PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi sistemik yang
menjadi masalah dunia. Tidak hanya di negara-negara tropis, namun di
negara-negara subtropis pun prevalensi demam tifoid cukup tinggi, terlebih di
negara berkembang. Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica khususnya turunannya,
Salmonella typhi (Alba, 2016). Penularan demam tifoid melalui fecal dan oral
yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Mogasale, 2016).
Demam tifoid telah menjadi masalah yang cukup penting di beberapa
negara. Diperkirakan 17 juta orang menderita penyakit ini per tahunnya.
Hampir sebagian besar terjadi di negara dengan pendapatan pertahun yang
masih rendah . WHO memperkirakan 70% kematian terjadi di Asia. Indonesia
merupakan negara endemik demam tifoid. Diperkirakan terdapat 800
penderita per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang
tahun. Penyakit ini tersebar di seluruh wilayah dengan insidensi yang tidak
berbeda jauh antar daerah.(Andayani,2018)
2
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui identifikasi pasien sesuai dengan yang
ditetapkan puskesmas
b. Untuk mengetahui identifikasi kehidupan pasien dalam
keluarga melalui APGAR
c. Untuk mengetahui identifikasi faktor sosial ekonomi pasien
melalui SCREEM
d. Untuk mengetahui identifikasi faktor keturunan pasien melalui
Genogram
e. Untuk mengetahui identifikasi faktor pelayanan kesehatan
f. Untuk mengetahui identifikasi perilaku pasien disertai dengan
penyakitnya
g. Untuk mengetahui identifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial,
ekonomi, dsb)
D. MANFAAT
1. Bagi Pasien dan Keluarganya
Memberikan wawasan dan pemahaman kepada pasien dan
keluarganya mengenai penyakitnya serta pentingnya menjaga
kebersihan terutama lingkungan agar terhindar dari berbagai penyakit
dimana salah satunya adalah thyfoid fever.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Manfaat kunjungan rumah ini bagi pelayanan kesehatan
adalah sebagai sumber evaluasi dalam memberikan pelayanan
terhadap penyakit thyfoid fever sehingga bisa dicari solusinya
bersama.
3. Manfaat bagi Puskesmas
Manfaat kunjungan rumah ini bagi puskesmas adalah sebagai
pengetahuan dan sumber evaluasi dalam peningkatan pelayanan
terhadap penyakit thyfoid fever.
3
BAB II
HASIL KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH
A. IDENTIFIKASI PASIEN
1. Identitas Penderita
Nama : Nn. I
Umur : 24 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Kariawan
Pendidikan : S1 Akutansi
Agama : Islam
Alamat :Rusunawa Tambak Sawah Blok D 1/12
Kabupaten Sidoarjo
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 29 Mei 2019
2. Anamnesis
1) Keluhan Utama
Demam
2) Riwayat Penyakit Sekarang (Heteroanamnesa)
Pasien datang diantar ayahnya kepoli umum puskesmas waru dengan
keluhan demam tinggi sejak 5 hari yang lalu. pasien mengatakan
demam dirasakan naik turun, saat pagi sampai siang turun namun
demam cenderung naik menjelang sore sampai malam hari. Pasien
juga mengatakan badan terasa menggigil dan kepala pusing. Selama 5
hari terakhir pasien juga dikeluhkan adanya nafsu makan
menurun,pasien juga mengeluhkan adanya mual dan nyeri perut sejak
5 hari yang lalu .Pasien mengeluh diara cair ada ampas tidak ada
lender selama 2 hari ini . BAK dalam batas normal.
3) Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien pernah menderita seperti ini saat usia 17 tahun.
4
4) Riwayat Penyakit Keluarga
a) Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat atau menderita
penyakit serupa.
b) Riwayat hipertensi : Ayah pasien punyak riwayat hipertensi
c) Riwayat diabetes melitus : Ayah pasien punyak riwayat diabetes
melitus
5) Riwayat Kebiasaan
Pasien sering membeli makanan dan minuman di warung sekitar
kantor selama pasien berkerja.
a) Merokok : Pasien tidak merokok
b) Kebersihan badan : Mandi 2x sehari
c) Olah raga : Pasien kadang berolaraga
5
tampak cukup bersih. Sebelah rumah pasien saling berdempetan
dengan tetangga.
7) Riwayat Gizi.
