LONG CASE
Oleh:
Ronaa Alief Fauziyyah
G4A016034
Pembimbing:
Dr. dr. Nendyah Roestijawati, MKK
dr. Hendro Harjito
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Ronaa Alief Fauziyyah
G4A016034
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang laki-laki
berusia 20 tahun yang datang ke Balai Pengobatan Puskesmas Rawalo. Pasien
ini datang dengan keluhan buang air besar (BAB) cair.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Sdr. BK
Usia : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan Akhir : SMA
Penghasilan/bulan :-
Alamat : Desa Tambaknegara RT 03 RW 04
Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas
Pengantar (Pasien) : Pasien datang diantar oleh ayah dan ibu pasien
Tanggal Periksa : Selasa, 2 Oktober 2018
8. Riwayat Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah. Ayah
pasien bekerja sebagai pegawai honorer di Desa Tambaknegara dengan
penghasilan Rp 2.700.000,00/bulan. Pendapatan perkapita pada keluarga
ini adalah Rp 900.000,00.
9. Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya dapat dikatakan
harmonis. Hal tersebut dapat terlihat dari cara berkomunikasi antara ayah,
Ibu, dan anak yang tampak. Orang tua pasien juga tampak menemani
pasien saat berobat ke Puskesmas Rawalo.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum dan Kesadaran
Tampak lemas, kesadaran compos mentis.
2. Tanda Vital
a. Nadi : 76x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
b. Pernafasan : 20x/menit, reguler
c. Suhu : 37,1 oC
d. TD : 110/70 mmHg
3. Status Gizi
a. BB : 52 kg
b. TB : 161 cm
c. IMT : 19,33
d. Kesan status gizi : baik
4. Kepala
Bentuk mesosefal, rambut tidak mudah dicabut
5. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), air mata normal, mata cekung
(-)
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
massa (-)
7. Mulut
Mukosa bukal basah (+), bibir sianosis (-), lidah kotor (-)
8. Telinga
Bentuk dan ukuran normal, sekret (-/-)
9. Tenggorokan
Faring hiperemis (-), Tonsil T1-T1
10. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe
(-).
11. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
a. Pulmo :
Inspeksi : pergerakan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+) suara tambahan RBH (-/-)
RBK (-/-) wheezing (-/-)
b. Cor :
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas : SIC II LPSS
batas kiri bawah : SIC V LMCS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
12. Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (+) regio iliaka sinistra dan hipogastrik
13. Sistem Collumna Vertebralis
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
14. Ektremitas :
Akral dingin - - Oedem - -
- - - -
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.
G. RESUME
Pasien datang ke balai pengobatan Puskesmas Rawalo hari selasa tanggal
2 Oktober 2018 dengan keluhan buang air besar (BAB) cair sejak 1 hari
sebelum berobat ke Puskesmas Rawalo. Dalam sehari BAB lebih dari sepuluh
kali. Konsentrasi BAB cair, sedikit ampas dengan volume 1/5 gelas blimbing
setiap BAB, berwarna kuning, disertai lendir dan darah. Keluhan ini
mengganggu aktivitas pasien karena sudah 1 hari tidak kuliah. Selain keluhan
BAB cair, pasien juga mengeluhkan sakit perut, mual, muntah, sakit kepala,
lemas, dan demam nglemeng. Pasien belum mengonsumsi obat antidiare.
Pasien tidak berkeinginan untuk makan karena khawatir setiap kali
makan akan kembali BAB. Konsumsi minum pasien normal. Menurut pasien
sehari sebelum mengalami keluhan tersebut, pasien mengkonsumsi makanan di
pinggir jalan bersama teman kuliahnya. Tidak ada anggota keluarganya yang
mengalami keluhan sama, tetapi teman kuliahnya yang sama-sama
mengkonsumsi makanan di pinggir jalan mengalami keluhan BAB cair
berlendir namun tidak bercampur darah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70mmHg, nadi
76x/menit, laju pernafasan 20x/menit, suhu 37.10C. air mata normal, mata
cekung tidak ada, mukosa bukal basah, turgor kulit kembali kurang dari 1 detik,
bising usus positif meningkat, nyeri tekan regio iliaka sinistra dan hipogastrik,
capilarry refill kurang dari 1 detik, sedangkan pemeriksaan lain dalam batas
normal.
H. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Keluhan Utama : BAB cair
Keluhan Tambahan : Sakit perut, mual, muntah, sakit kepala, lemas, dan
demam
Idea : Pasien berobat ke Puskesmas karena keluhan BAB
cair lebih dari 10 kali berledir dan berdarah, keluhan
lain sakit perut, mual, muntah, sakit kepala, lemas,
dan demam.
Concern : Pasien mengatakan BAB cair menyebabkan badan
semakin lemas, tidak berkeinginan makan karena
pasien berpikir dengan makan akan semakin sering
BAB cair. Kedua orang tua pasien membujuk dan
mengantar pasien berobat ke puskesmas setelah
melihat anak pasien BAB cair lebih dari 10 kali dan
tidak pergi kuliah.
Expectacy : Pasien dan keluarga berharap agar penyakit pasien
dapat segera sembuh sehingga pasien dapat
beraktivitas seperti semula.
Anxiety : Pasien dan keluarga khawatir penyakit pasien tidak
segera sembuh bahkan hingga jatuh ke kondisi
kekurangan cairan (dehidrasi).
2. Aspek Klinis
Diagnosis : Diare akut disentriform tanpa dehidrasi
Gejala klinis yang muncul : BAB cair >10x/hari dengan konsistensi
sedikit ampas bercampur lendir dan darah, sakit perut, mual, muntah, sakit
kepala, lemas.
Diagnosa banding : Shigellosis, amoebiasis, E.coli
I. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
a. Aspek Kuratif
1) Medikamentosa
a) PO Metronidazol 500 mg 3x1 tablet
b) PO Zinc 20 mg 1x1 tablet
c) PO Paracetamol 500 mg 3x1 tablet
2. Family Care
a. Memotivasi keluarga untuk menjaga lingkungan yang sehat dan bersih.
b. Memberikan edukasi pengetahuan kepada keluarga mengenai
perjalanan penyakit diare akut, pencegahan penularan dan pemantauan
diare akut berkelanjutan, sehingga mendukung kontrol dan pengobatan
pasien.
c. Dukungan moral dari keluarga dalam pengendalian dan penyembuhan
penyakit pasien, pemantauan diare akut secara berkelanjutan.
d. Memberikan anjuran kepada anggorta keluarga lain yang berisiko
tinggi untuk pola hidup sehat.
3. Community Care
a. Memotivasi lingkungan untuk menjaga lingkungan yang sehat dan
bersih, karena lingkungan yang tidak sehat akan memicu faktor risiko
terjadinya diare akut.
b. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit
diare akut, baik tanda gejala penyakit tersebut dan perjalanan
alamiahnya melalui penyuluhan.
c. Memotivasi komunitas untuk memberikan dukungan psikologis
terhadap pasien mengenai penyakitnya.
