Disusun Oleh :
Nama : Dina Nurmala Sari
NIM : G4A014110
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Nama : Dina Nurmala Sari
NIM : G4A014110
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah
Pendidikan
No Nama Kedudukan L/P Umur Pekerjaan
terakhir
1 Tn. K Bapak L 64 SD Petani
2 Ny. A Ibu P 56 SD IRT
Sumber : Data Primer, Desember 2016
BAB II
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Usia : 56 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Kewargenegaraan : Indonesia
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Cikidang 2/8
B. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama : Baal pada ujung-ujung jari tangan kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Onset : 1 minggu yang lalu
Durasi : sepanjang hari
Frekuensi :-
Kuantitas : tidak dapat membedakan permukaan
benda dengan ujung-ujung jari tangan kirinya.
Kualitas : mengganggu aktivitasnya sebagai IRT
Yang memperberat :-
Yang memperingan :-
Gejala penyerta : lemes, kencing malam hari meningkat
mangga. Tidak ada riwayat gizi kurang ataupun gizi buruk pada pasien
dan keluarga.
7. Riwayat Psikologi
Pasien termasuk orang yang tertutup. Pasien jarang
menceritakan masalah maupun keluhan mengenai penyakitnya kepada
keluarganya.
8. Riwayat Ekonomi
Pasien memiliki kondisi ekonomi menengah ke bawah. Pasien
merupakan ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan. Suami
pasien bekerja sebagai petani. Kebutuhan keuangan pasien ditanggung
oleh anak-anaknya yang sudah berpenghasilan.
9. Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya dapat dikatakan
harmonis. Hal tersebut dapat terlihat dari cara berkomunikasi pasien
dengan suaminya yang tampak baik, suami selalu menemani jika
berobat ke pelayanan kesehatan dan bagaimana cara pasien
menceritakan keluarganya terutama perhatian anak-anaknya terhadap
keadaan orang tua mereka.
10. Riwayat Sosial
Tetangga di sekitar rumah pasien merupakan kerabat dekat
pasien. Selain itu, oleh karena masa kecil pasien dihabiskan di tempat
tinggalnya saat ini, pasien juga sudah banyak mengenal tetangga di
sekitar rumahnya. Pasien sesekali mengikuti kegiatan desa seperti
pengajian rutin.
11. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : Baal pada ujung-ujung tangan kanan
b. Kulit : Warna sawo matang
c. Kepala : Simetris, ukuran normal, sakit kepala (-)
d. Mata : Visus kacamata 6/6
e. Hidung : Keluar cairan (-)
f. Telinga : Pendengaran jelas, keluar cairan (-)
8
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum/kesadaran
Sedang / compos mentis
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 90 x/menit
c. RR : 24 x/menit
d. Suhu : 36,5 oC per axiller
3. Status gizi
BB : 55 kg
TB : 158 cm
BMI : 22.9 kg/m2
Status gizi : underweight (kurus)
4. Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, sebagian rambut
berwarna putih, tidak mudah dicabut. Venektasi temporal
(+/+)
5. Kulit : Sianosis (-), ikterik (-), keriput, tugor kulit normal
6. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung
(-/-), pupil bulat isokor (3mm/3mm)
7. Telinga : Bentuk dan ukuran normal, cairan sekret (-/-)
9
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu : 278 gr/dL
Pemeriksaan Gula Darah Puasa : 136 gr/dL
F. RESUME
Anamnesis
Ny.A datang ke Puskesmas Cilongok 1 dengan keluhan Baal pada ujung-
ujung jari tangan kanan sejak 1 minggu yang lalu. Selain itu pasien juga
mengeluh lemas, kencing malam hari meningkat. Penderita Ny. A usia 56
tahun, tinggal dalam satu rumah bersama suami, sehingga bentuk keluarga
disebut nuclear family. Diagnosis pasien adalah Diabetes Melitus tipe 2.
