Oleh:
Rafa Naufalin
G4A017032
Pembimbing:
dr. Dwi Arini Ernawati, MPH
dr. Anggoro Supriyo
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Rafa Naufalin
G4A017032
2
I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
3
II. STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang pasien
berusia 19 tahun yang datang ke Puskesmas Kemranjen 1. Pasien ini datang
dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn. EP
Usia : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Babysitter
Pendidikan : SMP
Penghasilan/bulan : Rp.2.000.000,-
Alamat : Desa Sibrama RT 01/ RW 04
Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas
Pengantar (Pasien) : Pasien datang diantar oleh ibunya
Tanggal Periksa : Rabu, 19 September 2019
4
3-4 kali dalam sehari. BAB lembek, berwarna kuning, disertai lendir dan
darah. BAB berlendir dan berdarah dirasakan setiap kali pasien BAB
setiap hari. Frekuensi BAB berlendir dan berdarah tidak berkurang dengan
penurunan asupan makanan. BAB berlendir dan berdarah tidak memberat
dalam 2 minggu. Pasien juga mengeluh mual, lemas, penurunan nafsu
makan, nyeri perut melilit setiap saat dan setelah BAB. Pasien menyangkal
adanya muntah dan demam. Pasien menyangkal daerah anus terasa panas
atau perih setelah BAB. Pasien sempat mengkonsumsi obat anti diare.
Pasien tidak dipuasakan, dan nafsu minum pasien normal.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat keluhan serupa : diakui, diare cair akut 1
bulan yang lalu
- Riwayat mondok : disangkal
- Riwayat operasi : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat alergi makanan/obat : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluhan serupa : disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat darah tinggi : disangkal
- Riwayat jantung : disangkal
- Riwayat asma : diakui pada Alm.ayah
pasien
6. Riwayat Sosial dan Exposure
- Community : Pasien dalam kesehariannya tinggal dalam
lingkungan Nuclear family yang di dalamnya
terdapat seorang ibu dan dirinya sendiri.
- Home : Rumah Nn. EP luasnya berukuran 84 m2, memiliki
ventilasi udara, cahaya matahari yang masuk ke
rumah minimal, lantai rumah terbuat dari ubin PC,
dinding terbuat dari tembok yang dicat, Rumah Nn.
EP ada yang tidak berplafon, sehingga debu dari
5
atap sering jatuh ke dalam rumah. Jendela terdapat
sembilan pada ruang tamu, dan satu di setiap
ruangan lain, namun jarang dibuka dan gorden
jendela sering ditutup. Pencahayaan kurang baik,
dimana sulit membaca di dalam ruangan tanpa
penerangan tambahan. Kebersihan rumah kurang
dijaga dengan baik. Atap rumah terbuat sebagian
dari genting dan asbes. Tingkat kelembapan rumah
dikatakan tidak terlalu lembab. Rumah terdiri dari
ruang tamu, ruang keluarga, 3 kamar tidur, 1
tempat tidur yang berada satu ruangan dengan
ruang tamu, 1 tempat tidur yang berada satu
ruangan dengan ruang makan tanpa sekat, 1 ruang
dapur, dan 1 kamar mandi. Pasien memasak
dengan menggunakan kompor gas. Sumber air
bersih berasal dari pompa air. Septic tank terletak 5
meter dari pompa air. Antara rumah pasien dan
rumah tetangga saling berdekatan. Jarak antar
rumah sekitar 2-3meter. Lingkungan tempat tinggal
Nn. EP merupakan lingkungan pemukiman.
Tempat sampah keluarga diletakkan di depan
rumah, terbuka, yang biasanya dibakar setiap hari.
- Hobby : Pasien tidak memiliki hobi tertentu, pasien mengisi
waktu luangnya dengan beres-beres rumah.
- Occupational : Pasien adalah seorang babysitter yang sering
tinggal di rumah majikan pasien. Pasien tinggal
bersama 5 karyawan lain dan keluarga majikannya.
Keluarga majikan pasien terdiri atas 1 orang kepala
keluarga (Ayah), 1 orang Ibu, dan 2 orang anak,
yaitu seorang anak perempuan berusia 7 tahun dan
seorang anak laki-laki berusia 5 tahun. Pasien
setiap hari mengurus kedua anak tersebut,
6
mengajak bermain, dan memandikannya. Kedua
anak yang diasuh pasien sangat suka bermain
kotor-kotoran di luar dan jarang mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan. Kedua anak yang
pasien asuh juga memiliki keluhan yang sama
seperti pasien sebelumnya. Pasien biasanya pulang
ke rumah setiap 3-4 minggu sekali dan tinggal di
rumah ibunya selama beberapa hari.
