (+) 1/160
6. Resume
Seorang perempuan usia 24 tahun dengan keluhan utama demam.
Pasien mengalami demam tinggi sejak 5 hari yang lalu, demam
remitten, demam cenderung naik menjelang sore sampai malam hari..
Selain itu selama 5 hari terakhir pasien juga dikeluhkan adanya nafsu
makan menurun, nyeri kepala, nyeri perut, diare, mual. Diare

9
dirasakan sejak 2 hari terkahir yg berupa cairan ada ampas tidak
disertai lendir. BAK dalam batas normal. Pasien mempunyai
kebiasaan sering makan diluar rumah dikarenakan kerja di tokoh
swalayan,makanan dimakan tidak terjamin kebesihannya,
Pada pemeriksaan fisik tampak lemah, kesadaran compos mentis,
GCS (EVM): 4.5.6 status gizi kesan baik. Tanda Vital dan status gizi:
Nadi: 80x / menit, reguler, kuat angkat. Pernafasan: 18 x/menit, suhu:
36 oC. Status gizi baik. nyeri tekan pada regio epigastrium.

7. Patient Centered Diagnosis


a. Diagnosis klinis:
Thypoid Fever
b. Diagnosis berdasarkan kedokteran keluarga:
1) Bentuk keluarga : Nuclear Family
2) Struktur keluarga : Patrilineal
3) APGAR Score : Fungsi fisiologis Nn.I dan keluarganya
dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga
tersebut terjalin baik.
4) SCREEM Score : Dalam keluarga Nn.I fungsi patologis yang
positif adalah fungsi edukasi
8. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan penderita adalah:
Non Medikamentosa

a) Pemakaian alat-alat makan dan ekstra mencegah penularan kuman ke


orang-orang sekitar pasien.

b) Bedrest

Istirahat selama demam sampai dengan 1 minggu normal kembali


yaitu istirahat mengurangi aktivitas.

c) Pengaturan diet

10
Makanan harus lunak mudah dicerna. Bahan makanan tidak boleh
mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan
banyak gas. Setelah demam reda, dapat segera diberikan makanan
yang lebih padat tinggi kalori tinggi protein.

d) Banyak minum untuk mencegah dehidrasi karena pasien mengalami


demam tifoid.

Medikamentosa

Kapsul Chloramphenicol 4 x 500 mg


Tab Paracetamol 3 x 500 mg
Indikasi rawat inap:

Demam tifoid berat harus dirawat inap di rumah sakit.

1. Cairan dan kalori (terutama pada demam tinggi, muntah,


atau diare, bila perlu asupan cairan dan kalori diberikan
melalui sonde lambung)

2. Pada ensefalopati, jumlah kebutuhan cairan dikurangi


menjadi 4/5 kebutuhan dengan kadar natrium rendah

3. Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskular dan jaringan

4. Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik

5. Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan O2

6. Pelihara keadaan nutrisi

7. Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit

9. Follow up
1) Follow Up (29 Mei 2019)
S : Pasien mengatakan sudah tidak ada keluhan,kadang hanya mengeluh
masih pusing.
O : Keadaan umum : baik, compos mentis
T :110/80 mmHg, Nadi 80 x/ menit , RR 20 x / menit , Suhu 36 ° C

11
A : Thypoid Fever
P :
Non medikamentosa
Istirahat yang cukup,diet makan lunak.
Medikamentosa
Kapsul Chloramphenicol 4 x 500 mg
Tab Paracetamol 3 x 500 mg

2) Follow Up ( 1 juni 2019)


S : Pasien mengatakan sudah tidak ada keluhan,pusing sudah tidak
ada,nafsu makan masih kurang .
O : Keadaan umum : baik, compos mentis
T :120/80 mmHg, Nadi 90 x/ menit , RR 19 x / menit , Suhu 36 ° C