Kondisi psikologi keluarga cukup baik, yang terlihat dari antusias suami dari
11
pasien yang menemani saat pasien sakit. Status ekonomi pasien termasuk
kelas menengah kebawah. Pasien memiliki hubungan yang harmonis dengan
suami, anak, saudara maupun tetangga. Pasien termasuk pribadi yang
pendiam dan jarang bercerita dengan keluarganya. Pasien bekerja sebagai
IRT dan suaminya bekerja sebagai petani.
Pemeriksaan Fisik
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit regular
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,5oC
Fungsi Sensorik : hipestesi ujung-ujung jari tangan kanan
Pemeriksaan Penunjang
GDS : 278 gr/dL
GDP : 136 gr/dL
G. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek personal
Ny. A, usia 56 tahun tinggal hanya bersama dengan suaminya sehingga
bentuk keluarga nuclear family.
a. Idea : Pasien datang ke Puskesmas Cilongok 1 untuk berobat
b. Concern : Pasien merasa tangannya baal sehingga mengganggu
aktivitas nya sebagai ibu rumah tangga
c. Expectacy : Pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh
agar dapat kembali dalam keadaan semula
d. Anxiety : Ibu pasien meninggal oleh karena penyakit yang serupa
2. Aspek klinis
Diagnosis Kerja : Diabetes Mellitus Tipe II
Gejala klinis : Lemas, hipostesi, dan poliuri
Diagnosis Banding : Diabetes Mellitus Tipe I
3. Aspek faktor intrinsik
12
H. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
1. Personal Care
Aspek kuratif
a. Medikamentosa
1) Glibenclamide 5 mg tablet 1-0-0
2) Metformin 500 mg tablet 3x1
3) Vitamin B compleks tablet 2x1
b. Non Medikamentosa
1) Olah raga secara teratur minimal 3 kali dalam seminggu selama
kurang lebih 15 menit.
13
H. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
I. FOLLOW UP
Sabtu, 10 Desember 2016 jam 08.00
S : keluhan baal belum berkurang, lemes (-), poliuri (-)
O : Keadaan umum tampak baik, mata cekung (-), air mata (+), mulut
basah, tidak tampak haus, turgor kulit kembali cepat (<1 detik), nyeri
tekan pada bagian ulu hati (-),
VS : Tensi : 120/70 mmHg RR : 22 x/mnt, reguler
Nadi : 84 x/mnt Suhu : 36.2 C
Fungsi Sensorik : hipestesi ujung-ujung jari tangan kanan
A : baal ujung-ujung jari tangan kiri
P : Habiskan obat yang diberikan, makan makanan berindeks gula
rendah dan bergizi, berolahraga secara teratur, penderita dianjurkan
istirahat cukup dan kontrol ke pelayanan kesehatan jika obat habis
atau ada keluhan.
Senin, 12 Desember 2016 jam 08.00
S : Keluhan baal belum berkurang, lemes (-), poliuri (-)
15
J. FLOW SHEET
Hasil pemeriksaan dan terapi pasien dari awal masuk puskesmas sampai
home visit dijabarkan dalam tabel 2.1
Tabel 2.1. Flow Sheet Ny. A
T N BB TB Lab
No Tgl Problem Planning Target
mmHg x/1 kg
1. 09/ Baal 110/80 90 55 158 GDS Habiskan Baal
12/ pada obat yang berkurang
278
201 ujung- diberikan,
6 ujung GDP makan
jari makanan
136
tangan berindeks
16
istirahat
cukup
18
BAB III
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari Ny. A (56 tahun) dan Tn. K (64 tahun) serta
ketiga anak-anaknya yang sudah berkeluarga dan merantau. Ny. A
adalah anak kedua dari empat bersaudara. Kakak, adik-adik serta ayah
dari Ny. A tinggal berdekatan di lingkungan Ny. A. Fasilitas kesehatan
yang digunakan oleh Ny. A adalah puskesmas.
2. Fungsi Psikologis
Ny. A hanya tinggal bersama suaminya. Tn. K memiliki perhatian
yang cukup baik terhadap Ny. A. Selain itu, Ny. A juga mendapat
perhatian yang cukup baik dari kakak dan adik-adiknya. Meskipun jarang
bertemu dengan anak-anaknya, Ny. A selalu menjaga komunikasi lewat
telefon. Anak-anak Ny. A sangat peduli terhadap kedua orang tuanya. Ny.