d. Memberikan anjuran kepada teman di lingkungan kuliah dan tempat
tinggal supaya menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
J. Flow Sheet
Tabel 2. Flow Sheet Sdr. BK (20 tahun)
No Tanggal Problem Tanda Vital Planning Target
1 Selasa Diare >20x/hari, N:80 x/menit Rehidrasi plan C : Diare
6/12/2016 mual, muntah, RR:20 x/menit IVFD RL 13 tpm berhenti,
14.30 pusing, lemas, S:380 C (rehidrasi) dan status hidrasi
nafsu makan TD:90/60 peroral tetap baik,
turun, perut 1010cc/hari asupan
terasa melilit Diet lunak tinggi nutrisi dan
terutama saat kalori tinggi cairan
BAB,tanda protein teratasi
dehidrasi (-) PO Zinc 20 mg
1x1tablet
PO paracetamol
500mg 3x1 tablet
PO metronidazol
500mg 3x1 tablet
2 Rabu Diare 8x N:76x/menit IVFD RL 13 tpm Diare
7/12/2016 semalam, mual RR :16 x/menit (rumatan) berhenti,
07.00 dan muntah S:37,40 C Diet lunak tinggi asupan
berkurang, TD: 110/70 kalori tinggi nutrisi dan
pusing protein cairan
berkurang, masih PO Zinc 20 mg membaik
lemas, nafsu 1x1tablet
makan PO paracetamol
meningkat,nafsu 500mg 3x1 tablet
minumbaik, perut PO metronidazol
melilitber kurang 500mg 3x1tablet
3 Rabu Diare 4x hari ini, N:82 x/menit IVFD RL 13 tpm Diare
7/12/2016 perut melilit RR :20 x/menit (rumatan) berhenti,
15.00 sudah berkurang, S:37,10 C Diet lunak tinggi asupan
sudah tidak mual TD: 110/60 kalori tinggi nutrisi dan
dan muntah protein cairan
maupun pusing PO Zinc 20 mg teratasi
berkurang, masih 1x1tablet
sedikit lemas, PO paracetamol
nafsu makan dan 500mg 3x1 tablet
minumbaik PO metronidazol
500mg 3x1 tablet
A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Bentuk keluarga Ny.K adalah extended family dengan Tn. S (65
tahun) sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai petani. An. AD (9
tahun) adalah anak dari Tn. S dan Ny. DPada keluarga ini terdapat ayah,
ibu dan 2 anak yang hidup bersama.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan antara pasien dengan keluarganya harmonis. Kadang-
kadang ia bertengkar wajar dengan suaminya.
3. Fungsi Sosial
Saat sakit ini, pasien sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien
biasanya pergi ke sawah untukbekerja. Hubungan pasien dengan tetangga
sekitarnya cukup baik.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah kebawah.
Suami pasien dan pasien bekerja sebagai petani dengan penghasilan
rendah dan tidak tetap (Rp650.000,00/bulan).Pasien dan keluarga pasien
hidup sedehana dalam mencukupi keperluan hidup sehari-hari. Biaya
pengobatan di sarana pelayanan kesehatan menggunakan Jamkesmas.
Dapat disimpulkan bahwa bentuk keluarga Ny.K adalah Extended
family. Keluarga Ny.K adalah keluarga yang cukup harmonis, dan merupakan
keluarga dengan perekonomian kelas menengah kebawah.
B. Fungsi Fisiologis (A.P.G.A.R Score)
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita mendapatkan
dukungan berupa nasehat dari keluarganya.J ika penderita menghadapi suatu
masalah pasien menceritakan kepada orangtuanya.
PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain. Setiap ada permasalahan didiskusikan
bersama dengan anggota keluarga lainnya, komunikasi dengan anggota keluarga
berjalan dengan baik.
GROWTH
Antar anggota keluarga selalu mendukung pasien. Anggota keluarga
selalu mendukung pola makan, dan pengobatan yang dianjurkan demi
kesehatan An. AD.
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan ayah, ibu, dan
adiknya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu
pula sebaliknya.Dalam hal mengekspresikan perasaan atau emosi, antar anggota
keluarga berusaha untuk selalu jujur. Apabila ada hal yang tidak berkenan di
hati, maka anggota keluarga akan mencoba untuk segera menyampaikan tanpa
dipendam, sehingga permasalahan dapat segera selesai. Keluarga saling
menyayangi tampak dari percakapan mereka yang luwes dan sering bercanda
saat peneliti melakukan home visit.
RESOLVE
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga
maupun dari saudara-saudara. Pasien merasa senang apabila ayah, ibu, dan adiknya
berkumpul di rumah walaupun hanya untuk menonton televisi atau makan bersama.
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R Score
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R Score dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan
kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara
keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = jelek, 4-6 = sedang, 7-10 = baik. Penilaian
A.P.G.A.R.