A : Thypoid Fever
P :
Non medikamentosa
Edukasih istirahat yang cukup, diet dan olahraga
Medikamentosa
Kapsul Chloramphenicol 4 x 500 mg
Tab Paracetamol 3 x 500 mg
3) Follow Up ( 3 juni 2019)
S : Pasien mengatakan sudah tidak ada keluhan.
O : Keadaan umum : baik, compos mentis
T :120/80 mmHg, Nadi 90 x/ menit , RR 19 x / menit , Suhu 36
°C
A : Thypoid Fever
P :
Non medikamentosa
Edukasih istirahat yang cukup, diet dan olahraga
Medikamentosa
Kapsul Chloramphenicol 4 x 500 mg
Tab Paracetamol 3 x 500 mg

12
BAB III
PENGELOLAAN PASIEN
(PATIENT MANAGEMENT)

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

1. Suport Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun
kepada dokternya. Antara lain dengan cara:
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada.
Memantaukondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.

Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri


kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan
memohon hanya kepada Tuhan.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan
hal yang hams dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan
evaluasi kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi
psikososial.

2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami
akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan
edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit

13
turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk
kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai
petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang
bergizi tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan
pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk
terhadappenyakitnya, dan membangun semangat hidupnya sehingga
bisa mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien


Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah
tentang thypoid dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit, dan
pengobatannya. Sehingga persepsi yang salah dan merugikan bisa
dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap kali pasien
kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter maupun oleh
petugas Yankes.

Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan


kesembuhannya melalui program pengobatan yang dianjurkan oleh dokter.
Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah penderita
termasuk akibat penyakitnya terhadap hubungan dengan keluarganya,
pemberian konseling jika dibutuhkan. Penderita juga diberi penjelasan
tentang pentingnya menjaga diet dan pentingnya berolahraga.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri


sendiri
Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri
pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya.
Selain itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri
mengenai kepatuhan dalam jadwal kontrol, keteraturan minum obat, diet
yang dianjurkan dan hal-hal yang perlu dihindari serta yang perlu
dilakukan. Pasien dimotivasi agar rajin dan teratur minum obat yang

14
diberikan, dan bersabar dalam pengobatan karena penyakit yang diderita
merupakan penyakit dengan jangka waktu pengobatan yang lama.

5. Pengobatan
Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam
penatalaksanaan.

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan


Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan berupa perubahan tingkah laku. Terutama dalam menjaga pola
makan dan membiasakan diri untuk berolahraga secara rutin.

B. PREVENSIBEBAS HIPERTENSI UNTUK KELUARGA LAINNYA


(ORANGTUA, DAN KELUARGA LAINNYA)

Pada prinsipnya secara pencegahan demam tifoid adalah mengenai


pola hidup sehat baik terhadap diri sendiridan lingkungan sekitar agar
terhindar dari berbagai penyakit infeksi.
1. Bagi keluarga biasakan menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Biasakan
membersihkan rumah setidaknya 2 kali setiap hari dan lingkungan
belakang rumah yang dibuat untuk memelihara burung dara sebaiknya
diatur yang baik, serta mencuci perabotan rumah dan pakaian
menggunakan air bersih. Selalu mengkonsumsi air bersih yang sudah
dimasak serta menggunakan sumber air yang baik.
2. Istirahat yang cukup 6-8 sehari semalam.
4. Olah raga teratur dan makan-makanan yang bergizi.
Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk meningkatkan daya tahan
tubuhbagi anggota keluarga dan tentunya untuk pasien sendiri

15
BAB VI

IDENTIFIKASI KELUARGA DAN FAKTOR LINGKUNGAN

A.FAKTOR KELUARGA

1) KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap : Rusunawa Tambak Sawah Blok D 1/12


Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Diagram 1. Genogram Keluarga Nn.I

Ny. S
Tn. R

Nn.I
Sumber informasi : Informasi dari Tn. R(Bapak Nn. I )
Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan

: Pasien : Meninggal dunia

16
2) INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA

Tn R.56 th Ny. S 47 th

Nn.N 22 th Nn. I 24 th

Keterangan : : hubungan baik


: hubungan tidak baik
Hubungan antara Nn. I keluarganya baik dan dekat

3) PERTANYAAN SIRKULER

1. Ketika penderita jatuh sakit siapa yang merawat?


Jawab : ayah membawa ke tempat pengobatan terdekat dalam hal ini
Puskesmas dan merawat penderita, serta menyediakan kebutuhan
penderita selama sakit.
2. Ketika ayah bertindak seperti itu apa yang dilakukan ibu ?
Jawab : ibu mendukung dan membantu suami dalam merawat anak nya.
3. Ketika ibu seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?
Jawab: Keluarga sejauh ini mendukung apa yang di lakukan ayah dan
ibu pasien dan siap membantu semampunya apabila mereka perlu
bantuan dari anggota keluarga lainya.
4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab : Ayah pasien.
5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab : ayah pasien
6. Selanjutnya siapa ?
Jawab : ibu pasien
7. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?
Jawab : Tidak ada

17
8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab : Tidak ada
9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab : Tidak ada
Kesimpulan : keluarga pasien selalu mendukung hal - hal yang
positif ,dan hubungan antara Nn.I dengan keluarga baik dan dekat .

4) FUNGSI KELUARGA
A. APGAR SCORE
ADAPTATION
Nn. I yang masih berusia 24 tahun ketika sakit mengeluh dan tergantung
kepada ayahnya Tn.R yang memiliki peran penting dalam memberi
dukungan, merawat, membantu pasien ketika minum obat karena Tn .R lah
yang selalu berada di rumah menemani pasien. Ibu pasien bekerja dan
pulang sore . Adik pasien umur 22 tahun sedang kuliah diluar kota.

PARTNERSHIP
Nn. I mengerti tentang penyakitnya dan selalu berkonsultasi
dengan Tn.R selaku ayah pasien yang bertanggung jawab untuk
menjaga pasien dan mendiskusikan jika pasien sakit ke anggota
keluarga yang lain termasuk membawa pasien ke dokter.

GROWTH
Nn.I sudah mengerti dengan penyakit dan gejala yang
dirasakan, pasien dapat mengerti tentang apa yang di jelaskan oleh
dokter dan mengetahui tentang apa tindakan yang harus dilakukan
,namun pasien masih bergantung dengan ayahnya Tn. R yang selalu
menjaga dan memperhatikan pasien selama di rumah dan mengantar
pasien untuk control kepuskesmas.

18
AFFECTION
Pasien lmasih terjantungan dengan ayangnya. Ayah pasien
memegang peran penting sebagai keluarga untuk menghidupi keluarga
dan mengambil keputusan dalam hal pengobatan pasien.

RESOLVE

Ayah pasien yang selalu memperhatikan pasien dikarenakan


ayah pasien selalu di rumah , ibu pasien memperhatikan keluarga
setelah palang dari bekerja,ibu yang memasak dan mengurus rumah
tangga.

Tabel 4.1 Skor APGAR Tn. R


Skor APGAR Tn. R Sering/selal Kadang Jarang/tidak
u -kadang
A Saya puas bahwa saya dapat kembali √
ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya √
membahas dan membagi masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya √
menerimadan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga √
saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi saya
seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya √
dan saya membagi waktu bersama-

19
sama
Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik.

Tabel 4.2 Skor APGAR Nn.I


Skor APGAR Nn.I Sering/selal Kadang Jarang/tidak
u -kadang
A Saya puas bahwa saya dapat kembali √
ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya √
membahas dan membagi masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya √
menerimadan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga √
saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi saya
seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan carakeluarga saya √
dan saya membagi waktu bersama-
sama
Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Nn.I yang
diwakili oleh Tn. R adalah 9 , Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis
yang dimiliki keluarga Nn.R dan keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan
antar individu dalam keluarga tersebut terjalin baik.

20
A. SCREEM
Tabel 4.3 SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET


Interaksi sosial yang baik antar anggota -
Sosial
keluarga juga dengan saudara partisipasi
mereka dalam masyarakat cukup meskipun
banyak keterbatasan.