A juga sangat menyayangi anak-anak serta cucu-cucunya, oleh karena itu,
Ny. A sering kali merasa sedih jika merindukan anak-anak serta cucu-
cucunya.
Keluarga Ny. A jarang mengingatkan dan memotivasi Ny. A untuk
rutin kontrol terkait penyakit diabetes dan hipertensi yang diderita Ny. A.
Hal ini diakibatkan selain oleh karena tempat tinggal yang berjauhan,
tingkat pendidikan serta pengetahuan keluarga terhadap penyakit Ny. A
pun masih sangat minimal.
3. Fungsi Sosial
Ny. A senang bergaul dengan lingkungan di rumahnya saat ini
mengingat daerah tempat tinggalnya saat ini adalah tempat Ny. A
menghabiskan masa-masa kecilnya. Ny. A sangat antusias mengikuti
kegiatan-kegiatan yang diselegarakan oleh perangkat desa. Akan tetapi,
kondisi sakit yang dialaminya saat ini memaksa Ny. A untuk membatasi
kegiatannya. Tn. K juga memiliki kesenangan untuk bergabung dengan
yang lain.
19
Kesimpulan :
Penderita merupakan seorang ibu yang tinggal bersama suaminya,
yaitu Tn. K. Keluarga memberikan perhatian yang cukup baik terhadap Ny.
A meskipun dengan pengetahuan keluarga yang terbatas tentang penyakit
Ny. A sehingga keluarga jarang memotivasi Ny. A untuk memeriksa kondisi
kesehatannya. Masyarakat sekitar rumah Ny. A juga merupakan kerabat
dekat Ny. A. Ny. A menjadi jarang bergabung dalam kegiataan dengan
tetangganya oleh karena sakit yang dideritanya. Pendapatan keuangan Ny. A
dan Tn. K lebih banyak didapatkan dari pemberian anak-anaknya jika
dibandingkan dengan hasil pendapatan Tn. K sebagai petani. Pembiayaan unit
kesehatan ditanggung oleh BPJS bersubsidi.
tinggal jauh dari kedua orang tuanya juga sering menyempatkan diri untuk
menghubungi kedua orang tuanya meskipun karena sudah memiliki keluarga
masing-masing. Anak-anak Ny. A dan Tn. K seringkali memberikan uang
untuk biaya kehidupan Ny. A dan Tn. K.
Growth
Pasien terlihat cukup puas atas segala bentuk dukungan dan bantuan dari
keluarga untuk kegiatan atau hal-hal baru yang hendak dilakukan pasien.
Affection
Pasien merasa cukup puas dengan perhatian keluarga dalam menyayangi
pasien. Pasien mengaku sudah sangat mengenali perilaku dan emosi suami ataupun
anak-anak pasien.
Resolve
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien tampak cukup, pasien
mengaku tidak pernah mengikuti kegiatan berlibur bersama keluarga.
Hampir
Hampir Kadang
A.P.G.A.R Ny. K Terhadap Keluarga tidak
selalu -kadang
pernah
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah
dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
G
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya
R
dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 6, fungsi fisiologis Ny. A terhadap keluarga cukup sehat
21
Keterangan :
1. Economic (+) oleh karena ekonomi keluarga pasien tergolong menengah
ke bawah
2. Education (+) oleh karena pengetahuan pasien tentang kesehatan terutama
tentang penyakitnya masih kurang.
Kesimpulan :
Keluarga Ny. A, fungsi patologis yang ditemukan antara lain fungsi ekonomi
dan fungsi pendidikan.
