Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA

LONG CASE

GASTROENTERITIS AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN-SEDANG

Oleh:
Raditya Bagas Wicaksono
G4A014067

Pembimbing:
dr. Nendyah Roestijawati, M.KK
dr. Kuntoro

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

SEPTEMBER 2015
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kepaniteraan Kedokteran Keluarga


Long Case
Gastroenteritis Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat


Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman

Oleh:
Raditya Bagas Wicaksono
G4A014067

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan:


Hari :
Tanggal : September 2015

Preseptor Lapangan Preseptor Fakultas

dr. Kuntoro dr. Nendyah Roestijawati, M.KK


NIP 198802142015021001 NIP.197011102008011006
I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. S


Alamat lengkap : Desa Buniayu RT 05/ RW 04
Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan
1. S Kepala L 35 SMP Kondektur
keluarga
(Ayah)
2. D Ibu P 29 SMA Ibu Rumah Tangga
3. AD Anak P 9 SD Pelajar
4. RR Anak P 5 TK Pelajar

Sumber : Data Primer, September 2015


Kesimpulan dari karakteristik demografi diatas adalah bentuk keluarga An.
AD adalah nuclear family dengan Tn. S (35 tahun) sebagai kepala keluarga yang
bekerja sebagai kondektur. An. AD (9 tahun) adalah anak dari Tn. S dan Ny. DPada
keluarga ini terdapat ayah, ibu dan 2 anak yang hidup bersama.
II. STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang anak berusia
9 tahun yang datang ke Puskesmas II Tambak. Pasien ini datang dengan
keluhan diare.

B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. AD
Usia : 9 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : Pelajar SD
Penghasilan/bulan :-
Alamat : Desa Buniayu RT 05/ RW 04
Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas
Pengantar (Pasien) : Pasien datang diantar ibu
Tanggal Periksa : Sabtu, 12 September 2015

C. ANAMNESIS (diambil melalui alloanamnesis)


1. Keluhan Utama
Diare (BAB cair) lebih dari 10 kali dalam sehari
2. Keluhan Tambahan
mual, muntah berulang, pusing, lemas, tidak mau makan, sangat haus, BAK
berkurang.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD Puskesmas II Tambak hari Sabtu tanggal 12
September 2015 dengan keluhan diare (BAB cair) sejak sehari sebelum
masuk IGD. BAB pasien dalam sehari terdapat lebih dari sepuluh kali. BAB
berbentuk cair dengan sedikit ampas, berwarna kuning-kecoklatan, tanpa
lendir maupun darah. Sehari sebelum diare, pasien mengeluh badannya
demam dan tidak nyaman. Selain keluhan diare, pasien juga mengeluh mual,
muntah, pusing, lemas, tidak mau makan, rasa haus yang teramat sangat,
BAK berkurang. Pasien sudah mengonsumsi obat diare warung (entrostop)
namun tidak kunjung membaik. Pasien tidak dipuasakan, namun setiap kali
pasien ingin minum, pasien selalu mual dan muntah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat mengalami keluhan yang sama : diakui
- Riwayat mondok : diakui
- Riwayat operasi : disangkal
- Riwayat kecelakaan : disangkal
- Riwayat darah tinggi : disangkal
- Riwayat jantung : disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat asma : diakui
- Riwayat alergi makanan/obat : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat mengalami keluhan yang sama : diakui
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat darah tinggi : disangkal
- Riwayat jantung : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
6. Riwayat Sosial dan Exposure
- Community : Pasien dalam kesehariannya tinggal dalam
lingkungan keluarga inti yang di dalamnya terdapat
seorang ayah, ibu, dan adik nya.
- Home : Rumah An. AD luasnya berukuran 68 m2, memiliki
ventilasi udara seperti lubang angin, cahaya
matahari yang masuk ke rumah minimal, lantai
rumah terbuat dari plesteran semen, dinding terbuat
dari papan triplek bercampur anyaman bambu,
Rumah An. AD tidak berplafon, sehingga debu dari
atap sering jatuh ke dalam rumah. Jendela terdapat
satu di setiap ruangan namun jarang dibuka.
Pencahayaan kurang baik, dimana sulit membaca di
dalam ruangan tanpa penerangan tambahan,
kebersihan rumah kurang dijaga dengan baik. Atap
rumah terbuat dari asbes. Tingkat kelembapan
rumah dikatakan tidak terlalu lembab. Rumah terdiri
dari ruang tamu yang menyatu dengan ruang
keluarga dan tempat makan. Terdapat satu tempat
tidur, gudang, dan dapur. Terdapat kandang ayam
tepat di luar rumah, bersebelahan dengan pintu
dapur. Pasien memasak dengan menggunakan
kompor gas. Sumber air bersih berasal dari air
sumur. Kamar mandi dan toilet menyatu dengan
sumur. Septic tank terletak 6 meter dari sumur.
Antara rumah pasien dan rumah tetangga tidak
berdekatan. Jarak antar rumah sekitar 5-10 meter.
Lingkungan tempat tinggal Nn. SN merupakan
lingkungan pekarangan, terdapat banyak pohon dan
semak-semak disekitar halaman rumah. Tempat
sampah keluarga diletakkan di depan rumah,
terbuka, yang biasanya dibakar setiap sore hari.
- Hobby : Pasien memiliki hobi menggambar dan menonton
televisi.
- Occupational : Pasien adalah pelajar kelas 4 di Madrasah Ibtidaiyah
Prembun, Tambak, Banyumas.
- Diet : Pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk tempe,
tahu, sayur. Pasien sering meminta dimasakkan
nugget dan jamur. Pasien suka mengkonsumsi buah.
Pasien memiliki kebiasaan mengonsumsi jajanan
yang tidak sehat di sekolah dan lingkungan rumah,
antara lain gorengan dengan saos, es krim goreng,
minuman es dengan pewarna, dan lain-lain.
- Drug : Pasien sebelumnya sudah mengonsumsi obat diare
warung (entrostop) namun tidak membaik.
Biasanya jika sakit pasien akan diberi obat warung
oleh ibunya (bodrexin dsb.) sebelum memeriksakan
diri ke dokter.
7. Riwayat Psikologi :
Sejak kecil pasien hidup dengan ayah, ibu dan adiknya, sebelum
memiliki rumah sendiri keluarga ini menumpang di saudaranya. Pasien
merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Dalam kehidupan di
keluarganya ada sedikit masalah yang mengganggu pikiran pasien, yaitu
ibunya yang akan berangkat ke Korea sebagai tenaga kerja wanita. Pasien
dan orang tuanya sering menghabiskan waktu bersama. Setiap masalah yang
dihadapi pasien dan anggota keluarganya selalu didiskusikan bersama-
sama.
8. Riwayat Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah kebawah.
Ayah pasien bekerja sebagai kondektur lepas dengan penghasilan rendah
dan tidak tetap (Rp1.000.000,00/bulan). Ibu pasien seorang ibu rumah
tangga. Pendapatan perkapita pada keluarga ini adalah Rp250.000,00.
9. Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya harmonis. Kadang-
kadang ia bertengkar wajar mengenai hal sepele dengan adiknya yang masih
berusia lima tahun.
10. Riwayat Sosial
Saat sakit ini, pasien sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien
biasanya sering bermain dan berkomunikasi dengan teman-teman
sekolahnya. Hubungan pasien dengan tetangga sekitarnya cukup baik dan
disayang oleh tetangganya.
11. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : diare
b. Kulit : tidak ada keluhan
c. Kepala : pusing, lemas
d. Mata : tidak ada keluhan
e. Hidung : tidak ada keluhan
f. Telinga : tidak ada keluhan
g. Mulut : tidak ada keluhan
h. Tenggorokan : tidak ada keluhan
i. Pernafasan : tidak ada keluhan
j. Sistem Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
k. Sistem Gastrointestinal : mual, muntah, BAB encer >10x/hari, tidak
mau makan, sangat haus
l. Sistem Saraf : tidak ada keluhan
m. Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
n. Sistem Genitourinaria : tidak ada keluhan
o. Ekstremitas Atas : tidak ada keluhan
Bawah : tidak ada keluhan