- Personal habbit : Pasien makan 2-3 kali sehari dengan nasi, lauk
tempe, tahu, ayam, ikan, dan sayur. Pasien jarang
mengkonsumsi buah. Pasien sering makan
makanan yang disimpan >8 jam di suhu ruangan.
Pasien mengaku selalu mencuci tangan sebelum
makan, setelah makan dan setelah buang air, tetapi
tidak selalu menggunakan sabun.
- Drug : Pasien sebelumnya mengonsumsi obat anti diare
yang dibeli sendiri di apotek tetapi lupa jenis
obatnya.
7. Riwayat Psikologi :
Pasien merupakan anak ke lima belas dari tujuh belas bersaudara.
Pasien tidak mengenal seluruh kakaknya karena mayoritas kakaknya sudah
tinggal di luar pulau jawa dan tidak pulang ke rumah ibunya. Pasien jarang
mengkomunikasikan masalah yang dimilikinya terhadap ibunya. Pasien
merasa ibunya menyayangi pasien.
8. Riwayat Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah keatas. Total
penghasilan keluarga pasien adalah <Rp.3.000.000,-. Ibu pasien bekerja
sebagai petani dengan penghasilan rendah dan tidak tetap (<
Rp1.000.000,00/bulan), tetapi pasien memiliki pendapatan sebesar
Rp2.000.000/bulan.
7
9. Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya kurang baik karena
pasien tidak mengenal seluruh anggota keluarganya. Interaksi pasien dan
ibunya baik. Pasien sering berbagi cerita dengan ibunya meskipun jarang
menceritakan masalahnya kepada ibunya. Ibu pasien perhatian terhadap
kesehatan pasien.
10. Riwayat Sosial
Pasien mengenal para tetangga dengan baik, tetapi jarang mengikuti
kegiatan yang berlangsung di sekitar rumahnya. Pasien jarang
berkomunikasi dengan keluarga pasien yang tidak tinggal satu rumah
dengan pasien.
11. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : BAB berlendir dan berdarah
b. Kulit : tidak ada keluhan
c. Kepala : tidak ada keluhan
d. Mata : tidak ada keluhan
e. Hidung : tidak ada keluhan
f. Telinga : tidak ada keluhan
g. Mulut : tidak ada keluhan
h. Tenggorokan : tidak ada keluhan
i. Pernafasan : tidak ada keluhan
j. Sistem Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
k. Sistem Gastrointestinal : BAB belendir dan berdarah 3-4x/hari,
mual, nafsu makan menurun, nyeri perut
melilit
l. Sistem Saraf : tidak ada keluhan
m. Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
n. Sistem Genitourinaria : tidak ada keluhan
o. Ekstremitas Atas : tidak ada keluhan
Bawah : tidak ada keluhan
D. PEMERIKSAAN FISIK
8
1. KU/ KES
Tampak lemas, kesadaran compos mentis.
2. Tanda Vital
a. Nadi : 80x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
b. Pernafasan : 20x/menit, costoabdominal, reguler
c. Suhu : 36,5 oC
d. TD : 110/70 mmHg
3. Status gizi
a. BB : 48 kg
b. TB : 165 cm
c. IMT : 17,63 kg/m2
d. Kesan status gizi : berat badan kurang
4. Kulit
Turgor kulit kembali dalam satu detik.
5. Kepala
Kepala dalam batas normal.
6. Mata
Konjungtiva , sklera , kornea, pupil, iris, lensa dalam batas normal.
Air mata normal, mata cekung (-)
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
massa (-)
8. Mulut
Mukosa bukkal basah (+).
9. Telinga
Telinga luar, tengah, dalam dalam batas normal
10. Tenggorokan
Tonsil dan faring dalam batas normal.
11. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe
(-), distensi vena jugularis (-).
12. Thoraks
9
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
a. Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas : SIC II LPSS
batas kiri bawah : SIC V LMCS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
b. Pulmo :
1) Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan = kiri
Pal : fremitus raba kanan = kiri
Per : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBH (-/-), wheezing (-/-)
2) Dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan = kiri
Pal : fremitus raba kanan = kiri
Per : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBH (-/-), wheezing (-/-)
13. Abdomen
I :dinding perut sejajar dengan dinding dada
A : bising usus (+) meningkat
Per : timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
Pal :supel, nyeri tekan (+) pada regio hipochondriaca dextra, inguinal
dextra, dan hipogastric, hepar teraba 1 jari di bawah arcus costae,
lien tidak teraba
14. Sistem Collumna Vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Pal :nyeri tekan (-)
10
15. Ektremitas: palmar eritema(-/-) capilarry refill 1 detik.
akral dingin - - oedem - -
- - - -
Fungsi Motorik :
K 5 5 T N N RF ++ RP - -
5 5 N N ++ - -
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.