23
D. GENOGRAM
Tn. K Ny. A
64 th 56 th
Ny. E
Ny. B Tn. H
27 th
34 th 30 th
: Pasien
Tn. K Ny. A
Kesimpulan :
Hubungan antara Tn. K dan Ny. A selaku suami istri baik
25
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
Perilaku:
Pasien gemar mengkonsumsi Lingkungan:
makanan gurih, manis, jarang Lingkungan rumah
berolahraga, jarang berada pada lingkungan
menceritakan keluhannya, padat penduduk dan
jarang memeriksakan kotor
kesehatan, dan sering stres.
Pasien baru dibawa ke
pelayanan kesehatan saat
kondisi pasien terlihat berat.
Pasien dan keluarga memiliki
pengetahuan yang kurang
mengenai penyakit pasien
saat ini. Kondisi ekonomi Akses Pelayanan
pasien menengah ke bawah. Kesehatan :
Akses ke pelayanan
Ny. A
kesehatan baik,
Genetik: Diabetes
pembiayaan
Ibu pasien menderita Melitus
kesehatan
Diabetes Melitus ditanggung BPJS
bersubsidi
Keterangan:
: Faktor Perilaku
Kamar
Dapur
Mandi Kamar Tidur
KM Dapur
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. MASALAH MEDIS
1. Ny. A menderita Diabetes Melitus Tipe II
Perilaku:
Pasien gemar mengkonsumsi makanan gurih, Lingkungan:
manis, jarang berolahraga, jarang menceritakan Lingkungan rumah
keluhannya, jarang memeriksakan kesehatan, berada pada lingkungan
dan sering stres. Pasien baru dibawa ke padat penduduk yang
pelayanan kesehatan saat kondisi pasien terlihat kotor
berat. Pasien dan keluarga memiliki
pengetahuan yang kurang mengenai penyakit
pasien saat ini. Kondisi ekonomi pasien
menengah ke bawah.
Genetik: Akses
Ny. K
Ibu pasien memiliki penyakit Pelayanan
DM
Kesehatan : -
DM
D. MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks (Azrul, 1996)
Tabel 5.1 Matrikulasi masalah
I R Jumlah
No Daftar Masalah T
P S SB Mn Mo Ma IxTxR
29
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
E. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah
keluarga Ny. A adalah sebagai berikut :
1. Pasien dan keluarga pasien mempunyai pengetahuan kurang mengenai
DM
2. Riwayat penyakit yang sama pada keluarga
30
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah keluarga pasien mempunyai
pengetahuan kurang mengenai DM. Pengetahuan tentang penyakit yang
kurang ini tentu saja berpengaruh terhadap segala aspek, misalnya cara
mencegah agar tidak terjadi kekambuhan, cara pengobatan, dan lain
sebagainya.
BAB VI
RENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGA
2. Materi
Materi yang akan diberikan kepada penderita dan keluarga pasien
adalah dalam bentuk penyuluhan dan edukasi mengenai modifikasi
pengertian, gejala dan tanda, faktor risiko timbulnya penyakit DM,
kegunaan/efek samping obat OHO dan cara pembinaan bagaimana
pentingnya pola hidup sehat bagi penderita DM.
Kunjungan pembinaan pembinaan keluarga :
Penjelasan dari penyakit DM?
Menjelaskan bahwa DM adalah penyakit yang tidak menular dan
merupakan penyakit keturunan, serta menjelaskan bahwa DM tidak
dapat disembuhkan namun bisa dikontrol.
Gejala dan tanda penyakit DM?
33
4. Sasaran Individu
Pasien dan suami pasien
5. Target Waktu
Hari / Tanggal : Senin, 12 Desember 2016 dan Rabu, 14 Desember
2016
Tempat : Rumah pasien
Waktu : 10.00 WIB
6. Rencana Evaluasi
1. Input : terdiri dari 1 orang pemberi (pembina) materi pembinaan
keluarga
2. Proses : proses pembinaan diikuti dari awal sampai dengan akhir
oleh semua anggota keluarga yang ada di rumah (Tn. K dan Ny. A)
3. Output : Perubahan perilaku dan penambahan pengetahuan tentang
DM yang diukur melalui pertanyaan yang diberikan oleh pelaksana
pembinaan keluarga di akhir proses pembinaan keluarga. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut diantaranya adalah :
1) Apa itu penyakit DM? Biasanya dikenal dengan nama apa?