Tabel 3. Nilai APGAR dari Keluarga An. AD
A.P.G.A.R Ny. K Tn.S Ny. R Tn. J An.A An. L An. G
A Saya puas bahwa saya dapat 2 2 2 2 1 1 2
kembali ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga 2 1 2 1 2 2 2
saya membahas dan membagi
masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga 1 2 1 1 1 2 2
saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang
baru
A Saya puas dengan cara keluarga 2 2 2 2 2 2 1
saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi
saya seperti kemarahan, perhatian
dll.
R Saya puas dengan cara keluarga 2 2 1 1 1 1 2
saya dan saya membagi waktu
bersama-sama
TOTAL 99 8 7 7 8 9
Rerata nilai skor APGAR keluarga Ny. K adalah (9+9+8+7+7+8+9)/7 = 8,14.
Secara keseluruhan total poin dari skor APGAR keluarga pasien adalah 57,
sehingga rata-rata skor APGAR dari keluarga pasien adalah 8,14. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien berada
dalam keadaan baik.
Keterangan :
1. Culture (+) artinya keluargaNy.K masih memiliki budaya yang kurang
mendukung kesehatan, khususnya mengenai permasalahan kesehatan dan
penyakit yang sedang dideritanya.
2. Economic (+) artinya keluarga Ny. K tergolong ekonomi menengah
kebawah dengan pendapatan total satu juta enam ratus ribu rupiah
perbulan (pendapatan perkapita Rp235.000,00).
Kesimpulan :
Dalam keluarga Ny. K fungsi patologis yang positif adalah fungsi budaya
dan fungsi ekonomi.
D. Family Genogram
60 5
8
67 64 63 71 68 63 6
DM HT stroke
1
44 4 53 38 34
0 7
1 10 8
4
Keterangan:
: Pasien
: Meninggal dunia
: Laki-laki
Ny. R
An. A An. L
Tn. S Ny.K
An. G
Tn. J
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Ny. K dinilai harmonis
dan saling mendukung.
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTORYANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
Pengetahuan :
Kurangnya Lingkungan:
pengetahuan pada Kondisi rumah dan
pasien mengenai lingkungan yang
makanan bersih. tidak sehat.
Fungsi Fisiologis :
Sikap: Skor APGAR
Adanya mitos untuk keluarga
mempuasakan pasien pasienbaik
jika diare
Keluarga Ny. K
Pelayanan
Kesehatan:
Jika sakit berobat
ke dokter atau ke
Tindakan: puskesmas
Tidak membuka
jendela rumah, jarang
membersihkan rumah
dan halaman Penularan:
Keluarga pasien
mengetahui bahwa
kemungkinan sumber
penularan berasal dari
perilaku makan pasien
Dapur
Ruang keluarga
Dan ruang makan Kamar 1
Keterangan:
: ruangan berpintu
V. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. Masalah medis :
1. Diare akut disentriform
B. Masalah nonmedis :
1. Pendapatan perkapita yang relatif rendah (Rp235.000,00).
2. Pasien sering tidak mencuci tangan sebelum dan setelah makan, tidak
menggunakan sendok sebagai alat bantu makan, lebih memilih
menggunakan tangan secara langsung
3. Pasien belum mengetahui faktor resiko,pola penularan, dan pengobatan
Diare akut disentrifomr, begitupun dengan keluarga pasien. Masih adanya
kepercayaan mempuasakan pasien jika diare.
4. Keadaan dan kebersihan lingkungan rumah yang kurang sehat,berdebu
dan kamar mandi yang kotor serta adanya kandang ayam dekat rumah.
