Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kasus Pasien di Puskesmas Kecamatan

Grogol Petamburan tahun 2016

Nama : Giovanni Abraham Mustopo


Nim : 102013252
Email: Ga.mustopo@gmail.com

Universitas Kristen Krida Wacana


Fakultas Kedokteran Universitas
Jl. Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat 1121
1
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Ilmu kesehatan masyrakat merupakan cabang bidang kedokteran yang memiliki tujuan untuk
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental dan juga
pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan untuk bisa dilakukan diagnosis dini,
pencegahan penyakit, sehingga masyarakat memiliki standar kehidupan yang kuat untuk
menjaga kesehatan nya. Sedangkan menurut Ikatan Dokter Amerika, AMA Ilmu kesehatan
masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan
masyrakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyrakat. Jadi dengan mempengaruhi faktor-
faktor yang ada seperti faktor host, agent dan environment kita membuat kondisi menguntungkan
pasien sehingga pasien tidak terjangkit suatu penyakit. Dengan melakukan tindakan tersebut
maka dana yang dikeluarkan untuk mengobati suatu penyakit dapat digunakan untuk promosi-
promosi kesehatan, diagnosis dini dan beberapa tindakan khusus yang dapat membuat kondisi
pasien lebih baik.

Gambar 1.1 Hubungan antara faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat

2
1.2 Tujuan

Tujuan umum : Meningkatkan pelayanan kesehatan di lingkungan masyrakat Puskesmas


Kecamatan Grogol Petamburan.
Tujuan khusus : Menilai kondisi lingkungan tempat tinggal dan memberi edukasi seputar
penyakit-penyakit yang dapat terjadi karena kondisi lingkungan yang ada sehingga pasien
memiliki pengetahuan yang cukup dan lebih rutin melakukan pemeriksaan mengenai kondisi
fisik pasien tersebut.

1.3 Manfaat
Bagi mahasiswa:
1. Mendapat pengalaman praktek kerja langsung mengenai suatu kasus dengan pendekatan
kedokteran keluarga
2. Meningkatkan keterampilan komunikasi dokter-pasien
3. Meningkatkan keterampilan menganalisa suatu penyakit berbasis kedokteran keluarga
Bagi pasien:
1. Mengetahui faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan dalam
keluarga terganggu.
2. Mendapat edukasi mengenai gaya hidup yang sehat dilihat dari segi individu, keluarga,
lingkungan sehingga dapat memelihara kesehatan yang ada.

1.4 Sasaran

Seluruh anggota keluarga pasien yang dilakukan pemeriksaan lingkungan.

BAB II
Laporan Kasus Hasil Kunjungan Rumah

Puskesmas : Grogol Petamburan

3
Tanggal kunjungan : Kamis, 28 juli 2016

I. Identitas Pasien
 Nama : Ibu Lastati
 Umur : 45 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Jalan Utami Sakti I nomor 131 RT06/RW07
 Status perkawinan : Sudah menikah
 Agama : Islam
 Suku : Jawa
 Pekerjaan : Pedagang
 Pendidikan : SMP
II. Keluhan Utama
Pasien sehat
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien sehat
IV. Keluhan Tambahan
Sehat
V. Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang
Pernah batuk disertai demam
VI. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : compos mentis, aktif.
 TTV : TD: 120/90, suhu: normal, nadi: 17, pernapasan: -

VII. Riwayat Biologis Keluarga


 Keadaan kesehatan sekarang : Hanya minum obat yang diberi dari dokter sering
ke Puskesmas karena dirasa cocok dengan obat yang diberikan
 Kebersihan perorangan : Cukup karena mandi 2 kali sehari dengan
memperhatikan kebersihan kuku, gigi dan telinga sejak dia muda