2) Apa saja faktor risiko penyakit DM?
3) Apa gejala jika terkena penyakit DM?
4) Bagaimana cara mengobati penyakit DM?
5) Apa saja komplikasi yang bisa ditimbulkan penyakit DM?
6) Bagaimana cara mencegah komplikasi penyakit DM?
7) Apa saja yang perlu dihindari untuk mencegah penyakit DM?
7. Angka keberhasilan
>80% : baik
60%-80% : cukup
<60% : kurang
35
B. HASIL EVALUASI
1. Evaluasi Formatif
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada 2 orang yaitu Pasien Ny.
Adan suami pasien Tn. K. Metode yang digunakan berupa konseling
edukasi tentang penyakit DM mulai dari definisi, etiologi, komplikasi,
penatalaksanaan serta pencegahan komplikasi dan pencegahan terjadinya
penyakit.
2. Evaluasi Promotif
Sasaran konseling sebanyak 2 orang yaitu, pasien dan suami
pasien. Waktu pelaksanaan kegiatan pada Sabtu 10 Desember 2016 dan
Jumat 11 Desember 2016 di rumah pasien. Konseling berjalan dengan
lancar dan pasien merasa puas karena merasa lebih diperhatikan dengan
adanya konseling serta kunjungan untuk memberikan edukasi tentang
penyakit yang sedang di derita Ny. A.
3. Evaluasi Sumatif
Sebelum dilakukan konseling, pasien dan suami pasien mengaku
belum memahami penyakit yang diderita Ny. A sehingga dengan adanya
konseling pasien merasa puas dan senang karena menjadi lebih paham
tentang penyakitnya. Setelah konseling dilakukan tanya jawab,
narasumber memberikan 7 pertanyaan dan pasien mampu menjawab 6
(85%) pertanyaan, sementara suami pasien mampu menjawa 5 (71%)
pertanyaan dengan tepat.
36
senam yang
dilakukan
puskesmas
setiap hari
jumat
a.
38
BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA
E. DIAGNOSIS
1. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala gagal jantung mencerminkan derajat kerusakan
miokardium dan kemmapuan serta besarnya respon kompensasi antara
lain: dispnea, oliguria, lemah, lelah, pucat dan berat badak bertambah.
Pada asukultasi terdapat ronkhi basah, bunyi jantung ketiga (akibat dilatasi
jantung dan ketidaklenturan ventrikel waktu pengisian cepat). Pada
elektrokardiogram terdapat takikardia. Dan pada radiogram dada terdapat
kardiomegali, kongesti vena pulmonalis, redisbusi vaskular ke lobus atas
(Kushariyadi, 2005).
a. Sesak nafas: peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri
menyebakna transudasi cairan kejaringan paru. Penurunan regangan
(compliance) paru menambah kerja napas. Sensasi sesak nafas juga
disebabkan penurunan aliran darah ke otot pernapasan. Awalnya,
sesak nafas timbul saat beraktivitas, dan jika gagal jantung makin
berat sesak nafas timbul bahkan saat istirahat.
b. Ortopnea: kesulitan bernapas terjadi beberapa menit setelah
berbaring. Pada saat posisi berbaring, makan terdapat penurunan
aliran darah diperifer dan peningkatan volume darah disentral
(rongga dada). Pada penderita gagal jantung hal ini berakibat
peningkatan tekanan pengisian bilik kiri dan sembab paru. Kapasitas
vital juga menurunkan pada posisi berbaring adlah satu faktor
penyebab ortopnea.
c. Paroxysmal nocturnal dyspnea: sering dijumpai, akibat terjadinya
sembab paru yang terjadi saat setelah berbaring.
d. Batuk: terjadi sembab pada bronkus dan penekanan pada bronkus
oleh atrium kiri yang dilatasi.
e. Takikardia: peningkatan denyut jantung akibat peningkatan tonus
simpatik. Penurunan curah jantung dan tekanan darah meningkat
denyut jantung melalui baroresptor di aorta dan arteri karotis.
