Gambar 1.1 Hubungan antara faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat
2
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Bagi mahasiswa:
1. Mendapat pengalaman praktek kerja langsung mengenai suatu kasus dengan pendekatan
kedokteran keluarga
2. Meningkatkan keterampilan komunikasi dokter-pasien
3. Meningkatkan keterampilan menganalisa suatu penyakit berbasis kedokteran keluarga
Bagi pasien:
1. Mengetahui faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan dalam
keluarga terganggu.
2. Mendapat edukasi mengenai gaya hidup yang sehat dilihat dari segi individu, keluarga,
lingkungan sehingga dapat memelihara kesehatan yang ada.
1.4 Sasaran
BAB II
Laporan Kasus Hasil Kunjungan Rumah
3
Tanggal kunjungan : Kamis, 28 juli 2016
I. Identitas Pasien
Nama : Ibu Lastati
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Utami Sakti I nomor 131 RT06/RW07
Status perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMP
II. Keluhan Utama
Pasien sehat
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien sehat
IV. Keluhan Tambahan
Sehat
V. Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang
Pernah batuk disertai demam
VI. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis, aktif.
TTV : TD: 120/90, suhu: normal, nadi: 17, pernapasan: -
4
Penyakit yang sering diderita : Tidak ada
Penyakit keturunan : Tidak ada
Penyakit kronis/menular : Tidak ada
Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
Pola makan : kurang baik, kadang makan 2-3 tergantung kondisi
yang ada, bila pasien sedang sibuk bekerja maka pasien hanya makan 2 kali sehari
dan makanan yang dimakan setiap hari sayur, bila bisa makan daging akan makan
daging (ikan)
Pola istirahat : Kurang baik, tidur biasanya tidak tentu namun
kurang lebih tidur pukul 10 malam, namun karena bekerja sebagai pedagang harus
menyiapkan barang dagangan yang ada pada pukul jam 3 dini hari setiap harinya,
pada siang hari bila memungkinkan pasien akan tidur.
Jumlah anggota keluarga : 5, memiliki 1 suami yang bernama Dahlan berusia
50 tahun bekerja sebagai pemungut sampai (PNS) yang merupakan lulusan SD, anak
pertama berusia 14 tahun bernama Suci, anak ke 2 bernama Dian dan anak terakhir
berusia 10 tahun bernama Zikri.
Pola keagamaan : Rutin namun tidak terlalu rajin beribadah.
Aktifitas social : Sering mengikuti kegiatan gotong royong yang
dilakukan oleh bapak RT yang merupakan tetangga dari pasien.
Hubungan dengan keluarga : baik, setiap hari bertemu dan karena ukuran kamar
yang kecil maka akan ada kedekatan antara setiap keluarga.
5
baru karena lokasi yang lebih dekat, sekitar 250 meter dan juga karena puskesmas
tersebut aktif 24 jam.
Pola rekreasi : kurang baik hanya berdiam di rumah, dengan
menonton televisi saja setiap harinya.
6
Jamban keluarga : Ada, tetapi tidak digunakan karena tidak memiliki
pompa sehingga menumpang pada bapak RT yang merupakan tetangga dari pasien
tersebut. kondisi wc yang ada di rumah pak RT cukup baik, namun penerangan
WCnya kurang baik.
Sumber air minum : Air galon untuk minum dan menggunakan air
rebusan untuk membuat kopi.
Sumber air mandi : Air tanah.
Sumber pencemaran air : Tidak ada
Sistem pembuangan air limbah : Dibuang di saluran pembuangan dalam kamar
mandi
Tempat pembuangan sampah : Ada tempat sampah tidak tertutup hanya 1 di luar
rumah, nantinya akan dibuang setiap sore hari, dibuang didepan gang yang berjarak
tidak terlalu jauh dari rumah pasien.
Sanitasi lingkungan : Kurang baik karena pasien tidak terlalu rajin
mencuci alat-alat didapur, kemudian kebersihan semen di rumah pasien juga kurang
baik karena terasa sangat kotor.
Pemanfaatan pekarangan : Dimanfaatkan untuk berjualan dan juga digunakan
untuk bermain dari anak-anaknya.
X. Spiritual Keluarga :
Ketaatan beribadah : Baik, taat sholat 5 waktu
Keyakinan tentang kesehatan : Cukup baik, karena sudah memiliki kebiasaan ke
dokter yang ada di puskesmas dan merasa obat-obat dari puskesmas cocok untuk
keluarganya.
7
Keadaan ekonomi : Pendapatan yang hanya cukup untuk
keperluan sehari-hari, dan cukup untuk pendidikan anak, karena dirasa pendidikan
pada zaman sekarang cukuplah penting. Ibu bekerja sebagai pedagang sampai malam
hari sedangkan suami bekerja sebagai PNS.