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. KU/ KES
Tampak lemas, kesadaran compos mentis.
2. Tanda Vital
a. Nadi : 80 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
b. Pernafasan : 20 x/menit, costoabdominal, reguler
c. Suhu : 36,5 oC
3. Status gizi
a. BB : 23 kg
b. TB : 120 cm
c. IMT : 15,97
d. Kesan status gizi : Kurang
4. Kulit
Turgor kulit kembali dalam satu detik.
5. Kepala
Kepala dalam batas normal.
6. Mata
Konjungtiva , sklera , kornea, pupil, iris, lensaa dalam batas normal.
Air mata sedikit berkurang, mata nampak cekung,
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
massa (-)
8. Mulut
Mukosa bukkal nampak sedikit kering.
9. Telinga
Telinga luar, tengah, dalam dalam batas normal
10. Tenggorokan
Tonsil , dan pharing dalam batas normal. Hiperemis (-).
11. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe
(-), distensi vena jugularis (-).
12. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
a. Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas : SIC II LPSS
batas kiri bawah : SIC V LMCS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
b. Pulmo :
1) Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan = kiri
Pal : fremitus raba kanan = kiri
Per : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBH (-/-), wheezing (-/-)
2) Dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan = kiri
Pal : fremitus raba kanan = kiri
Per : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBH (-/-), wheezing (-/-)
13. Abdomen
I :dinding perut sejajar dengan dinding dada
A : bising usus (+) meningkat
Per : timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
Pal : supel, nyeri tekan (-) , hepar dan lien tak teraba
14. Sistem Collumna Vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Pal : nyeri tekan (-)
15. Ektremitas: palmar eritema (-/-) capilarry refill 1 detik.
akral dingin - - oedem - -
- - - -
Articulatio genue dextra et sinistra :
I : oedem (-), eritema (-), hambatan dalam berjalan (-).
P : nyeri (-), hangat (-), krepitasi (-).
16. Sistem genitalia: dalam batas normal
17. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi Motorik :
K 5 5 T N N RF + + RP - -
5 5 N N + + - -

18. Pemeriksaan Psikiatrik


Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Insight : baik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.

F. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Untuk menegakkan diagnosis gastroenteritis akut dan mengetahui kondisi
pasien secara lengkap, pasien dianjurkan untuk melakukan beberapa
pemeriksaan laboratorium yaitu:
1. Pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht, LED, leukosit, eritrosit, trombosit) untuk
mengetahui profil darah dan tanda infeksi.
2. Pemeriksaan feses lengkap (makroskopis, mikroskopis, biokimiawi)

G. RESUME
Pasien datang ke IGD Puskesmas II Tambak hari Sabtu tanggal 12 September
2015 dengan keluhan diare (BAB cair) sejak sehari sebelum masuk IGD. BAB
pasien dalam sehari terdapat lebih dari sepuluh kali. BAB berbentuk cair dengan
sedikit ampas, berwarna kuning-kecoklatan, tanpa lendir maupun darah. Sehari
sebelum diare, pasien mengeluh badannya demam dan tidak nyaman. Selain
keluhan diare, pasien juga mengeluh mual, muntah, pusing, lemas, tidak mau
makan, rasa haus yang teramat sangat, BAK berkurang. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan nadi 80x/menit, laju pernafasan 20x/menit, suhu 370C, air mata
sedikit berkurang, mata nampak cekung, mukosa bukal sedikit kering, turgor
kulit kembali dalam 1 detik, bising usus positif meningkat, capilarry refill 1
detik, sedangkan pemeriksaan lain dalam batas normal.

H. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Idea : Pasien mengeluh diare, mual, muntah, pusing, lemas, tidak
mau makan
Concern : Pasien merasa badannya tidak nyaman dan lemas, ibu
pasien khawatir kondisi pasien semakin memburuk.
Expectacy : Pasien dan ibu pasien mempunyai harapan agar penyakit
pasien dapat segera sembuh dan dapat segera bersekolah
kembali.
Anxiety : Pasien dan ibu pasien khawatir penyakit pasien tidak
sembuh-sembuh dan jatuh ke kondisi dehidrasi.
2. Aspek Klinis
Diagnosis : - Gastroenteritis akut e.c. suspek infeksi
virus dengan dehidrasi ringan-sedang
- Underweight
Gejala klinis yang muncul : diare >10x/hari, mual, muntah, pusing,
lemas, tidak mau makan, sangat haus
Diagnosa banding : Shigellosis, cholera, amoebiasis.
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Kebiasaan pasien mengonsumsi jajanan di sekolah dan lingkungan
rumah yang tidak sehat, antara lain gorengan dengan saos, es krim
goreng, minuman es dengan pewarna, dan lain-lain.
b. Status gizi pasien yang termasuk kategori gizi kurang.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Status sosial ekonomi keluarga pasien yang rendah, menyebabkan
kondisi hunian tidak memenuhi kriteria rumah sehat dan buruknya
lingkungan, antara lain pencahayaan, ventilasi, dinding dan plafon,
kebersihan dan keadaan lingkungan rumah secara umum yang kurang
sehat.
b. Adanya sumur yang tergabung dalam toilet sehingga memudahkan
kontaminasi air.
c. Dapur yang bersebelahan dengan kandang ayam juga memudahkan
tercemarnya makanan oleh kotoran ayam kering yang kadang
berterbangan.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 3, karena pasien mulai terganggu
dalam melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari seperti biasanya, antara
lain belajar dan bersekolah serta bermain bersama teman-teman.

I. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
a. Aspek kuratif
1) Medikamentosa
a) PO Zinc 20 mg 1x1tablet
b) PO Kaolin pectin syrup 3x1 sendok makan
c) PO paracetamol syrup 3x1 cth
d) PO metoclopramid 3x1/2 tablet
2) Non Medika mentosa
a) Karena pasien muntah terus saat diberi minum maka rehidrasi
dilakukan secara intravena dengan Ringer Laktat (RL) 75
cc/kgBB (1725 cc) dalam 4-6 jam (143,75 tetes per menit)
b) Dilanjutkan IVFD Ringer Laktat rumatan dengan rumus Holiday
Segar (4:2:1) sehingga diberikan total cairan per hari 40 cc + 20
cc + 3 cc = 63cc/hari (33 tetes per menit)
c) Diet lunak tinggi kalori tinggi protein
3) KIE (konseling, informasi dan edukasi)
Pasien dan keluarganya perlu diedukasi mengenai:
a) Memberi informasi mengenai penyebab dan cara penularan
mikroorganisme penyebab diare (gastroenteritis akut/GEA),
serta pencegahan dan penanganan GEA secara mudah dan
komprehensif.
b) Selalu mencuci tangan dengan sabun setelah dari kamar mandi
dan sebelum makan
c) Hanya makan/minum yang terjamin kebersihan dan
kematangannya, hindari beli makanan/jajanan yang tidak
terjamin kebersihan bahan dan proses pengolahannya
d) Buah dan sayuran yang dikonsumsi harus dicuci dengan bersih
e) Harus menjaga kesehatan peralatan makanan/minuman dengan
cara mencucinya menggunakan air bersih dan sabun cuci piring
antibakteri
f) Menjelaskan mengenai syarat-syarat rumah sehat secara
lengkap, beberapa contohnya antara lain mengenai adanya
kandang ayam di dekat dapur dan toilet yang tidak higienis.
g) Menjelaskan pentingnya menjaga nutrisi melalui makanan yang
sehat dan bergizi, memenuhi kebutuhan karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, dan mineral.
h) Menjelaskan cara membuang sampah yang baik
b. Aspek Preventif
1) Menjelaskan mengenai higienitas makanan dan minuman
2) Menjelaskan mengenai kriteria rumah sehat serta memberi saran-
saran yang dapat diterapkan dan tepat guna
3) Memberikan anjuran pola hidup bersih dan sehat
c. Aspek Promotif
1) Memberi informasi mengenai penyebab dan cara penularan
mikroorganisme penyebab GEA, serta pencegahan dan penanganan
GEA secara mudah dan komprehensif.
2) Memberi informasi mengenai dehidrasi sebagai komplikasi GEA
serta pentingnya penanganan tepat dan dini dalam kasus GEA.
d. Aspek Rehabilitatif
Monitoring terhadap keluhan pasien, keadaan umum, tanda vital, serta
tanda tanda dehidrasi pada pasien GEA (gastroenteritis).
2. Family Care
a. Memotivasi keluarga untuk menjaga lingkungan yang sehat dan bersih.
b. Memberikan edukasi pengetahuan kepada keluarga mengenai
perjalanan penyakit GEA, pencegahan penularan dan pemantauan GEA
berkelanjutan, sehingga mendukung kontrol dan pengobatan pasien.
c. Dukungan moral dari keluarga dalam pengendalian dan penyembuhan
penyakit pasien, pemantauan GEA secara berkelanjutan.
d. Memberikan anjuran kepada anggorta keluarga lainnya yang berisiko
tinggi untuk pola hidup sehat.
3. Community Care
a. Memotivasi lingkungan untuk menjaga lingkungan yang sehat dan
bersih, karena lingkungan yang tidak sehat akan memicu faktor risiko
terjadinya GEA.
b. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit GEA,
baik tanda gejala penyakit tersebut dan perjalanan alamiahnya melalui
penyuluhan.
c. Memotivasi komunitas untuk memberikan dukungan psikologis
terhadap pasien mengenai penyakitnya.
J. Flow Sheet
Tabel 2. Flow Sheet An. AD (9 tahun)
No Tanggal Problem Tanda Vital Planning Target
1 Sabtu Diare >10x/hari, N :80 x/menit Rehidrasi plan B : Diare
12/9/2015 mual, muntah RR :20 x/menit IVFD RL 144 tpm berhenti,
16.00 setiap minum, S :370 C (rehidrasi) lanjut status hidrasi
pusing, lemas, 33 tpm (rumatan) membaik,
tidak mau Diet lunak tinggi asupan
makan, tanda kalori tinggi nutrisi dan
dehidrasi ringan- protein cairan
sedang (+) PO Zinc 20 mg teratasi
1x1tablet
PO Kaolin pectin
syrup 3x1 C
PO paracetamol
syrup 3x1 cth
PO
metoclopramid
3x1/2 tablet
2 Minggu Diare 6x N :76 x/menit IVFD RL 33 tpm Diare
13/9/2015 semalam, mual RR :16 x/menit (rumatan) berhenti,
07.30 dan muntah S :36,40 C Diet lunak tinggi status hidrasi
berkurang, kalori tinggi membaik,
pusing protein asupan
berkurang, masih PO Zinc 20 mg nutrisi dan
lemas, sudah bisa 1x1tablet cairan
minum, mau PO Kaolin pectin teratasi
makan sedikit- syrup 3x1 C
sedikit, tanda PO paracetamol
dehidrasi syrup 3x1 cth
membaik PO
metoclopramid
3x1/2 tablet
3 Minggu Diare 4x hari ini, N :76 x/menit IVFD RL 33 tpm Diare
13/9/2015 sedikit mulas, RR :16 x/menit (rumatan) berhenti,
15.30 sudah tidak mual S :37,20 C Diet lunak tinggi status hidrasi
dan muntah kalori tinggi membaik,
maupun pusing protein asupan
berkurang, masih PO Zinc 20 mg nutrisi dan
sedikit lemas, 1x1tablet cairan
sudah bisa makan PO Kaolin pectin teratasi
dan minum. syrup 3x1 C

4 Senin Pasien sudah N :76 x/menit Boleh pulang Asupan


14/9/2015 tidak diare, sudah RR :16 x/menit Aff infus nutrisi dan
15.30 tidak mual dan S :36,40 C Diet lunak tinggi cairan
muntah maupun kalori tinggi teratasi
pusing protein
berkurang, saat PO Oralit 3 sachet
ini sudah segar, untuk dibawa
sudah bisa makan pulang
dan minum PO Zinc 20 mg
seperti biasa. 1x1 tab lanjutkan
sampai hari ke 14
(26/9/2015)
III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Bentuk keluarga An. AD adalah nuclear family dengan Tn. S (35
tahun) sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai kondektur. An. AD (9
tahun) adalah anak dari Tn. S dan Ny. DPada keluarga ini terdapat ayah, ibu
dan 2 anak yang hidup bersama.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan antara pasien dengan keluarganya harmonis. Kadang-
kadang ia bertengkar wajar masalah hal sepele dengan adiknya yang masih
berusia lima tahun.
3. Fungsi Sosial
Saat sakit ini, pasien sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien
biasanya sering bermain dan berkomunikasi dengan teman-teman
sekolahnya. Hubungan pasien dengan teman-teman sekolah dan tetangga
sekitarnya cukup baik, pasien juga disayang oleh tetangganya.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah kebawah. Ayah
pasien bekerja sebagai kondektur lepas dengan penghasilan rendah dan
tidak tetap (Rp1.000.000,00/bulan). Ibu pasien seorang ibu rumah tangga.
Pasien dan keluarga pasien hidup sedehana dalam mencukupi keperluan hidup
sehari-hari. Biaya pengobatan di sarana pelayanan kesehatan menggunakan
Jamkesmas.
Dapat disimpulkan bahwa bentuk keluarga An. AD adalah nuclear
family. Keluarga An. AD adalah keluarga yang cukup harmonis, dan
merupakan keluarga dengan perekonomian kelas menengah kebawah.
B. Fungsi Fisiologis (A.P.G.A.R Score)
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita mendapatkan
dukungan berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu
masalah pasien menceritakan kepada orangtuanya.
PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain. Setiap ada permasalahan didiskusikan
bersama dengan anggota keluarga lainnya, komunikasi dengan anggota keluarga
berjalan dengan baik.
GROWTH
Antar anggota keluarga selalu mendukung pasien. Anggota keluarga
selalu mendukung pola makan, dan pengobatan yang dianjurkan demi
kesehatan An. AD.
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan ayah, ibu, dan
adiknya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu
pula sebaliknya. Dalam hal mengekspresikan perasaan atau emosi, antar anggota
keluarga berusaha untuk selalu jujur. Apabila ada hal yang tidak berkenan di
hati, maka anggota keluarga akan mencoba untuk segera menyampaikan tanpa
dipendam, sehingga permasalahan dapat segera selesai. Keluarga saling
menyayangi tampak dari percakapan mereka yang luwes dan sering bercanda
saat peneliti melakukan home visit.
RESOLVE
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga
maupun dari saudara-saudara. Pasien merasa senang apabila ayah, ibu, dan adiknya
berkumpul di rumah walaupun hanya untuk menonton televisi atau makan bersama.
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R Score
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R
Score dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-
rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-
rata 1-4 = jelek, 4-6 = sedang, 7-10 = baik. Penilaian A.P.G.A.R.
Tabel 3. Nilai APGAR dari Keluarga An. AD
A.P.G.A.R An. AD Tn. S Ny. D An. RR
A Saya puas bahwa saya dapat kembali 2 2 1 2
ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 2 1 2 2
membahas dan membagi masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya 1 1 2 2
menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang
baru
A Saya puas dengan cara keluarga 2 2 2 1
saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi saya
seperti kemarahan, perhatian dll.
R Saya puas dengan cara keluarga saya 2 1 1 2
dan saya membagi waktu bersama-
sama
TOTAL 9 7 8 9
Rerata nilai skor APGAR keluarga An. AD adalah (9+7+8+9)/4 = 8,25. Secara
keseluruhan total poin dari skor APGAR keluarga pasien adalah 33, sehingga
rata-rata skor APGAR dari keluarga pasien adalah 8,25. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien berada dalam keadaan
baik.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)