Penderita makan teratur 3 kali sehari namun penderita terlalu
banyak menghabiskan waktu makan di luar saat bekerja, Penderita
jarang makan di rumah , penderita mengatakn selama di tempat kerja
senang sekali membeli cemilan seperti gorengan,pentol,cilok dan lain-
lainnya.penderita selama ini jarang makan buah-buahan dan sayuran
3. Anamnesis Sistem
a. Kulit : warna kulit kuning langsat, kulit gatal (-)
b. Kepala : rambut kepala tidak rontok, luka pada kepala (-),
benjolan/borok di kepala(-)
c. Mata : ketajaman penglihatan baik
d. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
e. Telinga : keluar cairan (-)
f. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), thypoid tounge (-)
g. Tenggorokan : serak (-), nyeri telan (-)
h. Pernafasan : sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)
i. Kardiovaskular : nyeri dada (-)
j. Gastrointestinal : mual (+), muntah (-), diare (+), nyeri perut (+),
konstipasi (-), nafsu makan menurun (+),
k. Genitourinaria : BAK lancar, warna kuning.
l. Neuropsikiatri :Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
m. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri
otot (-)
n. Ekstremitas : Atas: bengkak(-), sakit (-) Ptekie (-) sinistra, Bawah:
bengkak(-), sakit (-)
6
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum:
Tampak sakit, kesadaran compos mentis, GCS (EVM): 4.5.6 status
gizi kesan cukup
2. Tanda Vital dan status gizi:
a. Tanda vital:
Nadi: 88 x / menit, reguler, kuat angkat
Pernafasan: 18 x / menit
Suhu: 36 oC
Tensi: 110/70
b. Status gizi:
BB: 50 kg
TB: 160 cm
Kesan = Gizi baik
3. Kulit
a. Warna:, ikterik (-), sianosis (-)
b. Kepala: bentuk normocephali; tidak ada luka; keadaan rambut
tebal, tidak mudah dicabut; tidak ada atrofi M.Temporalis; tidak
ada papula, nodula; tidak ada kelainan mimik wajah/bell’s palsy
4. Mata
Conjuctiva tidak pucat; sklera tidak ikterik; pupil bulat isokor
3mm/3mm; reflek cahaya+/+.
5. Hidung
Nafas cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada, deformitas hidung
tidak ada.
6. Mulut
Bibir tidak pucat, bibir kering, lidah kotor (thypoid tongue), papil
lidah tidak atrofi.
7
7. Telinga
Nyeri tekan mastoid tidak ada; sekret tidak ada; pendengaran tidak
berkurang; keadaan cuping telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil tidak membesar, pharing tidak hiperemis
9. Leher
Posisi trakea di tengah; tidak ada pembesaran kelenjar tiroid; tidak ada
pembesaran kelenjar limfe; tidak ada lesi pada kulit
10. Thoraks
Cor: I: ictus cordis tidak tampak
P: ictus cordis tidak teraba
P: Batas kanan atas : ICS II garis parasternal kanan.
Batas kanan bawah : ICS IV garis parasternal kanan
Batas kiri atas : ICS II garis parasternal kiri
Batas kiri bawah : ICS IV garis midklavikula kiri.
A: S1S2 tunggal, tidak ada suara tambahan.
c. Pulmo:
Kanan Kiri
P: Sonor P: Sonor
A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)
P: Sonor P: Sonor
8
A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)
11. Abdomen
I: Flat
A: BU 16x/m
P: konsistensi kenyal, nyeri tekan regio umbilicalis, H/L/R tidak
teraba pembesaran
P: tympani di seluruh lapang perut
12. Ekstremitas:
Hangat: oedem:
Atrofi:
5. Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap :
Hemoglobin : 14.0 gr/dl (13-17 gr/dl)
Leukosit : 9.900 /cmm (4700-10.300 %)
Hematokrit : 60 % ( 40-50 %)
Trombosit : 148.000 /cmm (150.000-450.000 /cmm)
Serologis :
Widal O : (+) 1/320
Widal H : (+) 1/160
6. Resume
Seorang perempuan usia 24 tahun dengan keluhan utama demam.
Pasien mengalami demam tinggi sejak 5 hari yang lalu, demam
remitten, demam cenderung naik menjelang sore sampai malam hari..