4
 Penyakit yang sering diderita : Tidak ada
 Penyakit keturunan : Tidak ada
 Penyakit kronis/menular : Tidak ada
 Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
 Pola makan : kurang baik, kadang makan 2-3 tergantung kondisi
yang ada, bila pasien sedang sibuk bekerja maka pasien hanya makan 2 kali sehari
dan makanan yang dimakan setiap hari sayur, bila bisa makan daging akan makan
daging (ikan)
 Pola istirahat : Kurang baik, tidur biasanya tidak tentu namun
kurang lebih tidur pukul 10 malam, namun karena bekerja sebagai pedagang harus
menyiapkan barang dagangan yang ada pada pukul jam 3 dini hari setiap harinya,
pada siang hari bila memungkinkan pasien akan tidur.
 Jumlah anggota keluarga : 5, memiliki 1 suami yang bernama Dahlan berusia
50 tahun bekerja sebagai pemungut sampai (PNS) yang merupakan lulusan SD, anak
pertama berusia 14 tahun bernama Suci, anak ke 2 bernama Dian dan anak terakhir
berusia 10 tahun bernama Zikri.
 Pola keagamaan : Rutin namun tidak terlalu rajin beribadah.
 Aktifitas social : Sering mengikuti kegiatan gotong royong yang
dilakukan oleh bapak RT yang merupakan tetangga dari pasien.
 Hubungan dengan keluarga : baik, setiap hari bertemu dan karena ukuran kamar
yang kecil maka akan ada kedekatan antara setiap keluarga.

VIII. Psikologis Keluarga


 Pengambilan keputusan : dilakukan secara bersama
 Ketergantungan obat : tidak ada obat-obatan yang rutin digunakan tanpa
petunjuk dari dokter, hanya menggunakan obat-obatan tradiasional seperti kunyit dan
lain-lain
 Tempat mencari pelayanan kesehatan : pasien didukung keluarga dan warga
setempat untuk melakukan pengobatan di pusat pelayanan kesehatan setempat. Pasien
lebih sering ke puskesmas Grogol Petamburan yang lama di bandingkan dengan yang

5
baru karena lokasi yang lebih dekat, sekitar 250 meter dan juga karena puskesmas
tersebut aktif 24 jam.
 Pola rekreasi : kurang baik hanya berdiam di rumah, dengan
menonton televisi saja setiap harinya.

IX. Keadaan Rumah/ lingkungan :


 Jenis bangunan : Gubuk dan kontrak dengan total pengeluaran yang
dikeluarkan oleh keluarga adalah 550 ribu perbulan, kontrak nya dilakukan perbulan
dengan biaya listrik menggunakan voucher.
 Lantai rumah : Semen
 Luas rumah : 4 x 3 m2
 Jarak lantai ke atap : 2m
 Penerangan : Kurang karena hanya terdapat 2 lampu saja, di
bagian dalam dan di bagian luar. Dibagian dalam terdapat lampu yang tidak terlalu
terang disertai dengan televise yang menyala dan tidak ada cahaya yang dapat masuk
dari luar.
 Kebersihan : Sangatlah kurang baik, karena lantai kotor dan
dapur yang merupakan sebagian besar dari rumah tersebut digunakan untuk berjualan
dan jarang di bersihkan, rumah juga terlihat lapuk dan jarang dibersihkan bagian
ranjang dan lain-lain. Namun tempat pembuangan sampah cukup baik karena dibuang
setiap sore hari. Tembok ruangan sangatlah lembab, terdapat lantai 2 namun tidak
dapat digunakan karena sangat rapuh, sehingga hanya digunakan untuk menggantung
pakaian saja. Kondisi kamar mandi tidak digunakan karena tidak memiliki pompa air
 Ventilasi :Buruk karena tidak ada jendela yang ada dibagian
dalam, namun karena terasa sesak pasien memasang kipas angin, namun tidak ada
jalur masuknya udara. Terlihat cela-cela yang terdapat pada dinding rumah yang di
tambal menggunakan seng.
 Dapur : Ada, kotor pada saat saya melakukan pemeriksaan
karena belum di bersihkan dan terdapat banyak sekali lalat di rumah tersebu pada
bagian luar karena pasien bekerja sebagai pedagang.