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap _


budaya baik, hal ini dapat dilihat dari
pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga
maupun di lingkungan, banyak tradisi
budaya yang masih diikuti. Sering
mengikuti acara-acara yang bersifat
hajatan, sunatan, nyadran dll.
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
kesopanan
Religius Pemahaman agama cukup baik. Sholat 5 –
Agama menawarkan waktu di jalani dengan baik.
pengalaman spiritual yang
baik untuk ketenangan
individu yang tidak
didapatkan dari yang lain

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah -


kebawah, untuk kebutuhan primerbisa
terpenuhi dan mampu mencukupi
kebutuhan sekunder tanpa mengabaikan

21
skala prioritas kebutuhan sehari-hari.
Edukasi Pendidikan anggota keluarga baik . -
Medical Mampu menggunakan pelayanan kesehatan -
Pelayanan kesehatan yang memadai. Dalam mencari pelayanan
puskesmas memberikan kesehatan keluarga ini biasanya
perhatian khusus terhadap menggunakan Puskesmas hal ini mudah
kasus pasien dijangkau karena letaknya dekat

Keterangan :
Dalam keluarga Nn. R fungsi patologi negative.

B. FAKTOR LINGKUNGAN PASIEN


Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rusunawa yang berukuran 5 x 5 m2. Di
depan rusunawa terdapat tanah kosong dengan lingkungan yang bersih
,disekeliling rumah terutama di depan rumah di penuhi oleh jemuran dan
gantungan baju warga yang tinggal di rusunawa, Memiliki teras yang
berukuran 1 x 2 m2. Terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur, 1dapur, dan 1
kamar mandi yang memiliki fasilitas jamban. Pencahayaan di kamar tidur
kurang, sedangkan pencahayaan di ruang tamu cukup. Ventilasi kurang
memadai karena di kamar tidur hanya terdapat satu jendela yang jarang
dibuka dan kamar mandi terihat kotor.
Lantai rumah tegel. Atap rumah tersusun dari beton dengan penutup
plafon.pada depan rumah terdapat besi dan kawat untuk menjemur pakaian.
Perabotan rumah tangga tampak minimalis dan tidak tertata dengan rapi.
Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan air
PDAM. Secara keseluruhan kebersihan rumah masih kurang

22
C. FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN
Pada pasien ini dari pihak puskesmas sudah pernah memberikan
penyuluhan, dan saat pasien berobat ke Puskesmas pun telah mendapat KIE
oleh dokter.

D. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU


KELUARGA
1. Faktor Perilaku Keluarga
Ny.R adalah anak pertama dalam keluarga. Sehari-hari pasien
bekerja dan bermain bersama teman-temannya. Ayahnya bekerja sebagai
supir ,Ibunya berkerja sebagai kariawan di pabrik rokok .
Kesadaran tentang kebersihan dalam keluarga ini masih kurang,
hal ini terbukti dengan rumah yang masih tidak tertata rapi, peralatan
dapur yang terbilang kotor dan berantakan, sisa makan yang tidak di
tutup, tempat tidur pasien ataupun keluarga lainnya yang juga kotor.
Keluarga juga belum mengetahui tentang dampak kesehatan yang
ditimbulkan jika tidak melakukan pola hidup sehat seperti membersihkan
alat makan dengan air mengalir dan mencuci tangan sebelum makan.
Untuk makan setiap hari, terkadang memasak sendiri di rumah,
atau membeli makanan diluar rumah. Untuk kehidupan sehari-hari
keluarga terbiasa menggunakan air PDAM seperti untuk mandi,
memasak. Bahan-bahan makanan yang akan dimasak dicuci
menggunakan air sumur dimana air tersebut juga digunakan untuk
memasak.
2. Faktor Non Perilaku Keluarga
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
ekonomi menengah ke bawah. Keluarga ini sumber penghasilannya dari
Tn. R dan Ny. S bagai sopir dan karyawan pabrik rokok. Rumah yang
dihuni keluarga ini kurang memadai karena belum memenuhi dalam
pemenuhan standar kesehatan. Lantai seluruhnya di tegel, pencahayaan
ruangan agak kurang, ventilasi kurang terutama di kamar tidur dan kamar

23
mandi terihat kotor. Pada bagian dapur terlihat alat-alat makan yang belum
dicuci dan terlihat kotor tidak rapih. Sampah keluarga dibuang ditempat
pembuangan sampah yang terletak beberapa meter dari rumah. Fasilitas
kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah
Puskesmas waru .