XII. Kultural Keluarga
Adat yang berpengaruh : Jawa => keluarga sering makan menggunakan tangan,
tetapi dari anamnesis keluarga biasa mencuci tangan tapi tidak dengan sabun sebelum
dan menggunakan sabun sesudah makan.
Lain – lain :
- Ada 2 kasur yang sudah tipis yang biasa dipakai untuk tidur. Saat pengamatan,
terlihat kasur kotor, sprei kotor, menurut pasien sprei biasa dicuci 1 bulan sekali,
terkadang 3 minggu sekali.
- Tidak ada tempat penampungan air (air untuk dimasak maupun air untuk mandi) di
dalam rumah, tidak ada bak mandi digantikan dengan ember untuk mandi dan air
selalu habis untuk mandi sehingga tidak ada tempat penampungan air.
- Menurut anamnesis jika ada makanan sisa tidak ada tempat untuk menyimpan seperti
kulkas, makananhanya akan ditutup dengan kelambu.
- Menurut anamnesis pasien mengaku rajin membersihkan rumah dan mengepelnya
dengan cairan karbol.
- Kebersihan keluarga lumayan baik, kebersihan diri pasien (Siti Amalianti) masih
perlu diperhatikan, kuku siti panjang dan kotor, untuk telinga siti cukup bersih.
8
Hansip
5 Sugeng Anak L 14 th SMP Pelajar Islam Baik Cukup Lengkap
Dian Rianto Sulung kls 3
6 Riski Sri Anak P 10 th SD kls Pelajar Islam Baik Cukup Lengkap
Fatmawati Kedua 4
7 Siti Anak P 5 th - - Islam Baik Cukup Lengkap
Nurjanah Ketiga sesuai usia
8 Siti Anak P 2 th - - Islam Baik Kurang Lengkap
Amalianti Bungsu sesuai usia
9
Memperbaiki nutrisi saat sakit dengan pola makan teratur, dan jenis makanan yang
sehat dan bervariasi.
Mengarahkan pasien dan keluarga untuk mematuhi perintah dokter saat sakit dan
kontrol teratur.
Rehabilitation
Memberi arahan kepada pasien agar memperhatikan dan memperbaiki nutrisi dengan
baik sesuai anjuran tenaga kesehatan pasca dirawat inap.
XVI. Prognosis
Penyakit : dubia ad bonam
Keluarga : dubia ad bonam
Masyarakat : dubia ad bonam
XVII. Resume
Dari hasil allo-anamnesis dengan ibu pasien pada kunjungan family folder pada hari
Senin, tanggal 25 Juli 2016 didapatkan bahwa pasien pernah menderita gizi buruk saat usianya 1
tahun lebih dan kemudian dirawat selama kurang lebih 20 hari di puskesmas. Ibu pasien
mengaku sebelumnya pasien tidak menderita apa-apa, tidak mengalami penyakit infeksi apa pun,
tidak terkena campak, tidak ada batuk pilek, tidak mengalami diare yang berat. Pada riwayat
kehamilan, ibu pasien juga tidak menderita sakit. tetapi nafsu makan pasien menurun drastis dan
pasien ada demam saat itu, kemudian pasien dibawa ke puskesmas setempat setelah diajak oleh
kader posyandu di wilayah tempat tinggal pasien. Kondisi pasien saat melakukan kunjungan
pasien tampak tidak sakit, aktif, nafsu makan meningkat dan saat melihat KMS dari pasien,
meskipun tidak dalam kurva standar dalam KMS, pasien mengalami peningkatan berat badan
dari bulan April ke bulan Mei. KMS yang berhasil di dapat merupakan KMS baru. KMS lama
robek sehingga diganti dengan KMS yang baru, hanya saja pada KMS yang baru tidak ada data
imunisasi yang sudah dijalani oleh pasien, tetapi ibu pasien mengaku anaknya rutin menjalani
imunisasi dasar sesuai usianya. Ibu pasien juga rutin melakukan penimbangan badan dan
pengecekan kesehatan di posyandu setempat. Riwayat sakit dari pasien menurut ibu pasien tidak
ada sakit yang berat kecuali yang baru saja dialami sampai dirawat di puskesmas. Batuk pilek
kadang dialami pasien dan keluarga melakukan pengobatan di puskesmas setempat.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Hipertensi di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga
melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan
produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan cardiac output.1
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefenisikan sebagai hipertensi esensial.
Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan
hipertensi sekunder yang diketahui sebabnya. Menurut The seventh report of the joint national
committee on prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure (JNC 7)
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok-kelompok seperti pada
tabel 1.2
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal < 120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
Etiopatogenesis
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara factor-
faktor resiko tertentu, antara lain:2
a. Merokok, diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, genetis.
b. System saraf simpatis
11
c. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: endotel pembuluh darah
berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan intersisium juga memberikan
kontribusi akhir.
d. Pengaruh sistem endokrin setempat yang berperan pada sstem rennin, angiotensin dan
aldosteron.
Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh faktor genetik maupun faktor lingkungan. Sekitar 95% kasus
hipertensi adalah merupakan hipertensi esensial yang tidak diketahui sebabnya. Pada beberapa individu,
hipertensi dapat terjadi dengan adanya satu faktor lingkungan ditambah faktor predisposisi genetik,
sedang pada individu yang lain membutuhkan akumulasi pengaruh beberapa faktor lingkungan. Tekanan
darah merupakan perkalian antara curah jantung dan resistensi perifer, sehingga semua faktor yang
mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer dapat meningkatkan tekanan darah. Berbagai keadaan
seperti asupan garam yang berlebih, retensi sodium oleh ginjal, jumlah nefron yang kurang dan faktor
yang berasal dari endotel berperan terhadap terjadinya hipertensi begitu juga aktivitas saraf yang
berlebihan, sistem vaskuler serta sistem renin-angiotensin. 2
Teori terkini tentang terjadinya hipertensi menyebutkan terjadi hal-hal seperti berikut:
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (SNS)
1) Respons maladaptive terhadap stimulasi saraf simpatis.
2) Perubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin serum yang menetap.
Peningkatan aktivitas sistem rennin-angiotensin-aldosteron (RAA)
1) Secara langsung menyebabkan vasokonstriksi tetapi juga meningkatkan aktivitas SNS dan
menurunkan kadar prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat.
2) Memediasi kerusakan organ akhir pad jantung (hipertrofi), pembuluh darah, dan ginjal.
3) Memediasi remodeling arteri (perubahan struktural pada dinding pembuluh darah)
Defek pada transport garam dan air
1) Gangguan aktivitas peptida natriuretik otak, peptida natriuretik atrial, adrenomedulin,
urodilatin, dan endotelin.
Berhubungan dengan asupan diet kalsium, magnesium, dan kalium yang rendah. 1,3
Gejala klinis dan faktor resiko
Hipertensi biasanya tidak bergejala pada stadium awal. Bila TD meningkat secara akut,
pasien dapat mengalami epistaksis, sakit kepala, penglihatan kabur, tinnitus, pusing, defisit
neurologis transien atau angina. Bila perkembangan gejala lebih lambat, pasien dapat datang
dengan gejala yang berhubungan dengan kerusakan organ akhir, seperti gagal jantung kongestif,
stroke, gagal ginjal, atau retinopati.1
12
Pada pasien hipertensi ada beberapa faktor yang dapat memicu timbulnya penyakit ini, antara
lain:2
Merokok
Obesitas
Diabetes mellitus
13
Penutup
Gizi buruk merupakan masalah yang perlu penanganan serius dan masih menjadi
permasalahan khususnya pada balita di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Berbagai
upaya telah dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi posyandu dalam meningkatkan
cakupan penimbangan balita, penyuluhan dan pendampingan, pemberian Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) atau Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi melalui tata laksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit,
penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan masyarakat melalui Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi). Namun kita tahu banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi yang buruk pada
balita dan juga keluarga, oleh karena itu penanganan dalam mengatasi gizi baruk harus
menyeluruh dari segala aspek kehidupan. Butuh kerjasama individu, keluarga, masyarakat dan
juga tenaga kesehatan yang ada.
14
Daftar Pustaka
1. Krisnansari. Nutrisi dan giziburuk. Januari 2010. Mandala of Health. 1 (4); 62-8.
2. Fuada N, Muljati S, Hidayat T. Penentuan daerah rawan gizi berdasarkan analisis spatial.
Maret, 2012. Media Litbang Kesehatan. 1 (22); 18-29.
3. Sjarif DR, Lestari SD, Mexitalia M, et all. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit
metabolik. Jilid 1. Jakarta: Badan penerbit IDAI. 2011; h. 128.
4. Kementerian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2013; 2013.
5. Narendra MB, et all. Buku ajar 1: tumbuh kembang anak dan remaja. Jakarta: CV. Sgung
Seto; 2008. h. 22.
6. Barasi ME. At a glance ilmu gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007. h. 82-3.
7. Istiono, et all. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita. September,
2009. Berita Kedokteran Masyarakat. 3 (25); 150-5.
9. Boelen C. The Five Star Doctor :An asset to health care reform? World Health
Organization. Switzerland.Diunduh dari:
http://www.who.int/entity/hrh/en/HRDJ_1_1_02.pdf
15
Lampiran