Fungsi patologis dari keluarga Nn. SN dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
Tabel 7. Nilai SCREEM dari keluarga pasien
Sumber Patologi Ket
Social Interaksi yang baik antara anggota keluarga serta masyarakat -
sekitar.
Cultural Dalam sehari-hari keluarga ini menggunakan adat ketimuran, hal +
ini terlihat pada pergaulan mereka sehari hari yang
menggunakan bahasa Jawa, walaupun dicampur dengan Bahasa
Jawa. Adanya mitos yang kurang baik adalah adanya anggapan
saat anak diare sebaiknya dipuasakan agar tidak mencret dan
muntah-muntah
Religion Pemahaman agama baik. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat -
dilihat dari pasien dan keluarga rutin menjalankan sholat lima waktu
di rumahnya, walaupun pasien dan adiknya kadang masih belum
lengkap sholatnya.
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong kelas menengah kebawah, untuk +
kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu
mencukupi kebutuhan sekunder, diperlukan skala prioritas untuk
pemenuhan kebutuhan hidup. Rumah pasien masih dalam tahap
pembangunan.
Education Pendidikan anggota keluarga kurang. Latar belakang pendidikan -
ayah pasien adalah SMP dan ibu pasien adalah SMA. Pengetahuan
keluarga pasien tentang penyakit yang diderita pasien sebenarnya
cukup baik akibat sering menonton televisi dan mendapatkan
informasi dari tayangan edukatif.
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan -
pelayanan puskesmas dengan jenis pembiayaannya menggunakan
biaya sendiri (umum).

Keterangan :
1. Culture (+) artinya keluarga An. AD masih memiliki budaya yang kurang
mendukung kesehatan, khususnya mengenai permasalahan kesehatan dan
penyakit yang sedang dideritanya.
2. Education (+) artinya keluarga Ny. SN tergolong ekonomi menengah
kebawah dengan pendapatan total satu juta rupiah perbulan (pendapatan
perkapita Rp250.000,00).

Kesimpulan :
Dalam keluarga Ny. SN fungsi patologis yang positif adalah fungsi budaya
dan fungsi ekonomi.

D. Family Genogram

60 55 55 48
Stroke

36 35 25 29 25 19 14

9 5

GEA ISPA
Asma

Gambar 1. Genogram keluarga An. AD


Keterangan:

: Pasien

: Meninggal dunia
: Laki-laki

: Tinggal satu rumah


: Perempuan

E. Pola Interaksi Keluarga

An. SD

Tn. S Ny.D

An.
RR

Gambar 2 . Pola Interaksi Keluarga An. AD


Keterangan : hubungan baik
Sumber : Data Primer

Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga An. AD dinilai harmonis
dan saling mendukung.
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga


1. Faktor Perilaku
Perilaku pada anggota keluarga secara umum baik, namun karena
pasien dan adiknya masih anak-anak, mereka masih sulit untuk menahan
diri dari keinginan membeli jajanan di depan sekolahan. Padahal, orangtua
pasien sudah sering mengingatkan mengenai jajanan yang tidak sehat
tersebut.
Selain itu, terdapat kepercayaan bahwa jika anak GEA, maka
sebaiknya dipuasakan agar mencret berhenti dan tidak mual-muntah.
Perilaku tersebut terkadang masih dilakukan oleh keluarga ini, namun
untungnya akhir-akhir ini orangtua pasien sudah tidak melakukan hal
tersebut apabila anak mereka sendiri. Keluarga ini juga kurang menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya, terutama dari lantai dan
dinding rumah yang nampak berdebu. Mengenai medis, keluarga percaya
pada tenaga kesehatan yaitu dokter umum dan puskesmas yang terletak di
kecamatan Tambak, walaupun belum memiliki jaminan kesehatan.
2. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga kelas
menengah kebawah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari ayah
pasien yang bekerja sebagai kondektur lepas dengan penghasilan yang
tidak menentu, berkisar Rp1.000.000,00 per bulan. Rumah yang dihuni
keluarga ini memiliki luas berkisar 68 m2, terdapat jendela yang jarang dibuka,
lantai plesteran semen yang kotor serta dapur yang bersebelahan dengan
kandang ayam. Kamar mandi di rumah ini belum ada, sehingga masih
menumpang kamar mandi saudaranya yang terletak di halaman belakang.
Kamar mandi tersebut hanya berdinding setengah, sehingga tidak menutup
seluruh ruangan. Selain itu di dalam kamar mandi terdapat kloset jongkok
yang tepat berada di sebelah sumur. Septic tank terletak sekitar 6 meter dari
kamar mandi.
Pasien termasuk keluarga dengan latar belakang pendidikan yang
kurang karena kedua orangtuanya pendidikan hanya sampai SMP (ayah) dan
SMA (ibu), sedangkan pasien sendiri masih berstatus sebagai siswi Madrasah
Ibtidaiyah. Hal tersebut mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman pasien
mengenai kesehatan.

Pengetahuan :
Kurangnya Lingkungan:
pengetahuan pada Kondisi rumah dan
pasien mengenai lingkungan yang
makanan bersih. tidak sehat.