6
 Jamban keluarga : Ada, tetapi tidak digunakan karena tidak memiliki
pompa sehingga menumpang pada bapak RT yang merupakan tetangga dari pasien
tersebut. kondisi wc yang ada di rumah pak RT cukup baik, namun penerangan
WCnya kurang baik.
 Sumber air minum : Air galon untuk minum dan menggunakan air
rebusan untuk membuat kopi.
 Sumber air mandi : Air tanah.
 Sumber pencemaran air : Tidak ada
 Sistem pembuangan air limbah : Dibuang di saluran pembuangan dalam kamar
mandi
 Tempat pembuangan sampah : Ada tempat sampah tidak tertutup hanya 1 di luar
rumah, nantinya akan dibuang setiap sore hari, dibuang didepan gang yang berjarak
tidak terlalu jauh dari rumah pasien.
 Sanitasi lingkungan : Kurang baik karena pasien tidak terlalu rajin
mencuci alat-alat didapur, kemudian kebersihan semen di rumah pasien juga kurang
baik karena terasa sangat kotor.
 Pemanfaatan pekarangan : Dimanfaatkan untuk berjualan dan juga digunakan
untuk bermain dari anak-anaknya.
X. Spiritual Keluarga :
 Ketaatan beribadah : Baik, taat sholat 5 waktu
 Keyakinan tentang kesehatan : Cukup baik, karena sudah memiliki kebiasaan ke
dokter yang ada di puskesmas dan merasa obat-obat dari puskesmas cocok untuk
keluarganya.

XI. Keadaan Sosial Keluarga


 Tingkat pendidikan : Kurang
 Hubungan antar anggota keluarga : Baik
 Hubungan dengan orang lain :Baik sering berkomunikasi dengan
lingkungan
 Kegiatan organisasi sosial : Gotong royong

7
 Keadaan ekonomi : Pendapatan yang hanya cukup untuk
keperluan sehari-hari, dan cukup untuk pendidikan anak, karena dirasa pendidikan
pada zaman sekarang cukuplah penting. Ibu bekerja sebagai pedagang sampai malam
hari sedangkan suami bekerja sebagai PNS.
XII. Kultural Keluarga
 Adat yang berpengaruh : Jawa => keluarga sering makan menggunakan tangan,
tetapi dari anamnesis keluarga biasa mencuci tangan tapi tidak dengan sabun sebelum
dan menggunakan sabun sesudah makan.
 Lain – lain :
- Ada 2 kasur yang sudah tipis yang biasa dipakai untuk tidur. Saat pengamatan,
terlihat kasur kotor, sprei kotor, menurut pasien sprei biasa dicuci 1 bulan sekali,
terkadang 3 minggu sekali.
- Tidak ada tempat penampungan air (air untuk dimasak maupun air untuk mandi) di
dalam rumah, tidak ada bak mandi digantikan dengan ember untuk mandi dan air
selalu habis untuk mandi sehingga tidak ada tempat penampungan air.
- Menurut anamnesis jika ada makanan sisa tidak ada tempat untuk menyimpan seperti
kulkas, makananhanya akan ditutup dengan kelambu.
- Menurut anamnesis pasien mengaku rajin membersihkan rumah dan mengepelnya
dengan cairan karbol.
- Kebersihan keluarga lumayan baik, kebersihan diri pasien (Siti Amalianti) masih
perlu diperhatikan, kuku siti panjang dan kotor, untuk telinga siti cukup bersih.

XIII. Daftar anggota keluarga


No Nama Hub Jenis Umu Pendi- Pekerjaan Agama Keadaan Keadaan Imunisasi
dgn KK Kela r dikan kesehatan gizi
min
1 Supardi Suami L 37 th - Kuli Islam Baik Cukup Lengkap
Bangunan
2 Samisah Isteri P 37 th SD Ibu Rumah Islam Baik Cukup Lengkap
Tangga
3 Sutasih Nenek P 63 th SD Tidak Islam Baik Cukup Lengkap
Bekerja
4 Paino Kakek L 63 th - Tidak Islam Baik Cukup Lengkap
Bekerja –
Mantan