E. DENAH RUMAH

A Keterangan :
A : Teras Rumah
B
C B : R. Tamu/ R.
Keluarga
C : Kamar Tidur
G F D : Gudang
G E : Dapur
F : Kamar Mandi
E D D
G : tempat cuci
piring

24
BAB V
PEMBAHASAN

A. Masalah yang Ditemukan


a) Masalah Aktif :
 Nn.I menderita Thypoid Fever
 Nn.I tidak memahami tentang thypoid fever
 Pola hidup Nn.I berpotensi munculnya penyakit.
b) Faktor Resiko :
 Seringnya makan dan minum diluar rumah selama bekerja.
 Lingkungan tempat tinggal yang kurang bersih serta kondisi
dapur buruk.
 Kurangnya konsumsi makanan yang bergizi yang dapat menjaga
daya tahan tubuh.
c) Konsep Teori H.L. Blum terkait Permasalahan Pasien
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan
yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan
pasien.
Faktor Genetic:

Penyakit yang diderita pasien bukan


penyakit keturunan
Perilaku
Faktor
Lingkungan
Kebiasaan
Sanitasi dapur makan dan
dan tempat Nn.I minum diluar
pencuci piring 24 TAHUN rumah yang
buruk. tidak jelas
kebersihannya.

Pelayanan Kesehatan

Kurangnya penyuluhan mengenai dampak


penyakit yang ditimbulkan jika sanitasi buruk.

25
B. PEMBAHASAN MASALAH SESUAI DENGAN H.L BLUM
1. Faktor Keturunan(Genetik)
Thypoid fever yang diderita pasien bukan
merupakan penyakit keturunan, karena tidak terdapat faktor
genetik yang berpengaruh pada timbulnya penyakit ini.
Dalam genogram pasien Nn.I juga tidak ditemukan riwayat
keturunan pada penyakit thypoid fever pasien.

2. Faktor Perilaku

Makanan yang dijual dijalanan belum terjamin


kebersihannya. Hal ini disebebakan juga oleh penjual yang
tidak memperhatikan kebersihan makanan, cara memasak
makanan, dan juga mencuci alat makan dengan tidak
menggunakan air mengalir. Hal ini juga terjadi pada Nn.I
dimana pasien sering membeli makan di luar pada saat
bekerja tanpa memperhatikan kebersihannya.
Hal yang perlu dilakukan adalah oleh Nn. I perlu
menyiapkan bekal makanan sendiri yang tentu lebih
terjamin kebersihan dan gizinya untuk di bawak pada saat
kerja agar tidak menyebabkan sakit terulang kembali.

3. Faktor pelayanan kesehatan


Kurangnya penyuluhan tentangnya sanitasi dari pihak
kesehatan ke desa – desa kemungkinan menjadi salah satu
penyebab terjadinya permasalahan pada Nn.I. sanitasi serta
kebersihan diri dan lingkungan yang buruk rupakan factor
penularan beberapa penyakit infeksi yaitu typhoid fever, diare
,kolera ,disentri serta penyakit cacing lainnya. Maka dari itu
sangat penting untuk mengedukasi tentang pentingnya sanitasi
lingkungan untuk masyarakat khususnya keluarga Nn.I .
Untuk itu penyuluhan program tentang penyakit typhoid
fever perlu ditingkatkan kembali ke setiap desa dan kelurahan

26
agar masyarakat lebih memahami bagaimana timbul atau
munculnya typhoid fever yang dapat berisi antara lain: tanda –
tanda awal penyakit, cara terjangkit, pengobatan penyakit, dan
cara pencegahannya. Dengan itu masyarakat dapat mengetahui
betapa pentingnya menjaga sanitasi.