Fungsi Fisiologis :
Sikap: Skor APGAR
Adanya mitos untuk keluarga pasien
mempuasakan pasien baik
jika diare
Keluarga An. AD
Pelayanan
Kesehatan:
Jika sakit berobat
ke dokter atau ke
Tindakan: puskesmas
Tidak membuka
jendela rumah, jarang
membersihkan rumah
dan halaman Penularan:
Keluarga pasien
mengetahui bahwa
kemungkinan sumber
penularan berasal dari
jajanan

Gambar 3. Faktor Perilaku dan Nonperilaku Keluarga


Keterangan :
= Faktor Perilaku
= Faktor Non-Perilaku
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Pasien tinggal di Desa Buniayu RT 05 RW 04, Kecamatan Tambak,
Kabupaten Banyumas. Pasien tinggal di sebuah rumah dengan bangunan
tidak permanen yang masih dalam tahap rehabilitasi. Luas rumahnya yaitu
68 m2. Jumlah penghuni rumah 4 orang. Lantai rumah pasien seluruhnya
masih menggunakan plesteran semen. Dinding rumah menggunakan batu
anyaman bambu dan papan triplek, sedangkan atap menggunakan asbes
tanpa langit-langit (plafon). Rumah pasien memiliki 1 kamar tidur, 1 ruang
tamu dan ruang keluarga, dapur, 1 gudang, serta dibelakang rumah
terdapat kandang ayam dan kamar mandi yang terpisah dari bangunan
utama. Kesan pencahayaan kurang karena jendela jarang dibuka. Kamar
mandi masih menumpang milik saudara pasien, dengan 1 sumur dan 1
jamban kloset jongkok yang berbentuk leher angsa. Sumber air yang
didapat berasal dari sumur timba dengan tangan. Tempat sampah rumah
ini dibiarkan terbuka di depan rumah untuk nantinya dibakar jika sudah
penuh. Rumah yang dihuni keluarga ini memiliki ventilasi cukup, sirkulasi
udara cukup, tetapi pencahayaan dan kebersihan dari rumah ini juga kurang
terjaga.
Kesan: kebersihan rumah dan lingkungannya belum adekuat.
2. Denah Rumah

Gambar 4. Denah Rumah Nn. SN

Keterangan:
V. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA

A. Masalah medis :
1. Gastroenteritis akut e.c. suspek infeksi virus
2. Dehidrasi ringan-sedang
3. Underweight

B. Masalah nonmedis :
1. Pendapatan perkapita yang relatif rendah (Rp250.000,00).
2. Pasien gemar jajan sembarangan karena kurangnya pengetahuan pasien
mengenai GEA dan makanan yang sehat.
3. Pasien belum mengetahui faktor resiko, pola penularan, dan pengobatan
GEA, sedangkan keluarga pasien terutama ibunya mengetahui mengenai
GEA sekilas dari tayangan televisi. Masih adanya kepercayaan
mempuasakan anak jika GEA.
4. Perilaku keluarga pasien yang jarang membuka jendela rumah dan
membersihkan rumah, serta membakar sampah rumah tangga. Keadaan
dan kebersihan lingkungan rumah yang kurang sehat terutama dari kamar
mandi dan adanya kandang ayam.

C. Diagram Permasalahan Pasien

Kurangnya
pengetahuan baik
pasien maupun
keluarga mengenai
gastroenteritis akut

An. AD, 9 tahun Pasien gemar jajan


Ekonomi Gastroenteritis akut e.c. suspek sembarangan, keluarga
menengah ke infeksi virus, dehidrasi ringan- pasien memiliki
bawah sedang, underweight kepercayan mempuasakan
anak jika diare

Belum mengetahui faktor Keadaan dan kebersihan


risiko, pola penularan, dan lingkungan rumah yang
pengobatan gastroenteritis. kurang sehat

Gambar 5. Hubungan Penyakit dengan Faktor Risiko


D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks:
Tabel 8. Matrikulasi Masalah
I T R Jumlah
No. Daftar Masalah IxTxR
P S SB Mn Mo Ma
Pengetahuan tentang penyakit
1 5 5 5 4 5 4 5 93,33
rendah
2 Perilaku anak jajan sembarangan 5 5 4 3 4 5 5 65,38
Kondisi rumah dan lingkungan
3 5 5 4 3 2 1 1 18,67
sekitar yang tidak sehat
Kondisi ekonomi keluarga adalah
4 kelas menengah kebawah 4 5 5 1 1 1 1 4,67

Keterangan:
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (ketersediaan sarana)

Kriteria penilaian:
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting

E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga
An. AD adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang penyakit rendah
2. Perilaku anak jajan sembarangan
3. Kondisi rumah dan lingkungan sekitar yang tidak sehat
4. Kondisi ekonomi keluarga adalah kelas menengah kebawah
Prioritas masalah yang diambil adalah tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga tentang penyakit yang diderita masih rendah.
VI. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA

A. Rencana Pembinaan Keluarga


1. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit gastroenteritis terutama
mengenai sumber penularan, tanda-gejala, serta penanganan dini
Tujuan Khusus
Mengubah perilaku pasien dan keluarga dalam menjaga kebersihan dan
kesehatan anggota keluarga
2. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang sudah ditentukan
bersama dengan cara memberikan penyuluhan dan edukasi pada pasien dan
keluarga. Penyuluhan dan edukasi dilakukan dalam suasana santai sehingga
materi yang disampaikan dapat diterima.
3. Materi Pembinaan
Materi utama pada penyuluhan dan edukasi yang diberikan kepada pasien
dan keluarga adalah mengenai pengertian, penyebab, cara penularan, tanda
dan gejala, serta penanganan dan pencegahan gastroenteritis. Materi
selanjutnya adalah mengenali tanda-tanda dehidrasi dan mengatasi gizi
kurang.
4. Sasaran Pembinaan
Sasaran dari pembinaan yang dilakukan adalah pasien beserta seluruh
anggota keluarga pasien yang tinggal di rumah tersebut sebanyak 4 orang.
5. Evaluasi Pembinaan
Evaluasi yang dilakukan adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan
mengenai materi yang telah disampaikan sebelumnya kepada pasien dan
keluarga. Jika salah satu dari anggota keluarga ada yang bisa menjawab,
maka dianggap mereka sudah memahami materi yang telah disampaikan
sebelumnya dan dapat saling mengingatkan antar anggota keluarga.
F. Hasil Pembinaan Keluarga
Tabel 9. Hasil Pembinaan Keluarga

No Tanggal Kegiatan yang Anggota keluarga Hasil kegiatan


dilakukan yang terlibat
1 15 1. Membina hubungan Pasien dan Pasien bersedia
Desember saling percaya dengan keluarga untuk dikunjungi
2014 pasien, diantaranya lebih lanjut untuk
perkenalan dan dipantau
bercerita mengenai perkembangannya.
kehidupan sehari-hari.
2. Mendiskusikan dengan
pasien untuk
kedatangan berikutnya
2 22 Menggali pengetahuan Pasien dan Pasien dan keluarga
Desember dan pemahaman pasien keluarga memahami tentang
2014 tentang penyakitnya penyakit TB paru
Memberikan serta pentingnya
penjelasan mengenai perilaku sehat
pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, cara
penularan serta
penatalaksanaan TB
paru