8
Hansip
5 Sugeng Anak L 14 th SMP Pelajar Islam Baik Cukup Lengkap
Dian Rianto Sulung kls 3
6 Riski Sri Anak P 10 th SD kls Pelajar Islam Baik Cukup Lengkap
Fatmawati Kedua 4
7 Siti Anak P 5 th - - Islam Baik Cukup Lengkap
Nurjanah Ketiga sesuai usia
8 Siti Anak P 2 th - - Islam Baik Kurang Lengkap
Amalianti Bungsu sesuai usia

XIV. Diagnosis pasien


Biologi: Hipertensi, dan gastritis kronis
Psikologi: Stress
Sosial: Tidak ada kelainan

XV. Anjuran penatalaksanaan penyakit :


Health promotion
 Memberi penjelasan mengenai pengaturan pola dan jenis makanan yang baik bagi
pasien dan keluarga
 Memberi penjelasan mengenai faktor risiko terjadinya peningkatan tekanan darah
 Memotivasi keluarga untuk dapat selalu mengingatkan pola makan untuk keluarga
 Memberi pengarahan kepada keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Specific protection
 Jangan makan makanan yang asin
 Meningkatkan derajat kesehatan gizi dan perilaku hidup sehat
 Hindari hal-hal yang dapat membuat stress
 Kurangi berat badan agar menjadi ideal
 Perbanyak aktivitas fisik;
 Melakukan pola makan teratur
Early diagnosis and prompt treatment
 Memberi arahan agar pasien langsung mencari petugas kesehatan setempat saat
timbul gejala sakit sebelum bertambah parah.
 Jika sakit minum obat dari tenaga kesehatan secara teratur
Disability of Limitation

9
 Memperbaiki nutrisi saat sakit dengan pola makan teratur, dan jenis makanan yang
sehat dan bervariasi.

 Mengarahkan pasien dan keluarga untuk mematuhi perintah dokter saat sakit dan
kontrol teratur.

Rehabilitation
 Memberi arahan kepada pasien agar memperhatikan dan memperbaiki nutrisi dengan
baik sesuai anjuran tenaga kesehatan pasca dirawat inap.

XVI. Prognosis
 Penyakit : dubia ad bonam
 Keluarga : dubia ad bonam
 Masyarakat : dubia ad bonam

XVII. Resume
Dari hasil allo-anamnesis dengan ibu pasien pada kunjungan family folder pada hari
Senin, tanggal 25 Juli 2016 didapatkan bahwa pasien pernah menderita gizi buruk saat usianya 1
tahun lebih dan kemudian dirawat selama kurang lebih 20 hari di puskesmas. Ibu pasien
mengaku sebelumnya pasien tidak menderita apa-apa, tidak mengalami penyakit infeksi apa pun,
tidak terkena campak, tidak ada batuk pilek, tidak mengalami diare yang berat. Pada riwayat
kehamilan, ibu pasien juga tidak menderita sakit. tetapi nafsu makan pasien menurun drastis dan
pasien ada demam saat itu, kemudian pasien dibawa ke puskesmas setempat setelah diajak oleh
kader posyandu di wilayah tempat tinggal pasien. Kondisi pasien saat melakukan kunjungan
pasien tampak tidak sakit, aktif, nafsu makan meningkat dan saat melihat KMS dari pasien,
meskipun tidak dalam kurva standar dalam KMS, pasien mengalami peningkatan berat badan
dari bulan April ke bulan Mei. KMS yang berhasil di dapat merupakan KMS baru. KMS lama
robek sehingga diganti dengan KMS yang baru, hanya saja pada KMS yang baru tidak ada data
imunisasi yang sudah dijalani oleh pasien, tetapi ibu pasien mengaku anaknya rutin menjalani
imunisasi dasar sesuai usianya. Ibu pasien juga rutin melakukan penimbangan badan dan
pengecekan kesehatan di posyandu setempat. Riwayat sakit dari pasien menurut ibu pasien tidak
ada sakit yang berat kecuali yang baru saja dialami sampai dirawat di puskesmas. Batuk pilek
kadang dialami pasien dan keluarga melakukan pengobatan di puskesmas setempat.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Hipertensi di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga
melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan
produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan cardiac output.1
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefenisikan sebagai hipertensi esensial.
Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan
hipertensi sekunder yang diketahui sebabnya. Menurut The seventh report of the joint national
committee on prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure (JNC 7)
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok-kelompok seperti pada
tabel 1.2
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal < 120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