f. Pernapasan cheyne stokes: mekanisme pernapasan yang belum jelas
pada gagal jantung akut. Diduga ada peningkatan tekanan sensitifitas
42
2. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan untuk menemukan penyebab, menilai beratnya penyakit
dan memantau pengobatan (Patrick, 2005):
a. Elektrokardiografi
Infark Miokard lama, hipertrofi ventrikel kiri (misalnya pada
hipertensi, stenosis aorta). Gambaran EKG yang normal sangat jarang
dijumpai pada CHF. Aritmia, misalnya atriaum fibrilasi.
b. Ekokardiografi
Teknik esensial yang sederhana dan non invasive dalam menegakkan
diagnosis etiologi, keparahan dan menyingkirkan penyakit katup
jantung yang penting.
c. Foto thorax
Pembesaran jantung, kongesti paru atau edema paru.
d. Biokimiawi
Elektrolit, fungsi ginjal, dan hematologi
e. Kateterisasi
Pada semua gagal jantung yang penyebabnya tidak diketahui untuk
menyingkirkan penyakit jantung koroner kritis, atau untuk menilai
keparahan penyakit jantung koroner dan pilihab pengobatan pada
mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung iskemik.
F. TATALAKSANA (Patrick, 2005)
1. Terapi Umum
Obati penyebab yang mendasari dan aritmia bila ada. Kurangi asupan
garam dan air, pantau terapi dengan mengukur berat badan setiap hari.
Obati faktor resiko hipertensi dan PJK dengan tepat.
2. Diuretik
Diuretik adalah dasar terapi simptomatik. Dosisnya harus cukup besar
untuk menghilangkan edema paru dan atau perifer. Efek samping utama
adalah hipokalemia (berikan suplemen K+ atau diuretic hemat kalium,
seperti amilorid). Sprironolakton suatu diuretic hemat kalium (antagonis
aldosteron), memperbaiki prognosis pada CHF berat.
44
3. Inhibitor ACE
Inhibitor ACE menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin
II. Memotong respon neuroendokrin maladaptive, menimbulkan
vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah. Efek samping yang paling
banyak dijumpai adalah batuk kering persisten.
4. Antagonis reseptor angiotensin II
Misalnya losartan, menghambat angiotensin II dengan antagonis langsung
terhadap reseptornya. Efek dan manfaatnya sama seperti inhibitor ACE.
5. bloker
Contohnya seperti bisoprolol, metoprolol dan karvedilol. bloker
diberikan hanya pada pasien yang stabil, dengan dosis yang sangat rendah,
dinaikan bertahap. Membalikan keadaan ini dan memperbaiki status
fungsional serta prognosisi. Menurunkan kegagalan pompa serta kematian
mendadak akibat aritmia.
6. Digoksin
Memiliki efek inotropik positif pada irama sinus dan menyebabkan
perbaikan simptomatis serta menurunkan tingkat perawatan di rumah sakit
meskipun tidak mempengaruhi tingkat mortalitas.
DIABETES MELLITUS
A. DEFINISI DIABETES MELLITUS
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia dan gangguan
metabolik yang terjadi berhubungan dengan kerusakan berbagai macam
organ, terutama ginjal, mata, saraf, jantung dan pembuluh darah (Adhi,
2011)
Dalam DM Tipe 2, pankreas dapat menghasilkan cukup jumlah
insulin untuk metabolisme glukosa (gula), tetapi tubuh tidak mampu
untuk memanfaatkan secara efisien. Seiring waktu, penurunan produksi
insulin dan kadar glukosa darah meningkat (Adhi, 2011). Diabetes
45
a. Usia
Semakin meningkat usia, fungsi organ tubuh akan semakin
menurun. Aktivitas sel pankreas untuk menghasilkan insulin
menjadi berkurang dan sensitifitas sel-sel jaringan menurun
sehingga tidak menerima insulin. Keadaan ini menyebabkan
penurunan kemampuan fungsi tubuh dalam mengendalikan
kadar gula darah yang tinggi. Orang berusia lebih dari 45 tahun
lebih berisiko mengalami DM (Perkeni,2011).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko diabetes meningkat
lebih cepat. Para peneliti mengamati 51.920 laki-laki dan
43.137 perempuan. Seluruhnya merupakan pengidap diabetes
mellitus tipe II dan umumnya memiliki indeks massa tubuh
(IMT) di atas batas kegemukan atau overweight. Laki-laki
terkena diabetes pada IMT rata-rata 31,83 kg/m2 sedangkan
perempuan baru mengalaminya pada IMT 33,69 kg/m2.