11
1. Pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht, LED, leukosit, eritrosit, trombosit)
untuk mengetahui profil darah dan tanda infeksi.
2. Pemeriksaan enzim fungsi hepar (SGOT, SGPT)
3. Pemeriksaan feses lengkap (makroskopis, mikroskopis)
4. Pemeriksaan USG abdomen (menilai adanya abses hepar)
G. RESUME
Pasien datang ke Ruang Pemeriksaan Umum Puskesmas Kemranjen 1
pada hari Rabu tanggal 19 September 2019 dengan keluhan BAB berlendir
dan berdarah sejak 2 minggu sebelum datang ke Puskesmas. Pasien BAB
3-4 kali dalam sehari. BAB lembek, berwarna kuning, disertai lendir dan
darah. BAB berlendir dan berdarah dirasakan setiap kali pasien BAB
setiap hari. Frekuensi BAB berlendir dan berdarah tidak berkurang dengan
penurunan asupan makanan. BAB berlendir dan berdarah tidak memberat
dalam 2 minggu. Pasien juga mengeluh mual, lemas, penurunan nafsu
makan, nyeri perut melilit setiap saat dan setelah BAB. Pasien menyangkal
adanya muntah dan demam. Pasien sempat mengkonsumsi obat anti diare.
Pasien tidak dipuasakan, dan nafsu minum pasien normal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan nadi 80x/menit, laju pernafasan 20x/menit,
suhu 36.50C,Tensi 110/70 mmHg, konjungtiva tidak anemis, air mata
normal, mata cekung tidak ada, mukosa bukal basah, turgor kulit kembali
kurang dari 1 detik, bising usus positif meningkat, terdapat nyeri tekan di
regio hipochondriaca dextra, inguinal dextra, dan hipogastric, terdapat
hepatomegali, dan pemeriksaan lain dalam batas normal.
H. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Idea : Pasien mengeluh BAB berlendir dan berdarah, mual,
lemas, penurunan nafsu makan, nyeri perut melilit
Concern : Pasien merasa badannya tidak nyaman dan lemas, dan
takut dengan BAB nya yang berdarah terus-menerus
12
Expectacy : Pasien dan keluarga pasien mempunyai harapan agar
penyakit pasien dapat segera sembuh dan dapat segera
beraktivitas lagi.
Anxiety : Pasien dan keluarga pasien khawatir penyakit pasien tidak
sembuh-sembuh dan jatuh ke kondisi gawat.
2. Aspek Klinis
Diagnosis : Diare disentriform kronik tanpa dehidrasi
Gejala klinis yang muncul :BAB berlendir dan berdarah 3-4x/hari,
mual, lemas, penurunan nafsu makan, perut
terasa melilit setiap BAB
Diagnosa banding : Collitis ulcerative, Crohn disease,
Karsinoma Kolorektal, Fissura Anal,
Hemoroid
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
Pasien perempuan berusia 19 tahun memiliki perilaku hidup sehat
yang kurang baik, yaitu kebiaasaan mencuci tangan yang tidak selalu
menggunakan sabun dan kebiasaan makan makanan yang dibiarkan di
suhu ruangan >8 jam.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Pasien memiliki latar belakang pendidikan yang rendah sehingga
pengetahuan pasien terkait pola hidup bersih dan sehat serta penyakit
yang diderita pasien juga masih kurang.
b. Pasien tinggal di hunian yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat,
yaitu pencahayaan dan ventilasi yang kurang, tidak semua bagian
rumah memiliki plafon, kebersihan rumah yang kurang, dan jamban
yang tidak sehat. Lingkungan sekitar rumah pasien juga kurang sehat
karena sampah dibiarkan terbuka di depan rumah dan dibakar setiap
hari.
c. Fungsi fisiologis keluarga pasien masih kurang baik (skor APGAR =
5)
13
d. Riwayat sosial pasien kurang baik karena pasien jarang berkomunikasi
dengan keluarga pasien yang tidak tinggal satu rumah dengan pasien.
e. Adanya keluhan serupa yang diderita kedua anak yang diasuh pasien.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 3, karena pasien mulai
terganggu dalam melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari seperti
biasanya, antara lain bekerja dan berkativitas.
I. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
a. Intitial Plan
Untuk menegakkan diagnosis diare disentriform kronik dan
mengetahui kondisi pasien secara lengkap, pasien dianjurkan untuk
melakukan beberapa pemeriksaan yaitu:
1) Pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht, LED, leukosit, eritrosit,
trombosit) untuk mengetahui profil darah dan tanda infeksi.
2) Pemeriksaan enzim fungsi hepar (SGOT, SGPT)
3) Pemeriksaan feses lengkap (makroskopis, mikroskopis)
4) Pemeriksaan USG abdomen (menilai adanya abses hepar)
b. Aspek kuratif
1) Medikamentosa
a) PO Metronidazol 500mg 3x1 tablet selama 5-10 hari
b) PO Zinc 20 mg 1x1 tablet selama 10 hari
c) PO Paracetamol 500mg 3x1 tablet jika nyeri perut
d) PO Ranitidin 150 mg 2x1 tablet jika mual
2) Non Medika mentosa
a) Minum Oralit 300-400 mL setiap BAB
b) Diet lunak tinggi kalori, tinggi protein
c) Diet tinggi zat besi (hati ayam, hati sapi, daging merah, bayam,
dll)
3) KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
Pasien dan keluarganya perlu diedukasi mengenai:
14
a) Memberi informasi mengenai penyebab dan cara penularan
mikroorganisme penyebab diare secara umum dan diare
disentriform serta pencegahan dan penanganan diare secara
mudah dan komprehensif.
b) Selalu mencuci tangan dengan sabun setelah dari kamar mandi
dan sebelum makan
c) Hanya makan/minum yang terjamin kebersihan dan
kematangannya, hindari beli makanan/jajanan yang tidak
terjamin kebersihan bahan dan proses pengolahannya
d) Buah dan sayuran yang dikonsumsi harus dicuci dengan bersih
e) Harus menjaga kesehatan peralatan makanan/minuman dengan
cara mencucinya menggunakan air bersih dan sabun cuci
piring antibakteri
f) Menjelaskan mengenai syarat-syarat rumah sehat secara
lengkap
g) Menjelaskan pentingnya menjaga nutrisi melalui makanan
yang sehat dan bergizi, memenuhi kebutuhan karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, dan mineral.
h) Menjelaskan cara membuang sampah yang baik
c. Aspek Promotif
1) Memberikan anjuran pola hidup bersih dan sehat dalam tatanan
rumah tangga, terutama cuci tangan dengan sabun dan air bersih,
menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, konsumsi
buah dan sayur, dan melakukan aktivitas fisik setiap hari.
2) Menjelaskan mengenai syarat-syarat rumah sehat secara lengkap.
d. Aspek Preventif
1) Memberi informasi mengenai penyebab dan cara penularan
mikroorganisme penyebab diare, serta pencegahan dan penanganan
diare secara umum maupun diare disentriform secara mudah dan
komprehensif.
e. Aspek Rehabilitatif
15
1) Monitoring terhadap keluhan pasien, keadaan umum, tanda vital,
serta tanda dehidrasi pada pasien diare.
2) Memberi informasi mengenai dehidrasi sebagai komplikasi diare
serta pentingnya penanganan tepat dan dini.
3) Memberi informasi mengenai komplikasi diare disentriform.
2. Family Care
a. Memberikan edukasi terhadap keluarga terkait syarat-syarat rumah dan
jamban sehat dan memotivasi keluarga untuk menjaga lingkungan
yang sehat dan bersih.
b. Memberikan edukasi pengetahuan kepada keluarga mengenai
perjalanan penyakit diare, pencegahan penularan dan pemantauan diare
berkelanjutan, sehingga mendukung kontrol dan pengobatan pasien.
c. Dukungan moral dari keluarga dalam pengendalian dan penyembuhan
penyakit pasien, pemantauan diare secara berkelanjutan.
d. Memotivasi keluarga untuk dapat meningkatkan fungsi-fungsi
fisiologis keluarga.
3. Community Care
a. Memotivasi lingkungan untuk menjaga lingkungan yang sehat dan
bersih, karena lingkungan yang tidak sehat akan memicu faktor risiko
terjadinya diare.
b. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit
diare, baik tanda gejala penyakit tersebut dan perjalanan alamiahnya
melalui penyuluhan.