C. Diagram Permasalahan Pasien
Kurangnya
pengetahuan baik
pasien maupun
keluarga mengenai
diare akut
D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks:
Tabel 8. Matrikulasi Masalah
I T R Jumlah
No. Daftar Masalah IxTxR
P S SB Mn Mo Ma
Pengetahuan tentang penyakit
1 5 5 5 4 5 4 5 93,33
rendah
2 Perilaku tidak mencuci tangan 5 5 4 3 4 5 5 65,38
Kondisi rumah dan lingkungan
3 5 5 4 3 2 1 1 18,67
sekitar yang tidak sehat
Kondisi ekonomi keluarga adalah
4. kelas menengah kebawah 4 5 5 1 1 1 1 4,67
Keterangan:
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (ketersediaan sarana)
Kriteria penilaian:
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah
keluarga Ny.K adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang penyakit rendah
2. Perilaku pasien tidakmencuci tangan
3. Kondisi rumah dan lingkungan sekitar yang tidak sehat
4. Kondisi ekonomi keluarga adalah kelas menengah kebawah
Prioritas masalah yang diambil adalah tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga tentang penyakit yang diderita masih rendah.
VI. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA
G. Hasil Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada 7 orang yang terdiri dari,
pasien Ny. K, suami pasien Tn. S, anak pasien Ny.R, menantu pasien Tn. P
dan cucu pasien An. A,L,G. Metode yang digunakan berupa konseling
edukasi tentang penyakit diare akut disentriform mulai dari definisi,
etiologi, faktor resiko, cara minum obat, cara penularan, edukasi PHBS
serta pencegahan bagi orang yang berada di sekitar Ny.K terutama yang
tinggal serumah dengan pasien.
2. Evaluasi Promotif
Sasaran konseling sebanyak 7 orang yaitu, pasien, suami pasien,
anak pasien,menantu pasien,dan cucu pasien.Waktu pelaksanaan kegiatan
pada Kamis 8 Desember 2016 dan Rabu 14 Desember 2016 di rumah
pasien. Konseling berjalan dengan lancar dan pasien merasa puas karena
merasa lebih diperhatikan dengan adanya kunjungan ke rumahnya untuk
memberikan edukasi tentang penyakit yang sedang di derita Ny.K
3. Evaluasi Sumatif
Sebelum dilakukan konseling pasien dan keluarga mengaku belum
memahami penyakit yang diderita Ny.K sehingga dengan adanya
konseling pasien merasa puas dan senang karena menjadi lebih paham
tentang penyakitnya. Setelah konseling dilakukan tanya jawab,
narasumber memberikan 10 pertanyaan dan pasien beserta keluarga dapat
menjawab 8 pertanyaan dengan tepat sehingga tingkat pengetahuan pasien
meningkat menjadi 80% dari sebelumnya yang hanya 30%.
VII. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron
(usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala
buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang
air besar dengan tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar
(tenesmus). (2)
sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang
menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang
disebut sebagai sindroma disentri, yakni: 1) sakit di perut yang sering disertai
dengan tenesmus, 2) berak-berak, dan 3) tinja mengandung darah dan lendir. (4)
B. Epidemiologi
dari 500.000 kasus yang dilaporkan ke Centers for Disease Control (CDC). Di
catatan medis, dari 748 kasus yang dirawat karena diare ada 16 kasus yang
host dan reservoir utama. Penularannya lewat kontaminasi tinja ke makanan dan
hubungan seksual anal-oral. Sanitasi lingkungan yang jelek, penduduk yang padat
C. Etiologi
terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini memiliki
mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja,
< 10 mm) dan trofozoit patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal
Bentuk kista juga ada 2 macam, yaitu kista muda dan kista dewasa.
jawab terhadap terjadinya penularan penyakit dan dapat hidup lama di luar
tubuh manusia serta tahan terhadap asam lambung dan kadar klor standard
di dalam sistem air minum. Diduga kekeringan akibat penyerapan air di
a. Disentri basiler
yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, disertai
dapat melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air,
makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung
dan usus halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang
sigmoid, sedang pada ilium hanya hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatal
ditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi
biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel
limfoid, dan pada selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang
dangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus
bergaung.
ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik,
menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang
khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5
cm sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil.
b. Disentri Amuba
dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus dan
menimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampai
saat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien,
lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus.
Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapi
ulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yang
minimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi di
semua bagian usus besar, tetapi berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya
adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis.(2)
E. Gejala Klinis
a. Disentri Basiler
Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala rerata 7 hari
sampai 4 minggu. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare
disertai demam yang mencapai 400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja
masih mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun. (6)
yang berat. Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti
timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat, berak-berak seperti air dengan
lendir dan darah, muntah-muntah, suhu badan subnormal, cepat terjadi dehidrasi,
renjatan septik dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong. Akibatnya timbul
rasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena dehidrasi. Muka
pengobatan. Angka ini bertambah pada keadaan malnutrisi dan keadaan darurat
Pada kasus yang sedang keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya
pada kasus yang ringan, keluhan/gejala tersebut di atas lebih ringan. Berbeda
dengan kasus yang menahun, terdapat serangan seperti kasus akut secara
menahun. Kejadian ini jarang sekali bila mendapat pengobatan yang baik. (2)
b. Disentri Amuba
Carrier (Cyst Passer)
Pasien ini tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan
karena amoeba yang berada dalam lumen usus besar tidak mengadakan invasi ke
dinding usus.
mengeluh perut kembung, kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang. Dapat
timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk. Kadang juga tinja
bercampur darah dan lendir. Terdapat sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid, jarang
Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau sedikit demam ringan
(subfebris). Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri tekan.
Keluhan pasien dan gejala klinis lebih berta dibanding disentri ringan,
disertai lendir dan darah. Pasien mengeluh perut kram, demam dan lemah badan
Keluhan dan gejala klinis lebih berta lagi. Penderita mengalami diare
disertai darah yang banyak, lebih dari 15 kali sehari. Demam tinggi (40 0C-40,50C)
diselingi dengan periode normal atau tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan
berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Pasien biasanya menunjukkan gejala
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Disentri amoeba
1. Pemeriksaan tinja
penting. Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk
Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari
bentuk kista karena bentuk trofozoit tidak akan dapat ditemukan. Dengan sediaan
langsung tampak kista berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara. Di dalamnya
sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat melihat intinya, dapat digunakan larutan
lugol. Akan tetapi dengan larutan lugol ini badan-badan kromatoid tidak tampak.
konsentrasi dengan larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan seng
Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu diperlukan
tinja yang masih segar dan sebaiknya diambil bahan dari bagian tinja yang
mengandung darah dan lendir. Pada sediaan langsung dapat dilihat trofozoit yang
masih bergerak aktif seperti keong dengan menggunakan pseudopodinya yang
seperti kaca. Jika tinja berdarah, akan tampak amoeba dengan eritrosit di
dalamnya. Bentik inti akan nampak jelas bila dibuat sediaan dengan larutan eosin.
(2)
gejala disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan amoeba.
Akan tetapi pemeriksaan ini tidak berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini
akan didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat
ulkus tidak tampak. Kadang pada kasus amoebiasis kronis, foto rontgen kolon
dengan barium enema tampak ulkus disertai spasme otot. Pada ameboma nampak
Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati
amebik dan epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembus jaringan
(invasif). Oleh karena itu uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri
amoeba dan negatif pada carrier. Hasil uji serologis positif belum tentu menderita
b. Disentri basiler
1. Pemeriksaan tinja. Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman
5. Aglutinasi. Hal ini terjadi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua,
sangat kompleks, dan oleh karena adanya banyak strain maka jarang
dipakai.