Perbedaan risiko ini dipengaruhi oleh distribusi lemak tubuh.
Pada laki-laki, penumpukan lemak terkonsentrasi di sekitar
perut sehingga memicu obesitas sentral yang lebih berisiko
memicu gangguan metabolisme (Perkeni,2011).
c. Bangsa dan etnis
Bangsa Asia lebih berisiko terserang diabetes mellitus
dibandingkan bangsa Barat. Hasil dari penelitian tersebut
mengatakan bahwa secara keseluruhan bangsa Asia kurang
berolahraga dibandingkan bangsa-bangsa Barat. Selain itu,
kelompok etnik tertentu juga berpengaruh terutama Cina, India,
dan Melayu lebih berisiko terkena diabetes mellitus.
d. Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus
Seorang anak merupakan keturunan pertama dari orang tua
dengan DM berisiko mendapat DM tipe 2 adalah 15% bila
salah satu orangtuanya menderita DM dan berisiko 75% jika
kedua orangtuanya menderita DM. Selain itu, pada umumnya
51
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat < 17
berat
Kekurangan berat badan tingkat 17,0-18,4
ringan
Normal 18,5-25
Kegemukan Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0-27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
Sumber: Pedoman praktis memantau status gizi orang dewasa.
Depkes RI 1994.
b. Hipertensi
Tabel 7.4 Klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII
H. PENATALAKSANAAN
Pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus menurut Perkeni (2006)
mencakup poinpoin di bawah ini :
1) Edukasi
2) Terapi gizi medis
57
3) Latihan jasmani
4) Intervensi farmakologis
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa
darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis
dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada
keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau
langsung kombinasi, sesuai indikasi.Dalam keadaan dekompensasi
metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang
menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera
diberikan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala
hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien,
sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara
mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
1) Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup
dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan
penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga
dan masyarakat.Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju
perubahan perilaku.Untuk mencapai keberhasilan perubahan
perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya
peningkatan motivasi (Perkeni, 2011).
2) Terapi Gizi Medis
Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari
penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TGM
adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter,
ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri). Setiap
penyandang diabetes sebaiknya mendapat TGM sesuai dengan
kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip pengaturan
makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
58
HIPERTENSI
A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Menurut JNC VII, hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah dalam
arteri tinggi. Sebagai batasannya telah diajukan berkisar dari tekanan sistolik
140-200 mmHg dan tekanan diastolik 90-110 mmHg (Dorland, 2007).
Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung dan gagal
ginjal. Selain itu, hipertensi selalu muncul dengan faktor risiko
kardiovaskuler lainnya seperti, merokok, diabetes, hiperlipidemia, dan
obesitas (WHO, 2003). Kejadian hipertensi menjadi perhatian semua
kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkan baik jangka
pendek maupun jangka panjang, sehingga membutuhkan penanggulangan
yang menyeluruh dan terpadu (Irza, 2009).
Diagnosis hipertensi derajat 1 dan derajat 2 ditegakkan dengan
pemeriksaan tekanan darah dan berdasarkan kriteria Join National Commitee
(JNC) 7 (Department of Health and Human Services, 2003).