16
J. Flow Sheet
Tabel 2.1 Flow Sheet Nn. EP (19 tahun)
No Tanggal Problem Tanda Vital Planning Target
1 Rabu BAB berlendir N:80 x/menit PO Diare
18/09/2019 dan berdarah 3- RR:20 x/menit Metronidazol berhenti,
4x/hari, mual, S:36.50 C 500mg 3x1 status
lemas, nafsu TD:110/70 tablet hidrasi tetap
makan turun, mmHg PO Zinc 20 mg baik,
perut terasa 1x1tablet asupan
melilit terutama PO Paracetamol nutrisi dan
saat BAB,tanda 500mg 3x1 cairan
dehidrasi (-) tablet membaik
PO Ranitidin
150 mg 1x1
tablet
Diet TKTP
Oralit 200-
400mL setiap
BAB
2 Kamis BAB berlendir N:76x/menit PO Diare
19/09/2019 dan berdarah 3- RR:16 x/menit Metronidazol berhenti,
4x/hari, mual, S:36.60 C 500mg 3x1 asupan
lemas, nafsu TD: 110/70 tablet nutrisi dan
makan turun, mmHg PO Zinc 20 mg cairan
perut terasa 1x1tablet membaik
melilit terutama PO Paracetamol
saat BAB,tanda 500mg 3x1
dehidrasi (-) tablet
PO Ranitidin
150 mg 1x1
tablet
Diet TKTP
Oralit 200-
400mL setiap
BAB
3 Senin BAB sudah N: 84x/menit PO Zinc 20 mg Asupan
23/09/2019 kuning, RR: 20x/menit 1x1tablet nutrisi dan
konsistensi S:36.60 C Diet TKTP cairan
normal, TD: 120/80 Minum air cukup.
frekuensi mmHg mineral yang
1x/hari. Mual (- cukup
), lemas (-), Diet tinggi zat
nyeri perut (-). besi
17
III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Bentuk keluarga Nn. EP adalah nuclear family dengan Ny. R (58
tahun) sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai petani. Nn. EP (19
tahun) adalah anak dari Ny. R. Pada keluarga ini terdapat ibu dan 1 anak
yang hidup bersama.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan antara pasien dengan keluarganya kurang harmonis
karena pasien tidak mengenal seluruh kakaknya
3. Fungsi Sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 3, karena pasien mulai
terganggu dalam melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari seperti
biasanya, antara lain bekerja dan berkativitas.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah ke atas dengan
penghasilan <Rp.3.000.000,- per bulan. Pasien dan keluarga pasien hidup
sedehana dalam mencukupi keperluan hidup sehari-hari. Biaya pengobatan di
sarana pelayanan kesehatan menggunakan BPJS.
Dapat disimpulkan bahwa bentuk keluarga Nn. EP adalah Nuclear
family. Keluarga Nn.EP adalah keluarga yang kurang harmonis, dan
merupakan keluarga dengan perekonomian kelas menengah ke atas.
18
B. Fungsi Fisiologis (A.P.G.A.R Score)
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita mendapatkan
dukungan berupa nasehat dari ibunya. Jika pasien menghadapi suatu masalah
pasien tidak selalu menceritakan kepada ibunya.
PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain. Setiap ada permasalahan tidak selalu
didiskusikan bersama dengan ibu pasien terutama masalah percintaan, tetapi
komunikasi berjalan dengan baik.
GROWTH
Antar anggota keluarga selalu mendukung pasien. Ibu pasien selalu
mendukung pola makan, dan pengobatan yang dianjurkan demi kesehatan
Nn.EP.
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi ibu berjalan dengan
lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.Dalam
hal mengekspresikan perasaan atau emosi, antar anggota keluarga berusaha
untuk selalu jujur, tetapi tidak semua masalah diceritakan. Pasien tidak
berkomunikasi dengan seluruh kakaknya.
RESOLVE
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien kurang, terutama dari
saudara-saudaranya.
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R Score
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R Score dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan
kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara
keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = jelek, 4-6 = sedang, 7-10 = baik. Penilaian
A.P.G.A.R.
19
Tabel 3.1. Nilai APGAR dari Keluarga Nn. EP
A.P.G.A.R Nn. Ny.
EP R
A Saya puas bahwa saya dapat 2 1
kembali ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga 0 0
saya membahas dan membagi
masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga 1 1
saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang
baru
A Saya puas dengan cara keluarga 1 2
saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi
saya seperti kemarahan, perhatian
dll.