TDS= Tekanan Darah Sistolik, TDD= Tekanan Darah Diastolik

Etiopatogenesis
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara factor-
faktor resiko tertentu, antara lain:2
a. Merokok, diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, genetis.
b. System saraf simpatis

11
c. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: endotel pembuluh darah
berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan intersisium juga memberikan
kontribusi akhir.
d. Pengaruh sistem endokrin setempat yang berperan pada sstem rennin, angiotensin dan
aldosteron.
Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh faktor genetik maupun faktor lingkungan. Sekitar 95% kasus
hipertensi adalah merupakan hipertensi esensial yang tidak diketahui sebabnya. Pada beberapa individu,
hipertensi dapat terjadi dengan adanya satu faktor lingkungan ditambah faktor predisposisi genetik,
sedang pada individu yang lain membutuhkan akumulasi pengaruh beberapa faktor lingkungan. Tekanan
darah merupakan perkalian antara curah jantung dan resistensi perifer, sehingga semua faktor yang
mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer dapat meningkatkan tekanan darah. Berbagai keadaan
seperti asupan garam yang berlebih, retensi sodium oleh ginjal, jumlah nefron yang kurang dan faktor
yang berasal dari endotel berperan terhadap terjadinya hipertensi begitu juga aktivitas saraf yang
berlebihan, sistem vaskuler serta sistem renin-angiotensin. 2
Teori terkini tentang terjadinya hipertensi menyebutkan terjadi hal-hal seperti berikut:
 Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (SNS)
1) Respons maladaptive terhadap stimulasi saraf simpatis.
2) Perubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin serum yang menetap.
 Peningkatan aktivitas sistem rennin-angiotensin-aldosteron (RAA)
1) Secara langsung menyebabkan vasokonstriksi tetapi juga meningkatkan aktivitas SNS dan
menurunkan kadar prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat.
2) Memediasi kerusakan organ akhir pad jantung (hipertrofi), pembuluh darah, dan ginjal.
3) Memediasi remodeling arteri (perubahan struktural pada dinding pembuluh darah)
 Defek pada transport garam dan air
1) Gangguan aktivitas peptida natriuretik otak, peptida natriuretik atrial, adrenomedulin,
urodilatin, dan endotelin.
Berhubungan dengan asupan diet kalsium, magnesium, dan kalium yang rendah. 1,3
Gejala klinis dan faktor resiko
Hipertensi biasanya tidak bergejala pada stadium awal. Bila TD meningkat secara akut,
pasien dapat mengalami epistaksis, sakit kepala, penglihatan kabur, tinnitus, pusing, defisit
neurologis transien atau angina. Bila perkembangan gejala lebih lambat, pasien dapat datang
dengan gejala yang berhubungan dengan kerusakan organ akhir, seperti gagal jantung kongestif,
stroke, gagal ginjal, atau retinopati.1

12
Pada pasien hipertensi ada beberapa faktor yang dapat memicu timbulnya penyakit ini, antara
lain:2

 Merokok

 Obesitas

 Kurangnya aktifitas fisik

 Diabetes mellitus

 Umur (laki-laki > 55tahun, perempuan 65 tahun)

 Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular premature (laki-laki < 55


tahun, perempuan < 65 tahun)

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah penurunan tekanan darah sampai