G. Hasil Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada 4 orang yang terdiri dari,
pasien Nn. SN, ibu pasien Ny. S, ayah pasien Tn. MAZ, dan adik pasien An.
HYS. Metode yang digunakan berupa konseling edukasi tentang penyakit
tuberculosis mulai dari definisi, etiologi, faktor resiko, cara minum obat,
cara penularan, edukasi PHBS serta pencegahan bagi orang yang berada di
sekitar Nn.SN terutama yang tinggal serumah dengan pasien.
2. Evaluasi Promotif
Sasaran konseling sebanyak 4 orang yaitu, pasien, ibu pasien dan
ayah pasien.Waktu pelaksanaan kegiatan pada Senin 15 Desember 2014 dan
Senin 22 Dsember 2014 di rumah pasien. Konseling berjalan dengan lancar
dan pasien merasa puas karena merasa lebih diperhatikan dengan adanya
kunjungan ke rumahnya untuk memberikan edukasi tentang penyakit yang
sedang di derita Nn.SN
3. Evaluasi Sumatif
Sebelum dilakukan konseling pasien dan keluarga mengaku belum
memahami penyakit yang diderita Nn.SN sehingga dengan adanya
konseling pasien merasa puas dan senang karena menjadi lebih paham
tentang penyakitnya. Setelah konseling dilakukan tanya jawab, narasumber
memberikan 10 pertanyaan dan pasien beserta keluarga dapat menjawab 8
pertanyaan dengan tepat sehingga tingkat pengetahuan pasien meningkat
menjadi 80% dari sebelumnya yang hanya 30%.
VII. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Gastroenteritis yang populer dengan istilah diare merupakan penyakit
infeksi saluran cerna. Penyakit ini masih menjadi masalah utama di negara
maju maupun negara berkembang, karena sebanyak 3-4x kejadian
gastroenteritis akan dialami oleh balita setiap tahunnya. Gastroenteritis akut
adalah kondisi perubahan frekuensi defekasi berupa buang air besar lebih dari
tiga kali dalam 24 jam disertai perubahan konsistensi feses, yang berlangsung
kurang dari seminggu. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007,
gastroenteritis merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% anak
berusia 1-4 tahun (Pudjiadi et al., 2009; WHO, 2009).

B. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, antara lain (Mansjoer,
2000):
1. Infeksi
Beberapa mikroorganisme penyebab infeksi yang memunculkan tanda
klinis berupa diare antara lain:
a. Virus, antara lain Rotavirus, Adenovirus, Virus Norwalk, Astrovirus,
Calicivirus, Coronavirus, Minirotavirus.
b. Bakteri, antara lain Shigella spp., Salmonella spp., Escherecia coli,
Vibrio cholera, Vibrio parahaemoliticus, Aeromonas hidrophilia,
Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium difficile,
Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus, Yersinia
enterocolitica.
c. Parasit, antara lain protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Balantidium coli), cacing perut (Ascariasis, Trichuris truchiura,
Strongiloides stercoralis) dan jamur seperti Candida sp.
2. Malabsorpsi zat makanan seperti karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak
terutama trigliserida rantai panjang, atau protein seperti beta-
laktoglobulin.
3. Intoksikasi (keracunan makanan) akibat makanan yang mengandung zat
kimia beracun atau makanan mengandung mikroorganisme yang
mengeluarkan toksin, antara lain Clostridium perfringens dan
Staphylococcus.
4. Alergi makanan terutama disebabkan oleh Cows milk protein sensitive
enteropathy (CMPSE), dan juga dapat disebabkan oleh makanan lainnya.
5. Imunodefisiensi, sering terjadi pada penderita HIV/AIDS.
6. Psikologis : rasa takut dan cemas.

C. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang berpengaruh pada mekanisme diare (Daldiyono et
al., 2009):
1. Faktor Host
a. keasaman lambung
b. motilitas usus
c. imunitas
d. mikroflora usus
2. Faktor Agent
a. daya penetrasi untuk merusak mukosa sel epitel usus
b. daya produksi toksin
c. daya lekat kuman pada mukosa sel epitel usus
d. daya reproduksi kuman
Adapun faktor risiko diare pada balita (Daldiyono et a;., 2009).
1. Faktor Gizi
Suharyono (1998) menjelaskan bahwa interaksi diare dan gizi
kurang merupakan lingkaran setan. Diare menyebabkan kekurangan
dan akan memperberat diare. Oleh karena itu, pengobatan dengan
makanan yang tepat dan cukup merupakan komponen utama
pengelolaan klinis diare dan juga pengelolaan di rumah. Berat dan
lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi panderita dan diare
yang diderita oleh anak dengan kekurangan gizi lebih berat jika
dibandingkan dengan anak yang status gizinya baik karena anak dengan
status gizi kurang keluaran cairan dan tinja lebih banyak sehingga anak
akan menderita dehidrasi berat. Bayi dan balita yang kekurangan gizi,
sebagian besarnya meninggal karena diare. Hal ini dapat disebabkan
karena dehidrasi dan malnutrisi (Suharyono, 1998).
2. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi juga mempunyai pengaruh langsung
terhadap faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah
menderita diare berasal dari keluarga yang besar dengan daya beli yang
rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai sediaan air bersih
yang memenuhi persyaratan kesehatan, pendidikan orang tuanya yang
rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan. Karena
itu edukasi dan perbaikan ekonomi sangat berperan dalam pencegahan
dan penanggulangan diare (Suharyono, 1991).
3. Faktor Pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta
rata-rata mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah
dan ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan
umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi
ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain,
sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit
diare (Adisasmito, 2007).
4. Faktor Sumber Air
Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan. Air
baku tersebut sebelum digunakan adalah yang diolah dulu, namun ada
pula yang langsung digunakan oleh masyarakat. Kualitas air baku pada
umumnya tergantung dari mana sumber air tersebut didapat. Ada
beberapa macam sumber air misalnya : air hujan, air tanah (sumur gali,
sumur pompa), air permukaan (sungai, danau) dan mata air. Apabila
kualitas air dari sumber air tersebut telah memenuhi syarat kesehatan
sesuai dengan peraturan yang berlaku, dapat langsung dipergunakan
tetapi apabila belum memenuhi syarat, harus melalui proses pengolahan
air terlebih dahulu. Berdasarkan data survei demografi dan kesehatan
tahun 1997, kelompok anak-anak di bawah lima tahun yang keluarganya
menggunakan sarana sumur gali mempunyai resiko terkena diare 1,2
kali dibandingkan dengan kelompok anak yang keluarganya
menggunakan sumber sumur pompa (Adisasmito, 2007).

D. Sumber Penularan
Cara penularan diare pada umumnya adalah secara oro-fecal melalui 1)
makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh enteropatogen, 2)
kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah
tercemar tinja penderita, atau tidak langsung melalui lalat. Di dalam bahasa
Inggris maka terdapat 4 F di dalam cara penularan diare ini
yaitu food(makanan), feces (tinja), finger (jari tangan), and fly (lalat) (Thomas
et al., 2003; Juckett and Trivedi, 2011).