R Saya puas dengan cara keluarga 1 1
saya dan saya membagi waktu
bersama-sama
TOTAL 5 5
Rerata nilai skor APGAR keluarga Nn. EP adalah 5. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien berada dalam keadaan
sedang.
20
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong kelas menengah ke atas. -
Education Pendidikan anggota keluarga kurang. Latar belakang pendidikan +
ibu pasien adalah SD dan pasien adalah SMP.
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan -
pelayanan puskesmas dengan jenis pembiayaannya menggunakan
asuransi kesehatan (BPJS)
Keterangan :
1. Social (+) artinya keluarga Nn. EP masih memiliki kurang baik dalam
berinteraksi dengan anggota keluarga lain yang berada di luar rumah dan
tetangga sekitar rumah.
2. Education (+) artinya keluarga Nn. EP memiliki latar belakang Pendidikan
yang masih kurang.
Kesimpulan :
Dalam keluarga Nn. EP fungsi patologis yang positif adalah fungsi social,
fungsi ekonomi, dan fungsi edukasi.
D. Family Genogram
Keterangan:
: Laki-laki : Pasien
21
: Meninggal dunia : Tinggal satu rumah
Nn. EP Ny.R
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga yang tinggal serumah di keluarga Nn.
EP dinilai harmonis dan saling mendukung.
22
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTORYANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
23
masalah bersama dirasakan masih kurang. Pasien juga tidak mengenal
dan berkomunikasi dengan kakak pasien yang tidak tinggal satu rumah
dengannya.
Pengetahuan :
Lingkungan:
Kurangnya
pengetahuan pada Kondisi rumah dan
pasien mengenai lingkungan yang
makanan bersih. tidak sehat dan
jamban yang tidak
sehat
Fungsi Fisiologis :
Sikap:
Skor APGAR
Melakukan keluarga pasien
swamedikasi dengan sedang
membeli obat di Keluarga Nn. EP
apotek Pelayanan
Kesehatan:
Jika sakit tidak
membaik dengan
Tindakan: swamedikasi, berobat
ke puskesmas
Tidak selalu mencuci
tangan dengan sabun,
memakan makanan di Penularan:
suhu ruangan >8 jam, Anak yang diasuh oleh
tidak membuka pasien memiliki
jendela rumah, jarang keluhan serupa dengan
membersihkan rumah pasien
24
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Rumah Nn. EP luasnya berukuran 84 m2, memiliki ventilasi
udara, cahaya matahari yang masuk ke rumah minimal, lantai rumah
terbuat dari ubin PC, dinding terbuat dari tembok yang dicat, Rumah Nn.
EP tidak seluruh ruangannya memiliki plafon, sehingga debu dari atap
sering jatuh ke dalam rumah. Jendela terdapat sembilan pada ruang tamu,
dan satu di setiap ruangan lain, namun jarang dibuka dan gorden jendela
sering ditutup. Pencahayaan kurang baik, dimana sulit membaca di dalam
ruangan tanpa penerangan tambahan. Kebersihan rumah kurang dijaga
dengan baik. Atap rumah terbuat sebagian dari genting dan asbes.
Tingkat kelembapan rumah dikatakan tidak terlalu lembab. Rumah terdiri
dari ruang tamu, ruang keluarga, 3 kamar tidur, 1 tempat tidur yang
berada satu ruangan dengan ruang tamu, 1 tempat tidur yang berada satu
ruangan dengan ruang makan tanpa sekat, 1 ruang dapur, dan 1 kamar
mandi. Pasien memasak dengan menggunakan kompor gas. Sumber air
bersih berasal dari pompa air. Septic tank terletak 5 meter dari pompa air.
Antara rumah pasien dan rumah tetangga saling berdekatan. Jarak antar
rumah sekitar 2-3meter. Lingkungan tempat tinggal Nn. EP merupakan
lingkungan pemukiman. Tempat sampah keluarga diletakkan di depan
rumah, terbuka, yang biasanya dibakar setiap hari.
Kesan: kebersihan rumah dan lingkungannya belum adekuat.
25
2. Denah Rumah
Keterangan:
: ruangan berpintu
26
V. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. Masalah medis :
1. Diare disentriform kronik
B. Masalah nonmedis :
1. Pasien tidak selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah
makan dan kebiasaan makan makanan di suhu ruangan >8 jam.
2. Pasien belum mengetahui faktor resiko,pola penularan, dan pengobatan
diare disentrifrom, begitupun dengan keluarga pasien.