Selain itu selama 5 hari terakhir pasien juga dikeluhkan adanya nafsu
makan menurun, nyeri kepala, nyeri perut, diare, mual. Diare
9
dirasakan sejak 2 hari terkahir yg berupa cairan ada ampas tidak
disertai lendir. BAK dalam batas normal. Pasien mempunyai
kebiasaan sering makan diluar rumah dikarenakan kerja di tokoh
swalayan,makanan dimakan tidak terjamin kebesihannya,
Pada pemeriksaan fisik tampak lemah, kesadaran compos mentis,
GCS (EVM): 4.5.6 status gizi kesan baik. Tanda Vital dan status gizi:
Nadi: 80x / menit, reguler, kuat angkat. Pernafasan: 18 x/menit, suhu:
36 oC. Status gizi baik. nyeri tekan pada regio epigastrium.
b) Bedrest
c) Pengaturan diet
10
Makanan harus lunak mudah dicerna. Bahan makanan tidak boleh
mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan
banyak gas. Setelah demam reda, dapat segera diberikan makanan
yang lebih padat tinggi kalori tinggi protein.
Medikamentosa
9. Follow up
1) Follow Up (29 Mei 2019)
S : Pasien mengatakan sudah tidak ada keluhan,kadang hanya mengeluh
masih pusing.
O : Keadaan umum : baik, compos mentis
T :110/80 mmHg, Nadi 80 x/ menit , RR 20 x / menit , Suhu 36 ° C
11
A : Thypoid Fever
P :
Non medikamentosa
Istirahat yang cukup,diet makan lunak.
Medikamentosa
Kapsul Chloramphenicol 4 x 500 mg
Tab Paracetamol 3 x 500 mg
A : Thypoid Fever
P :
Non medikamentosa
Edukasih istirahat yang cukup, diet dan olahraga
Medikamentosa
Kapsul Chloramphenicol 4 x 500 mg
Tab Paracetamol 3 x 500 mg
3) Follow Up ( 3 juni 2019)
S : Pasien mengatakan sudah tidak ada keluhan.
O : Keadaan umum : baik, compos mentis
T :120/80 mmHg, Nadi 90 x/ menit , RR 19 x / menit , Suhu 36
°C
A : Thypoid Fever
P :
Non medikamentosa
Edukasih istirahat yang cukup, diet dan olahraga
Medikamentosa
Kapsul Chloramphenicol 4 x 500 mg
Tab Paracetamol 3 x 500 mg
12
BAB III
PENGELOLAAN PASIEN
(PATIENT MANAGEMENT)
1. Suport Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun
kepada dokternya. Antara lain dengan cara:
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada.
Memantaukondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.
2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami
akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan
edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit
13
turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk
kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai
petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang
bergizi tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan
pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk
terhadappenyakitnya, dan membangun semangat hidupnya sehingga
bisa mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya.
14
diberikan, dan bersabar dalam pengobatan karena penyakit yang diderita
merupakan penyakit dengan jangka waktu pengobatan yang lama.
5. Pengobatan
Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam
penatalaksanaan.
15
BAB VI
A.FAKTOR KELUARGA
Ny. S
Tn. R
Nn.I
Sumber informasi : Informasi dari Tn. R(Bapak Nn. I )
Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan
16
2) INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA
Tn R.56 th Ny. S 47 th
Nn.N 22 th Nn. I 24 th
3) PERTANYAAN SIRKULER
17
8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab : Tidak ada
9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab : Tidak ada
Kesimpulan : keluarga pasien selalu mendukung hal - hal yang
positif ,dan hubungan antara Nn.I dengan keluarga baik dan dekat .
4) FUNGSI KELUARGA
A. APGAR SCORE
ADAPTATION
Nn. I yang masih berusia 24 tahun ketika sakit mengeluh dan tergantung
kepada ayahnya Tn.R yang memiliki peran penting dalam memberi
dukungan, merawat, membantu pasien ketika minum obat karena Tn .R lah
yang selalu berada di rumah menemani pasien. Ibu pasien bekerja dan
pulang sore . Adik pasien umur 22 tahun sedang kuliah diluar kota.
PARTNERSHIP
Nn. I mengerti tentang penyakitnya dan selalu berkonsultasi
dengan Tn.R selaku ayah pasien yang bertanggung jawab untuk
menjaga pasien dan mendiskusikan jika pasien sakit ke anggota
keluarga yang lain termasuk membawa pasien ke dokter.
GROWTH
Nn.I sudah mengerti dengan penyakit dan gejala yang
dirasakan, pasien dapat mengerti tentang apa yang di jelaskan oleh
dokter dan mengetahui tentang apa tindakan yang harus dilakukan
,namun pasien masih bergantung dengan ayahnya Tn. R yang selalu
menjaga dan memperhatikan pasien selama di rumah dan mengantar
pasien untuk control kepuskesmas.