E. Patomekanisme
Patofisiologi diare dapat dijelaskan sesuai dengan klasifikasinya
masing-masing, sebagai berikut.
1. Diare osmotik
Secara fisiologis, osmolalitas feses sama dengan osmolalitas serum
(290 mOsm/kg) yang dipengaruhi oleh kadar natrium, kalium, klorida, dan
bikarbonat. Terjadinya peningkatan osmotic gap lebih dari 125 mOsm/kg
menandakan bahwa diare disebabkan malabsorpsi bahan yang bersifat
osmotik aktif. Etiologi dari diare osmotik antara lain defisiensi laktase,
penggunaan laksatif berlebih, malabsorpsi karbohidrat, dan sindroma
malabsorpsi. Malabsorpsi karbohidrat disertai distensi abdomen, kembung,
dan flatus karena akumulasi gas intralumen. Diare ini akan membaik dengan
puasa (Thomas et al., 2003; Juckett and Trivedi, 2011).
2. Diare sekretorik
Diare dengan volume lebih dari satu liter perhari disebabkan
peningkatan sekresi usus atau penurunan absorpsi, dimana osmotic gap
dalam batas normal (kurang dari 50 mOsm/kg). Etiologi dari diare
sekretorik antara lain tumor endokrin yang menstimulasi motilitas
usus/sekresi pankreas, malabsorpsi garam empedu, dan penyalahgunaan
laksatif. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan parasit
maupun serologis untuk identifikasi Giardia lamblia, Entamoeba
histolytica, Yersinia, glukosa darah puasa, tes fungsi thyroid, dan ujicoba
kolestiramin (Thomas et al., 2003; Juckett and Trivedi, 2011).
3. Diare inflamatorik
Diare ini dijumpai pada pasien dengan radang usus (inflammatory
bowel disease) seperti infeksi virus/bakteri, kolitis ulseratif, penyakit Crohn,
dengan gejala penyerta seperti hematokezia, demam, penurunan berat
badan, dan nyeri abdomen (Thomas et al., 2003; Juckett and Trivedi, 2011).
Virus terbanyak penyebab diare adalah rotavirus, selain adenovirus,
enterovirus, calicivirus, dan sebagainya. Garis besar patogenesisnya sebagai
berikut (Meyer, 2003):
Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan atau
minuman.

Virus berkembang biak di dalam usus.

Virus masuk ke dalam epitel usus halus dan menyebabkan kerusakan
bagian apical vili usus halus.

Sel-sel epitel usus halus bagian apical akan diganti oleh sel sel dari bagian
kripta yang belum matang, berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel-
sel epitel ini tidak dapat berfungsi untuk menyerap air dan makanan.
Sebagai akibat lebih lanjut akan terjadi diare osmotic.

Vili usus kemudian akan memendek sehingga kemampuannya untuk
menyerap dan mencerna makanan pun akan berkurang. Pada saat inilah
biasanya diare mulai timbul.

Sel-sel reticulum akan melebar, terjadi infiltrasi sel-sel limfoid dari lamina
propria, untuk mengatasi infeksi sampai terjadi penyembuhan.
F. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis, informasi mengenai lama diare dan frekuensi diare
selama satu hari harus diperoleh. Pasien atau keluarga pasien juga harus
mampu mendeskripsikan warna dan konsistensi tinja serta ada/tidaknya
lendir dan darah di dalam tinja. Selain itu, perlu ditanyakan keluhan
penyerta antara lain muntah, rasa haus, rewel, lemas, kesadaran menurun,
buang air kecil terakhir, demam, sesak, kejang, dan kembung. Sebelum
diare, perlu diketahui jenis makanan dan minuman yang sebelumnya
dikonsumsi, dan berapa jumlah cairan yang telah dikonsumsi selama diare.
Informasi mengenai adanya penderita diare di sekitarnya serta kualitas
sumber air minum juga perlu digali lebih lanjut dari pasien dan/atau
keluarganya (Pudjiadi et al., 2009). Adapun gejala spesifik gastroenteritis
sesuai etiologi masing-masing adalah sebagai berikut
Tabel Gejala spesifik infeksi virus, bakteri, dan parasit (Muscari, 2005)
Infeksi Virus Infeksi Bakteri Infeksi Parasit
Inkubasi 17-72 jam Diare cair dengan Diare sedikit-
Demam + ampas cukup sedikit ( + 5 ml)
Mual muntah sering banyak sehingga Terdiri lendir &
Nyeri perut konsistensi darah
tenesmus cenderung lembek Frekuensi sangat
Nyeri kepala jarang Volume rata-rata sering (> 20 x/hr)
ditemui banyak Tenesmus nyata /
Lamanya sakit 5-7 Frekuensi jarang berat
hari (rata-rata< 6 x/hr) Kadang disertai
Anorexia Ciri feses Bau busuk spasme / seperti
antara lain volume Sering berlendir, kejang
sedang, frekuensi 5- jarang berdarah
10x/hari dengan Tenesmus (+) /
konsistensi cair. ringan sedang
Tidak dijumpai Jarang disertai
lendir maupun muntah
darah. Warna feses Kadang panas
biasanya kuning- tinggi seperti
hijau berbau langu. kejang
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital perlu diperiksa pada setiap
pasien diare. Tanda-tanda utama yang harus dicari adalah keadaan umum
yang gelisah/cengen atau justru lemah/ketargi/koma disertai adanya rasa
haus dan penurunan turgor kulit abdomen. Tanda tambahan antara lain
adanya perubahan pada ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa
bibir, mulut, dan lidah. Berat badan pasien perlu diketahui sebagai dasar
pemberian obat dan cairan rehidrasi. Tanda gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit juga perlu dideteksi, antara lain nafas cepat dan dalam
(asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), dan kejang (hipo atau
hipernatremia) (Pudjiadi et al., 2009).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan feses tidak rutin dilakukan pada gastroenteritis akut, kecuali
terdapat tanda dan gejala yang mengarah pada kecurigaan adanya
intoleransi laktosa dan amoebiasis. Pemeriksaan feses akan menilai
kondisi makroskopis (konsistensi, warna, lendir, darah, bau), mikroskopis
(leukosit, eritrosit, parasit, dan bakteri), serta kimia (pH, clinitest, elektrolit
Na K HCO3). Jika secara klinis terdapat asidosis/alkalosis dapat dilakukan
analisis gas darah dan elektrolit. Adapun kultur dan uji sensitivitas tidak
rutin dilakukan pada gastroenteritis akut (Pudjiadi et al., 2009).