3. Keadaan dan kebersihan lingkungan rumah yang kurang sehat.
4. Hubungan kekuarga pasien kurang harmonis.
D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks
27
Tabel 5.1. Matrikulasi Masalah
I T R Jumlah
No. Daftar Masalah IxTxR
P S SB Mn Mo Ma
1 Pengetahuan tentang penyakit
5 5 5 4 5 4 5 93,33
rendah
2 Perilaku tidak mencuci tangan
dengan sabun dan makan
5 5 4 3 4 5 5 65,38
makanan yang dibiarkan di suhu
ruangan >8 jam.
3 Kondisi rumah dan lingkungan
5 5 4 3 2 1 1 18,67
sekitar yang tidak sehat
4 Kondisi keluarga pasien kurang
harmonis 4 5 5 1 1 1 1 4,67
Keterangan:
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (ketersediaan sarana)
Kriteria penilaian:
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah
keluarga Nn. EP adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang penyakit rendah
2. Perilaku pasien tidak mencuci tangan dengan sabun dan makan makanan
yang dibiarkan di suhu ruangan >8 jam
3. Kondisi rumah dan lingkungan sekitar yang tidak sehat
4. Kondisi keluarga pasien yang kurang harmonis
Prioritas masalah yang diambil adalah tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga tentang penyakit yang diderita masih rendah.
28
VI. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA
29
B. Hasil Pembinaan Keluarga
Tabel 6.1. Hasil Pembinaan Keluarga
Anggota
Hari, Kegiatan yang
No. keluarga Hasil kegiatan
Tanggal dilakukan
yang terlibat
b. Evaluasi Promotif
Sasaran konseling sebanyak 2 orang yaitu, pasien dan ibu pasien.
Waktu pelaksanaan kegiatan pada Senin 23 Septermber 2019 di rumah
pasien. Konseling berjalan dengan lancar dan pasien serta keluarga
merasa puas karena merasa lebih diperhatikan dengan adanya kunjungan
ke rumahnya untuk memberikan edukasi tentang penyakit yang sedang
diderita Nn. EP.
c. Evaluasi Sumatif
Sebelum dilakukan konseling pasien dan keluarga mengaku
belum memahami penyakit yang diderita Nn. EP, sehingga dengan
adanya konseling pasien merasa puas dan senang karena menjadi lebih
paham tentang penyakitnya. Pasien dan keluarga dapat mengulang
kembali penjelasan yang diberikan narasumber dengan baik. Pasien dan
keluarga juga dapat mempraktekkan cara mencuci tangan dengan benar.
Pasien hanya dapat menjawab 3 dari 10 pertanyaan sebelum
diberikan konseling, tetapi sudah dapat menjawab 10 pertanyaan setelah
konseling. Ibu pasien hanya dapat menjawab 1 dari 10 pertanyaan
sebelum diberikan konseling, tetapi sudah dapat menjawab 9 pertanyaan
setelah konseling. Tingkat pengetahuan pasien bertambah 70% dan ibu
pasien bertambah 80%.
31
VII. TINJAUAN PUSTAKA
A. Defnisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak
dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari.
Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Sedangkan disentri berasal dari bahasa Yunani yaitu dys (=gangguan) dan
enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala
meluas, tinja lendir bercampur darah. Disentri adalah peradangan usus
besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar. Buang air
besar ini berulang-ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak
cairan dan darah (Blaser, 2015).
B. Patofisiologi Disentri
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi
disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi
sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala
klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti
kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi.
Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir
dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear
32
(Blaser, 2015).
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi
bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan
sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan
inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare.
Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya
33
leukosit dalam feses. Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat
kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan
atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin
atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih
mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus
(Anna, 2017).
1) Faktor infeksi
a) Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare. Infeksi penyebab diare disetriform, yaitu:
a. Bakteri (Disentri basiler)
- Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (±
60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus
disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh
Shigella
- Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
- Salmonella
- Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
b. Amoeba (Disentri amoeba)
disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada pasien usia >
5 tahun
b) Infeksi Parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat
pencernaan seperti tonsilofaringitis. Keadaan ini terutama terdapat pada
bayi atau anak dibawah tiga tahun. Makanan dan minuman yang
terkontaminasi melalui tangan yang kotor, lalat, dan alat-alat makan
yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan seseorang tertular
penyakit diare tersebut (Blaser, 2015).