18
AFFECTION
Pasien lmasih terjantungan dengan ayangnya. Ayah pasien
memegang peran penting sebagai keluarga untuk menghidupi keluarga
dan mengambil keputusan dalam hal pengobatan pasien.
RESOLVE
19
sama
Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik.
20
A. SCREEM
Tabel 4.3 SCREEM
21
skala prioritas kebutuhan sehari-hari.
Edukasi Pendidikan anggota keluarga baik . -
Medical Mampu menggunakan pelayanan kesehatan -
Pelayanan kesehatan yang memadai. Dalam mencari pelayanan
puskesmas memberikan kesehatan keluarga ini biasanya
perhatian khusus terhadap menggunakan Puskesmas hal ini mudah
kasus pasien dijangkau karena letaknya dekat
Keterangan :
Dalam keluarga Nn. R fungsi patologi negative.
22
C. FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN
Pada pasien ini dari pihak puskesmas sudah pernah memberikan
penyuluhan, dan saat pasien berobat ke Puskesmas pun telah mendapat KIE
oleh dokter.
23
mandi terihat kotor. Pada bagian dapur terlihat alat-alat makan yang belum
dicuci dan terlihat kotor tidak rapih. Sampah keluarga dibuang ditempat
pembuangan sampah yang terletak beberapa meter dari rumah. Fasilitas
kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah
Puskesmas waru .
E. DENAH RUMAH
A Keterangan :
A : Teras Rumah
B
C B : R. Tamu/ R.
Keluarga
C : Kamar Tidur
G F D : Gudang
G E : Dapur
F : Kamar Mandi
E D D
G : tempat cuci
piring
24
BAB V
PEMBAHASAN
Pelayanan Kesehatan
25
B. PEMBAHASAN MASALAH SESUAI DENGAN H.L BLUM
1. Faktor Keturunan(Genetik)
Thypoid fever yang diderita pasien bukan
merupakan penyakit keturunan, karena tidak terdapat faktor
genetik yang berpengaruh pada timbulnya penyakit ini.
Dalam genogram pasien Nn.I juga tidak ditemukan riwayat
keturunan pada penyakit thypoid fever pasien.
2. Faktor Perilaku
26
agar masyarakat lebih memahami bagaimana timbul atau
munculnya typhoid fever yang dapat berisi antara lain: tanda –
tanda awal penyakit, cara terjangkit, pengobatan penyakit, dan
cara pencegahannya. Dengan itu masyarakat dapat mengetahui
betapa pentingnya menjaga sanitasi.
4. Faktor lingkungan
Hygiene merupakan aspek yang berkenaan dengan
kesehatan manusia atau masyarakat yang meliputi semua usaha
serta kegiatan untuk melindungi, memelihara, dan mempertinggi
tingkat kesehatan jasmani maupun rohani baik perorangan
maupun kelompok masyarakat. Hygiene bertujuan untuk
memberikan dasar kehidupan yang sehat bagi seluruh aspek
kehidupan dalam rangka mempertinggi kesejahteraan
masyarakat.
Sanitasi dapur meliputi ketersediaan air yang
mencukupi, adanya saluran air limbah, bak pencuci tangan, dan
adanya tempat sampah. Selain itu, peralatan dapur juga harus
dalam keadaan bersih, dapur memiliki ventilasi yang mencukupi,
memiliki tempat penyimpanan makanan yang bersih, tidak ada
alat atau zat berbahaya yang diletakkan dekat bumbu masal dan
bahan makanan lain.
Dari hasil survey diketahui bahwa perilaku
masyarakat terhadap kebersihan lingkungan masih sangat
rendah. Banyak rumah-rumah semi permanen yang kondisi
kebersihannya belum terjaga dengan baik. Perilaku
masyarakat yang masih kurang menjaga kebersihan seperti:
perilaku membersihkan dapur, merapikan atau menata
tumpukan tumpukan barang, membersihkan saluran
pembuangan air limbah rumah tangga, dan juga perilaku
membuang sampah. Keadaan rumah dengan perilaku
masyarakatnya tersebut sangat memungkinkan bisa menjadi
sarang untuk hewan yang menjadi persebaran penyakit
27
yaitu tikus. Perilaku yang membuat kondisi lingkungan
menjadi buruk tersebut dapat menunjang
perkembangbiakan tikus dan pinjal di masyarakat. Hal itu
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Arumsari,
Sutiningsih, dan Hestiningsih (2012), bahwa
kondisi lingkungan rumah yang kurang baik atau bahkan
buruk sangat mendukung dan cocok untuk
perkembangbiakan binatang seperti tikus yang dapat
menyebabkan penyebaran penyakit
No Masalah U S G Total
1 Kebiasaan membeli 4 5 4 13
makanan dan minuman
di luar yang tidak jelas
/kebersihannya
2 Rendahnya kebersihan 3 3 3 9
peralatan dapur dan alat
makan.