G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Obat-obatan yang diberikan pada pasien gastroenteritis termasuk dalam
program LINTAS dari Dinas Kesehatan, antara lain cairan, zinc, antibiotik
sesuai indikasi, makanan dan/atau ASI, serta nasihati ibu.
a. Tablet Zinc
Zinc (seng) secara ilmiah telah terbukti mampu menurunkan frekuensi
dan volume feses, sehingga menurunkan risiko terjadinya dehidrasi.
Tablet zinc diberikan selama 10-14 hari walaupun pasien sudah tidak
diare, dengan dosis 10 mg/hari (dibawah 6 bulan) atau 20 mg/hari
(diatas 6 bulan) (Pudjiadi et al., 2009).
b. Antibiotik sesuai indikasi
Antibiotik hanya diberikan pada pasien dengan gastroenteritis akibat
Entamoeba histolytica, Cholera, maupun Shigellosis. Pemberian
antibiotik yang tidak rasional justru akan membunuh flora normal
usus sehingga memperpanjang durasi diare pada pasien. Flora normal
yang berkurang akan mempermudah kolonisasi bakteri Clostridium
difficile yang semakin mudah tumbuh, dan sulit
disembuhkan.Antibiotik bagi infeksi bakteri antara lain cotrimoxazole
sebagai lini pertama, selanjutnya ada cefixime dan metronidazole 50
mg/kgBB/hari dalam 3 dosis (khusus infeksi amoeba). Obat diare
sama sekali tidak boleh diberikan kepada anak mengingat saluran
cernanya yang belum sepenuhnya matang dan siap dan justru
meningkatkan risiko ileus (Pudjiadi et al., 2009).
2. Nonmedikamentosa
a. Cairan
Terapi cairan ditujukan untuk memperbaiki status hidrasi dan
mencegah pasien menjadi dehidrasi ringan-sedang hingga berat.
Cairan dapat diberikan secara peroral menggunakan New Oralit 5-10
ml/kgBB setiap mencret. Cairan juga dapat diberikan secara intravena
pada pasien yang terus menerus muntah atau tidak mau minum sama
sekali, yaitu diberikan cairan kristaloid (RL, NaCl 0,9%, KaEN 3B)
dengan tetesan yang disesuaikan dengan status dehidrasinya (Pudjiadi
et al., 2009).
b. Nutrisi dan ASI
ASI dan makanan dengan menu yang sama seperti biasanya harus
tetap diberikan, untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai
pengganti nutrisi yang hilang melalui diare. Nafsu makan yang
kembali meningkat merupakan indikator fase kesembuhan. Jangan
puasakan anak, namun lebih baik memberikan makanan jumlahs
sedikit dengan frekuensi sering (sekitar enam kali sehari). Beri
makanan lunak rendah serat, buah-buahan seperti pisang juga dapat
diberikan kepada pasien (Pudjiadi et al., 2009).
H. Komplikasi : Dehidrasi
Dehidrasi merupakan kondisi kehilangan cairan dari tubuh yang dapat
membahayakan pasien karena dapat menyebabkan kondisi syok hipovolemik.
1. Tanpa dehidrasi (<5% berat badan)
Jika pada pasien sama sekali tidak ditemukan tanda utama maupun tanda
tambahan dehidrasi. Pasien tampak baik dan sadar penuh, ubun-ubun besar
dan mata tidak cekung, air mata dan mukosa masih basah, turgor kulit
abdomen baik, bising usus normal, akral teraba hangat. Pasien cukup
diberi oralit per oral dengan jumlah cairan 50 ml/kgBB selama 4-6 jam
(Pudjiadi et al., 2009).
2. Dehidrasi ringan-sedang (5-10% berat badan)
Didapatkan minimal 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan,
dengan keadaan umum tampak gelisah/cengeng. Ubun-ubun besar dan
mata sedikit cekung, air mata dan mukosa kering, turgor berkurang, akral
masih teraba hangat. Pasien diberi oralit per oral dengan dosis 50-100
ml/kgBB selama 4-6 jam. Jika rehidrasi per oral gagal, dapat dilanjutkan
rehidrasi intravena dengan cairan kristaloid (RL) (Pudjiadi et al., 2009).
3. Dehidrasi berat (>10% berat badan)
Didapatkan minimal 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan,
dengan keadaan umum tampak lemas/letargi. Ubun-ubun besar dan mata
sangat cekung, air mata dan mukosa kering, turgor sangat berkurang, akral
teraba dingin. Pasien langsung mendapatkan rehidrasi intravena dengan
cairan kristaloid (RL) dengan dua tahapan pemberian, yaitu 30 ml/kgBB
dalam tahap pertama dilanjut 70 ml/kgBB dalam tahap kedua. Pasien
berusia kurang dari satu tahun akan menjalani 1 jam tahap pertama dan 5
jam tahap kedua, namun pasien yang lebih dewasa (diatas setahun)
menjalai tahap pertama selama 30 menit dilanjut 2,5 jam tahap kedua
(Pudjiadi et al., 2009).
VII. PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa An. AD adalah seorang pasien yang
didiagnosis gastroenteritis akut e.c. suspek infeksi virus dengan dehidrasi
ringan-sedang dan underweight.
1. Aspek Personal
Idea : Pasien mengeluh diare, mual, muntah, pusing, lemas, tidak
mau makan
Concern : Pasien merasa badannya tidak nyaman dan lemas, ibu
pasien khawatir kondisi pasien semakin memburuk.
Expectacy : Pasien dan ibu pasien mempunyai harapan agar penyakit
pasien dapat segera sembuh dan dapat segera bersekolah
kembali.
Anxiety : Pasien dan ibu pasien khawatir penyakit pasien tidak
sembuh-sembuh dan jatuh ke kondisi dehidrasi.
2. Aspek Klinis
Diagnosis : - Gastroenteritis akut e.c. suspek infeksi
virus dengan dehidrasi ringan-sedang
- Underweight
Gejala klinis yang muncul : diare >10x/hari, mual, muntah, pusing,
lemas, tidak mau makan, sangat haus
Diagnosa banding : Shigellosis, cholera, amoebiasis.
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Kebiasaan pasien mengonsumsi jajanan di sekolah dan lingkungan
rumah yang tidak sehat, antara lain gorengan dengan saos, es krim
goreng, minuman es dengan pewarna, dan lain-lain.
b. Status gizi pasien yang termasuk kategori gizi kurang.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Status sosial ekonomi keluarga pasien yang rendah, menyebabkan
kondisi hunian tidak memenuhi kriteria rumah sehat dan buruknya
lingkungan, antara lain pencahayaan, ventilasi, dinding dan plafon,
kebersihan dan keadaan lingkungan rumah secara umum yang kurang
sehat.
b. Adanya sumur yang tergabung dalam toilet sehingga memudahkan
kontaminasi air.
c. Dapur yang bersebelahan dengan kandang ayam juga memudahkan
tercemarnya makanan oleh kotoran ayam kering yang kadang
berterbangan.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 3, karena pasien mulai terganggu
dalam melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari seperti biasanya, antara
lain belajar dan bersekolah serta bermain bersama teman-teman.

B. Saran
1. Pemberian penyuluhan dengan materi utama pada penyuluhan dan edukasi
yang diberikan kepada pasien dan keluarga adalah mengenai pengertian,
penyebab, cara penularan, tanda dan gejala, serta penanganan dan
pencegahan gastroenteritis.
2. Penyuluhan materi selanjutnya adalah mengenali tanda-tanda dehidrasi dan
mengatasi gizi kurang.
3. Menyarankan untuk memindah kandang ayam ke kebun belakang serta
memindah kloset menjauhi sumur, kemudian mengganti dinding dan lantai
menjadi lebih layak serta menambah langit-langit rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito W. 2007. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia.
Makara Kesehatan, 11(1): 1-10.

Daldiyono dan Simadibrata M. 2009. Diare Akut. dalam Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi, Simadibrata M, dan Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid I Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.

Juckett G and Trivedi R. 2011. Evaluation of Chronic Diarrhea. American Academy


of Family Physicians; 84(10):1119-1126

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:
IDAI

Suharyono, et al. 1998. Gastrologi Anak Praktis. Jakarta: FK UI

Suharyono. 1991. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Thomas PD, Forbes A, Green J, Howdle P, Long R, et al. 2003. Guidelines for the
investigation of chronic diarrhoea, 2nd edition. Gut; 52(Suppl V):v1v15

World Gastroenterology Organization. 2005. WGO Practice Guideline : Acute


Diarrhea.

World Health Organization. 2005. The Treatment of Diarrhea : A Manual for


Physicians and Other Senior Health Workers 4th Review. Geneva : Who
Library Cataloguing.
DOKUMENTASI KEGIATAN

Tampak muka rumah pasien

Bapak pasien (Tn. S) di ruang tamu/keluarga

Kamar keluarga pasien untuk berempat


Dapur keluarga pasien

Kondisi langit-langit rumah tanpa plafon

Kandang ayam yang terletak persis di samping pintu dapur


Kondisi kamar mandi dimana sumur terletak 1 meter dari kloset

Septic tank yang terletak di halaman belakang


Peneliti saat mewawancarai pasien An. AD

Peneliti saat mewawancarai ibu (Ny. D) dan adik pasien (An. RR)

Anda mungkin juga menyukai