Tabel 7.5. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7 (Department of Health
and Human Services, 2003)
F. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosa hipertensi esensial sebagaimana lazimnya
penegakan diagnosa panyakit lain, dimulai dengan anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Hal ini penting dilakukan, untuk menyingkirkan
diagnosa hipertensi akibat renal atau hipertensi sekunder. Diagnosis
berdasarkan hal berikut (Basha,2004) :
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu di perhatikan perjalanan penyakit
hipertensi secara menyeluruh. 70-80% kasus hipertensi esensial
didapat riwayat hipertensi dalam keluarga.Sebagian besar
hipertensi esensial timbul pada usia 25-45 tahun, dan hanya 20%
timbul di bawah 20 tahun atau di atas 50 tahun.
Gejala klinik yang mungkin timbul akibat hipertensi adalah
sakit kepala, rasa tidak nyaman di tengkuk (kenceng), sukar tidur,
epistaksis, disines atau migren, sampai keluhan mudah marah.
Hasil penyelidikan gejala klinik hipertensi di Paris adalah sbb :
gejala sakit kepala menduduki urutan pertama (40,5%), disusul
palpitasi (28,5%), nokturi (20,4%), disiness (20,8%) dan tinitus
(13,8%).
Gejala lain yang dikeluhkan mungkin akibat dari komplikasi
yang timbul, seperti gangguan penglihatan, gangguan neurologi,
gejala gagal jantung, dan gejala gangguan fungsi ginjal. Tidak
jarang hal ini menjadi penyebab utama penderita untuk datang
periksa ke dokter.
Hal lain yang perlu ditanyakan kepada penderita guna
kepentingan terapi adalah :
a. Bila sebelumnya telah diketahui menderita hipertensi :
informasi pengobatan sebelumnya meliputi jenis obat, dosis,
efektifitas, dan efek samping yang mungkin timbul.
b. Penyakit yang sedang atau pernah diderita seperti diabetes
militus, penyakit ginjal, dan penyakit jantung serta penyakit
kelenjar tiroid.
70
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ny. A adalah seorang pasien yang
didiagnosis neuropati diabetikum.
1. Aspek personal
Ny. A, usia 56 tahun tinggal hanya bersama dengan suaminya sehingga
bentuk keluarga nuclear family.
e. Idea : Pasien datang ke Puskesmas Cilongok 1 untuk berobat
f. Concern : Pasien merasa tangannya baal sehingga mengganggu
aktivitas nya sebagai ibu rumah tangga
g. Expectacy : Pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh
agar dapat kembali dalam keadaan semula
h. Anxiety : Ibu pasien meninggal oleh karena penyakit yang serupa
2. Aspek klinis
Diagnosis Kerja : neuropati diabetikum
Gejala klinis : Lemas, hipostesi, dan poliuri
3. Aspek faktor intrinsik
Aspek faktor risiko intrinsik individu diantaranya adalah sebagai
berikut :
e. Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 56 tahun
f. Ibu pasien memiliki riwayat Diabetes Melitus
g. Pasien gemar mengkonsumsi makanan manis dan makanan gurih
h. Pasien jarang berolahraga
4. Aspek faktor ekstrinsik
Aspek faktor ekstrinsik pada pasien diantaranya adalah sebagai
berikut :
f. Tingkat pendidikan pasien dan keluarga yang tinggal di sekitar rumah
pasien rendah
g. Pengetahuan pasien mengenai kondisi penyakitnya kurang baik
75
2. Preventif : Makan makanan yang cukup bergizi dan diet diabetes yang
harus dilaksanakan, rutin control gula darah, merawat luka sehingga tidak
terjadi komplikasi lebih lanjut dari penyakitnya.
3. Kuratif : Pasien minum OAD (Obat Anti Diabetes) yang diberikan dokter
secara rutin dan teratur. Suaminya harus selalu mengingatkan dan
mengawasi untuk minum obat dan mengontrol pola makan penderita dan
ikut mendukung dengan mengantarkan berobat ke pelayanan kesehatan.
Menyarankan agar pasien mengikuti prolanis dan posbindu.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC
Kumar V, Abbas AK, and Fausto N. 2005. Robbins and Cotran Pathologic Basic
of Disease 7th. China: Elsevier Inc.
Waspadji, Sarwono dkk., 2009. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI.
77
LAMPIRAN