G. Diagnosis Banding
1. Disentri amuba
2. Disentri basiler
3. Eschericiae coli
H. Diagnosis
a. Disentri basiler
diagnosis dilakukan kultur dari bahan tinja segar atau hapus rektal. Pada
b. Disentri amuba
dengan penyakit lain. Oleh karena itu, apabila penderita amebiasis yang
I. Komplikasi
a. Disentri amoeba
Beberapa penyulit dapat terjadi pada disentri amoeba, baik berat maupun
Komplikasi intestinal
Perforasi usus. Hal ini dapat terjadi bila abses menembus lapisan muskular
Ameboma. Peristiwa ini terjadi akibat infeksi kronis yang mengakibatkan reaksi
Komplikasi ekstraintestinal
Amebiasis hati. Abses hati merupakan komplikasi ekstraintestinal yang paling
sering terjadi. Abses dapat timbul dari beberapa minggu, bulan atau tahun sesudah
infeksi amoeba sebelumnya. Infeksi di hati terjadi akibat embolisasi ameba dan
dinding usus besar lewat vena porta, jarang lewat pembuluh getah bening.
Mula-mula terjadi hepatitis ameba yang merupakan stadium dini abses hati
kemudian timbul nekrosis fokal kecil-kecil (mikro abses), yang akan bergabung
menjadi satu, membentuk abses tunggal yang besar. Sesuai dengan aliran darah
vena porta, maka abses hati ameba terutama banyak terdapat di lobus kanan.
Abses berisi nanah kental yang steril, tidak berbau, berwarna kecoklatan
(chocolate paste) yang terdiri atas jaringan sel hati yang rusak bercampur darah.
cairan empedu.
Abses pleuropulmonal. Abses ini dapat terjadi akibat ekspansi langsung abses hati.
Kurang lebih 10-20% abses hati ameba dapat mengakibatkan penyulit ini. Abses
paru juga dapat terjadi akibat embolisasi ameba langsung dari dinding usus besar.
Abses otak, limpa dan organ lain. Keadaan ini dapat terjadi akibat embolisasi
ameba langsung dari dinding usus besar maupun dari abses hati walaupun sangat
jarang terjadi.
Amebiasis kulit. Terjadi akibat invasi ameba langsung dari dinding usus besar
dengan membentuk hiliran (fistel). Sering terjadi di daerah perianal atau dinding
perut. Dapat pula terjadi di daerah vulvovaginal akibat invasi ameba yang berasal
dari anus.
b. Disentri basiler
Beberapa komplikasi ekstra intestinal disentri basiler terjadi pada pasien yang
berada di negara yang masih berkembang dan seringnya kejadian ini dihubungkan
dengan infeksi S.dysentriae tipe 1 dan S.flexneri pada pasien dengan status gizi
yang diproduksi oleh Shigella. Biasanya HUS ini timbul pada akhir minggu
pertama disentri basiler, yaitu pada saat disentri basiler mulai membaik. Tanda-
tanda HUS dapat berupa oliguria, penurunan hematokrit (sampai 10% dalam 24
jam) dan secara progresif timbul anuria dan gagal ginjal atau anemia berat dengan
gagal jantung. Dapat pula terjadi reaksi leukemoid (leukosit lebih dari
Artritis juga dapat terjadi akibat infeksi S.flexneri yang biasanya muncul pada
masa penyembuhan dan mengenai sendi-sendi besar terutama lutut. Hal ini dapat
terjadi pada kasus yang ringan dimana cairan sinovial sendi mengandung leukosit
terjadi iritis atau iridosiklitis. Sedangkan stenosis terjadi bila ulkus sirkular pada
usus menyembuh, bahkan dapat pula terjadi obstruksi usus, walaupun hal ini
jarang terjadi. Neuritis perifer dapat terjadi setelah serangan S.dysentriae yang
juga dapat muncul. Akan tetapi peritonitis karena perforasi jarang terjadi.
Kalaupun terjadi biasanya pada stadium akhir atau setelah serangan berat.