<140/90 mmHg, dan untuk individu berisiko tinggi (diabetes, gagal ginjal proteinuria)
diusahakan mencapai target <130/80 mmHg, penurunan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskular, serta menghambat laju penyakit ginjal proteinuria.2
Pada dasarnya penatalaksanaan atau pengobatan hipertensi meliputi terapi
farmakologik dan non farmakologik. Terapi non farmakologi antara lain dengan mengubah
pola hidup antara lain dengan mengurangi asupan garam, alkohol, rokok, menurunkan berat
badan, melakukan olah raga secara teratur, mengendalikan stress, emosi dan lebih tawakal.
Dan terapi farmakologik ditentukan oleh jenis hipertensi berdasarkan faktor resiko.4
Pilihan obat yang dapat diberikan pada pasien hipertensi esensial antara lain:
 Hipertensi tanpa komplikasi: Diuretik, Beta bloker, penghambat kanal kalsium.
 Indikasi tertentu: Inhibitor ACE, penghambat reseptor, Angiostensin II, alfa bloker, beta
bloker, antagonis Ca, diuretik.
 Indikasi yang sesuai:
a. Diabetes mellitus type 1 dengan proteinuria: inhibitor ACE.
b. Gagal jantung : inhibitor ACE, diuretic.
c. Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca, dihidropiridin kerja lama.
d. Infark miokard : beta bloker (non-ISA), inhibitor ACE (dengan disfungsi sistolik).2,4

13
Penutup

Gizi buruk merupakan masalah yang perlu penanganan serius dan masih menjadi
permasalahan khususnya pada balita di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Berbagai
upaya telah dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi posyandu dalam meningkatkan
cakupan penimbangan balita, penyuluhan dan pendampingan, pemberian Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) atau Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi melalui tata laksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit,
penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan masyarakat melalui Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi). Namun kita tahu banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi yang buruk pada
balita dan juga keluarga, oleh karena itu penanganan dalam mengatasi gizi baruk harus
menyeluruh dari segala aspek kehidupan. Butuh kerjasama individu, keluarga, masyarakat dan
juga tenaga kesehatan yang ada.

14
Daftar Pustaka
1. Krisnansari. Nutrisi dan giziburuk. Januari 2010. Mandala of Health. 1 (4); 62-8.
2. Fuada N, Muljati S, Hidayat T. Penentuan daerah rawan gizi berdasarkan analisis spatial.
Maret, 2012. Media Litbang Kesehatan. 1 (22); 18-29.
3. Sjarif DR, Lestari SD, Mexitalia M, et all. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit
metabolik. Jilid 1. Jakarta: Badan penerbit IDAI. 2011; h. 128.

4. Kementerian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2013; 2013.
5. Narendra MB, et all. Buku ajar 1: tumbuh kembang anak dan remaja. Jakarta: CV. Sgung
Seto; 2008. h. 22.
6. Barasi ME. At a glance ilmu gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007. h. 82-3.

7. Istiono, et all. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita. September,
2009. Berita Kedokteran Masyarakat. 3 (25); 150-5.

8. Departemen Kesehatan RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat: keputusan


menteri kesehatan RI nomor 128/menkes/sk/II/2004. Jakarta: Bakti Husada; 2004.

9. Boelen C. The Five Star Doctor :An asset to health care reform? World Health
Organization. Switzerland.Diunduh dari:
http://www.who.int/entity/hrh/en/HRDJ_1_1_02.pdf

10. Rumah sehat. Diunduh dari http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=3049&catid=2&

15
Lampiran

Letak rumah berada di gang sempit


rumah menghadap utara. Cahaya
yang di dapat dari Timur hanya
sedikit pada pagi maupun siang hari

Perabotan rumah tangga dalam


rumah tidak tersusun dengan rapih
dan banyak pakaian menggantung
16
Karung difungsikan sebagai tempat sampah
hanya ada 1 tempat sampah. Jendela tidak
dapat dibuka dan hanya ada 1. Dengan 2 pintu
yang berhub. dg dunia luar yang selalu dibuka
untuk mengganti ventilasi udara

Ruangan keluarga, sekaligus kamar


dengan 1 buah kasu spring bed yang
kondisinya kotor dan ada baju
menggantung

Saluran sumber air mandi dan


minum: air ledeng, pagi dan siang 17
air selalu habis
18

Anda mungkin juga menyukai