4. Faktor lingkungan
Hygiene merupakan aspek yang berkenaan dengan
kesehatan manusia atau masyarakat yang meliputi semua usaha
serta kegiatan untuk melindungi, memelihara, dan mempertinggi
tingkat kesehatan jasmani maupun rohani baik perorangan
maupun kelompok masyarakat. Hygiene bertujuan untuk
memberikan dasar kehidupan yang sehat bagi seluruh aspek
kehidupan dalam rangka mempertinggi kesejahteraan
masyarakat.
Sanitasi dapur meliputi ketersediaan air yang
mencukupi, adanya saluran air limbah, bak pencuci tangan, dan
adanya tempat sampah. Selain itu, peralatan dapur juga harus
dalam keadaan bersih, dapur memiliki ventilasi yang mencukupi,
memiliki tempat penyimpanan makanan yang bersih, tidak ada
alat atau zat berbahaya yang diletakkan dekat bumbu masal dan
bahan makanan lain.
Dari hasil survey diketahui bahwa perilaku
masyarakat terhadap kebersihan lingkungan masih sangat
rendah. Banyak rumah-rumah semi permanen yang kondisi
kebersihannya belum terjaga dengan baik. Perilaku
masyarakat yang masih kurang menjaga kebersihan seperti:
perilaku membersihkan dapur, merapikan atau menata
tumpukan tumpukan barang, membersihkan saluran
pembuangan air limbah rumah tangga, dan juga perilaku
membuang sampah. Keadaan rumah dengan perilaku
masyarakatnya tersebut sangat memungkinkan bisa menjadi
sarang untuk hewan yang menjadi persebaran penyakit

27
yaitu tikus. Perilaku yang membuat kondisi lingkungan
menjadi buruk tersebut dapat menunjang
perkembangbiakan tikus dan pinjal di masyarakat. Hal itu
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Arumsari,
Sutiningsih, dan Hestiningsih (2012), bahwa
kondisi lingkungan rumah yang kurang baik atau bahkan
buruk sangat mendukung dan cocok untuk
perkembangbiakan binatang seperti tikus yang dapat
menyebabkan penyebaran penyakit

TABEL : 5.1 PRIORITAS MASALAH

No Masalah U S G Total

1 Kebiasaan membeli 4 5 4 13
makanan dan minuman
di luar yang tidak jelas
/kebersihannya
2 Rendahnya kebersihan 3 3 3 9
peralatan dapur dan alat
makan.
3 Kurangnya pengetahuan 4 5 5 14
tentang pentingnya
menjaga sanitasi rumah
dan lingkungan

28
Keterangan
U : Urgency(mendesaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah)
S : Seriousness(dampak dari adanya masalah).
G : Growth (Pertumbuhan masalah).
Berdasarkan tabel prioritas masalah diatas, didapatkan kesimpulan bahwa
masalah utama adalah “Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya menjaga
sanitasi rumah dan lingkungan”
C. SKALA PRIORITAS PENYELESAIAN MASALAH

Untuk mempermudah penyelesaian masalah pada sekenario diatas dapat


menggunakan system scoring.Hal ini dilakukan untuk mempermudah
penyelesaian masalah berdasarkan skala prioritas yang dari yang tertinggi
sampai yang terendah.

Tabel 5.2 Penentuan Prioritas Penyeselaian Masalah


No Kegiatan M I V C P (MxIxV/C)
Memberikan penyuluhan
tentang pentingnya
1 4 3 2 4 8
sanitasi rumah dan
lingkungan yang baik.
Pengusulan untuk
melakukan gotong royong
2 3 3 3 4 6,75
membersihkan rumah dan
lingkungan sekitar .
Pelatihan untuk mencuci
3 4 3 4 5 9,6
tangan sebelum makan .