Peritonitis dengan perlekatan yang terbatas mungkin pula terjadi pada beberapa
tempat yang mempunyai angka kematian tinggi. Komplikasi lain yang dapat
J. Pengobatan
a. Disentri basiler
diberikan antibiotika.
rehidrasi oral. Jika frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan
terjadi dan berat badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikan
cairan melalui infus untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi
jika penderita tidak muntah, cairan dapat diberikan melalui minuman atau
pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita berangsur sembuh, susu
Diet
Pengobatan spesifik
Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien
terhadap ampisilin masih peka, maka masih dapat digunakan dengan dosis
tidak efektif.
gram dosis tunggal dan sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian
hamil.
basiler.
b. Disentri amuba
1. Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650 mg tiga
mg tiga kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali
tiga kali sehari selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1 gram perhari
K. Prognosis
pengobatan dini yang tepat serta kepekaan ameba terhadap obat yang diberikan.
Pada umumnya prognosis amebiasis adalah baik terutama pada kasus tanpa
Pada bentuk yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila mendapatkan
pengobatan dini. Tetapi pada bentuk yang sedang, biasanya angka kematian
rendah; bentuk dysentriae biasanya berat dan masa penyembuhan lama meskipun
dalam bentuk yang ringan. Bentuk flexneri mempunyai angka kematian yang
rendah. (2)
L. Pencegahan
a. Disentri amoeba
Makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup yang memenuhi syarat
minum sebaiknya dimasak dahulu karena kista akan binasa bila air dipanaskan
Carrier dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala pekerjaan yang
berhubungan dengan makanan. Sampai saat ini belum ada vaksin khusus untuk
b. Disentri basiler
basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri yang
bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak
VII. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ny. K adalah seorang pasien yang
didiagnosis diare akut dsentriform
1. Aspek Personal
Idea : Pasien mengeluh diare disertai lendir darah, mual,
muntah, pusing, lemas, penurunan nafsu makan,perut terasa
melilit
Concern : Pasien merasa badannya tidak nyaman dan lemas, keluarga
pasien khawatir kondisi pasien semakin memburuk.
Expectacy : Pasien dan keluarga pasien mempunyai harapan agar
penyakit pasien dapat segera sembuh dan dapat segera
bersekolah kembali.
Anxiety :Pasien dan keluarga pasien khawatir penyakit pasien tidak
sembuh-sembuh dan jatuh ke kondisi dehidrasi.
2. Aspek Klinis
Diagnosis : - diare akut disentriform tanpa tanda
dehidrasi
Gejala klinis yang muncul : diare >20x/hari, disertai lendir dan darah,
mual, muntah, pusing, perut terasa melilit
lemas, penurunan nafsu makan,
Diagnosa banding : Shigellosis, cholera, amoebiasis.
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Kebiasaan pasien tidak mencuci tangan
sebelum dan setelah makan, dan lingkungan rumah yang tidak seha.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Status sosial ekonomi keluarga pasien yang rendah, menyebabkan
kondisi hunian tidak memenuhi kriteria rumah sehat dan buruknya
lingkungan, antara lain pencahayaan, ventilasi, dinding dan plafon,
kebersihan dan keadaan lingkungan rumah secara umum yang kurang
sehat.
b. Adanya sumur yang tergabung dalam toilet sehingga memudahkan
kontaminasi air.
c. Rumah yang bersebelahan dengan kandang ayam juga memudahkan
tercemarnya lingkungan rumah
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 3, karena pasien mulai
terganggu dalam melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari seperti
biasanya, antara lain belajar dan bersekolah serta bermain bersama teman-
teman.
B. Saran
1. Pemberian penyuluhan dengan materi utama pada penyuluhan dan
edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga adalah mengenai
pengertian, penyebab, cara penularan, tanda dan gejala, serta penanganan
dan pencegahan diare akut.
2. Penyuluhan materi selanjutnya adalah mengenali tanda-tanda
dehidrasi.
3. Menyarankan untuk memindah kloset menjauhi sumur, kemudian
mengganti dinding dan lantai menjadi lebih layak serta menambah langit-
langit rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Oesman, Nizam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi III. Fakultas
kedokteran UI.: Jakarta.
Sya’roni A., Hoesadha Y., 2006. Disentri Basiler. Buku Ajar Penyakit Dalam.
FKUI:Jakarta.
DOKUMENTASI KEGIATAN