2) Faktor Malabsorbsi
Faktor malabsorbsi ini meliputi :
a) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa,
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terserang ialah intoleransi laktosa
b) Malabsorbsi lemak
34
c) Malabsorbsi protein
3) Faktor makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan,
4) Faktor psikologis: rasa takut dan cemas, walaupun jarang tetapi
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
2. Invasi
4. Enterotoksin
36
kemungkinan penggunaan obat antidiare yang bekerja pada ENS
selain yang bersifat antisekretorik pada enterosit (Corinne, 2015).
C. Diagnosis Disentri
Gejala pada disentri dimulai dalam 1-4 hari setelah terinfeksi. Pada
anak-anak yang lebih muda, gejala dimulai secara tiba-tiba dengan
demam, rewel, perasaan mengantuk, hilangnya nafsu makan, mual dan
muntah, diare, nyeri perut dan kembung dan nyeri pada saat buang air
besar. Setelah 3 hari, tinja akan mengandung nanah, darah dan lendir.
38
Buang air besar menjadi lebih sering, sampai lebih dari 20 kali/hari. Bisa
terjadi penurunan berat badan dan dehidrasi berat (Kottlof, 2013).
Pada orang dewasa tidak terjadi demam dan pada mulanya tinja
sering tidak berdarah dan tidak berlendir. Gejalanya dimulai dengan nyeri
perut, rasa ingin buang air besar dan pengeluaran tinja yang padat, yang
kadang mengurangi rasa nyeri. Episode ini berulang, lebih sering dan lebih
berat. Terjadi diare hebat dan tinja menjadi lunak atau cair disertai lendir,
nanah dan darah. Kadang penyakit dimulai secara tiba-tiba dengan tinja
yang jernih atau putih, kadang dimulai dengan tinja berdarah. Sering
disertai muntah-muntah dan bisa menyebabkan dehidrasi (Kottlof, 2013).
F. Tatalaksana Disentri
a. Pasien dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan
mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang
tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan resiko komplikasi
dan kematian.
b. Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) :
Kotrimokasazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol
50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari.
40
c. Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian
kotrimoksazol dibandingkan placebo
d. Alternatif yang dapat diberikan :
- Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
- Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
- Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM
- Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
e. Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun,
sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll.
Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan
dan diganti dengan alternatif lain.
f. Terapi antiamubik diberikan dengan indikasi : o Ditemukan trofozoit
Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja. o Tinja
berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut
(masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk
disentri basiler.
g. Terapi yang dipilih sebagai antiamubik intestinal pada anak adalah
Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10
hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan
akan membaik dalam 2-3 hari terapi.
41
VIII. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diagnostik Holistik:
Nn. EP dengan Diare Disentriform Kronik
1. Aspek Personal
Idea : Pasien mengeluh BAB berlendir dan berdarah, mual,
lemas, penurunan nafsu makan, nyeri perut melilit
Concern : Pasien merasa badannya tidak nyaman dan lemas, dan
takut dengan BAB nya yang berdarah terus-menerus
Expectacy : Pasien dan keluarga pasien mempunyai harapan agar
penyakit pasien dapat segera sembuh dan dapat segera
beraktivitas lagi.
Anxiety : Pasien dan keluarga pasien khawatir penyakit pasien tidak
sembuh-sembuh dan jatuh ke kondisi gawat.
2. Aspek Klinis
Diagnosis : Diare disentriform kronik tanpa dehidrasi
Diagnosa banding : Collitis ulcerative, Crohn disease, Karsinoma
Kolorektal, Fissura Anal, Hemoroid
B. SARAN
Untuk mengatasi Diare Disentriform Kronik yang diderita pasien, maka
disarankan :
1. Selalu mencuci tangan dengan sabun setelah dari kamar mandi dan
sebelum makan
2. Hanya makan/minum yang terjamin kebersihan dan kematangannya,
hindari beli makanan/jajanan yang tidak terjamin kebersihan bahan dan
proses pengolahannya
3. Buah dan sayuran yang dikonsumsi harus dicuci dengan bersih
4. Harus menjaga kesehatan peralatan makanan/minuman dengan cara
mencucinya menggunakan air bersih dan sabun cuci piring antibakteri
5. Menjaga kebersihan rumah dan jamban
6. Menjaga nutrisi melalui makanan yang sehat dan bergizi, memenuhi
kebutuhan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral.
7. Membuang sampah di luar rumah, tidak terbuka, jauh dari sumber air, dan
tidak dibakar.
43
DAFTAR PUSTAKA
44
LAMPIRAN
45
46
47
48