Keterangan :
P :Prioritas penyeselaian masalah
M :Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi
inidilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)

29
I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, Biaya yang diperlukan

Berdasarakan table prioitas penyelasaian masalah diatas didapatkan bahwa


Memberikan penyuluhan tentang pentingnya sanitasi rumah dan lingkungan yang
baik.sebagai prioritas solusi. Tentunya rencana program penyuluhan dapat
dilakukan untuk melaksanakan penyelesaian tersebut terlampir pada tabel
dibawah ini .

30
31
32
33
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Nn.I usia 24 tahun, menderita penyakit thyfoid fever sejak 5 hari yang lalu.
2. Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Nn.I yang diwakili
oleh Tn.R adalah 9, Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang
dimiliki keluarga Nn.I dan keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan
antar individu dalam keluarga tersebut terjalin baik.
3. Dalam keluarga Nn.I fungsi patologis yang negatif .
4. Tidak ada faktor keturunan yang mempengaruhi terjadinya penyakit
thyfoid fever pada Nn.I karena penyakit ini tidak diturunkan secara
genetik.
5. Pada pasien ini dari pihak puskesmas sudah pernah memberikan
penyuluhan, dan saat pasien berobat ke Puskesmas pun telah mendapat
KIE oleh dokter.
6. Dalam faktor perilaku, pasien senang makan di luar rumah (membeli
makanan) di luar, jika makan terkadang tidak mencuci tangan.
7. Lingkungan rumah pasien kurang bersih Selain itu juga dari segi sosio-
ekonomi keluarga pasien merupakan keluarga dengan tingkat ekonomi
menengah kebawah.

B. SARAN
1. Bagi Pasien dan Keluarganya
Mendorong keluarga untuk mengupayakan selalu memperhatikan
makan dan minuman untuk anak dan keluarga, mengusahakan untuk
selalu mengelola makanan dengan baik dan menjaga lingkungan rumah.
Untuk pasien agar membawa bekal dari rumah pada saat bekerja agar
tidak terulang lagi.

34
2. Bagi Pelayanan Kesehatan atau Puskesmas
Edukasi mengenai penyebab, penularan, pengobatan dan komplikasi
dari penyakit thyfoid fever dengan mengoptimalkan fasilitas konseling,
memberikan penyuluhan yang diikuti dengan evaluasi dan tindak lanjut
tentang bahayanya makan makanan yang higienis, mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun, dan menggunakan jamban sehat agar kejadian thyfoid
fever dapat berkurang.

35
DAFTAR PUSTAKA

Vita Qori Nurul Fadzilah, 2014 Hubungan Perilaku Masyarakat Tentang


Kebersihan Lingkungan Dengan Keberadaan Tikus Di Desa Lencoh
Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.

Andayani 2018. Kejadian deman tifoid di wilayah kerja puskesmas


karangmalang.higeia journal of public healty research and development

Mogasale, V., Mogasale, V. V., Ramani, E., Lee, S.L., Park, J.Y., Lee, K.S.,
dan Wierzba, T.F. 2016. Revisiting typhoid fever surveillance in low and
middle income countries: lessons from systematic literature review of
population-based longitudinal studies. BMC infectious Diseases. 16(35): 1-
12

Bhan MK, Bahl R, Bhatnagar S. Typhoid and parattyphoid fever. Lancet. Aug
2005;366:749-62.

Brusch J. Typhoid fever. April 8, 2010. [cited 2018 Agust 12]. [Internet]
Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview

Centers for Disease Control and Prevention. Typhoid fever. October 5, 2010.
[cited 2018 Agust 12]. [Internet] Available at :
http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/typhoid_fever/

Fauci AS, et al. Harrison’s Manual of Medicine. 17th ed. New York: McGraw
Hill; 2009. p 456-457

36
Kim AY, Goldberg MB, Rubin RH. Salmonella infections. In: Gorbach SL,
Bartlett JG, Blacklow NR, eds. Infectious Diseases. 3rd ed. Lippincott
Williams and Wilkins; 2004:68.

Klotchko A, Mark RW. Salmonellosis. Mar 31, 2009. [cited 2018 Agust 12].
[Internet] Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/228174-overview

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2006. p1752-1757

37
LAMPIRAN

38
39

Anda mungkin juga menyukai