3 Kurangnya pengetahuan 4 5 5 14
tentang pentingnya
menjaga sanitasi rumah
dan lingkungan
28
Keterangan
U : Urgency(mendesaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah)
S : Seriousness(dampak dari adanya masalah).
G : Growth (Pertumbuhan masalah).
Berdasarkan tabel prioritas masalah diatas, didapatkan kesimpulan bahwa
masalah utama adalah “Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya menjaga
sanitasi rumah dan lingkungan”
C. SKALA PRIORITAS PENYELESAIAN MASALAH
Keterangan :
P :Prioritas penyeselaian masalah
M :Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi
inidilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
29
I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, Biaya yang diperlukan
30
31
32
33
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Nn.I usia 24 tahun, menderita penyakit thyfoid fever sejak 5 hari yang lalu.
2. Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Nn.I yang diwakili
oleh Tn.R adalah 9, Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang
dimiliki keluarga Nn.I dan keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan
antar individu dalam keluarga tersebut terjalin baik.
3. Dalam keluarga Nn.I fungsi patologis yang negatif .
4. Tidak ada faktor keturunan yang mempengaruhi terjadinya penyakit
thyfoid fever pada Nn.I karena penyakit ini tidak diturunkan secara
genetik.
5. Pada pasien ini dari pihak puskesmas sudah pernah memberikan
penyuluhan, dan saat pasien berobat ke Puskesmas pun telah mendapat
KIE oleh dokter.
6. Dalam faktor perilaku, pasien senang makan di luar rumah (membeli
makanan) di luar, jika makan terkadang tidak mencuci tangan.
7. Lingkungan rumah pasien kurang bersih Selain itu juga dari segi sosio-
ekonomi keluarga pasien merupakan keluarga dengan tingkat ekonomi
menengah kebawah.
B. SARAN
1. Bagi Pasien dan Keluarganya
Mendorong keluarga untuk mengupayakan selalu memperhatikan
makan dan minuman untuk anak dan keluarga, mengusahakan untuk
selalu mengelola makanan dengan baik dan menjaga lingkungan rumah.
Untuk pasien agar membawa bekal dari rumah pada saat bekerja agar
tidak terulang lagi.
34
2. Bagi Pelayanan Kesehatan atau Puskesmas
Edukasi mengenai penyebab, penularan, pengobatan dan komplikasi
dari penyakit thyfoid fever dengan mengoptimalkan fasilitas konseling,
memberikan penyuluhan yang diikuti dengan evaluasi dan tindak lanjut
tentang bahayanya makan makanan yang higienis, mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun, dan menggunakan jamban sehat agar kejadian thyfoid
fever dapat berkurang.
35
DAFTAR PUSTAKA
Mogasale, V., Mogasale, V. V., Ramani, E., Lee, S.L., Park, J.Y., Lee, K.S.,
dan Wierzba, T.F. 2016. Revisiting typhoid fever surveillance in low and
middle income countries: lessons from systematic literature review of
population-based longitudinal studies. BMC infectious Diseases. 16(35): 1-
12
Bhan MK, Bahl R, Bhatnagar S. Typhoid and parattyphoid fever. Lancet. Aug
2005;366:749-62.
Brusch J. Typhoid fever. April 8, 2010. [cited 2018 Agust 12]. [Internet]
Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview
Centers for Disease Control and Prevention. Typhoid fever. October 5, 2010.
[cited 2018 Agust 12]. [Internet] Available at :
http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/typhoid_fever/
Fauci AS, et al. Harrison’s Manual of Medicine. 17th ed. New York: McGraw
Hill; 2009. p 456-457
36
Kim AY, Goldberg MB, Rubin RH. Salmonella infections. In: Gorbach SL,
Bartlett JG, Blacklow NR, eds. Infectious Diseases. 3rd ed. Lippincott
Williams and Wilkins; 2004:68.
Klotchko A, Mark RW. Salmonellosis. Mar 31, 2009. [cited 2018 Agust 12].
[Internet] Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/228174-overview
37
LAMPIRAN
38
39